makalah farmasi pseudoefedrin edit2.doc
TRANSCRIPT
1
Bab I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Rhinofaringitis (rhinitis dan faringitis) merupakan penyakit infeksi
saluran pernapasan atas (ISPA). ISPA atas jarang menimbulkan kematian
walupun insidennya jauh lebih tinggi dari infeksi saluran pernapasan bawah.
Berdasarkan hasil riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007,
menunjukkan; prevalensi nasional ISPA: 25,5% (16 prevalensi di atas angka
nasional), angka kesakitan (morbiditas) pneumonia bayi: 2,2 %, balita: 3%,
angka kematian (mortalitas) pada bayi 23,8% dan pada balita 15,5% (1).
Rhinitis adalah timbulnya keradangan pada mukosa hidung. Sedangkan
rhinitis akut ditandai dengan penyempitan lubang hidung, sekret hidung (cair
hingga kental, tampak jernih atau keruh) batuk, lemah, lesu, nyeri tenggorokan.
Rhinitis akut adalah penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya, terapi
yang dibutuhkan hanya suportif (istirahat, banyak minum air, obat-obatan
simptomatis seperti ibuprofen, acetaminophen, dekongestan, mukolitik, dan
spray hidung) (2).
Faringitis adalah rasa tidak nyaman, nyeri, atau gatal pada tenggorokan.
Mayoritas disebabkan oleh infeksi virus. Gejala yang paling menonjol adalah
gatal pada tenggorokan. Pemberian antibiotika tidak disarankan pada faringitis
karena mayoritas disebabkan oleh virus. Pemakaian antibiotika yang tidak perlu
justru dapat menimbulkan resistensi. (3)
Pseudoefedrin merupakan dekongestan yang digunakan untuk
meringankan bersin-bersin dan hidung tersumbat karena pilek (4). Pseudoefedrin
atau efedrin merupakan golongan simpatomimetik yang bekerja secara langsung
dan tidak langsung. Secara langsung yaitu efedrin bekerja pada reseptor 1, 1,
dan 2. -agonis banyak digunakan sebagai dekongestan nasal. Efek
vasokonstriksi dalam mukosa hidung melalui reseptor 1 sehingga mengurangi
volume mukosa dan dengan demikian mengurangi penyumbatan hidung (5).
2
Berdasarkan pemikiran diatas, perlu adanya kajian tentang penggunaan
pseudoefedrin pada pasien rhinofaringitis.
1.2. Rumusan masalah
Bagaimana penggunaan pseudoefedrin pada pasien rhinofaringitis?
1.3. Tujuan
Menjelaskan penggunaan pseudoefedrin pada pasien rhinofaringitis
1.4. Manfaat
1.4.1. Manfaat teoritis
Memberikan informasi ilmiah mengenai penggunaan
pseudoefedrin pada pasien rhinofaringitis sehingga dapat bermanfaat
bagi penelitian dan pengembangan di masa mendatang.
1.4.2. Manfaat praktis
Memberikan suatu bentuk terapi yang rasional dalam
pengobatan rhinofaringitis.
3
Bab II
FARMASI – FARMAKOLOGI
2.1 Sifat Fisiko – Kimia dan Rumus Kimia
Pseudoefedrin merupakan salah satu dari enamtiomer efedrin yang
potensinya lebih rendah. Efedrin adalah alkaloid yang terdapat pada tumbuhan
efedra atau ma huang yang telah digunakan di Cina selama 2000 tahun. Efek
farmakodinamik efedrin menyerupai efek epinefrin. Namun efedrin bukan
merupakan katekolamin dan efektif pemberian secara oral, masa kerjanya jauh
lebih panjang, dan efek sentralnya lebih kuat (5).
Gambar 1. Rumus Kimia Pseudoefedrin
http://www.sigmaaldrich.com
2.2 Farmasi Umum
Dosis Pseudoefedrin dapat dilihat dalam tabel berikut. Penggunaan
adalah secara oral dapat melalui obat tetes, solutio, maupun bentuk sediaan
padat.
Tabel I. DosisPseudoefedrin
Beratbadan 9-13 13-18 18-27 27-36 36-70 70+ kg
Infant Drops 7.5 mg./0.8 ml 0.8 1.2 1.6 -- -- -- ml
Liquid 15mg/5ml (cth) ½ ¾ 1 1½ 2 -- sdt
Tablet kunyah 15 mg. -- -- 1 1½ 2 4 tablet
Tablet 30 mg. -- -- -- -- 1 2 tablet
Tablet 60 mg. -- -- -- -- -- 1 tablet
http://www.ohsu.edu/pseudoephedrine-dosage-table.cfm (11)
4
2.3 Farmakologi umum
Farmakologi umum Pseudoefedrin meliputi khasiat, indikasi,
kontraindikasi, dan efek samping disajikan dalam tabel berikut:
Tabel II. Khasiat, Indikasi, Kontraindikasi, dan Efek Samping
Pseudoefedrin. (4)
Khasiat Indikasi Kontra indikasi Efek samping
Dekongestan Digunakan untuk meringankan bersin-bersin dan hidung tersumbat karena pilek.
Tidak boleh diberikan pada penderita yang peka terhadap obat simpatomimetik lain (misal ephedrine, phenylpropanolamine, phenylephrine), penderita tekanan darah tinggi berat, dan yang mendapat terapi obat anti depresan tipe penghambat Monoamin Oksidase (MAO).
Insomnia, sakit kepala, palpitasi, eksitasi, tremor, aritmia, takikardia dan sulit buang air seni.
2.4 Farmakodinamik
Pseudoefedrin atau efedrin merupakan golongan simpatomimetik yang
bekerja secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung yaitu efedrin
bekerja pada reseptor 1, 1, dan 2. Tidak langsung melalui pelepasan
Norephinephrine endogen. Karena dapat masuk ke sistem saraf pusat, efedrin
merupakan stimulus ringan. Efek sentral efedrin menyerupai amfetamin, namun
lebih lemah (5).
Efek kardiovaskular efedrin menyerupai efek epinefrin tetapi
berlangsung kira-kira 10 kali lebih lama. Tekanan sistolik meningkat, dan
biasanya juga tekanan diastolik, serta tekanan nadi membesar. Peningkatan
tekanan ini sebagian disebabkan oleh vasokontriksi, tetapi terutama oleh
5
stimulasi jantung yang meningkatkan kekuatan kontraksi jantung dan curah
jantung. -agonis banyak digunakan sebagai dekongestan nasal. Efek
vasokonstriksi dalam mukosa hidung melalui reseptor 1 sehingga mengurangi
volume mukosa dan dengan demikian mengurangi penyumbatan hidung (5).
Kemampuannya untuk mengaktifkan reseptor menyebabkan awalnya
efedrin digunakan dalam pengobatan asma (6). Bronkorelaksasi oleh efedrin
lebih lemah namun berlangsung lebih lama daripada epinefrin. Penetesan larutan
efedrin pada mata menimbulkan midriasis. Reflek cahaya, daya akomodasi, dan
tekanan intraokuler tidak berubah (5).
2.5 Farmakokinetik
Pseudoephedrine merupakan obat simpatomimetik yang diberikan per
oral. Pseudoephedrine dapatdiabsorbsi melalui traktus gastrointestinal.
Pada manuasia protein pengikat untuk pseudoefedrin tidak diketahui.
Pseudoefedrin secara luas terdistribusi pada daerah ekstravaskular (volume
distribusi berkisar 2.6 - 3.5 L/kg).
Ekskresi sebagian besar melalui urin serta sebagian kecil yaitu kurang
dari 1% diekskresi melalui metabolit hepar. Waktu paruh berkisar antara 4-6 jam
dipengaruhi pH urin; Urin yang asam berkolerasi dengan meningkatnya
eliminasi dan menurunknya waktu paruh. Eliminasi menurun pada urin dengan
pH kurang dari 6 dan meningkat pada urin dengan pH lebih dari 8. Sebagian
kecil pseudoefedrin terdistribusi dalam ASI (7).
2.6 Toksisitas
Dekongestan nasal yang efektif pada pemberian oral seperti
pseudoefedrin, selain menimbulkan konstriksi pembuluh darah mukosa hidung,
juga menimbulkan konstriksi pembuluh darah lain sehingga dapat meningkatkan
tekanan darah, dan mungkin juga menimbulkan stimulasi jantung (5).
Obat simpatomimetik yang bekerja sentral dapat mengakibatkan
stimulasi sentral disertai kelelahan fisik dan depresi mental. Gejala
kardiovaskular berupa nyeri kepala, rasa dingin, palpitasi, aritmia jantung,
serangan angina, hipertensi atai hipotensi dan kolaps kardiovaskular. Insomnia
6
dapat terjadi pada pengobatan kronik, dapat diatasi dengan pemberian sedatif
(5).
2.7 Penelitian pendahulu
Penelitian randomized, placebo-controled trials oleh Eccles dkk
menunjukkan bahwa pseudoefedrin adalah pengobatan yang aman dan efektif
untuk hidung tersumbat yang terkait upper respiratory tract infection. Dua ratus
tiga puluh delapan pasien dengan hidung tersumbat terkait dengan upper
respiratory tract infection, usia rata-rata 20 tahun, direkrut untuk penelitian dan
menerima pengobatan. Hasil dari studi pada hari ke-1 menunjukkan baik secara
obyektif dan subjektif menujukkan bahwa dosis tunggal 60 mg pseudoephedrine
lebih unggul untuk pengobatan hidung tersumbat dibandingkan plasebo (p =
0,006). Dengan dosis multipel pada hari ke-3 mendukung efektivitas
pseudoefedrin sebagai dekongestan. Pada hari ke-3, perbedaan skor subjektif
tidak berbeda nyata. Penurunan rata-rata dari baseline skor gejala hidung
mampet selama masa penelitian lebih besar pada kelompok pseudoefedrin
dibandingkan dengan kelompok plasebo (p = 0,016). Rata-rata, terjadi
peningkatan denyut jantung adalah antara dua dan empat denyut per menit yang
lebih besar pada kelompok pseudoefedrin dibandingkan dengan plasebo (8).
Studi Meta-Analysis oleh Salerno dkk mendapatkan hasil bahwa
pseudoefedrin memiliki efek peningkatan rendah dari tekanan darah sistolik dan
denyut jantung. Efek ini meningkat secara nyata pada penggunaan formula
immediate-release, dosis tinggi, dan pengobatan jangka pendek. Pasien yang
stabil, hipertensi terkontrol tidak berisiko tinggi untuk terjadi peningkatan darah
dibandingkan pasien lain ketika diberi pseudoefedrin bersama dengan obat
antihipertensi mereka. Tidak ditemukan efek samping yang mengancam nyawa
dari peningkatan tekanan darah. Didapatkan peningkatan tekanan darah lebih
besar dari 140/90 mm Hg pada 3% daripasien yang diteliti. Oleh karena itu, rasio
risiko-manfaat harus dievaluasi secara hati-hati sebelum menggunakan agen
simpatomimetik pada pasien individu yang paling berisiko untuk terjadi
peningkatan TD. Pasien dengan penyakit jantung harus diinstruksikan secara
hati-hati memulai terapi dan tekanan darah harus dipantau ketat (9).
7
2.8 Rhinofaringitis
Rhinitis adalah timbulnya keradangan pada mukosa hidung. Sedangkan
rhinitis akut ditandai dengan penyempitan lubang hidung, sekret hidung (cair
hingga kental, tampak jernih atau keruh) batuk, lemah, lesu, nyeri tenggorokan.
Orang dewasa dapat mengalami rhinitis 3 kali dalam setahun, sedangkan pada
anak-anak hingga 4-6 kali atau lebih per tahun. Yang termasuk gejala awal
diantaranya adalah peneympitan lubang hidung dan sekret hidung, sering disertai
dengan gatal atau nyeri tenggorokan. Beberapa virus, termasuk rhinovirus,
parainfluenza, influenza, adenovirus dan lain-lainnya dapat menyebabkan
penyakit ini. Rhinitis akut adalah penyakit yang dapat sembuh dengan
sendirinya, terapi yang dibutuhkan hanya suportif (istirahat, banyak minum air,
obat-obatan simptomatis seperti ibuprofen, acetaminophen, dekongestan,
mukolitik, dan spray hidung). Hanya dalam presentasi yang sangat kecil (sekitar
2-5%), rhinitis akut dapat menyebabkan rhinosinusitis bakterial akut. (2)
Faringitis adalah rasa tidak nyaman, nyeri, atau gatal pada tenggorokan.
Sering menyebabkan nyeri telan. Faringitis disebabkan oleh keradangan pada
daerah faring, yaitu di tenggorokan bagian belakang antara tonsi dan laring.
Mayoritas disebabkan oleh infeksi virus. Gejala yang paling menonjol adalah
gatal pada tenggorokan. Gejala lain yang dapat timbul yaitu demam, nyeri
kepala, nyeri otot, nyeri sendi, pembesaran kelenjar getah bening di leher.
Pemberian antibiotika tidak disarankan pada faringitis karena mayoritas
disebabkan oleh virus. Pemakaian antibiotika yang tidak perlu justru dapat
menimbulkan resistensi. Obat-obatan simptomatis dapat digunakan seperti
parasetamol untuk anti nyeri. (3)
8
TINJAUAN KASUS
Identitas
Nama : An. Q
Umur : 14 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Undaan Wetan
Berat Badan : 9 kilogram
Anamnesis (Heteroanamnesis)
Keluhan Utama : Panas
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien panas sejak 3 hari yang lalu. Panas tidak tinggi. Awalnya pasien banyak
minum es, kemudian pilek lalu panas dan batuk. Pilek berwarna jernih dan
encer. Batuk berdahak jernih, tidak sesak. Pasien masih bisa tidur saat malam
hari. Tidak rewel hanya tampak lemas.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien sebelumnya pernah batuk pilek panas yang sembuh dengan obat
Riwayat Penyakit Keluarga :
Alergi dan asma disangkal
Riwayat Sosial :
Tidak ada keluarga maupun tetangga yang sakit serupa
Pemeriksaan Fisik
Vital Sign : - nadi 100x/menit
- RR 24x/menit
- Temperatur 39 0 C
Kepala Leher : anemis (-) ikterik (-) sianosis (-) dyspneu (-)
9
Tampak cairan jernih keluar dari kedua lubang hidung,
faring hiperemi (+), pembesaran tonsil (-)
Thorax : simetris (+) retraksi (-)
Cor : S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : vesikuler +/+, ronchi -/-, wheezing -/-
Abdomen : bising usus (+) normal, hepar/lien tak teraba
Ekstrimitas : hangat kering merah, edema -/-
Assesment : Rhinofaringitis Akut
Terapi : nebul ventolin 0.9cc+ normal saline 2.1cc
R/ Syr. Amoxan 125 mg/5 ml fl No. I
S 3 dd cth 1
R/ Ambroxol 4,5 mg
Salbutamol 0,5 mg
Pseudoefedrin 4,5 mg
m.f.pulv dtd No.XV
S 3 dd pulv 1
10
DISKUSI
Pemilihan terapi obat yang rasional harus memenuhi 5 tepat: tepat obat,
tepat dosis, tepat bentuk sediaan obat, tepat cara pemberian, dan tepat waktu
pemberian obat.
Berikut akan dibahas mengenai rasionalitas penggunaan Pseudoefedrin
pada pasien anak Q sesuai tinjauan kasus sebelumnya.
1. Tepat Obat
Rhinofaringitis merupakan suatu kumpulan gejala yang disebabkan
peradangan mukosa hidung dan faring. Salah satu gejala dari rhinofaringitis
adalah hidung tersumbat. Obat – obat Dekongestan menyebabkan
venokonstriksi dalam mukosa hidung melalui reseptor 1 sehingga
mengurangi volume mukosa dan dengan demikian mengurangi penyumbatan
hidung. (5)
Pseudoefedrin dipilih sebagai terapi karena obat ini kurang kuat dalam
menimbulkan takikardia, peningkatan tekanan darah, dan stimulasi SSP
dibanding Efedrin(5). Sehingga pemilihan Pseudoefedrin pada kasus ini adalah
tepat.
2. Tepat Dosis
Dosis Pseudoefedrin untuk anak apabila mengacu pada buku Drug
Doses karya Frank shann, adalah 1mg/kgBB/hr dibagi dalam 3-4 kali
sehari(12). Menurut OHSU dosis pseudoefedrin pada anak dengan berat badan
9-13kg adalah 7.5mg(11). Pada kasus di atas, pasien dengan berat badan 9kg
diberikan pseudoefedrin 4.5mg tiap kali pemberian sebanyak 3 kali sehari.
Artinya, dalam sehari pasien mendapat pseudoefedrin sebanyak 13.5mg.
apabila dikembalikan pada kisaran dosis diatas, pasien ini diresepkan
pseudoefedrin sebanyak 1.5mg/kgBB/hr. Bila dikembalikan pada dua sumber
dosis anak di atas, dosis yang diresepkan pada pasien terlalu tinggi.
11
Mungkin alasan dokter memberikan dosis yang lebih tinggi pada
pasien tersebut adalah untuk mendapatkan efek bronkodilator dari
Pseudoefedrin. Namun, pasien juga mendapat Salbutamol pada resep puyernya.
Berdasarkan pertimbangan di atas, pemberian dosis pada kasus ini kurang
tepat.
3. Tepat Bentuk Sediaan Obat (BSO)
Dekongestan nasal dapat diberikan peroral atau secara topikal. Pada
pemberian peroral dengan pertimbangan bahwa pasien adalah anak – anak,
dapat dipilih dua macam bentuk sediaan yaitu berupa bentuk sediaan cair yaitu
solusio (syrup) atau bentuk sediaan padat yaitu pulveres (puyer). Sesuai kasus
di atas, pasien diberikan obat dalam bentuk sediaan puyer. Pemilihan bentuk
sediaan puyer sudah tepat dimana dalam bentuk sediaan obat tersebut dapat
ditambahkan obat – obat lain yang juga diperlukan pasien untuk terapi
penyakitnya sehingga penggunaannya jauh lebih praktis. Dari pertimbangan
cost- effective, harga obat dalam bentuk sediaan puyer jauh lebih murah
dibandingkan obat dalam bentuk sediaan syrup sehingga pemilihan bentuk
sediaan puyer lebih tepat dibandingkan bentuk sediaan syrup. Dapat
disimpulkan, bentuk sediaan yang dipilih pada kasus ini sudah tepat.
4. Tepat Cara Pemberian
Dekongestan nasal dapat diberikan peroral atau secara topikal. Pada
penggunaan topikal (dalam hal ini tetes hidung), dapat menyebabkan kongesti
susulan (rebound). Jika digunakan, obat ini sebaiknya diberikan tidak lebih dari
72 jam karena penggunaan yang lama sering menimbulkan rhinitis kronik.
Penggunaan dekongestan lokal pada anak bisa tidak praktis karena sulitnya
pemberian baik dalam bentuk tetes hidung maupun semprot. Oleh karena itu,
pemberian obat per oral dianggap cukup praktis, aman dan tidak menimbulkan
ketidaknyamanan pada pasien. Jadi cara pemberian Pseudoefedrin pada kasus
ini sudah tepat. (10)
5. Tepat Waktu Pemberian
Apabila mengacu pada buku Drug Doses karya Frank shann, dosis
Pseudoefedrin untuk anak adalah 1mg/kgBB/hr dibagi dalam 3-4 kali sehari.
12
Pada kasus di atas, pasien sudah mendapat waktu pemberian yang tepat yaitu
sebanyak 3 kali dalam sehari.
Obat simptomatik seperti pseudoefedrin pada umumnya diberikan dalam
waktu yang relatif singkat mengingat rhinofaringitis pada pasien juga masih
dalam proses yang akut dimana dapat sembuh sekitar 5 – 7 hari. Dalam kasus
di atas, pasien mendapat resep pseudoefedrin untuk 5 hari. Lama pemberian
pada kasus ini juga sudah cukup tepat.
.
13
Bab IV
RINGKASAN
Rhinofaringitis (rhinitis dan faringitis) merupakan penyakit infeksi
saluran pernapasan atas (ISPA). Berdasarkan hasil riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan; prevalensi nasional ISPA: 25,5% (16
prevalensi di atas angka nasional), angka kesakitan (morbiditas) pneumonia
bayi: 2,2 %, balita: 3%, angka kematian (mortalitas) pada bayi 23,8% dan pada
balita 15,5%.
Rhinitis adalah timbulnya keradangan pada mukosa hidung. Sedangkan
rhinitis akut ditandai dengan penyempitan lubang hidung, sekret hidung (cair
hingga kental, tampak jernih atau keruh) batuk, lemah, lesu, nyeri tenggorokan.
Rhinitis akut adalah penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya, terapi
yang dibutuhkan hanya suportif (istirahat, banyak minum air, obat-obatan
simptomatis seperti ibuprofen, acetaminophen, dekongestan, mukolitik, dan
spray hidung). Faringitis adalah rasa tidak nyaman, nyeri, atau gatal pada
tenggorokan. Mayoritas disebabkan oleh infeksi virus. Gejala yang paling
menonjol adalah gatal pada tenggorokan. Pemberian antibiotika tidak
disarankan pada faringitis karena mayoritas disebabkan oleh virus. Pemakaian
antibiotika yang tidak perlu justru dapat menimbulkan resistensi.
Pseudoefedrin merupakan dekongestan yang digunakan untuk
meringankan bersin-bersin dan hidung tersumbat karena pilek. Pseudoefedrin
atau efedrin merupakan golongan simpatomimetik yang bekerja secara langsung
dan tidak langsung. Secara langsung yaitu efedrin bekerja pada reseptor 1, 1,
dan 2. -agonis banyak digunakan sebagai dekongestan nasal. Efek
vasokonstriksi dalam mukosa hidung melalui reseptor 1 sehingga mengurangi
volume mukosa dan dengan demikian mengurangi penyumbatan hidung.
Penggunaan pseudoefedrin dalam kasus rhinofaringitis akut merupakan
terapi yang rasional. Rhinofaringitis merupakan suatu kumpulan gejala yang
disebabkan peradangan mukosa hidung dan faring. Salah satu gejala dari
rhinofaringitis adalah hidung tersumbat. -agonis banyak digunakan sebagai
dekongestan nasal. Obat – obat ini menyebabkan venokonstriksi dalam mukosa
14
hidung melalui reseptor 1 sehingga mengurangi volume mukosa dan dengan
demikian mengurangi penyumbatan hidung.. Sehingga pemilihan
pseudoefedrin sudah tepat. Dosis pseudoefedrin pada rhinofaringitis anak
sebesar 1 mg/kgBB/hari, diberikan per oral. Digunakan bentuk sediaan berupa
puyer. Terapi diberikan untuk lima hari.
Kata kunci : rhinofaringitis akut, pseudoefedri, dekongestan, -agonis
15
SUMMARY
Rhinofaringitis (rhinitis and pharyngitis) is a disease of the upper
respiratory tract infection (ARI). Based on the Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) in 2007, showed; national prevalence of ARI: 25.5% (16 prevalence
above the national average), morbidity (morbidity) infant pneumonia: 2.2%,
toddler: 3%, the mortality rate (mortality) in infants and toddlers 23.8% 15.5%
Rhinitis is inflammation of the nasal mucosa. While acute rhinitis is
characterized by narrowing of the nostrils, nasal secretions (liquid until thick, it
looks clear or cloudy) cough, weakness, lethargy, sore throat. Acute rhinitis is a
disease that can be cured by itself, needed only supportive therapy (rest, drink
plenty of water, symptomatic medications such as ibuprofen, acetaminophen,
decongestants, mucolytics, and nasal spray). Pharyngitis is discomfort, pain, or
itching in the throat. The majority are caused by a viral infection. The most
prominent symptom is itching in the throat. Antibiotics are not recommended
because the majority of pharyngitis caused by a virus. Unnecessary use of
antibiotics may create resistance.
Pseudoephedrine is a decongestant used to relieve sneezing and nasal
congestion due to colds. Pseudoephedrine or ephedrine is a sympathomimetic
groups who work directly and indirectly. Directly ephedrine acts on the receptor
1, 1 and 2. -agonists are widely used as a nasal decongestant. Effects
vasoconstriction in the nasal mucosa through 1 receptors, thereby reducing the
volume of the mucosa and thereby reduces nasal congestion.
The use of pseudoephedrine in the case of acute rhinofaringitis a rational
therapy. Rhinofaringitis is a collection of symptoms caused by inflammation of
the mucosa of the nose and pharynx. One of the symptoms of nasal congestion
rhinofaringitis is. -agonists are widely used as a nasal decongestant. Drugs
causes venoconstriction the nasal mucosa through 1 receptors, thereby reducing
the volume of the mucosa and thereby reduces nasal congestion .. So the election
is right pseudoephedrine. Doses of pseudoephedrine in children rhinofaringitis
by 1 mg / kg / day, given orally. Used in the form of powder dosage. Therapy is
given for five days.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Kemenkes RI. Pneumonia, Penyebab Kematian Utama Balita. 2009.
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/410-pneumonia-
penyebab-kematian-utama-balita.html
2. Cleveland Clinic. Rhinitis. 2013.
http://my.clevelandclinic.org/disorders/rhinitis/head_neck_overview.aspx
3. Linda J. Vorvick. Pharyngitis. 2012.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000655.htm
4. MIMS. Pseudoefedrin. 2012 Diunduh dari
http://www.mims.com/Indonesia/drug/info/Alco/Alco-Alco%20Plus-Alco
%20Plus%20DMP?q=pseudoefedrin#Indications
5. Setiawati A & Gan Sulistia. Obat Adrenergik. Farmakologi dan Terapi.
Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas
indonesia. 2008. Hlm 63-84
6 Katzung BG & Pappano AJ. Obat-Obat Pengaktif Adrenoseptor &
Simpatomimetik. Farmakologi Dasar & Klinik edisi 10. 2007. Hlm 123-141.
7 Winthrop U.S. Fexofenadine Hydrochloride and Pseudoephedrine
Hydrochloride. Bridgewater. 2009
http://dailymed.nlm.nih.gov/dailymed/archives/fdaDrugInfo.cfm?
archiveid=15576
8. Eccles R, Jawad MS, Jawad SS, Angello JT, Druce HM. Efficacy and safety of
single and multiple doses of pseudoephedrine in the treatment of nasal
congestion associated with common cold. Common Cold Centre, Cardiff School
of Biosciences, Cardiff University, United Kingdom. Am J Rhinol. 2005 Jan-
Feb;19(1):25-31.
18
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15794071
9. Salerno SM, Jackson JL, Berbano EP. 2005. Effect of Oral Pseudoephedrine on
Blood Pressure and Heart Rate A Meta-analysis
http://archinte.jamanetwork.com/ on 03/03/2013
10. Yayasan Orangtua Peduli. Dekongestan. 2011
http://milissehat.web.id/?p=1482
11. Barton D. Schmitt, M.D. Pseudoefedrin Dosage Table. Content Set: Pediatric
HouseCalls Symptom Checker. Pediatric HouseCalls Symptom Checker. 2005
http://www.ohsu.edu/xd/health/services/doernbecher/patients-families/health-
information/md4kids/dosage-tables/pseudoephedrine-dosage-table.cfm
12.frank sahn