makalah hi

31
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Higiene industri adalah spesialisasi dalam ilmu higiene beserta prakteknya yang lingkup dedikasinya adalah mengenali, mengukur dan melakukan penilaian (evaluasi) terhadap faktor penyebab gangguan kesehatan atau penyakit dalam lingkungan kerja dan perusahaan Pengertian bahaya ialah semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang berpotensi menimbulkan cedera ( kecelakaan kerja ) dan atau penyakit akibat kerja (PAK) - definisi berdasarkan OHSAS 18001:2007 . Secara umum terdapat 5 (lima) faktor bahaya K3 di tempat kerja , antara lain : faktor bahaya biologi(s), faktor bahaya kimia, faktor bahaya fisik/mekanik, faktor bahaya biomekanik serta faktor bahaya sosial-psikologis. B. Tujuan 1. Mahasiswa bisa mengidentifikasi faktor bahaya di tempat kerja secara langsung 2. Mahasiswa bisa menentukan jenis faktor bahaya di tempat kerja secara langsung C. Manfaat

Upload: hylmi-wicaksono

Post on 13-Sep-2015

224 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

makalah HIgiene Industri

TRANSCRIPT

19

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar BelakangHigiene industri adalah spesialisasi dalam ilmu higiene beserta prakteknya yang lingkup dedikasinya adalah mengenali, mengukur dan melakukan penilaian (evaluasi) terhadap faktor penyebab gangguan kesehatan atau penyakit dalam lingkungan kerja dan perusahaanPengertian bahaya ialah semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang berpotensi menimbulkan cedera (kecelakaan kerja) dan ataupenyakit akibat kerja (PAK)-definisi berdasarkan OHSAS 18001:2007. Secara umum terdapat 5 (lima) faktor bahayaK3ditempat kerja, antara lain : faktor bahaya biologi(s), faktor bahaya kimia, faktor bahaya fisik/mekanik, faktor bahaya biomekanik serta faktor bahaya sosial-psikologis.

B. Tujuan1. Mahasiswa bisa mengidentifikasi faktor bahaya di tempat kerja secara langsung2. Mahasiswa bisa menentukan jenis faktor bahaya di tempat kerja secara langsung

C. Manfaat1. Mahasiswa bisa mengidentifikasi faktor bahaya di tempat kerja secara langsung2. Mahasiswa bisa menentukan jenis faktor bahaya di tempat kerja secara langsung

1BAB II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan PustakaHigiene industri adalah Ilmu dan seni yang mencurahkan perhatian pada pengenalan, evaluasi dan kontrol faktor lingkungan dan stress yang muncul di tempat kerja yang mungkin menyebabkan kesakitan, gangguan kesehatan dan kesejahteraan atau menimbulkan ketidaknyamanan pada tenaga kerja maupun lingkungan. Faktor lingkungan kerja yang dapat menimbulkan bahaya di tempat kerja(occupational health hazards) adalah bahaya faktor fisika, bahaya faktor kimia, bahaya faktor biologi,faktor ergonomi dan psikologi.Bahaya faktor fisika meliputi : kebisingan, pencahayaan, iklim kerja/tekanan panas, getaran, radiasi dsb. Bahaya faktor bilogi meliputi virus, bakteri, jamur dsb. Bahaya faktor kimia meliputi debu, Pb, NOx, NH3, CO, dsb.Agar pekerja bisa nyaman dan produktif perlu upaya untuk meminimalkan bahaya di tempat kerja. Upaya untuk melakukan pengendalian bahaya tersebut meliputi: eliminasi, substitusi,isolasi dan rekayasa enginering, upaya administrasi dan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)

B. Perundang-undangan1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003Pasal 86a. Setiap pekerja / buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas 1) Keselamatan dan Kesehatan Kerja;2) 2Moral dan Kesusilaan3) Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.b. Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.c. Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.Penjelasan Pasal 86 :Upaya keselamatan dan kesehatan kerjadimaksudkan untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.

Pasal 87a. Setiap perusahaan wajib menerapkansistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerjayang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.b. Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

2. Undang-undang No. 3 tahun 1951Undang-undang No. 3 Tahun 1951 Tentang Pernyataan Berlakunya UU pengawasan Perburuhan Tahun 1948 Dari RI Untuk seluruh Indonesia. Pengawasan perburuhan antara lain diadakan guna mengawasi berlakunya UU dan Peraturan Perundangan Perburuhan pada khususnya. Menteri yang diserahi urusan perburuhan atau pegawai yang ditunjuk olehnya akan menetapkan pegawai-pegawai mana yang diberi kewajiban untuk menjalankan pengawasan perburuhan.hatan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

3. Undang-undang No. 21 Tahun 2003UU No. 21 tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention No. 81 concerning Labour Inspection in Industry and Commerce (Konvensi ILO No. 81 mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan Di Industri dan Perdagangan)a. Sistem pengawasan ketenagakerjaan harus diterapkan di semua tempat kerja berdasarkan perundang-undangan.b. Sistem pengawasannya dilakukan oleh Pengawas Ketenagakerjaan

4. Undang-undang No. 1 tahun 1970a. Syarat-syarat Keselamatan Kerja berisi lebih dari 50% syarat-syarat Kesehatan Kerja. Dirjen Binwasnaker melakukan pengawasan umum terhadap UU ini. Pegawai Pengawas dan Ahli K3 ditugaskan menjalankan pengawasan Langsung thd ditaatinya UU ini dan membantu pelaksanaannya.b. Pemeriksaan Kesehatan TK dilakukan oleh Dokter yang mempunyai kualifikasi dan kompetensi khusus (dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja).c. Kebijakan Nasional menjadi tanggung jawab Menteri Tenaga Kerja shg terjamin pelaksanaannya secara seragam dan serasi bagi seluruh Indonesia.

5. Undang-undang No. 32 tahun 2004, Jo. PP No. 25 Tahun 2000PP. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom.Kewenangan Pemerintah di bidang Ketenagakerjaan adalah seperti pada Pasal 2 ayat 3 yaitu :a. Penetapan kebijakan hubungan industrial, perlindungan pekerja dan jamsos pekerja.b. Penetapan standar keselamatan kerja, kesehatan kerja, hygiene perusahaan, lingkungan kerja dan ergonomi.c. Penetapan pedoman Penentuan kebutuhan fisik minimum.

6. Kepmendagri No. 130-67 Tahun 2002Kewenangan Bidang Ketenagakerjaan khususnya perlindungan tenaga kerja :a. Bimbingan pencegahan kecelakaan kerjab. Bimbingan kesehatan kerjac. Bimbingan pembentukan P2K3d. Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerjae. Pemeriksaan Kecelakaan kerjaf. Pemberdayaan pelaksanaan kegiatan Ahli K3g. Pemberdayaan pelaksaan kegiatan PJK3h. Pelaksanaan Penerapan SMK3i. Pemberian ijin Pengesahan Sertifikat K3j. Penyidikan Pelanggaran Norma K3

BAB III. HASIL

A. PelaksanaanKunjungan ke PT. Iskandar Indah Printing Tekstil dilaksanakan pada:Hari, tanggal: Selasa, 21 April 2015Jam: 09.00 WIB selesaiKunjungan ini di ikuti dengan:Dosen: 2 OrangMahasiswa: 49 Orang

B. Deskripsi PerusahaanPT. Iskandar Indah Printing Tekstil didirikan pada tahun 19745 dengan pekerja sebanyak 100 orang dengan mesin sebanyak 40 mesin, dan sekarang telah berkebang sehingga memiliki pekerja sebanyak 632 orang dengan mesin sekitar 970 mesin.

C. ObservasiBerikut adalah faktor bahaya yang di temukan di PT. Iskandar Indah Printing Tekstil.

6Proses ProduksiFaktor bahaya

WarpingVentilasi

Suhu

Cahaya

Debu

Uap

Kebisingan

RisingVentilasi

Debu

SizingVentilasi

Suhu

Cahaya

Debu

Uap

Kebisingan

InspeksiVentilasi

Suhu

Cahaya

Debu

PrintingVentilasi

Suhu

Cahaya

Uap

Genangan air

Gas pembuangan mesin

BAB IV. PEMBAHASAN

Nama Perusahaan :PT. Iskandar Indah Printing Textile (Iskandartex)Alamat Perusahaan/Telepon: Jalan Pakel No. 11 Surakarta Tel. (0271) 716165Sektor Industri: TekstilTanggal Inspeksi : 21 April 2015

a. Pada Bagian Dalam1) KEAMANANDalam sistem keamanan yang ada di PT. Iskandar masih sangat kurang, terutama pada sistem alarm, seperti halnya Fire Alarm, dan Pintu darurat. Padahal menurut ketentuan pemerintah setiap tempat kerja harus ada sistem tanggap darurat untuk kebakaran. Sebagai contoh penggunaan fire alarm maupun pintu darurat sebagai antisipasi jika terjadi kebakaran.2) JALAN DAN LANTAI

8Keadaan lantai dan akses jalan masih belum tertata dengan baik, akses jalan masih banyak digunakan sebagai tempat menaruh mesin- mesin peralatan yang susah. Sehingga akses jalan sedikit terhalang, dan masih banyak ceceran oli yang menggenang, sehingga dapat mengakibatkan bahaya terpeleset bagi pekerja. Masih belum ada penanggulangan mengenai akses jalan yang ada, pada tempat kerja tersebut. Sehingga hal ini dapat menambah terjadinya resiko terjadinya kecelakaan kerja. Sedangkan hal ini sudah diatur pada Permenakertras No/01/Men/1980 Bab II pasal 6 mengenai kebersihan dan kerapian di tempat kerja harus dijaga, sehingga bahan yang berserakan, bahan bahan bangunan, peralatan, dan alat alat kerja tidak merintangi bahaya uap, debu, dan bahaya yang lainnya.3) PENCAHAYAAN DAN SUHUPada bagian pencahayaan sebagian besar ruangan sudah cukup untuk melakukan pekerjaan dengan ketelitian tinggi, tetapi ada unit kerja yang kurang terang dalam pekerjaannya, pada PT Iskandar Tesktil tidak mau memanfaatkan genting kaca sehingga sinar matahri dapa masuk, serta sebagian besar ruangan masih kurang sesuai antara suhu dengan beban kerja yang di alami pekerja, karena suhu di tempat kerja relatif panas, sistem ventilasi masih sangat kurang, sehingga hal ini dapat menambah beban kerja. Serta belum memenuhi Permenakertrans No.51/Men/1999 tentang factor fisik ditempat kerja.4) KAMAR MANDI atau TOILETToilet di tempat kerja masih sangat jauh dari standart, tak ada perbedaan antara toilet laki-laki daan perempuan, kebersihan tidak terjaga dengan baik, tidak ada tempat pembuangan sampah di toilet, dan sirkulasi udara di toilet relatif kurang.5) HOUSE KEEPINGArea kerja masih kurang terjaga karapian dan kebersihannya, masih banyak peralatan yang tergeletak menghalangi akses jalan, sebagian besar pekerja juga masih belum menggunakan APD saat bekerja, terutama pada petugas pembersihan, tetapi pada dasarnya juga ada prosedur untuk membersihkan tumpahan maupun kerusakan, tetapi kurang berjalan dengan baik.6) B3 (Bahan Berbahaya Dan Beracun)Untuk penanganan bahan berbahaya sudah mempunyai prosedur yang cukup baik, ada team tersendiri yang di haruskan untuk menanggani bahan berbahaya, yaitu mengenai penyimpanan dan pelabelan, akan tetapi cara penggunaan maupun perawatan mengenai bahan-bahan berbahaya kurang di sosialisasikan pada para pekerja, sehingga hanya team pengelola bahan-bahan berbahaya tersebut yang mengerti cara-cara pengelolaan bahan-bahan berbahaya.7) PENYIMPANANTerdapat ruang penyimpanan khusus yaitu pada bagian Office. Penyimpanan barang sudah cukup baik tersimpan dalam rak, lemari, dan lantai juga sudah terjaga kebersihannya dan terbebas dari sampah atau barang yang berserakan.8) P3KPada bagian P3K masih kurang memadahi, P3K relatif masih kurang, sebagian tempat P3K masih sangat sulit diakses oleh para pekerja, karena tempat P3K hanya ada di bagian office saja, sedangkan pada bagian pelaporan insiden juga masih belum terprogram dengan baik, sehingga jika terjadi insiden masih sangat kurang dalam penangganannya.9) STASIUN KERJAStasiun kerja sudah tertata cukup baik, tidak ada furniture yang menghalangi akses jalan, sebagian besar furniture tidak ergonomis.10) PERALATAN LISTRIKPada bagian peralatan listrik sebagian besar peralatan listrik dalam kondisi tidak aman, dan sebagian sudah dalam kondisi tidak layak pakai lagi. Kabel-kabel listrik tidak di beri penutup ( pengaman ). Tetapi sebagian alat listrik juga sudah diberi fasilitas pengaman seperti grounding.11) RUANGAN YANG AMANPada bagian ini sistem keamanan sudah cukup memadahi. Pintu sudah di buat dengan handel yang dapat di tarik, di dorong maupun dikunci, sistem penguncian juga sudah dibuat ganda, tetapi masih ada kekurangan pada bagian pintu keluar darurat yang belum ada.12) RUANG PINTU DARURAT UNTUK KEBAKARANPada sistem pengamanan kebakaran masih sangat jauh dari standart, tidak ada tanda-tanda detector jika sewaktu-waktu terjadi bahaya kebakaran, seperti halnya detector asap, fire alarm. Pintu darurat jika terjadi kebakaran juga sama sekali belum ada pada tiap tempat kerja. Hanya ada APAR pada tiap sudut tempat kerja.13) KEBISINGANKebisingan seharusnya secepatnya ditangani mengingat tingkat kebisingan sangat keras, sehingga menimbulkan masalah buat tenaga kerja.Penanggulangan agar dapat mengurangi pekerja terpapar kebisingan. Tidak ada pembatasan area-area mengenai tingkat kebisingan tertentu. Bahkan APD untuk mengurangi kebisingan seperti Ear plug, Ear muff masih belum ada dan hanya menggunakan kapas.14) ANGGOTA PERUSAHAANPara anggota melakukan tugas sesuai dengan bidangnya masing masing. Namun di dalam perusaan itu tidak terdapat peraturan mengenai keamanan dapur, tempat kerja, kebrsihan, dll. Hanya di informasikan mengenai jam jam malam yang wajib untuk di patuhi.b. Pada Bagian Luar1) Tempat parkir kendaraan untuk tamu yang disediakan cukup sempit hanya kendaraan saja dan tidak untuk mobil.2) Jalan rata tidak ada permukaan yang berlubang.3) Tidak ada tanda pintu masuk dan keluar, dan secara umum fasilitas yang disediakan kurang lengkap dan kurang memadai.4) Tindakan pengendalian kurang direncanakan atau bahkan tidak terpikirkan karena kurangnya perhatian tentang kenyamanan dalam parkir dan penyediaan fasilitas yang memadai.5) Pada bagian luar bangunan tidak terdapat tanda yang jelas antara masuk dan keluar karena pintu utama hanya ada satu saja, penerangan yang ada sudah cukup baik dan permukaan jalan tidak ada yang berlubang tetapi untuk sistem keamanan kurang diperhatikan serta fasilitas tanda bahaya kebakaran sama sekali belum tersedia satupun.6) Pada batas bangunan luar sudah terdapat saluran pembuangan air untuk mencegah banjir dan genangan air, dinding, pagar, pintu bangunan dalam keadaan yang baik tanpa renggang dan tertutup rapat.7) Tempat teduh yang ada diperusahaan tidak ada karena area perusahaan tidak cukup luas selain itu kegiatan bekerja diluar atau dilapangan tidak ada semua pekerjaan dilakukan didalam ruangan.8) Taman terpelihara dengan baik dan rumput-rumput panjang telah dipotong. Tempat sampah yang tersedia hanya ada 1 dan tidak ada selang pemadam api yang tersedia.9) Sistem pengendalian darurat sangat jauh dari standard karena sistem ini belum diterapkan pada perusahaan ini, baik tanda-tanda, rencana penanggulangan, instruksi atau komunikasi, evakuasi, prosedur darurat, orang-orang yang bertanggung jawab, latihan ataupun penjelasan kedarurat sama sekali belum direrapkan dan bahkan dipedulikan.10) Sistem manajemen yang ada sangatlah kurang.11) Secara garis besar diperusahaan ini tidak ada kekerasan kerja.12) Semua informasi yang relevan diinformasikan kepada seluruh karyawan.13) Prosedur dan persyaratan untuk mengurangi resiko cidera ditaati oleh semua karyawan.14) Prosedur keamanan untuk semua tempat telah dikembangkan dan diikuti seluruh karyawan baik sian maupun malam.15) Pada malam hari akses dibatasi dan dapat pengaturan yang memungkinkan karyawan parkir dekat gedung.16) Pada pintu masuk ada satpam yang melakukan pemeriksaan kepada semua tamu atau klien yang akan memasuki pabrik dan ditulis dalam buku daftar pengunjung.17) Jika terjadi insiden, terdapat fasilitas transportasi kerumah bagi tenaga kerja yang terluka dan dikomunikasikan dengan keluarganya. Selain itu tersedia dukungan psikologi atau konseling seminggu 3x.I. ANALISA SECARA UMUMa Terdapat fasilitas ruang ganti pakaian.b Sumber air produksi berasal dari sumur dalam.c Limbah yang dihasilkan berupa :1) Air bekas proses produksi diolah dahulu baru dibuang.f Pelayanan dan sarana kesehatan masih kurang memadai.g Ada pemeriksaan kesehatan awal setiap perekrutan tenaga kerja baru. Namun sudah 12 tahun ini tidak ada perekrutan tenaga kerja baru.Untuk pemeriksaan kesehatan berkala tidak ada. Namun diperusahaan tersebut ada dokter perusahaan yang datang setiap hari senin, rabu dan jumat sehingga tenaga kerja yang ada keluhan dapat mendatangi dokter tersebut.h. Fasilitas P3K, tidak terdapat kotak P3K dilokasi kerja. Namun, tersedia klinik perusahaan. i. Tidak ada fasilitas pemberian makan untuk tenaga kerja tetapi tenaga kerja diberikan uang makan.j. Ada dugaan penyakit akibat kerja. Untuk saat ini berefek dengan adanya gangguan pendengaran.1. Waktu Kerjaa Undang-undang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang KetenagakerjaanPasal 77 ayat 2, Waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi :a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; ataub. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.Analisis : Waktu kerja di PT. Iskandartex tidak sesuai dengan undang-undang diatas karena perusahaan menjalankan 6 hari kerja dalam satu minggu dengan rincian 8 jam sehari pada hari Senin-Jumat dan 5 jam sehari pada hari Sabtu. Kelebihan 5 jam pada hari tersebut tidak terhitung sebagai kerja lembur. b Undang-undang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang KetenagakerjaanPasal 78, Ayat 1 (a), ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutanAyat 2, Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) wajib membayar upah kerja lemburAnalisis : Dalam hal kerja lembur PT. Iskandartex telah sesuai dengan undang-undang diatas karena dalam menjalankan kerja lembur harus ada kesepakatan antara pengusaha dan tenaga kerja. Dan tenaga kerja juga memperoleh upah tambahan.c Untuk tenaga kerja yang melakukan penyimpangan waktu kerja dan waktu istirahat dari aturan yang ada. Perusahaan tidak mengekang tenaga kerja asalkan hal tersebut dikomunikasikan dan mendapat izin dari perusahaan. Hal ini menunjukkan perusahaan masih memperhatikan sisi kemanusiaan tenaga kerja.d Undang-undang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang KetenagakerjaanPasal 79 ayat 1, Pengusaha wajib memberi waktu istirahat dan cuti kepada pekerja/buruh.Analisis : PT. Iskandartex telah memberikan waktu istirahat dan cuti. Pelaksanaan tersebut sesuai dengan kesepakatan antara tenaga kerja dan pengusaha.e. Kepmenakertrans RI Nomor-Kep/MEN/2003 tentang Kewajiban Pengusaha yang Mempekerjakan Pekerja/Buruh Perempuan Antara Pukul 23.00 sampai dengan 07.00Pasal 6 ayat 1, Pengusaha wajib menyediakan antar jemput di mulai dari tempat penjemputan ke tempat kerja dan sebaliknya.Analisis : PT. Iskandartex telah menyediakan fasilitas bus karyawan untuk antar dan jemput tenaga kerja.2. Kecelakaan Kerjaa Undang-undang RI Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga KerjaPasal 4 ayat 1, Program jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 wajib dilakukan oleh setiap perusahaan bagi tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di dalam hubungan kerja sesuai ketentuan undang-undang ini.Analisis : PT. Iskandartex telah terdaftar sebagai peserta jamsostek.b Undang-undang RI Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga KerjaPasal 8 ayat 1, Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak menerima Jaminan Kecelakaan KerjaAnalisis : Walaupun di PT. Iskandartex kecelakaan kerja sangat jarang terjadi. Namun apabila terjadi suatu kecelakaan kerja maka tenaga kerja akan mendapat tunjangan atau jaminan kecelakaan kerja dari jamsostek.c Perusahaan telah memenuhi kewajiban-kewajiban sesuai Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek. Seperti, telah memberikan program jaminan sosial tenaga kerja, telah melaporkan setiap terjadi kecelakaan kerja dan telah ikut serta dalam program jaminan sosial.d Dalam rangka perlindungan terhadap tenaga kerja perusahaan telah mengasuransikan tenaga kerja.3. Jaminan Sosiala. Undang-undang RI Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga KerjaPasal 16 ayat 1, Tenaga kerja, suami atau istri dan anak berhak memperoleh Jaminan Pemeliharaan Kesehatan.Analisis : Jaminan Pemeliharaan Kesehatan di PT. Iskandartex untuk saat ini masih terbatas bagi tenaga kerjanya saja belum untuk keluarga.b. Undang-undang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang KetenagakerjaanPasal 101 ayat 1, Untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh, dibentuk koperasi pekerja/buruh dan usaha-usaha produktif di perusahaan.Analisis : Di PT. Iskandartex telah dibentuk koperasi tenaga kerja dan tenaga kerja di sana dilatih untuk menanam saham di koperasi tersebut. Ini merupakan usaha perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja sesuai dengan undang-undang di atas.c. Untuk kesejahteraan tenaga kerja telah diadakan fasilitas rekreasi secara rutin tiap tahun oleh PT. Iskandartex. Namun, untuk fasilitas kesehatan berupa fasilitas olahraga masih belum ada sehingga tidak ada tempat untuk kegiatan olahraga yang sebenarnya akan sangat baik untuk tenaga kerja jika ada. Untuk fasilitas kantin di perusahaan juga tidak ada, padahal akan lebih baik jika ada karena dapat memudahkan tenaga kerja untuk mendapatkan suplemen makanan.d. Tenaga kerja telah mengikuti program Jamsostek dan salah satunya mendapatkan Jaminan Hari Tua. Selain itu didapatkan juga dari pesangon perusahaan dan hasil penanaman saham dikoperasi. Menunjukkan bahwa kesejahteraan tenaga kerja diperhatikan.4. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Umuma. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan KerjaPasal 14, Pengurus diwajibkan : secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai Undang-undang ini dan semua peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja;Analisis : Belum tersedia dan dipasang syarat-syarat keselamatan kerja sesuai undang-undang di atas di PT. Iskandartex.b. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan KerjaPasal 14, Pengurus diwajibkan : b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.Analisis : Belum semua tempat kerja di PT. Iskandartex telah dipasang gambar/poster K3. hanya terlihat pada proses weaving bagian finishing saja terlihat gambar/poster K3 seperti : kerusakan tulang, forklift safety, dll yang dipasang ditempat yang mudah dilihat.Juga masih jarang terlihat tanda-tanda larangan terhadap bahaya yang ada di tempat kerja. Hal tersebut menunjukkan perusahaan belum melaksanakan peraturan undang-undang di atas.c. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan KerjaPasal 14, Pengurus diwajibkan : c. Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli-ahli keselamatan kerja.Analisis : PT Iskandartex telah menyediakan APD berupa masker dan kapas (untuk sumbat telinga) mengingat kebisingan dan kadar debu kapas di tempat kerja cukup tinggi. Namun, sangat jarang (hanya sebagian) tenaga kerja yang mau memakainya.d. Permenakertrans RI Nomor : Per.04/Men/1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan KerjaPasal 2 ayat 1, Setiap tempat kerja dengan kriteria tertentu pengusaha atau pengurus wajib membentuk P2K3.Analisis : PT. Iskandartex adalah perusahaan dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang tetapi dalam perusahaan tersebut belum membentuk P2K3.e. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan KerjaPasal 7, Untuk pengawasan berdasarkan Undang-undang ini pengusaha harus membayar retribusi menurut ketentuan-ketentuan yang akan diatur dengan peraturan perundangan.Analisis : PT. Iskandartex telah membayar retribusi tahunan sesuai dengan undang-undang di atas.f. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan KerjaPasal 9 ayat 3, Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan.Analisis : PT. Iskandartex belum melakukan pembinaan/training sesuai undang-undang tersebut bagi tenaga kerja secara khusus. Hanya pemberitahuan secara langsung tentang cara-cara kerja yang benar dilapangan.

BAB IV. SIMPULAN

A. Simpulan1. Pada perusahaan Iskandartex tidak ada komitmen dan kebijakan dari top management untuk melakukan Sistem Management K3 sehingga tidak ada program Inspeksi formal maupun non formal pada tempat kerja sehingga belum ada sistem pengendalian dan pengawasan dalam menghadapi permasalahan K3 yang ada di dalam perusahaan tersebut.2. Karena belum adanya program Inspeksi maka hampir semua tempat kerja masih belum berjalan sesuai standart, norma, perundang-undangan yang ditetapkan pemerintah.3. Dengan minimnya sumber daya manusia dan tidak adanya safety officer pada perusahaan Iskandartex maka masalah K3 hanya merupakan masalah yang tidak dianggap penting, sehingga setiap pekerja akan menerima faktor dan potensi bahaya yang menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.4. Pihak manajemen dan tenaga kerja nampaknya belum memiliki pengetahuan yang dalam tentang kesehatan dan keselamatan kerja, sehingga dalam pelaksanaan kegiatan produksi banyak aspek-aspek yang kurang sesuai dengan apa yang seharusnya dilakukan untuk mencapai kesehatan dan keselamatan kerja, contohnya seperti minimnya kesadaran untuk menggunakan alat pelindung diri.

20Daftar Pustaka

Sumamur. 2009. Higenre Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT. Toko Gunung Agung, pp:1, 51.Hebbie Ilma Adzim. 2013. Pengertian (Definisi) Bahaya dan 5 Faktor Bahaya K3 di Tempat Kerja. http://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/09/pengertian-bahaya-dan-faktor-faktor.html. (12 Mei 2015)