makalah filsafat pancasila

48
FILSAFAT PANCASILA Oleh: Antaresty (I0215010) Azhar Aufaa Al Faris (I0215014) Chiquita Darmarani (I0215018) Dermawan Satrio Nugroho (I0215020) Dewanti Hari Wening (I0215021) Dewi Agustini (I0215022) JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Upload: liuenxiu97

Post on 06-Apr-2017

1.517 views

Category:

Education


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Filsafat Pancasila

FILSAFAT PANCASILA

Oleh:

Antaresty (I0215010)

Azhar Aufaa Al Faris (I0215014)

Chiquita Darmarani (I0215018)

Dermawan Satrio Nugroho (I0215020)

Dewanti Hari Wening (I0215021)

Dewi Agustini (I0215022)

JURUSAN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2015

Page 2: Makalah Filsafat Pancasila

PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan

rahmat-Nya makalah yang berjudul “Filsafat Pancasila” ini dapat diselesaikan

dalam tempo waktu 2 hari dengan baik.

Makalah “Filsafat Pancasila” ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas

mata kuliah umum kewiraan dan diharapkan melalui makalah ini, kami sebagai

penyusun dapat memahami dengan lebih dalam dan baik mengenai Pancasila sebagai

filsafat Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kami menghaturkan banyak terimakasih kepada seluruh pihak yang terlibat baik

secara langsung maupun tidak langsung terkait proses penyusunan makalah

“Filsafat Pancasila” ini; khususnya kepada dosen pembimbing kelas B mata kuliah

umum Kewiraan, Bapak Drs. Tri Aprilijanto Utomo M. Kes., P.hd.

Akhir kata, semoga makalah “Filsafat Pancasila” ini mampu memberikan kegunaan

dan inspirasi bagi khalayak.

Surakarta, 12 Oktober 2015

Tim Penyusun

2

Page 3: Makalah Filsafat Pancasila

DAFTAR ISI

JUDUL ......................................................................................................................... i

PRAKATA .................................................................................................................. 2

DAFTAR ISI ............................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................

5

1. Latar Belakang ……………………………………………………………… 5

2. Rumusan Masalah ……………………………………………………………

7

3. Tujuan Penelitian …………………………………………………………….

7

BAB II ANALISIS ………………………………………………………...…

8

1. Pengertian Filsafat ……………………………………………………………….

8

2. Rumusan Kesatuan Sila-sila Pancasila sebagai Suatu Sistem …………………..

10

2.1. Susunan Kesatuan Sila-sila Pancasila yang bersifat Organis ……………..

11

2.2. Susunan Kesatuan Pancasila yang Bersifat Hierarkhis dan Berbentuk

Piramidal ………………………………………………………………….. 11

2.3. Hubungan Sila-sila Pancasila yang Saling Mengisi dan Saling

Mengkualifikasi ……………………………………………………………

13

3. Kesatuan Sila-Sila Pancasila sebagai Suatu Sistem Filsafat ……………………

14

3

Page 4: Makalah Filsafat Pancasila

3.1. Dasar Antropologis Sifat-sifat Pancasila ………………………………..…

14

3.2. Dasar Epistemologis Sifat-sifat Pancasila …………………………………

15

3.3. Dasar Aksiologis Sila-sila Pancasila ……………………………………….

18

4. Pancasila sebagai Nilai Dasar Fundamental bagi Bangsa dan NKRI …………..

20

4.1. Dasar Filosofis ……………………………………………………………..

20

4.2. Nilai-nilai Pancasila sebagai Nilai Fundamental Negara …………………..

22

5. Inti Isi Sila-Sila Pancasila ……………………………………………………....

23

BAB III URAIAN ………………………………………...………….……... 27

1. Simpulan ……………………………………………………………………

27

2. Saran ………………………………………………………………………..

28

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………

29

4

Page 5: Makalah Filsafat Pancasila

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Perkembangan masyarakat dunia yang semakin cepat secara langsung ataupun tidak

langsung mengakibatkan pcrubahan besar pada berbagai bangsa di dunia.

Gelombang besar kekuatan internasional dan transnasional melalui globalisasi telah

mengancam, bahkan menguasai eksistensi negara-negara kebangsaan, termasuk

Indonesia. Akibat yang langsung terlihat adalah terjadinya pergeseran nilai-nilai

dalam kehidupan kebangsaan karena adanya perbenturan kepentingan antara

nasionalisme dan internasionalisme.

Permasalahan kebangsaan dan kenegaraan di Indonesia menjadi semakin kompleks

dan rumit manakala ancaman internasional yang terjadi di satu sisi, pada sisi yang

lain muncul masalah internal, yaitu maraknya tuntutan rakyat, yang secara objektif

mengalami suatu kehidupan yang jauh dari kesejahteraan dan keadilan sosial.

Paradoks antara kekuasaan global dengan kekuasaan nasional ditambah konflik

internal, seperti gambaran di atas, mengakibatkan suatu tarik-menarik kepentingan

yang secara langsung mengancam jati diri bangsa. Nilai-nilai baru yang masuk, baik

secara subjektif maupun objektif, serta terjadinya pergeseran nilai di tengah

masyarakat pada akhirnya mengancam prinsip-prinsip hidup berbangsa masyarakat

Indonesia.

Prinsip-prinsip dasar yang telah ditemukan oleh peletak dasar (the founding fathers)

negara Indonesia yang kemudian diabstraksikan menjadi suatu prinsip dasar filsafat

bernegara, itulah Pancasila. Dengan pemahaman demikian, maka Pancasila sebagai

filsafat hidup bangsa Indonesia saat ini mengalami ancaman dengan munculnya

nilai-nilai baru dari luar dan pergeseran nilai-nilai yang terjadi.

Secara ilmiah harus disadari bahwa suatu masyarakat, suatu bangsa; senantiasa

memiliki suatu pandangan hidup atau filsafat hidup masing-masing, yang berbeda

dengan bangsa lain di dunia. Inilah yang disebut sebagai local genius

5

Page 6: Makalah Filsafat Pancasila

(kecerdasan/kreativitas lokal) dan sekaligus sebagai local wisdom (kearifan lokal)

bangsa. Dengan demikian, bangsa Indonesia tidak mungkin memiliki kesamaan

pandangan hidup dan filsafat hidup dengan bangsa lain.

Ketika para pendiri negara Indonesia menyiapkan berdirinya negara Indonesia

merdeka, mereka sadar sepenuhnya untuk menjawab suatu pertanyaan yang

fundamental “Di atas dasar apakah negara Indonesia merdeka ini didirikan?”.

Jawaban atas pertanyaan mendasar ini akan selalu menjadi dasar dan tolok ukur

utama bangsa ini meng-Indonesia. Dengan kata lain, jati diri bangsa akan selalu

bertolok ukur pada nilai-nilai Pancasila sebagai filsafat bangsa.

Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem filsafat.

Pancasila merupakan dasar falsafah dari negara Indonesia. Pancasila telah diterapkan

dalam kehidupan masyarakat Indonesia sehari-hari. Pancasila lahir 1 Juni 1945 dan

ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD 1945. Sejarah

Indonesia telah mencatat bahwa tokoh yang merumuskan pancasila ialah Mr.

Mohammad Yamin, Prof. Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Jika pancasila dilihat dari

aspek historis maka disini bisa dilihat bagaimana sejarah Pancasila yang menjiwai

kehidupan dan perjuangan bangsa Indonesia dan bagaimana Pancasila tersebut

dirumuskan menjadi dasar negara.

Hal ini dilihat dari pada saat zaman penjajahan dan kolonialisme yang

mengakibatkan penderitaan bagi seluruh bangsa Indonesia, yang kemudian

diperjuangkan oleh bangsa Indonesia akhirnya merdeka sampai sekarang ini, nilai-

nilai Pancasila tumbuh dan berkembang dalam setiap kehidupan masyarakat

Indonesia. Tentunya pengamalan sila-sila pancasila juga perlu diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari.

Dalam filsafat Pancasila, kita dituntut untuk mempelajari apa hakikat pancasila, baik

sebagai pandangan hidup maupun sebagai dasar negara begitu pula mengenai apa

hakikat tiap-tiap sila. Dalam tulisan ini kami akan menjelaskan tentang Pancasila

sebagai filsafat bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

6

Page 7: Makalah Filsafat Pancasila

2. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang, kami mengemukakan beberapa rumusan masalah yang

selanjutnya akan diuraikan, diantaranya:

1. Menjelaskan Pancasila sebagai suatu filsafat

2. Menjelaskan kesatuan sila-sila Pancasila sebagai sistem filsafat

3. Menjelaskan Pancasila sebagai nilai dasar fundamental NKRI

4. Menjelaskan intisari tiap sila dalam Pancasila

3. Tujuan Penelitian

Tujuan penyusunan makalah ini diantaranya :

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewiraan

2. Untuk memahami sepenuhnya Pancasila sebagai sistem filsafat

bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

7

Page 8: Makalah Filsafat Pancasila

BAB II

ANALISIS

1. Pengertian Filsafat

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia arti filsafat adalah:

Filsafat /fil·sa·fat/ (n) 1. Pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai

hakikat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya. 2. Teori yang mendasari alam

pikiran atau suatu kegiatan. 3. Ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika, dan

epistemologi. 4. Falsafah.

Falsafah /fal·sa·fah/ (n) anggapan, gagasan, dan sikap batin yang paling dasar yang

dimiliki oleh orang atau masyarakat; pandangan hidup.

Secara sederhana, filsafat memiliki makna sebagai suatu pandangan hidup atau cara

berkehidupan, maka semasa hidupnya setiap manusia pasti berfilsafat. Sebagai

contoh sederhana; jikalau seseorang berpandangan bahwa dalam kehidupan

bermasyarakat dan bernegara berasaskan kebebasan individu, maka ia berfilsafat

liberalisme.

Makna filsafat dari segi etimologis. Kata “filsafat” mempunyai padanan dengan

kata “falsafah” dalam kata Arab. Kata “falsafah” diambil dari bahasa Yunani,

“philein” yang berarti “cinta” dan “sophos” yang berarti “hikmah” atau

“kebijaksanaan” atau “wisdom” (Nasution,1973). Pihak lain menyatakan bahwa

filsafat merupakan hasil majemuk dari “philos” dan “sophia” (Gazalba, 1977),

yangmana secara semantik memiliki makna yang sama. Dengan demikian, “filsafat”

dapat mengandung arti mencintai hal-hal yang sifatnya bijaksana.

Manusia dalam hidupnya pasti memilih suatu pandangan hidup yang dianggapnya

paling benar, paling baik, dan membawa kesejahteraan dalam kehidupannya; dan

pilihan yang dibuatnya itulah yang disebut filsafat. Dapat ditarik sebuah kesimpulan

bahwa filsafat digunakan untuk menuntun manusia menuju perwujudan tujuan hidup

8

Page 9: Makalah Filsafat Pancasila

manusia yaitu kebahagiaan dalam hidup; yangmana jika dikaitkan dengan sebuah

bangsa dan negara merupakan pandangan hidup bangsa dalam mencapai tujuan dan

cita-cita kebahagiaan negara.

Ditinjau dari lingkup pembahasannya, filsafat memiliki banyak bidang bahasan,

seperti: manusia, masyarakat, alam, pengetahuan, etika, logika, agama, estetika, dan

bidang lainnya. Seiring berkembangnya ilmu-ilmu maka cabang filsafat yang baru

juga bermunculan, seperti: filsafat sosial, filsafat agama, filsafat politik, filsafat

hukum, dan masih banyak lagi. Keseluruhan arti filsafat yang meliputi berbagai

masalah tersebut dapat dikelompokkan menjadi 2 macam sebagai berikut:

1. Filsafat sebagai produk

a. Arti-arti filsafat sebagai jenis pengetahuan, ilmu, konsep dari para filsuf

pada zaman dahulu, teori, sistem, atau pandangan tertentu, yang

merupakan hasil dari proses berfilsafat dan yang mempunyai ciri-ciri

tertentu.

b. Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh manusia sebagai

suatu hasil dari berfilsafat. Dalam jenis pengertian ini, filsafat memiliki

ciri khusus sebagai suatu hasil, kegiatan berfilsafat dan pada umumnya

proses pemecahan masalah ini diselesaikan dengan kegiatan berfilsafat

(dalam pengertian filsafat sebagai proses yang dinamis).

2. Filsafat sebagai suatu proses

Filsafat merupakan suatu bentuk aktivitas berfilsafat yang bersifat dinamis

dalam proses memecahkan permasalahannya sesuai dengan cara dan konteks

yang berkaitan dan dengan menggunakan suatu cara dan metodenya

tersendiri.

Pengertian Filsafat Pancasila.

Ruslan Abdul Gani berpendapat bahwa Pancasila merupakan filsafat negara yang

lahir sebagai collective ideologie (cita-cita bersama) dikarenakan nilai Pancasila lahir

dan tumbuh bersama di dalam seluruh bangsa bangsa Indonesia; atau disebut.

9

Page 10: Makalah Filsafat Pancasila

Dikatakan sebagai filsafat, karena Pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang

mendalam yang dilakukan oleh the founding father bangsa Indonesia, kemudian

dituangkan dan disusun menjadi sebuah sistem filsafat.

Menurut Notonagoro, filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan pengertian

ilmiah, yaitu tentang hakikat pancasila. Secara ontologi (cabang ilmu filsafat yang

berkaitan dengan hakikat hidup), kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan

sebagai upaya untuk mengetahui hakikat dasar sila-sila pancasila. Menurut beliau,

hakikat dasar antologi pancasila adalah manusia, karena manusia ini yang merupakan

subjek hukum pokok sila-sila pancasila.

Karakteristik Sistem Filsafat Pancasila

Sebagai filsafat, Pancasila memiliki karasteristik sistem filsafatnya tersendiri yang

berbeda dengan filsafat lain, diantaranya:

1. Sila-sila Pancasila merupakan satu kesatuan sistem yang bulat dan utuh

(sebagai suatu totalitas). Dengan pengertian lain, apabila tidak bulat dan

utuh atau satu sila dengan sila lainnya terpisah-pisah, maka itu bukan

pancasila.

2. Setiap sila Pancasila mendasari sila-sila berikutnnya dan merupakan

perluasan dari sila-sila sebelumnya.

3. Meski setiap sila adalah saling berkaitan, setiap sila memiliki makna dan

cakupan arti/makna pembahasannya tersendiri.

2. Rumusan Kesatuan Sila-sila Pancasila sebagai Suatu Sistem

Terdapat 5 sila dalam Pancasila yang pada hakikatnya merupakan suatu sistem

filsafat. Sistem merupakan suatu kesatuan dari bagian-bagian saling berhubungan,

saling bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu dan bagian-bagian tersebut

10

Page 11: Makalah Filsafat Pancasila

merupakan suatu kesatuan yang utuh. Lazimnya, sistem memiliki ciri sebagai

berikut:

1) Suatu kesatuan bagian-bagian

2) Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi tersendiri

3) Saling berhubungan dan saling ketergantungan

4) Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu (tujuan

sistem)

5) Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks (Shore dam Voicb., 1974).

Dapat dimengerti bahwa sila-sila dalam Pancasila, setiap sila pada hakikatnya

merupakan suatu asas tersendiri dengan fungsi yang tersendiri pula namun

merupakan suatu kesatuan yang sistematis.

2.1 Susunan Kesatuan Sila-sila Pancasila yang bersifat Organis

Terdapat 5 sila yang menyusun Pancasila, setiap sila tersebut merupakan suatu unsur

yang mutlak; sehingga Pancasila dapat dikatakan sebagai suatu kesatuan majemuk

tunggal. Konsekuensinya adalah setiap sila tidak dapat berdiri sendiri-sendiri terlepas

dari sila-sila lainnya serta di antara sila satu dan lainnya tidak saling bertentangan.

Kesatuan sila-sila Pancasila yang bersifat organis tersebut pada hakikatnya secara

filosofis bersumber pada hakikat dasar ontologis manusia sebagai pendukung dari

inti, isi dari sila-sila Pancasila yaitu hakikat manusia ‘monopltiralis’ yang memiliki

unsur-unsur, ‘susunan kodrat’ jasmani-rokhani, ‘sifat kodrat’ individu-makhluk

sosial, dan ‘kedudukan kodrat’ sebagai pribadi berdiri sendiri-makhluk Tuhan Yang

Maha Esa. Unsur-unsur tersebut merupakan suatu kesatuan yang bersifat organis dan

harmonis. Setiap unsur memiliki fungsi masing-masing namun saling berhubungan.

Pancasila yang merupakan penjelmaan hakikat manusia ‘monopluralis’ yang

merupakan kesatuan kesatuan organis aka sila-sila tersebut memiliki kesatuan yang

bersifat organis.

11

Page 12: Makalah Filsafat Pancasila

2.2 Susunan Kesatuan Pancasila yang Bersifat Hierarkhis dan Berbentuk

Piramidal

Susunan Pancasila adalah hierarkis dan mempunyai bentuk piramidal. Bentuk

piramidal digunakan digunakan untuk menggambarkan hubungan hierarkhi sila-sila

dari Pancasila dalam urutan-urutan luas (kuantitas) dan juga dalam hal sifatnya

(kualitas). Dilihat dari intinya; urutan kelima sila menunjukkan suatu rangkaian

tingkat dalam luasnya dan isi sifatnya, merupakan pengkhususan dari sila-sila yang

dimukanya; sehingga setiap sila memiliki hubungan yang mengikat satu sama lain.

Dalam susunan hierarkhis dan piramidal ini, maka Ketuhanan yang Maha Esa

menjadi basis kemanusiaan, persatuan Indonesia, kerakyatan, dan keadilan sosial.

Ketuhanan yang Maha Esa adalah Ketuhanan yang berkemanusiaan, yang

membangun, memelihara, dan mengembangkan persatuan Indonesia, yang

berkerakyatan dan berkeadilan sosial, sehingga tiap-tiap sila didalamnya

mengandung sila-sila lainnya.

Rumusan Pancasila yang bersifat Hierarkhis dan Berbentuk Piramidal

1. Sila pertama. Ketuhanan yang Maha Esa adalah meliputi dan menjiwai sila-sila

kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang

dipimpin oleh khidmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan

keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2. Sila kedua. Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah diliputi dan dijiwai oleh

sila Ketuhanan yang Maha Esa dan meliputi dan menjiwai sila-sila persatuan

Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh khidmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/ perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

3. Sila ketiga. Persatuan Indonesia adalah diliputi dan dijiwai oleh sila Ketuhanan

yang Maha Esa dan meliputi dan menjiwai sila-sila kemanusiaan yang adil dan

beradab, kerakyatan yang dipimpin oleh khidmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/ perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

12

Page 13: Makalah Filsafat Pancasila

4. Sila keempat. Kerakyatan yang dipimpin oleh khidmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan adalah diliputi dan dijiwai oleh sila Ketuhanan

yang Maha Esa dan meliputi dan menjiwai sila-sila kemanusiaan yang adil dan

beradab, persatuan Indonesia, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

5. Sila Kelima. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah diliputi dan

dijiwai oleh sila Ketuhanan yang Maha Esa dan meliputi dan menjiwai sila-sila

kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang

dipimpin oleh khidmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.

Sehingga disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kesatuan sila-sila Pancasila

yang bersifat hierarkhis dan piramidal adalah: Tuhan ada karena diri-Nya sendiri,

Tuhan sebagai kausa prima (sebab utama), oleh karena itu segala sesuatu yang ada

termasuk manusia ada karena diciptakan Tuhan atau manusia ada sebagai akibat

adanya Tuhan (Sila 1). Adapun manusia merupakan salah satu unsur pokok negara;

karena negara merupakan salah satu organisasi kemanusiaan, persekutuan hidup

bersama yang anggotanya adalah manusia (Sila 2). Maka negara diakibatkan oleh

manusia-manusia yang bersatu (Sila 3), maka terbentuklah persekutuan hidup yang

disebut rakyat. Rakyat adalah totalitas individu-individu yang bersatu dalam

harmonis dan merupakan unsur pembentuk negara disamping wilayah dan

pemerintah yang berdaulat (Sila 4). Pada hakikatnya, kehidupan bernegara bertujuan

untuk memakmurkan dan menegakkan keadilan dalam kehidupan rakyatnya bersama

(Sila 5).

2.3 Hubungan Sila-sila Pancasila yang Saling Mengisi dan Saling Mengisi dan

Saling Mengkualifikasi

Sila-sila Pancasila sebagai kesatuan dapat diirumuskan pula dalam hubungannya

saling mengisi atau mengkualifikasi dalam rangka hubungan hierarkhis piramidal

tadi. Tiap-tiap sila seperti telah disebutkan di atas mengandung empat sila lainnya,

dikualifikasikan oleh empat sila lainnya. Untuk memperjelas, berikut adalah rumus

umum hierarkhis Pancasila:

13

Page 14: Makalah Filsafat Pancasila

1. Sila pertama. Ketuhanan yang Maha Esa adalah keTuhanan yang

berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia, yang

berkerakyatan yang dipimpin oleh khidmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan, dan yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia.

2. Sila kedua. Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kemanusian yang

berkeTuhanan yang Maha Esa, yang berpersatuan Indonesia, yang berkerakyatan

yang dipimpin oleh khidmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,

dan yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

3. Sila ketiga. Persatuan Indonesia adalah persatuan yang berkeTuhanan yang

Maha Esa, yang kemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan

Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh khidmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan, dan yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia.

4. Sila keempat. Kerakyatan yang dipimpin oleh khidmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan adalah kerakyatan yang berkeTuhanan yang Maha

Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia,

dan yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

5. Sila Kelima. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah keadilan yang

yang berke-Tuhan-an Yang Maha Esa, yang kemanusiaan yang adil dan beradab,

yang berpersatuan Indonesia, dan berkerakyatan yang dipimpin oleh khidmat

kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.

3. Kesatuan Sila-Sila Pancasila sebagai Suatu Sistem Filsafat

3.1 Dasar Antropologis Sifat-sifat Pancasila

Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya merupakan manusia yang memiliki

hakikat mutlak monopluralis, oleh karena itu hakikat dasar ini juga disebut sebagai

14

Page 15: Makalah Filsafat Pancasila

dasar antropologis. Subjek pendukung pokok sila-sila Pancasila adalah manusia, hal

ini dapat di jelaskan bahwa yang Berketuhanan yang Maha Esa, yang

berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan, yang berkerakyatan yang

dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawarata/ perwakilan serta yang

berkeadilan social pada hakikatnya adalah manusia.

Sehingga tepatlah jika dalam filsafat Pancasila bahwa hakikat dasar antropologis

sila-sila Pancasila adalah manusia.

3.2 Dasar Epistemologis Sifat-sifat Pancasila

Epistemologi merupakan cabang ilmu filsafat dalam hal dasar-dasar dan batas-batas

pengetahuan. Pancasila sebagai suatu ideologi bersumber pada nilai-nilai dasarnya

yaitu filsafat pancasila (Soeryanto, 1991 : 50). Sebagai suatu ideologi, maka

Pancasila memiliki tiga unsur pokok agar dapat menarik loyalitas dari

pendukungnya, yaitu:

1. Logos (rasionalitas atau penalarannya)

2. Pathos (penghayatannya)

3. Ethos (kesusilaannya)

Sebagai suatu sistem filsafat, Pancasila haruslah memiliki unsur rasional terutama

dalam kedudukannya sebagai sistem pengetahuan. Dasar epistemologis Pancasila

pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dengan dasar ontologisnya. Oleh karena itu

dasar epistemologis Pancasila tidak dapat dipisahkan degan konsep dasarnya tentang

hakikat manusia. Kalau manusia merupakan basis ontologis dari pancasila, maka

dengan demikian mempunyai implikasi terhadap bangunan epistemologi, yaitu

bangunan epistemologi yang ditempatkan dalam bangunan filsafat manusia

(Pranarka 1996 : 32).

Terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam epistemologi yaitu :

1. Tentang sumber pengetahuan manusia

15

Page 16: Makalah Filsafat Pancasila

2. Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia

3. Tentang watak pengetahuan manusia (Titus, 1984 : 20).

Pancasila sebagai suatu objek pengetahuan pada hakikatnya meliputi masalah sumber

pengetahuan Pancasila dan susunan pengetahuan Pancasila. Tentang sumber

pengetahuan Pancasila, sebagaimana dipahami bersama bahwa sumber pengetahuan

Pancasila adalah nilai-nilai yang ada pada bangsa Indonesia sendiri, bukan berasal

dari bangsa lain, dengan kata lain perkataan bahwa bangsa Indonesia adalah sebagai

kausa materials Pancasila. Sebagai suatu sistem pengetahuan maka Pancasila

memiliki susunan yang bersifat formal logis, baik dalam arti susunan sila-sila

pancasila maupun isi arti sila-sila pancasila. Susunan kesatuan sila-sila Pancasila

adalah bersifat hierarkis dan berbentuk pyramidal,dimana sila pertama pancasila

mendasari dan menjiwai keempat sila lainnya sera sila kedua didasari sila pertama

serta mendasari dan menjiwai sila-sila ketiga, keempat dan kelima, sila ketiga

didasari dan dijiwai sila pertama dan kedua serta mendasari dan menjiwai sila-sila

keempat dan kelima, sila keempat didasari dan dijiwai sila pertama, kedua dan ketiga

serta mendasari dan menjiwai sila kelima, adapun sila kelima didasari dan dijiwai

sila pertama, kedua, etiga, dan keempat. Demikianlah maka susunan sila-sila

Pancasila memiliki sistem logis baik yang menyangkut kualitas maupun

kuantitasnya. Dasar-dasar rasional logis Pancasila juga menyangkut isi arti sila-sila

pancasila. Susunan isi arti pancasila meliputi tiga hal, yaitu:

1. Isi arti Pancasila yang umum universal, yaitu hakikat sila-sila pancasila. Isi

arti sila-sila pancasila yang umum universal ini merupakan intisari atau esensi

pancasila shingga merupakan pangkal tolak derivasi baik dalam pelaksanaan

pada bidang-bidang kenegaraan dan tertib hukum Indonesia serta dalam

realisasi praksis dalam berbagai bidang kehidupan kongkrit.

2. Isi arti Pancasila yang kolektif, yaitu isi arti pancasila sebagai pedoman

kolektif negara dan bangsa Indonesia terutama dalam tertib hukum Indonesia.

3. Isi arti Pancasila yang bersifat khusus dan kongkrit, yaitu isi arti

Pancasila dalam realisasi praksis dalam berbagai kehidupan sehingga

16

Page 17: Makalah Filsafat Pancasila

memiliki sifat yang khusus kongkrit serta dinamis (lihat Notonagoro, 1975 :

36, 40).

Pancasila yaitu hakikat manusia monopluralis merupakan dasar pijak epistemologi

Pancasila. Menurut Pancasila bahwa hakikat manusia adalah monopluralis yaitu

hakikat manusia yang memiliki unsur-unsur pokok yaitu susunan kodrat yang terdiri

atas raga (jasmani) dan jiwa (rokhani). Tingkatan hakikat raga manusia adalah unsur-

unsur: fisis anorganis, vegetatif, animal. Adapun unsur jiwa (rokhani) manusia terdiri

atas unsur-unsur potensi jiwa manusia yaitu: akal, yaitu suatu potensi unsur kejiwaan

manusia dalam mendapatkan kebenaran pengetahuan manusia. Menurut Notonagoro

dalam skema potensi rokhaniah manusia terutama dalam kaitannya dengan

pengetahuan akal manusia merupakan sumber daya cipta manusia dan dalam

kaitannya dengan upaya untuk memperoleh pengetahuan yang benar terdapat tingkat-

tingkat pemikiran sebagai: memori, reseptif, kritis, dan kreatif. Adapun potensi atau

daya untuk meresapkan pengetahuan atau dengan lain perkataan transformasi

pengetahuan terdapat tingkatan sebagai berikut: demonstrasi, imajinasi, asosiasi,

analogi, refleksi, intuisi, inspirasi dan ilham (Notonegoro, tanpa tahun: 3).

Berdasarkan tingkatan tersebut diatas, maka Pancasila mengakui kebenaran rasio

yang bersumber pada akal manusia. Selain itu manusia juga memiliki indera yang

dalam proses reseptif indera digunakan untuk mendapatkan kebenaran pengetahuan

yang bersifat empiris. Maka Pancasila juga mengakui kebenaran empiris terutama

dalam kaitannya dengan pengetahuan positif. Potensi dalam diri manusia untuk

mendapatkan kebenaran terutama dalam kaitannya dengan pengetahuan merupakan

bukti pendukung bahwa Pancasila juga mengakui kebenaran pengetahuan manusia

yang berdasarkan pada intuisi.

Manusia pada hakikatnya kedudukan kodratnya adalah sebagai makhluk Tuhan yang

Maha Esa; maka sesuai dengan sila pertama Pancasila, epistemologi Pancasila juga

mengakui kebenaran wahyu yang bersifat mutlak hal ini sebagai tingkatan kebenaran

yang tertinggi. Kebenaran dalam pengetahuan manusia adalah merupakan suatu

sintesa yang harmonis antara potensi-potensi kejiwaan manusia yaitu akal, rasa dan

17

Page 18: Makalah Filsafat Pancasila

kehendak manusia untuk mendapatkan kebenaran yang tertinggi yaitu kebenaran

mutlak. Selain itu dalam sila ketiga yaitu persatuan Indonesia, sila keempat

kerakyatan yang dipimpin oleh khidmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

dalam sila kelima, maka epistemologi Pancasila juga mengakui kebenaran konsensus

terutama dalam kaitannya dengan hakikat sifat kodrat manusia sebagai makhluk

individu dan sosial. Sebagai suatu paham epistemologi maka Pancasila mendasarkan

pada pandangannya bahwa ilmu pengetahuan pada hakikatnya tidak bebas nilai

karena harus diletakkan pada kerangka moralitas kodrat manusia serta moralitas

relegius dalam upaya mendapatkan suatu tingkatan pengetahuan yang mutlak dalam

hidup manusia.

3.3 Dasar Aksiologis Sila-sila Pancasila

Sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat juga memiliki satu kesatuan dasar

aksiologisnya, sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila yang pada

hakikatnya juga merupakan suatu kesatuan.

Teori nilai. Sebagaimana dijelaskan Max Scheler mengemukakan bahwa nilai-nilai

yang ada, tidak sama luhurnya dan sama tingginya. Nilai-nilai itu secara senyatanya

ada yang lebih tinggi dan ada yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai-nilai

lainnya. Menurut tinggi rendahnya nilai dapat dikelompokkan menjadi empat

tingkatan sebagai berikut

1. Nilai-nilai kenikmatan

2. Nilai-nilai kehidupan

3. Nilai-nilai kejiwaan

4. Nilai-nilai kerokhanian

Menurut Walter G. Everet menggolongkan nilai-nilai manusiawi ke dalam delapan

kelompok, yaitu :

1. Nilai-nilai ekonomis

18

Page 19: Makalah Filsafat Pancasila

2. Nilai-nilai kejasmanian

3. Nilai-nilai hiburan

4. Nilai-nilai sosial

5. Nilai-nilai watak

6. Nilai-nilai estetis

7. Nilai-nilai intelektual

8. Nilai-nilai keagamaan

Notonagoro membagi nilai menjadi tiga, yaitu :

1. Nilai material

2. Nilai vital

3. Nilai kerokhanian

Masih banyak cara pengelompokan nilai, misalnya seperti yang dilakukan N. Recher,

yaitu pembagian berdasarkan pembawa nilai, hakikat keuntungan yang diperoleh dan

pula dengan pengelompokan nilai menjadi nilai instrinsik dan ekstrinsik, nilai

objektif dan nilai subyektif nilai postif dan nilai negatif, dan sebaginya.

Notonagoro berpendapat bahwa nilai-nilai Pancasila tergolong nilai-nilai

kerokhanian, tetapi nilai-nilai kerokhanian yang mengakui adanya nilai material dan

nilai vital. Dengan demikian nilai-nilai Pancasila tergolong nilai kerokhanian itu juga

mengandung nilai-nilai lain secara lengkap dan harmonis, baik nilai material, nilai

vital, nilai moral, maupun nilai kesucian yang sitematis-hierarkhis, yang dimulai dari

sila Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai dasar sampai dengan sila keadilan sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia sebagai tujuan.

Nilai-Nilai Pancasila sebagai Sistem

Isi arti sila-sila Pancasila pada hakikatnya dapat dibedakan atas hakikat Pancasila

yang umum universal yang merupakan subtansi sila-sila pancasila, sebagai pedoman

penyelenggaraan dan pelaksanaan negara yaitu sebagai dasar negara yang bersifat

umum kolektif serta realisasi pengalaman pancasila yang bersifat umum dan konkrit.

19

Page 20: Makalah Filsafat Pancasila

Subtansi Pancasila dengan kelima silanya yang terdapat pada ketuhanan,

kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan merupakan suatu sistem nilai.

Prinsip dasar mengandung cita-cita bangsa Indonesia yang akan diwujudkan menjadi

kenyataan yang konkrit dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Prinsip-

prinsip dasar itu telah menjelma dalam tertib sosial, tertib masyarakat dan tertib

kehidupan bangsa Indonesia yang dapat ditemukan dalam adat istiadat bangsa

indonesia dan keagamaannya.

Nilai-nilai yang terkandung dalam sila satu sampai dengan lima merupakan cita-cita

harapan dan dambaan bangsa Indonesia yang akan diwujudkan dalam kehidupan

masyarakat gemah ripah loh jinawi, tata tentrem karta raharja . Bangsa Indonesia

dalam hal ini sebagai pendukung , menghargai, mengakui, dan menerima pancasila

sebagai dasar-dasar nilai.

Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila itu mempunyai tingkatan hal kuantitas

maupun kualitas, namun nilai-nilai itu merupakan satu kesatuan saling berhubungan

serta saling melengkapi. Sila-sila pancasila itu pada hakikatnya merupakan suatu

kesatuan yang bulat dan utuh atau merupakan suatu kesatuan organik bertingkat dan

berbentuk piramidal. Nila-nilai itu berhubungan secara erat dan nilai-nilai yang satu

tidak dapat dipisahkan dari yang lainnya, sehingga nilai-nilai itu masing-masing

merupakan integral dari suatu sistem nilai sikap , tingkah laku bangsa Indonesia.

Dalam pengertian yang demikin ini pada hakikatnya pancasila merupakan suatu

sistem nilai dalam artian bahwa bagian-bagian atau sila-silanya saling berhubungan

secara erat dan membentuk struktur yang menyeluruh.

Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila termasuk nilai-nilai kerokhaniasn yang

tertinggi karena sifatnya yang mutlak. Berikutnya sila kemanusiaan, adalah sebagai

pengkhususnya karena manusia adalah makhluk Tuhan. Ketiga sila lainnya yaitu sila

persatuan, sila kerakyatan dan sila keadilan bersifat kenegaraan karena berhubungan

dengan itu. Suatu hal yang perlu diperhatikan yaitu meskipun nilai-nilai yang

terkandung dalam pancasila berbeda-beda dan tingkatan yang berbeda-beda pula

namun keseluruhan nilai tersebut merupakan suatu kesatuan dan tidak bertentangan.

20

Page 21: Makalah Filsafat Pancasila

4. Pancasila sebagai Nilai Dasar Fundamental bagi Bangsa dan NKRI

4.1 Dasar Filosofis

Pancasila sebagai filsafat negara serta sebagai filsafat hidup bangsa pada hakikatnya

merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat sistematis, fundamental, dan menyeluruh.

Dasar pemikiran filososfis yang terkandung dalam setiap sila dijelaskan sebagai

berikut. Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara Republik Indonesia,

mengandung makna bahwa dalam setiap aspek kehidupan kebangsaan,

kemasyarakatan, dan kebangsaan harus berdasarkan nilai-nilai ketuhanan,

kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Pemikiran filsafat kenegaraan

bertolak dari suatu pandangan bahwa negara merupakan suatu persekutuan hidup

manusia atau organisasi kemasyarakatan yang merupakan masyarakat hukum (legal

society).

Selain itu secara kausalitas bahwa nilai-nilai Pancasila adalah bersifat objektif dan

subjektif. Artinya esensi nilai-nilai Pancasila adalah universal yaitu keutuhan,

kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Sehingga ada kemungkinan dapat

diterrapkan pada negara lain walaupun barangkali namanya bukan Pancasila. Artinya

jika suatu negara menggunakan prinsip filosofi bahwa negara berdasar atas

ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan, maka negaara tersebut

pada hakikatnya menggunakan dasar filsafat dari sila-sila Pancasila.

Nilai-nilai Pancasila yang bersifat objektif dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Rumusan dari sila-sila Pancasila itu sendiri sebenarnya hakikat maknanya

menunjukkan adanya sifat-sifat yang umum, universal, dan abstrak karena

merupakan suatu nilai.

2) Inti dari nilai-nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan

bangsa Indonesia baik dalam adat kebiasaan, kenegaraan, maupun

keagamaan.

21

Page 22: Makalah Filsafat Pancasila

3) Pancasila yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945, menurut ilmu

hukum memenuhi syarat sebagai pokok fundamental negara, sehingga

merupakan suatu sumber hukum positif di Indonesia. Oleh karena itu dalam

hierarki suatu tertib hukum Indonesia berkedudukan sebagai tertib hukum

yang tertinggi. Maka secara objektif tidak dapat diubah secara hukum

sehingga terlekat pada kelangsungan hidup negara. Sebagai konsekuensinya,

jikalau nilai-nilai Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945

itu diubah maka sama halnya dengan pembubaran negara proklamasi 1945,

hal ini sebagaimana terkandung dalam Tap MPRS No XX/MPRS/1966.

Sebaliknya , nilai-nilai subjektif Pancasila dapat diartikan bahwa keberadaan

nilai-nilai Pancasila itu bergantung pada bangsa Indonesia sendiri. Pengertiannya

dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Nilai-nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia sehingga bangsa Indonesia

sebagai kausa materialis. Nilai-nilai tersebut sebagai hasil pemikiran,

penilaian kritis, serta hasil refleksi filosofis bangsa Indonesia.

2) Nilai-nilai Pancasila merupakan filsafat (pandangan hidup) bangsa Indonesia

sehingga merupakan jati diri bangsa, yang diyakini sebagai sumber nilai atas

kebenaran, kebaikan, keadilan, dan kebijaksanaan dalam hidup

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

3) Nilai-nilai Pancasila di dalamnya terkandung ketujuh nilai-nilai kerokhanian

yaitu nilai kebenaran, keadilan, kebaikan, kebijaksanaan, etis estetis, dan nilai

religius yang manifestasinya sesuai dengan hati nurani bangsa Indonesia

karena bersumber pada kepribadian bangsa.

4.2 Nilai-nilai Pancasila sebagai Nilai Fundamental Negara

Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia pada hakikatnya

merupakan suatu sumber dari segala sumber hukum dalam negara Indonesia. Nilai-

nilai Pancasila terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 secara yuridis memiliki

kedudukan sebagai Pokok Kaidah negara yang Fundamental. Adapun Pembukaan

UUD 1945 mengandung empat pokok pikiran yang jika dianalisis makna yang

22

Page 23: Makalah Filsafat Pancasila

terkandung di dalamnya merupakan penjabaran dari nilai-nilai Pancasila. Berikut

adalah penjabarannya:

1) Pokok pikiran pertama menyatakan bahwa negara Indonesia adalah negara

persatuan, yaitu negara yang melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah

darah Indonesia, mengatasi segala paham golongan maupun perseorangan.

Hal ini merupakan penjabaran sila ketiga.

2) Pokok pikiran kedua menyatakan bahwa negara hendak mewujudkan suatu

keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam hal ini negara

berkewajiban mewujudkan kesejahteraan umum bagi seluruh warga negara,

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia

berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan social. Pokok pikiran ini

merupakan penjabaran dari sila kelima.

3) Pokok pikiran ketiga menyatakan bahwa negara berkedaulatan rakyat.

Berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan. Hal ini

menunjukkan bahwa negara Indonesia adalah negara demokrasi yaitu

kedaulatan di tangan rakyat. Hal ini sebagai penjabaran sila keempat.

4) Pokok pikiran keempat menyatakan bahwa negara berdasarkan atas

ketuhanan yang maha esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

Ketuhanan yang maha esa serta kemanusiaan yang adil dan beradab ini,

merupakn sumber moral dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini

mengandung arti bahwa negara Indonesia menjunjung tinggi keberadaban

semua agama dalam pergaulan hidup negara. Hal ini merupakan penjabaran

sila pertama dan kedua.

5. Inti Isi Sila-Sila Pancasila

Sebagai suatu sistem filsafat, Pancasila tentunya merupakan sistem nilai. Sila-sila

dalam Pancasila memiliki arti yang berbeda akan tetapi mereka semua merupakan

suatu kesatuan yang sistematis. Adapun penjabaran berikut akan menjelaskan

23

Page 24: Makalah Filsafat Pancasila

mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam setia sila, dimana tiap sila tersebut tidak

akan terlepas kaitannya dengan sila lainnya.

1. Sila Ketuhanan yang Maha Esa (nilai ke-Tuhanan).

Sila Ketuhanan yang Maha Esa memiliki nilai yang menjiwai dan mendasari

keempat sila lainnya. Dalam sila ini terkandung nilai bahwa suatu negara

tidak akan dapat berdiri tanpa kuasa Tuhan yang Maha Esa, sehingga setiap

kegiatan yang terjadi di dalam negara haruslah dijiwai oleh nilai-nilai

Ketuhan yang Maha Esa.

Nilai Ketuhanan itu sendiri memiliki arti bahwa bangsa Indonesia bukanlah

bangsa yang atheis melainkan percaya adanya Tuhan atau religius. Nilai ke-

Tuhanan juga diartikan kemerdekaan untuk memeluk agama yang tidak

dipaksakan dan tidak diskriminatif antar umat. Sehingga sila Ketuhanan yang

Maha Esa bukanlah untuk menetapkan bahwa negara Indonesia merupakan

negara agama melainkan negara yang beragama.

2. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab (nilai keamanusiaan)

Secara sistematis sila kemanusiaan yang adil dan beradab didasar dan dijiwai

oleh sila Ketuhanan yang Maha Esa; lagi menjiwai dan mendasari ketiga sila

berikutnya. Nilai kemanusiaan berdasar pada filosofis antropologis bahwa

hakikat manusia adalah susunan kodrat rokhani (jiwa) dan raga; juga manusia

sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk ciptaan Tuhan yang

Maha Esa.

Nilai kemanusiaan mengandung arti bahwa kesadaran sikap dan perilaku

setiap bangsa Indonesia harus sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup

bersama atas tuntutan hati nurani. Manusia perlu diperlakukan sesuai dengan

harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan yang sama derajatnya, sama

kewajiban dan hak asasinya.

3. Sila Persatuan Indonesia (nilai persatuan)

24

Page 25: Makalah Filsafat Pancasila

Sila persatuan Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila satu dan dua serta

mendasari dan menjiwai kedua sila berikutnya. Dalam sila ini terkandung

nilai bahwa negara adalah penjelmaan sifat kodrat manusia yang monodualis

yaitu sebagai mahluk individu dan juga sebagai makhluk sosial. Negara

merupakan persekutuan dari sejumlah manusia-manusia yang hidup bersama

terlepas dari adanya perbedaan-perbedaan seperti ras, suku, agama, dan

lainnya. Oleh karenanya, perbedaan merupakan ciri khas kodrat suatu negara.

Konsekuensinya, negara adalah rakyat yang beraneka ragam namum satu

(Bhinneka Tunggal Ika). Perbedaan ada bukan untuk memunculkan maupun

meruncingkan konflik, melainkan untuk suatu persatuan yang beragam.

Nilai persatuan pada sila ini dapat bermakna usaha keras bersatu dalam

kebulatan rakyat untuk membina rasa nasionalisme NKRI, serta mengakui

dan menghargai keanekaragaman yang dimiliki bangsa Indonesia tanpa

mempersoalkannya sebab pada hakikatnya semua manusia merupakan

makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang harus diperlakukan sesuai

dengan kodratnya.

4. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Khidmat, Kebijaksanaan, dalam

Permusyawaratan/Perwakilan (nilai kerakyatan)

Nilai yang terkandung dalam sila ke-4 didasari dan dijiwai oleh keempat sila

sebelumnya dan sila ke-4 mendasari serta menjiwai sila keadilan sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia. Hakikat rakyat merupakan sekelompok manusia

yang ciptaan Tuhan yang hidup bersama untuk mencapai suatu tujuan utama

bersama, Rakyat merupakan subjek pendukung pokok negara. Negara adalah

dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat, sehingga asal muasal kekuatan negara

adalah dari rakyat.

Nilai nyata yang terkandung dalam sila ke-4 adalah makna sebuah

pemerintahan yang demokratis; yaitu dari rakyat, oleh rakyat dan untuk

rakyat; dengan cara musyawarah mufakat oleh wakil wakil rakyat. Berdasar

nilai ini maka diakuilah paham demokrasi. Nilai ini sangat penting untuk

25

Page 26: Makalah Filsafat Pancasila

dikonkritisasi dalam kehidupan bersama, yaitu kehidupan kenegaraan baik

menyangkut aspek moralitas, kenegaraan, aspek politik, maupun aspek

hukum dan perundang-undangan.

5. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia (nilai keadilan)

Mengandung makna sebagai dasar sekaligus tujuan rakyat Indonesia bersama,

yakni tercapainya kehidupan masyarakat yang adil dan makmur (sejahtera).

Hal ini secara eksplisit dituangkan dalam pembukaan UUD 1945, “… negara

melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah negara, memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, …”.

Konsekuensi nilai-nilai keadilan yang harus terwujud daam hidup bersama

adalah meliputi:

a) Keadilan distributif

Adalah keadilan yang harus dilaksanakan oleh negara dalam

mensejahterahkan rakyatnya. Hal tersebut bisa dilakukan dalam

bentuk subsidi, bantuan serta kesempatan dalam hidup bersama

yang didasarkan hak dan kewajiban.

b) Keadilan legal (keadilan bertaat)

Adalah keadilan yang harus dilaksanakan oleh warga negara

terhadap negaranya. Hal ini mengandung arti bahwa setiap warga

negara haruslah mematuhi setiap peraturan dan tata tertib yang

berlaku di negaranya, juga harus melaksanakan kewajibannya

dengan ikhlas dan baik.

c) Keadilan komutatif

Adalah keadilan yang harus dilaksanakan oleh warga satu dengan

lainnya secara timbal balik.

Demikian pula nilai tersebut menjadi dasar dalam pergaulan antar negara sesama

bangsa di dunia dan prinsip untuk menciptakan kehidupan yang tertib dalam

pergaulan bangsa di dunia dengan berdasarkan pada prinsip kemerdekaan bagi setiap

bangsa, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

26

Page 27: Makalah Filsafat Pancasila

Nilai-nilai dasar tersebut sifatnya abstrak dan normatif sehingga belum bisa

dioperasionalkan, sehingga perlu dijabarkan ke dalam nilai instrumental. Artinya,

dengan bersumber terhadap kelima nilai diatas nilai instrumental dapat dijabarkan ke

dalam berbagai peraturan perundangan.

27

Page 28: Makalah Filsafat Pancasila

BAB III

URAIAN

1. Simpulan

Pancasila sebagai filsafat Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan hasil

pemikiran dari para pendiri bangsa kita (the founding fathers). Nilai-nilai yang

menyusun Pancasila merupakan nilai-nilai yang telah mengurat nadi pada kehidupan

sehari-hari bangsa Indonesia dari sejak zaman kerajaan Hindu-Buddha; sehingga

nilai-nilai Pancasila merupakan nilai-nilai luhur kebudayaan bangsa, bukanlah

sebuah nilai yang dicetuskan begitu saja. Konsekuensinya, Pancasila merupakan

sebuah nilai pengetahuan yang berdasarkan dari akal dan intuisi manusia yang

bersifat empiris serta dianggap sebagai sebuah landasan hidup yang terbaik dan

sesuai untuk bangsa Indonesia.

Sebagai suatu kesatuan sistem filsafat, sila-sila dalam Pancasila merupakan sila yang

memiliki makna dan arti sendiri, namun seluruh sila pada hakikatnya merupakan

suatu kesatuan yang saling mempengaruhi dan melandasi serta menjiwai sila lainnya.

Andai sila-sila tersebut tidak ada kaitannya, maka makna setiap sila dapat bersifat

multitafsir sehinga sebenarnya sama saja dengan tidak ada Pancasila.

Hubungan tiap sila dalam Pancasila merupakan hubungan yang bersifat hierarkhis

dan piramidal. Sila Ketuhanan yang Maha Esa merupakan kausa prima dari seluruh

sila lainnya, sila pertama merupakan dasar yang menjiwai seluruh sila lainnya.

Sebagai ciptaan makhluk Tuhan yang Maha Esa, manusia hendaknya menjunjung

tinggi nilai-nilai kemanusiaan dalam kehidupannya; saling menghormati hak asasi

antar warga dan senantiasa melaksanakan kewajiban dan haknya dengan benar

sebagai warga negara. Negara memiliki rakyat yang menjadi subjek penyokong

utama, dimana rakyat merupakan persatuan dari manusia-manusia yang menempati

suatu wilayah bersama serta memiliki tujuan utama yang hendak dicapai bersama.

Persatuan individu-individu yang menciptakan negara pada hakikatnya merupakan

persatuan dari individu-individu yang beraneka ragam, perbedaan merupakan ciri

28

Page 29: Makalah Filsafat Pancasila

khas rakyat. Perbedaan yang ada diharapkan tidak menjadi alasan untuk sebuah

perpecahan ataupun meruncingkan konflik, melainkan untuk meningkatkan rasa

toleransi dan menerima keberagaman antar individu untuk mewujudkan cita-cita

luhur bersama. Pemerintahan mendapatkan kekuasaannya dari rakyat; oleh

karenanya sistem pemerintahan yang baik seharusnya merupakan sistem

pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat; hal ini dikenal

sebagai paham demokrasi. Dengan diamalkannya seluruh nilai-nilai sebelumnya,

maka tujuan akhir dapat dicapai dengan mudah, yaitu kesejahteraan rakyat. Tujuan

dari mendirikan suatu negara adalah untuk mencapai suatu keadilan dan

kemakmuran bersama-sama, sehingga seluruh rakyat dapat hidup dalam

kesejahteraan yang adil, makmur, serta harmonis.

2. Saran

Sebagai filsafat negara, Pancasila seharusnya diamalkan dalam setiap kehidupan

kenegaraan Indonesia karena nilai Pancasila merupakan nilai budaya luhur yang

paling sesuai untuk mencapai tujuan kemakmuran bangsa bersama. Masuknya nilai-

nilai baru di kehidupan masyarakat dalam kehidupan modern ini telah mengaburkan

nilai-nilai Pancasila di kehidupan sehari-hari. Hendaknya nilai-nilai ini dipertegas

kembali dan dilestarikan sebagaimana mestinya yang dikehendaki oleh para leluhur

kita. Hal tersebut dimaksudkan agar tujuan dan cita-cita negara yang tertuang dalam

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bukanlah sebuah tulisan hitam diatas putih

belaka, melainkan suatu kenyataan yang dapat diwujudkan bersama-sama oleh

bangsa Indonesia.

29

Page 30: Makalah Filsafat Pancasila

DAFTAR PUSTAKA

Kaelan. 2014. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.

Kaelan dan Zubaidi. 2014. Pendidikan Kewiraan untuk Perguruan Tinggi.

Yogyakarta: Paradigma.

Winarno. 2012. Pendidikann Pancasila di Perguruan Tinggi. Surakarta: Yuma

Pustaka

Admin. 2015. Pengertian dan Karakteristik Filsafat. 11 Oktober 2015.

http://www.pengertianpakar.com/2015/03/pengertian-dan-karakteristik-

filsafat.html#_

Kurniawati, Wiwit. 2013. Filsafat Pancasila. 11 Oktober 2015.

http://thesourthborneo22.blogspot.co.id/2013/01/filsafat-pancasila.html

30