makalah farmasi pseudoefedrin edit2.doc

27
1 Bab I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Rhinofaringitis (rhinitis dan faringitis) merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). ISPA atas jarang menimbulkan kematian walupun insidennya jauh lebih tinggi dari infeksi saluran pernapasan bawah. Berdasarkan hasil riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan; prevalensi nasional ISPA: 25,5% (16 prevalensi di atas angka nasional), angka kesakitan (morbiditas) pneumonia bayi: 2,2 %, balita: 3%, angka kematian (mortalitas) pada bayi 23,8% dan pada balita 15,5% (1). Rhinitis adalah timbulnya keradangan pada mukosa hidung. Sedangkan rhinitis akut ditandai dengan penyempitan lubang hidung, sekret hidung (cair hingga kental, tampak jernih atau keruh) batuk, lemah, lesu, nyeri tenggorokan. Rhinitis akut adalah penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya, terapi yang dibutuhkan hanya suportif (istirahat, banyak minum air, obat-obatan simptomatis seperti ibuprofen, acetaminophen, dekongestan, mukolitik, dan spray hidung) (2).

Upload: shiera-haddar

Post on 24-Dec-2015

217 views

Category:

Documents


27 download

TRANSCRIPT

1

Bab I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Rhinofaringitis (rhinitis dan faringitis) merupakan penyakit infeksi

saluran pernapasan atas (ISPA). ISPA atas jarang menimbulkan kematian

walupun insidennya jauh lebih tinggi dari infeksi saluran pernapasan bawah.

Berdasarkan hasil riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007,

menunjukkan; prevalensi nasional ISPA: 25,5% (16 prevalensi di atas angka

nasional), angka kesakitan (morbiditas) pneumonia bayi: 2,2 %, balita: 3%,

angka kematian (mortalitas) pada bayi 23,8% dan pada balita 15,5% (1).

Rhinitis adalah timbulnya keradangan pada mukosa hidung. Sedangkan

rhinitis akut ditandai dengan penyempitan lubang hidung, sekret hidung (cair

hingga kental, tampak jernih atau keruh) batuk, lemah, lesu, nyeri tenggorokan.

Rhinitis akut adalah penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya, terapi

yang dibutuhkan hanya suportif (istirahat, banyak minum air, obat-obatan

simptomatis seperti ibuprofen, acetaminophen, dekongestan, mukolitik, dan

spray hidung) (2).

Faringitis adalah rasa tidak nyaman, nyeri, atau gatal pada tenggorokan.

Mayoritas disebabkan oleh infeksi virus. Gejala yang paling menonjol adalah

gatal pada tenggorokan. Pemberian antibiotika tidak disarankan pada faringitis

karena mayoritas disebabkan oleh virus. Pemakaian antibiotika yang tidak perlu

justru dapat menimbulkan resistensi. (3)

Pseudoefedrin merupakan dekongestan yang digunakan untuk

meringankan bersin-bersin dan hidung tersumbat karena pilek (4). Pseudoefedrin

atau efedrin merupakan golongan simpatomimetik yang bekerja secara langsung

dan tidak langsung. Secara langsung yaitu efedrin bekerja pada reseptor 1, 1,

dan 2. -agonis banyak digunakan sebagai dekongestan nasal. Efek

vasokonstriksi dalam mukosa hidung melalui reseptor 1 sehingga mengurangi

volume mukosa dan dengan demikian mengurangi penyumbatan hidung (5).

2

Berdasarkan pemikiran diatas, perlu adanya kajian tentang penggunaan

pseudoefedrin pada pasien rhinofaringitis.

1.2. Rumusan masalah

Bagaimana penggunaan pseudoefedrin pada pasien rhinofaringitis?

1.3. Tujuan

Menjelaskan penggunaan pseudoefedrin pada pasien rhinofaringitis

1.4. Manfaat

1.4.1. Manfaat teoritis

Memberikan informasi ilmiah mengenai penggunaan

pseudoefedrin pada pasien rhinofaringitis sehingga dapat bermanfaat

bagi penelitian dan pengembangan di masa mendatang.

1.4.2. Manfaat praktis

Memberikan suatu bentuk terapi yang rasional dalam

pengobatan rhinofaringitis.

3

Bab II

FARMASI – FARMAKOLOGI

2.1 Sifat Fisiko – Kimia dan Rumus Kimia

Pseudoefedrin merupakan salah satu dari enamtiomer efedrin yang

potensinya lebih rendah. Efedrin adalah alkaloid yang terdapat pada tumbuhan

efedra atau ma huang yang telah digunakan di Cina selama 2000 tahun. Efek

farmakodinamik efedrin menyerupai efek epinefrin. Namun efedrin bukan

merupakan katekolamin dan efektif pemberian secara oral, masa kerjanya jauh

lebih panjang, dan efek sentralnya lebih kuat (5).

Gambar 1. Rumus Kimia Pseudoefedrin

http://www.sigmaaldrich.com

2.2 Farmasi Umum

Dosis Pseudoefedrin dapat dilihat dalam tabel berikut. Penggunaan

adalah secara oral dapat melalui obat tetes, solutio, maupun bentuk sediaan

padat.

Tabel I. DosisPseudoefedrin

Beratbadan 9-13 13-18 18-27 27-36 36-70 70+ kg

Infant Drops 7.5 mg./0.8 ml 0.8 1.2 1.6 -- -- -- ml

Liquid 15mg/5ml (cth) ½ ¾ 1 1½ 2 -- sdt

Tablet kunyah 15 mg. -- -- 1 1½ 2 4 tablet

Tablet 30 mg. -- -- -- -- 1 2 tablet

Tablet 60 mg. -- -- -- -- -- 1 tablet

http://www.ohsu.edu/pseudoephedrine-dosage-table.cfm (11)

4

2.3 Farmakologi umum

Farmakologi umum Pseudoefedrin meliputi khasiat, indikasi,

kontraindikasi, dan efek samping disajikan dalam tabel berikut:

Tabel II. Khasiat, Indikasi, Kontraindikasi, dan Efek Samping

Pseudoefedrin. (4)

Khasiat Indikasi Kontra indikasi Efek samping

Dekongestan Digunakan untuk meringankan bersin-bersin dan hidung tersumbat karena pilek.

Tidak boleh diberikan pada penderita yang peka terhadap obat simpatomimetik lain (misal ephedrine, phenylpropanolamine, phenylephrine), penderita tekanan darah tinggi berat, dan yang mendapat terapi obat anti depresan tipe penghambat Monoamin Oksidase (MAO).

Insomnia, sakit kepala, palpitasi, eksitasi, tremor, aritmia, takikardia dan sulit buang air seni.

2.4 Farmakodinamik

Pseudoefedrin atau efedrin merupakan golongan simpatomimetik yang

bekerja secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung yaitu efedrin

bekerja pada reseptor 1, 1, dan 2. Tidak langsung melalui pelepasan

Norephinephrine endogen. Karena dapat masuk ke sistem saraf pusat, efedrin

merupakan stimulus ringan. Efek sentral efedrin menyerupai amfetamin, namun

lebih lemah (5).

Efek kardiovaskular efedrin menyerupai efek epinefrin tetapi

berlangsung kira-kira 10 kali lebih lama. Tekanan sistolik meningkat, dan

biasanya juga tekanan diastolik, serta tekanan nadi membesar. Peningkatan

tekanan ini sebagian disebabkan oleh vasokontriksi, tetapi terutama oleh

5

stimulasi jantung yang meningkatkan kekuatan kontraksi jantung dan curah

jantung. -agonis banyak digunakan sebagai dekongestan nasal. Efek

vasokonstriksi dalam mukosa hidung melalui reseptor 1 sehingga mengurangi

volume mukosa dan dengan demikian mengurangi penyumbatan hidung (5).

Kemampuannya untuk mengaktifkan reseptor menyebabkan awalnya

efedrin digunakan dalam pengobatan asma (6). Bronkorelaksasi oleh efedrin

lebih lemah namun berlangsung lebih lama daripada epinefrin. Penetesan larutan

efedrin pada mata menimbulkan midriasis. Reflek cahaya, daya akomodasi, dan

tekanan intraokuler tidak berubah (5).

2.5 Farmakokinetik

Pseudoephedrine merupakan obat simpatomimetik yang diberikan per

oral. Pseudoephedrine dapatdiabsorbsi melalui traktus gastrointestinal.

Pada manuasia protein pengikat untuk pseudoefedrin tidak diketahui.

Pseudoefedrin secara luas terdistribusi pada daerah ekstravaskular (volume

distribusi berkisar 2.6 - 3.5 L/kg).

Ekskresi sebagian besar melalui urin serta sebagian kecil yaitu kurang

dari 1% diekskresi melalui metabolit hepar. Waktu paruh berkisar antara 4-6 jam

dipengaruhi pH urin; Urin yang asam berkolerasi dengan meningkatnya

eliminasi dan menurunknya waktu paruh. Eliminasi menurun pada urin dengan

pH kurang dari 6 dan meningkat pada urin dengan pH lebih dari 8. Sebagian

kecil pseudoefedrin terdistribusi dalam ASI (7).

2.6 Toksisitas

Dekongestan nasal yang efektif pada pemberian oral seperti

pseudoefedrin, selain menimbulkan konstriksi pembuluh darah mukosa hidung,

juga menimbulkan konstriksi pembuluh darah lain sehingga dapat meningkatkan

tekanan darah, dan mungkin juga menimbulkan stimulasi jantung (5).

Obat simpatomimetik yang bekerja sentral dapat mengakibatkan

stimulasi sentral disertai kelelahan fisik dan depresi mental. Gejala

kardiovaskular berupa nyeri kepala, rasa dingin, palpitasi, aritmia jantung,

serangan angina, hipertensi atai hipotensi dan kolaps kardiovaskular. Insomnia

6

dapat terjadi pada pengobatan kronik, dapat diatasi dengan pemberian sedatif

(5).

2.7 Penelitian pendahulu

Penelitian randomized, placebo-controled trials oleh Eccles dkk

menunjukkan bahwa pseudoefedrin adalah pengobatan yang aman dan efektif

untuk hidung tersumbat yang terkait upper respiratory tract infection. Dua ratus

tiga puluh delapan pasien dengan hidung tersumbat terkait dengan upper

respiratory tract infection, usia rata-rata 20 tahun, direkrut untuk penelitian dan

menerima pengobatan. Hasil dari studi pada hari ke-1 menunjukkan baik secara

obyektif dan subjektif menujukkan bahwa dosis tunggal 60 mg pseudoephedrine

lebih unggul untuk pengobatan hidung tersumbat dibandingkan plasebo (p =

0,006). Dengan dosis multipel pada hari ke-3 mendukung efektivitas

pseudoefedrin sebagai dekongestan. Pada hari ke-3, perbedaan skor subjektif

tidak berbeda nyata. Penurunan rata-rata dari baseline skor gejala hidung

mampet selama masa penelitian lebih besar pada kelompok pseudoefedrin

dibandingkan dengan kelompok plasebo (p = 0,016). Rata-rata, terjadi

peningkatan denyut jantung adalah antara dua dan empat denyut per menit yang

lebih besar pada kelompok pseudoefedrin dibandingkan dengan plasebo (8).

Studi Meta-Analysis oleh Salerno dkk mendapatkan hasil bahwa

pseudoefedrin memiliki efek peningkatan rendah dari tekanan darah sistolik dan

denyut jantung. Efek ini meningkat secara nyata pada penggunaan formula

immediate-release, dosis tinggi, dan pengobatan jangka pendek. Pasien yang

stabil, hipertensi terkontrol tidak berisiko tinggi untuk terjadi peningkatan darah

dibandingkan pasien lain ketika diberi pseudoefedrin bersama dengan obat

antihipertensi mereka. Tidak ditemukan efek samping yang mengancam nyawa

dari peningkatan tekanan darah. Didapatkan peningkatan tekanan darah lebih

besar dari 140/90 mm Hg pada 3% daripasien yang diteliti. Oleh karena itu, rasio

risiko-manfaat harus dievaluasi secara hati-hati sebelum menggunakan agen

simpatomimetik pada pasien individu yang paling berisiko untuk terjadi

peningkatan TD. Pasien dengan penyakit jantung harus diinstruksikan secara

hati-hati memulai terapi dan tekanan darah harus dipantau ketat (9).

7

2.8 Rhinofaringitis

Rhinitis adalah timbulnya keradangan pada mukosa hidung. Sedangkan

rhinitis akut ditandai dengan penyempitan lubang hidung, sekret hidung (cair

hingga kental, tampak jernih atau keruh) batuk, lemah, lesu, nyeri tenggorokan.

Orang dewasa dapat mengalami rhinitis 3 kali dalam setahun, sedangkan pada

anak-anak hingga 4-6 kali atau lebih per tahun. Yang termasuk gejala awal

diantaranya adalah peneympitan lubang hidung dan sekret hidung, sering disertai

dengan gatal atau nyeri tenggorokan. Beberapa virus, termasuk rhinovirus,

parainfluenza, influenza, adenovirus dan lain-lainnya dapat menyebabkan

penyakit ini. Rhinitis akut adalah penyakit yang dapat sembuh dengan

sendirinya, terapi yang dibutuhkan hanya suportif (istirahat, banyak minum air,

obat-obatan simptomatis seperti ibuprofen, acetaminophen, dekongestan,

mukolitik, dan spray hidung). Hanya dalam presentasi yang sangat kecil (sekitar

2-5%), rhinitis akut dapat menyebabkan rhinosinusitis bakterial akut. (2)

Faringitis adalah rasa tidak nyaman, nyeri, atau gatal pada tenggorokan.

Sering menyebabkan nyeri telan. Faringitis disebabkan oleh keradangan pada

daerah faring, yaitu di tenggorokan bagian belakang antara tonsi dan laring.

Mayoritas disebabkan oleh infeksi virus. Gejala yang paling menonjol adalah

gatal pada tenggorokan. Gejala lain yang dapat timbul yaitu demam, nyeri

kepala, nyeri otot, nyeri sendi, pembesaran kelenjar getah bening di leher.

Pemberian antibiotika tidak disarankan pada faringitis karena mayoritas

disebabkan oleh virus. Pemakaian antibiotika yang tidak perlu justru dapat

menimbulkan resistensi. Obat-obatan simptomatis dapat digunakan seperti

parasetamol untuk anti nyeri. (3)

8

TINJAUAN KASUS

Identitas

Nama : An. Q

Umur : 14 bulan

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Undaan Wetan

Berat Badan : 9 kilogram

Anamnesis (Heteroanamnesis)

Keluhan Utama : Panas

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien panas sejak 3 hari yang lalu. Panas tidak tinggi. Awalnya pasien banyak

minum es, kemudian pilek lalu panas dan batuk. Pilek berwarna jernih dan

encer. Batuk berdahak jernih, tidak sesak. Pasien masih bisa tidur saat malam

hari. Tidak rewel hanya tampak lemas.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien sebelumnya pernah batuk pilek panas yang sembuh dengan obat

Riwayat Penyakit Keluarga :

Alergi dan asma disangkal

Riwayat Sosial :

Tidak ada keluarga maupun tetangga yang sakit serupa

Pemeriksaan Fisik

Vital Sign : - nadi 100x/menit

- RR 24x/menit

- Temperatur 39 0 C

Kepala Leher : anemis (-) ikterik (-) sianosis (-) dyspneu (-)

9

Tampak cairan jernih keluar dari kedua lubang hidung,

faring hiperemi (+), pembesaran tonsil (-)

Thorax : simetris (+) retraksi (-)

Cor : S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)

Pulmo : vesikuler +/+, ronchi -/-, wheezing -/-

Abdomen : bising usus (+) normal, hepar/lien tak teraba

Ekstrimitas : hangat kering merah, edema -/-

Assesment : Rhinofaringitis Akut

Terapi : nebul ventolin 0.9cc+ normal saline 2.1cc

R/ Syr. Amoxan 125 mg/5 ml fl No. I

S 3 dd cth 1

R/ Ambroxol 4,5 mg

Salbutamol 0,5 mg

Pseudoefedrin 4,5 mg

m.f.pulv dtd No.XV

S 3 dd pulv 1

10

DISKUSI

Pemilihan terapi obat yang rasional harus memenuhi 5 tepat: tepat obat,

tepat dosis, tepat bentuk sediaan obat, tepat cara pemberian, dan tepat waktu

pemberian obat.

Berikut akan dibahas mengenai rasionalitas penggunaan Pseudoefedrin

pada pasien anak Q sesuai tinjauan kasus sebelumnya.

1. Tepat Obat

Rhinofaringitis merupakan suatu kumpulan gejala yang disebabkan

peradangan mukosa hidung dan faring. Salah satu gejala dari rhinofaringitis

adalah hidung tersumbat. Obat – obat Dekongestan menyebabkan

venokonstriksi dalam mukosa hidung melalui reseptor 1 sehingga

mengurangi volume mukosa dan dengan demikian mengurangi penyumbatan

hidung. (5)

Pseudoefedrin dipilih sebagai terapi karena obat ini kurang kuat dalam

menimbulkan takikardia, peningkatan tekanan darah, dan stimulasi SSP

dibanding Efedrin(5). Sehingga pemilihan Pseudoefedrin pada kasus ini adalah

tepat.

2. Tepat Dosis

Dosis Pseudoefedrin untuk anak apabila mengacu pada buku Drug

Doses karya Frank shann, adalah 1mg/kgBB/hr dibagi dalam 3-4 kali

sehari(12). Menurut OHSU dosis pseudoefedrin pada anak dengan berat badan

9-13kg adalah 7.5mg(11). Pada kasus di atas, pasien dengan berat badan 9kg

diberikan pseudoefedrin 4.5mg tiap kali pemberian sebanyak 3 kali sehari.

Artinya, dalam sehari pasien mendapat pseudoefedrin sebanyak 13.5mg.

apabila dikembalikan pada kisaran dosis diatas, pasien ini diresepkan

pseudoefedrin sebanyak 1.5mg/kgBB/hr. Bila dikembalikan pada dua sumber

dosis anak di atas, dosis yang diresepkan pada pasien terlalu tinggi.

11

Mungkin alasan dokter memberikan dosis yang lebih tinggi pada

pasien tersebut adalah untuk mendapatkan efek bronkodilator dari

Pseudoefedrin. Namun, pasien juga mendapat Salbutamol pada resep puyernya.

Berdasarkan pertimbangan di atas, pemberian dosis pada kasus ini kurang

tepat.

3. Tepat Bentuk Sediaan Obat (BSO)

Dekongestan nasal dapat diberikan peroral atau secara topikal. Pada

pemberian peroral dengan pertimbangan bahwa pasien adalah anak – anak,

dapat dipilih dua macam bentuk sediaan yaitu berupa bentuk sediaan cair yaitu

solusio (syrup) atau bentuk sediaan padat yaitu pulveres (puyer). Sesuai kasus

di atas, pasien diberikan obat dalam bentuk sediaan puyer. Pemilihan bentuk

sediaan puyer sudah tepat dimana dalam bentuk sediaan obat tersebut dapat

ditambahkan obat – obat lain yang juga diperlukan pasien untuk terapi

penyakitnya sehingga penggunaannya jauh lebih praktis. Dari pertimbangan

cost- effective, harga obat dalam bentuk sediaan puyer jauh lebih murah

dibandingkan obat dalam bentuk sediaan syrup sehingga pemilihan bentuk

sediaan puyer lebih tepat dibandingkan bentuk sediaan syrup. Dapat

disimpulkan, bentuk sediaan yang dipilih pada kasus ini sudah tepat.

4. Tepat Cara Pemberian

Dekongestan nasal dapat diberikan peroral atau secara topikal. Pada

penggunaan topikal (dalam hal ini tetes hidung), dapat menyebabkan kongesti

susulan (rebound). Jika digunakan, obat ini sebaiknya diberikan tidak lebih dari

72 jam karena penggunaan yang lama sering menimbulkan rhinitis kronik.

Penggunaan dekongestan lokal pada anak bisa tidak praktis karena sulitnya

pemberian baik dalam bentuk tetes hidung maupun semprot. Oleh karena itu,

pemberian obat per oral dianggap cukup praktis, aman dan tidak menimbulkan

ketidaknyamanan pada pasien. Jadi cara pemberian Pseudoefedrin pada kasus

ini sudah tepat. (10)

5. Tepat Waktu Pemberian

Apabila mengacu pada buku Drug Doses karya Frank shann, dosis

Pseudoefedrin untuk anak adalah 1mg/kgBB/hr dibagi dalam 3-4 kali sehari.

12

Pada kasus di atas, pasien sudah mendapat waktu pemberian yang tepat yaitu

sebanyak 3 kali dalam sehari.

Obat simptomatik seperti pseudoefedrin pada umumnya diberikan dalam

waktu yang relatif singkat mengingat rhinofaringitis pada pasien juga masih

dalam proses yang akut dimana dapat sembuh sekitar 5 – 7 hari. Dalam kasus

di atas, pasien mendapat resep pseudoefedrin untuk 5 hari. Lama pemberian

pada kasus ini juga sudah cukup tepat.

.

13

Bab IV

RINGKASAN

Rhinofaringitis (rhinitis dan faringitis) merupakan penyakit infeksi

saluran pernapasan atas (ISPA). Berdasarkan hasil riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan; prevalensi nasional ISPA: 25,5% (16

prevalensi di atas angka nasional), angka kesakitan (morbiditas) pneumonia

bayi: 2,2 %, balita: 3%, angka kematian (mortalitas) pada bayi 23,8% dan pada

balita 15,5%.

Rhinitis adalah timbulnya keradangan pada mukosa hidung. Sedangkan

rhinitis akut ditandai dengan penyempitan lubang hidung, sekret hidung (cair

hingga kental, tampak jernih atau keruh) batuk, lemah, lesu, nyeri tenggorokan.

Rhinitis akut adalah penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya, terapi

yang dibutuhkan hanya suportif (istirahat, banyak minum air, obat-obatan

simptomatis seperti ibuprofen, acetaminophen, dekongestan, mukolitik, dan

spray hidung). Faringitis adalah rasa tidak nyaman, nyeri, atau gatal pada

tenggorokan. Mayoritas disebabkan oleh infeksi virus. Gejala yang paling

menonjol adalah gatal pada tenggorokan. Pemberian antibiotika tidak

disarankan pada faringitis karena mayoritas disebabkan oleh virus. Pemakaian

antibiotika yang tidak perlu justru dapat menimbulkan resistensi.

Pseudoefedrin merupakan dekongestan yang digunakan untuk

meringankan bersin-bersin dan hidung tersumbat karena pilek. Pseudoefedrin

atau efedrin merupakan golongan simpatomimetik yang bekerja secara langsung

dan tidak langsung. Secara langsung yaitu efedrin bekerja pada reseptor 1, 1,

dan 2. -agonis banyak digunakan sebagai dekongestan nasal. Efek

vasokonstriksi dalam mukosa hidung melalui reseptor 1 sehingga mengurangi

volume mukosa dan dengan demikian mengurangi penyumbatan hidung.

Penggunaan pseudoefedrin dalam kasus rhinofaringitis akut merupakan

terapi yang rasional. Rhinofaringitis merupakan suatu kumpulan gejala yang

disebabkan peradangan mukosa hidung dan faring. Salah satu gejala dari

rhinofaringitis adalah hidung tersumbat. -agonis banyak digunakan sebagai

dekongestan nasal. Obat – obat ini menyebabkan venokonstriksi dalam mukosa

14

hidung melalui reseptor 1 sehingga mengurangi volume mukosa dan dengan

demikian mengurangi penyumbatan hidung.. Sehingga pemilihan

pseudoefedrin sudah tepat. Dosis pseudoefedrin pada rhinofaringitis anak

sebesar 1 mg/kgBB/hari, diberikan per oral. Digunakan bentuk sediaan berupa

puyer. Terapi diberikan untuk lima hari.

Kata kunci : rhinofaringitis akut, pseudoefedri, dekongestan, -agonis

15

SUMMARY

Rhinofaringitis (rhinitis and pharyngitis) is a disease of the upper

respiratory tract infection (ARI). Based on the Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) in 2007, showed; national prevalence of ARI: 25.5% (16 prevalence

above the national average), morbidity (morbidity) infant pneumonia: 2.2%,

toddler: 3%, the mortality rate (mortality) in infants and toddlers 23.8% 15.5%

Rhinitis is inflammation of the nasal mucosa. While acute rhinitis is

characterized by narrowing of the nostrils, nasal secretions (liquid until thick, it

looks clear or cloudy) cough, weakness, lethargy, sore throat. Acute rhinitis is a

disease that can be cured by itself, needed only supportive therapy (rest, drink

plenty of water, symptomatic medications such as ibuprofen, acetaminophen,

decongestants, mucolytics, and nasal spray). Pharyngitis is discomfort, pain, or

itching in the throat. The majority are caused by a viral infection. The most

prominent symptom is itching in the throat. Antibiotics are not recommended

because the majority of pharyngitis caused by a virus. Unnecessary use of

antibiotics may create resistance.

Pseudoephedrine is a decongestant used to relieve sneezing and nasal

congestion due to colds. Pseudoephedrine or ephedrine is a sympathomimetic

groups who work directly and indirectly. Directly ephedrine acts on the receptor

1, 1 and 2. -agonists are widely used as a nasal decongestant. Effects

vasoconstriction in the nasal mucosa through 1 receptors, thereby reducing the

volume of the mucosa and thereby reduces nasal congestion.

The use of pseudoephedrine in the case of acute rhinofaringitis a rational

therapy. Rhinofaringitis is a collection of symptoms caused by inflammation of

the mucosa of the nose and pharynx. One of the symptoms of nasal congestion

rhinofaringitis is. -agonists are widely used as a nasal decongestant. Drugs

causes venoconstriction the nasal mucosa through 1 receptors, thereby reducing

the volume of the mucosa and thereby reduces nasal congestion .. So the election

is right pseudoephedrine. Doses of pseudoephedrine in children rhinofaringitis

by 1 mg / kg / day, given orally. Used in the form of powder dosage. Therapy is

given for five days.

16

Keywords : rhinopharyngitis, pseudoephedrine, nasal decongestan, -agonis

17

DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes RI. Pneumonia, Penyebab Kematian Utama Balita. 2009.

http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/410-pneumonia-

penyebab-kematian-utama-balita.html

2. Cleveland Clinic. Rhinitis. 2013.

http://my.clevelandclinic.org/disorders/rhinitis/head_neck_overview.aspx

3. Linda J. Vorvick. Pharyngitis. 2012.

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000655.htm

4. MIMS. Pseudoefedrin. 2012 Diunduh dari

http://www.mims.com/Indonesia/drug/info/Alco/Alco-Alco%20Plus-Alco

%20Plus%20DMP?q=pseudoefedrin#Indications

5. Setiawati A & Gan Sulistia. Obat Adrenergik. Farmakologi dan Terapi.

Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas

indonesia. 2008. Hlm 63-84

6 Katzung BG & Pappano AJ. Obat-Obat Pengaktif Adrenoseptor &

Simpatomimetik. Farmakologi Dasar & Klinik edisi 10. 2007. Hlm 123-141.

7 Winthrop U.S. Fexofenadine Hydrochloride and Pseudoephedrine

Hydrochloride. Bridgewater. 2009

http://dailymed.nlm.nih.gov/dailymed/archives/fdaDrugInfo.cfm?

archiveid=15576

8. Eccles R, Jawad MS, Jawad SS, Angello JT, Druce HM. Efficacy and safety of

single and multiple doses of pseudoephedrine in the treatment of nasal

congestion associated with common cold. Common Cold Centre, Cardiff School

of Biosciences, Cardiff University, United Kingdom. Am J Rhinol. 2005 Jan-

Feb;19(1):25-31.

18

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15794071

9. Salerno SM, Jackson JL, Berbano EP. 2005. Effect of Oral Pseudoephedrine on

Blood Pressure and Heart Rate A Meta-analysis

http://archinte.jamanetwork.com/ on 03/03/2013

10. Yayasan Orangtua Peduli. Dekongestan. 2011

http://milissehat.web.id/?p=1482

11. Barton D. Schmitt, M.D. Pseudoefedrin Dosage Table. Content Set: Pediatric

HouseCalls Symptom Checker. Pediatric HouseCalls Symptom Checker. 2005

http://www.ohsu.edu/xd/health/services/doernbecher/patients-families/health-

information/md4kids/dosage-tables/pseudoephedrine-dosage-table.cfm

12.frank sahn