makalah gc 2

28

Click here to load reader

Upload: syarlon-fadli

Post on 29-Nov-2015

26 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah GC 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kromatografi adalah teknik pemisahan fisik suatu campuran zat-zat kimia

yang berdasar pada perbedaan kecepatan migrasi dari masing-masing komponen

campuran yang terpisah pada fase diam dibawah pengaruh pergerakan fase yang

bergerak. Kromatografi bertujuan untuk pemisahan komponen dari matriks

sampel dan tetap dibiarkan dalam fase diam kemudian ditentukan untuk analisis.

Kromatografi gas merupakan teknik instrumental yang dikenalkan pertama

kali pada tahun 1950-an. Pekerjaan di laboratorium analisis pada umumnya tidak

dapat dipisahkan dengan proses pemisahan campuran zat-zat kimia, terutama

apabila yang dianalisis adalah suatu sampel dengan susunan yang kompleks. Cara-

cara pemisahan dan kecermatan pelaksanaan pemisahan campuran zat-zat. Di

samping itu metode analisis yang dipakai untuk penentuan zat kimia juga

menuntut adanya proses pemisahan sebelum dilakukan pengukuran kadar (secara

kuantitatif) maupun penentuan sifat fisika-kimia yang khas dari suatu zat yang

akan ditentukan. Maksud dan tujuan dilakukan pemisahan adalah untuk

memisahkan komponen yang akan ditentukan berada dalam keadaan murni tidak

tercampur dengan komponen-komponen yang lainnya.

Kromatografi gas (GC) merupakan salah satu teknik spektroskopi yang

menggunakan prinsip pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan

migrasi komponen-komponen penyusunnya. Kromatografi gas ditemukan pada

tahun 1903 oleh Tswett dan biasa digunakan untuk mengidentifikasi suatu

senyawa yang terdapat pada campuran gas. Pengidentifikasian secara lebih lanjut

dapat digunakan dalam mengestimasi konsentrasi suatu senyawa dalam fasa gas.

1

Page 2: Makalah GC 2

Kromatografi gas biasa digunakan untuk mengidentifikasi suatu senyawa

yang terdapat pada campuran gas dan juga mempunyai peranan penting dalam

mengestimasi konsentrasi suatu senyawa dalam fasa gas. Data-data yang

dihasilkan oleh detektor GC adalah kromatogram yang pembacaannya memiliki

fungsi tertentu tiap spesifikasinya.

Kromatografi gas merupakan salah satu jenis teknik analisis yang semakin

banyak diamati, karena terbukti dapat digunakan untuk menyelesaikan berbagai

masalah analisis. Pada awalnya (GC) hanya digunakan untuk analisis gas saja.

Akan tetapi dengan kemajuan ilmu dan teknologi, akhirnya (GC) dapat digunakan

untuk analisis bahan cair dan padat termasuk bahan polimer.  Sekarang ini,

kromatografi sangat diperlukan dalam kefarmasian dalam memisahkan suatu

campuran senyawa. Dalam kromatografi, komponen-komponen terdistribusi

dalam dua fase. Salah satu fase adalah fase diam. Transfer massa antara fase

bergerak dan fase diam terjadi bila molekul-molekul campuran serap pada

permukaan partikel-partikel atau terserap di dalam pori-pori partikel atau terbagi

kedalam sejumlah cairan yang terikat pada permukaan atau di dalam pori.

Kromatografi gas merupakan teknik analisis yang telah digunakan dalam bidang:

industri, farmasi, kimia, klinik, forensik, makanan, dll. (Himawan, 2009).

Kromatografi gas juga merupakan metode yang tepat dan cepat untuk

memisahkan campuran yang sangat rumit. Waktu yang dibutuhkan beragam,

mulai dari beberapa detik utnuk campuran sederhana sampai berjam-jam untuk

campuran yang mengandung 500-1000 komponen. Komponen campuran dapat

diidentifikasikan dengan menggunakan waktu tambat (waktu retensi) yang khas

pada kondisi yang tepat. Waktu tambat ialah waktu yang menunjukkan berapa

lama suatu senyawa tertahan dalam kolom.waktu tambat diukur dari jejak pencatat

pada kromatogram dan serupa dengan volume tambat dalam KCKT dan Rf dalam

KLT. Dengan kalibrasi yang patut, banyaknya (kuantitas) komponen campuran

dapat pula diukur secara teliti . kekurangan utama KG adalah bahwa ia tidak

2

Page 3: Makalah GC 2

mudah dipakai untuk memisahkan campuran dalam jumlah besar. Pemisahan pada

tingkat mg mudah dilakukan, pemisahan campuran pada tingkat g mungkin

dilakukan; tetapi pemisahan dalam tingkat pon atau ton sukar dilakukan kecuali

jika tidak ada metode lain. (Puspita, 2007).

1.2 Tujuan

Adapun tujuan pada percobaan ini yaitu sebagai berikut:

1. Mempelajari instrumen pada metode kromatografi gas.

2. Memisahkan komponen menggunakan kromatografi gas.

3

Page 4: Makalah GC 2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Prinsip Kromatografi Gas

Kromatografi gas adalah suatu metode analisis yang didasarkan pemisahan

fisik zat organic atau anorganik yang stabil pada pemanasan dan mudah

diatsirikan. Pada umumnya kegunaan kromatografi gas adalah untuk melakukan

pemisahan dan identifikasi senyawa yang mudah menguap dan juga untuk

melakukan analisis kualitatif dan kuantitatif senyawa  dalam campuran. Dalam

kromatografi gas, fase bergeraknya adalah gas dan zat terlarut terpisah sebagai

uap. Pemisahan tercapai dengan partisi sampel antara fase gas bergerak dan fase

diam berupa cairan dengan titik didih tinggi (tidak mudah menguap) yang terikat

pada zat padat penunjangnya.

GC menggunakan gas sebagai gas pembawa/fase geraknya. Ada 2 jenis

kromatografi gas, yaitu :

Kromatografi gas–cair (KGC) yang fase diamnya berupa cairan yang

diikatkan pada suatu pendukung sehingga solut akan terlarut dalam fase diam.

Kromatografi gas-padat (KGP), yang fase diamnya berupa padatan dan

kadang-kadang berupa polimerik.

Prinsip kromatografi gas: Pada dasarnya prinsip yang digunakan pada

kromatografi gas dan HPLC secara garis besar adalah sama karena sama-sama

menggunakan kolom, hanya saja pada kromatografi gas, sampel yang diinjeksikan

harus yang tahan panas karena menggunakan gas pembakar. Disamping itu pada

kromatografi gas, selain oleh afinitasnya terhadap fase diam maupun fase gerak,

pemisahannya juga ditentukan oleh titik didih keatsirian dari sampel.

4

Page 5: Makalah GC 2

Fase Diam Dan Fase Gerak Pada Kromatografi Gas

1. Fase Diam

Pemilihan fasa diam juga harus disesuaikan dengan sampel yang

akan dipisahkan. Untuk sampel yang bersifat polar sebaiknya digunakan

fasa diam yang polar. Begitupun untuk sampel yang nonpolar, digunakan

fasa diam yang nonpolar agar pemisahan dapat berlangsung lebih

sempurna. Fase diam pada kromatografi gas biasanya berupa cairan yang

disaputkan pada bahan penyangga padat yang lembab, bukan senyawa

padat yang berfungsi sebagai permukaan yang menyerap (kromatografi

gas-padat). Sistem gas-padat telah dipakai secara luas dalam pemurnian

gas dan penghilangan asap, tetapi kurang kegunaannya dalam

kromatografi. Pemakaian fase cair memungkinkan kita memilih dari

sejumlah fase diam yang sangat beragam yang akan memisahkan hampir

segala macam campuran.

2. Fase Gerak

Disebut juga sebagai gas pembawa. Fungsi utamanya adalah untuk

membawa uap analit melalui system kromatografi tanpa berinteraksi

dengan komponen-komponen sampel. Adapun syarat-syarat fase gerak

pada kromatografi gas yaitu sebagai berikut:

-  Tidak reaktif.

-  Murni (agar tidak mempengaruhi detector).

- Dapat disimpan dalam tangki tekanan tinggi. Biasanya mengandung gas

helium, nitrogen, hydrogen, atau campuran argon dan metana.

- Pemilihan gas pembawa yang digunakan tergantung dari detektor apa

yang digunakan.

5

Page 6: Makalah GC 2

2.2 Komponen dalam Kromatografi Gas

Adapun komponen-komponen dari kromatografi gas yaitu sebagai berikut:

1. Tabung Gas Pembawa

Pada pengamatan ini, terlihat tiga tabung gas yang memiliki warna

yang berbeda. Pada tabung 1, berisi gas tekan; tabung 2, berisi gas

Nitrogen (N2) dan pada tabung 3, berisi gas Hidrogen (H2). Gas pembawa

harus bersifat inert artinya gas ini tidak bereaksi dengan cuplikan ataupun

fasa diamnya. Gas ini disimpan dalam silinder baja bertekanan tinggi

sehingga gas ini akan mengalir cepat dengan sendirinya. Karena aliran gas

yang cepat inilah maka pemisahan dengan kromatografi gas berlangsung

hanya dalam beberapa menit saja.

Gas pembawa yang biasa digunakan adalah gas argon, helium,

hidrogen dan nitrogen. Gas nitrogen memerlukan kecepatan alir yang

lambat (10 cm/detik) untuk mencapai efisiensi yang optimum dengan

HETP (High Eficiency Theoretical Plate) minimum. Sementara hidrogen

dan helium dapat dialirkan lebih cepat untuk mencapai efisiensi

optimumnya, 35 cm/detik untuk gas hidrogen dan 25 cm/detik untuk

6

Page 7: Makalah GC 2

helium. Dengan kenaikan laju alir, kinerja hidrogen berkurang sedikir

demi sedikit sedangkan kinerja nitrogen berkurang secara drastis.

Semakin cepat solut berkesetimbangan di antara fasa diam dan fasa

gerak maka semakin kecil pula faktor transfer massa. Difusi solut yang

cepat membantu mempercepat kesetimbangan di antara dua fasa tersebut,

sehingga efisiensinya meningkat (HETP nya menurun). Pada kecepatan

alir tinggi, solut berdifusi lebih cepat melalui hidrogen dan helium

daripada melalui nitrogen. Hal inilah yang menyebabkan hidrogen dan

helium memberikan resolusi yang lebih baik daripada nitrogen. Hidrogen

memiliki efisiensi yang relatif stabil dengan adanya perubahan kecepatan

alir. Namun, hidrogen mudah meledak jika terjadi kontrak dengan udara.\

Biasanya, helium banyak digunakan sebagai

penggantinya.   Kotoran yang terdapat dalam carrier gas dapat bereaksi

dengan fasa diam. Oleh karena itu, gas yang digunakan sebagai gas

pembawa yang relatif kecil sehingga tidak akan merusak kolom. Biasanya

terdapat saringan (molecular saeive) untuk menghilangkan kotoran yang

berupa air dan hidrokarbon dalam gas pembawa . Pemilihan gas pembawa

biasanya disesuaikan dengan jenis detektor. 

2. Injektor

Sampel dapat berupa gas atau cairan dengan syarat sampel harus

mudah menguap saat diinjeksikan dan stabil pada suhu operasional (50°-

300° C). Injektor berada dalam oven yang temperaturnya dapat dikontrol.

Suhu injektor biasanya 50° C di atas titik didih cuplikan. Jumlah cuplikan

yang diinjeksikan sekitar 5 µL. Tempat pemasukkan cuplikan cair pada

kolom pak biasanya terbuat dari tabung gelas di dalam blok logam panas.

Injeksi sampel menggunakan semprit kecil. Jarum semprit menembus

7

Page 8: Makalah GC 2

lempengan karet tebal disebut septum yang mana akan mengubah

bentuknya kembali secara otomatis ketika semprit ditarik keluar.

Untuk cuplikan berupa gas dapat dimasukkan dengan

menggunakan alat suntik gas (gas-tight syringe) atau kran gas (gas-

sampling valve). Alat pemasukan cuplikan untuk kolom terbuka

dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu injeksi split (split injection)

dan injeksi splitless (splitless injection). Injeksi split dimaksudkan untuk

mengurangi volume cuplikan yang masuk ke kolom. Cuplikan yang

masuk biasanya hanya 0,1 %  hingga 10 % dari 0,1-2 µL, sementara

sisanya dibuang. 

Gambar 1.2 Sistem injeksi split

Sedangkan injeksi splitless lebih cocok digunakan untuk analisa renik.

8

Page 9: Makalah GC 2

3. Kolom

Kolom pada umumnya terbuat dari baja tahan karat atau terkadang

dapat terbuat dari gelas. Kolom kaca digunakan bila untuk memisahkan

cuplikan yang mengandung komponen yang dapat terurai jika kontak

dengan logam. Diameter kolom yang digunakan biasanya 3 mm – 6 mm

dengan panjang antara 2-3 m. kolom dibentuk melingkar agar dapat

dengan mudah dimasukkan ke dalam oven ( thermostat ).

Kolom adalah tempat berlangsungnya proses pemisahan komponen

yang terkandung dalam cuplikan. Di dalam kolom terdapat fasa diam

yang dapat berupa cairan, wax, atau padatan dengan titik didih rendah.

Fasa diam ini harus sukar menguap, memiliki tekanan uap rendah, titik

didihnya tinggi (minimal 100º C di atas suhu operasi kolom) dan stabil

secara kimia. Fasa diam ini melekat pada adsorben. Adsorben yang

digunakan harus memiliki ukuran yang seragam dan cukup kuat agar

tidak hancur saat dimasukkan ke dalam kolom. Adsorben biasanya terbuat

dari celite yang berasal dari bahan diatomae.  Cairan yang digunakan

sebagai fasa diam di antaranya adalah hidrokarbon bertitik didih tinggi,

silicone oils, waxes, ester polimer, eter dan amida. (The Techniques).

Pemilihan fasa diam juga harus disesuaikan dengan sampel yang

akan dipisahkan. Untuk sampel yang bersifat polar sebaiknya digunakan

fasa diam yang polar. Begitupun untuk sampel yang nonpolar, digunakan

fasa diam yang nonpolar agar pemisahan dapat berlangsung lebih

sempurna.

Ada dua tipe kolom yang biasa digunakan dalam kromatografi gas,

yaitu:

Kolom pak (packed column) dan kolom terbuka (open tubular

column).

Kolom pak (packed column)

9

Page 10: Makalah GC 2

Kolom pak terbuat dari stainless steel atau gelas Pyrex. Gelas Pyrex

digunakan jika cuplikan yang akan dipisahkan bersifat labil secara

termal. Diameter kolom pak berkisar antara 3 – 6 mm dengan

panjang 1 – 5 m. kolom diisi dengan zat padat halus sebagai zat

pendukung dan fasa diam berupa zat cair kental yang melekat pada

zat pendukung. Kolom pak dapat menampung jumlah cuplikan yang

banyak sehingga disukai untuk tujuan preparatif. Kolom yang terbuat

dari stainless steel biasa dicuci dengan HCl terlarut, kemudian

ditambah dengan air diikuti dengan methanol, aseton, metilen

diklorida dan n-heksana. Proses pencucian ini untuk menghilangkan

karat dan noda yang berasal dari agen pelumas yang digunakan saat

membuat kolom. Kolom pak diisi dengan 5% polyethylene glycol

adipate dengan efisiensi kolom sebesar 40,000 theoretical plates

Kolom terbuka (open tubular column)

Kolom terbuka terbuat dari stainless steel atau quartz. Berdiameter

antara 0,1 – 0,7 mm dengan panjang berkisar antara 15 - 100 m.

semakin panjang kolom maka akan efisiensinya semakin besar dan

perbedaan waktu retensi antara komponen satu dengan komponen

lain semakin besar dan akan meningkatkan selektivitas. Penggunaan

kolom terbuka memberikan resolusi yang lebih tinggi daripada kolom

pak. Tidak seperti pada kolom pak, pada kolom terbuka fasa

geraknya tidak mengalami hambatan ketika melewati kolom sehingga

waktu analisis menggunakan kolom ini lebih singkat daripada jika

menggunakan kolom pak.

     

10

Page 11: Makalah GC 2

4. Termostat (Oven)

Termostat (oven) adalah tempat penyimpanan kolom. Suhu kolom

harus dikontrol. Temperatur kolom bervariasi antara 50ºC - 250ºC. Suhu

injektor lebih rendah dari suhu kolom dan suhu kolom lebih rendah

daripada suhu detektor. Suhu kolom optimum bergantung pada titik didih

cuplikan dan derajat pemisahan yang diinginkan.

Operasi GC dapat dilakukan secara isotermal dan terprogram.

Analisis yang dilakukan secara isotermal digunakan untuk memisahkan

cuplikan yang komponen-komponen penyusunnya memiliki perbedaan

titik didih yang dekat, sedangkan sistem terprogram digunakan untuk

memisahkan cuplikan yang perbedaan titik didihnya jauh.

   

5. Detektor

Detektor adalah komponen yang ditempatkan pada ujung kolom

GC yang menganalisis aliran gas yang keluar dan memberikan data

kepada perekam data yang menyajikan hasil kromatogram secara grafik.

Detektor menunjukkan dan mengukur jumlah komponen yang dipisahkan

oleh gas pembawa. Alat ini akan mengubah analit yang telah terpisahkan

dan dibawa oleh gas pembawa menjadi sinyal listrik yang proporsional.

Oleh karena itu, alat ini tidak boleh memberikan respon terhadap gas

pembawa yang mengalir pada waktu yang bersamaan. Beberapa detektor

yang dapat digunakan antara lain: detektor hantar bahang (DHB), detektor

ionisasi nyala (FID), detektor tangkap ion, dan lain sebagainya.

11

Page 12: Makalah GC 2

6. Rekorder

Rekorder berfungsi sebagai pencetak hasil percobaan pada

lembaran kertas berupa kumpulan puncak, yang selanjutnya disebut

sebagai kromatogram. Seperti telah diberitahukan diawal, jumlah puncak

dalam kromatogram menyatakan jumlah komponen penyusun campuran.

Sedangkan luas puncak menyatakan kuantitas komponennya.

2.3 Cara Menjalankan alat GC

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, dapat diketahui tahap-tahap

dalam menjalankan alat GC tersebut. Yaitu:

1. Mengaktifkan dan melakukan pemanasan terhadap alat sebelum

dipergunakan dengan cara menekan tombol power dan mendiamkan

selama ±15 menit.

2. Mengalirkan gas menuju injektor dengan cara memutar knop yang terdapat

pada tabung gas.

3. Melakukan pengaturan suhu pada detektor dengan cara menekan tombol

DET lalu mengatur suhu sebesar 100oC kemudian menekan tombol OK.

4. Melakukan pengaturan suhu pada injektor dengan cara menekan tombol

INJ lalu mengatur suhu sebesar 150oC kemudian menekan tombol OK.

5. Melakukan pengaturan suhu pada kolom dengan cara menekan tombol

COL lalu mengatur suhu sebesar 200oC kemudian menekan tombol OK.

6. Mengaktifkan Detektor apabila telah tercapai suhu yang dikehendaki. Hal

ini dapat dilakukan dengan cara memasukkan api ke dalam lubang

detektor.

7. Melakukan pengujian terhadap detektor untuk mengetahui proses

pembakaran telah berlangsung. Hal ini dilakukan dengan cara

12

Page 13: Makalah GC 2

menempelkan sebuah pada lubang bagian atas dan mengamati apakah

terdapat butiran embun atau tidak. Apabila terdapat butiran embun maka

alat detektor sudah siap digunakan.

8. Mengambil sampel dan memasukkannya ke dalam injektor dengan bantuan

alat syringe.

9. Menekan tombol spasi pada alat komputerisasi bersamaan dengan

memasukkan sampel, kemudian melihat hasil kromatografi.

10. Mengamati kromatogram dan menetukan waktu retensi (tR) sampel.

2.4 Mekanisme Kerja Dalam Kromatografi Gas

Pada percobaan ini, akan dilakukan pemisahan komponen-

komponen pada larutan n-Heksana. N-Heksana dapat dideteksi dikarenakan

senyawa ini merupakan senyawa organik yang memiliki titik didih cukup

rendah dan bersifat volatil.

Adapun mekanisme kerja kromatografi gas adalah sebagai berikut:

gas bertekanan tinggi dialirkan ke dalam kolom yang berisi fasa diam,

kemudian sampel berupa n-Heksana diinjeksikan ke dalam aliran gas dan ikut

terbawa oleh gas ke dalam kolom. Di dalam kolom akan terjadi proses

pemisahan dari n-Heksana menjadi komponen-komponen penyusunnya.

Komponen-komponen tersebut satu per satu akan keluar kolom dan mencapai

detektor yang diletakkan di ujung akhirkolom. Hasil pendeteksian direkam

oleh rekorder dan dikenal sebagai kromatogram. Jumlah peak pada

kromatogram menyatakan jumlah komponen yang terdapat dalam cuplikan

dan kuantitas suatu komponen ditentukan berdasarkan luas peaknya.

13

Page 14: Makalah GC 2

Berikut adalah skema dari instrumen GC:

         

Gambar  Diagram kromatografi gas

Adapun hasil yang diperoleh pada pemisahan komponen n-

Heksana ini, dapat dilihat dalam bentuk kromatogram sebagai berikut:

Pada gambar di atas, dapat dilihat sebuah kromatogram sederhana

yang memiliki 3 puncak. Puncak kecil yang berada di kiri

merepresentasikan spesies yang tidak ditahan oleh fasa diam. Waktu (tM)

setelah injeksi sampel sampai dengan munulnya puncak ini seringkali

dinamakan waktu mati (dead time). Waktu mati memberikan pengukuran

dari laju migrasi rata-rata dari fasa bergerak dan merupakan suatu

parameter yang penting dalam mengidentifiasi puncak analit.

Seringkali suatu sampel akan mengandung spesies yang tidak ditahan, jika 14

Page 15: Makalah GC 2

mereka tidak memiliki spesies yang tidak ditahan maka penambahan

spesies dengan sifat seperti ini dapat dilakukan untuk membantu

identifikasi puncak.

Puncak lebih besar yang terdapat di bagian tengah gambar di atas,

merupakan puncak dari spesies analit yaitu berupa n-Heksana. Waktu yang

diperlukan puncak ini untuk mencapai detektor atau waktu yang

diperlukan spesies analit untuk keluar dari kolom dan mencapai detektor

dinamakan waktu retensi (tR). Adapun nilai Rf dari n-Heksana yaitu 1,433.

2.5 Kelebihan dan Kekurangan Kromatografi Gas

Adapun kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan metode

pemisahan berdasarkan kromatografi gas (GC) yaitu sebagai berikut:

Kelebihan:

- Waktu analisis yang singkat dan ketajaman pemisahan yang tinggi.

- Dapat menggunakan kolom lebih panjang untuk menghasilkan

efisiensi pemisahan yang tinggi.

- Gas mempunyai vikositas yang rendah.

- Kesetimbangan partisi antara gas dan cairan berlangsung cepat

sehingga analisis relatif cepat dan sensitifitasnya tinggi.

- Pemakaian fase cair memungkinkan kita memilih dari sejumlah fase

diam yang sangat beragam yang akan memisahkan hampir segala

macam campuran.

15

Page 16: Makalah GC 2

Kekurangan:

- Teknik kromatografi gas terbatas untuk zat yang mudah menguap.

- Kromatografi gas tidak mudah dipakai untuk memisahkan campuran

dalam jumlah besar. Pemisahan pada tingkat mg mudah dilakukan,

pemisahan pada tingkat gram mungkin dilakukan, tetapi pemisahan

dalam tingkat pon atau ton sukar dilakukan kecuali jika ada metode

lain.

- Fase gas dibandingkan sebagian besar fase cair tidak bersifat reaktif

terhadap fase diam dan zat terlarut.

16

Page 17: Makalah GC 2

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan tujuan dan hasil pengamatan dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Prinsip dasar metode kromatografi gas adalah pemisahan komponen-

komponen dalam suatu campuran berdasarkan kepolarannya. Dimana

komponen yang memiliki kedekatan polaritas dengan fasa diam maka

akan tertahan di kolom, sedangkan komponen yang memiliki

kedekatan polaritas dengan fasa gerak  akan terelusi keluar dari kolom

(keluar duluan).

2. Komponen-komponen utama instrumen GC yaitu: Gas Pembawa,

Detektor, Kolom, Injektor, Rekorder dan Komputer (Penampil

Kromatogram).

3. Adapun kelebihan dan kekurangan dari penggunaan metode pemisahan

menggunakan kromatografi gas yaitu sebagai berikut

Kelebihan:

- Waktu analisis yang singkat dan ketajaman pemisahan yang

tinggi.

- Dapat menggunakan kolom lebih panjang untuk menghasilkan

efisiensi pemisahan yang tinggi.

- Gas mempunyai vikositas yang rendah.

- Kesetimbangan partisi antara gas dan cairan berlangsung cepat

sehingga analisis relatif cepat dan sensitifitasnya tinggi.

- Pemakaian fase cair memungkinkan kita memilih dari sejumlah

fase diam yang sangat beragam yang akan memisahkan hampir

segala macam campuran.

17

Page 18: Makalah GC 2

Kekurangan:

- Teknik kromatografi gas terbatas untuk zat yang mudah

menguap.

- Kromatografi gas tidak mudah dipakai untuk memisahkan

campuran dalam jumlah besar. 

- Fase gas dibandingkan sebagian besar fase cair tidak bersifat

reaktif terhadap fase diam dan zat terlarut.

18

Page 19: Makalah GC 2

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Kromatografi Gas-Cair.

http://www.chem-is-try.org/kromatografi_gas_cair.html. Diunduh 17 

Juni 2012.

Himawan, Joseph. 2007. Kromatografi Gas.

http://tupai-terbang.blogspot.com/kromatografi_gas.html.  Diunduh 17

Juni 2012.

Puspita, Dewi. 2007. Kromatografi Gas.

http://the_doctor.blogspot.com/kromatografi_gas.html.  Diunduh 17

Juni 2012.

19