makalah food science 1 -food instant

12
Laporan Tugas IBM I Bahaya Mie Instan Sebagai Salah Satu Jenis Produk Instant Food yang Marak Digemari Oleh: Clararida Riawan (145070307111001) Yuni Kumalasari (145070307111004) Rakhmawati Widya Safitri (145070301111051) Adelia Paradya Zetta (145070301111052) Frisa Inda Vega Br Silalahi (145070301111053) Waritsah Assilmi (145070301111054) Fepy Sisiliay (145070300111024) Yuniar Eka Savitri (145070300111020) Annis Hikmatul Fitri (145070307111005) Safira Mirahantini (145070301111058) Program Studi Ilmu Gizi FKUB Malang 2014

Upload: sisilia-addafi

Post on 15-Sep-2015

105 views

Category:

Documents


24 download

DESCRIPTION

Makalah Food Science 1 -Food Instant

TRANSCRIPT

  • Laporan Tugas IBM I

    Bahaya Mie Instan Sebagai Salah Satu Jenis

    Produk Instant Food yang Marak Digemari

    Oleh:

    Clararida Riawan (145070307111001)

    Yuni Kumalasari (145070307111004)

    Rakhmawati Widya Safitri (145070301111051)

    Adelia Paradya Zetta (145070301111052)

    Frisa Inda Vega Br Silalahi (145070301111053)

    Waritsah Assilmi (145070301111054)

    Fepy Sisiliay (145070300111024)

    Yuniar Eka Savitri (145070300111020)

    Annis Hikmatul Fitri (145070307111005)

    Safira Mirahantini (145070301111058)

    Program Studi Ilmu Gizi FKUB

    Malang 2014

  • Daftar Isi

    Daftar Isi ..................................................................................................................x

    BAB I PENDAHULUAN

    Latar Belakang .......................................................................................................1

    Tujuan .....................................................................................................................2

    Rumusan Masalah ..................................................................................................2

    BAB II PEMBAHASAN

    Pengertian

    i. Pengertian Instant Food .......................................................................3

    ii. Pengertian Mi .......................................................................................3

    iii. Pengertian Mie Instan ..........................................................................3

    Sejarah Mie Instan ..................................................................................................4

    Karakteristik Fisik, Kimia, dan Mikrobiologi .........................................................5

    Keamanan Pangan ..................................................................................................6

    Peraturan dan Undang-undang ...............................................................................7

    BAB III PENUTUP

    Kesimpulan .............................................................................................................9

    Saran ........................................................................................................................9

    Daftar Pustaka .......................................................................................................10

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang

    Kondisi perkembangan global yang semakin meningkat, menuntut

    masyarakat yang berkembang didalamnya untuk mengikuti keadaan yang ada.

    Mobilisasi serta kegiatan yang serba cepat memaksa masyarakat untuk mengikuti

    ritme kehidupan yang cepat pula. Hal tersebut sangat mempengaruhi pola gaya

    hidup terutama faktor pola makan manusia saat ini. Mereka lebih banyak memilih

    makanan yang cepat saji dengan alasan efisiensi waktu ketimbang makanan

    makanan yang membutuhkan waktu lama dalam masa pengolahannya. Dengan

    begitu berpengaruh juga pada pandangan atau mindset masyarakat terhadap

    pentingnya kandungan gizi dalam sebuah makanan yang akan dikonsumsi. Maka

    dari itu, pada akhirnya makanan siap sajilah yang menjadi pilihan mayoritas

    dengan tuntuntan hidup yang serba cepat di zaman globalisasi.

    Makanan cepat saji atau Instan Food adalah istilah bagi makanan yang

    disajikan secara cepat dengan masa pengolahan yang cepat pula. Beberapa

    makanan cepat saji atau Instan Food disajikan di restaurant atau toko-toko yang

    melayani makanan dengan kualitas rendah dan kemasan yang mudah untuk

    dibawa pergi. Makanan cepat saji ini banyak bentuknya , tidak hanya yang dijual

    direstoran restoran seperti yang dikenal dengan fast food atau junk food namun

    juga makanan makanan yang masa pengolahnnya cepat dilakukan. Seperti contoh

    mie instan, makanan beku siap konsumsi yang cukup di panaskan dalam proses

    pengolahannya maupun bentuk jenis makanan lainnya yang cepat pemasakannya.

    Maka dari itu pilihan masyarakat tertuju pada menu makanan yang

    semacam itu. Walaupun tidak secara keseluruhan, namun dapat dipastikan

    mayoritas mengkonsumsi hal tersebut. Dari perubahan gaya hidup itulah yang

    akhirnya menimbulkan berbagai dampak termasuk penyakit penyakit baru yang

    bermunculan. Sebagai contoh adalah obesitas, jantung koroner dan diabetes. Hal

    tersebut dipicu karena tidak terkontrolnya pola hidup dan makan seseorang akibat

    waktu yang menuntut mereka serba cepat. Tidak hanya penyakit tersebut, masih

    banyak berbagai dampak lain yang timbul karena perubahan gaya hidup yang

  • mengacu pada kondisi buruk itu. Kondisi kondisi tersebut yang nantinya akan

    dibahas pada makalah kali ini. Diharapkan dengan pengetahuan berbagai dampak

    tersebutlah yang nantinya akan dapat menghadirkan solusi baru dalam

    penyelamatan generasi selanjutnya pada resiko penyakit kronik.

    2. Tujuan Penulisan

    Makalah ini dituliskan bertujuan untuk :

    1. Mengetahui pengertian dari instant food dan mie instan

    2. Mengetahui sejarah bermulanya produksi mie instan

    3. Mengetahui karakteristik kimia, fisik, dan mikrobiologi dari Instan Food dan

    mie instan khususnya

    4. Mengetahui batasan keamanan konsumsi dan juga peraturan undang-undang

    mengenai instant food

    3. Rumusan Masalah

    1. Bagaimana pendapat para ahli mengenai pengertian dari Instan Food dan mie

    instan?

    2. Bagaimana sejarah awal produksi mie instan di dunia?

    3. Bagaimana karakteristik kimia, fisika, dan mikrobiologi dari Instan Food

    dan mie instan khususunya?

    4. Bagaimana batasan keamanan konsumsi dan juga peraturan undang-undang

    mengenai instant food?

  • BAB II

    PEMBAHASAN

    Pengertian Instan Food

    Instant Food adalah makanan yang tersedia dalam waktu cepat dan siap

    disantap. Jenis makanan yang dikemas, mudah disajikan, praktis, atau diolah

    dengan cara sederhana. Makanan tersebut umumnya diproduksi oleh industri

    pengolahan pangan dengan teknologi tinggi dan memberikan berbagai zat aditif

    untuk mengawetkan dan memberikan cita rasa bagi produk tersebut. Makanan

    instant food biasanya berupa lauk-pauk dalam kemasan, mie instan, fried chicken,

    nugget, hamburger, atau juga corn flakes sebagai makanan untuk sarapan. Instant

    food memiliki ciri kandungan gizi tidak seimbang. Kebanyakan mengandung

    kalori tinggi, dan juga rendah serat. Selain itu tinggi kandungan lemak.

    Pengertian Mie

    Mie adalah salah satu bentuk makanan pokok yang cukup diminati oleh

    masyarakat Indonesia. Mie merupakan salah satu bentuk produk hasil pertanian

    yang harganya relatif murah dan praktis dalam pengolahannya. Mie merupakan

    salah satu produk olahan yang terbuat dari bahan dasar gandum (tepung terigu)

    dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lainnya yang diizinkan. Dalam ilmu

    pangan, mie dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu mie segar atau mie

    mentah, mie basah, mie kering dan mie instan. Mie segar atau mie mentah adalah

    mie yang tidak mengalami proses tambahan setelah pemotongan dan mengandung

    kadar air sekitar 35 %, umumnya digunakan untuk bahan baku mie ayam. Mie

    basah adalah jenis mie yang mengalami proses perebusan setelah tahap

    pemotongan dan mengandung kadar air 52%. Mie kering adalah mie segar yang

    telah dikeringkan hingga kadar airnya mencapai 8- 10%. Sedangkan mie instan

    adalah mie yang dihasilkan dari proses penggorengan setelah diperoleh mie segar.

    Kadar air mie instan umumnya 5- 8%, sehingga memiliki daya simpan yang lama.

    Pengertian Mie Instan

    Mie instan adalah salah satu makanan yang kini banyak disukai oleh

    banyak kalangan, mulai dari anak-anak bahkan hingga orang dewasa. Melihat

  • peluang ini, semakin banyak para perusahaan yang mendirikan pabrik pengolahan

    mie instan. Apalagi kini, mie instan disajikan dengan berbagai kemasan dan rasa

    yang terus beraneka ragam. Mulai dari yang hanya mie goreng, hinga citarasa

    nusantara seperti soto, kari, bakso, ayam bawang, gulai, ikan cakalang, dan masih

    banyak lagi.

    Mengenai pengertian dari mie instan, ada beberapa pakar yang

    memberikan pendapatnya, diantaranya:

    1. Kim (1996): Mie Instan adalah mie yang telah mengalami proses

    gelatinisasi, sehingga untuk menghidangkannya cukup dengan di rebus

    dengan air mendidih, Mie instan biasanya mengacu pada produk-produk

    yang dikukus dan digoreng dalam minyak (stemed & deep fried).

    2. Astawan (2003): Mie instan juga dikenal dengan nama ramen. Mie ini

    dibuat dengan penambahan beberapa proses setelah menjadi mie segar.

    Tahap-tahap tersebut yaitu pengukusan, pembentukan dan pengeringan.

    Kadar air mie instan umunya mencapai 5-8% sehingga memiliki daya

    simpan yang relatif lama.

    3. Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 01- 3351- 1994: mie instant

    didefinisikan sebagai produk makanan kering yang terbuat dari tepung

    terigu dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan

    tambahan makanan yang diizinkan, berbentuk khas mie dan siap

    dihidangkan setelah dimasak atau diseduh dengan air mendidih selama 3-

    4 menit.

    Sejarah Produksi Mie Instan

    Mie Instan diciptakan oleh Momofuku Ando pada 1958, yang kemudian

    mendirikan perusahaan Nissin dan memproduksi produk Mie Instan pertama di

    dunia Chicken Ramen (ramen adalah sejenis mie Jepang) rasa ayam. Peristiwa

    penting lainnya terjadi pada 1971, ketika Nissin memperkenalkan mie dalam gelas

    bermerek Cup Noodle. Kemasan mie adalah wadah styrofoam tahan air yang bisa

    digunakan untuk memasak mi tersebut. Inovasi berikutnya termasuk

    menambahkan sayuran kering ke gelas, melengkapi hidangan mie tersebut.

    Menurut sebuah survei Jepang pada tahun 2000, mie instan adalah ciptaan terbaik

  • Jepang abad ke-20, (Karaoke di urutan kedua dan CD hanya di urutan ketiga).

    Hingga 2002, setidaknya ada 55 juta porsi mie instan dikonsumsi setiap tahunnya

    di seluruh dunia, termasuk salah satunya adalah Indonesia.

    Karakteristik Fisik, Kimia, dan Mikrobiologi

    Beberapa parameter kualitas fisik mie adalah cooking time, hidrasi, rasio

    pengembangan, cooking loss, daya putus dan dayapatah. Cooking time adalah

    waktu yang dibutuhkan untuk memasakkan/mematangkan mie.

    Rasio pengembangan sangat dipengaruhi oleh kemampuan mie dalam

    menyerap air. Nilai rasio pengembangan yang terlalutinggi tidak diinginkan

    karena semakin tinggi rasio pengembangan maka granula pati akan mudah pecah

    dan menyebabkankebocoran amilosa. Nilai rasio pengembangan berkorelasi

    positif dengan nilai hidrasi. Semakin tinggi hidrasi mie keringmaka semakin besar

    pula nilai rasio pengembangan mie kering (Kusrini, 2008).

    Daya patah adalah sifat fisik yang berhubungan dengan tekanan untuk

    mematahkan produk. Daya patah miemenggambarkan ketahanan mie selama

    penanganan produksi terutama terhadap perlakuan mekanis (Yuwono [1998]

    dalam Kusrini [2008]).

    Daya putus merupakan besarnya gaya tiap satuan luas penampang bahan

    yang dibutuhkan untuk memutuskan suatu produk.(Yuwono [1998] dalam Kusrini

    [2008]). Semakin tinggi gaya yang diberikan menunujukkan mie semakin elastis.

    Secara fisik, mie kering memiliki tekstur yang lebih keras daripada mie

    instan sebelum dimasak (dalam keadaan kering). Halini dimungkinkan karena

    rongga-rongga di dalam adonan mie kering digantikan dengan udara akibat proses

    pengeringan,sedangkan pada mie instan rongga didalam adonan digantikan

    dengan minyak. Akibatnya mie instan memiliki tekstur yanglebih empuk. Tekstur

    mie dapat diketahui (dirasa) oleh daya kekuatan menahan gigitan dan sapuan

    permukaan mie dengan permukaan mulut.

    Mie harus nampak putih opaque, meskipun beberapa konsumen ada yang

    menghendaki mie berwarna tertentu, untuk itu adonan biasanya ditandahi zat

    pewarna.

    Di dalam mie instan, karakteristik kimianya adalah memiliki kadar air 7%,

    protein 10%, lemak 21% dan pati 62%. Karena tinggi kandungan lemaknya, maka

  • masalah pencegahan ketengikan serta pemerataan minyak dalam produk perlu

    mendapat perhatian yang seksama.

    Keamanan Pangan

    Mengonsumsi makanan dengan berbagai bahan tambahan pangan (BTP)

    bukan tanpa resiko. Sebenarnya, selama dilakukan konsumsi secara wajar, maka

    tidak akan menimbulkan dampak yang signifikan. Meskipun begitu, tetap harus

    ada batas-batas yang diberikan agar seseorang bisa mengetahui sejauh manakah

    makanan yang dikonsumsi itu aman bagi tubuh dan kesehatan. Oleh karena itu,

    ada semacam istilah yang disebut keamanan pangan.

    Berdasarkan UU RI no.7 Tahun 1996 Tentang Perlindungan Pangan, yang

    dimaksud keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk

    mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang

    dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia.

    Beberapa bahan aditif yang ditambahkan pada mie instan memberi

    kecenderungan bagi pengonsumsinya untuk terus mengonsumsinya (kecanduan). Bila

    ini terus berlanjut, maka dapat menimbulkan bahaya yang tidak sederhana. Bahaya ini

    tidak hanya berlaku pada mie instan, tetapi juga pada berbagai instant food pada

    umunya. Menurut World Health Organization (WHO) dan Food and Agricultural

    Organization (FAO) menyatakan bahwa ancaman potensial dari residu bahan

    makanan terhadap kesehatan manusia dibagi dalam 3 katagori yaitu:

    1) aspek toksikologis, katagori residu bahan makanan yang dapat bersifat racun

    terhadap organ-organ tubuh

    2) aspek mikrobiologis, mikroba dalam bahan makanan yang dapat mengganggu

    keseimbangan mikroba dalam saluran pencernaan

    3) aspek imunopatologis, keberadaan residu yang dapat menurunkan kekebalan

    tubuh.

    Dari sekian banyak bumbu yang terdapat pada bungkus mie instan, yang perlu

    diwaspadai adalah kecap dan sausnya. Bila pada bumbu bubuknya jelas mengandung

    Natrium Benzoat (MSG), maka pada kecap dan saus diketahui mengandung Methyl

    p-hydroxybenzoate. Meskipun begitu, sebuah pengujian dinyatakan bila

    kandungan Methyl p-hydroxybenzoate pada 158 sampel kecap mie instan,

    ditemukan sebanyak 96 sampel mengandung zat tersebut yang tidak melebihi dari

  • batas yang diizinkan yakni, 250 mg/kg, sedangkan 62 sampel lainnya sama sekali

    tidak mengandung zat tersebut.

    Selain itu, selama semester I/2010 juga telah dilakukan pengambilan dan

    pengujian 323 item sampel mie instan yang terdaftar dari peredaran. Hasil

    pengujian itupun menunjukkan bahwa sampel kecap yang ada dalam kemasan mie

    instan, meski mengandung Methyl p-hydoxybenzoate namun tidak ada yang

    melebihi batas maksimum yang diizinkan.

    Berdasarkan standar codex Allimentarius Commitee (CAC) dan kajian

    ilmiah terhadap risiko kesehatan, juga berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan

    No.722/1988 tentang bahan tambahan makanan, bahwa Menthyl P-

    hydroxybenzoate dapat digunakan sebagai pengawet untuk produk saus/kecap di

    Indonesia, dengan batas maksimum penggunaan maksimal 250mg/kg produk,

    sementara CAC menetapkan batas penggunaan maksimal Methyl P-

    hydroxybenzoate sebesar 1.000 mg/kg.

    Sementara berdasarkan Database Of Select Commitee on Generally

    Recognize As Safe (GRAS) substances reviews, diketahui bahwa tiadak ada bukti

    bahaya penggunaan zat tersebut sebagai pengawet dalam pangan olahan sepanjang

    digunakan sesuai standar dan tidak melebihi batas maksimal yang diizinkan.

    Peraturan dan Undang-undang

    Untuk meregulasi penggunaan berbagai bahan tambahan pangan (BTP)

    yang ditambahkan pada berbagai Instan Food, termasuk juga mie instan,

    Indonesia mengeluarkan peraturan juga undang-undang mengenai penggunaan

    BTP.

    Peraturan Menteri Kesehatan No.722/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan

    Tambahan Makanan, termasuk nipagin (methyl p-hydroxybenzoate) yang

    berfungsi sebagai pengawet dalam batas maksimum penggunaan sebesar sebesar

    250mg/kg. Indonesia dalam menetapkan persyaratan dan keamanan mutu dan gizi

    produk pangan olahan, mengacu pada ketentuan internasional yaitu Codex

    Alimentarius Commision [CAC] yang menentukan batas aman penggunaan

    nipagin dalam produk pangan sebesar 1.000mg/kg

  • BPOM No. 36 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan

    Tambahan Pangan Pengawet. Disebutkan pada BAB III Jenis dan Pengawet yang

    diizinkan digunakan dalam pangan terdiri atas:

    1. Asam Sorbat dan Garamnya

    2. Asam Benzoat dan Garamnya

    3. Etil para-hidroksibenzoat

    4. Metil-parahidroksibenzoat

    5. Sulfit

    6. Nisin

    7. Nitrit

    8. Nitrat

    9. Asam Propionat dan garamnya

    10. Lisozim Hidroklorida

    Sedangkan pada peraturan yang sama, terdapat pada BAB IV Penggunaan

    BTP Pengawet, disebutkan pada pasal 6:

    (1) BTP Pengawet dapat digunakan secara tunggal atau campuran.

    (2) Dalam hal BTP Pengawet digunakan secara campuran sebagaimana dimaksud

    pada ayat (1), perhitungan hasil bagi masing-masing BTP dengan Batas

    Maksimum penggunaannya jika di jumlahkan tidak boleh lebih dari 1 (satu).

    Permenkes No. 30/2013 tentang Pencantuman Informasi Kandungan Gula,

    Garam dan Lemak serta Pesan Kesehatan untuk Pangan Olahan dan Pangan Siap

    Saji. Undang-undang No 18 tahun 2012 tentang Pangan, pasal 97 dan Peraturan

    Pemerintah No. 69/1999 tentang label dan iklan pangan, dimana setiap industri

    pangan wajib mencantumkan tanggal kadaluarsa (expired date) pada setiap

    kemasan produk pangan.

  • BAB III

    PENUTUP

    Kesimpulan

    Seiring dengan perkembangan zaman dan semakin sibuknya aktifitas

    masyarakat, terdapat tuntutan dimana segalanya harus serba praktis, mudah, dan

    cepat. Salah satunya yang juga mengalami pergeseran perubahan adalah

    perubahan pola konsumsi masyarakat yang kini serba instan. Telah banyak produk

    olahan hasil pertanian yang telah ditambahkan dengan berbagai bahan aditif

    sehingga lebih mudah untuk diolah, seperti hanya perlu menggoreng,

    memanaskan, atau merebus saja dalam waktu singkat. Produk inilah yang kita

    kenal sebagai instant food. Ada banyak sekali produk instant food, seperti nugget,

    sosis, frozen food, fried chicken, french fries, termasuk juga mie instan.

    Mengonsumsi mie instan dalam waktu yang lama dan terus menerus akan

    menimbulkan dampak yang buruk bagi kesehatan. Oleh karena itulah, pemerintah

    melalui peraturan dan undang-undang yang dikeluarkannya, berusaha membatasi

    dan memberikan rambu-rambu dalam penggunaannya.

    Saran

    Semakin tingginya kesibukan seseorang, mengonsumsi makanan yang

    serba praktis menjadi pilihan. Bukan tidak boleh mengonsumsi Instan Food

    seperti mie instan, hanya saja perlu diperhatikan rambu-rambu keamanan pangan.

    Ini berguna agar dapat meminimalisasi efek buruk atau dampaknya bagi

    kesehatan.

  • Daftar Pustaka

    Almatsier, S. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

    Utama

    Badan Standardisasi Nasional. 1994. Standar Nasional Indonesia Mie Instan No.

    3551-1994. BSN .Jakarta.

    Khomsan, A. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Swadaya.

    Kurnianingsih, S. 2007. Hubungan Konsumsi Mie Instan dengan Tingkat

    kecukupan Gizi Dan Status Gizi Pada Remaja (Studi Kasus di SMA

    Negeri 2 Nganjuk). Skripsi. Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat

    Universitas Airlangga.

    Lastariwati, B, dkk. 2006. Hubungan Antara Pengetahuan dan Konsumsi

    Makanan dan Minuman Instan dengan Status Gizi Remaja Putri. Skripsi.

    Fakultas Teknik. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

    Winarto, F.G. 2009. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

    Utama