makalah haki

21
SEJARAH PERKEMBANGAN HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL DI INDONESIA A. PENDAHULUAN Untuk menyusun tata tertib hukum yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 membutuhkan waktu, karena periode setelah proklamasi disebut sebagai ‘masa peralihan’. Karena itu dalam UUD 1945 dibuat beberapa pasal aturan peralihan. Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 menyatakan; “Segala Badan Negara dan Peraturan yang ada masih langsung berlaku selama belum ada yang baru menurut Undang-undang Dasar ini”. Ini berarti semua peraturan yang ada dalam KUH Perdata, KUH Dagang, KUH Pidana, AB, IS dan berbagai peraturan buatan pemerintah Belanda lainnya masih tetap diberlakukan. Setelah sekian lama, aturan-aturan tesebut akhirnya diganti, seperti Auteurwet Stb. No.600 Tahun 1912 dinyatakan tidak berlaku lagi setelah dikeluarkannya Undang-Undang No.6 Tahun 1982 Tentang Hak Cipta, yang kemudian diperbaharui oleh UU No. 7 Tahun 1987. 1

Upload: fauzanrasip

Post on 07-Apr-2016

43 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

hki

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah HAKI

SEJARAH PERKEMBANGAN

HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL DI INDONESIA

A. PENDAHULUAN

Untuk menyusun tata tertib hukum yang berlandaskan

Pancasila dan UUD 1945 membutuhkan waktu, karena periode

setelah proklamasi disebut sebagai ‘masa peralihan’. Karena

itu dalam UUD 1945 dibuat beberapa pasal aturan peralihan.

Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 menyatakan; “Segala

Badan Negara dan Peraturan yang ada masih langsung berlaku

selama belum ada yang baru menurut Undang-undang Dasar

ini”. Ini berarti semua peraturan yang ada dalam KUH

Perdata, KUH Dagang, KUH Pidana, AB, IS dan berbagai

peraturan buatan pemerintah Belanda lainnya masih tetap

diberlakukan.

Setelah sekian lama, aturan-aturan tesebut akhirnya

diganti, seperti Auteurwet Stb. No.600 Tahun 1912

dinyatakan tidak berlaku lagi setelah dikeluarkannya

Undang-Undang No.6 Tahun 1982 Tentang Hak Cipta, yang

kemudian diperbaharui oleh UU No. 7 Tahun 1987.

1

Page 2: Makalah HAKI

Demikianlah usaha pemerintah dalam rangka pembangunan

bidang hukum sebagaimana yang diisyaratkan oleh GBHN

TAP No.II/MPR/1983, TAP MPR No.II/MPR/1988 dan TAP MPR

No.II/MPR/1993, yang diupayakan untuk menyusun kodifikasi

hukum nasional yang didasarkan kepada sumber tertib hukum

yang terkandung dalam Pancasila dan UUD 1945.1

Dalam tulisan ini diketengahkan tentang hak atas benda

immateril, yang dalam kepustakaan hukum sering disebut

dengan istilah hak atas kekayaan intelektual (intellectual

property rights), yang terdiri dari hak cipta (copyrights)

dan hak milik industri (industrial property rights). Hak

cipta adalah hasil atau penemuan dari kreatifitas manusia

dibidang seni, sastra dan ilmu pengetahuan. Perlindungan

dari hak milik industri terdiri dari trademarks, patent,

industrial designs, trade secrets, service marks, trade

names/commercial names, appellations of origin,

indications of origin, unfair competitive protection, new

varieties of plants protection dan integrated circuits.2

Perlindungan hak milik intelektual ini menjadi lebih dari

sekedar keharusan setelah dicapainya kesepakatan GATT.

1 Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual. (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1997), hal: 1-3.2 Ibid., hal: 3 & 11. Baca juga: Sekilas WTO (World Trade Organization). (Jakarta: Direktorat Perdagangan dan Perindustrian Multilateral - Departemen Luar Negeri RI, tanpa tahun), hal: 36-37.

2

Page 3: Makalah HAKI

Setelah konferensi di Marakesh pada bulan April 1994, GATT

akan digantikan oleh sistem perdagangan dunia yang dikenal

sebagai WTO (World Trade Organization). Salah satunya, WTO

mengatur sistem perdagangan hak milik intelektual yang

dikenal dengan sebutan TRIPs (Trade Related Aspects of

Intellectual Property Rigts). Dimasukkannya TRIPs dalam

kerangka WTO lebih merupakan sebuah mekanisme yang sangat

efektif untuk mencegah terjadinya alih teknologi, yang

memainkan peranan kunci dalam pembangunan ekonomi Negara-

negara berkembang.3

C. DASAR FILSAFAT REZIM HAKI

David I. Bainbridge merumuskan bahwa:

“intellectual property” is the collective name given to legal rights which protect the product of human intellect.4 The term intellectual property seem to be

the best available to cover that body of legal rights which arisen from mental and artistic endeavour.5

Dari pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa HKI

merupakan hak yang berasal dari hasil kegiatan kreatif dan

3 Ibid., hal: 3.4 David I. Bainbridge, Computer and the Law. Cet. 1. (London: Pittman Publishing, 1990), hal: 7. Dikutip dari Muhamad Djumhana & Djubaedillah, Hak Milik Intelektual: Sejarah, Teori dan Prakteknya di Indonesia. (Bandung: Citra Adiya Bakti, 2003), hal: 21.5 John F. Williams, A Manager’s Guide to Patent, Trade Marks & Copyright. (London: Kogan Page, 1986), hal: 11. Dikutip dari Djumhana. op.cit., hal: 21.

3

Page 4: Makalah HAKI

kemampuan daya pikir manusia yang memiliki manfaat dan

berguna bagi hidup manusia serta mempunyai nilai ekonomi.

Bentuk nyata dari karya intelektual tersebut bisa dibidang

teknologi, ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Orang yang

menciptakan karya intelektual ini dapat menguasainya untuk

tujuan yang menguntungkannya secara ekonomi.6

Ketika seorang penemu atau pencipta diberikan hak

paten atau diberikan perlindungan hak cipta, ia mempunyai

hak untuk melarang orang lain membuat salinan tanpa

seijinnya. Masyarakat pada umumnya menganggap perlindungan

bagi kekayaan intelektual ini sebagai insentif untuk

mendorong pengembangan teknologi baru yang pada akhirnya

juga akan berguna bagi masyarakat itu sendiri. Perlindungan

kekayaan intelektual ini harus dapat mendorong terjadinya

inovasi dan alih teknologi.7

B. SEJARAH PERUNDANG-UNDANGAN HKI DI INDONESIA

6 Djumhana. op.cit., hal: 21-22.7 Sekilas WTO (World Trade Organization). op.cit., hal: 35-36.

4

Page 5: Makalah HAKI

Secara historis, peraturan perundang-undangan di bidang Hak

Kekayaan Intelektual telah ada di Indonesia sejak tahun

1840-an. Pemerintah kolonial Belanda memperkenalkan undang-

undang pertama mengenai perlindungan Hak Kekayaan

Intelektual pada tahun 1844. Selanjutnya pemerintah Belanda

mengundangkan Undang-Undang Merek tahun 1885, Undang-Undang

Paten 1910 dan Undang-Undang Hak Cipta 1912. Indonesia yang

pada waktu itu masih bernama Netherlands East-Indies telah

menjadi anggota Paris Convention for the Protection of

Industrial Property sejak tahun 1888, anggota Madrid

Convention dari tahun 1893-1936 dan anggota Berne

Convention for the Protection of Literary and Artistic

Works sejak tahun 1914. Pada masa pendudukan Jepang, yaitu

pada tahun 1942 – 1945, semua peraturan perundang-undangan

bidang HKI tersebut tetap berlaku.8

Tetapi berdasarkan pasal 131 Indische Staatregeling maka

kodifikasi hukum Belanda, seperti hukum perdata Belanda

yang bersumber dari Burgelijk Wetboek dan hukum dagang yang

bersumber dari Wetboek van Koophandel hanya berlaku bagi

golongan Eropa. Untuk golongan pribumi Indonesia berlaku

hukum adat mereka, kecuali untuk hukum pidana yang berasal

8 Buku Panduan: Hak Kekayaan Intelektual. (Jakarta: Direktorat Jenderal HKI – Departemen Hukum dan HAM RI, 2006), hal: 5.

5

Page 6: Makalah HAKI

dari Wetboek van Strafrecht yang berlaku untuk semua

golongan penduduk yang mulai diberlakukan pada tahun 1918.9

Jadi termasuk aturan HKI masa Belanda tersebut hanya

berlaku dan melindungi hasil karya orang-orang Eropa,

tetapi tidak bagi orang pribumi.

Pengertian hak cipta pada mulanya menggambarkan hak untuk

menggandakan atau memperbanyak suatu karya cipta. Dalam

kepustakaan hukum di Indonesia yang pertama kali dikenal

adalah hak pengarang/hak pencipta (author right), yaitu

setelah diberlakukannya Undang-undang Hak Pengarang

(Auteurwet 1912, Stb. 1912, Nomor 600), kemudian menyusul

istilah hak cipta. Istilah inilah yang dipakai dalam

peraturan perundang-undangan berikutnya.

Istilah hak pengarang/pencipta (author right)

berkembang dari daratan Eropa yang menganut hukum sipil,

sehingga di Eropa undang-undang yang mengatur karya cipta

tersebut diberi nama Undang-Undang Hak Pencipta, seperti di

Perancis disebut Droit d’ aueteur, di Jerman disebut

Urheberecht dan Italia disebut Diritto d’autore. Sedangkan

9 Dedi Soemardi, Pengantar Hukum Indonesia. (Jakarta: IND-HILL CO., 2004), hal: 8-10.

6

Page 7: Makalah HAKI

istilah hak cipta (copyright) berasal dari Negara sistem

common law.10

Usaha-usaha untuk menggantikan Auteurwet 1912 dilakukan

pemerintah RI. Tahun 1958 Menteri Pendidikan, Pengajaran

dan Kebudayaan bersama Menteri Kehakiman telah menyiapkan

Rancangan Undang-undang Hak Cipta. Kemudian ini diteruskan

oleh Departemen Kehakiman yang dilanjutkan oleh LPHN

(sekarang BPHN) pada tahun 1965.

Kemudian tidak ketinggalan pula rancangan Undang-

Undang Hak Cipta berikutnya dari IKAPI tahun 1972. Atas

usaha-usaha diatas-lah Undang-Undang Hak Cipta No.6

Tahun 1982 disusun. Dengan disahkannya Undang-Undang Hak

Cipta 1982, berakhirlah aturan Auteurwet 1912 setelah 70

tahun berlaku di Indonesia.11

Tetapi Undang-Undang Hak Cipta No.6 tahun 1982 hanya

berlaku selama 5 tahun yang kemudian digantikan oleh

Undang-Undang Hak Cipta No.7 Tahun 1987. Dalam penjelasan

Undang-Undang No.7 Tahun 1987 secara jelas dinyatakan bahwa

perubahan ini dilakukan karena semakin meningkatnya

10 Djumhana. op.cit., hal: 47.11 Saidin, op.cit., hal: 31-32.

7

Page 8: Makalah HAKI

pelanggaran hak cipta yang dapat membahayakan kehidupan

sosial dan menghancurkan kreatifitas masyarakat.12

Sistem paten mulai berkembang di Eropa pada daerah

perdagangan pada abad ke-14 dan ke-15, seperti Italia dan

Inggris. Hanya saja ini bukan ditujukan atas suatu penemuan

(invention), tetapi untuk menarik para ahli dari luar

negeri untuk mengembangkan keahliannya dinegara pengundang.

Baru pada abad XVI diadakan peraturan pemberian hak paten

terhadap hasil temuan (uitvinding), yaitu dinegara-negara

Venesia, Inggris, Belanda, lalu Jerman dan Australia. Namun

pada saat itu telah ada aturan paten yang hampir sesuai

dengan aturan paten sekarang, misalnya Peraturan Paten

Venesia (1474) yang mewajibkan pendaftaran paten dan

melarang orang lain untuk menirunya tanpa izin penemu dalam

jangka waktu 10 tahun. Undang-Undang Monopoli 1624 yang

dikeluarkan oleh Raja James I dari Inggris, menetapkan

prinsip hasil temuan dan bukan penemu sebagai dasar

pemberian paten, yang sampai sekarang masih dipakai.13

Di Indonesia pengaturan hak paten sebelum keluarnya

Undang-Undang No.6 Tahun 1989 Tentang Paten adalah

12 Buku Panduan: Hak Kekayaan Intelektual. op.cit., hal: 7.13 Djumhana. op.cit., hal: 109-110.

8

Page 9: Makalah HAKI

berdasarkan Octrooiwet 1910 yang mulai berlaku pada 1 Juli

1912 hingga dikeluarkannya pengumuman Menteri Kehakiman

tertanggal 12 Agustus 1953 No. J.S.5/41/4 tentang

pendaftaran sementara oktroi/paten dan pengumuman menteri

kehakiman tertanggal 29 Oktober 1953 No.J.G.1/2/17 tentang

permohonan sementara oktroi dari luar negeri.

Mengenai pengertian paten dalam Octrooiwet 1910 adalah:

“Paten ialah hak khusus yang diberi kepada seseorangatas permohonannya kepada orang itu yang menciptakansebuah produk baru, cara kerja baru atau perbaikanbaru dari produk atau dari cara kerja.” (Art. 1Octrooiwet 1910. Nederland, S. 1910-313)

Sementara pengertian paten menurut Kamus Umum Bahasa

Indonesia yang ditulis oleh W.J.S. Poerwadarminta adalah:

“Kata paten berasal dari bahasa Eropa (paten/ocktroi)yang mempunyai arti suatu surat perniagaan atau izindari pemerintah yang menyatakan bahwa orang atauperusahaan boleh membuat barang pendapatannya sendiri(orang lain tidak boleh membuatnya).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa paten

adalah hak bagi seseorang yang telah mendapat penemuan baru

atau cara kerja baru dan perbaikannya yang diberikan oleh

pemerintah dan kepada pemegang hak tersebut

9

Page 10: Makalah HAKI

diperkenankannya untuk mempergunakan sendiri atau atas

izinnya mengalihkan hak tersebut ke orang lain.14

Tahun 1986 dapat disebut sebagai awal era moderen sistem

Hak Kekayaan Intelektual ditanah air. Pada tanggal 23 Juli

1986, Presiden Republik Indonesia, membuat tim khusus

bidang HKI melalui Keputusan Presiden No. 34 tahun 1986.

Tugas utama tim ini adalah mencakup penyusunan kebijakan

nasional dibidang HKI, perancangan peraturan perundang-

undangan dibidang HKI dan sosialisasi sistem HKI dikalangan

instansi pemerintah terkait, aparat penegak hukum dan

masyarakat luas. Tim ini selanjutnya membuat sejumlah

terobosan, antara lain dengan mengambil inisiatif baru

dalam menangani perdebatan nasional tentang perlunya sistem

paten ditanah air. Setelah Tim Keppres 34 merevisi kembali

RUU Paten yang telah diselesaikan tahun 1982 dan pada

akhirnya tahun 1989, Dewan Perwakilan Rakyat menyetujui RUU

Tentang Paten, yang selanjutnya disahkan oleh pemerintah

menjadi Undang-Undang Paten No.6 Tahun 1989 pada tanggal 1

November 1989.15

14 Saidin, op.cit., hal: 147-148.15 Buku Panduan: Hak Kekayaan Intelektual. op.cit., hal: 6.

10

Page 11: Makalah HAKI

Undang-Undang Paten 1989 mulai berlaku tanggal 1

Agustus 1991. Pengesahan Undang-Undang Paten 1989

mengakhiri perdebatan panjang tentang seberapa pentingnya

sistem paten dan manfaatnya bagi bangsa Indonesia.

Sebagaimana dinyatakan dalam pertimbangan Undang-Undang

Paten 1989, perangkat hukum dibidang paten diperlukan untuk

memberikan perlindungan hukum dan mewujudkan suatu iklim

yang lebih baik bagi kegiatan penemuan teknologi. Hal ini

disebabkan karena dalam pembangunan nasional secara umum

dan khususnya disektor industri, teknologi memiliki peranan

yang sangat penting. Pengesahan Undang-Undang Paten 1989

juga dimaksudkan untuk menarik investasi asing dan

mempermudah masuknya teknologi kedalam negeri. Namun

demikian ditegaskan pula bahwa upaya untuk mengembangkan

sistem HKI, termasuk paten, di Indonesia tidaklah semata-

mata karena tekanan dunia internasional, namun juga karena

kebutuhan nasional untuk menciptakan suatu sistem

perlindungan HKI yang efektif.16

Dalam sejarah perundang-undangan merek di Indonesia dapat

dicatat bahwa pada masa kolonial Belanda dikeluarkan

Undang-undang Hak Milik Perindustrian yaitu Reglement

16 Buku Panduan: Hak Kekayaan Intelektual. op.cit., hal: 7.

11

Page 12: Makalah HAKI

Industriele Eigendom Kolonien (RIE) yang dimuat dalam

Stb. 1912 No.545 Jo. Stb. 1913 No. 214. Kemudian pada masa

penjajahan Jepang, dikeluarkan peraturan merek yang dikenal

dengn Osamu Seirei No.30 tentang Menyambung Pendaftaran Cap

Dagang.17

Setelah Indonesia merdeka RIE 1912 ini diganti dengan

Undang-undang No.21 tahun 1961 Tentang Merek Perusahaan dan

Merek Perniagaan yang diundangkan pada tanggal 11

Oktober 1961 dan dimuat dalam Lembaran Negara RI No.290 dan

penjelasannya dimuat dalam Tambahan Lembaran Negara RI

No.2341 yang mulai berlaku bulan November 1961.18 Undang-

Undang Merek 1961 merupakan undang-undang Indonesia pertama

di bidang Hak Kekayaan Intelektual. Penetapan Undang-Undang

Merek 1961 bertujuan untuk melindungi masyarakat dari

barang-barang tiruan/bajakan.19

Pada tanggal 10 Mei 1979, Indonesia meratifikasi Konvensi

Paris (Paris Convention for the Protection of Industrial

Property – Stockholm Revision 1967) berdasarkan Keputusan

Presiden No.24 Tahun 1979. Partisipasi Indonesia dalam

Konvensi Paris pada saat itu belum penuh karena Indonesia

17 Djumhana. op.cit., hal: 160.18 Saidin, op.cit., hal: 255.19 Buku Panduan: Hak Kekayaan Intelektual. op.cit., hal: 6.

12

Page 13: Makalah HAKI

membuat pengecualian (reservasi) terhadap sejumlah

ketentuan, yaitu pasal 1 sampai 12 dan pasal 28 ayat 1.20

Undang-undang Merek Tahun 1961 ternyata hanya bertahan

sampai tahun 1992, dengan dikeluarkannya Undang-undang

No.19 Tahun 1992 Tentang Merek, yang diundangkan pada

Lembaran Negara RI tahun 1992 No.81 dan penjelasannya

dimuat dalam Tambahan Lembaran Negara No.3490 yang disahkan

pada 28 Agustus 1992.21

Pada tanggal 15 April 1992, Pemerintah RI menandatangani

Final Act Embodying the result of the Uruguay round of

Multilateral Trade Negotiations, yang mencakup Agreement

on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights

(TRIPs).22

Dengan keanggotaan Indonesia dalam WTO maka Indonesia

terikat dalam aturan-aturan TRIPs, melalui ratifikasi WTO

Agreement dengan Undang-undang No.7 Tahun 1994. Ratifikasi

ini kemudian diimplementasikan dalam perubahan terhadap

ketiga undang-undang tentang hak kekayaan intelektual yang

20 Buku Panduan: Hak Kekayaan Intelektual. op.cit., hal: 6.21 Saidin, op.cit., hal: 256.22 Achmad Zen Umar Purba, Hak Kekayaan Intelektual Pasca TRIPs. (Bandung: Alumni, 2005), hal: 3-4.

13

Page 14: Makalah HAKI

berlaku serta pengundangan beberapa bidang hak kekayaan

intelektual yang baru bagi Indonesia, antara lain:23

1. Undang-undang No.31 Tahun 2000 Tentang Desain Industri

2. Undang-undang No.32 Tahun 2000 Tentang Desain tata

Letak Sirkuit Terpadu

3. Undang-undang No.30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang

4. Undang-undang No.29 Tahun 2000 tentang Perlindungan

Varietas Tanaman

5. Undang-undang No.12 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

6. Undang-undang No.14 Tahun 2001 Tentang Paten

7. Undang-undang No.15 Tahun 2001 Tentang Merek

C. PENGARUH INTERNATIONAL CONVENTIONS DALAM PEMBENTUKAN HKI

INDONESIA

Seperti telah disebutkan diatas, secara historis, peraturan

dalam bidang Hak Milik Intelektual di Indonesia telah ada

sejak tahun 1840-an. Pemerintah Kolonial Belanda

memperkenalkan undang-undang pertama mengenai HKI pada

tahun 1844. Indonesia yang pada waktu itu masih bernama

Netherlands East-Indies telah menjadi anggota Paris

23 Ibid., hal: 7. Baca juga: Buku Panduan: Hak Kekayaan Intelektual. op.cit., hal: 8.

14

Page 15: Makalah HAKI

Convention for the Protection of Industrial Property sejak

tahun 1888, anggota Madrid Convention dari tahun 1893

sampai 1936 dan anggota Berne Convention for the

Protection of Literary and Artistic Works sejak 1914.24

Paris Convention diubah beberapa kali dan terakhir tahun

1967 di Stockholm dan diubah lagi tahun 1979. Indonesia

turut meratifikasi konvensi ini pada tanggal 18 Desember

1979 dan juga menjadi anggota dari Paris Union. Indonesia

juga termasuk Negara anggota Berne Convention (revisi

Paris) sejak 5 September 1997.25

Setelah ikut menandatangani WTO Agreement maka Indonesia

terikat dalam aturan-aturan TRIPs, melalui ratifikasi

dengan Undang-undang No.7 Tahun 1994. Seperti telah

disebutkan diatas, dengan ratifikasi ini maka Indonesia

harus menyelaraskan peraturan-peraturan dibidang HKI dengan

aturan-aturan Trips diatas. Hasilnya terjadinya beberapa

revisi terhadap beberapa Undang-Undang HKI yang telah ada

sebelumnya serta pemberlakuan beberapa undang-undang yang

baru dalam bidang HKI, seperti yang telah disebutkan

diatas.

24 Buku Panduan: Hak Kekayaan Intelektual. op.cit., hal: 5.25 Umar Purba, op.cit., hal: 30 & 44.

15

Page 16: Makalah HAKI

D. PENGARUH INTERNATIONAL PRESSURE DALAM PEMBENTUKAN HKI

INDONESIA

1. Copyright

Walaupun copyright law di Indonesia dibuat pada tahun

1982, tetapi atas tekanan Amerika Serikat telah terjadi

beberapa perubahan-perubahan setelahnya, yang tujuan

utamanya untuk melindungi foreign rights.26

Pada Maret 1989, Indonesia dan Amerika serikat

menandatangani persetujuan bilateral yang melindungi hak

cipta terhadap buku, rekaman suara, film, software komputer

dan karya kreatif lainnya. Persetujuan ini mengatur

perlindungan timbal-balik untuk karya setiap Negara dan

untuk karya pertama yang diterbitkan di wilayahnya masing-

masing.27

Indonesia juga menandatangani reciprocal audio-recording

treaties dengan Amerika Serikat dan Masyarakat Eropa (EC)

pada tahun 1988. Pengaruh yang dibuatnya yaitu dilarangnya

26 Dylan A. MacLeod. “US Tarde Pressure and The Developing Intellectual Property Law of Thailand, Malaysia and Indonesia”, University of British Columbia Law Review, (Vol. 26, Summer, 1992): 365. Diambil dari Reading Material: Hak Kekayaan Intelektual. (Pasca Sarjana FHUI: 2006): 376.27 Ibid., hal: 366.

16

Page 17: Makalah HAKI

secara total produksi dan penjualan audio-recording bajakan

di Indonesia.28

2. Patent

Untuk memahami TRIPs, perlu mengetahui bahwa

persetujuan ini sesungguhnya adalah globalisasi hukum paten

Negara-negara barat yang secara historis digunakan sebagai

instruments of conquest. Kata “patent” berasal dari

“letters patent” – surat terbuka yang diberikan oleh

penguasa Eropa untuk menaklukkan tanah-tanah asing

(jajahan) atau untuk mendapatkan monopoli impor.

Christopher Columbus mendapatkan haknya untuk menaklukkan

Amerika melalui “the letter patent” yang diberikan

kepadanya oleh Ratu Isabel dan Raja Ferdinand dari

Spanyol.29

Hukum Paten di Indonesia dibuat pertama kali pada 1989, dan

berlaku pada 1 Agustus 1991. Peraturan ini melindungi paten

selama 14 tahun dengan masa perpanjangan selama 2 tahun.30

Peraturan ini mengharuskan pemegang paten untuk

28 Ibid., hal: 366.29 Vandana Shiva, Biopiracy: The Plunder of Nature and Knowledge. South End Press and RFSTE,New Delhi, 1998. Diambil dari Sarah Anderson, (ed.). Views from The South: The Effects ofGlobalization and The WTO on Third World Countries.(San Francisco: IFG, 2000), hal: 115. 30 MacLeod, loc.cit., hal: 367.

17

Page 18: Makalah HAKI

melaksanakan patennya di Indonesia. Lebih jauh, paten

dianggap batal oleh hukum jika tidak dilaksanakan di

Indonesia selama 4 tahun sejak pendaftarannya. Hukum ini

juga berisi aturan-aturan lisensi wajib yang membolehkan

pemohon menjalankan paten yang dipunyai orang lain dengan

imbalan pembayaran atau royalty.31

Peraturan ini menandai peningkatan yang penting dalam

perlindungan paten di Indonesia dan jelas menampilkan

kesediaan pemerintah Indonesia terhadap perhatian

pemerintah Amerika Serikat terhadap perlindungan paten.

3. Trademark

Aturan merek di Indonesia dibuat pada tahun 1961 dan

tidak mengalami banyak perubahan yang berarti. Amerika

Serikat menilai aturan merek Indonesia telah outdated dan

menyatakan bahwa hukum tersebut sangat sulit untuk

melindungi merek dagang Amerika Serikat di Indonesia.32

Aturan merek yang baru dibuat yaitu Undang-undang Tentang

Merek No.19 Tahun 1992. Aturan ini berisi perluasan

perlindungan trademarks sampai kepada service marks,

collective marks dan certifications marks, proses

31 MacLeod, loc.cit., hal: 368.32 MacLeod, loc.cit., hal: 368-369.

18

Page 19: Makalah HAKI

pendaftaran dan aturan kriminal bagi pelanggarannya.

Pemerintah Indonesia memberikan perhatian serius terhadap

kepedulian Amerika Serikat atas perlindungan merek

dagang.33

33 MacLeod, loc.cit., hal: 369.

19

Page 20: Makalah HAKI

D A F T A R P U S T A K A

Anderson, Sarah. (ed.). Views from The South: The Effectsof Globalization and The WTO on Third World Countries. SanFrancisco: IFG, 2000.

Djumhana, Muhamad dan R. Djubaedillah. Hak Milik Intelektual: Sejarah, Teori dan Prakteknya di Indonesia. Edisi revisi. Bandung: Citra aditya Bakti, 2003.

Purba, Achmad Zen Umar. Hak Kekayaan Intelektual Pasca TRIPs. Edisi I, Cet. I. Bandung: Alumni, 2005.

Saidin. Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1997.

Sardjono, Agus. Hak Kekayaan Intelektual dan Pengetahuan Tradisional. Bandung: Alumni, 2006.

_______________. (Ed.). Reading Materials: Hak Kekayaan Intelektual. Jakarta: Program Pacasarjana FHUI, 2006.

Soemardi, Dedi. Cet. 2. Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta: IND- HILL CO., 2003

Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI. Buku Panduan Hak Kekayaan Intelektual. Jakarta: Direktorat Jenderal HKI – Departemen Hukum dan HAM, tanpa tahun.

Departemen Luar Negeri RI. Sekilas WTO (World Trade Organization). Ed. III. Jakarta: Direktorat Perdagangan dan Perindustrian Multilateral – Deplu RI, tanpa tahun.

MAKALAH HUKUM ATAS HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

20

Page 21: Makalah HAKI

SEJARAH PERKEMBANGAN

HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL DI INDONESIA

NAMA MAHASISWA : F A U Z A N

NPM : 6505001653

NOMOR URUT ABSEN : 44

KELAS A - HUKUM EKONOMI (SORE)

PENGAJAR : Dr. AGUS SARDJONO, S.H.

PROGRAM PASCASARJANA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA

ANGKATAN XI/2 0 0 5

21