makalah filsafat pancasila.docx

29
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dasar filsafat serta ideologi bangsa dan negara Indonesia, bukan terbentuk secara mendadak serta bukan hanya diciptakan oleh seseorang sebagaimana yang terjadi pada ideologi-ideologi lain di dunia, namun ideologi Indonesia ini terbentuk melalui proses yang cukup panjang dalam sejarah bangsa Indonesia sehingga mampu membangun sebuah ideologi yang menyatukan kearifan lokal dari seluruh suku, kebijaksanaan dari seluruh agama dan kepercayaan, dikolaborasikan dan saling bertoleransi dalam satu wadah bernama Pancasila. Indonesia menjadikan Pancasila sebagai ideologi dasar negara yang menjadi pedoman dasar pembentukan suatu kebijakan konstitusional. Berbeda dengan negara lain yang mengembangkan sistem politik, keuangan, dan agama sebagai ideologi mereka, justru Indonesia menciptakan suatu ideologi baru yang mempersatukan perbedaan. Para pendiri negara ini tidak menghendaki sistem politik menjadi sebuah ideologi karena akan berakibat pada feodalisme, mereka juga tidak menghendaki sistem pasar dan keuangan menjadi ideologi karena akan hanya menguntungkan para pemodal kuat, mereka juga menolak agama menjadi ideologi karena begitu beragamnya agama yang dimiliki. 1

Upload: balqis-kamalia-fikria

Post on 26-Oct-2015

172 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

filsafat pancasila

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dasar filsafat serta ideologi bangsa dan negara Indonesia, bukan terbentuk

secara mendadak serta bukan hanya diciptakan oleh seseorang sebagaimana yang

terjadi pada ideologi-ideologi lain di dunia, namun ideologi Indonesia ini

terbentuk melalui proses yang cukup panjang dalam sejarah bangsa Indonesia

sehingga mampu membangun sebuah ideologi yang menyatukan kearifan lokal

dari seluruh suku, kebijaksanaan dari seluruh agama dan kepercayaan,

dikolaborasikan dan saling bertoleransi dalam satu wadah bernama Pancasila.

Indonesia menjadikan Pancasila sebagai ideologi dasar negara yang

menjadi pedoman dasar pembentukan suatu kebijakan konstitusional. Berbeda

dengan negara lain yang mengembangkan sistem politik, keuangan, dan agama

sebagai ideologi mereka, justru Indonesia menciptakan suatu ideologi baru yang

mempersatukan perbedaan. Para pendiri negara ini tidak menghendaki sistem

politik menjadi sebuah ideologi karena akan berakibat pada feodalisme, mereka

juga tidak menghendaki sistem pasar dan keuangan menjadi ideologi karena akan

hanya menguntungkan para pemodal kuat, mereka juga menolak agama menjadi

ideologi karena begitu beragamnya agama yang dimiliki.

Namun pada kenyataanya, hubungan antara agama dan negara dalam

konteks Indonesia-tidak dipungkiri-kerap menjadi perdebatan sengit, bahkan

dalam suasana sigmatis. Perdebatan itu tak hanya terjadi di tingkat wacana,

melainkan telah diikuti tuntutan riil tentang konsep agama Islam yang perlu

dibumikan di Indonesia. Sejarah mencatat, sejak Indonesia merdeka tuntutan

untuk menjadikan Islam sebagai ideologi dan dasar negara itu seperti tidak

pernah surut. Padahal dari sisi pengamalannya, Pancasila menetapkan kebaikan

bukan sebagai aturan yang wajib diikuti, namun merupakan sebuah keharusan

yang dikarenakan kebutuhan manusiawi. Sekali lagi pada dasarnya Pancasila

terbentuk dari seluruh kearifan yang ada diseluruh bumi pertiwi termasuk

kearifan-kearifan yang terkandung dalam agama, termasuk Islam, dengan kata lain

1

butir-butir Pancasila merupakan penghayatan intisari ajaran Islam, pelanggaran

terhadap Pancasila, maka sama dengan pelanggaran terhadap Syariat Islam.

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengertian dari Pancasila sebagai Ideologi Nasional?

2. Bagaimana hubungan antara Ideologi Nasional dan Ideologi Agama Islam?

C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan Makalah

1. Tujuan Penulisan Makalah

a. Untuk mengetahui Pengertian dari Pancasila sebagai Ideologi Nasional.

b. Untuk mengetahui hubungan antara Ideologi Nasional dan Ideologi

Agama Islam.

2. Kegunaan Penulisan Makalah

a. Bagi Penulis

Penulisan makalah ini disusun sebagai salah satu pemenuhan tugas

terstruktur dari mata kuliah filsafat Pancasila.

b. Bagi pihak lain

Makalah ini diharapkan dapat menambah referensi pustaka yang

berhubungan antara Pancasila dengan Agama islam

D. Batasan Masalah

Makalah ini hanya membahas uraian tentang Pancasila sebagai ideologi

nasional bangsa Indonesia, serta korelasinya dengan ideologi agama Islam.

2

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pancasila Sebagai Ideologi Nasional Bangsa dan Negara Indonesia

A. Pengertian Ideologi

Berdasarkan etimologinya, Ideologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri

dari dua kata yaitu Idea berarti raut muka, perawakan, gagasan dan buah pikiran

dan Logia berarti ajaran. Dengan demikian ideologi adalah ajaran atau ilmu

tentang gagasan dan buah pikiran atau science des ideas.

Pengertian Ideologi secara umum adalah suatu kumpulan gagasan, ide,

keyakinan serta kepercayaan yang bersifat sistematis yang mengarahkan tingkah

laku seseorang dalam berbagai bidang kehidupan seperti:

1) Bidang politik, termasuk bidang hukum, pertahanan dan keamanaan.

2) Bidang sosial

3) Bidang kebudayaan

4) Bidang keagamaan

B. Ideologi Terbuka dan Ideologi Tertutup

Pancasila dalam kedudukannya sebagai ideologi terbuka, diharapkan

mampu menjadi filter untuk menyerap pengaruh perubahan zaman di era

globaslisasi ini. Keterbukaan ideologi Pancasila terutama ditujukan dalam

penerapan yang berbentuk pola pikir yang dinamis dan konseptual. Ideologi

negara merupakan hasil refleksi manusia atas kemampuannya mengadakan

distansi (menjaga jarak) dengan dunia kehidupannya. Anatara ideologi dan

kenyataan hidup masyarakat terdapat hubungan dialektis, sehingga terjadi

pengaruh timbal balik yang terwujud dalam interaksi yang di satu pihak memacu

ideologi agar makin realistis dan di lain pihak mendorong masyarakat agar makin

mendekati bentuk yang ideal. Ideologi mencerminkan cara berfikir masyarakat

dan juga membentuk masyarakat menuju cita-cita.

Perbedaan antara ideologi terbuka dan ideologi tertutup:

3

Ideologi

Aspek

Terbuka Tertutup

Ciri khas

Hubungan Rakyat

dan Penguasa

- Nilai-nilai dan cita-cita

digali dari kekayaan adat

istiadat, budaya dan

religius masyarakatnya.

- Menerima reformasi

- Penguasa bertanggung

jawab pada masyarakat

sebagai pengemban

amanah rakyat

- Nilai-nilai dan cita-

cita dihasilkan dari

pemikiran individu

atau kelompok yang

berkuasa dan

masyarakat

berkorban demi

ideologinya.

- Menolak reformasi

- Masyarakat harus

taat kepada ideologi

elite penguasa.

- Totaliter

C. Ideologi Partikular dan Ideologi Komprehensif

Menurut Karl Manheim yang beraliran Mark secara sosiologis ideologi

dibedakan menjadi dua yaitu ideologi yang bersifat Partikular dan ideologi

yang bersifat Komprehensif.

Ideologi

Partikular Komprehensif

4

Aspek

Ciri khas

Hubungan rakyat dan

penguasa

- Nilai-nilai dan cita-cita

merupakan suatu

keyakinan-keyakinan

yang tersusun secara

sistematis dan terkait

erat dengan kepen

tingan kelas sosial

tertentu.

- Negara komunis

membela kaum

proletar.

- Negara liberal

membela kebebasan

individu.

- Mengakomodasi

nilai-nilai dan cita-

cita yang bersifat

menyeluruh tanpa

berpihak pada

golongan tertentu

atau melakukan

transformasi sosial

secara besar-besaran

menuju bentuk

tertentu.

- Negara

mengakomodasi

berbagai idealisme

yang berkembang

dalam masya rakat

yang bersifat

majemuk seperti

Indonesia dengan

Ideologi Pancasila.

Menurut Alfian kekuatan ideologi tergantung pada kualitas tiga dimensi

yang ada pada ideologi tersebut yaitu :

5

Dimensi realita, yaitu bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung di dalam

ideologi tersebut secara riil hidup di dalam serta bersumber dari budaya

dan pengalaman sejarah masyarakat atau bangsanya.

Dimensi idealisme, yaitu bahwa nilai-nilai dasar ideologi tersebut

mengandung idealisme yang memberi harapan tentang masa depan yang

lebih baik melalui pengalaman dalam praktik kehidupan bersama sehari-

hari.

Dimensi fleksibilitas/dimensi pengembangan, yaitu ideologi tersebut

memiliki keluwesan yang memungkinkan dan merangsang

pengembangan pemikiran-pemikiran baru yang relevan dengan ideologi

bersangkutan tanpa menghilangkan atau mengingkari jati diri yang

terkandung dalam nilai-nilai dasarnya.

Dengan demikian Pancasila memenuhi ketiga syarat tersebut sehingga

ideologi Pancasila senantiasa hidup, tahan uji dan fleksibel terhadap perubahan

jaman dari masa ke masa.

Karena nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila merupakan nilai-nilai

yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat dan bangsa Indonesia sebagai

Pandangan hidup dan kepribadiannya maka menempatkan Pancasila sebagai

ideologi bangsa sekaligus sebagai ideologi negara. Pancasila sebagai ideologi

negara memiliki makna :

Mempunyai derajat yang tinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan

kenegaraan.

Mewujudkan satu azas kerohanian pandangan dunia, pandangan hidup

yang harus dipelihara, dikembangkan, diamalkan, dilestarikan kepada

generasi penerus bangsa, diperjuangkan dan dipertahankan dengan

semangat nasionalisme.

Dalam proses Reformasi, MPR melalui sidang istimewa tahun 1998,

kembali menegaskan kedudukan Pancasila sebagai dasar Negara Republik

Indonesia yang tertuang dalam TAP MPR No. XVIII/MPR/1998. Oleh karena

6

itu segala agenda dalam proses reformasi, yang meliputi rakyat (Sila keempat)

juga harus mendasarkan pada nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Reformasi tidak mungkin menyimpang dari nilai Ketuhanan, Kemanusiaan,

Persatuan , Kerakyatan dan Keadilan

Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup, namun

bersifat reformatif, dinamis dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi

Pancasila adalah bersifat aktual, dinamis, antisipatif dan senantiasa mampu

menyesuaikan dengan perkembangan jaman, ilmu pengetahuan dan teknologi

serta dinamika perkembangan aspirasi masyarakat. Keterbukaan ideologi

Pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai dasar yang terkandung di

dalamnya, namun mengeksplisitkan wawasannya secara lebih konkrit,

sehingga memiliki kemampuan yang reformatif untuk memecahkan masalah-

masalah aktual yang selalu berkembang.

D. Pancasila Sebagai Ideologi Nasional

Suatu sistem filsafat pada tingkat perkembangan tertentu melahirkan

ideologi. Biasanya ideologi lebih mengutamakan asas-asas kehidupan politik

dan kenegaraan sebagai satu kehidupan nasional yang esensinya adalah

kepemimpinan, kekuasaan dan kelembagaan dengan tujuan kesejahteraan.

Secara filosofis, ideologi bersumber pada suatu sistem filsafat dikembangkan

dan dilaksanakan oleh suatu ideologi. Berdasarkan asas teoritis demikian, maka

nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila adalah falsafah hidup yang

berkembang dalam sosio-budaya Indonesia. Nilai Pancasila yang telah

terkristalisasi dianggap sebagai nilai dasar dan puncak (sari-sari) budaya

bangsa.

Sedemikian mendasarnya nilai-nilai Pancasila dalam menjiwai dan

memberikan watak (kepribadian, identitas), pengakuan atas kedudukan

Pancasila sebagai filsafat adalah wajar. Sebagai ajaran filsafat, Pancasila

mencerminkan nilai dan pandangan mendasar dan hakikat rakyat Indonesia

dalam hubungannya dengan : Ketuhanan, Kemanusiaan, Kenegaraan,,

Kekeluargaan dan Musyawarah, serta Keadilan Sosial.

7

Nilai dan fungsi filsafat Pancasila telah ada jauh sebelum Indonesia

merdeka. Ini berarti, dengan kemerdekaan yang diperoleh bangsa dan negara

Indonesia, secara melembaga dan formal, kedudukan dan fungsi Pancasila

ditingkatkan. Dari keudukannya sebagai filsafat hidup ditingkatkan menjadi

filsafat negara “dari kondisi sosio-budaya yang terkristalisasi menjadi nilai

filosofis-ideologis yang kontinental” (dikukuhkan berdasarkan Undang-

Undang Dasar 1945)

Ideologi nasional erat hubungannya dengan dasar negara. Apabila dasar

negara menekankan kepada pengertian negara sebagai perubahan bangsa, maka

ideologi nasional lebih menekankan kepada keseluruhan pancaran pondamen

kedalam cita-cita yang mengisi perubahan bangsa.

Oleh karena itu, ideologi negara dalam arti cita-cita yang menjadi basis

bagi suatu sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa yang

bersangkutan pada hakekatnya merupakan asas kerohanian yang antara lain

memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Mempunyai derajat yang tinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan

kenegaraan

b. Oleh karena itu mewujudkan suatu asas kerohaniaan, pandangan dunia,

pandangan hidup, pedoman hidup, pegangan hidup yang dipelihara,

dikembangkan, diamalkan, dilestarisakan kepada generasi berikutnya,

diperjuangkan dan dipertahankan dengan kesediaan berkorban.

2. Hubungan Pancasila Sebagai Ideologi Nasional dengan Ideologi Islam

A. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan yang Berketuhanan Yang Maha

Esa

Sesuai dengan makna negara kebangsaan Indonesia yang berdasarkan

Pancasila adalah kesatuan integral dalam kehidupan bangsa dan negara, maka

memiliki sifat kebersamaan, kekeluargaan serta religiusitas. Dalam pengertian

inilah maka Negara Pancasila pada hakikatnya adalah negara kebangsaan yang

Berketuhanan Yang Maha Esa.

8

Rumusan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagaimana terdapat dalam

Pembukaan UUD 1945, telah memberikan sifat yang khas kepada Negara

Kebangsaan Indonesia, yaitu bukan merupakan negara sekuler yang

memisahkan antara agama dengan negara demikian juga bukan merupakan

negara agama yaitu negara yang mendasarkan atas agama tertentu.

Negara tidak memaksa dan tidak memaksakan agama karena agama

adalah merupakan suatu keyakinan bathin yang tercermin dalam hati sanubari

dan tidak dapat dipaksakan. Kebebasan beragama dan kebebasan agama adalah

merupakan hak asasi manusia yang paling mutlak, karena langsung bersumber

pada martabat manusia yang berkedudukan sebagai makhluk pribadi dan

makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu agama bukan

pemberian negara atau golongan tetapi hak beragama dan kebebasan beragama

merupakan pilihan pribadi manusia dan tanggung jawab pribadinya.

Hubungan negara dengan agama menurut Negara Pancasila adalah

sebagai berikut :

a. Negara adalah berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.

b. Bangsa Indonesia adalah sebagai bangsa yang Berketuhanan Yang

Maha Esa.

c. Tidak ada tempat bagi Atheisme dan Sekulerisme karena hakikatnya

manusia berkedudukan kodrat sebagai makhluk Tuhan.

d. Tidak ada tempat pertentangan agama, golongan agama, antar dan inter

pemeluk agama serta antar pemeluk agama.

e. Tidak ada tempat bagi pemaksaan agama karena ketaqwaan itu bukan

hasil paksaan bagi siapapun juga.

f. Oleh karena itu harus memberikan toleransi terhadap orang lain dalam

menjalankan agama dan negara.

g. Segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara harus

sesuai dengan nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa terutama norma-

norma hukum positif maupun norma moral, baik moral negara maupun

moral para penyelenggara negara.

9

h. Negara pada hakikatnya adalah merupakan “ . . . . .berkat Rahmat Allah

Yang Maha Esa.

B. Butir-Butir Penghayatan Pancasila

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

(1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya

terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

(2) Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,

sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar

kemanusiaan yang adil dan beradab.

(3) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara

pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda

terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

(4) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan

kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

(5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah

yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha

Esa.

(6) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan

ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.

(7) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa kepada orang lain.

2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

(1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan

martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

(2) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap

manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturrunan, agama, kepercayaan,

jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.

(3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.

(4) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.

(5) Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.

10

(6) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

(7) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.

(8) Berani membela kebenaran dan keadilan.

(9) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat

manusia.

(10) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan

bangsa lain.

3. Persatuan Indonesia

(1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan

keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas

kepentingan pribadi dan golongan.

(2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila

diperlukan.

(3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.

(4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air

Indonesia.

(5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

abadi dan keadilan sosial.

(6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.

(7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan/Perwakilan

(1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia

mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.

(2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.

(3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk

kepentingan bersama.

(4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat

kekeluargaan.

11

(5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai

sebagai hasil musyawarah.

(6) Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan

hasil keputusan musyawarah.

(7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas

kepentingan pribadi dan golongan.

(8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani

yang luhur.

(9) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral

kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat

manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan

kesatuan demi kepentingan bersama.

(10) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk

melaksanakan pemusyawaratan.

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

(1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan

suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.

(2) Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.

(3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

(4) Menghormati hak orang lain.

(5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.

(6) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan

terhadap orang lain.

(7) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan

gaya hidup mewah.

(8) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan

kepentingan umum.

(9) Suka bekerja keras.

(10) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan

dan kesejahteraan bersama.

12

(11) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang

merata dan berkeadilan sosial.

Berdasarkan butir-butir pancasila di atas, telah diketahui bahwa tidak

ada satu butir Pancasila pun yang melanggar Syariat Islam ataupun ajaran

agama lain. Lagi pula penghayatan Islam di Indonesia begitu beragam, karena

begitu banyaknya sekte-sekte serta paham pemikiran yang berkembang di

Indonesia, ada Sunni, Syiah, Salafi, Suffi, lalu jika Islam sebagai ideologi

negara, itu sama saja menjerumuskan Islam kedalam perang saudara

memperebutkan kekuasaan.

Sejarah telah membuktikan bahwa ketika Islam dicampur adukan

dengan kekuasaan, yang terjadi justru perpecahan. Kita tidak boleh

menyamakan keadaan sekarang seperti saat Baginda Rasulullah SAW masih

ada, dimana saat ini sudah tidak ada lagi sosok yang mampu mempersatukan

golongan-golongan yang berbeda pemahaman dan pemikiran, bahkan pada saat

kekhalifahan Islam masih berdiripun (Paska kepemimpinan Khulafaur

Rasyidin), mereka saling menyerang dan menghancurkan kekhalifahan lawan

demi mendapat eksistensi sebagai Amirul Mukminin, walaupun cara yang

ditempuhnya justru berlawanan dengan sikap seorang mukmin.

Pada dasarnya, Islam dan pancasila adalah dua hal yang tak dapat

dipisahkan sebab keduanya bertujuan mewujudkan perdamaian di muka bumi.

Untuk itu perlu ada rumusan dan diplomasi baru guna menjadikan keduanya

sebagai ruh bangsa Indonesia. Indonesia yang dapat membentuk

masyarakatnya dapat berbangsa tanpa merasa berdosa kepada Tuhannya,

demikian pula dapat beragama tanpa merasa mengkhianati bangsanya.

Menjadikan agama untuk mengisi pancasila agar tidak bertentangan secara

vertical kepada Tuhan. Yakinlah bahwa pancasila merupakan impelementasi

atau turunan dari ajaran Islam melalui ajaran hablun minannas (hubungan

kepada sesame manusia). Begitu pula melalui ajaran persaudaraan sesama

manusia (ukhuwah basyariyah) dan persaudaraan sesama anak bangsa

(ukhuwah wathoniyah).

13

Jadi mengamalkan Pancasila adalah bagian dari ibadah yang sesuai

dengan ajaran Islam dan mengamalkan Islam adalah bentuk pengabdian dan

kesetiaan kepada bangsa Indonesia. Sebaliknya, melanggar ketentuan Pancasila

dapat melanggar nilai-nilai dari ajaran Islam dan tidak melaksanakan Islam

adalah pengkhianatan kepada bangsa Indonesia.

C. Alasan-alasan Ideologi Pancasila Sesuai dengan Ideologi Agama Islam

Pancasila itu sendiri tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Dari sila

yang pertama sampai sila yang ke lima, satupun tidak ada yang bertentangan

dengan ajaran Islam, malah kedua ideologi ini seakan memiliki korelasi kuat

yang tidak dapat terpisahkan.

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

Dalam kebebasan berkeyakinan dan berpendapat, Islam tidak memaksa

seseorang untuk merubah keyakinannya dan memeluk Islam. Walaupun

Islam menyerukan untuk itu, namun seruan kepada Islam adalah satu hal

dan memaksa memeluk Islam ialah hal lain. Yang pertama disyariatkan dan

yang kedua dilarang:

�ن� إ حس�ن�� أ ه�ي� �ي �ت �ال ب ه�م اد�ل و�ج� �ة� ن ح�س� ال م�وع�ظ�ة� و�ال م�ة� ح�ك �ال ب !ك� ب ر� �يل� ب س� �ل�ى إ ادع�

�د�ين� م�هت �ال ب �م� عل� أ و�ه�و� �ه� �يل ب س� ع�ن ض�ل� �م�ن ب �م� عل

� أ ه�و� �ك� ب ر�

Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang

tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang

mendapat petunjuk. (An-Nahl : 125)

Allah juga berfirman tentang paksaan :

�ؤم�ن و�ي �الط�اغ�وت� ب ف�ر �ك ي ف�م�ن غ�ي! ال م�ن� د� ش الر8 �ن� �ي �ب ت ق�د الد!ين� ف�ي اه� ر� �ك إ ال

�يم< ع�ل م�يع< س� �ه� و�الل �ه�ا ل ف�ص�ام� ان ال ق�ى و�ث ال و�ة� ع�ر �ال ب �مس�ك� ت اس ف�ق�د� �ه� �الل ب

Artinya : Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);

sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena

itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah,

maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat

14

yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

(Al-Baqarah : 256)

Salah satu prinsip yang ditetapkan syariat Islam ialah, kita biarkan

mereka dan juga agama yang mereka anut. Jadi, pemerintah Islam tidak

memusuhi non muslim baik keyakinannya maupun ibadatnya. Seperti

halnya tempat-tempat ibadat Yahudi dan Nasrani tetap terpelihara dalam

pemerintahan Islam di sepanjang masa, tidak juga mengalami kerusakan,

tidak dari kaum Muslimin dan tidak juga dari negara. Bahkan negara

melindunginya dan para pemiliknya diperbolehkan melakukan ibadat di

tempat itu.

Perlindungan fiqh Islam terhadap kebebasan akidah telah mencapai

taraf yang kita soalan masuk islamnya salah seorang dari suami isteri yang

non muslim, Imam Syafi’i  (pendiri mazhab Syafi’i dalam fiqh)

mengatakan, tidak boleh menampakkan keislamannya kepada pasangannya.

Berbeda dengan mazhab Hanafi yang memperbolehkannya. Imam Syafi’i

beralasan : Sesungguhnya dalam penampakan keislaman ini terdapat (kesan)

permintaan masuk Islam kepada mereka (non muslim), padahal kita telah

menjamin dengan perjanjian tanggungan untuk tidak memaksa mereka. Jadi

Imam Syafi’i melihat bahwa menampakkan keislaman kepada pasangan

yang belum masuk Islam merupakan salah satu bentuk permintaan dan

pemaksaan kepadanya untuk masuk Islam, hingga tidak diperbolehkan.

Taraf yang begitu tinggi yang telah dicapai oleh fiqh Islam dalam

melindungi kebebasan akidah.

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Sila ke-dua ini sesuai dengan ayat Al-Qur’an:

FALA TATTABIUL HAWAA – ANTA’DILUU (QS.An Nisaa 135).

Artinya: Maka janganlah kamu mengikuti hawa, hendaklah kamu jadi

manusia yang adil.

3. Persatuan Indonesia

Sila ke-tiga Pancasila ini, sesuai dengan ayat Al-Qur’an:

WAJA ALNAAKUM SYU-‘UUBA WA QOBAILA LITA’AROFU

(QS.Alhujrot:13)

15

Artinya: Dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku

supaya kamu saling kenal mengenal.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan Perwakilan

Sila Pancasila ini memiliki kesesuaian dengan ayat Al-Qur’an:

WA AFROHUM SYUU ROO BAINAHUM (QS. Asy Syuraa 38)

Artinya: Dan perkara mereka dimusyawaratan antara mereka.

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Ayat yang sesuai dengan sila Pancasila ini adalah:

INNALLOOHA YA’MURUKUM BIL’ADLI WA IKHSAN (QS.An Nahl 90).

Artinya: Sesungguhnya Alloh Ta’ala itu menyuruh kamu dengan adil dan

baik

16

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan latar belakang, serta pembahasan di atas, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

- Pancasila adalah ideologi yang sangat baik untuk diterapkan di negara

Indonesia yang terdiri dari berbagai macam agama, suku, ras dan bahasa.

Sehingga jika ideologi Pancasila diganti oleh ideologi yang berlatar

belakang agama, akan terjadi ketidaknyamanan bagi rakyat yang memeluk

agama di luar agama yang dijadikan ideologi negara tersebut.

- Dengan mempertahankan ideologi Pancasila sebagai dasar negara, jika

melaksanakannya dengan baik, maka perwujudan untuk menuju negara

yang aman dan sejahtera pasti akan terwujud.

- Terdapatnya korelasi yang jelas antara Pancasila sebagai ideologi nasional

Bangsa Indonesia, dengan ideologi Agama Islam. Dimana keduanya

adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan, sebab keduanya bertujuan

mewujudkan perdamaian di muka bumi.

- Pancasila merupakan impelementasi atau turunan dari ajaran Islam melalui

ajaran hablun minannas (hubungan kepada sesame manusia). Begitu pula

melalui ajaran persaudaraan sesama manusia (ukhuwah basyariyah) dan

persaudaraan sesama anak bangsa (ukhuwah wathoniyah). Jadi

mengamalkan Pancasila adalah bagian dari ibadah yang sesuai dengan

ajaran Islam dan mengamalkan Islam adalah bentuk pengabdian dan

kesetiaan kepada bangsa Indonesia. Sebaliknya, melanggar ketentuan

Pancasila dapat melanggar nilai-nilai dari ajaran Islam dan tidak

melaksanakan Islam adalah pengkhianatan kepada bangsa Indonesia.

B. IMPLIKASI

Untuk semakin memperkokoh rasa bangga terhadap Pancasila, maka

perlu adanya peningkatan pengamalan butir-butir Pancasila khususnya sila

ke-1. Salah satunya dengan saling menghargai antar umat beragama.

17

Untuk menjadi sebuah negara Pancasila yang nyaman bagi rakyatnya, diperlukan

adanya jaminan keamanan dan kesejahteraan setiap masyarakat yang ada di

dalamnya. Khususnya jaminan keamanan dalam melaksanakan kegiatan

beribadah.

C. SARAN

Untuk mengembangkan nilai-nilai Pancasila dan memadukannya dengan

agama, diperlukan usaha yang cukup keras. Salah satunya kita harus memiliki rasa

nasionalisme yang tinggi. Selain itu, kita juga harus mempunyai kemauan yang

keras guna mewujudkan negara Indonesia yang aman, makmur dan nyaman bagi

setiap orang yang berada di dalamnya.

18

DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat. 1980. Manusia dan Agama. Jakarta: PT. Gramedia.

Nopirin. 1980. Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila, Cet. 9. Jakarta:

Pancoran Tujuh.

Drs.SZS Pangeran alhaj.1984. Pendidikan Pancasila, Cet. 1. Jakarta: Depdikbut

Uneversitas Terbuka

Salam, H. Burhanuddin, 1998. Filsafat Pancasilaisme. Jakarta: Rineka Cipta

Al Hikmah, 2007. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: CV Penerbit

Diponegoro

SumberLain:

http://www.asmakmalaikat.com/go/artikel/filsafat/index.htm

http://www.google.co.id http://www.goodgovernancebappenas.go.id/

artikel_148.htm

http:// www.teoma.com

http:// www.kumpulblogger.com

19