makalah hiperbilirubinemia

42
SISTEM DIGESTIF II Tutor 7 KASUS 4 SISTEM DIGESTIF II HIPERBILIRUBINEMIA Disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok Tutor mata kuliah Sistem Digestif II Disusun oleh : KELOMPOK TUTOR 6 Dian Palupi Kusuma W (220110100074) Fitri aryanti (220110100075) Wina tresnawati (220110100076) Fithri Wahyuni Putri (220110100077) Dinny Ria Pertiwi (220110100078) Febi Dwi Putri (220110100079) Adrian Nur Prayoga (220110100080) Huseino Ahmad (220110100081) Aditya Bayukusuma (220110100082) Aisah Syayidah (220110100083) Intan Melati (220110100141) Tsaalist Murharroroh (220110100016) Hiperbilirubinemia

Upload: intana-melati-soehardi

Post on 02-Aug-2015

801 views

Category:

Documents


33 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah hiperbilirubinemia

sistem digestif II Tutor 7

KASUS 4 SISTEM DIGESTIF II

HIPERBILIRUBINEMIA

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok Tutor mata kuliah Sistem Digestif II

Disusun oleh :

KELOMPOK TUTOR 6

Dian Palupi Kusuma W (220110100074)

Fitri aryanti (220110100075)

Wina tresnawati (220110100076)

Fithri Wahyuni Putri (220110100077)

Dinny Ria Pertiwi (220110100078)

Febi Dwi Putri (220110100079)

Adrian Nur Prayoga (220110100080)

Huseino Ahmad (220110100081)

Aditya Bayukusuma (220110100082)

Aisah Syayidah (220110100083)

Intan Melati (220110100141)

Tsaalist Murharroroh (220110100016)

Fakultas Keperawatan

Universitas Padjadjaran

2012

Hiperbilirubinemia

Page 2: makalah hiperbilirubinemia

sistem digestif II Tutor 7

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas tutorial mata kuliah digestif II System.

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai Hiperbilirubinemia.

Tak lupa penyusun ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu

penyelesaian penulisan makalah ini, khususnya dosen kami ibu Siti Yuyun, bapak Irman

Somantri serta dosen-dosen lainnya.

Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan.

Oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun

dari para pembaca. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penyusun khususnya

dan bagi pembaca pada umumnya.

Jatinangor, 25 Maret 2012

Kelompok 7

Hiperbilirubinemia

Page 3: makalah hiperbilirubinemia

sistem digestif II Tutor 7

Kasus Pemicu

Bayi D seorang bayi laki-laki berusia 2 hari. BB 1900 gr, PB 47 cm, gravida 34 minggu, lahir

melalui SC. Dirawat di ruang perinatologi dengan alasan bayi tersebut tampak

ikterik/jaundice. Berdasarkan ikterometer secara subjektif berdasarkan skala kremer. Ikteri

terdapat di sklera dan wajah, dada, pusat bagian bawah sampai lutut. Bayi 2 dirawat terpisah

dengan ibunya. Kondisi ibu masih lemah setelah operasi. Dari pemfis terhadap bayi, tampak

bayi kurang, aktif, refleks sucking lemah, menangis lemah, dari palpasi didapatkan hepar

tidak teraba, ginjal teraba, S = 36,8, RR = 52, HR = 143x/menit.

Hasil lab; Hb 16,7, leukosit 5300, trombosit 109.000, MCV 102,3, MCH 38,4, MCHC 37,5,

gula darah sewaktu 64, gula darah puasa 71, bilirubin total 10,91, bilirubin direct 0,66 mg/dl.

SMALL GROUP DISCUSSION

STEP 1

1. Gravida : Dalam kandungan / kehamilan

2. Refleks sucking : reflek menghisap

3. Ikterik : kekuningan di mata

4. Skala kremer

5. Ikterometer : alat untuk menghitung kadar bilirubin

6. MCH, MCV, MCHC beserta rumusnya

7. Perinatologi : ruangan bayi

8. Bilirubin direct : bilirubin yang larut dalam air, dapat dikeluarkan dalam urin

9. SC : Sesio Caesaria

Hiperbilirubinemia

Page 4: makalah hiperbilirubinemia

sistem digestif II Tutor 7

STEP 2

1. Mengapa pada bayi hepar tidak teraba?

2. Penyebab bayi kurang aktif?

3. Ginjal teraba, normal/tidak? Mengapa?

4. Penyebab lama kehamilan berbeda-beda? Penyebab dan dampaknya apa?

5. Penatalaksanaan bayi penderita Jaundice? Kenapa bayi dipisahkan dari ibunya? Prosedur

yang benar seperti apa?

6. Tindakan untuk menangani reflek sucking seperti apa?

7. Pemlab normal tidak? Normalnya berapa?

8. Penyebab kekuningan?

9. Adakah hubungan penyakit ini dengan genetik?

10. Dampak kelahiran prematur?

11. Mekanisme pembentukan bilirubin sampai mengapa terjadi hiperbilirubin?

12. Fototerapi dan transfusi exchange?

13. Apakah pentingnya menangis?

14. Maksud skala kremer apa? Perhitungannya seperti apa?

15. Penyebab refleks sucking lemah?

16. Indikasi dilakukan SC?

Hiperbilirubinemia

Page 5: makalah hiperbilirubinemia

sistem digestif II Tutor 7

STEP III

2. Karena lemah

3. Tidak, normalnya tidak teraba

4. 37 - 42 minggu

5. Fototerapi, dijemur, terapi exchange

6. dilatih untuk menghisap, kasih puting ibunya

8. Hiperbilirubin

13. tanda mulai bernapas, berarti organ pernapasan bayi berfungsi

15. Darah tinggi, sesak nafas, bayi sungsang, tulang panggul kecil, tidak mau merasakan sakit,

tidak mau merubah organ

Learning Objektif

No. 1, 7, 9, 10, 11, 12, 14, 16.

STEP V

Hiperbilirubinemia

Konsep Hiperbilirubinemia :

- Definisi

- Etiologi

- Manifestasi klinis

- Komplikasi

- Klasifikasi

- Pemeriksaan penunjang

Hiperbilirubinemia

Page 6: makalah hiperbilirubinemia

sistem digestif II Tutor 7

- Penatalaksanaan

- Pencegahan

- prognosis

- Aspek legal etik

Patofisiologi

LO

ASKEP

STEP VI . Self Study

STEP VII

Reporting

Hiperbilirubinemia

Page 7: makalah hiperbilirubinemia

sistem digestif II Tutor 7

A. KONSEP PENYAKIT

1. Definisi

Ikterus terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah. Pada sebagian

neonatus, ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama kehidupannya.

Dikemukakan bahwa angka kejadian ikterus terdapat pada 60% bayi cukup bulan dan

pada 80% bayi kurang bulan. Ikterus ini pada sebagian lagi mungkin bersifat

patologik yang dapat menimbulkan gangguan yang menetap atau menyebabkan

kematian, karenanya setiap bayi dengan ikterus harus mendapat perhatian terutama

apabila icterus ditemukan dalam 24 jam pertama kehidupan bayi atau kadar bilirubin

meningkat lebih dari 5 mg/dl dalam 24 jam.

Proses hemolisis darah, infeksi berat, ikterus yang berlangsung lebih dari 1

minggu serta bilirubin direk lebih dari 1 mg/dl juga merupakan keadaan yang

menunjukkan kemungkinan adanya ikterus patologik. Dalam keadaan tersebut

penatalaksanaan ikterus harus dilakukan sebaik-baiknya agar akibat buruk ikterus

dapat dihindarkan.

Hiperbilirubinemia merupakan suatu keadaan dimana kadar bilirubin serum total

yang lebih dari 10 mg% pada minggu pertama yang ditandai dengan ikterus pada

kulit, sclera dan organ lain. Keadaan ini mempunyai potensi meningkatkan kern

ikterus yaitu keadaan kerusakan pada otak akibat perlengketan kadar bilirubin

pada otak. (Ni Luh Gede, 1995)

Hiperbilirubin merupakan gejala fisiologis (terdapat pada 25 – 50% neonates

cukup bulan dan lebih tinggi pada neonatus kurang bulan) (IKA II, 2002).

Hiperbilirubin adalah meningginya kadar bilirubin pada jaringan ekstravaskuler

sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kuning.

(Ngastiyah, 1997)

Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar

nilainya lebih dari normal (Suriadi, 2001).

Nilai normal : bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl, bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.

Menurut Klous dan Fanaraft (1998) bilirubin dibedakan menjad dua jenis yaitu:

Hiperbilirubinemia

Page 8: makalah hiperbilirubinemia

sistem digestif II Tutor 7

1. Bilirubin tidak terkonjugasi atau bilirubin indirek atau bilirubin bebas yaitu

bilirubin tidak larut dalam air, berikatan dengan albumin untuk transport dan

komponen bebas larut dalam lemak serta bersifat toksik untuk otak karena bias

melewati sawar darah otak.

2. Bilirubin terkonjugasi atau bilirubin direk atau bilirubin terikat yaitu

bilirubinlarut dalam air dan tidak toksik untuk otak.

2. Etiologi

Etiologi hiperbilirubin antara lain :

Hemolisis akibat inkompatibilitas gol. Darah ABO atau defisiensi

gangguan pembuluh darah

Perdarahan tertutup misalnya trauma kelahiran

Inkompatibilitas Rh

Hipoksia

Dehidrasi

Asidosis

Polisitemia

Prematur

ASI

Kelebihan produksi bilirubin

Gangguan kapasitas sekresi konjugasi bilirubin dalam hati

Beberapa penyakit

Genetic

Kurangnya enzim glukoroni transferase sehingga kadar bilirubin

meningkat

Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan

Hipoglikemia

Hiperbilirubinemia

Page 9: makalah hiperbilirubinemia

sistem digestif II Tutor 7

Faktor resiko terjadinya hiperbilirubin antara lain:

Faktor Maternal

Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia, Native American,Yunani)

Komplikasi kehamilan (DM, inkompatibilitas ABO dan Rh)

Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik

ASI

Faktor Perinatal

Trauma lahir (sefalhematom, ekimosis)

Infeksi (bakteri, virus, protozoa)

Faktor Neonatus

Prematuritas

Faktor genetic

Polisitemia

Obat (streptomisin, kloramfenikol, benzyl-alkohol, sulfisoxazol)

Rendahnya asupan ASI

Hipoglikemia

Hipoalbuminemia

3. Manifestasi Klinis

Secara umum gejala dari penyakit hiperbilirubin ini antara lain:

Pada permukaan tidak jelas, tampak mata berputar-putar

Letargi

Kejang

Tidak mau menghisap

Dapat tuli, gangguan bicara, retardasi mental

Bila bayi hidup pada umur lanjut disertai spasme otot, kejang, stenosis yang disertai

ketegangan otot

Perut membuncit

Hiperbilirubinemia

Page 10: makalah hiperbilirubinemia

sistem digestif II Tutor 7

Pembesaran pada hati

Feses berwarna seperti dempul

Ikterus

Muntah, anoreksia, fatigue, warna urin gelap.

Terdapat ikterus pada sklera, kuku/kulit dan membran mukosa.

Jaundice yang tampak 24 jam pertama disebabkan penyakit hemolitik pada bayi baru

lahir, sepsis atau ibu dengan diabetik atau infeksi.

Jaundice yang tampak pada hari ke 2 atau 3 dan mencapai puncak pada hari ke 3-4 dan

menurun hari ke 5-7 yang biasanya merupakan jaundice fisiologi.

Menurut Surasmi (2003) gejala hiperbilirubinemia dikelompokkan menjadi :

a. Gejala akut :

Gejala yang dianggap sebagai fase pertama kernikterus pada neonatus adalah letargi,

tidak mau minum dan hipotoni.

b. Gejala kronik :

Tangisan yang melengking (high pitch cry) meliputi hipertonus dan opistonus (bayi

yang selamat biasanya menderita gejala sisa berupa paralysis serebral dengan atetosis,

gengguan pendengaran, paralysis sebagian otot mata dan displasia dentalis).

Sedangakan menurut Handoko (2003) gejalanya adalah warna kuning (ikterik) pada

kulit, membrane mukosa dan bagian putih (sclera) mata terlihat saat kadar bilirubin

darah mencapai sekitar 40 μmol/l.

4. Klasifikasi

a. Ikterus fisiologis

- Timbul pada hari ke 2 atau ke 3 tampak jelas pada hari ke 5-6 dan menghilang

pada hari ke 10

- Bayi tampak biasa, minum baik, berat badan naik biasa

- Penyebab ikterus fisiologis diantaranya karena kekurangan protein Y dan Z, enzim

glukoronyl transferse yang belum cukup jumlahnya

b. Ikterus patologis

- Ikterus timbu dalam 24 jam pertama kehidupan, serum bilirubin total >12mg%

Hiperbilirubinemia

Page 11: makalah hiperbilirubinemia

sistem digestif II Tutor 7

- Peningkatan kadar bilirubin 5mg% atau lebih selama 24jam

- Ikterus yang disertai proses hemolisis (inkompabilitas darah, defisiensi enzim

G6PD, sepsis)

5. Komplikasi

Retardasi mental - Kerusakan neurologis

Gangguan pendengaran dan penglihatan

Kematian

Kernikterus

6. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada bayi dengan hiperbilirubin

adalah sebagai berikut:

1.     Tes coomb pada tali pusat bayi baru lahir: hasil positif tes coomb indirek

menandakan adanya antibody Rh-positif, anti-A, atau anti-B dalam darah ibu.

Hasil positif dari tes coomb direk menandakan adanya sentisisasi (Rh-positif,

anti-A, anti-B) SDM dari neonates.

2.     Golongan darah bayi dan ibu: mengidentifikasi inkompatibilitas ABO.

3.     Bilirubin total: kadar direk (terkonjugasi bermakna jika melebihi

1,0-1,5mg/dl, yang mungkin dihubungkan dengan sepsis.  Kadar indirek (tak

terkonjugasi) tidak boleh melebihi peningkatan 5mg/dl dalam 24 jam, atau

tidak boleh lebih dari 20mg/dl pada bayi cukup bulan atau 15mg/dl pada bayi

praterm (tergantung pada berat badan.

4.     Protein serum total: kadar kurang dari 3,0g/dlmenandakan penurunan

kapasitas ikatan, terutama pada bayi paterm.

5.     Hitung darah lengkap: hemoglobin mungkin rendah (kurang dari 14g/dl)

karena hemolisis. Hematokrit mungkin meningkat (lebih besar dari 65%)

pada polisitemia, penurunan (kurang dari 45%) dengan hemolisis dan anemia

berlebihan.

Hiperbilirubinemia

Page 12: makalah hiperbilirubinemia

sistem digestif II Tutor 7

6.     Glukosa: kadar dextrostix mungkin kurang dari 45% glukosa darah lengkap

kurang dari 30 mg/dl, atau tes glukosa serum kurang dari 40mg/dl bila bayi

baru lahir hepoglikemi dan mulai menggunakan simpanan lemak dan

melepaskan asam lemak.

7.     Daya ikat karbon dioksida: penurunan kadar menunjukan hemolisis.

8.     Meter ikterik transkutan: mengidentifikasi bayi yang memerlukan penentuan

bilirubin serum.

9.     Jumlah retikulosit: peningkatan retikulosit menandakan peningkatan produksi

SDM dalam respons terhadap hemolisis yang berkenaan dengan penyakit RH.

10.   Smear darah perifer: dapat menunjukan SDM abnormal atau imatur,

eritroblastosis pada penyakit Rh, atau sferositis pada inkompabilitas ABO.

11.   Tes bedke-kleihauer: evaluasi smear darah maternal terhadap eritrosit janin.

7. Penatalaksanaan

Metode terapi hiperbilirubinemia meliputi : fototerapi, transfuse pangganti, infuse

albumin dan therapi obat.

a. Fototherapi

Fototerapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan transfuse pengganti untuk

menurunkan bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya dengan intensitas yang

tinggi ( a bound of fluorescent light bulbs or bulbs in the blue light spectrum) akan

menurunkan bilirubin dalam kulit. Fototerapi menurunkan kadar bilirubin dengan cara

memfasilitasi ekskresi bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang

diabsorpsi jaringan merubah bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua isomer yang

disebut fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluh darah melalui

mekanisme difusi. Di dalam darah fotobilirubin berikatan dengan albumin dan di kirim

ke hati. Fotobilirubin kemudian bergerak ke empedu dan di ekskresikan kedalam

duodenum untuk di buang bersama feses tanpa proses konjugasi oleh hati. Hasil

fotodegradasi terbentuk ketika sinar mengoksidasi bilirubin dapat dikeluarkan melalui

urine.

Hiperbilirubinemia

Page 13: makalah hiperbilirubinemia

sistem digestif II Tutor 7

Secara umum fototerapi harus diberikan pada kadar bilirubin indirek 4-5 mg/dl.

Noenatus yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus difototerapi

dengan konsentrasi bilirubin 5 mg/dl. Beberapa ilmuwan mengarahkan untuk

memberikan fototerapi profilaksasi pada 24 jam pertama pada bayi resiko tinggi dan

berat badan lahir rendah.

Pelaksanaan Terapi Sinar :

1. Baringkan bayi telanjang, hanya genitalia yang ditutup ( maksmal 500 jam ) agar

sinar dapat merata ke seluruh tubuh.

2. Kedua mata ditutup dengan penutup yang tidak tembus cahaya. Dapat dengan kain

kasa yang dilipat lipat dan dibalut. Sebelumnya katupkan dahulu kelopak matanya.

( untuk mencegah kerusakan retina )

3. Posisi bayi sebaiknya diubah ubah, telentang, tengkurap, setiap 6 jam  bila

mungkin, agar sinar merata.

4. Pertahankan suhu bayi agar selalu 36,5 37 C, dam observasi suhu tiap 4- 6 jam

sekali. Jika terjadi kenaikan suhu matikan sebentar lampunya dan bayi diberikan

banyak minum. Setelah 1 jam kontrol kembali suhunya. Jika tetap hubungi dokter.

5. Perhatikan asupan cairan agar tidak terjadi dehidrasi dan meningkatkan suhu tubuh

bayi.

6. Pada waktu memberi bayi minum, dikeluarkan, dipangku, penutup mata dibuka.

Perhatikan apakah terjadi iritasi atau tidak.

7. Kadar bilirubin diperiksa setiap 8 jam setelah pemberian terapi 24 jam

8. Bila kadar bilirubin telah turun menjadi 7,5 mg % atau kurang, terapi dihentikan

walaupun belum 100 jam.

9. Jika setelah terapi selama 100 jam bilirubin tetap tinggi / kadar bilirubin dalam

serum terus naik, coba lihat kembali apakah lampu belum melebihi 500 jam

digunakan. Selanjutnya hubungi dokter. Mungkin perlu transfusi tukar.

10. Pada kasus ikterus karena hemolisis, kadar Hb diperiksa tiap hari.

Hiperbilirubinemia

Page 14: makalah hiperbilirubinemia

sistem digestif II Tutor 7

Komplikasi terapi sinar :

1. Terjadi dehidrasi karena pengaruh sinar lampu dan mengakibatkan peningkatan

insesible water loss.

2. Frekuensi defekasi meningkat sebagai akibat meningkatnya bilirubin indirek

dalam cairan empedu dan meningkatkan peristaltik usus.

3. Timbul kelainan kulit sementara pada daerah yang terkena sinar ( berupa kulit

kemerahan ) tetapi akan hilang jika terapi selesai.

4. Gangguan retina jika mata tidak ditutup.

5. Kenaikan suhu akibat sinar lampu. Jika hal ini terjadi sebagian  sinar lampu

dimatikan terapi diteruskan. Jika suhu naik terus lampu semua dimatikan

sementara, bayi dikompres dingin, dan berikan ektra minum.

6. Komplikasi pada gonad yang menurut dugaan dapat menimbulkan kelainan

( kemandulan ) tetaapi belum ada bukti.

7. Transfusi tukar.

b. Transfusi Pengganti

Indikasi untuk melakukan transfusi tukar adalah :

1. kadar bilirubin indirek lebih dari 20 mg %

2. kenaikan kadar bilirubin indirek cepat, yaitu 0,3 – 1 mg % / jam

3. anemia berat pada neonatus dengan gejala gagal jantung

4. bayi dengan kadar hemoglobin tali pusat kurang 14 mg % dan uji coomb’s positif.

Transfusi pengganti digunkan untuk:

1. Mengatasi anemia sel darah merah yang tidak susceptible (rentan) terhadap sel

darah merah terhadap antibody maternal

2. Menghilangkan sel darah merah untuk yang tersensitisasi (kepekaan)

3. Menghilangkan serum bilirubin

4. Meningkatkan albumin bebas bilirubin dan meningkatkan keterikatan dengan

bilirubin

Hiperbilirubinemia

Page 15: makalah hiperbilirubinemia

sistem digestif II Tutor 7

c. Therapi Obat

Phenobarbital dapat menstimulus hati untuk menghasilkan enzim yang meningkatkan

konjugasi bilirubin dan mengekskresikannya. Obat ini efektif baik diberikan pada ibu

hamil untuk beberapa hari sampai beberapa minggu sebelum melahirkan. Penggunaan

Phenobarbital pada post natal masih menjadi pertentangan karena efek sampingnya

(letargi). Coloistrin dapat mengurangi bilirubin dengan mengeluarkannya lewat urine

sehingga menurunkan siklus enterohepatika.

8. Pencegahan

Hiperbilirubinemia dapat dicegah dan dihentikan peningkatannya dengan :

Pengawasan antenatal yang baik

Menghindari obat yang dapat meningkatkan ikterus pada bayi dan masa

kehamilan dan kelahiran, contoh :sulfaforazol, novobiosin, oksitosin

Pencegahan dan mengobati hipoksia pada janin dan neonatus

Penggunaan fenobarbital pada ibu 1-2 hari sebelum partus

Imunisasi yang baik pada bayi baru lahir

Pemberian makanan yang dini

Pencegahan infeksi

9. Prognosis

Hiperbilirubin baru akan berpengaruh bentuk apabila bilirubin indirek telah

melalui sawar otak, penderita mungkin menderita kernikterus atau ensefalopati

biliaris, gejala ensefalopati pada neonatus mungkin sangat ringan dan hanya

memperlihatkan gangguan minum, letargi dan hipotonia, selanjutnya bayi

mungkin kejang, spastik dan ditemukan opistotonis. Pada stadium mungkin

didapatkan adanya atitosis didan ditemukan opistotonis. Pada stadium mungkin

didapatkan adanya atitosis disertai gangguan pendengaran atau retardasi mental di

hari kemudian.

Hiperbilirubinemia

Page 16: makalah hiperbilirubinemia

sistem digestif II Tutor 7

10. Aspek Legal Etik

Prinsip legal dan etik untuk mengatasi pasien dengan penyakit ini:

1. Accountability

Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap segala tindakan

yang dilakukan. Pada kasus semua kasus, perawat bertanggung jawab atas

mulai dari proses pengkajian, membuat diagnosa keperawatan, intervensi

keperawatan hingga segala informasi mengenai asuhan keperawatan yang di

lakukan, baik sebelum, saat dan pasca intervensi yaitu evaluasi. Tanggung

jawab mengacu pada pelaksanaan tugas yang di kaitkan dengan peran tertentu

perawat. Tanggung gugat artinya dapat memberikan alasan atas

tindakannya.seorang perawat bertanggung gugat atas dirinya sendiri, klien,

profesi, atasan, dan masyarakat. Jika dosis medikasi salah di berikan, perawat

bertanggung gugat pada klien yang menerima medikasi tersebut. Untuk

melakukan tanggung gugat, perawat harus bertindak menurut kode etik

professional. Jika suatu kesalahan terjadi, perawat melaporkannya dan

memulai perawatan untuk mencegah trauma lebih lanjut. Tanggung jawab

memicu evaluasi efektivitas perawat dalam praktik. Tanggung gugat

professional memiliki tujuan sebagai berikut:

Untuk mengevaluasi praktisi professional baru dan mengkaji ulang

yang telah ada

Untuk mempertahankan standar perawatan kesehatan

Untuk memudahkan refleksi pribadi, pemikiran etis, dan pertumbuhan

pribadi pada pihak professional perawatan kesehatan

Untuk memberikan dasar pengambilan keputusan etis

2. Confidentiality

Prinsip etika dasar yang menjamin kemandirian klien. Perawat menghindari

pembicaraan mengenai kondisi klien dengan siapapun yang tidak secara langsung

terlibat dalam perawatan klien. Perawat selelu menjaga kerahasiaan info yang

berkaitan dengan kesehatan pasien termasuk info yang tertulis, verbal dsb. Jika

Hiperbilirubinemia

Page 17: makalah hiperbilirubinemia

sistem digestif II Tutor 7

anggota keluarganya menanggung perawatan klien perawat mungkin merasa bahwa

mereka memiliki hak untuk di beri tau.

3. Respect for autonomi (penentuan pilihan)

Perawat yang mengikuti prinsip autonomi menghargai hak klien untuk mengambil

keputusan sendiri. Dengan menghargai hak autonomi berarti perawat menyadari

keunikan induvidu secara holistik Setiap individu harus memiliki kebebasan untuk

memilih rencana mereka sendiri. Sebagai contoh, perawat memberikan inform consen

tentang asuhan yang akan diberikan, tujuan , manfaat dan prosedur tindakan.

Sehingga, perawat semestinya tidak marah saat keluarga menanyakan status kesehatan

klien, karena itu merupakan kebebasan keluarga untuk mengetahui semua tindakan

yang akan dilakukan. Inform consent dilakukan saat pengkajian, sebelum pengobatan,

saat akan di obati dan setelah pengobatan.

Penting bagi perawat juga untuk memberikan health education dalam mendukung

proses penyembuhan klien.

4. Beneficience (do good)

Beneficence berarti melakukan yang baik. Perawat memiliki kewajiban untuk

melakukan dengan baik, yaitu, mengimplemtasikan tindakan yang mengutungkan

klien dan keluarga Meningkatkan kesejahteraan klien dengan cara melindungi hk-hak

klien. Dalam kasus, perawat dapat berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya untuk

menentukan terapi farmakologik, nutrisi yang diberikan baik sebelum pengobatan

maupun setelah pengobatan.

5. Non-malefisience (do no harm/tidak membahayakan klien)

Non Maleficence berarti tugas yang dilakukan perawat tidak menyebabkan bahaya

bagi kliennya. Prinsip ini adalah prinsip dasar sebagaian besar kode etik keperawatan.

Bahaya dapat berarti dengan sengaja membahayakan, resiko membahayakan, dan

bahaya yang tidak disengaja. Kewajiban bagi perawat untuk tidak menimbulkan injury

pada klien. Dalam kasus, perawat perlu melakukan pengkajian fisik, terapi

Hiperbilirubinemia

Page 18: makalah hiperbilirubinemia

sistem digestif II Tutor 7

farmakologik yang benar, nutrisi dan segala tindakan selama proses pengobatan

hingga setelah pengobatan

6. Justice (perlakuan adil)

Prinsip keadilan menuntut perlakuan terhadap orang lain yang adil dan memberikan

apa yang menjadi kebutuhanan mereka. Ketika ada sumber untuk di berikan dalam

perawatan, perawat dapat mengalokasikan dalam cara pembagian yang adil umtuk

setiap penerima atau bagaimana supaya kebutuhan paling besar dari apa yang mereka

butuhkan untuk bertahan hidup. Perawat sering mengambil keputusan dengan

menggunakan rasa keadilan. Pada kasus, perawat tidak boleh membeda-bedakan

pengobatan antara klien yang satu dengan yang lain, namun disesuaikan dengan

kondisi klien saat ini.

7. Fidelity (Setia)

Prinsip kesetiaan menyatakan bahwa perawat harus memegang janji yang di buatnya

kepada klien. Jadi, ketika seseorang jujur dan memegang janji yang di buatnya, rasa

percaya yang sangat penting dalam hubungan perawat-klien akan terbentuk. Fidelity

berarti setia terhadap kesepakatan dan tanggung jawab yang dimikili oleh seseorang

perawat. Pada kasus , perawat harus memegang janji yang telah di bicarakan

sebelumnya kepada klien.

8. Veracity (Kebenaran)

Veracity mengacu pada mengatakan kebenaran. Prinsip mengatakan yang sebenarnya

mengarahkan praktisi untuk menghindari melakukan kebohongan pada klien atau

menipu merekan. Pada kasus, perawat harus berkata jujur.

Hiperbilirubinemia

Page 19: makalah hiperbilirubinemia

sistem digestif II Tutor 7

Patofisiologi

gen hemopoesis Lahir prematur ikatan HBO perfusi O2 < nutrisi

eritrosit lisis sebelum waktunya Sel-sel belum matang ke jaringan metabolisme sel

Hemolisis anemia ATP menurun

Membran sel pecah, energi << Hb difagositosis oleh jaringan makrofag Hb dipecah refleks sucking lemah tdk aktif

Asupan nutrisi << Globin heme Masuk ke sirkulasi Digunakan lagi Fe biliverdin teroksidasi Berikatan dengan lemak Billirubin indirek berlebihan ke otak Berikatan dengan albumin degenerasi saraf pusat Billirubin direk Perkembangan terganggu Diabsorbsi melalui membran hati

Lepas dari albumin plasma Masuk ke sirkulasi

Billirubin plasma

tanda2 toksisitas Bersifat toksik ke otak Terakumulasi di jaringan

hipermetabolisme Kulit wajah, dada & sklera kuning stress Fototerapi

PCM gula darah Efek samping

Cahaya intensitas tinggi menembus jaringan evaporasi

kehilangan cairan

Hiperbilirubinemia

Nutrisi kurang dari kebutuhan

Kurang volume cairan

Resiko injuri

Page 20: makalah hiperbilirubinemia

sistem digestif II Tutor 7

Analisa Data

No

.

Data Etiologi Masalah

1 DO: kulit sklera

kuning, kadar

billirubin

meningkat, refleks

sucking lemah

DS: -

Bayi hiperbillirubinemia

Fototerapi

Terjadi proses evaporasi

Kehilangan cairan

Kurang volume cairan

Resiko tinggi

kekurangan volume

cairan

2 DO: bayi lahir

dengan BB 1900

grams

DS: -

Hemolisis

Anemia

Metabolisme sel menurun

Asupan nutrisi menurun

Nutrisi kurang dari

kebutuhan

3 DO: kulit wajah

dan dada nampak

kuning

DS: -

Peningkatan billirubin pada plasma

Terakumulasi di jaringan

Kulit tampak kuning

Kerusakan integritas kulit

Kerusakan integritas

kulit

Hiperbilirubinemia

Page 21: makalah hiperbilirubinemia

sistem digestif II Tutor 7

Learning Objektif

Dampak bayi prematur :

Biasanya bb rendah

Sistem imun masih lemah

Kulit lebih tipis barier,pertahanan lebih lemah

Gagal napas (asfiksia)

Belum matangnya organ tubuh, terutama paru-paru, memungkinkan bayi prematur

mengalami gagal napas. Untuk mengatasinya, dokter akan melakukan resusitasi

(usaha bernapas kembali dengan pernapasan buatan atau pijat dan rangsang

jantung). 

Gangguan otak

Bila gagal napas dibiarkan saja, bukan tak mungkin akibat yang lebih serius akan

dialami bayi prematur. Contohnya kerusakan pada otak yang merupakan organ

tubuh yang vital. 

Pembuluh darah tidak menutup

Sebelum lahir, ada pembuluh darah yang digunakan bayi untuk bernapas.

Pembuluh darah ini seharusnya menutup dengan sendirinya begitu bayi lahir.

Namun karena lahir prematur, bisa jadi pembuluh darah tersebut tetap terbuka,

sehingga menimbulkan serangkaian masalah.

Saluran cerna belum berfungsi penuh

Saluran cerna yang belum matang juga akan menimbulkan dampak pada bayi

prematur. Ditambah lagi refleks isap dan kemampuan menelannya yang belum

berfungsi dengan baik. ASI bisa diberikan melalui pipet plastik bila bayi belum

Hiperbilirubinemia

Page 22: makalah hiperbilirubinemia

sistem digestif II Tutor 7

kuat mengisap langsung dari ibunya. Setelah lahir, sebaiknya si bayi tidak

dipuasakan terlalu lama. Idealnya, sekitar 24-72 jam pertama ia sudah mendapat

tambahan nutrisi. Bila perlu, manfaatkan cairan infus.

infeksi

Kalau bayi cukup bulan saja berkemungkinan memiliki daya tahan tubuh yang

relatif masih rendah, apalagi bayi yang lahir prematur. Salah satu masalah yang

mungkin timbul adalah mudahnya terkena infeksi.

Hipertensi dalam kehamilan

Hipertensi dalam kehamilan adalah morbiditas dan mortalitas tertinggi setelah

perdarahan dan infeksi.

Morbiditas kesakitan pada ibu termasuk kejang eklamsia, perdarahan otak, edema

paru, gagal ginjal akut dan pengumpalan/pengentalan darah di dalam pembuluh darah.

Morbiditas janin termasuk pertumbuhan janin terhambat di dalam rahim , kematian

janin di dalam rahim, solusio plasenta/ plasenta terlepas dari tempat melekat nya di

rahim dan kelainan prematur.

Hipertensi dalam kehamilan diklasifikasikan menjadi 4 yaitu:

1. Hipertensi kronik

Tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg yang diukur setelah beristirahat selama 5-

10 menit dalam posisi duduk, yang telah di diagnosis sebelum kehamilan terjadi

atau hipertensi yang timbul sebelum mencapai usia kehamilan 20 minggu.

2. Preeklamasia-eklamasia

Peningkatan tekanan darah yang baru timbul setelah usia kehamilan mencapai 20

minggu, disertai dengan penambahan berat badan ibu yang cepat akibat

membengkakdan pada pemeriksaan laboratorium di jumpai protein dalam air seni.

eklamasia : disertai dengan kejang

Hiperbilirubinemia

Page 23: makalah hiperbilirubinemia

sistem digestif II Tutor 7

3. Preeklamasia superimposed pada hipertensi kronik

Preeklamasia yang terjadi pada perempuan yang telah menderita hipertensi sebelum

hamil.

4. Hipertensi gestasional

Hipertensi pada kehamilan yang timbul pada trimester akhir kehamilan, namun

tanpa disertai gejala dan tanda preeklamasia, bersifat sementara dan tekanan darah

kembali normal setelah melahirkan (post partum).

kehamilan Normal

Rumusan yg baku dalam ilmu kebidanan yaitu rumus Naegele yg sudah dijelaskan

oleh TS Inge, berdasarkan siklus haid yg 28 hari, rumus ini dapat dikembangkan

sesuai siklus haid sang wanita, bila misalnya siklus 35 hari maka rumus dasar +7-3,

diganti +14-3, bila 30 hari +9-3 dst.

Usia kehamilan normal adalah 40 minggu = 280 hari = 9 bulan 10 hari spt kebiasaan

orang awam.

Disebut matur atau cukup bulan adalah diantara rentang 37 - 42 minggu , bila kurang

37 mg disebut prematur atau kurang bulan , bila lebih 42 mg disebut post-matur atau

serotinus.

ASUHAN KEPERAWATAN

Hiperbilirubinemia

Page 24: makalah hiperbilirubinemia

sistem digestif II Tutor 7

I. Asuhan keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas

Nama : Bayi D

Umur : 2 hari

Jenis kelamin : Laki-laki

Gravida : 34 minggu, lahir melalui SC

Alamat : -

Agama : -

Pekerjaan : -

Pendidikan : -

Tanggal masuk dirawat : -

Tanggal pengkajian : -

Diagnosa medis : Hiperbilirubinemia

b. Riwayat kesehatan

1. Riwayat kehamilan : bayi D dilahirkan dengan usia kehamilan 34 minggu,

lahir melalui SC, dengan berat badan 1900 gram dan tinggi badan 47 cm.

2. Riwayat persalinan : bayi D dilahirkan secara SC pada usia kehamilan 34

minggu.

3. Riwayat post natal : bayi nampak ikterik di sklera mata dan wajah, dada –

pusat bagian bawah sampai lutut.

4. Riwayat kesehatan sekarang :

P : -

Q : -

R : -

S : -

T : -

5. Riwayat masa lalu : -

6. Riwayat kesehatan keluarga : -

Hiperbilirubinemia

Page 25: makalah hiperbilirubinemia

sistem digestif II Tutor 7

7. Psikologi : -

8. Lingkungan : -

9. Sosial budaya : -

10. Biologis : -

11. Pola hidup : -

c. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum

- Tanda Tanda Vital:

Suhu 36,8 , RR 52, HR 143x/menit

- Inspeksi :

Tampak ikterik terdapat di sklera mata dan wajah, dada-pusat bagian

bawah sampai lutut

- Palpasi :

Hepar tidak teraba dan ginjal teraba

- Perkusi : -

- Auskultasi :

Heart rate 143x/menit

2. Kepala : pada sklera dan wajah tampak ikterik

3. Leher : -

4. Dada : tampak ikterik

5. Abdomen : tampak ikterik

6. Ekstremitas : -

d. Pemeriksaan penunjang :

Hasil pemeriksaan lab :

Hb neonatus : 16,7 (normal : 14-27 gram/dL)

Leukosit : 5300 (normal : 9000 – 30.000/mm³)

Trombosit 109.000 (normal :140.000 – 450.000/mm³)

MCV (Mean Corpuscular volume) : 102,3 (normal : 80-98 femoliter)

MCH (Mean Corpuscular Haemoglobin) : 38,4 (normal : 27-31 femoliter)

MCHC (Mean Corpuscular haemoglobin concentrate) : 37,5 (normal : 32-

37 femoliter)

Hiperbilirubinemia

Page 26: makalah hiperbilirubinemia

sistem digestif II Tutor 7

Biliruin direct : 0,66 mg/dL (normal : 0,1 - 0,4 mg/dL)

Bilirubin indirect : - (normal : 0,3 – 1,1 mg/dL)

Gula darah puasa bayi baru lahir : 71 (normal : 30-80 mg/dL)

e. Terapi : -

2. Diagnosa Keperawatan

Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d. kehilangan cairan yang tidak tampak

secara kasat mata serta dehidrasi akibat fototerapi.

Perubahan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh b.d. kelemahan d.d. reflect sucking

yang lemah.

Kerusakan integritas kulit b.d. joundice d.d. kulit di sekitar daerah wajah dan dada

tampak kuning.

Rencana Asuhan Keperawatan

1. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d. kehilangan cairan yang tidak tampak

secara kasat mata serta dehidrasi akibat fototerapi.

Tujuan: Setelah dilakukan perawatan 2x24 jam klien menunjukan keadaan hidrasi

tubuh yang adekuat dengan kriteria hasil: turgor kulit baik, membran mukosa lembab,

tanda-tanda vital normal.

Tindakan Intervensi

Mandiri

Pantau masukan dan haluaran

cairan ; timbang BB bayi 2x sehari.

Peningkatan kehilangan air melalui

feses dan evaporasi dapat

menyebabkan dehidrasi.

Perhatikan tanda-tanda dehidrasi

(penurunan haluaran urine, fontanel

tertekan, kulit hangat atau kering

dengan turgor buruk dan mata

cekung).

Merupakan indikasi terjadinya

dehidrasi.

Hiperbilirubinemia

Page 27: makalah hiperbilirubinemia

sistem digestif II Tutor 7

Pertahankan warna dan frekuensi

defekasi & urine.

Feses yang encer meningkatkan

resiko kehilangan cairan akibat

pengeluaran cairan berlebih.

Tingkatkan masukan cairan peroral

sedikitnya 25%. Beri air diantara

menyusui atau memberi susu botol.

Meningkatkan input cairan.

Pantau turgor kulit. Merupakan indikator adanya

kekurangan cairan tubuh.

Berikan cairan per parenteral sesuai

indikasi.

Ungin perlu untuk memperbaiki

atau mencegah dehidrasi berat.

2. Perubahan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh b.d. kelemahan d.d. reflect sucking

yang lemah.

Tujuan: Setelah dilakukan perawatan 2x24 jam status nutrisi klien baik dengan kriteria

hasil: pasien mennjukan berat badan stabil atau penambahan BB progresif ke arah

tujuan dengan normalisasi nilai lab dan bebas dari tanda malnutrisi.

Intervensi Rasional

Mandiri

Kaji status nutrisi secara kontinu,

selama perawatan setiap hari,

perhatikan tingkat energi; kondisi

kulit, kuku, rambut, rongga mulut,

keinginan untuk makan/anoreksia.

Memberikan kesempatan untuk

mengobservasi penyimpangan dari

normal/ dasar pasien dan

mempengaruhi pilihan intervensi.

Timbang berat badan setiap hari dan

bandingkan dengan berat badan saat

penerimaan.

Membuat data dasar, membnatu

dalam memantau keefektifan aturan

terapeutik.

Dokumentasikan masukan oral

selama 24 jam, riwayat makanan,

jumlah kalori dengan tepat.

Mengidentifikasi

ketidakseimbangan antara perkiraan

kebutuhan nutrisi dan masukan

Hiperbilirubinemia

Page 28: makalah hiperbilirubinemia

sistem digestif II Tutor 7

aktual.

Kolaborasi pemberian cairan

parenteral sesuai dengan indikasi.

Pemberian cairan memperbaiki atau

mencegah dehidrasi berat.

3. Kerusakan integritas kulit b.d. joundice d.d. kulit di sekitar daerah wajah dan dada

tampak kuning.

Tujuan: Setelah dilakukan perawatan 2x24 jam keadaan ulit bayi membaik dengan

kriteria hasil: kadar billirubin dalam batas normal, keadaan kulit bayi normal.

Intevensi Rasional

Monitor warna dan keadaan kulit

setiap 4-8 jam.

Mengetahui keadaan umum kulit

pasien

Monitor keadaan bilirubin direct

dan indirect, laporkan pada data

obyekitf jika ada kelainan.

Kadar billirubin dalam tubuh bayi

menentukan warna kekuningan pada

bayi.

Ubah posisi miring atau tengkurap.

Perubahan posisi setiap 2 jam

berbarengan dengan perubahan

posisi, lakukan massage dan

monitor keadaan kulit.

Meningkatkan sirkulasi ke semua

area kulit.

Jaga kebersihan dan kelembaban

kulit.

Area lembab, terkontaminasi

merupakan media yang sangat baik

untuk pertumbuhan organisme

patogen.

Daftar Pustaka

Alpers, Ann. Buku Ajar Pediatri Rudolph. Ed.20. Vol. 2. 2007. Jakarta : EGC

Hiperbilirubinemia

Page 29: makalah hiperbilirubinemia

sistem digestif II Tutor 7

Behrman, Richard E. 2010. Esensi Pediatri Nelson. Ed. 4. Jakarta EGC

Biddulph, Jhon & Jhon Stace. 1999. Child Health For Health Extention Officers and Nurses

in Papua New Guinea. Ed. 4. Yogyakarta : Gadjah mada University Press

Brough, Helen. 2008. Rujukan Cepat pediatri & Kesehatan Anak. Jakarta : EGC

Carwin, Elizabeth.2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Haws, Paulette S. 2008. Asuhan Neonatus : Rujukan Cepat. Jakarta : EGC

Marylin E. Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan

dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedoketran

EGC.

Prawirohardjo, S. (2009). Ilmu Kebidanan. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.

Schwartz, M. William. 2005. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta : EGC

Silbernagl, Stefan et.al. 2000. Color Atlas of Patophysiology. New York : Thieme.

Wong, Donna L. 2009. Buku Ajar keperawatan Pediatri Wong. Ed.6. vol.2. Jakarta : EGC

http://www.scribd.com/doc/75871501/askep-hiperbilirubinemia-pada-bayi

http://asusio.wordpress.com/asuhan-keperawatan/askep-pada-kasus-bayi-hiperbilirubinemia/

http://banusmadur-nauk.blogspot.com/2011/04/askep-hyperbilirubyn.html

http://dedysubandi.multiply.com/journal/item/77?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal

%2Fit em

Hiperbilirubinemia