makalah farmakologi

60
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata antibiotik berasal dari bahasa yunani yaitu -anti (melawan) dan -biotikos (cocok untuk kehidupan). Sejarah antibiotik dimulai ketika ditemukannya obat antibiotik pertama oleh Alexander Flemming yaitu Penicillin-G. Flemming berhasil mengisolasi senyawa tersebut dari Penicillium chrysogenum syn. P. notatum. Dengan penemuan antibiotik ini membuka sejarah baru dalam bidang kesehatan karena dapat meningkatkan angka kesembuhan yang sangat bermakna. Kemudian terjadilah penggunaan besar-besaran antibiotik pada saat perang dunia untuk pengobatan berbagai macam penyakit. Masalah baru muncul ketika mulai dilaporkannya resistensi beberapa mikroba terhadap antibiotik karena penggunaan antibiotik yang besar-besaran. Hal ini tidak seharusnya terjadi jika kita sebagai pelaku kesehatan mengetahui penggunaan antibiotik yang tepat. Sebagai antiinfeksi, antibiotik telah berhasil menurunkan secara drastis morbiditas dan mortalitas berbagai penyakit infeksi, sehingga penggunaannya menjadi sangat meningkat. Hasil survei menunjukkan bahwa kira-kira 30% dari seluruh penderita yang dirawat di rumah sakit memperoleh satu atau lebih terapi antibiotika, dan berbagai penyakit infeksi yang fatal telah berhasil diobati. 1

Upload: rambutan27

Post on 24-Oct-2015

132 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH FARMAKOLOGI

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kata antibiotik berasal dari bahasa yunani yaitu -anti (melawan) dan -biotikos

(cocok untuk kehidupan). Sejarah antibiotik dimulai ketika ditemukannya obat

antibiotik pertama oleh Alexander Flemming yaitu Penicillin-G. Flemming berhasil

mengisolasi senyawa tersebut dari Penicillium chrysogenum syn. P. notatum. Dengan

penemuan antibiotik ini membuka sejarah baru dalam bidang kesehatan karena dapat

meningkatkan angka kesembuhan yang sangat bermakna. Kemudian terjadilah

penggunaan besar-besaran antibiotik pada saat perang dunia untuk pengobatan

berbagai macam penyakit. Masalah baru muncul ketika mulai dilaporkannya resistensi

beberapa mikroba terhadap antibiotik karena penggunaan antibiotik yang besar-

besaran. Hal ini tidak seharusnya terjadi jika kita sebagai pelaku kesehatan

mengetahui penggunaan antibiotik yang tepat.

Sebagai antiinfeksi, antibiotik telah berhasil menurunkan secara drastis morbiditas

dan mortalitas berbagai penyakit infeksi, sehingga penggunaannya menjadi sangat

meningkat. Hasil survei menunjukkan bahwa kira-kira 30% dari seluruh penderita yang

dirawat di rumah sakit memperoleh satu atau lebih terapi antibiotika, dan berbagai

penyakit infeksi yang fatal telah berhasil diobati.

Kemajuan bidang kesehatan diikuti dengan kemunculan obat-obat antibiotik yang

baru menambah tantangan untuk mengusai terapi medikamentosa ini. Antibiotik tidak

hanya dari satu jenis saja. Beberapa senyawa-senyawa yang berbeda dan berlainan

ternyata mempunyai kemampuan dalam membunuh mikroba.

Untuk itu sudah menjadi kewajiban seorang dokter untuk dapat menguasai

bagaimana penggunaan antibiotik yang benar tersebut. Dimulai dengan mengetahui

jenis-jenis dari antibiotik dilanjutkan mengetahui mekanisme dan farmakologi dari

obat-obat antibiotik tersebut dan terakhir dapat mengetahui indikasi yang tepat dari

obat antibiotik tersebut. Semua ini bertujuan akhir untuk meoptimalkan penggunaan

antibiotik yang tepat dan efektif dalam mengobati sebuah penyakit sekaligus dapat

1

Page 2: MAKALAH FARMAKOLOGI

mengurangi tingkat resistensi.( Anonim, (2008), Antibiotic, Wikipedia, diambil tanggal

25 Desember 2008, dari http://en.wikipedia.org/wiki/Antibiotic)

B. Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah :

1. Dapat mengetahui macam-macam antibiotic

2. Dapat mengetahui mekanisme kerja antibiotik secara umum.

3. Dapat mengetahui mekanisme resistensi terhadap obat-obat antibiotic.

2

Page 3: MAKALAH FARMAKOLOGI

BAB II

ISI

Pengertian

Kata antibiotik berasal dari bahasa yunani yaitu -anti (melawan) dan -biotikos

(cocok untuk kehidupan). Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba ,

terutama jamur, yang dapat menghambat atau membunuuh mikroba jenis lain.

Antibiotik bersifat efektif sebagai antimikroba disebabkan karena sifat

toksisitasnya yang selektif, artinya mampu membunuh mikroba tanpa merusak sel

hospes. Secara umum toksisitas selektifnya bersifat relatif, yang masih mampu

membutuhkan kadar yang tepat untuk mengatasi mikroba, tetapi masih dapat ditolerir

oleh hospes.

Secara invitro,antibiotika dibagi menjadi dua bagian , yaitu :

1. Yang secara primer bersifat bakteriostatik

yaitu yang pada dosis biasa berefek utama menghambat pertumbuhan dan

multiplikasi bakteri. Misalnya sulfonamida, tetrasiklin,kloramfenikol, eritromisin,

linkomisin, klindamisin.

2. Yang secara primer bersifat bakterisida

yaitu yang pada dosis biasa berefek utama membunuh bakteri .Misalnya

penisilin, sefalosporin, aminoglikosida, eritromisin, kotrimoksazol, rifampisin dan

vankomisin.

Tiap-tiap antibiotika mempunyai sifat-sifat fisik , kimia dan farmakologi yang berbeda ,

demikian pula spektrum antibakteri dan mekanisme kerjanya.

Berdasarkan spektrumnya, antibiotika dibagi atas:

1. Antibiotika berspektrum sempit

yang efek utamanya hanya pada bakteri gram positif kokus dan basil

seperti penisilin-G, golongan makrolid, linkomisin dan vankomisin, atau yang

3

Page 4: MAKALAH FARMAKOLOGI

efek utamanya hanya pada bakteri gram negatif aerob seperti aminoglikosida

dan polimiksin.

2. Spektrum diperluas

contohnya ampicillin terhadap gram positif dan beberapa gram negatif.

3. Antibiotika spektrum luas

yang efek utamanya adalah terhadap bakteri gram positif dan negatif seperti

penisilin spektrum luas(ampisilin, amoksisilin), sefalosporin, tetrasiklin,

kloramfenikol dan sulfonamida.

Klasifikasi lain yang banyak digunakan dalam menerangkan antibiotika adalah

berdasarkan kesamaan struktur kimianya, misalnya golongan penisilin, sefalosporin,

aminoglikosida , sulfonamida, makrolid, tetrasiklin dan lain-lain.( Bhat, V., (2008),

Classification of Antibiotik, Mediacal Notebook, diambil tanggal 25 Desember 2008,

dari http://pre-pg.blogspot.com/2007/03/classification-of-antibiotics.html)

MANFAAT ANTIBIOTIKA

Antibiotika adalah senyawa kimia yang dibuat untuk melawan bibit penyakit,

khususnya kuman. Ada beragam jenis kuman, ada kuman yang besar, ada yang kecil,

dengan sifat yang beragam pula.

Kuman cenderung bersarang di organ tertentu di tubuh yang

ditumpanginya. Ada yang suka di otak, di paru-paru, di usus, saraf, ginjal, lambung,

kulit, atau tenggorok, dan lainnya. Di organ-organ tempat bersarangnya itu, kuman

tertentu menimbulkan infeksi. Kuman tipus menimbulkan penyakit tipus di usus,

kuman TBC di paru-paru, selain bisa juga di tulang, ginjal, otak, dan kulit. Kuman lepra

di saraf dan kulit, kuman difteria di tenggorokan, tetanus di saraf, dan banyak lagi.

Selain itu, ada pula jenis antibiotika yang sempit pemakaiannya, spesifik

hanya untuk kuman-kuman tertentu saja. Misalnya, antibiotika untuk kuman TBC

(mycobacterium tuberculosis), untuk lepra atau kusta (mycobaterium leprae), atau

untuk tipus (salmonella tyhphi).

EFEK SAMPING ANTIBIOTIKA

Seperti obat umumnya, antibiotika juga punya efek samping masing-masing.

Ada yang berefek buruk terhadap ginjal, hati, ada pula yang mengganggu

keseimbangan tubuh. Pasien dengan gangguan hati, misalnya, tidak boleh diberikan

4

Page 5: MAKALAH FARMAKOLOGI

antibiotika yang efek sampingnya merusak hati, sekalipun ampuh membasmi kuman

yang sedang pasien idap.

Dokter perlu memilihkan antibiotika lain, mungkin kurang ampuh, namun

tidak berefek pada hati.

Namun, jika suatu antibiotika tidak ada penggantinya, antibiotika tetap

dipakai, dengan catatan, bahaya efek samping pada seorang pasien memerlukan

monitoring oleh dokter, jika dipakai untuk jangka waktu yang lama. Antibiotika untuk

TBC, misalnya, yang diminum sedikitnya 6 bulan, perlu pemeriksaan fungsi hati secara

berkala, agar jika sudah merusak hati, obat dipertimbangkan untuk diganti.(

http://lovethiszzz.blogspot.com/2011/12/antibiotika-dan-resistensi-obat.html)

BAHAYA TERLALU SERING MENGGUNAKAN ANTIBIOTIKA

Pemakaian antibiotika yang terlalu sering tidak dianjurkan. Di negara kita,

orang bebas membeli antibiotika dan memakainya kapan dianggap perlu. Sedikit batuk

pilek, langsung minum antibiotika. Baru mencret sekali, langsung antibiotika. Padahal

belum tentu perlu. Kenapa?

Belum tentu batuk pilek disebabkan oleh kuman. Awalnya oleh virus. Jika

kondisi badan kuat, penyakit virus umumnya sembuh sendiri. Yang perlu dilakukan

pada penyakit yang disebabkan oleh virus adalah

memperkuat daya tahan tubuh dengan cukup makan, istirahat, dan makanan bergizi.

Pemberian antibiotika pada batuk pilek yang disebabkan oleh virus hanya merupakan

penghamburan dan merugikan badan, sebab memikul efek samping antibiotika yang

sebetulnya tak perlu terjadi.

Kasus batuk pilek virus yang sudah lama, yang biasanya sudah ditunggangi

oleh kuman, baru membutuhkan antibiotika untuk membasmi kumannya, bukan untuk

virus flunya. Tanda batuk pilek membutuhkan antibiotika adalah dengan melihat

ingusnya. Yang tadinya encer bening sudah berubah menjadi kental berwarna kuning-

hijau. Selama ingusnya masih encer bening, antibiotika tak diperlukan.

Minum antibiotika kelewat sering juga mengganggu keseimbangan flora

usus. Kita tahu, dalam usus normal tumbuh kuman yang membantu pencernaan dan

pembentukan vitamin K. Selain itu, di bagian-bagian tertentu tubuh kita juga hidup

kuman-kuman jinak yang hidup berdampingan dengan damai dengan tubuh kita. Di

kemaluan wanita, di kulit, di mulut, dan di mana-mana bagian tubuh ada kuman yang

tidak mengganggu namun bermanfaat (simbiosis).

Terlalu sering minum antibiotika berarti membunuh seluruh kuman jinak

yang bermanfaat bagi tubuh. Jika populasi kuman jinak yang bermanfat bagi tubuh

5

Page 6: MAKALAH FARMAKOLOGI

terbasmi, keseimbangan mikroorganisme tubuh bisa terganggu, sehingga jamur yang

tadinya takut oleh kuman-kuman yang ada di tubuh kita berkesempatan lebih mudah

menyerang.

Itu maka, banyak orang yang setelah minum antibiotika yang kelewat lama,

kemudian terserang penyakit jamur. Bisa jamur di kulit, usus, seriawan di mulut, atau

di mana saja. Keputihan sebab jamur pada wanita, antara lain lantaran vagina kelewat

bersih oleh antisepsis yang membunuh kuman bermanfaat di sekitar vagina

(Doderlein). (http://lovethiszzz.blogspot.com/2011/12/antibiotika-dan-resistensi-

obat.html)

Cara Kerja Antibiotik

Berdasarkan mekanisme kerjanya dapat dibagi menjadi lima kelompok yaitu:1. Mengganggu metabolisme sel mikroba

Antimikroba yang termasuk dalam kelompok ini adalah sulfonamid, trimetoprin, asam p-aminosalisilat (PAS), dan Sulfon.

2. Menghambat sintesis dinding mikroba

Obat yang termasuk dalam kelompok ini ialah penisilin, sefalosporin, basitrasin, vankomisin, dan sikloserin.

3. Mengganggu permeabilitas membran sel mikroba

Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah polimiksin, golongan polien serta berbagai antimikroba kemoterapeutik, umpamanya antiseptik surface active agents.

4. Menghambat sintesis protein sel mikroba

Obat yang termasuk dalam kelompok ini ialah golongan aminoglikosid, makrolid, linkomisin, tetrasiklin, dan kloramfenikol.

5. Menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba

Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah rifampisin, dan golongan kuinolon. (Pratiwi, 2008)

6

Page 7: MAKALAH FARMAKOLOGI

Daya Kerjanya

Berdasarkan daya kerjanya terhadap mikroba, antibiotik dapat

digolongkan sebagai :

a. Zat bakterisid, yaitu antibiotik yang memiliki kemampuan untuk

membunuh bakteri.

b. Zat bakteriostatik, yaitu antibiotik yang meiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri (Dzen, 2003).

Jenis-Jenis Antibiotik

Meskipun ada lebih dari 100 macam antibiotik, namun umumnya mereka berasal dari beberapa jenis antibiotik saja, sehingga mudah untuk dikelompokkan. Ada banyak cara untuk menggolongkan antibiotik, salah satunya berdasarkan struktur kimianya.

Berdasarkan struktur kimianya, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut:a. Golongan Aminoglikosida

Diantaranya adalag amikasin, gentamisin, kanamisin, neomisin, netilimisin, paromisin, sisomisin, streptomisin, dan tobramisin.

b. Golongan Beta-Laktam

Diantaranya golongan karbapenem (ertapenem, imipenem, meropenem), golongan sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil, seftazidim), golongan beta-laktam monosiklik, dan golongan penisilin (penisilin, amoksisilin).

Salah satu contoh dari golongan beta-laktam ini adalah golongan sefalosporin dan golongan sefalosporin ini ada hingga generasi ketiga dan seftriakson merupakan generasi ketiga dari golongan sefalosporin ini.

SeftriaksonObat ini umumnya aktif terhadap kuman gram-positif, tetapi kurang aktif dibandingkan dengan sefalosporin generasi pertama. Untuk meningitis obat ini diberikan dua kali sehari sedangkan untuk infeksi lain umumnya cukup satu kali dalam sehari.

Dosis lazim obat ini ialah 1-2 g/hari IM atau IV dalam dosis tunggal atau dibagi dalam 2 dosis. Seftriakson tersedia dalam bentuk bubuk obat suntik 0.25 ; 0.5 ; dan 1 g. Apabila obat ini diberikan sebanyak 250mg akan sangat ampuh dan tanpa komplikasi oleh

7

Page 8: MAKALAH FARMAKOLOGI

karena itu menjadi pilihan utama untuk uretritis oleh gonokokus.

c. Golongan Glikopeptida

Diantaranya vankomisin, teikoplanin, ramoplanin dan dekaplanin.

d. Golongan Poliketida

Diantaranya golongan makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin, roksitromisin), golongan ketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin (doksisiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin).

e. Golongan Polimiksin

Diantaranya polimiksin dan kolistin.

f. Golongan Kuinolon (fluorokuinolon)

Diantaranya asam nalidiksat, siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin, levofloksasin, dan trovafloksasin.

Golongan ini dapat digunakan untuk infeksi sistemik. Mekanisme resistensi melalui plasmid seperti yang banyak terjadi pada antibiotika lain tidak dijumpai pada golongan kuinolon, namun dapat terjadi dengan mekanisme mutasi pada DNA atau membrane sel kuman.

Golongan flourokuinolon aktif sekali terhadap enterobacteriaceae (E. coli, Klebsiella, Enterobacter, Proteus), Shigella, Salmonella, Vibrio, C. jejuni, B. catarrhalis, H. influenza, dan N. gonorrhoeae. Golongan ini juga aktif terhadap Ps. Aeruginosa. Berbagai kuman yang telah resisten terhadap golongan aminoglikosida dam beta-laktam ternyata masih peka terhadap fluorokuinolon.

Streptokokus (termasuk S. pyogenes grup A, Enterococcus faecalis, dan Streptococcus viridans) termasuk ke dalam kuman yang kurang peka terhadap fluorokuinolon. Kuman-kuman anaerob pada umumnya resisten terhadap fluorokuinolon.

Golongan kuinolon baru umunya dapat ditoleransi dengan baik. Efek sampingnya yang terpenting adalah pada saluran cerna dan susunan saraf pusat. Manifestasi pada saluran cerna terutama berupa mual dan hilang nafsu makan, merupakan efek samping yang paling sering dijumpai. Efek samping pada susunan saraf pusat umumnya bersifat ringan berupa sakit kepala, vertigo dan insomnia.

Efek samping yang lebih berat pada SSP seperti reaksi psikotik, halusinasi, depresi dan

8

Page 9: MAKALAH FARMAKOLOGI

kejang, jarang terjadi. Penderita berusia lanjut, khususnya dengan arteriosklerosis atau epilepsi, lebih cenderung mengalami efek samping susunan saraf ini.

g. Golongan StreptograminDiantaranya pristinamycin, virginiamycin, mikamycin, dan kinupristin-dalfopristin.

h. Golongan OksazolidinonDiantaranya linezolid dan AZD2563.

i. Golongan SulfonamidaDiantaranya kotrimoksazol dan trimetoprim.

j. Antibiotika lain yang penting, seperti kloramfenikol, klindamisin dan asam fusidat.

Antibiotik dapat pula digolongkan berdasarkan organisme yang dilawan dan jenis infeksi. Berdasarkan keefektifannya dalam melawan jenis bakteri, dapat dibedakan antibiotik yang membidik bakteri gram positif atau gram negatif saja, dan antibiotik yang berspektrum luas, yaitu yang dapat membidik bakteri gram positif dan negatif. (Bhat, V., (2008), Classification of Antibiotik, Mediacal Notebook)

RESISTENSI OBAT ANTIBIOTIK

Resistensi adalah mekanisme tubuh yang secara keseluruhan membuat rintangan

untuk berkembangnya penyerangan atau pembiakan agent menular atau kerusakan

oleh racun yang dihasilkannya.

Resistensi antibiotika timbul bila suatu antibiotika kehilangan kemampuannya untuk

secara efektif mengendalikan atau membasmi pertumbuhan bakter; dengan kata lain

bakteri mengalami “resistensi” dan terus berkembangbiak meskipun telah diberikan

antibiotika dalam jumlah yang cukup untuk pengobatan. (Bhat, V., (2008),

Classification of Antibiotik, Mediacal Notebook)

Resistensi obat antibiotik oleh mikroba dapat dibagai menjadi berikut

1. Mikroba menghasilkan enzim yang merusak aktivitas obat.

Misal : Stapilokokus yang resisten terhadap penicillin menghasilkan β-

lactamase yang merusak obat-obat β-lactam

2. Mikroba merngubah permeabilitas terhadap obat.

9

Page 10: MAKALAH FARMAKOLOGI

3. Mikroba mengembangkan suatu perubahan terhadap struktur sasaran bagi

obat

Misal : Berubahnya strukutr protein reseptor pada ribosom 30S menyebabkan

mikroba resisten terhadap golongan aminoglikan

4. Mikroba mengembangkan perubahan jalur metabolitk yang dihambat

Misal : Bakteri yang resisten Sulfonamides tidak memerlukan PAB ekstraseluler

dimana awalnya bakteri ini sangat membutuhkannya

5. Mikroba mengembangkan perubahan enzim yang tetap dapat melakukan

fungsi metaboliknya tetapi lebih sedikit dipengaruhi oleh obat.

Asal resistensi-resistensi di atas dapat bersifat genetik maupun non genetik.

Yang non genetik dapat berasal dari berubahnya bentuk suatu mikroba menjadi

inaktif sehingga resisten terhadap obat-obat yang kerjanya pada proses replikasi

bakteri. Sedangkan genetik dapat diturunkan dari mikroba satu ke keturunannya

melalui mutasi kromosom atau dari satu mikroba ke mikroba lain melalui plasmid.

Resistensi silang saja terjadi dari satu jenis antibiotik ke jenis lain. Misal suatu mikroba resisten terhadap suatu jenis antibiotik dapat resisten terhadap jenis yang lain. Reaksi silang ini dapat terjadi pada jenis-jenis yang berhubungan sacara kimia maupun tidak. (Bhat, V., (2008), Classification of Antibiotik, Mediacal Notebook)

6 Golongan Antibiotika

A. PENISILIN

Penisilin diperoleh dari jamur Penicilium chrysogeneum dari bermacam-macam jemis

yang dihasilkan (hanya berbeda mengenai gugusan samping R ) benzilpenisilin

ternyata paling aktif. Sefalosforin diperoleh dari jamur cephalorium acremonium,

berasl dari sicilia (1943) penisilin bersifat bakterisid dan bekerja dengan cara

menghambat sintesi dinding sel.

Struktur kimia

Semua Penicillin mempunyai struktur dasar yang sama. Terdapat cincin Beta lactam

yang dikelilingi oleh cincin tiazolodin. Beberapa turunan Penicillin didapatkan dengan

10

Page 11: MAKALAH FARMAKOLOGI

menambahkan senyawa lain pada gugus R. Struktur penicillin dapat dilihat pada

gambar.

Gambar 3. Struktur dasa Penicillin. Terdapat cincin β-lactam (kiri) yang dikelilingi cincin tiazolid (kanan).

1. Resistensi

Mekanisme resistensi terhadap Penicillin dapat dibagi dalam beberapa mekanisme :

a. Bakteri-bakteri tertentu seperti Staphylococcus aureus, beberapa

Haemophilus influenzae dan gonokokus menghasilkan senyawa β-

lactamse yang memecah cincin β-lactam. Kontrol pembentukan β-

lactamase dikontrol oleh kromosom dan plasmid. Nafcillin tahan terhap

β-lactamase karena cincin β-lactam dilindungi oleh rantai samping R’.

b. Beberapa mikroba kurang mempunyai reseptor spesifik dan kurangnya

permeabilitas terhadap β-lactam.

c. Organisme yang dormant seperti Mycoplasma L resistant terhadap

penicillin karena tidak mensintetis peptidoglycan

Zat-zat penghambat β-lactamase seperti clavulanic acid, sulbactam dan, tazobactam

dapat menghambat aktivitas β-lactamase yang dihasilkan bakteri yang resisten.

Pemberian tunggal obat ini kurang menunjukkan aktivitas antibakteri. Namun

kombinasi obat ini dengan obat-obat β-lactam, misalnya clavulanic acid dan amoxcillin

dapat efektif terhadap infeksi saluran pernafasaan oleh H influenza penghasil β-

lactamase. (Darmansjah, I., Nelwan, R., (1994) Antibiotic guideline : Farmacological)

Farmakokinetik

Absorpsi peroral berbeda-beda dari masing-masing obat penicillin tergantung

dari kestabilan asam dan ikatan proteinnya. Pemberian minimal harus diberikan 1 jam

sebelum atau sesudah makan untuk mengurangi ikatan pada makanan. Absorpsi

parenteral biasanya cepar. Pemberian IM sering menimbulkan iritasi dan nyeri pada

11

Page 12: MAKALAH FARMAKOLOGI

tempat suntikan. Pemberian IV bolus intermittent dengan tetesan kontinue cenderung

disukai.

Penicillin tidak larut dalam sel dan tidak masuk dalam sel inang. Pemberian 6 gr

perhari dapat menghasilkan kadar 1-6 μg/ml dalam darah. Penicillin yang terikat kuat

pada protein (oxacillin, dicloxacillin) menghasilkan kadar obat bebas yang lebih rendah

daripada yang terikat lemah (Ampicillin, Penicillin-G)

Kadar penicillin pada jaringan setara dengan yang ada di serum. Pada mata,

protat, dan susunan syaraf pusat kadar ini lebih rendah daripada di serum. Namun

pada cairan serebospinal kadar dapat mencapai 0,2 μg/mL jika diberikan 6 gr

parenteral sehingga tidak diperlukan suntika intratekal.

Ekskresi dilakukan kebanyakan oleh ginjal. Sekitar 10% diekskresi di glomerulus

dan 90% melalui tubulus dengan kecepatan 2 gr/jm kecuali nafcillin dimana 80%

diekskresi di dalam saluran empedu. Waktu paruh Penicillin-G adalah ½-1 ja dan pada

gagal ginjal dapat mecapai 10 jam. Ampicillin diekskresi lebih lama. Sekresi di tubulus

dapat dihambat dengan pemberian probensid dan digunakan pada jika ingin mncapai

kadar sistemik dan cairan serebospinal yang tinggi. Pada neonantus pemberian ini

lebih lambat. Ekskresi juga dapat melalui sputum dan air susu dan dapat menimbulkan

alergi pada bayi yang menyusui. (Darmansjah, I., Nelwan, R., (1994) Antibiotic

guideline : Farmacological)

2. Kegunaan Klinik

Obat ini dikenal karena paling luas kegunaannya. Semua penicillin oral

harus diberikan minimal 1 jam sebelum/sesudah makan.

a. Penicillin-G

Obat ini masih digunakan pada infeksi pneumococcus,

streptococcus, meningococcus, staphilococcus yang tidak menghasilkan

β-lactamase, gonococcus, Treponema pallidum, Bacillus anthracic dan

bakreti gram (+) lainnya, clostridium, actinomyces, listeria, dan

bacterioid. Kebanyakan dosis yang digunakan adalah dosis sehari (6

gram) dan umumnya diberikan secara bolus intermittent IV. Penicillin-V

12

Page 13: MAKALAH FARMAKOLOGI

diindikasikan pada infeksi ringan saluran pernafasan dengan dosis

harian 1-4 g. Pemberian oral tidak boleh diberikan terhadap infeksi yang

berat.

b. Benzathine Penicillin

Obat ini berbentuk garam yang mempunyai kelarutan dalam air

yang sangat rendah dan menghasilkan kadar rendah tetapi bertahan

lama. Kegunaannya adalah diberikan secara 1,2 juta unit IM untuk

profilaksi reinfeksi streptokokus selama 3-4 minggu.

c. Ampicillin, Amoxicillin, carbenicillin, Ticarcillin, Piperacillin, mezlocillin,

Azlocillin

Obat ini berbeda dengan penicillin-G karena punya akitivitas

lebih besar terhadp bakteri gram (-).

Ampicillin dan amoxicillin mempunyai aktivitas sama. Namun

amoxicillin lebih mudah diserap dalam usus. Diberikan secara oral untuk

ISK oleh bakteri koliformis gram (-) dan infeksi bakteri campuran saluran

nafas (sinusitis, otitis, bronchitis). Dosis yang diberikan adalah 250-500

mg 3x sehari. Obat ini kurang efektif terhadap enterobacter,

pseudomonas dan gastroenteritis salmonella noninvasive.

Carbenicillin lebih efektif terhadap pseudomonas dan proteus

namun lebih cepat menjadi resisten. Pemberian dengan dosis

12-30g/hari IV biasanya diberikan berkombinasi dengan antibiotik

golongan lain untuk pengobatan sepsis pseudomonas pada luka baker.

Ticarcillin menyerupai carbenicillin tetapi dosisnya lebih rendah

(200-300mg/kg/hari). Obat yang lain mempunyai aktivitas yang

kebanyakan sama

d. Penicillin yang resisten terhadap β-lactamase

Golongan yang resisten terhadap β-lactamase adalah Oxacillin,

Cloxacillin, Dicloxacillin, dan Nafcillin. Indikasi penggunaan hanya

digunakan pada infeksi staflokokus penghasil β-lactamase. Dosis yang

13

Page 14: MAKALAH FARMAKOLOGI

digunakan adalah 0,25-0,5 g setiap 4-6 jam peroral. Untuk infeksi yang

berat diberikan 8-12 g/hari nafcillin intermittent bolus IV tiap 2-4 jam

(1-2 g tiap pemberian). Methicillin jarang digunakan karena bersifat

nefrotoksis.

3. Efek Samping

a. Hipersensitivitas

b. Neurotoksis pada dosis tinggi (>20.000 unit intratekal atau >20juta

parenteral)

c. Dyspepsia

d. Nefrotoksis (Methycillin)

e. Gangguan pendarahan (Cabenicillin) (Darmansjah, I., Nelwan, R., (1994)

Antibiotic guideline : Farmacological)

Pensilin terdiri dari :

1) Benzil Penisilin Dan Fenoksimetil Penisilin

benzil penisilin

indikasi : infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis kronis,

salmonelosis invasive, gonore.

Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada

glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan AIDS.

Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh.

Tapi penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami

infeksi.

Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.

Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem,

leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.

Dosis : injeksi intravena lambat, intra muskuler atau infuse: 1.2 g/hari

dalam dosis terbagi 4, jika diperlukan dapat ditingkatkan 2.4 g/hari atau lebih. BAYI

PREMATUR dan NEONATAL, 50 mg/ kg dalam dosis terbagi 3; ANAK 1-12 tahun: 100

mg/kg/hari dalam dosis terbagi 4 ( dosis lebih tinggi mungkin dibutuhkan )

Endokarditis bakterialis: infuse atau injeksi intravena lambat 7,2 gr/hari dalam

14

Page 15: MAKALAH FARMAKOLOGI

dosis terbagi 4 samapi 6.

Meningitis meninukokus: injeksi intravena lambat ata infuse, 2,4 gr/setiap 4 – 6

jam : BAYI PREMATUR dan NEONATAL, 100 mg / kg/ hari dalam dosis terbagi 2 bayi 1 –

4minggu 150 mg/ kg/ hari, dalam dosis ternbagi 3 : anak 1- 12 tahun 180- 300

mg/kg/hari, dalam dosis terbagi 4 – 6.

Penting : jika diduga menderita penyakit meningokokus dokter dianjurkan

untuk memberikaninjeksi tunggal benzyl pensilin secara IM atau IV sebelum membawa

pasien kerumah sakit.

Fenoksimetilpenisilin

Indikasi : tonsillitis, otitis media, erysipelas, demam rematik,

prpopiliaksisinfeksi pneumokokus.

Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada

glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan AIDS.

Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh.

Tapi penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami

infeksi.

Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.

Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem,

leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral, pensilin harus diberi 1 jam

sebelum makan.

Dosis : dewasa 500 mg tiap 6 jam, dapat naik 750 mg tiap 6 jam pada

infeksi berat. Anak 0 -1 tahun 62,5 mg tiap 6 jam. Anak 1-5 tahun 125 mg tiap 6 jam.

2) Pensilin Tahan Penisilinase

Kloksasilin

indikasi : infeksi karena stapilokokus yang memproduksi pensilinase.

Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada

glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan AIDS.

Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh.

Tapi penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami

infeksi.

Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.

Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem,

15

Page 16: MAKALAH FARMAKOLOGI

leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.

Dosis : oral 500 mg tiap 6 jam, diberikan 30 menti sebelum makan. IM 250

mg taip 4-6 jam. IV lambat infus 500 mg tiap 4 -6 jam. Dalam kasus yang berat dosis

dapat dianaikkan 2 kali.

Anak kuarang dari 2 tahun ¼ dari dosis dewasa. Anak 2-10 tahun ½ dosis dewasa.

Flukoksasilin

indikasi : infeksi karena stapilokokus yang memproduksi pensilinase.

Peringatan:riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular

fever, leukemia limfositik kronik, dan AIDS.

Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh.

Tapi penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami

infeksi.

Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.

Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem,

leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.

Dosis : oaral 250 mg tiap 6 jam diberikan 30 menit sebelum makan. IM 250

mg tiap 6 jam. IV lambat atau infus 0,25 – 1 gr tiap 6 jam. Pada infeksi berat dosis

dapat ditingkatkan 2 kali.

Anak kurang dari 2 tahun ¼ dosis dewasa. Anak 2 -10 tahun ½ dosis dewasa.

3) Pensilin Spectrum Luas

Ampisilin

indikasi : infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis kronis,

salmonelosis invasive, gonore.

Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada

glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan AIDS.

Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh.

Tapi penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami

infeksi.

Kontraindikasi: hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.

Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem,

leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.

16

Page 17: MAKALAH FARMAKOLOGI

Dosis : oral 0,25-1 gram tiap 6 jam, diberikan 30 menti sebeum makan.

Untuk gonore 2-3,5 gram dodis tunggal, ditambah 1gram. Infeksi saluran kemih : 500

mg tiap 8 jam. IM, IV atau infuse:500 mg tiap 4-6 jam. Anak di bawah 10 tahun :

setengah dosis dewasa.

Amoksisilin

indikasi : lihat ampisilin

interaksi : lihat ampisilin

efek samping : lihat ampisilin

kontra indikasi: lihat ampisilin

dosis:oral:dewasa 250-500 mg tiap 8 jam. Infeksi saluran nafas berat / berulang 3 gram

tiap 12 jam. Anak di bawah 10 tahun 125-250 mg tiap 8 jam. Pada infeksi berat dapat

diberikan dua kali lebih tinggi terapi oral jangka pendek.

Abssis gigi : 3 gram diulangi 8 jam kemudian

Infeksi saluran kemih 3 gram diulangi stelah 10- 12 jam

Gonore : 2-3 g dosis tunngal, ditambah 1 gr probenesid.

Otitis media : pada anak 3-10 tahun 750 mg dua kali sehari selama 2 hari

Injeksi IM : dewasa 500 mg tiap 8 jam

Anak:50-100 mg/ hari dalam dosis terbagi injeksi IV atau infus : 500 mg tiap 8 jam,

dapat dinaikkan 1 gr tiap 6 jam.

Bekampisilin

indikasi : lihat ampisilin

interaksi : lihat ampisilin

efek samping : lihat ampisilin

kontra indikasi: lihat ampisilin

dosis : 400 mg 2- 3 kali sehari

pada infeksi berat dapat diberikan dua kali lebih tinggi.

Anak : lebih dari 5 tahun 200 mg 3 kali sehari

Gonore tanpa komplikasi 1,6 gr dosisi tunggal ditambah 1 gr probenisid

4) Penesiln Anti Pseudomona

Tikarsilin

indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas dan proteus spp

interaksi:lihat benzil pensilin

17

Page 18: MAKALAH FARMAKOLOGI

efek samping : lihat benzil pensilin

kontra indikasi: lihat benzil pensilin

Dosis : injeksi IV lambat atau infuse 15-20 gr perhari dalam dosis

terbagi.

Anak : 200-300 mg/kg/hari dalam dosis

Untuk infeksi saluran kemih secara IM atau IV lambat : dewasa 3-4 gr perhari dalam

dosis.

Anak : 50-100 mg/kg/hari.

Piperasilin

indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas aerugenosa

interaksi : lihat benzil pensilin

efek samping:lihat benzil pensilin

kontra indikasi: lihat benzil pensilin

Dosis : IM atau IV lamabt atau infus 100-150 mg/kg/hari. Pada infeksi

berat 200-300 mg/kg/hari. Pada infeksi lebih berat 16 gr perhari dosis tunggal diatas 2

gr, hanya diberikan secara IV

Sulbenisilin

indikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas aerugenosa

interaksi : lihat benzil pensilin

efek samping : lihat benzil pensilin

kontra indikasi: lihat benzil pensilin

dosis:dewasa 2-4 gr perhari. Anak 40-80 mg/kg/hari diberikan secara Im atau IV, dibagi

dalam dua kali pemberian. (Katzung, E.G, (1997), Obat-Obat Kemoterapeutika, dalam

Farmakologi Dasar & Klinik, EGC : Jakarta)

B. SEFALOSFORIN

Sefalosforin merupakan antibiotic betalaktam yang bekerja dengan cara menghambat

sintesis dinding mikroba. Farmakologi sefalosforin mirip dengan penisilin, ekseresi

terutama melalui ginjal dan dapat di hambat probenisid.

Sefalosforin terbagi atas :

18

Page 19: MAKALAH FARMAKOLOGI

1) Sefaklor

indikasi : infeksi baktri gram (+) dan (-)

peringatan : alergi terhadap penisilin, gangguan fungsi ginjal, kehamilan dan

menyusui ( tetapi boleh digunakan ) fositip palsu untuk glukosa urin ( pada pengujian

untuk mengurangi jumlah obat

interaksi : sefalosforin aktif terhadap kuman garm (+) dan (-) tetapi

spectrum anti mikroba masing-masng derrivat bervariasi.

efek samping : diare dan colitis yang disebabkan oleh antibiotic ( penggunaan

dosis tinggi) mual dan mumtah rasa tidak enak pada saluran cerna sakit kepala, Dll

kontra indikasi: hipersensitivitas terahadap sefalosforin, porfiria

Dosis : 250 mg tiap 8 jam,k dosis digandakan pada infeksi berat,

maksimum 4 gr perhari. Bayi diatas 1 bulan 20 mg/kg/hari di bagi dalam 3 dosis,

maksimum 1 gr perhari. Bayi 1 bulan – 1 tahun 62 mg tiap 8 jam. Anak berusia 1-5

thun 125 mg. diatas 5 tahun 250 Mg, untuk infeksi berat dapat dianaikkan 2 kali lipat

dosisnya.

2) Sefadroksil

indikasi : lihat sefaklor

peringatan : lihat sefaklor

interaksi : lihat sefaklor

efek samping : lihat sefaklor

kontra indikasi: lihat sefaklor

dosis : berat badan lebih dari 40 kg : 0.5 – 1 gr dua kali sehari. Infeksi

jaringan lunak, kulit, dan saluran kemih tanpa komplikasi 1gr/hari.

Anak kurang dari 1 thn, 25 mg/kg/hari. Anak 1 – 6 thn 500 mg dua kali sehari.

3) Sefeksim

indikasi : lihat sefaklor

peringatan : lihat sefaklor

interaksi : lihat sefaklor

efek samping : lihat sefaklor

kontra indikasi: lihat sefaklor

dosis : dewasa dan anak diatas 10 thn: 200 – 400 mg/ hari sebagai dosis

19

Page 20: MAKALAH FARMAKOLOGI

tunggal atau dibagi dua dosis. Bayi di atas 6 bulan: 8 mg/kg/hari. Sebagai dosis tunggal

atau dua dosis. Bayi 6 bln- 1 thn 75 mg/hari. Anak 1 – 4 thn 100 mg/hari.

4) Sefrozil

Indikasi : ISPA, eksaserbasi akut dari bronchitis kronik dan otitis media.

peringatan : lihat sefaklor

interaksi : lihat sefaklor

efek samping : lihat sefaklor

kontra indikasi: lihat sefaklor

dosis : ISPA, kulit dan jaringan lunak 500 mg sekali sehari, biasanya

untuk 10 hari. Anak 6 bulan – 12 thn 20 mg/ kg BB ( max. 500mg ) sekali sehari.

Eksaserbasi akut dari bronchitis kronik 500mg setiap 12 jam, biasanya untuk 10 hari.

Otitis media anak 6 bulan – 12 thn 20 mg/kg BB ( max. 500 mg ) setiap 12 jam.

5) Sefodizim

Indikasi : ISPA, infeksi saluran kemih atas, dan bawah.

peringatan : lihat sefaklor

interaksi : lihat sefaklor

efek samping : lihat sefaklor

kontra indikasi: lihat sefaklor

dosis : pemberian injeksi IM atau IV lambat atau infuse 1gr tiap 12 jam (

pd ISPA ).

Infeksi saluran kemih atas dan bawah ( termasuk pielonefritis akut dan kronis dan

sistitisa ) 1 gr tiap 12 jam atau 2 gr /hari dalam dosis tunggal.

6) Sefotakzim

Indikasi : profilaksis pada pembedahan, epiglotitis karena hemofilus,

meningitis.

peringatan : lihat sefaklor

interaksi:lihat sefaklor

efek samping : lihat sefaklor

kontra indikasi: lihat sefaklor

dosis : pemberian IM, IV atau infuse: 1 gr tiap 12 jam, dapat di

tingkatkan sampai 12 gr/hari dalam 3 – 4 kali pemberian. ( dosis diatas 6 gr/ hari

20

Page 21: MAKALAH FARMAKOLOGI

diperlukan untuk infeksi pseudomonas ). Neonatus : 50 mg/kg/hari dalam 2 – 4 kali

pemberian. ( pada infeksi berat dapat ditingkatkan menjadi 150 – 200 mg/kg/hari.

Anak ; 100 – 150 mg/kg/hari dalam 2 – 4 kali pembarian. ( pada infeksi berat dapat

ditingkatkan menjadi 200 mg/kg/hari).

7) Sefripom

indikasi : lihat sefaklor

peringatan : lihat sefaklor

interaksi : lihat sefaklor

efek samping : lihat sefaklor

kontra indikasi: lihat sefaklor

dosis : pemberian injeksi IV atau infuse.

Infeksi saluran kemih atas dan bawah dengan komplikasi, infeksi kulit dan jaringan

lunak : 1 gr tiap 12 jam, dapat naik sampai 2gr tiap 12 jam pada infeksi sangat berat.

Infeksi saluran pernafasan bawah : 1 -2 gr tiap 12 jam.

Tidak dianjurkan untuk anak di bawah 12 tahun.

8) Seftazidim

indikasi : lihat sefaklor

peringatan : lihat sefaklor

interaksi : lihat sefaklor

efek samping : lihat sefaklor

kontra indikasi: lihat sefaklor

dosis : pemberian injeksi IM, IV atau infuse.

1 gr tiap 8 jam, 2 gr tiap 12 jam pada infeksi berat : 2 gr tiap 8 – 12 jam. Pemberian

lebih dari 1 gr hanya secara IV.

USILA : dosis max. 3 gr/hari. BAYI sampai 2 bulan : 25 – 60 mg/kg/hari dalam 2 kali

pemberian. Di atas 2 bulan : 30 – 100 mg/kg/ hari dibagi dalam 2 kali pemberian. Pada

meningitis atau imunodefisiensi ; max. 6 gr/hari dibagi dalam 2 kali pemberian.

Infeksi saluran kemih dan infeksi yang tidak terlalu berat : 0.5 – 1 gr tiap 12 jam. Anak :

150mg/kg/hari ( max. 6 gr/hari ) dibagi dalam 3 kali pemberian. Profilaksis pada

operasi prostate : 1 gr pada saat induksi anestesi, dapat diulangi pada saat

pengangkatan kateter.

21

Page 22: MAKALAH FARMAKOLOGI

9) Seftibuten

indikasi : lihat sefaklor

peringatan : lihat sefaklor

interaksi : lihat sefaklor

efek samping : lihat sefaklor

kontra indikasi: lihat sefaklor

dosis : dewasa dan anak di atas 10 thn. ( berat badan lebih dari 45 kg ) :

400 mg/hari dosis tunggal.

anak di atas 6 bln : suspensi oral, 9 mg/kg/hari dosis tunggal.

10) Seftriakson

indikasi : lihat sefaklor

peringatan : lihat sefaklor

interaksi : lihat sefaklor

efek samping : lihat sefaklor

kontra indikasi: lihat sefaklor

dosis : pemberian secara injeksi IM dalam, bolus IV atau infus. 1gr/hari

dalam dosis tunggal dosis lebih dari 1 gr hars diberikan pada dua tempat atau lebih.

Anak diatas 6 minggu : 20-50 mg/kg/hari, dapat naik sampai 80 mg/kg/hari. Diberikan

dalam dosis tunggal, bila lebih dari 50 mg/kg hanya diberikan secara infus. Gonore

tanap komplikasi : 250 mg dosis tunggal.

11) Sefuroksim

indikasi : profilaksis tindakan bedah,lebih aktif terhadap H. influenzae dan

N gonorrhoeae, lihat juga sefaklor.

peringatan : lihat sefaklor

interaksi : lihat sefaklor

efek samping : lihat sefaklor

kontra indikasi: lihat sefaklor

dosis : oral:untuk sebagian besar kasus termasuk infeksi saluran nafas

atas dan bawah : 250 mg 2 kali sehari. Infeksi saluran kemih : 125 mg dua kali

sehari

22

Page 23: MAKALAH FARMAKOLOGI

12) Sefaleksin

indikasi : lihat sefaklor

peringatan : lihat sefaklor

interaksi : lihat sefaklor

efek samping : lihat sefaklor

kontra indikasi: lihat sefaklor

dosis : 250 mg tiap 6 jam atau 500 mg tiap 8-12 jam. Dapat dinaikkan

sampai 1-1,5 gr tiap 6-8 jam untuk infeksi berat. Anak : 25 mg/kg/hari dalam dosis

terbagi. Dapat dinaikkan dua kali lipat untuk infeksi bera ( max 100 mg/kg/hari ).

Dibawah1 tahun: 125 mg tiap 12 jam. 1-5 tahun 125 mg tiap 8 jam ; 6 sampai 12 tahun

250 mg tiap 8 jam.untuk profilaksis infeki saluran kemih berulang pada dewasa 125 mg

pada malam hari.

13) Sefamandol

indikasi : profilaksis tindakan bedah,lihat juga sefaklor

peringatan : lihat sefaklor

interaksi : lihat sefaklor

efek samping : lihat sefaklor

kontra indikasi: lihat sefaklor

dosis:injeksi IM atau IV selama 3-5 menti atau infuse 0,5-2 g tiap 4-8 jam.bayi diatas 1

bulan, 50-100 mg/kg/hari

14) Sefodixim

Indikasi : lihal pada dosis

Peringatan : lihat sefaklor

Kontraindikasi : lihat sefaklor

Efek samping : lihat sefaklor.

Dosis : infeksi saluran napas bawah,pemberian injeksi intramuscular

atau intravena lambat atau infuse: 1 g tiap 12 jam. Infeksi saluran kemis atas dan

bawah (termasuk pielonefritis atau kronis dan sistitis): I g tiap 112 jam atau 2 g per hari

dalam dosis tunggal.

15) Sefotaksim

23

Page 24: MAKALAH FARMAKOLOGI

Indikasi:lihal sefaktor

Profilasi pada pembedahan epiglotitis karena hemofilus, meningitis.

Peringatan:lihal sefaktor

Kontraindikasi:lihal sefaktor

Efek Samping:lihat sefakklor

Dosis:pemberian injeksi intramuskuler, intravena atau infus: 1 g tiap 12 jam, dapat

ditingkatkan sampai 12 g perhari dalam 3-4 kali pemberian. Pada infeksi. (Dosis di atas

6 g/hari diperlukan untuk infeksi pseudomenas).

NEONATUS: 50 mg/kg/hari dalam 2-4 kali pemberian. Pada infcksi berat, dapat

ditingkatkan 150-200 mg/kg/hari.

ANAK: 100-150 mg/kg/hari dalam 2-4 kali pemberian. (pada infcksi berat dapat

ditingkatkan menjadi 200 mg/kg/hari).

Gonore: 1 g dosis tunggal.

16) Sefpirom

Indikasi:lihat sefaklor

Peringatan:lihat sefaklor

Kontraindikasi:lihat sefaklor

Efek Samping:lihat sefaklor

Dosis:pemberian injeksi intramuskuler, intravena atau infus

Injeksi saluran kemih dan bawah dengan komplikasi , infeksi kulit dan jaringan lunak: 1

g tiap 12 jam, dapat naik sampai 2 g per 12 jam hari sangat berat.

Infeksi saluran napas bawah : 1-2 g tiap 12 jam.

Infeksi berat, termasuk bakteremia: 2 g tiap12 jam.

Tidak dianjurkan untuk anak di bawah 12 tahun.

17) Seftibuten

Indikasi:lihat sefaklor

Peringatan:lihat sefaklor

Kontraindikasi:lihat sefaklor

24

Page 25: MAKALAH FARMAKOLOGI

Efek Samping:lihat sefaklor

Dosis:Dewasa dari anak di atas 10 tahun (beratbadan lebih dari 45 Kg): 400mg/ hari

dosis tunggal.

Anak diatas 6 bulan: suspensi oral. 9 mg/Kg/ hari dosis Tunggal.

Cedax (Schering Ploigh italy), kapsul 200 mg, 400 mg; suspensi 36 Mg/ ml (K)

18) Seftriakson

Indikasi:lihat sefaklor

Peringatan:lihat sefaklor

Kontraindikasi:lihat sefaklor

Efek Samping:lihat sefaklor

Pada gangguan fungsi hati yang disertai gangguan fungsi ginjal dapat terjadi

penggeseran bilirubin dari ikatan plasma.

Kontrandiksi untuk bayi dibawah 6 bulan seftriakson kalsium dapat menimbulkan

presipitasi di ginjal atau empedu.

Dosis:pemberian secara infeksi intramuskuler dalam, bolus intravena atau infuse. 1 g/

hari dalam dosis:tunggal. Pada infeksi berat: 2-4 Mg/ hari dosis tunggal. Dosis lebih

dari 1 g halus diberikan pada dua tempat atau lebih.

ANAK di atas 6 minggu: 20-50 mg/kg/hari, dapat naik sampai 80 mg/kg/ hari.diberikan

dalam dosis tungggal. Bila lebih dari 50 mg/

kg, hanya diberikan sccara infus intravena.

Gonore tanpa komplikasi: 250 mg dosis tunggal.

Profilaksis bedah: I g dosis tunggal.

Profilaksis bedah kolorek: 2 g

19) Sifuroksim

Indikasi:prolilaksis tindakan bcdah, lebih-akif terhadap H. Influenzae dan N-

gonorrboeae. Lihar juga sefaktor

Peringatan:lihat sefaklor

Kontrandikasi:lihat sefaklor

Efek samping:lihat sefaktor

Dosis:oral:untuk sebagian besar kasus, termasuk infeksi saluran napas atas dan bawah:

25

Page 26: MAKALAH FARMAKOLOGI

250 mg dua kali sehari. Untuk kasus berat, dapat ditingkatkan dua kali lipat.

Infeksi saluran kemih: 125 mg dua kali sehari. Untuk pielonefritis 250 mg dua kali.

Gonore: 1 gram dosis tunggal

ANAK diatas 3 bulan: 125 mg dua kali sehari. Untuk otitis media pada anakl ebih dari 2

tahun dapat diberikan 250 mg dua kali sehari.

Parenteral: injeksi intramuscular, bous intravena atau infuse 750 mg tiap 6-8 jam. Pada

infeksi berat: 1,5 g tiap 6-8 jam pemberina lebih dari 750 mg hanya boleh secara

intravena.’

ANAK: 30- 100 mg /kg/ hari ( rata-rata 60 mg / kg/ hari) dibagi dalam 3-4 dosis.

Gonore: 1,5 g injeksi intravena intramuskuler, dosis tunggal, pada dua tempat

suntikan.

Profilaksis bedah: 1,5 injeksi intravera pda saat induksi. Dapat ditambahkan 750 mg

intramuskuler 8-16 jam kemudian (bedah abdomen, pelvis dan ortopedi), 750 mg, i.m

tiap 8 jam selama 24-48 jam berikutnya ( bedah jantung, padi dan esophagus).

(meringis : 3 g, injeksi intravena, tiap 8 jam.

ANAK: 200 240 mg/kg/hari dibagi dalam 3-4 dosis. Dosis diturunkan menjadi 100

mg/kg/hari setelah 3 hari atau setelah adanya perbaikan klinis. NEONATUS, 100

mg/kg/ hari, kemudian diturunkan mejadi : 50 mg/ kg/ hari.

20) Sefaleksin

Indikasi:lihat sefaklor

Peringatan:lihat sefaklor

Kontraindikasi:lihat sefaklor

Efek Samping:lihat sefaklor.

Dosis:250 mg tiap 6 jam atau 500 mg tiap 8-12 jam. Dapat dinaikkan sampai 1-1,5 g

tiap 6-8 jam untuk infeksi berat.

ANAK: 25 mg/kg/hari dalam dosis terbagai. Dapat dinaikkan dua kal lipat untuk infeksi

berat ( maksimum 100 mg / kg/ hari). Dibawah 1 than: 125 mg tiap 12 jam. 1 sampai 5

tahun, 125 mg tiap 8 jam, 6 sampai 12 tahun 250 tiap 8 jam

Untuk profilaksis infeksi saluran kemih berulang pada dewasa, 125 mg pada malam

hari.

26

Page 27: MAKALAH FARMAKOLOGI

21) Sefamandol

Indikasi:profilaksis pada Tindakan 1 pembedahan. Lihat juga sefaklor.

Peringatan:lihat sefaklor

Kontraindikasi:lihat sefaklor

Efek Samping:lihat sefaklor.

Dosis:lnjeiksi inframuskuler atau intravena selama 3-5 menit atau infuse intravena 0,5-

2 tiap 4-8 jam.

22) Sefradin

Indikasi:profilaksis bedah. Lihat juga sefaktor

peringatan:lihat sefaklor

Kontraindikasi:lihat sefaklor

efek samping:lihat sefakltor.

Dosis, oral 250-500 mg tiap 6 jam atau 0,5 – 1 g tiap 12 jam.

ANAK, 25-50 mg/kg/hari dalam dosis terbagi.

Injeksi intramuskuler atau intravena: 0,5 – 1 g tiap 6 jam. Pada infeksi berat dapat

ditingkatkan sampai 8 g/ hari. ANAK. 50-100 mg/ kg/ hari dibagi dalam 4 kali

pemberian.

Profiklaksis beda, 1-2 g segera sebelum operasi.

23) Sefazolin

Indikasi:lihat Sefaklor; profilaksis bedah.

Peringatan:lihat sefaklor

kontraindikasi:lihat sefaklor

efek samping:lihar sefaktor.

Dosis:injeksi intramuscular atau injeksi intravena atau infuse. 0,5 g – 1 g setiap 6 – 12

jam, ANAK 25-50 mg setiap hari ( dalam dosis terbagai,)dapat ditingkatkan sampai 100

mg / kg perhari pada infeksi berat.

24) Sefpodoksim

Indikasi:infeksi saluran napas tetapi. Penggunaan ada faringitis dan tonsillitis, hanya

27

Page 28: MAKALAH FARMAKOLOGI

yang kambuhan, infeksi kronis atau resisten terhadap antbiotika lain.

Kontraindikasi:lihat sefaklor

Efek samping:lihat sefaktor

Dosis:infeksi saluran napas atas; 100 mg “dua kali sehari bersama makanan (200 mg

dua kali sehari pada sinusitis). infeksi, saluran napas bawah (termasuk bionkitis dan

pneumonia) 100-200 mg dua kali sehari bersama makanan.

ANAK dibawah 15 hari tidak dianjurkan, ;

15 hari-16 bulan 8 mg/kg per hari terbagi ;

Dalam 2 dosis, 6 bulan-2 tahun 40 mg 2 kali sehari, 3-8 tahun 80 mg 2 kali sehari,

diatas 9 tahun 100 mg 2 kali sehari.

Bahan (Sankyo Co.Lld-Japan/Kimia Farma)

Tablet 100 mg (K). (Katzung, E.G, (1997), Obat-Obat Kemoterapeutika, dalam

Farmakologi Dasar & Klinik, EGC : Jakarta)

C. Tetrasiklin

Tetrasiklin merupakan antibiotik dengan spectrum luas. Penggunaannya semakin lama

semakin berkurang karena masalah resistansi.

AKTIVITAS ANTIMIKROBA

Tetracycline cenderung merupakan antibakteri spektrum luas. Bersifat

bakteristatik baik untuk gram (+) dan gram (-) , bakteri anaerob, riketsia, clamidia,

micoplasma, serta untuk beberapa protozoa misalnya amuba.

RESISTENSI

Resistensi muncul dengan perubahan permeabilitas pasif dan juga tidak adanya

transport aktif terhadap tetracycline. Resistensi ini muncul dipengaruhi genetik.

Kontrol resistensi oleh plasmid juga dapat resisteni terhadap obat golongan lain.

Penggunaan secara luas tetracycline bertanggung jawab terhadap resistensi terhadap

obat lain.

FARMAKOKINETIK

Absopsi tetracycline di usus bervariasi antara beberapa obat. Beberapa ada

yang tetap di usus dan dikeluarkan di tinja. Obat chlortetracycline hanya 30%

diasorpsi. Jenis lain hanya 60-80% untuk oxytetracycline dan demeclocycline, 90-100%

28

Page 29: MAKALAH FARMAKOLOGI

untuk doxycycline dan minocycline. Absorpsi paling baik di usus halus bagian atas dan

baiknya pada saat tidak makan karena dapat diganggu jika ada kation bervalensi dua

(Ca2+, Mg2+, Fe2+), terutama dalam susu dan antasida. Pemberian parenteral

tetracycline biasanya diracik dengan buffer khusus

Dalam darah terjadi ikatan protein berbagai tetracycline sebesar 40-80%.

Dengan dosis oral 500 mg tiap 6 jam dapat mencapai kadar 4-6 μg/mL untuk

tetracycline hydrochlorid dan oxytetracycline. Doycycline dan minocycline agak lebih

rendah. Suntikan IV membuat kadar lebih tinggi untuk sementara waktu. Distribusi

tidak dapat mencapai cairan serebrospinal. Minosiklin khas karena konsentrasi yang

tinggi di air mata dan air liur. Tetracycline dapat melintasi plasenta dan air susu,

Ekskresi terutama di empedu dan urin. Di empedu ekskresinya lebih banyak

dan mungkin diabsorpsi kembali di usus untuk mempertahankan kadar di serum.

Sekitar 50% jenis tetracycline diekskresi di glomerulus ginjal dan dipengaruhi oleh

keadaan gagal ginjal. Doxicycline dan minocycline diekskresi lebih lambat sehingga di

dalam serum lebih lama

KEGUNAAN KLINIK

Tetracycline merupakan obat spektrum luas pertama dan telah digunakan

sewenang-wenang. Merupakan obat terpilih untuk infeksi Mycoplasma pneumoniae,

Clamidia, serta ricetsia. Obat ini juga berguna untuk infeki bakteri campuran infeksi

saluran pernafasan misalnya sinusitis dan bronchitis. Dapat digunakan untuk infeksi

Vibrio dan kolera namun resistensi telah dilaporkan.

Tetracycline efektif untuk infeksi infeksi melalui hubungan seksual yang

disebabkan clamidia. Doxycycline efektif terhadap leptospirosis. Untuk protozoa yang

dapat dihabat oleh tetracycline adalah Entamoeba hitolitika atau Plasmodium

falciparum (Doxicycline).

29

Page 30: MAKALAH FARMAKOLOGI

EFEK SAMPING

Efek samping yag bisa timbul antara lain :

a. Efek samping pencernakan seperti mual, muntah dan diare karena engubah flora

normal. Hal ini merupakan alasan penghentian dan pengurangan pemberian

tetracycline.

b. Penumpukan di tulang dan gigi tetracycline sering terjadi. Kontra indikasi

pemberian pada ibu hamil karena dapat menumpuk di gigi janin yang

menyeabkan kekuning-kuningan pada gigi serta penumpukan di tulang yang

menyebabkan gangguan pertumbuhan pada janin dan anak umur dibawah 8

tahun.

c. Hepatotoksis juga dapat diberikan jika diberikan pada dosis besar atau telah

terjadi insuficiensi hepar sebelumnya.

d. Trombosis vena dapat terjadi pada pemberian IV

e. Hiperfotosensitif terutama demeclocycline

Reaksi vestibular seperti pusing, vertigo, mual, muntah (minocycline)

Tetracyclin memasuki mikroba melalui difusi pasif dan transport aktiv sehingga pada

mikroba yang rentan terdapat penumpukan obat ini di dalam sel. Tetracycline

kemudian terikat reversible ke reseptor pada subunit 30S ribosom dalam posisi yang

menghambat pengikatan aminoasil-tRNA ke tempat akseptor pada komplek mRNA

ribosom. Efek lanjut adalah mencegah penambahan asam amino baru ke rantai

peptide yang tumbuh.

1. Tetrasiklin

Indikasi:eksaserbasi bronkitri kronis, bruselosis (lihat juga keterangan diatas) klamidia,

mikoplasma, dan riketsia, efusi pleura karena keganasan atau sirosis, akne vulganis.

Peringatan:gangguan fungsi hati (hindari pemberian secara i.v), gangguan fungsi ginjal

(lihat Lampiran 3), kadang-kadang menimbulkan fotosintesis.

Interaksi:lihat lampiran I (tetrasiksin).

Efek samping:mual, muntah, diare, eritema.

2. Demeklosiklin Hidroklorida

30

Page 31: MAKALAH FARMAKOLOGI

Indikasi:tetrasiklin. Lihat jugas gangguan sekresi hormone antidiuretik

Perhatina:kontaindikasi; efek samping lihat tetrasiklin. Fotositivtas lebih sering terjadi

pernah dilaporkan terjadinya diabeters indipidus nefrogenik.

Dosis:150 mg tiap 6 jam atau 300 mg tiap 12 jam.

3. Doksisiklin

Indikasi:tetrasiklin.bruselosis (kombniasi dengan tetrasiklin), sinusitis kronis , pretatitis

kronis, penyakit radang perlvis (bersama metronidazo)

Dosis:L 200 mg pada hari pertama, kemudian 100 mg perhari pertama, kemudian 100

per hari. Pada infeksi berat 200 mg per hari.

Akne: 50 mg per hari selama 6-12 mingu atau lebih lama.

Catatan:kapsul harus ditelan dalam bentuk utuh bersama dengan makanan dan air

yang cukup, dalam posisi duduk atau berdiri.

4. Oksitetrasiklin

Indikasi:lihat tetrasilin; hindari pada porfiria.

Peringatan:lihat tetrasilin; hindari pada porfiria.

Kontaindikasi:lihat tetrasilin; hindari pada porfiria.

efek samping:lihat tetrasilin; hindari pada porfiria.

Dosis:250-500 mg tiap 6 jam

Oxytetracycline ( generic ) cairan Inj. 50 mg/ vial (K)

Teramycin (Pfizer Indonesia) cairan inj. 50 mg/ vial. Kapsul 250 mg (K). (Katzung, E.G,

(1997), Obat-Obat Kemoterapeutika, dalam Farmakologi Dasar & Klinik, EGC : Jakarta)

D. Aminoglikosida

Aminoglokosida bersifat bakterisidal dan aktif terhadap bakteri gram posistif dan gram

negative. Aminasin, gentamisin dan tobramisin d juga aktif terhadap pseudomonas

aeruginosa. Streptomisin aktif teradap mycobacterium tuberculosis dan

penggunaannya sekarang hamper terbatas untuk tuberkalosa.

MEKANISME KERJA

Mekanisme kerja aminoglycoside adalah pernghambatan irreversible sintetis

protein. Diawali dengan proses tranpot aktif yang bergantung pada oksigen sehingga

tidak efektif terhadap kuman anaerob. Proses selanjutnya adalah berikatan dengan

31

Page 32: MAKALAH FARMAKOLOGI

subunit 30S ribosom. Proses sintetis dihambat degan cara mengganggu “komplek

awal” pembentukan peptide, menginduksi kesalahan baca mRNA, serta pemecahan

polisom menjadi monosom yang tidak berfungsi

RESISTENSI

Ada 3 mekanisme resistensi yang telah diketahui

a. Adanya enzim yag menginaktifasikan aminogycoside dengan adenilasasi, asetilasi,

dan fosforilasi.

b. Perubahan permeabilitas

c. Perubahan reseptor di ribosom

1. Amikasin

Indikasi:infeksi generatif yang resisten terhadap gentamisin.

Peringatan:lihat gentamisin

Komtra indikasil:lihat gentamisin

efek samping:lihat gentamisin

Dosis:injeksi intra muskuler, intravena lambat atau infuse 15 mg/ kg/ hari dibagi dalam

2 kali pemberian. Lihat juga catatan diatas.

Catatan:Kadar pucak ( 1 jam ) tidak boleh lebih dari 30 mg/ liter dan kadar lembah

tidak boleh lebih dari 10 mg / liter.

2. Gentamisin

Indikasi:septicemia dan sepsis pada neonatus, meningitis dan infeksi SSP lainnya.

Infeksi bilier, pielonefritis dan prostates akut, endokarditis karena Str viridans. Atau str

farcalis (bersama penisilin, pneumonia nosokomial, terapi tambahan pad meningitis

karena listeria.

Peringatan:gangguan funsi ginjal, bayi dan usia lanjut ( (sesuaikan dosso, awasi fungsi

ginjal, pendengaran dan vestibuler dan periksa kadar plasma), hindari penggunaan

jangka panjang. Lihat juga keterangan diatas, interaksi: lampiran 1 ( aminoglikosida)

Kontraindikasi:kehamilan, miastenia gravis.

Efek samping:gangguna vestibuler dan pendengaran, netrotoksista, hipomagnesemia

32

Page 33: MAKALAH FARMAKOLOGI

pada pemberian jangka panjang colitis karena antibiotic.

Dosis:injeksi intramuskuler, intravena lambat atau infuse, 2-5 mg/ kg/ hari ( dalam

dosis terbagai tiap 8 jam) lihat juga keterangan diatas sesuaikan dosis terbagi tiap 8

jam ) lihat juga keterangan fungsi ginjal dan ukur kadar dalam plasma.

Anak dibawah 2 minggu , 3 mg/ kg tiap 12 jam, 2 minggu samapi 2 tahun, 2 mg/ kg tiap

8 jam.

Infeksi intratekal:1 mg. hari, daapt dinaikkan samai 5 mg / hari disertai pemberian

intramuscular 2-4 mg/ kg/ hari dalam dosis terbagi tiap 8 jam. Profilaksis endikarditid

pada deasa 120 mg. untuk anak dibawah 5 tahun 2 g / kg.

Catatan:kadar puncak ( 1 jam) tidak boleh lebih dari 10 mg/ liter dan kadar lembah

(trough) tidak boleh lebih dari 2 mg/ liter.

3. Kanamisin

Indikasi:lhat getaminsin

Peringatan:lhat getaminsin

Kontraindikasi:lhat getaminsin

efeks samping:lhat getaminsin

Dosis:infeksi intramuskuler, 250 mg tiap 6 jam atau 500 mg tia 12 jam. Lihat juga

keterangan diatas.

Injeksi intavena: 15-30 mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiap 8-12 jam

Catatan:kadar puncak tidak boleh lebih dari 30 mg/liter dan kadar lembah tidak boleh

lebih dari 10 mg/liter

Kanamycin (Generic) serbuk Ijn. g/vial, 2 g/vial (K).

Kanamycin Meiji (Meiji Indonesia) serbuk Inj. 1 g/vial (K)

4. Neomisin Sulfat

Indikasi:Sterilisasi usus sebelum operasi lihat juga keterangan diatas.

Peringatan:lihat gentamisin

Kontraindikasi:lihat gentamisin

Efek Samping:lihat gentamisin. Terlalu toksis untuk penggunaan sistemik. Lihat juga

keterangan diatas. Hindarai penggunaan pada obstruksi usus dan gangguan fungsi

ginjal.

33

Page 34: MAKALAH FARMAKOLOGI

Dosis:Oral, 1 g tiap 4 jam.

5. Netilmisin

Indikasi:infeksi berat kuman gram negative yang resisten terhadap gentainisin.

Peringatan:Kontraindikasi: efek samping : lihat gentamisin.

Dosis:Infeksi intramuskuler, intravena lambat atau infuse: 4-6 mg/kg/hari sebagai dosis

tunggal atau dosis terbagi tiap 8-12 jam. Pada infeksi berat dosis dapat naik sampai 7,5

mg/kg/hari dalam tiga kali pemberian (dosis segera diturunkan bila terdapat perbaikan

klinis, biasanya setelah 48 jam). NEONATUS kurang dari 1 minggu 3 mg/kg tiap 12 jam;

diatas 1 minggu, 2,5-3 mg/kg tiap 12 jam; ANAK 2-2,5 mg/kg tiap 8 jam

Infeksi saluran kemih, 150 mg/hari (dosis tunggal) selama 5 hari.

Gonore: 300 mg Dosis tunggal

Catatan:Kadar puncak (1 jam) tidak boleh lebih dari 12 mg/liter dan kadar lembah

tidak boleh lebih dari 2 mg/liter.

6. Tobramisin

Indikasi:lihat gentamisin dan catatan di atas.

Peringatan:lihat gentamisin

Kontraindikasi:lihat gentamisin

efek samping:lihat gentamisin.

Dosis: infeksi intramuskuler, intravena lambat atau infuse 3 mg/kg/hari dalam dosis

terbagi tiap 8 jam. Pada infeksi berat dapat ditingkatkan dampai 5 mg/kg/hari dalam

dosis terbagi tiap 6-8 jam (turunkan menjadi 3 mg/kg/hari setelah terjadi perbaikan

klinis). NEONATUS 2 mg/kg tiap 12 jam. BAYI/ANAK di atas 1 minggu 2-2,5 mg/kg tiap 8

jam.

Infeksi saluran kemih, 2-3 mg/kg/hari intramuscular, dosis tunggal.

Catatan: kadar puncak (1 jam) tidak boleh lebih dari 10 mg/liter dan kadar lembah

tidak boleh lebih dari 2 mg/liter. (Katzung, E.G, (1997), Obat-Obat Kemoterapeutika,

dalam Farmakologi Dasar & Klinik, EGC : Jakarta)

E. KLORAMFENIKOL

Kloramfenikol merupakan antibiotic dengan spectrum luas, namun bersifat toksik.

Obat ini seyogyanya dicadangkan untuk infeksi berat akibat haemophilus influenzae,

34

Page 35: MAKALAH FARMAKOLOGI

deman tifoid, meningitis dan abses otak, bakteremia dan infeksi berat lainnya.

Obat ini sangat efektif untuk infeksi antara lain :

a. Salmonella simtomatik

b. Infeksi serius H influenza seperti meningitis,

c. Infeksi meningokokus dan pneumokokus pada SSP

d. Infeksi anaerobik pada SSP

Karena toksisitasnya, obat ini tidak cocok untuk penggunaan sistemik, kecuali untuk

keadaaan yang disebutkan diatas

1. Kloramfenikol

Indikasi:lihat keterangan di atas

Peringatan:hindari pemberina berulang dan angka panjang. Turunkan dosis pada

gangguan fungsi hati dan ginjal. Lakukan hitung jenis sel darah sebelum dan secara

berkala selaama pengobatan. Pada neonatus dapat menimbulkan grey baby

syndrome. ( periksa kadar dalam plasma).

Interaksi: lihat lampiran 1(kloramfenikol).

Kontraindikasi:wanita hamil, penyusui dan pasien porfiria

Efeks samping:kelainan darah yang reversible dan irevesibel seperti anemia anemia

aplastik ( dapat berlanjut mejadi leukemia), neuritis perifer, neuritis optic, eritem

multiforme, mual, muntah, diare, stomatitis, glositits, hemoglobinuria nocturnal.

Dosis Oral, infeksi intravena atau infuse: 50 mg/ kg/ hari dibagi dalam 4 dosis pada

infeksi berat seperti septicemia dan meningitis, dosis dapat digandakan dan segera

diturunkan bila terdapat perbaikan klinis).

ANAK: epiglotitis hemofilus, meningitis pululenta, 50-100 mg/ kg/ hari dalam dosis

terbagi. BAYI dibawah 2 minggu, 25 mg/ kg hari ( dibagi dalam 4 dosis). 2 minggu- 1

tahun, 500 mg/kg/ hari ( dibagi 4 dosis).

Keterangan:pengukuran kadar dalam plasma harus dilakukan pada neonatus dan

dianjurkan pada anak dibawah 4 tahun. (Katzung, E.G, (1997), Obat-Obat

Kemoterapeutika, dalam Farmakologi Dasar & Klinik, EGC : Jakarta)

35

Page 36: MAKALAH FARMAKOLOGI

F. MAKROLID

Eritromisin memiliki spectrum antibakteri yang hamper sama dengan penisilin,

sehingga obat ini digunakan sebagai alternative penisilin. Indikasi eritremisin

mencakup indikasi saluran napas, pertusis, penyakit gionnaire dan enteritis karena

kampilo bakter.

1. Eritromisin

Indikasi:sebagai alternative untuk pasien yang alergi penisilin untuk pengobatan

enteritis kampilobakter, pneumonia, penyakit legionaire, sifilis, uretritis non

gonokokus, protatitis kronik, akne vulgaris, dan rpofilaksis difetri dan pertusis.

Peringatan:Ganguan fungsi hati dan porfiria ginjal, perpanjangan interval QT (pernah

dilaporkan takikardi veatrikuler); porfiria (lihat seksi 11.8.2); kehamilan (tidak

diketahui efek buruknya) dan menyusul (sejumlah kecil masuk ke ASI).

Interaksi:lampiran 1 (eritromisin dan makrolid lain).

Aritmia: hindari penggunaan bersama astemizol atau terfenadin. Hindari juga

kombinasi dengan cisaprid.

Kontraindikasi:penyakit hati (garam estolat).

Efek samping:mual muntah, nyeri perut, diare; urtikaria, ruam dan reaksi alergi

lainnya; gangguan pendengaran yang reversible pernah pernah dilaorkan setelah

pemberian dosis besar; ikterus kolestatik dan gangguan jantung (aritmia dan nyeri

dada)

Dosis:oral:Dewasa dan Anak di atas 8 tahun, 250-500 mg tiap 6 jamatau 0,5-1 g tiap 12

jam ( lihat keterangan diatas); pad infeksi berat dapat dinaikkan sampai 4 g/ hari. Anak

sampai 2 tahun 125 mg tiap 6 jam; 2-8 tahun 250 mg tiap 6 jam. Untuk infeksi berat

dosis dapat digandakan.

Akne: 250 mg dua kali sehari kemudina satu kali sehari setelah 1 bulan.

Sifilif stadium awal, 500 mg 4 kali sehari selama 14 hari.

Infuse intravera: infeksi berat pada dewasa dan anak, 50 mg/ kg/ hari secara dewasa

dan anak, 50 mg/ kg/ hari secara infuse kontinu atau dosis terbagi tiap 6 jam; infeksi

ringan 25 mg/ kg/ hari bil pemberina per oral tidak memungkinkan.

2. Azitromisin

Indikasi:infeksi saluran napas, otitis media, infeksi klamida daerah genital tanpa

kompliasi.

36

Page 37: MAKALAH FARMAKOLOGI

Peringatan dan efek samping:lihat di eritromisin; wanita hamil atau menyusui; pernah

dilaporkan fotosensitivitas dan neutropenia ringan.

Interaksi:lampiran 1 (eritrimisin dan makrolid lain)

Kontraindikasi:gangguna fungsi hati.dosis: 500 mg sekali sehari selama 3 hari

Anak diatas 6 bulan, 10 mg/ kg sekali sehari selama 3 hari; berat badan 26-35 kg. 300

mg sekali sehari selama 3 hari; berat badan 30-45 kg 400 mg sekali sehari selama 3

hari infeksi klamidia genital, 1gram sebagai dosis tunggal.

3. Klaritromisin

Indikasi:infeksi saluran napas, infeksi ringan dan sedang pada kulit dan jaringan lunak;

terapi tambahan untuk eradikasi helicobacter pylori pada tukak duodenum ( lihat

bagian 1.1)

Peringatan:lihar juga eritromisin

efek samping:lihar juga eritromisin; turunkan dosis pada gangguan fungsi ginjal;

wanita hamil dan meyusui; sakit kepada gangguna pengecapan, stomatitis, glositis,

ikterus-johnson; pada pemberian i.v dapat terjadi nyeri loka dan felbilib :

interaksi:lampiran 1 (eritrmisin dan makrolid lain)

Arimia hindarkan penggunaan bersama astemsol, terfenadian cisaperid.

Dosis:oral:250 mg tiap 12 jam selama 7 hari, pada infeksi berat dapat ditingkatkan

sampai 500 mg tiap 12 jam selama 14 hari Anak dengan berat badan kurang dari 8 kg,

7,5 mg/ kg dua kali sehari, 8-11 kg (1-2 tahun), 62,5 mg dua kali sehari; 12 -19 kg(3-6

tahun), 125 mg dua kali sehari; 20-29 kg (7—9 tahun), 187,5 mg dua kali sehari; 30-40

kg (10-12 tahun), 250 mg dua kali sehari.

Eradikasi H. pylori, lihat bagian 1.1 infus intraverna: 500 mg dua kali sehari pada vena

besar, tidak dianjurkan untuk anak-anak. (Katzung, E.G, (1997), Obat-Obat

Kemoterapeutika, dalam Farmakologi Dasar & Klinik, EGC : Jakarta)

G. POLIPEPTIDA

Kelompok ini terdiri dari polimiksin B, polimiksin E (= kolistin), basi-trasin dan

gramisidin, dan berciri struktur polipeptida siklis dengan gugusan-gugusan amino

bebas. Berlainan dengan antibiotika lainnya yang semuanya diperoleh dari jamur,

antibiotika ini dihasilkan oleh beberapa bakteri tanah. Polimiksin hanya aktif terhadap

basil Gram-negatif termasuk Pseudomonas, basitrasin dan gramisidin terhadap kuman

37

Page 38: MAKALAH FARMAKOLOGI

Gram-positif.

Khasiatnya berupa bakterisid berdasarkan aktivitas permukaannya (surface-active

agent) dan kemampuannya untuk melekatkan diri pada membran sel bakteri, sehingga

permeabilitas sel diperbesar dan akhirnya sel meletus. Kerjanya tidak tergantung pada

keadaan membelah tidaknya bakteri, maka dapat dikombinasi dengan antibiotika

bakteriostatik seperti kloramfenikol dan tetrasiklin.

Resorpsinya dari usus praktis nihil, maka hanya digunakan secara parenteral, atau oral

untuk bekerja di dalam usus. Distribusi obat setelah” injeksi tidak merata, ekskresinya

lewat ginjal.

Toksisltas. Antibiotika ini sangat toksis bagi ginjal, polimiksin juga untuk organ

pendengar. Maka penggunaannya pada infeksi dengan Pseu¬domonas kini sangat

berkurang dengan munculnya antibiotika yang lebih aman (gentamisin dan

karbenisilin).

1. Polimiksin B

Diperoleh dari Bacillus polymyxa, tidak dari jamur seperti antibiotika lainnya. Kini

masih digunakan hanya secara lokal, dalam salep (0,2%) (Terramycin dengan

polimiksin, Pfizer), kerapkali bersama antibiotika lain, misalnya dengan neomisin dan

basitrasin (Neosporin, B.W.) atau tetes-mata (0,05% sulfat) dalam kombinasi dengan

neomisin dan gramisidin (Neosporin Eye Drops). Aktivitasnya masih dinyatakan dalam

kesatuan karena belum dapat diisolasi secara murni: 1 mg Polimiksin B= 10.000

2. Kolistin (= Polimiksin E): Colistine (Dumex)

Berasal dari suatu bakteri juga, yaitu Aerobacillus colistinus (Jepang, 1957). Terutama

digunakan i.m. pada infeksi saluran-kemih dan empedu dengan Pseudomonas, juga

oral pada infeksi-infeksi usus oleh kuman-kuman Gram-negatif untuk terapi setempat.

Penggunaannya terbatas karena neuro- dan nefrotoksisitasnya, meskipun lebih ringan

daripada polimiksin B.

Dosis: oral 3-4 kali sehari 1-2 tablet dari 1,5 MU (million units).

3. Basitrasin

Dihasilkan oleh Bacillus subtilis (Inggris, 1945). Nefrbtoksis pada penggunaan

parenteral, maka terutama digunakan dalam salep kulit dan mata, atau tetes-mata

bersama antibiotika lain, misalnya Nebacetin (Byk): basitrasin dan neomisin,

Cutinolone (Labaz).: dengan neomisin dan triamsinolon. Aktivitasnya dinyatakan Juga

38

Page 39: MAKALAH FARMAKOLOGI

dalam units, yaitu 1 mg basitrasin = ± 40 U.I.

Gramisidin

Bacillus brevis menghasilkan dua antibiotika, yaitu gramisidin dan tirosidin, yang

bersama dinamakan thirotrisin (A.S. 1941). Hanya aktif terhadap bakteri Gram-positif,

penggunaannya juga khusus dalam salep dan tetes mata/kuping atau tablet isap untuk

sakit leher. Terlalu toksis untuk penggunaan sistemis. Preparat-preparat lainnya adalah

antara lain:

Topifram (Roussel)Ø : Salep dengan desoksimetason, gramisidin, framisetin dan garam

Hg.

Kenacomb (Squibb) :Ø Salep dengan triamsinolon, gramisidin, neomisin dan nistatin.

Sofradex (Roussel) :Ø Tetes-mata dengan deksametason, gramisidin dan framisetin.

(Katzung, E.G, (1997), Obat-Obat Kemoterapeutika, dalam Farmakologi Dasar & Klinik,

EGC : Jakarta)

H. SERBA-SERBI

1. Rifampisin

Obat-obat tuberculosis.

2. Asam fusidat: Fucidin (Leo)

Dihasilkan oleh jamur antara lain Fusidium coccineum (Denmark, 1961) dan

merupakan antibiotikum satu-satunya dengan rumus steroida, lihat juga rumus

hormon kelamin, kortikosteroida, glikosida digitalis dan vitamin D. Aktivitasnya mirip

penisilin, tetapi spektrumnya lebih sempit dan khasiat bakteriostatik berdasarkan

penghambatan sintesis protein bakteri. Daya penetrasinya ke dalam cairan-cairan

tubuh baik sekali, juga ke dalam nanah dan bagian-bagian jaringan atau tulang yang

sudah mati. Maka khususnya dianjurkan pada radang sumsum tulang (osteomyelitis).

Berhubung resistensi dapat timbul dengan cepat, maka biasanya obat ini dikombinasi

dengan eritromisin atau penisilin. Efek-efek sampingnya ringan. Antibiotika pilihan

kedua ini terutama digunakan terhadap stafilo-koki yang resisten untuk penisilin

dengan dosis oral: 3 kali sehari 0,5 g -1 g, bersama eritromisin 3 kali sehari 250-500

mg. Salep 2%.

3. Spektinomisin: Trobicin (Upjohn)

39

Page 40: MAKALAH FARMAKOLOGI

Dihasilkan oleh Streptomyces spectabilis (1961). Aktivitasnya bersifat bakterisid dan

meliputi beberapa bakteri Gram-positif dan -negatif, termasuk Pseudomonas,

Gonococci, Proteus dan Klebsiella. Khususnya di¬gunakan sebagai injeksi pada

penyakit kelamin gonorrea sebagai obat pilihan ketiga (setelah pen-G/amoksisilin dan

tetrasiklin), misalnya pada infeksi dengan suku-suku kuman gonokok yang membentuk

penisilinase dan yang jumlahnya setiap tahun meningkat dengan cepat sekali. Efek-

efek samping tidak sering: gangguan-gangguan lambung-usus, sakit kepala, gatal-gatal,

dan sebagainya. Resistensi belum dilaporkan.

Dosis: i.m. pria single-dose 3,2 g, wanita 4 g garam di-HCl pentahidrat (= 1,6/3,2 g

basa).

4. Novobiosin: Komb. Albamycin T (Upjohn).

Berasal dari Streptomyces niveus. Berkhasiat bakterisid terhadap ter¬utama bakteri

Gram-positif dan khususnya stafilokoki resisten. Berbeda dengan antibiotika lain yang

bersifat basa, novobiosin ialah asam lemah (dibasis) dan membentuk garam dengan

senyawa-senyawa basa, yang umumnya tak dapat larut.

Resorpsinya dari usus cukup baik, kadar darah sangat tinggi dan bertahan lama.

Karena PP-nya tinggi sekali (lebih kurang 99%), difusinya ke dalam CCS buruk. Ekskresi

terutama melalui empedu (siklus enterohepatik) dan tinja, setengahnya dalam bentuk

tak aktif.

Efek samping agak sering terjadi dan berupa reaksi-reaksi alergi: nau¬sea dan muntah-

muntah, urtikaria, dermatitis dan derham, kadang-kadang leukopenia. Resistensi dapat

timbul menurut prinsip satu tingkat (seperti streptomisin).

Penggunaannya sebagai garam kalsium khusus pada infeksi-infeksi sta¬filokoki dan

Proteus kini jarang sekali, dengan dosis biasa: 4 kali sehari 250 mg oral. Albamycin T

(Upjohn) adalah suspensi untuk anak-anak de¬ngan novobiosin Ca + tetrasiklin HC1

masing-masing 125 mg yang di-anjurkan untuk infeksi saluran pernafasan. (Rosen, E.J.,

Quinn, F.B., (2000), Microbiology, infections, and antibiotic therapy)

40

Page 41: MAKALAH FARMAKOLOGI

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Antibiotika atau dikenal juga sebagai obat anti bakteri adalah obat yg

digunakan untuk mengobati penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri.

Antibiotika dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Antibiotika golongan aminoglikosid, bekerja dengan menghambat sintesa protein dari

bakteri.

2. Antibiotika golongan sefalosforin, bekerja dengan menghambat sintesis peptidoglikan

serta mengaktifkan enzim autolisis pada dinding sel bakteri.

3. Antibiotika golongan klorampenikol, bekerja dengan menghambat sintesis protein

dari bakteri.

4. Antibiotika golongan makrolida, bekerja dengan menghambat sintesis protein dari

bakteri.

5. Antibiotika golongan penisilin, bekerja dengan menghambat sintesis peptidoglikan.

6. Antibiotika golongan beta laktam golongan lain, bekerja dengan menghambat sintesis

peptidoglikan serta mengaktifkan enzim autolisis pada dinding sel bakteri.

7. Antibiotika golongan kuinolon, bekerja dengan menghambat satu atau lebih enzim

topoisomerase yang bersifat esensial untuk replikasi dan transkripsi DNA bakteri.

8. Antibiotika golongan tetrasiklin, bekerja dengan menghambat sintesis protein dari

bakteri.

Antibiotika digunakan jika ada infeksi oleh kuman. Infeksi terjadi jika kuman

memasuki tubuh. Kuman memasuki tubuh melalui pintu masuknya sendiri-sendiri.

Seperti obat umumnya, antibiotika juga punya efek samping masing-masing.

Ada yang berefek buruk terhadap ginjal, hati, ada pula yang mengganggu

keseimbangan tubuh. Pasien dengan gangguan hati, misalnya, tidak boleh diberikan

antibiotika yang efek sampingnya merusak hati, sekalipun ampuh membasmi kuman

yang sedang pasien idap. Lama pemakaian antibiotika bervariasi, tergantung jenis

infeksi dan kuman penyebabnya. Paling sedikit 4 -5 hari. Namun, jika infeksinya masih

belum tuntas, antibiotika perlu dilanjutkan sampai keluhan dan gejalanya hilang. Pada

tipus, perlu beberapa minggu. Demikian pula pada difteria, tetanus. Paling lama pada

TBC yang memakan waktu berbulan-bulan.

41

Page 42: MAKALAH FARMAKOLOGI

B. Saran

Kami menyarankan kepada mahasiswa farmasi agar dapat mengetahui penggunaan

antibiotik yang baik dan benar serta resistensi dari obat yang digunakan sehingga

memperoleh hasil yang maksimal.

42

Page 43: MAKALAH FARMAKOLOGI

DAFTAR PUSTAKA

1.(Anonim, (2008), Antibiotic, Wikipedia, diambil tanggal 25 Desember 2008, dari

http://en.wikipedia.org/wiki/Antibiotic)

2.(Bhat, V., (2008), Classification of Antibiotik, Mediacal Notebook, diambil tanggal 25

Desember 2008, dari http://pre-pg.blogspot.com/2007/03/classification-of-

antibiotics.html)

3.(http://lovethiszzz.blogspot.com/2011/12/antibiotika-dan-resistensi-obat.html)

4.(Darmansjah, I., Nelwan, R., (1994) Antibiotic guideline : Farmacological)

5.(Katzung, E.G, (1997), Obat-Obat Kemoterapeutika, dalam Farmakologi Dasar &

Klinik, EGC : Jakarta)

43