makalah hipersensitivitas

23
BAB I KONSEP MEDIS A. Definisi Reaksi hipersensitivitas tipe 2 merupakan sitotoksik yang bergantung pada antibodi. Koombinasi antigen yang terdapat pada permukaan sel dengan antibodi akan mengakibatkan kerusakan sel, baik sebagai akibat adheren opsonik fagosit melalui Fc atau adheren imun melalui ikatan C3. Pada makanisme sitotoksik, sel sasaran yang dibungkus oleh antibodi IgG konserntrasi rendah dapat dibunuh secara nonspesifik melalui mekanisme non fagosit ekstra seluler yang melibatkan sel limforetikular yang tak sensitasi. Reaksi hipersensitivitas tipe II atau Sitotoksis terjadi karena dibentuknya antibodi jenis IgG atau IgM terhadap antigen yang merupakan bagian sel pejamu. Reaksi ini dimulai dengan antibodi yang bereaksi baik dengan komponen antigenik sel, elemen jaringan atau antigen atau hapten yang sudah ada atau tergabung dengan elemen jaringan tersebut. Kemudian 1

Upload: warnet-raha

Post on 24-Jul-2015

35 views

Category:

Design


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah hipersensitivitas

BAB I

KONSEP MEDIS

A. Definisi

Reaksi hipersensitivitas tipe 2 merupakan sitotoksik yang bergantung pada

antibodi. Koombinasi antigen yang terdapat pada permukaan sel dengan antibodi akan

mengakibatkan kerusakan sel, baik sebagai akibat adheren opsonik fagosit melalui Fc

atau adheren imun melalui ikatan C3.

Pada makanisme sitotoksik, sel sasaran yang dibungkus oleh antibodi IgG

konserntrasi rendah dapat dibunuh secara nonspesifik melalui mekanisme non fagosit

ekstra seluler yang melibatkan sel limforetikular yang tak sensitasi.

Reaksi hipersensitivitas tipe II atau Sitotoksis terjadi karena dibentuknya

antibodi jenis IgG atau IgM terhadap antigen yang merupakan bagian sel pejamu. Reaksi

ini dimulai dengan antibodi yang bereaksi baik dengan komponen antigenik sel, elemen

jaringan atau antigen atau hapten yang sudah ada atau tergabung dengan elemen

jaringan tersebut. Kemudian kerusakan diakibatkan adanya aktivasi komplemen atau

sel mononuklear.

Reaksi hipersensitivitas tipe 2 dapat melalui 2 jalur ;

1. Melalui jalur ADCC (Antibody Dependent Cell Cytotoxicity)

Reaksi sitotoksis ekstraseluler oleh sel K (Killer cell) yang mempunyai reseptor

untuk Fc. Adanya Antigen yang merupakan bagian sel pejamu,menyebabkan

1

Page 2: Makalah hipersensitivitas

dibentuknya Antbodi Ig G / Ig M sehingga mengaktifkan sel K yang memiliki

reseptor Fc sebagai efektor ADCC.

2. Melalui aktivitas sistem komplemen

Reaksi yang timbul akibat reaksi hipersensitivitas tipe 2 yaitu;

a. Reaksi Transfusi

Menurut system ABO, sel darah manusia dibagi menjadi 4 golongan yaitu A, B,

AB dan O. Selanjutnya diketahui bahwa golongan A mengandung antibodi (anti B

berupa Ig M) yang mengaglutinasikan eritrosit golongan B, darah golongan B

mengandung antibodi (anti A berupa Ig M) yang mengaglutinasikan eritrosit

golongan A, golongan darh AB tidak mengandung antibodi terhadap antigen

tersebut dan golongan darh O mengandung antibodi (Ig M dan Ig G) yang dapat

mengaglutinasikan eritrosit golongan A dan B. Antibodi tersebut disebut

isohemaglutinin.

Aglutinin tersebut timbul secara alamiah tanpa sensitasi atau imunisasi. Bentuk

yang paling sederhana dari reaksi sitotoksik terlihat pada ketidakcocokan

transfusi darah golongan ABO. Ada 3 jenis reaksi transfusi yaitu reaksi hemolitik

yang paling berat, reaksi panas, dan reaksi alergi seperti urtikaria, syok, dan

asma. Kerusakan ginjal dapat pula terjadi akibat membrane sel yang menimbun

dan efek toksik dan kompleks haem yang lepas.

2

Page 3: Makalah hipersensitivitas

b. Reaksi Antigen Rhesus

Ada sejenis reaksi transfusi yaitu reaksi inkompabilitas Rh yang terlihat pada

bayi baru lahir dari orang tuanya denga Rh yang inkompatibel (ayah Rh+ dan

ibu Rh-). Jika anak yang dikandung oleh ibu Rh- menpunyai darah Rh+ maka

anak akan melepas sebagian eritrositnya ke dalam sirkulasi ibu waktu partus.

Hanya ibu yang sudah disensitasi yang akan membentuk anti Rh (IgG) dan hal

ini akan membahayakan anak yang dikandung kemudian. Hal ini karena IgG

dapat melewati plasenta. IgG yang diikat antigen Rh pada permukaan eritrosit

fetus biasanya belum menimbulkan aglutinasi atau lisis. Tetapi sel yang ditutupi

Ig tersebut mudah dirusak akibat interaksi dengan reseptor Fc pada fagosit.

Akhirnya terjadi kerusakan sel darah merah fetus dan bayi lahir kuning,

Transfusi untuk mengganti darah sering diperlukan dalam usaha

menyelamatkan bayi.

c. Anemia Hemolitik autoimun

Akibat suatu infeksi dan sebab yang belum diketahui, beberapa orang

membentuk Ig terhadap sel darah merah sendiri. Melalui fagositosis via

reseptor untuk Fc dan C3b, terjadi anemia yang progresif. Antibodi yang

dibentuk berupa aglutinin panas atau dingin, tergantung dari suhu yang

dibutuhkan untuk aglutinasi.

d. Reaksi Obat

3

Page 4: Makalah hipersensitivitas

Obat dapat bertindak sebagai hapten dan diikat pada permukaan eritrosit

yang menimbulkan pembentukan Ig dan kerusakan sitotoksik. Sedormid

dapat mengikat trombosit dan Ig yang dibentuk terhadapnya akan

menghancurkan trombosit dan menimbulkan purpura. Chloramfenicol dapat

mengikat sel darah putih, phenacetin dan chloropromazin mengikat sel darah

merah.

e. Sindrom Goodpasture

Pada sindrom ini dalam serum ditemukan antibodi yang bereaksi dengan

membran basal glomerulus dan paru. Antibodi tersebut mengendap di ginjal

dan paru yang menunjukkan endapan linier yang terlihat pada

imunoflouresen.

Ciri sindrom ini glomerulonefritis proliferatif yang difus dan peredaran paru.

Perjalanannya sering fatal. Dalam penanggulangannya telah dicoba dengan

pemberian steroid, imunosupresan, plasmaferisis, nefektomi yang disusul

dengan transplantasi. Jadi, sindrom ini merupakan penyakit auroimun yang

membentuk antibodi terhadap membrane basal. Sindrom ini sering

ditemukan setelah mengalami infeksi streptococ.

f. Myasthenia gravis

4

Page 5: Makalah hipersensitivitas

Penyakit dengan kelemahan otot yang disebabkan gangguan transmisi

neuromuskuler, sebagian disebabkan oleh autoantibodi terhadap reseptor

astilkoli.

g. Pempigus

Penyakit autoimun yang disertai antibodi tehadap desmosom diantara

keratinosit yang menimbulkan pelepasan epidermis dan gelembung-

gelembung.

B. Etiologi

Reaksi hipersensitivitas tipe II atau Sitotoksis terjadi karena dibentuknya antibodi

jenis IgG atau IgM terhadap antigen yang merupakan bagian sel pejamu.

C. Patofisiologi

Antibodi (igG dan IgM) menyebabkan penyakit dengan berikatan pada target

antigennya yang ada pada permukaan sel atau jaringan, misalnya pada penyakit anemia

hemolitik. Terjadinya Reaksi Hipersensitivitas Tipe-II ini sangat erat kaitannya dengan

adanya suatu proses penanggulangan munculnya sel klon baru. Adanya sel klon baru

tersebut dapat ditemukan pada sel tumor, sel terinfeksi virus, sel yang terinduksi

mutagen

Selanjutnya sel-sel tersebut dikenal dengan sel target, yakni suatu sel karena

adanya faktor lingkungan sel tersebut mengalami perubahan DNA (kecacatan-DNA).

Oleh karena itu sel tersebut harus diperbaiki (DNA repair) atau dimusnahkan melalui

sistem imunologik. Jika sel tersebut tidak dimusnahkan oleh sistem imun tubuh maka

sel tersebut dapat berkembang menjadi klon baru yang selanjutnya dapat menimbulkan

5

Page 6: Makalah hipersensitivitas

gangguan penyakit. Contohnya; Reaksi transfusi, AHA, Reaksi obat, Sindrom Good

posture, miastenia gravis, pemvigus. Mekanisme reaksinya ada 3 macam yaitu` :

a. Fagositosis sel melalui proses apsonik adherence atau immune adherence

b. Reaksi sitotoksis ekstraseluler oleh sel K (Killer cell) yang mempunyai reseptor

untuk Fc. Adanya Antigen yang merupakan bagian sel pejamu,menyebabkan

dibentuknya Antbodi Ig G / Ig M sehingga mengaktifkan sel K yang memiliki

reseptor Fc sebagai efektor ADCC.

c. Lisis sel karena bekerjanya seluruh sistem komplemen. Ikatan Ag-Ab mengaktifkan

komplemen  sehingga menyebabkan lisis.

(Mekanisme: Ag → masuk tubuh → menempel pada sel tertentu → merangsang

terbentuknya Ig G atau Ig M → mengaktifkan komplemen → menimbulkan lisis)

6

Page 7: Makalah hipersensitivitas

D. Manifestasi

Manifestasi klinis reaksi alergi tipe 2 umumnya berupa kelainan darah, seperti anemia

hemolitik, trombositopenia, eusinofilia, dan granulasitopenia.

BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Aktifitas / Istirahat

Keletihan, kelemahan, malaise umum.

Kehilangan produktifitas, penurunan semangat untuk bekerja

Toleransi terhadap latihan rendah.

Kebutuhan untuk istirahat dan tidur lebih banyak

2. Sirkulasi

Riwayat kehilangan darah kronis,

Riwayat endokarditis infektif kronis.

Palpitasi.

3. Integritas ego

7

Page 8: Makalah hipersensitivitas

Keyakinan agama atau budaya mempengaruhi pemilihan pengobatan, misalnya:

penolakan tranfusi darah.

4. Eliminasi

Riwayat pielonenepritis, gagal ginjal.

Flatulen, sindrom malabsobsi.

Hematemesi, melana.

Diare atau konstipasi

5. Makanan / cairan

Nafsu makan menurun

Mual/ muntah

Berat badan menurun

6. Nyeri / kenyamanan

Lokasi nyeri terutama di daerah abdomen dan kepala.

7. Pernapasan

Napas pendek pada saat istirahat maupun aktifitas

8. Seksualitas

Perubahan menstuasi misalnya menoragia, amenore

Menurunnya fungsi seksual

Impotent

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen / nutrisi

ke sel ditandai dengan palpitasi, kulit pucat, membrane mukosa kering, kuku dan

8

Page 9: Makalah hipersensitivitas

rambut rapuh, ekstremitas dingin perubahan tekanan darah, pengisian kapiler

lambat ketidakmampuan berkonsentrasi, disorientasi

Tujuan : menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat

2. Intoleran aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen

Ditandai dengan kelemahan dan kelelahan, mengeluh penurunan aktifitas /latihan

lebih banyak memerlukan istirahat /tidur, Palpitasi,takikardi, peningkatan tekanan

darah.

Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kegagalan untuk

mencerna, absorbsi makanan ditandai dengan: Penurunan berat badan normal,

penurunan turgor kulit, perubahan mukosa mulut. nafsu makan menurun, mual

kehilangan tonus otot

Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi yang dikuti dengan peningkatan berat badan.

4. Gangguan eliminasi fekal: diare berhubungan dengan penurunan jumlah makanan,

perubahan proses pencernaan , efek samping penggunaan obat ditandai dengan :

Adanya perubahan pada frekuensi, karakteristik, dan jumlah feses mual, muntah,

penurunan nafsu makan, nyeri abdomen, ganguan peristaltik

Tujuan: pola eliminasi normal sesuai dengan fungsinya

C. INTERVENSI

DIAGNOSA 1

1. Kaji tanda-tanda vital, warna kulit, membrane mukosa, dasar kuku

9

Page 10: Makalah hipersensitivitas

2. Beri posisi semi fowler

3. Kaji nyeri dan adanya palpitasi

4. Pertahankan suhu lingkungan dan tubuh pasien

5. Hindari penggunaan penghangat atau air panas

Kolaborasi:

1. Monitor pemeriksaan laboratorium misal Hb/Ht dan jumlah SDM

2. Berikan SDM darah lengkap /pocket

3. Berikan O2 tambahan sesuai dengan indikasi

DIAGNOSA 2

1. Kaji kemampuan aktifitas pasien

2. Kaji tanda-tanda vital saat melakukan aktifitas

3. Bantu kebutuhan aktifitas pasien jika diperlukan

4. Anjurkan kepada pasien untuk menghentikan aktifitas jika terjadi palpitasi

5. Gunakan tehnik penghematan energi misalnya mandi dengan duduk.

DIAGNOSA 3.

1. Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai

2. Observasi dan catat masukan makanan pasien

3. Timbang berat badan tiap hari

4. Berikan makanan sedikit dan frekuensi yang sering

5. Observasi mual, muntah , flatus dan gejala lain yang berhubungan

6. Bantu dan berikan hygiene mulut yang baik

10

Page 11: Makalah hipersensitivitas

Kolaborasi :

1. Konsul pada ahli gizi

2. Berikan obat sesuai dengan indikasi misalnya: vitamin dan mineral suplemen.

3. Berikan suplemen nutrisi

DIAGNOSA 4

1. Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah.

2. Kaji bunyi usus

3. Beri cairan 2500-3000 ml/hari dalam toleransi jantung

4. Hindari makan yang berbentuk gas

5. Kaji kondisi kulit perianal

Kolaborasi :

1. Konsul ahli gizi untuk pemberian diit seimbang

2. Beri laksatif

3. Beri obat anti diare

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

A. DATA DEMOGRAFI

A. Biodata

11

Page 12: Makalah hipersensitivitas

o Nama ( nama lengkap, nama panggilan ) : Nn. F

o Umur : 20 tahun

o Jenis kelamin : Perempuan

o Alamat ( lengkap dengan no.telp ) : Wakatobi

o Suku / bangsa : Buton/Indonesia

o Agama / keyakinan : Islam

o Pekerjaan / sumber penghasilan : Mahasiswi

o Penanggung : Jamkesmas

o Tanggal masuk : 20 september 2010

o Sumber informasi : Orang Tua

i. STATUS KESEHATAN SAAT INI

1. Keluhan utama : klien mengeluh lemas,

2. Riwayat keluhan Utama :

Awalnya klien mengatakan bahwa dia tidak suka makan sayur dan minum susu

sejak 2 bulan yang lalu.

3. Faktor pencetus : tidak diketahui

4. Lamanya keluhan : 2 bulan

5. Timbulnya keluhan : ( √ ) bertahap ( ) mendadak

6. Diagnosa medik : anemia hemolitik

ii. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

1. Penyakit yang pernah dialami

a. Kanak-kanak : tidak pernah

12

Page 13: Makalah hipersensitivitas

b. Kecelakaan : tidak pernah

c. Pernah dirawat : tidak pernah

2. Alergi : alergi terhadap udang dan kepiting

3. Obat-obatan :

Pengobatan Sekarang

Pemberian preparat besi (ferosulfat/ferofumarat/feroglukonat) dosis 4-6 mg besi

elemental/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis, diberikan di antara waktu makan.

4. Pola nutrisi

Sebelum sakit

a) Berat badan : 45 Kg

b) Tinggi badan : 160 cm

c) Makanan yang disukai : makanan yang lunak (bubur)

d) Makanan oyang tidak disukai : udang dan kepiting

e) Makanan pantangan : udang dan kepiting

f) Nafsu makan : baik

Perubahan Setelah Sakit :

a) Jenis diet : buah-buahan

b) Nafsu makan : tidak baik

c) Rasa mual : ada

d) Muntah : ada

e) Perubahan berat : terjadi penurunan berat badan

f) Berat badan saat dikaji : 42 kg

Data lainnya :

13

Page 14: Makalah hipersensitivitas

IMT : BB/TB2

= 42/(1,60) 2

= 42 / 2,56

= 16,406 ( kurus)

5. Pola eliminasi

Sebelum sakit :

a) Buang air besar

Frekuensi : 1 x perhari

Penggunaan pencahar : tidak ada

Konsistensi : Lunak

b) Buang air kecil

Frekuensi : 3 – 4 x perhari

Warna : Kuning Muda

Bau : Amoniak

Perubahan setelah sakit :

a) BAB : 1 x perhari

b) BAK : 3 x sehari

6. Pola tidur dan Istirahat

Sebelum sakit :

a) Waktu tidur : malam, 20.00 – 07.00

b) Lama tidur/hari : ± 11 jam sehari

c) Kesulitan dalam tdr : tidak ada

14

Page 15: Makalah hipersensitivitas

Perubahan setelah sakit :

a) Waktu tidur (jam) : 19.00 – 01.30 siang : 14.00 – 16.00

b) Lama tidur (hari) : ± 8 1/2 jam sehari

c) Sering terbangun bila rasa kepala nyeri

d) Posisi tidur klien supinasi miring kanan/kiri

7. Pola aktifitas dan latihan

Sebelum sakit :

a) Kegiatan : mahasiswi (kuliah)

b) Olah raga : tidak ada

Perubahan setelah sakit :

Klien tidak melakukan kegiatan outdoor karena dirawat ; bila ke kamar mandi

ditemani keluarga karena khawatir jatuh.

8. Pola pekerjaan

Sebelum sakit :

a) Jenis pekerjaan : mahasiswi

b) Jumlah jam : ± 12 jam sehari

c) Jadwal : pukul 08.00 – 12. 00 sore : 13.00 – 18.00

TEST DIAGNOSTIK

a. Feritin serum

b. pemeriksaan laboratorium

B. DIAGNOSA

15

Page 16: Makalah hipersensitivitas

a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen / nutrisi

ke sel ditandai dengan palpitasi, kulit pucat, membrane mukosa kering, kuku dan

rambut rapuh, ekstremitas dingin perubahan tekanan darah, pengisian kapiler

lambat ketidakmampuan berkonsentrasi, disorientasi

Tujuan : menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat

b. Intoleran aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen

Ditandai dengan kelemahan dan kelelahan, mengeluh penurunan aktifitas /latihan

lebih banyak memerlukan istirahat /tidur, Palpitasi,takikardi, peningkatan tekanan

darah.

Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas.

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kegagalan untuk

mencerna, absorbsi makanan ditandai dengan: Penurunan berat badan normal,

penurunan turgor kulit, perubahan mukosa mulut. nafsu makan menurun, mual

kehilangan tonus otot

Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi yang dikuti dengan peningkatan berat badan.

d. Gangguan eliminasi fekal: diare berhubungan dengan penurunan jumlah makanan,

perubahan proses pencernaan , efek samping penggunaan obat ditandai dengan :

Adanya perubahan pada frekuensi, karakteristik, dan jumlah feses mual, muntah,

penurunan nafsu makan, nyeri abdomen, ganguan peristaltik

Tujuan: pola eliminasi normal sesuai dengan fungsinya

DAFTAR PUSTAKA

16

Page 17: Makalah hipersensitivitas

Manjoer, Arief. 2001. Kapita Selekta Kedokteran FK UI : Media Aeskulatius

Haznan. 1987. Compadium Diagnostic dan Terapi Ilmu Penyakit Dalam Bandung : Ganesa.

Brunner & Suddarth. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Jakarta : EGC.

Doenges, Marilynn, dkk. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Jakarta : EGC.

Long, Barbara C.1996 Perawatan Medikal Bedah ( Suatu Pendekatan Proses Keperawatan )

Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung.

17