makalah hukum lingkungan - pencemaran batik

28
MAKALAH ANALISA YURIDIS PENCEMARAN SUNGAI DI SENTRA INDUSTRI BATIK Mata Kuliah : Hukum Lingkungan Dosen : Ibu Rochati SH, MH Disusun Oleh : Begras Satria (E1A113085) PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

Upload: begras-satria

Post on 28-Dec-2015

317 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Hukum Lingkungan - Pencemaran Batik

MAKALAH

ANALISA YURIDIS PENCEMARAN SUNGAIDI SENTRA INDUSTRI BATIK

Mata Kuliah : Hukum Lingkungan

Dosen : Ibu Rochati SH, MH

Disusun Oleh :

Begras Satria (E1A113085)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUMFAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANPURWOKERTO

TAHUN 2013/2014

Page 2: Makalah Hukum Lingkungan - Pencemaran Batik

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan pembangunan yang makin meningkat, mengandung resiko, makin

meningkatnya resiko makin meningkatnya pencemaran dan perusakan lingkungan, termasuk oleh

limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3), sehingga struktur dan fungsi ekosistem yang menjadi

penunjang kehidupan dapat rusak. Pencemaran dan perusakan lingkungan hidup akan menjadi

beban sosial, yang pada akhirnya masyarakat dan pemerintah harus menanggung biaya

pemulihannya.[1]

Terpeliharanya kualitas fungsi lingkungan secara berkelanjutan menuntut tanggung

jawab, keterbukaan, dan peran serta masyarakat yang menjadi tumpuan pembangunan

berkelanjutan guna menjamin kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi

masa mendatang.

Menyadari hal tersebut di atas, bahan berbahaya dan beracun beserta limbahnya harus

dikelola dengan baik. Makin meningkatnya kegiatan pembangunan, dalam hal ini pabrik-pabrik

atau indutri-industri menyebabkan meningkatnya dampak kegiatan tersebut terhadap lingkungan

hidup, keadaan ini makin mendorong diperlukannya upaya pengendalian dampaknya, sehingga

resiko terhadap lingkungan dapat ditekan sekecil mungkin.

Upaya pengendalian dampak terhadap lingkungan sangat ditentukan oleh pengawasan

terhadap ditaatinya ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur segi-segi

lingkungan hidup, sebagai perangkat hukum yang bersifat preventif melalui proses perizinan

untuk melakukan usaha dan atau kegiatan. Oleh karena itu dalam setiap ijin yang diterbitkan,

harus dicantumkan secara tegas syarat dan kewajiban yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh

penanggung jawab usaha atau kegiatan tersebut.

Pengaturan tentang limbah B3 dimulai sejak tahun 1992 dengan diterbitkannya

Keputusan Menteri Perdagangan No. 394/Kp/XI/92 tentang Larangan Impor Limbah Plastik.

Selanjutnya diterbitkan keputusan presiden No.61 Tahun 1993 tetang Ratifikasi Konvensi Basel

1989 yang mencerminkan kesadaran pemerintah Indonesia tentang adanya pencemaran

lingkungan akibat masuknya limbah B3 dari luar wilayah Indonesia.

Page 3: Makalah Hukum Lingkungan - Pencemaran Batik

Dalam perkembangan setelah diundangkan Undang-Undang No.23 Tahun 1997 tentang

Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagai uapaya untuk mewujudkan pengelolaan limbah B3,

pemerintah telah mengundangkan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 tentang pengelolaan

Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Peraturan Pemerintah Limbah B3),

sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999. Dengan

diundangkannya Peraturan Pemerintah Limbah B3 diharapkan pengelolaan limbah B3 dapat

lebih baik sehingga tidak lagi terjadi pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah B3.

Selain itu diharapkan pula dengan diundangkannya Peraturan Pemerintah Limbah B3 para

pelaku industry dan pelaku kegiataan lainnya tunduk dan taat terhadap ketentuan tersebut.

Tidak ditaatinya Peraturan Pemerintah Limbah B3 oleh para pelaku indistri dan pelaku

kegiatan lainnya dalam hal ini pencemaran yang dilakukan UKM Batik di Pekalongan diduga

dikarenakan oleh faktor penataan dan penegakan hukum lingkungan khususnya yang terdapat

dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tenang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup. Maka kami akan mengkaji lebih dalam sejauh manakah efektifitas penataan dan

penegakan hukum lingkungan pereturan perundang-undangan di bidang pengelolaan limbah B3

di dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tenang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok pembahasan utama dalam

makalah ini adalah bagaimana peran hukum adat dalam masyarakat jawa. Pokok pembahasan

tersebut bisa dirinci dalam beberapa sub pembahasan sebagai berikut :

1. Apakah pencemaran yang dilakukan UKM dan pengrajin Batik di Pekalongan melanggar

ketentuan dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup?

2. Bagaimanakah penerapan sanksi yang tepat terhadap UKM dan pengrajin Batik di

Pekalongan sesuai dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan

dan Pengelolaan Lingkungan Hidup?

Page 4: Makalah Hukum Lingkungan - Pencemaran Batik

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pencemaran Limbah Batik Di Pekalongan

Kota pekalongan adalah salah satu kota yang terkenal dengan batiknya sebagai penghasil

batik asli indonesia , batik sudah menjadi salah satu budaya indonesia yang harus dijaga karna

sudah menjadi warisan bangsa indonesia sejak zaman nenek moyang terdahulu, batik saat ini

tidak lagi dianggap kuno, berbagai jenis-jenis batik moderen yang ada dipasaran . pekalogan

menjadi salah satu pemasok batik kebanyak daerah di indonesia, tetapi dengan meningkatnya

kebutuhan batik dipasar lokal maupun mancanegara , industri batikpun dikota pekalongan

menjadi meningkat, tetapi dengan meningkatnya kebutuhan batik yang begitu besar dan

menguntungkan bagi masyarakat pekalongan tetapi di sisi lain dimana tidak menguntungkan

bagi lingkungan sekitar, masyarakat pekalongan mengsampingkan kebersihan dan kesehatan

lingkunganya dimana akibat limbah hasil produksi batik yang dibiarkan mencemari lingkungan

sekitar menjadikan kota pekalongan sebagai kota paling tercemar se-jawa tengah.

Salah satu contoh desa pabelan adalah salah satu sentra pengrajin batik di Pekalongan, Jawa

Tengah. Hampir setiap warganya adalah pengrajin batik, sungai yang seharusnya sebagai sumber

kehidupan beralih fungsi sebagai air tempat pencucian untuk mencuci batik. Juga sebagai tempat

untuk membuang limbahnya. Setelah batik selesai diwarnai, batik dicuci dalam sebuah bak. Sisa

cucian batik lantas dibuang ke sungai. Memang tidak semua pengrajin batik membuang

limbahnya ke sungai, tapi sebagian besar masih ada yang membuangnya ke aliran sungai. Ini

adalah kegiatan turun temurun. Mereka percaya bahwa limbah batik tidak berbahaya.

Dinas Penataan Kota dan Lingkungan Hidup Kota Pekalongan mencatat, sekitar 12 ribu

industri kecil yang membuang limbahnya ke sungai. salah satu sumber limbah adalah industri

batik rumahan. ”Limbah batik mengandung zat B3, termasuk warna, BOD(Biological Oxygen

Demand), COD(Chemical Oxygen Demand) kandungannya sangat tinggi sekali dibanding hasil

limbah rumah sakit. Limbah batik BOD, COD yang cukup tinggi menyebabkan rusaknya

ekosistem abiotik didalam sungai. BOD dan COD adalah patokanyang biasa dipakai untuk

menentukan tingkat pencemaran air.

Page 5: Makalah Hukum Lingkungan - Pencemaran Batik

Salah satu dampak yang terjadi adalah air sumur yang sama sekali tidak dapat dipakai airnya

terasa asin, pahit dan getir sehingga warnanya pun menjadi kuning bilai dipakai dapat

menggangu kesehatan seperti gatal-gatal , infeksi kulit , hingga dapat menimbulkan kanker untuk

itulah perlu adanya pengolahan khusus untuk penangan limbah batik seperti sebelum dibuang air

melalui proses penyaringan sehingga kadar zat berbahaya yang ada di dalam pewarna batik

dapat mengurangi resiko pencemaran lingkungan sungai , memilih bahan-bahan yang ramah

lingkungan dan alami, bahan alami ini tersedia di mana-mana misalnya dari tingi, tegeran,

jambal, secang dan lain-lain. Beberapa daun dan akar mengkudu juga dapat dimanfaatkan

sebagai pewarna.

Langkah lain adalah melakukan remediasi atau membersihkan racun di tanah atau air yagn

tercemar limbah melalui mikroorganisme maupun lewat tanaman yang bisa menyerap unsur

logam seperti rami dan nilam. Identitas Pekalongan sebagai kota batik harus terus dipelihara

demi menjaga kelestarian batiknya. Tetapi jangan sampai ini mengorbankan sungai dan

lingkungan sekitar yang berfungsi untuk memberi kita kebutuhan hidup serta kelak anak cucu

kita nanti.

B. Pencemaran Sungai

Air merupakan sumber kehidupan di muka bumi ini, kita semua bergantung pada air.

Untuk itu diperlukan air yang dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Tapi pada akhir-akhir

ini, persoalan penyediaan air yang memenuhi syarat menjadi masalah seluruh umat manusia.

Dari segi kualitas dan kuantitas air telah berkurang yang disebabkan oleh pencemaran.

Dalam praktek operasionalnya, pencemaran lingkungan hidup tidak pernah ditunjukkan

secara utuh, melainkan sebagai pencemaraan dari komponen-komponen lingkungan hidup,

seperti pencemaran air, pencemaran air sungai, pencemaran air laut, pencemaran air tanah dan

pencemaran udara. Dengan demikian, definisi pencemaran air mengacu pada definisi lingkungan

hidup yang ditetapkan dalam UU tentang lingkungan hidup yaitu UU No. 23/1997.

Menurut UU Republik Indonesia No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan

Hidup, yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan hidup yaitu; masuknya atau

dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup,

Page 6: Makalah Hukum Lingkungan - Pencemaran Batik

oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan

lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Demikian pula dengan

lingkungan air yang terdapat di sungai yang dapat tercemar karena masuknya atau dimasukannya

mahluk hidup atau zat yang membahayakan bagi kesehatan. Air sungai dikatakan tercemar

apabila kualitasnya turun sampai ke tingkat yang membahayakan sehingga air tidak bisa

digunakan sesuai peruntukannya.

B.1. Bahan Pencemar Air Sungai

Pada dasarnya bahan pencemar air dikelompokan menjadi :

a. Sampah yang dalam proses penguraiannya memerlukan oksigen yaitu sampah yang

mengandung senyawa organik, misalnya sampah industri makanan, sampah industri gula

tebu, sampah rumah tangga (sisa-sisa makanan), kotoran manusia dan kotoran hewan, serta

tumbuh-tumbuhan dan hewan yang mati.

b. Bahan buangan padat, yang dimaksud bahan buangan padat adalah adalah bahan buangan

yang berbentuk padat, baik yang kasar atau yang halus, misalnya sampah. Buangan tersebut

bila dibuang ke air menjadi pencemaran dan akan menimbulkan pelarutan, pengendapan

ataupun pembentukan koloidal.

c. Bahan pencemar penyebab terjadinya penyakit, yaitu bahan pencemar yang mengandung

virus dan bakteri misal bakteri coli yang dapat menyebabkan penyakit saluran pencernaan

(disentri, kolera, diare, tyfus) atau penyakit kulit

d. Bahan pencemar senyawa anorganik/mineral, Bahan buangan anorganik sukar didegradasi

oleh mikroorganisme, umumnya adalah logam.

B. 2. Indikator Pencemaran Air Sungai

Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau

tanda yang dapat diamati yang dapat digolongkan menjadi :

a. Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan tingkat kejernihan

air (kekeruhan), perubahan suhu, warna dan adanya perubahan warna, bau dan rasa,

b. Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan zat kimia yang

terlarut dan perubahan pH,

Page 7: Makalah Hukum Lingkungan - Pencemaran Batik

c. Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan mikroorganisme

yang ada dalam air, terutama ada tidaknya bakteri pathogen.

B.3. Penyebab Terjadinya Pencemaran Sungai

Pencemaran air sungai dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu pencemaran sungai yang

disebabkan oleh alam dan pencemaran sungai yang disebabkan oleh ulah manusia. Pencemaran

sungai yang disebabkan oleh alam antara lain akibat desposisi asam, kebakaran hutan,

meletusnya gunung berapi, serta endapan hasil erosi. Sementara pencemaran sungai yang

disebabkan oleh ulah manusia terbagi menjadi beberapa sumber pencemaran, antara lain limbah

industri, limbah pemukiman, limbah pertanian, limbah rumah sakit, dan limbah pertambangan.

Pencemaran Sungai yang Disebabkan oleh Alam

a. Desposisi Asam, Kelebihan zat asam pada sungai akan mengakibatkan sedikitnya spesies

yang bertahan. Jenis plankton dan invertebrata merupakan mahkluk yang paling pertama

mati akibat pengaruh pengasaman.

b. Kebakaran Hutan, Kebakaran hutan memang tidak secara signifikan menyebabkan

perubahan kualitas air di sungai, namun kebakaran hutan bisa menyebabkan terganggunya

ekosistem makhkluk hidup yang ada di sungai yang disebabkan faktor asap.

Pencemaran Sungai yang Disebabkan oleh Ulah Manusia

a. Limbah Industri, Limbah industri sangat potensial sebagai penyebab terjadinya pencemaran

air sungai. Pada umumnya limbah industri mengandung limbah B3, yaitu bahan berbahaya

dan beracun. Menurut PP 18 tahun 99 pasal 1, “limbah B3 adalah sisa suatu usaha atau

kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang dapat mencemarkan atau

merusak lingkungan hidup sehingga membahayakan kesehatan serta kelangsungan hidup

manusia dan mahluk lainnya.”. Karakteristik limbah B3 adalah korosif/ menyebabkan karat,

mudah terbakar dan meledak, bersifat toksik/ beracun dan menyebabkan infeksi/ penyakit.

b. Limbah Pertambangan, Limbah pertambangan seperti batubara biasanya tercemar asam

sulfat dan senyawa besi, yang dapat mengalir ke luar daerah pertambangan. Air yang

mengandung kedua senyawa ini dapat berubah menjadi asam.

Page 8: Makalah Hukum Lingkungan - Pencemaran Batik

Dampak Pencemaran Sungai

Pencemaran sungai dapat berdampak sangat luas, misalnya dapat meracuni air minum.

Pencemaran sungai menjadi penyebab ketidakseimbangan ekosistem sungai, pengrusakan hutan

akibat hujan asam, dsb.

Di badan air, seperti sungai dan danau, nitrogen dan fosfat dari kegiatan pertanian telah

menyebabkan pertumbuhan tanaman air yang di luar kendali yang disebut eutrofikasi

(eutrofication). Ledakan pertumbuhan tersebut menyebabkan oksigen yang seharusnya

digunakan bersama oleh seluruh hewan/tumbuhan air, menjadi berkurang. Ketika tanaman air

tersebut mati, dekomposisinya menyedot lebih banyak oksigen. Akibatnya ikan akan mati dan

aktivitas bakteri akan menurun.

Dampak pencemaran air pada umumnya dibagi dalam 3 kategori (KLH, 2004), antara lain

dampak terhadap kehidupan biota ait, kualitas air, dan kesehatan.

1) Dampak Terhadap Kehidupan Biota Air

Banyaknya zat pencemar pada air limbah akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen

terlarut dalam air tersebut. Sehingga akan mengakibatkan kehidupan dalam air yang

membutuhkan oksigen terganggu serta mengurangi perkembangannya. Selain itu kematian dapat

pula disebabkan adanya zat beracun yang juga menyebabkan kerusakan pada tanaman dan

tumbuhan air.

2) Dampak Terhadap Kualitas Air

Pencemaran sungai dapat menyebabkan penurunan kualitas air. Sungai yang belum

tercemar memiliki air yang jernih, pH netral, tidak berbau dan bisa diminum lansung. Di

pedesaan pada umumnya masyarakat mempergunakan sungai tersebut untuk mandi, tetapi pada

masa sekarang sudah jarang dijumpai fenomena tersebut

3) Dampak Terhadap Kesehatan

Pencemaran sungai dapat menjadi media hidup suatu vektor penyakit. Ada beberapa

penyakit yang masuk dalam katagori water-borne diseases, atau penyakit-penyakit yang dibawa

oleh air, yang masih banyak terdapat di daerah-daerah

Penanggulangan Pencemaran Air Sungai

Pengendalian/penanggulangan pencemaran air di Indonesia telah diatur melalui Peraturan

Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran

Page 9: Makalah Hukum Lingkungan - Pencemaran Batik

Air. Secara umum hal ini meliputi pencemaran air baik oleh instansi ataupun non-instansi. Salah

satu upaya serius yang telah dilakukan Pemerintah dalam pengendalian pencemaran air adalah

melalui Program Kali Bersih (PROKASIH). Program ini merupakan upaya untuk menurunkan

beban limbah cair khususnya yang berasal dari kegiatan usaha skala menengah dan besar, serta

dilakukan secara bertahap untuk mengendalikan beban pencemaran dari sumber-sumber lainnya.

Program ini juga berusaha untuk menata pemukiman di bantaran sungai dengan melibatkan

masyarakat setempat (KLH, 2004).

Pada prinsipnya ada 2 (dua) usaha untuk menanggulangi pencemaran, yaitu

penanggulangan secara non-teknis dan secara teknis. Penanggulangan secara non-teknis yaitu

suatu usaha untuk mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan peraturan

perundangan yang dapat merencanakan, mengatur dan mengawasi segala macam bentuk

kegiatan industri dan teknologi sehingga tidak terjadi pencemaran. Peraturan perundangan ini

hendaknya dapat memberikan gambaran secara jelas tentang kegiatan industri yang akan

dilaksanakan, misalnya meliputi AMDAL, pengaturan dan pengawasan kegiatan dan

menanamkan perilaku disiplin. Sedangkan penanggulangan secara teknis bersumber pada

perlakuan industri terhadap perlakuan buangannya, misalnya dengan mengubah proses,

mengelola limbah atau menambah alat bantu yang dapat mengurangi pencemaran.

C. Analisa Yuridis Pencemaran Limbah Batik Pekalongan

Pelanggaran yang dilakukan pelaku industri Batik di Pekalongan terhadap ketentuan dalam

UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Pembangunan disamping memberikan dampak positif berupa kesejahteraan, namun disisi

yang lain juga menimbulkan dampak negatif yaitu terjadinya kerusakan atau tercemarnya

lingkungan hidup. Oleh karena itu, apabila terjadi penurunan fungsi lingkungan hidup akibat

perusakan dan/atau pencemaran lingkugan hidup, maka serangkain kegiatan penegakan hukum

(law enforcement) harus dilakukan.

Penegakan hukum mempunyai makna, bagaimana hukum itu harus dilaksanakan, sehingga

dalam penegakan hukum tersebut harus diperhatikan unsur-unsur kepastian hukum. Kepastian

hukum menghendaki bagaimana hukum dilaksanakan, tanpa perduli bagaimana pahitnya (fiat

jutitia et pereat mundus; meskipun dunia ini runtuh hukum harus ditegakkan). Hal ini

dimaksudkan agar tercipta ketertiban dalam masyrakat.sebaliknya masyarakat menghendaki

Page 10: Makalah Hukum Lingkungan - Pencemaran Batik

adannya manfaat dalam pelaksanaan peraturan atau penegakan hukum lingkungan tersebut.

Hukum lingkungan dibuat dengan tujuan untuk melindungi lingkungan dan memberi manfaat

kepada masyarakat. Artinya peraturan tersebut dibuat adalah untuk kepentingan masyarakat,

sehingga jangan sampai terjadi bahwa, karena dilaksanakannya peraturan tersebut, masyarakat

justru menjadi resah. Unsur ketiga adalah keadilan. Dalam penegakan hukum lingkungan harus

diperhatikan, namun demikian hukum tidak identik dengan keadilan, Karena hukum itu sifatnya

umum, mengikat semua orang, dan menyamaratakan. Dalam penataan dan penegakan hukum

lingkungan, unsur kepastian, unsur kemanfaatan ,dan unsur keadilan harus dikompromikan,

ketiganya harus mendapat perhatian secara proporsional. Sehingga lingkungan yang tercemar

dapat dipulihkan kembali.

Upaya pemulihan lingkungan hidup dapat dipenuhi dalam kerangka penanganan sengketa

lingkungan melalui penegakkan hukum lingkungan. Penegakan hukum lingkungan merupakan

bagian dari siklus pengaturan (regulatory chain) perencanaan kebijakan (policy planning) tentang

lingkungan. Penegakan hukum lingkungan di Indonesia mencakup penataan dan penindakan

(compliance and enforcement) yang meliputi bidang hukum administrasi negara, bidang hukum

perdata dan bidang hukum pidana.

Sebelum kita membahas lebih jauh tentang penegakan hukum lingkungan terlebih dahulu

kita harus megtahui definisi dari lingkungan hidup sendiri menurut Undang-Undang No. 32

Tahun 2009 adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk

hidup,termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan

perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

Selanjutnya kita akan membahas definsi dari pencemaran. Menurut Undang-Undang No.

32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pencemaran adalah

masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam

lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang

telah ditetapkan.

Makna dari perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan

terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya

pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan,

pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.

Page 11: Makalah Hukum Lingkungan - Pencemaran Batik

Namun dewasa ini masih saja terdapat beberapa pihak yang melakukan pencemaran

lingkungan hidup, salah satunya yang dilakukan oleh pelaku industri Batik di Pekalongan.

Menurut warga, Pelaku industri Batik telah mencemari aliran sungai disekitar pabrik selamat 2

sampai 3 tahun terakhir. Pencemaran semakin parah karena saluran pembuangan limbah jebol,

yang mana mengakibatkan bau menyengat yang berasal dari pembuangan limbah tersebut. Selain

mencemari lingkungan, kini warga kesulitan untuk mencari air bersih karena limbah telah

bercampur dengan air sumur. Pencemaran tersebut telah melanggar ketentuan dalam Pasal 69

ayat (1) UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,

yang mana setiap orang dilarang untuk:

a. melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan

hidup;

b. memasukkan B3 yang dilarang menurut peraturan perundang-undangan ke dalam wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia;

c. memasukkan limbah yang berasal dari luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

ke media lingkungan hidup Negara Kesatuan Republik Indonesia;

d. memasukkan limbah B3 ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;

e. membuang limbah ke media lingkungan hidup;

f. membuang B3 dan limbah B3 ke media lingkungan hidup;

g. melepaskan produk rekayasa genetik ke media lingkungan hidup yang bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan atau izin lingkungan;

h. melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar;

i. menyusun amdal tanpa memiliki sertifikat kompetensi penyusun amdal; dan/atau

j. memberikan informasi palsu, menyesatkan, menghilangkan informasi, merusak informasi,

atau memberikan keterangan yang tidak benar.

Page 12: Makalah Hukum Lingkungan - Pencemaran Batik

Dapat disimpulkan bahwa pelaku industri Batik telah melanggar beberapa ketentuan dalam

pasal 69 UU No. 32 Tahun 2009. Maka pihak dari pelaku industri Batik harus melakukan

penanggulangan dan pemulihan terhadap lingkungan yang sudah tercemar oleh limbah pabrik

tersebut. Sebagaimana yang diatur dalam pasal 53 UU No. 32 Tahun 2009, setiap orang yang

melakukan pencemaran lingungan hidup wajib melakukan penanggulangan lingkungan hidup

yang dilakukan dengan:

a. pemberian informasi peringatan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup

kepada masyarakat;

b. pengisolasian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;

c. penghentian sumber pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup; dan/atau

d. cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Apabila tahap penanggulangan lingkungan hidup telah dilaksanakan maka pihak yang

mengakibatkan pencemaran lingkungan hidup wajib untuk melakukan pemulihan lingkungan

hidup sebagaimana yang diatur dalam pasal 54 UU No. 32 Tahun 2009, dilakukan dengan

tahapan:

a. penghentian sumber pencemaran dan pembersihan unsur pencemar;

b. remediasi;

c. rehabilitasi;

d. restorasi; dan/atau

e. cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Untuk mencegah pencemaran lingkungan hidup maka dibutuhkanlah pengelolaan limbah

yang baik dan benar, pengelolaan limbah diatur dalam pasal 59 UU No. 32 Tahun 2009

mengenai pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun, yang dilakukan dengan:

a. Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan pengelolaan limbah B3

yang dihasilkannya.

b. Dalam hal B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1) telah kedaluwarsa,

pengelolaannya mengikuti ketentuan pengelolaan limbah B3.

c. Dalam hal setiap orang tidak mampu melakukan sendiri pengelolaan limbah B3,

pengelolaannya diserahkan kepada pihak lain.

Page 13: Makalah Hukum Lingkungan - Pencemaran Batik

d. Pengelolaan limbah B3 wajib mendapat izin dari Menteri, gubernur, atau bupati/walikota

sesuai dengan kewenangannya.

e. Menteri, gubernur, atau bupati/walikota wajib mencantumkan persyaratan lingkungan

hidup yang harus dipenuhi dan kewajiban yang harus dipatuhi pengelola limbah B3

dalam izin.

f. Keputusan pemberian izin wajib diumumkan.

g. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan limbah B3 diatur dalam Peraturan

Pemerintah.

D. Penegakan Hukum Pencemaran Air oleh Limbah Industri Batik

Air merupakan sumber daya alam yang mempunyai arti dan fungsi sangat penting bagi

manusia. Air dibutuhkan oleh manusia, dan makhluk hidup lainnya seperti tetumbuhan, berada di

permukaan dan di dalam tanah, di danau dan laut, menguap naik ke atmosfer, lalu terbentuk

awan, turun dalam bentuk hujan, infiltrasi ke bumi/tubuh bumi, membentuk air bawah tanah,

mengisi danau dan sungai serta laut, dan seterusnyaentah dimulai darimana dan dimana

ujungnya, tak seorangpun mengetahuinya.

Sekali siklus air tersebut terganggu ataupun dirusak, sistemnya tidak akan berfungsi

sebagaimana diakibatkan oleh adanya limbah industri, pengrusakan hutan atau hal-hal lainnya

yang membawa efek terganggu atau rusaknya sistem itu. Suatu limbah industri yang dibuang ke

sungai akan menyebabkan tercemarnya sungai dan terjadi pencemaran lingkungan. Dalam

Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

pasal 1 angka 14 menyebutkan bahwa “Pencemaran Lingkungan Hidup adalah masuk atau

dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup

oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan”.

Air merupakan salah satu bentuk lingkungan hidup fisik, dimana jika air ini tercemar

maka akan berdampak besar bagi kelangsungan hidup makhluk hidup. Limbah pabrik Pelaku

industri Batik yang dibuang ke sungai jelas merupakan salah satu bentuk pencemaran lingkungan

hidup, apalagi dalam kasus tersebut pipa saluran pembuangan limbah ke sungai bocor dan

menyebabkan sumur warga sekitar pabrik tercemar dan air tidak dapat digunakan. Oleh karena

itu perlu adanya penegakkan hukum terhadap pencemaran yang dilakukan oleh Pelaku industri

Batik tersebut agar terciptanya keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum.

Page 14: Makalah Hukum Lingkungan - Pencemaran Batik

Penegakan hukum lingkungan berkaitan erat dengan kemampuan aparatur dan kepatuhan

warga masyarakat terhadap peraturan yang berlaku, yang meliputi tiga bidang hukum, yaitu

administratif, pidana, dan perdata. berikut adalah sarana penegakan hukum:

1. Administratif

Sarana administrasi dapat bersifat preventif dan bertujuan menegakkan peraturan

perundang-undangan lingkungan. Penegakan hukum dapat diterapkan terhadap kegiatan yang

menyangkut persyaratan perizinan, baku mutu lingkungan, rencana pengelolaan lingkungan

(RKL), dan sebagainya. Disamping pembinaan berupa petunjuk dan panduan serta pengawasan

administratif, kepada pengusaha di bidang industri, hendaknya juga ditanamkan manfaat konsep

“Pollution Prevention Pays” dalam proses produksinya.

Penindakan represif oleh penguasa terhadap pelanggaran peraturan perundang-undangan

lingkungan administratif pada dasarnya bertujuan untuk mengakhiri secara langsung

pelanggaran-pelanggaran tersebut.

Sanksi administratif terutama mempunyai fungsi instrumental, yaitu pengendalian

perbuatan terlarang. Disamping itu, sanksi administratif terutama ditujukan kepada perlindungan

kepentingan yang dijaga oleh ketentuan yang dilanggar tersebut. Beberapa jenis sarana

penegakkan hukum administrasi adalah :

a. Paksaan pemerintah atau tindakan paksa;

b. Uang paksa;

c. Penutupan tempat usaha;

d. Penghentian kegiatan mesin perusahaan;

e. Pencabutan izin melalui proses teguran, paksaan pemerintah, penutupan, dan uang paksa.

2. Kepidanaan

Tata cara penindakannya tunduk pada undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum

Acara Pidana. Peranan Penyidik sangat penting, karena berfungsi mengumpulkan bahan/alat

bukti yang seringkali bersifat ilmiah. Dalam kasus perusakan dan/atau pencemaran lingkungan

terdapat kesulitan bagi aparat penyidik untuk menyediakan alat bukti yang sah sesuai ketentuan

Pasal 183 dan Pasal 184 KUHAP. Selain itu, pembuktian unsur hubungan kausal merupakan

kendala tersendiri mengingat terjadinya pencemaran seringkali secara kumulatif, sehingga untuk

membuktikan sumber pencemaran yang bersifat kimiawi sangat sulit. Penindakan atau

Page 15: Makalah Hukum Lingkungan - Pencemaran Batik

pengenaan sanksi pidana adalah merupakan upaya terakhir setelah sanksi administratif dan

perdata diterapkan.

3. Keperdataan

Mengenai hal ini perlu dibedakan antara penerapan hukum perdata oleh instansi yang

berwenang melaksanakan kebijaksaan lingkungan dan penerapan hukum perdata untuk

memaksakan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan lingkungan. Misalnya,

penguasa dapat menetapkan persyaratan perlindungan lingkungan terhadap penjualan atau

pemberian hak membuka tanah atas sebidang tanah. Selain itu, terdapat kemungkinan “beracara

singkat” bagi pihak ketiga yang berkepetingan untuk menggugat kepatuhan terhadap undang-

undang dan permohonan agar terhadap larangan atau keharusan dikaitkan dengan uang paksa.

Penegakan hukum perdata ini dapat berupa gugatan ganti kerugian dan biaya pemulihan

lingkungan.

Menurut kami, penegakan hukum yang paling tepat diterapkan terhadap pencemaran

limbah oleh Pelaku industri Batik tersebut adalah dengan hukum keperdataan mengingat sudah

terjadinya pencemaran lingkungan hidup yang parah di lingkungan masyarakat. Pemerintah bisa

mengenakan ganti kerugian terhadap Pelaku industri Batik dan meminta biaya untuk digunakan

sebagai pemulihan lingkungan.

Page 16: Makalah Hukum Lingkungan - Pencemaran Batik

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pencemaran air sungai adalah peristiwa masuknya zat, energi, unsur, atau komponen lainnya

kedalam air sungai sehingga menyebabkan turunnya kualitas air sungai yang terganggu

ditandai dengan perubahan bau yang menyengat, rasa, dan warna yang keruh.

2. Bahan pencemaran sungai dapat dikelompokkan menjadi sampah, bahan buangan padat,

bahan pencemar penyebab penyakit, bahan pencemar senyawa anorganik/mineral, bahan

pencemar oganik, bahan pencemar zat radioaktif, bahan pencemar endapan/sedimen, bahan

pencemar berupa kondisi.

3. Secara umum penyebab pencemaran sungai dikelompokkan menjadi limbah industri, limbah

pemukiman, limbah pertanian, limbah pertambangan, dan limbah rumah sakit.

4. Pencegahan pencemaran sungai antara lain tidak membuang sampah penggunaan detergen

secukupnya, penggunaan pupuk dan pestisida secukupnya, setiap industri atau pabrik

menyediakan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL), reboisasi, pengomposan sampah

organik, dan pendaurulangan sampah anorganik.

5. Penanggulangan pencemaran sungai antara lain melakukan pengelolaan sampah seperti

melakukan pengomposan sampah organik dan mendaur ulang sampah anorganik dan limbah

industri. Selain itu kita bisa melakukan program kali bersih (PROKASIH) untuk

menanggulangi sungai-sungai yang tercemar.

Penataan hukum lingkungan di Indonesia khususnya dalam hal penegakannya masih

belum efektif terbukti dengan adanya pembuangan limbah industri yang dilakukan oleh Industri

Batik di Pekalongan yang mengakibatkan tercemarnya air yang berada di lingkungan sekitar

pabrik yang menimbulkan keresahan warga sekitar. Padahal air merupakan hal yang sangat

penting dalam menunjang kehidupan manusia. Padahal ada banyak sekali langkah penegakan

hukum yang dapat dilakukan mulai dari saksi administrative, sanksi keperdataan dan sanski

kepidanaan. Sebab dalam menerapkan saksi hukum sebaiknya dijatuhkan sanksi yang tepat serta

Page 17: Makalah Hukum Lingkungan - Pencemaran Batik

dapat mencakup komposisi dari fungsi hukum itu sendiri seperti kepastian, kemafaatan, dan

keadilan serta tidak menimbulkan kerasahan pada masyarakat.

B. Saran

Kesadaran akan pentingnya memelihara kelestarian sungai sangat penting. Melakukan

segala pencegahan dan penanggulangan tidak akan berjalan apabila tidak adanya kesadaran

masyarakat akan pentingnya sungai. Untuk itu marilah kita jaga dan lestarikan sungai kita dari

hal terkecil seperti tidak membuang sampah ke sungai. Dengan begitu kita ikut membantu

pemerintah untuk menanggulangi sungai-sungai kita yang tercemar. Melestarikan alam adalah

kewajiban kita sebagai pelajar dan generasi penerus.

Penerapan sanksi yang tepat dalam kasus ini adalah sanksi keperdataan berupa

penggantian kerugian yang nantinya dapat digunakan sebagai alat untuk merehabititasi

lingkungan agar dapat kembali seperti semula. Sebab yang mengalami dampak terbesar dalam

pencemaran tersebut adalah masyarakat di sekitar pabrik tersebut. Sehingga jika tidak dilakukan

pemulihan lingkungan tersebut maka masyarakatlah yang akan menderita dan pengusaha atau

pemilik panrik tersebut tidak mengalami dampaknya.

Page 18: Makalah Hukum Lingkungan - Pencemaran Batik

DAFTAR PUSTAKA

Daftar Buku

Hardjasoemantri Koesnadi, 2006. "Hukum Tata LIngkungan",Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta.

Machmud Syahrul,S.H.,M.H, 2007. "Penegakan Hukum Lingkungan", Mandar Maju, Bandung.

H.T.N Siahaan, 2004. "Hukum LIngkungan dan Ekologi Pembangunan", Erlangga, Jakarta.

Muhamad Erwin, 2011. Hukum Lingkungan : Dalam Sistem Kebijaksanaan Pembangunan

Lingkungan Hidup, Cetakan ketiga, Bandung, PT. Refika Aditama.

Sudikno, Mertokusumo, 1988. Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty, Yogyakarta.

Sunarso, Siswanto, 2005. Hukum Pidana lingkungan Hidup Dan Strategi Penyelesaian Sengketa.

Rineka Cipta. Jakarta

Daftar Undang-Undang

Undang-Undang No. 32 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Undang-Undang No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 tentang pengelolaan Pengelolaan Limbah Bahan

Berbahaya dan Beracun (Peraturan Pemerintah Limbah B3)

Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 Tentang Limbah B3