makalah gout.docx
DESCRIPTION
gotTRANSCRIPT
Tugas Asuhan Keperawatan Medikal Bedah III
GOUT
Oleh :
Ayu Rizki
Beni Caesariah U.
Haris Erlianto
Mohammad Farihin
Mohammad Novian F.M.
Nur Nindya A.
Wahyu Widayanti
Program studi S1 keperawatan
Sekolah tinngi ilmu kesehatan muhammadiyah
Lamongan
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas penyertaan Tuhan Yang Maha Esa, sehingga kami telah
menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul “Makalah Asuhan Keperawatan
Gawat Darurat Trauma Thoraks”. Penyusunan makalah ini untuk tugas mata kuliah
Keperawatan Gawat Darurat, melalui makalah ini kami berharap dapat menambah
wawasan dan pengetahuan. Metode yang kami ambil dalam penyusunan karya tulis ini
adalah berdasarkan data – data dari dari buku dan internet.
Kami menyadari makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan oleh beberapa
pihak, oleh karena itu kami ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak tersebut,
antara lain :
1. Bapak Drs. H. Budi Utomo Amd. Kep, M,MKes, selaku ketua STIKES Muhammadiyah Lamongan.
2. Bapak Arifal Aris S.Kep, Ns, M.Mkes, selaku Kaprodi S-1 Keperawatan.
3. Ibu Virgianti Nur Faridah M. Kep, Ns, selaku Dosen Penanggung Jawab mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III.
4. Teman-teman yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Menyadari banyaknya kekurangan dalam penulisan makalah ini. Karena itu, kami
sangat mengharapakan kritikan dan saran dari para pembaca untuk melengkapi segala
kekurangan dan kesalahan dari makalah ini. Akhirnya semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Lamongan, November 2012
Penulis
DAFATAR PUSTAKA
HALAMAN JUDUL..................................................................................................
KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFATAR PUSTAKA.............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................1.2 Rumusan Masalah..............................................................................1.3 Tujuan Penulisan................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Gout......................................................................................2.2 Klasifikasi Gout..................................................................................2.3 Manifestasi Klinis2.4 Etiologi...............................................................................................2.5 Patofisiologi........................................................................................2.6 Pathway .............................................................................................2.7 Penatalaksanaan .................................................................................2.8 Pengaturan Diet..................................................................................2.9 Pemeriksaan Diagnostik.....................................................................2.10 Penatalaksanaan Pengobatan............................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
3.1 Pengkajian .........................................................................................3.2 Pemeriksaan Fisik...............................................................................3.3 Diagnosa Keperawatan.......................................................................3.4 Rencana Asuhan Keperawatan...........................................................
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan.........................................................................................4.2 Saran ..................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di masyarakat kini beredar mitos bahwa ngilu sendi berarti asam urat.Pengertian
ini perlu diluruskan karena tidak semua keluhan dari nyeri sendidisebabkan oleh asam
urat. Pengertian yang salah ini diperparah oleh iklan jamu/obat tradisional. Penyakit
rematik banyak jenisnya. Tidak semua keluhannyeri sendi atau sendi yang bengkak itu
berarti asam urat. Untuk memastikannya perlu pemeriksaan laboratorium.
Sebenarnya yang dimaksud dengan asam urat adalah asam yang berbentuk kristal-
kristal yang merupakan hasil akhir dari metabolisme purin (bentuk
turunannukleoprotein), yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat pada
intisel-sel tubuh. Secara alamiah, purin terdapat dalam tubuh kita dan dijumpai
padasemua makanan dari sel hidup, yakni makanan dari tanaman (sayur, buah,
kacang-kacangan) atau pun hewan (daging, jeroan, ikan sarden).
Jadi asam urat merupakan hasil metabolisme di dalam tubuh, yangkadarnya tidak
boleh berlebih. Setiap orang memiliki asam urat di dalam tubuh,karena pada setiap
metabolisme normal dihasilkan asam urat. Sedangkan pemicunya adalah makanan dan
senyawa lain yang banyak mengandung purin.Sebetulnya, tubuh menyediakan 85
persen senyawa purin untuk kebutuhan setiaphari. Ini berarti bahwa kebutuhan purin
dari makanan hanya sekitar 15 persen.
Sayangnya, fakta ini masih belum diketahui secara luas oleh masyarakat.Akibatnya
banyak orang suka menyamaratakan semua makanan. Orang menyantap apa saja yang
dia inginkan, tanpa mempertimbangkan kandungan didalamnya. Makanan sumber dari
produk hewani biasanya mengandung purinsangat tinggi.Produk makanan
mengandung purin tinggi kurang baik bagi orang-orang tertentu, yang punya bakat
mengalami gangguan asam urat. Jika mengonsumsi makanan ini tanpa perhitungan,
jumlah purin dalam tubuhnya dapatmelewati ambang batas normal.
Beberapa jenis makanan dan minuman yang diketahui bisa meningkatkankadar
asam urat adalah alkohol, ikan hearing, telur, dan jeroan. Ikan hearing atausejenisnya
(sarden), dan jeroan merupakan sumber senyawa sangat potensial.Yang tergolong
jeroan bukan saja usus melainkan semua bagian lain yang terdapatdalam perut hewan
±seperti hati, jantung, babat, dan limfa.
Konsumsi jeroan memperberat kerja enzim hipoksantin untuk mengolah purin.
Akibatnya banyak sisa asam urat di dalam darahnya, yang berbentuk butiran dan
mengumpul di sekitar sendi sehingga menimbulkan rasasangat sakit. Jeroan memang
merupakan salah satu hidangan menggiurkan, diantaranya soto babat, sambal hati, sate
jantung, dan kerupuk limfa. Tetapi salahsatu dampaknya, jika tubuh kelebihan
senyawa purin maka si penderita mengalami sakit pada persendian.
2.1 Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Gout?
2. Apa saja klasifikasi dari Gout?
3. Bagaimana etiologi dan patofisiologi dari Gout?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari Gout?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada kasus Gout?
3.1 Tujuan
Tujuan yang di maksud oleh penyusun makalah ini adalah :
1. Menegetahui definisi dari Gout.
2. Mengetahui apa saja klasifikasi dari Gout.
3. Mengetahui etiologi dan patofisiologi dari Gout.
4. Mengetahui manifestasi klinis dari Gout.
5. Mengetahui asuhan keperawatan pada kasus Gout.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Gout adalah penyakit metebolik yang ditandai dengan penumpukan asamurat
yang nyeri pada tulang sendi, sangat sering ditemukan pada kaki bagian
atas, pergelangan dan kaki bagian tengah. (Merkie, Carrie. 2005).
Gout merupakan penyakit metabolic yang ditandai oleh penumpukanasam urat
yang menyebabkan nyeri pada sendi. (Moreau, David. 2005).
Gout merupakan kelompok keadaan heterogenous yang berhubungandengan
defek genetic pada metabolism purin atau hiperuricemia. (Brunner &Suddarth. 2001).
Artritis pirai (gout) merupakan suatu sindrom klinik sebagai deposit kristalasam
urat di daerah persendian yang menyebabkan terjadinya serangan inflamasiakut.
Jadi, Gout atau sering disebut “asam urat” adalah suatu penyakit metabolik
dimana tubuh tidak dapat mengontrol asam urat sehingga terjadi penumpukan asam
urat yang menyebabkan rasa nyeri pada tulang dan sendi.
Gambar 1.1
2.2 Etiologi
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit / penimbunan
kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadi pada penyakit
dengan metabolisme asam urat abnormal dan Kelainan metabolik dalam pembentukan
purin dan ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal.
Beberapa factor lain yang mendukung, seperti :
1. Faktor genetik seperti gangguan metabolisme purin yang menyebabkanasam
urat berlebihan (hiperuricemia), retensi asam urat, atau keduanya.
2. Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus,
hipertensi,gangguan ginjal yang akan menyebabkan :
a. Pemecahan asam yang dapat menyebabkan hiperuricemia.
b. Karena penggunaan obat-obatan yang menurunkan ekskresi asamurat
seperti : aspirin, diuretic, levodopa, diazoksid, asam nikotinat,aseta
zolamid dan etambutol.
3. Pembentukan asam urat yang berlebih.
a. Gout primer metabolik disebabkan sistensi langsung yang bertambah.
b. Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat berlebih
karana penyakit lain, seperti leukimia.
4. Kurang asam urat melalui ginjal.
a. Gout primer renal terjadi karena ekresi asam urat di tubulus distalginjal
yang sehat. Penyabab tidak diketahui.
b. Gout sekunder renal disebabkan oleh karena kerusakan ginjal,misalnya
glumeronefritis kronik atau gagal ginjal kronik.
2.3 Klasifikasi
Klasifikasi gout dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Gout primer. Gout primer dipengaruhi oleh factor genetic. Terdapat
produksi/sekresi asam urat yang berlebihan dan tidak diketahui penyebabnya.
b. Gout sekunder. Gout sekunder dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu :
1) Produksi asam urat yang berlebihan, misalnya pada :
a) Kelainan mieloproliferatif (polisitema, leukemia, myeloma retikularis)
b) Sindrom Lesch-Nyhan yaitu suatu kelainan akibat defisiensi hipoxantin
guanine fosfori basil transferase yang terjadi pada anak-anak dan pada
sebagian orang dewasa.
c) Gangguan penyimpanan glikogen
d) Penatalaksanaan anemia pernisiosa karena maturasi sel megaloblastik
menstimulasi pengeluaran asam urat.
2) Sekresi asam urat yang berkurang, misalnya pada gagal ginjal kronis,
pemakaian obat-obat salisilat, tiazid, beberapa macam diuretic dan
sulfonamide, atau keadaan alkoholok, asidosis laktat, hiperparatiroidisme dan
pada miksedema
2.4 Patofisiologi
Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan
yangmengandung asam urat tinggi, dan sistem ekskresi asam urat yang tidak
adequatakan menghasilkan akumulasi asam urat yang berlebihan di dalam plasma
darah(Hiperurecemia), sehingga mengakibatkan kristal asam urat menumpuk dalam
tubuh. Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan
responinflamasi.Hiperurecemia merupakan hasil :
1. Meningkatnya produksi asam urat akibat metabolisme purine abnormal.
2. Menurunnya ekskresi asam urat.
3. Kombinasi keduanya.
Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain,maka asam
urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-garam uratyang akan
berakumulasi atau menumpuk di jaringan konectiv diseluruh tubuh, penumpukan ini
disebut tofi.. Adanya kristal akan memicu respon inflamasi akutdan netrofil
melepaskan lisosomnya. Lisosom tidak hanya merusak jaringan, tapi juga
menyebabkan inflamasi.
Pada penyakit gout akut tidak ada gejala-gejala yang timbul. Serum
uratmaningkat tapi tidak akan menimbulkan gejala. Lama kelamaan penyakit ini
akanmenyebabkan hipertensi karena adanya penumpukan asam urat pada ginjal.
Serangan akut pertama biasanya sangat sakit dan cepat memuncak.Serangan ini
meliputi hanya satu tulang sendi. Serangan pertama ini sangat nyeriyang
menyebabkan tulang sendi menjadi lunak dan terasa panas, merah. Tulangsendi
metatarsophalangeal biasanya yang paling pertama terinflamasi, kemudianmata kaki,
tumit, lutut, dan tulang sendi pinggang. Kadang-kadang gejalanyadisertai dengan
demam ringan. Biasanya berlangsung cepat tetapi cenderung berulang dan dengan
interval yang tidak teratur.
Periode intercritical adalah periode dimana tidak ada gejala selamaserangan
gout. Kebanyakan pasien mengalami serangan kedua pada bulan ke-6sampai 2 tahun
setelah serangan pertama. Serangan berikutnya disebut dengan polyarticular yang
tanpa kecuali menyerang tulang sendi kaki maupun lenganyang biasanya disertai
dengan demam. Tahap akhir serangan gout atau goutkronik ditandai dengan
polyarthritis yang berlangsung sakit dengan tofi yang besar pada kartilago, membrane
synovial, tendon dan jaringan halus. Tofiterbentuk di jari, tangan, lutut, kaki, ulnar,
helices pada telinga, tendon achiles dan
organ internal seperti ginjal. Kulit luar mengalami ulcerasi dan
mengeluarkan pengapuran, eksudat yang terdiri dari Kristal asam urat.Banyak faktor
yng berperan dalam mekanisme serangan gout. Salah satunya yangtelah diketahui
peranannya adalah kosentrasi asam urat dalam darah.
2.5 Manifestasi klinis
1. Atritis gout akut. Serangan timbul secara tiba-tiba pada malam hari selama 2-10
hari. Pada penyakit ini ditemukan panas, kemerahan, nyeri, kekeringan pada
kulit akibat pelebaran vena pada sendi yang kemudian menjadi normal jika
klien beristirahat. Kadang-kadang timbul anoreksia, pireksia, dan malaise yang
menyertai gejala di atas.
Kelainan pada sendi metatarsofalangeal terjadi pada 50-70 % dari serangan
pertama dan sebagian kecil mengenai sendi besar (panggul dan bahu) serta
sendi-sendi lainnya.
2. Gout tofus kronis. Terjadi karena remisi yang tidak sempurna dari penyakit.
Pada fase ini, frekuensi serangan makin meningkat, nyeri sendi makin sering
terasa, ada pembengkakan yang ireguler, serta sedikit deformitas. Ukuran tofus
mula-mula kecil dan lunak yang kemudian menjadi keras dan dapat sebesar 7
cm. Bila terjadi ulserasi, akan terlihat cairan putih (menyerupai kapur) dengan
konsistensi seperti pasta gigi. Tofus terdiri atas monosodium urat yang
mengandung sedikit kolesterol, kalsium, dan oksalat. Keadaan yang sama dapat
pula terjadi pada heliks dan anti-heliks telinga, bursa olekranon, sekitar sendi
dan tendo serta jari-jari.
3. Gout atipik. Gambaran klinis poli-artikular adalah sebagai berikut.
1) Bila tangan terkena, akan terjadi atritis kronis yang gambaran klinis dan
radiologisnya menyerupai atritis rheumatoid, tetapi disertai adanya
sejumlah nodul akibat pembentukan tofus.
2) Efusi lutut. Biasanya ada riwayat bengkak pada ibu jari, namun kadang
klien tidak menyadarinya. Cairan sendi akan terlihat keruh dan
mengandung Kristal urat.
Genetik Sekresi asam urat yang berkuarang
Produksi asam urat yang berlebihan
Gangguan metabolisme purin
Gout
Hiperurisemia dan serangan sinovitis akut berulang-ulang
Penimbunan Kristal urat monohidrat monosodium
Penimbunan asam urat di korteks dan reaksi inflamasi
pada ginjal
Penimbunan Kristal pada membrane sinovia dan tulang rawan artikular
Terjadi hialinisasi dan fibrosis pada glomerulus
Pielonefritis, skelerosis arteriolar, atau nefritis kronis
Terbentuk batu asam urat, gagal ginjal kronis, hipertensi,
dan sklerosis
Erosi tulang rawan, proliferasi sinovia, dan pembentukan panus
Degenerasi tulang rawan sendi
Terbentuk tofus serta fibrosis dan ankilosis pada tulang
Perubahan bentuk tubuh pada tulang dan sendi
NYERI Hambatan mobilitas fisik
Ansietas Gangguan konsep diri, citra diri
.
2.6 Pathway
2.7 Penatalaksanaan
Tujuan : untuk mengakhiri serangan akut secepat mungkin, mencegahserangan
berulang, dan pencegahan komplikasi.
1. Pengobatan serangan akut dengan Colchicine 0,6 mg(pemberian oral), Colchicine
1,0-3,0 mg (dalam NaCl intravena), phenilbutazon, Indomethacin.
1) Colchicine
Colchicine adalah suatu agen anti radang yang biasanya dipakai untuk
mengobati serangan gout akut, dan untuk mencegah serangan gout Akut di
kemudian hari. Obat ini juga dapat digunakan sebagai sarana diagnosis.
Pengobatan serangan akut biasanya tablet 0,5 mg setiap jam, sampai gejala-
gejala serangan Akut dapat dikurangi atau kalau ternyata ada bukti timbulnya
efek samping gastrointestinal. Dosis maksimurn adalah 4-8 rng, tergantung
dari berat pasien bersangkutan. Beberapa pasien mengalami rasa mual yang
hebat, muntah-muntah dan diarhea, dan pada keadaan ini pemberian obat
harus dihentikan.
Gejala-gejala pada sebagian besar pasien berkurang dalam waktu 10-24
jam sesudah pemberian obat. Kolkisin dengan dosis 0,5-2 mg per hari
ternyata cukup efektif untuk mencegah serangan gout berikutnya secara
sempurna atau mendekati sempurna. Penggunaan kolkisin setiap hari
cenderung memperingan episode gout berikutnya, kalau memang serangan
gout terjadi lagi. Penggunaan kolkisin jangka panjang tak memperlihatkan
efek samping yang berat.
2) Phenilbutazon
Suatu agen anti radang, dapat juga digunakan untuk mengobati artritis
gout akut. Tetapi, karena fenilbutazon menimbulkan efek samping, maka
kolkisin digunakan sebagai terapi pencegahan. Indometasin juga cukup
efektif.
Terdapat tiga obat lain yang berguna untuk terapi penunjang atau terapi
pencegahan. Alopurinol dapat mengurangi pembentukan asam urat. Dosis
100-400 mg per hari dapat menurunkan kadar asam urat serum. Probenesid
dan Sulfinpirazin merupakan agen urikosurik, artinya mereka dapat
menghambat proses reabsorpsi urat oleh tubulus ginjal dan dengan dernikian
meningkatkan ekskresi asam urat. Pemeriksaan kadar asam urat serum
berguna untuk menentukan etektivitas suatu terapi.
Mungkin dianjurkan untuk menghindari makanan yang mengandung
kadar purin yang tinggi. Di antara jenis makanan ini termasuk jerohan seperti
hati, ginjal, roti manis dan otak. Sardin dan anchovy (ikan kecfi semacarn
haring) sebaiknya dibatasi.
Untuk membuang tofi yang besar, terutama kalau tofi mengganggu
gerakan sendi, maka dilakukan pembedahan.
2. Sendi diistirahatkan (imobilisasi pasien)
3. Kompres dingin
4. Diet rendah purin
5. Terapi farmakologi (Analgesic dan antipiretik)
6. Colchicines (oral/IV) tiap 8 jam sekali untuk mencegahfagositosis dari Kristal
asam urat oleh netrofil sampai nyeri berkurang.
7. Nonsteroid, obat-obatan anti inflamasi (NSAID) untuk nyeri daninflamasi.
8. Allopurinol untuk menekan atau mengontrol tingkat asam uratdan untuk mencegah
serangan.
9. Uricosuric (Probenecid dan Sulfinpyrazone) untuk meningkatkanekskresi asam urat
dan menghambat akumulasi asam urat(jumlahnya dibatasi pada pasien dengan
gagal ginjal).
10. Terapi pencegahan dengan meningkatkan ekskresi asam uratmenggunakan
probenezid 0,5 g/hari atau sulfinpyrazone(Anturane) pada pasien yang tidak tahan
terhadap benemid ataumenurunkan pembentukan asam urat dengan Allopurinol
100 mg2 kali/hari.
2.8 Pengaturan diet
Selain jeroan, makanan kaya protein dan lemak merupakan sumber purin.
Padahal walau tinggi kolesterol dan purin, makanan tersebut sangat berguna bagi
tubuh, terutama bagi anak-anak pada usia pertumbuhan. Kolesterol penting bagi
prekusor vitamin D, bahan pembentuk otak, jaringan saraf, hormon steroid, garam-
garaman empendu dan membran sel.Orang yang kesehatannya baik hendaknya tidak
makan berlebihan. Sedangkan bagi yang telah menderita gangguan asam urat,
sebaiknya membatasi diri terhadap hal-hal yang bisa memperburuk keadaan.
Misalnya, membatasi makanan tinggi purin dan memilih yang rendah purin.
Makanan yang sebaiknya dihindari adalah makanan yang banyak mengandung
purin tinggi.
Penggolongan makanan berdasarkan kandungan purin:
1. Golongan A: Makanan yang mengandung purin tinggi (150-800 mg/100
gram makanan) adalah hati, ginjal, otak, jantung, paru, lain-lain jeroan,
udang, remis, kerang, sardin, herring, ekstrak daging (abon, dendeng), ragi
(tape), alkohol serta makanan dalam kaleng.
2. Golongan B: Makanan yang mengandung purin sedang (50-150 mg/100
gram makanan) adalah ikan yang tidak termasuk golongan A, daging sapi,
kerang-kerangan, kacang-kacangan kering, kembang kol, bayam, asparagus,
buncis, jamur, daun singkong, daun pepaya, kangkung.
3. Golongan C: Makanan yang mengandung purin lebih ringan (0-50 mg/100
gram makanan) adalah keju, susu, telur, sayuran lain, buah-buahan.
Pengaturan diet sebaiknya segera dilakukan bila kadar asam urat melebihi 7
mg/dl dengan tidak mengonsumsi bahan makanan golongan A dan membatasi diri
untuk mengkonsumsi bahan makanan golongan B. Pada diet normal biasanya
mengandung 600-1.000 mg purin per hari, sedang untuk diet purin dibatasi menjadi
sekitar 100-150 mg purin per hari. Disarankan untuk membatasi asupan lemak karena
lemak dapat menghambat pengeluaran asam urat melalui urin. Makanan yang
digoreng, bersantan, serta margarine dan mentega sebaiknya dihindari.
Asupan protein terutama yang berasal dari hewan dapat meningkatkan kadar
asam urat dalam darah, oleh karea itu perlu dibatasi. Sumber makanan yang
mengandung protein hewani dalam jumlah yang tinggi, misalnya hati, ginjal, otak,
paru, dan limpa. Asupan protein yang dianjurkan bagi penderita gangguan asam urat
adalah sebesar 50-70 gram/hari atau 0,8-1 gram/kg berat badan/hari. Sumber protein
yang diperbolehkan adalah protein nabati yang berasal dari susu rendah lemak, keju
rendah lemak dan telur Batasi asupan gula dan sejenisnya.
Gula fruktosa (gula dari tumbuhan) juga dapat menghambat pengeluaran asam
urat melalui ginjal. Gula tebu mengandung glukosa dan fruktosa dengan perbandingan
sama. Gula jagung sebagian besar juga terdiri atas fruktosa. Dahulu, terutama di
negara maju, gula jagung dikira rendah kalorinya, sehingga dianggap dapat menjaga
kelangsingan tubuh. Sekarang terbukti, fruktosa tak hanya menghambat pengeluaran
asam urat, tapi juga penyebab obesitas, resistensi insulin, dan penyebab penyakit
jantung koroner.
Perbanyak minum air, minimal 30-50 ml/kg BB atau sekitar 2,5 liter air (10
gelas). Air minum ini bisa berupa air putih masak, teh atau kopi. Selain dari minuman,
cairan bisa diperoleh melalui buah-buahan segar yang mengandung banyak air. Buah-
buahan yang disarankan adalah semangka, melon, blewah, nanas, belimbing manis,
dan jambu air. Selain buah-buahan tersebut, buah-buahan yang lain juga boleh
dikonsumsi karena buah-buahan sangat sedikit mengandung purin. Buah-buahan yang
sebaiknya dihindari adalah alpukat dan durian, karena keduanya mempunyai
kandungan lemak yang tinggi.
Dan yang pasti alkohol sebaiknya dihindari karena alkohol menghambat
pengeluaran asam urat. Apabila dengan pengaturan diet masih terdapat gejala-gejala
peninggian asam urat darah, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter terdekat untuk
penanganan lebih lanjut.
Hal yang juga perlu diperhatikan, jangan bekerja terlalu berat, cepat tanggap dan
rutin memeriksakan diri ke dokter. Karena sekali menderita, biasanya gangguan asam
urat akan terus berlanjut.
2.9 Pemeriksaan Diagnostik
a. asam urat
b. sel darah putih, sel darah merah
c. aspirasi sendi terdapat asam urat
d. Urine
e. Rontgen
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Anamnesis
1) Identitas
2) Riwayat penyakit sekarang
3) Riwayat penyakit dulu . Pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan
penyebab yang mendukung terjadinya gout (mis. Penypernahkahakit gagal
ginjal kronis, leukemia, hiperparatiroidisme). Masalah lain yang perlu
ditanyakan adalah pernahkah klien dirawat dengan masalah yang sama.
Kaji adanya pemakaian alkohol yang berlebihan, penggunaan obat diuretik.
4) Riwayat penyakit keluarga. Kaji adakah keluarga dari generasi terdahulu
yang mempunyai keluhan sama dengan klien karena klien gout dipengaruhi
oleh faktor genetic. Ada produksi/sekresi asam urat berlebihan dan tidak
diketahui penyebabnya.
5) Riwayat psikososial. Kaji respons emosi klien terhadap penyakit yang
dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat. Adanya
perubahan peran dalam keluarga akibat adanya nyeri dan hambatan
mobilitis fisik memberikan respons terhadap konsep diri yang maladaptive.
3.2 Pemeriksaan fisik.
Dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan umum dan pemeriksaan setempat.
1. B1 (breathing). Inspeksi: bilss tidak melibatkan system pernapasan,
biasanya ditemukan kesimetrisan rongga dada, klien tidak sesak napas,
tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan. Palpasi: taktil fremitas
seimbang kanan dan kiri. Perkusi: suara napas hilang/ melemah pada sisi
yang sakit, biasanya didapatkan suara ronki atau mengi.
2. B2 (blood). Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering ditemukan
keringat dingin dan pusing karena nyeri. Suara S1 dan S2 tunggal.
3. B3 (brain). Kesadaran biasanya kompos mentis.
Kepala dan wajah : ada sianosis
Mata : sclera biasanya tidak ikterik, konjungtiva
anemis pada kasus efusi pleura hemoragi kronis
Leher : biasanya JVP dalam batas normal
4. B4 (bladder). Produksi urine biasanya dalam batasan normal dan tidak ada
keluhan pada system perkemihan, kecuali penyakit gout sudah mengalami
komplikasi ke ginjal berupa pielonefritis, batas asam urat, dan gagal ginjal
kronis yang akan menimbulkan perubahan fungsi pada system ini.
5. B5 (bowel). Kebutuhan eliminasi pada kasus gout tidak ada gangguan ,
tetapi tetap perlu dikaji frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feses. Selain
itu, perlu dikaji frekuensi, kepekatan, warna, baud an jumlah urine. Klien
biasanya mual, mengalami nyeri lambung dan tidak nafsu makan, terutama
klien yang memakai obat analgesic dan anti hiperurisemia.
6. B6 (bone) pada pengkajian ini ditemukan :
1) Look. Keluhan nyeri sendi yang merupakan keluhan utama yang
mendorong klien mencari pertolongan (meskkipun mungkin
sebelumnya sendi sudah kaku dan berubah bentuknya). Nyeri biasanya
bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat.
Beberapa gerakan tertentu kadang menimbulkan nyeri yang lebih
dibandingkan gerakan lain. Deformitas sendi (pembentukan tofus)
terjadi dengan temuan salah satu sendi pergelanngan kaki secara
perlahan membesar.
2) Feel. Ada nyeri tekan pada sendi kaki yang membengkak.
3) Move. Hambatan gerakan sendi biasanya semakin bertambah berat.
3.3 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Sendi berhubungan dengan peradangan sendi, penimbunan Kristal pada
membrane sinovia, tulang rawan artikular, erosi tulang rawan, proliferasi
sinovia, dan pembentukan panus.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan rentang gerak,
kelemahan otot, nyeri pada gerakan, dan kekakuan pada sendi kaki sekunder
akibat erosi tulang rawan, proliferasi sinovia, dan pembentukan panus.
3. Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan bentuk kaki dan
terbentuknya tofus.
3.4 Intervensi Keperawatan
1. Nyeri Sendi berhubungan dengan peradangan sendi, penimbunan Kristal pada
membrane sinovia, tulang rawan artikular, erosi tulang rawan, proliferasi
sinovia, dan pembentukan panus.
Tujuan Perawatan : Nyeri berkurang, hilang atau teratasi.
Kriteria Hasil : Klien melaporkan penurunan nyeri,
menunjukkan perilaku yg lebih relaks, memperagakan keterampilan reduksi
nyeri. Skala nyeri 0-1 atau teratasi.
Intervensi :
Mandiri
1) Kaji lokasi, intensitas dan tipe nyeri. Observasi kemajuan nyeri ke daerah
yang baru. Kaji nyeri dengan skala 0-4.
Rasional : nyeri merupakan respon subjektif yang dapat dikaji dengan
menggunakan skala nyeri. Klien melaporkan nyeri biasanya di atas tingkat
cedera.
2) Bantu klien dalam mengidentifikasi factor pencetus
Rasional : nyeri dipengaruhi oleh cemas dan peradangan pada sendi.
3) Jelaskan dan bantu klienterkait dengan tindakan pereda nyeri
nonfarmakologi dan non-invasif
Rasional : pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan non farmakologi
lain menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri
4) Ajarkan relaksasi : teknik terkait ketegangan otot rangka yang dapat
mengurangi intensitas nyeri.
Rasional : akan melancarkan peredaran darah sehingga kebutuhan oksigen
akan jaringan terpenuhi dan mengurangi nyeri.
5) Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut
Rasional : mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri ke hal yang
menyenangkan
6) Tingkatkan pengetahuan tentang penyebab nyeri dan hubungan dengan
berapa lama nyeri akan berlangsung
Rasional : pengetahuan tersebut membantu mengurangi nyeri dan dapat
membantu meningkatkan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik.
Kolaborasi :
1) Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian alopurinol.
Rasional : alopurinol menghambat biosintesis asam urat sehingga
menurunkan kadar asam urat serum.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan rentang gerak,
kelemahan otot, nyeri pada gerakan, dan kekakuan pada sendi kaki sekunder
akibat erosi tulang rawan, proliferasi sinovia, dan pembentukan panus.
Tujuan Perawatan : klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai
dengan kemampuannya
Kriteria Hasil : klien ikut dalam program latihan, tidak mengalami
kontaktur sendi, kekuatan otot bertambah, klien menunjukkan tindakan untuk
meningkatkan mobilitas dan mempertahankan koordinasi optimal.
Intervensi :
Mandiri
1) Kaji mobilitas yang ada dan observasi adanya peningkatan kerusakan. Kaji
secara teratur fungsi motorik.
Rasional : mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan
aktivitas.
2) Ajarkan klien melakukan latihan gerak aktif pada ekstermitas yang tidak
sakit.
Rasional : gerakan aktif member massa, tonus dan kekuatan otot serta
memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan.
3) Bantu klien melakukan latihan ROM dan perawatan diri sesuai toleransi.
Rasional : untuk mempertahankan fleksibilitas sendi sesuai kemampuan
4) Pantau kemajuan dan perkembangan kemampuan klien dalam melakukan
aktivitas.
Rasional : untuk mendeteksi perkembangan klien.
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik
Rasional : kemampuan mobilisasi ekstermitas dapat ditingkatkan dengan
latihan fisik dari tim fisioterapi.
3. Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan bentuk kaki dan
terbentuknya tofus.
Tujuan Perawatan : citra diri klien meningkat
Kriteria Hasil : klien mampu menyatakan atau mengkomunikasikan
dengan orang terdekat tntang situasi dan perubahan yang terjadi, mampu
menyatakan penerimaan diri terhadap situasi, mengakui dan menggabungkan
perubahan ke dalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa merasa harga
dirinya negative.
Intervensi :
Mandiri
1) Kaji perubahan persepsi dan hubungannya dengan derajat ketidakmampuan
Rasional : menentukan bantuan individual dalam menyusun rencana
perawatan atau pemilihan intervensi.
2) Ingatkan kembali realitas bahwa masihdapat menggunakan sisi yang sakit
dan belajar mengontrol sisi yang sehat
Rasional : membantu klien melihat bahwa perawat menerima kedua bagian
sebagai bagian dari seluruh tubuh.
3) Bantu dan anjurkan perawatan yang baik dan memperbaiki kebiasaan
Rasional : membantu meningkatkan perasaan harga diri dan mengontrol
lebih dari satu area kehidupan
4) Anjurkan orang terdekat untuk mengizinkan klien melakukan sebanyak
mungkin hal untuk dirinya sendiri.
Rasional : menghidupkan kembali perasaan mandiri dan membantu
perkembangan harga diri serta memengaruhi proses rehabilitasi
5) Bersama klien mencari alternative koping yang postif
Rasional : dukungan perawat kepada klien dapat meningkatkan rasa percaya
diri klien.
Kolaborasi
1) Kolaborasi dengan ahli neuropsikologi dan konseling bila ada indikasi
Rasional : dapat memfasilitasi perubahan peran yang penting untuk
perkembangan perasaan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Gout adalah penyakit metebolik yang ditandai dengan
penumpukanasam urat yang nyeri pada tulang sendi, sangat sering
ditemukan pada kaki bagian atas, pergelangan dan kaki bagian tengah.
Artritis pirai (gout)merupakan suatu sindrom klinik sebagai deposit kristal
asam urat di daerah persendian yang menyebabkan terjadinya serangan
inflamasi akut. Penyebabutama terjadinya gout adalah karena adanya
deposit / penimbunan kristal asamurat dalam sendi. Penimbunan asam urat
sering terjadi pada penyakit denganmetabolisme asam urat abnormal dan
Kelainan metabolik dalam pembentukan purin dan ekskresi asam urat yang
kurang dari ginjal.
4.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karenaitu meminta kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Semogamakalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Price, Sylvia.A. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit.Ed.6 ; Cet.1 ; Jil.II. Jakarta : EGC.Setiadi. 2007.
Setiadi. 2007. Atomi dan Fisiologi Manu sia.Cet. 1. Yogyakarta :
Graha Ilmu.
Suratun. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Cet. 1. Jakarta : EGC
Syaifudin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa
Keperawatan. Ed.3 : Cet. 1. Jakarta : EGC