makalah estuari

34
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Estuari adalah jenis perairan yang memiliki variasi yang tinggi ditinjau dari faktor fisik, kimia, biologi, ekologi dan jenis habitat yang terbentuk di dalamnya. Oleh karena itu interaksi antara komponen fisik, kimia dan biologi yang membentuk suatu ekosistem sangat kompleks. Hal ini disebabkan karena dinamika dari estuari sangat besar, baik dalam skala waktu yang pendek karena adanya pasang surut maupun dalam skala waktu yang panjang karena adanya pergantian musim. Pada ekosistem estuari ini terbentuk habitat-habitat yang memiliki ciri khas tersendiri dengan organisme- organisme penyusunnya yang spesifik seperti Habitat Rawa Asin. Oleh karena itu ekosistem estuari sangat erat kaitannya dengan habitat rawa asin. Hal ini disebabkan karena organisme tersebut harus mampu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Respon dari tingkah laku organisme tersebut dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya juga beragam dan memiliki ciri khas tersendiri. Pada batas ambang toleransi organisme terhadap lingkungan membatasi keberadaannya di suatu organisme. Organisme yang mampu bertahap pada kondisi fisik dan kimia perairan dapat tetap hidup dan tinggal nyaman di habitatnya, tetapi bagi organisme yang tidak mampu bertahan pada ambang toleransinya akan menjadi organisme pengunjung transisi, dimana pada saat sesuai dengan batas ambangnya

Upload: nurul-hafazah

Post on 03-Aug-2015

3.835 views

Category:

Documents


147 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH ESTUARI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Estuari adalah jenis perairan yang memiliki variasi yang tinggi ditinjau dari faktor

fisik, kimia, biologi, ekologi dan jenis habitat yang terbentuk di dalamnya. Oleh karena

itu interaksi antara komponen fisik, kimia dan biologi yang membentuk suatu ekosistem

sangat kompleks. Hal ini disebabkan karena dinamika dari estuari sangat besar, baik

dalam skala waktu yang pendek karena adanya pasang surut maupun dalam skala waktu

yang panjang karena adanya pergantian musim.

Pada ekosistem estuari ini terbentuk habitat-habitat yang memiliki ciri khas

tersendiri dengan organisme-organisme penyusunnya yang spesifik seperti Habitat Rawa

Asin. Oleh karena itu ekosistem estuari sangat erat kaitannya dengan habitat rawa asin.

Hal ini disebabkan karena organisme tersebut harus mampu untuk menyesuaikan diri

dengan lingkungannya. Respon dari tingkah laku organisme tersebut dalam

menyesuaikan diri dengan lingkungannya juga beragam dan memiliki ciri khas

tersendiri. Pada batas ambang toleransi organisme terhadap lingkungan membatasi

keberadaannya di suatu organisme. Organisme yang mampu bertahap pada kondisi fisik

dan kimia perairan dapat tetap hidup dan tinggal nyaman di habitatnya, tetapi bagi

organisme yang tidak mampu bertahan pada ambang toleransinya akan menjadi

organisme pengunjung transisi, dimana pada saat sesuai dengan batas ambangnya

organisme ini akan masuk ke habitat di estuari, tetapi jika tidak maka organisme ini akan

meninggalkan daerah estuari ini.

Seperti halnya pada setiap ekosistem, pada ekosistem estuari ini juga dibentuk

oleh komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi satu sama lain.

Keanekaragaman komponen biotik dan abiotik yang terdapat di dalamnya menyebabkan

terjadinya interaksi yang cukup kompleks dan menarik untuk diteliti. Namun ekosistem

estuari ini ternyata tidak cukup dikenal oleh masyarakat pada umumnya dan jarang sekali

dibahas atau disosialisasikan, padahal ekosistem estuari ini memiliki keanekaragaman

yang cukup tinggi.

Page 2: MAKALAH ESTUARI

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah mengenai Ekosistem Estuari ini adalah sebagai

berikut :

-    Untuk mengetahui dan  memahami komposisi organisme laut di daerah estuari

-   Untuk mengetahui komponen – komponen biotik dan abiotik dalam daerah muara

( estuari) beserta interaksi/ hubungan timbal balik yang terbentuk didalamnya.

-   Untuk mengetahui keanekaragaman organisme dan adaptasi organisme ( makhluk

hidup ) yang terdapat dalam daerah estuary terhadap lingkungannya.

-   Memperkenalkan dan memberikan informasi mengenai ekosistem estuary.

Page 3: MAKALAH ESTUARI

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Ekosistem Estuari

Ekosistem estuari merupakan bagian dari ekosistem air laut yang terdapat dalam

zona litoral ( kelompok ekosistem pantai ). Estuari berasal dari kata aetus yang artinya

pasang-surut. Estuari didefinisikan sebagai badan air di wilayah pantai yang setengah

tertutup, yang berhubungan dengan laut bebas. Lingkungan estuari merupakan peralihan

antara darat dan laut yang sangat di pengaruhi oleh pasang surut, seperti halnya pantai,

namun umumnya terlindung dari pengaruh gelombang laut.  Lingkungan estuari

umumnya merupakan pantai tertutup atau semi terbuka ataupun terlindung oleh pulau-

pulau kecil, terumbu karang dan bahkan gundukan pasir dan tanah liat. Kita mungkin

sering melihat hamparan daratan yang luas pada daerah dekat muara sungai saat surut.

Itu adalah salah satu dari sekian banyak tipe estuari yang ada .  Tidak terlalu sulit untuk

memilah atau menetukan batas lingkungan estuari dalam suatu kawasan tertentu.  Hanya

dengan melihat sumber air tawar yang ada di sekitar pantai dan juga dengan mengukur

salinitas perairan tersebut. Karena perairan estuari mempunyai salinitas yang lebih

rendah dari lautan dan lebih tinggi dari air tawar. Kisarannya antara 5 – 25 ppm. 

Estuaria adalah suatu perairan semi tertutup yang berada di bagian hilir sungai

dan masih berhubungan dengan laut, sehingga memungkinkan terjadinya percampuran

antara air tawar dan air laut (Dahuri, 2004; Efrieldi, 1999). Atau merupakan daerah

pertemuan massa air asin dan air tawar, yang secara periodik berubah-ubah karena

adanya percampuran. Percampuran ini menyebabkan zona lingkungan dikawasan muara

sungai sangat labil. Walaupun demikian kawasan ini merupakan daerah yang sangat

produktif karena input nutrient dari daratan yang dibawa oleh aliran sungai (Thoha,

2007).

Estuari mempunyai kelebihan nilai alami berupa beberapa karakteristik fisik

yang secara sendiri-sendiri ataupun berkombinasi satu sama lain menghasilkan suatu

fungsi khas. Karakteristik tersebut adalah: lingkungan yang relatif terlindung dari ombak,

kedangkalan dalam hubungannya dengan tumbuhan litoral dan biota dasar, salinitas yang

khas sehubungan dengan masukan air tawar, sirkulasi air yang dinamis dan pasang-surut

dalam kaitannya dengan transport nutrien dan pembilasan limbah, peranannya dalam

tingkah laku makan dan reproduksi biota, serta adanya mekanisme perangkap yang

menjadikan estuari sebagai gudang nutrien (nutrien storage) (Clark, 1974; Clark, 1996).

Page 4: MAKALAH ESTUARI

Secara umum estuaria mempunyai peran ekologis penting antara lain : sebagai

sumber zat hara dan bahan organik yang diangkut lewat sirkulasi pasang surut (tidal

circulation), penyedia habitat bagi sejumlah spesies hewan yang bergantung pada estuaria

sebagai tempat berlindung dan tempat mencari makanan (feeding ground) dan sebagai

tempat untuk bereproduksi dan/atau tempat tumbuh besar (nursery ground) terutama bagi

sejumlah spesies ikan dan udang. Perairan estuaria secara umum dimanfaatkan manusia

untuk tempat pemukiman, tempat penangkapan dan budidaya sumberdaya ikan, jalur

transportasi, pelabuhan dan kawasan industri (Bengen, 2004).

2.2 Tipe Estuaria

Secara umum estuari dapat dibagi dalam dua jenis, yaitu:

1. Estuari positif adalah suatu estuari dimana air tawar yang masuk dari sangai dan

hujan lebih banyak dibandingkan dengan penguapan, sehingga salinitas

permukaan lebih rendah daripada laut terbuka. Kebanyakan estuari yang ada

adalah estuari positif.

2. Estuari negatif yaitu penguapan lebih besar daripada aliran sungai dan hujan,

karena itu akan terjadi keadaan “asin berlebih” atau hypersaline.

Penggolongan Estuaria Berdasarkan Pencampuran Air

Estuaria positif adalah perairan di mana jumlah air tawar yang masuk lebih besar

daripada penguapan air laut  maka air tawar berada di atas air laut sehingga

menimbulkan pergerakan air laut ke atas mengikuti pola percampuran air tawar  dan

air laut. Hal ini terjadi pada bulan Oktober sampai Februari.

Estuaria negatif adalah perairan yang memiliki penguapan air laut lebih besar

daripada pemasukan air tawar, sehingga menimbulkan peregerakan air laut dari atas

ke bawah. Hal ini terjadi pada bulan April- Agustus

Estuaria netral adalah perairan yang mengalami percampuran air karena adanya

penghadangan air laut terhadap air tawar yang datang. Hal ini terjadi pada bulan

Maret dan bulan September.

Page 5: MAKALAH ESTUARI

Penggolongan Estuaria Berdasarkan Topografi

Drowned river valleys, yaitu tipe estuaria yang berbentuk lembah, banyak dijumpai di

daerah temperate. Kedalaman estuaria umumnya raetip dalam, bias mencapai sekitar

30 m. Masukan air tawar dari sungai relatip kecil dibandingkan dengan volume air

laut ketika pasang.

Estuaria yang berbentuk fjord, yaitu profile lembahnya berbentuk huruf U. Seperti

halnya Drowned river valley, estuaria fjord ini juga banyak dijumpai di daerah

temperate dan terbentuk akibat pelelehan gunung es (glaciers) ketika jaman

Pleistocene. Di mulut esturia biasanya terdapat sill (dataran lembah yang mencuat),

sehingga perairan di bagian tersebut cukup dangkal. Sedangkan kedalaman lembah

(water basin) di bawah sill sangat dalam, bias mencapai sekitar 300-400 m, bahkan

ada yang mencapai 800 m. masukan air tawar dari sungai relative besar dibandingkan

dengan volume air laut ketika pasang, sedangkan yang keluar dari sungai

dibandingkan dengan total volume fjord relative kecil.

Bar-built estuaries, yaitu estuaria yang hubungannya dengan laut lepas dibatasi

dengan timbunan atau palung pasir, yang biasanya berbentuk lonjong sejajar pantai.

Kedalaman estuaria ini biasanya dangkal, hanya beberapa meter saja dan sering

mempunyai goba atau laguna yang ekstensif, serta jalan keluar air di mulut estuaria

yang sangat dangkal. Tipe ini banyak dijumpai di daerah tropis atau daerah-daerah

yang pantainya aktif menerima endapan sedimen. Estuaria yang dihasilkan oleh

proses tektonik, seperti patahan atau tenggelamnya permukaan tanah, yang

memungkinkan terjadinya aliran air tawar ( Abdurahim, 2009 ).

Penggolongan Estuaria Berdasarkan Distribusi Salinitas : ( Supriharyono. 2009 )

The highly stratifies estuary (salt wedge estuary), air laut masuk ke sungai seperti taji

(menukik ke dasar), sedangkan air tawar menuju ke laut melalui permukaan air laut

yang masuk. Ketika pencampuran selesai, maka terbentuklah strata atau lapisan air,

yang mana bagian bawah adalah air laut.

The highly stratifies estuary (fjord type), estuaria ini pada prinsipnya sama dengan

tipe estuaria sebelumnya (salt wedge estuary), kecuali adanya sill di mulut fjord

sehingga arus pasang lebih ketat. Air tawar secara terus-menerus keluar melalui

permukaan, tetapi penggantian arus pasang mungkin hanya terjadi tahunan dan tidak

menentu, sehingga kondisi oksigen terlarut di dekat dasar fjord biasanya.

Page 6: MAKALAH ESTUARI

Partially mixed estuary, estuaria ini dicirikan dengan efisiensi pertukaran air asin dan

air tawar. Permukaan air tidak begitu asin dibandingkan bagian dasar perairan.

Pencampuran air masuk dari dasar perairan dan keluar melalui permukaan terjadi di

sepanjang estuaria.

The vertically homogeneous estuary, pada estuaria ini arus pasang sangat kuat

dibandingkan dengan aliran sungai yang masuk ke estuaria, sehingga pencampuran

vertical menjadi intensif dan membuat salinitas di estuaria secara vertical dari dasar

ke permukaan homogeny.

Berdasarkan pada sirkulasi air dan stratifikasi airnya estuaria terbagi atas 3 tipe

yaitu:

1. Estuaria berstratifikasi sempurna/nyata atau estuaria baji garam, cirinya adanya batasan

yang jelas antara air tawar dan air laut/asin. Air tawar dari sungai merupakan lapisan

atas dan air laut menjadi lapisan bawah. Terjadinya perubahan salinitas dengan cepat

dari arah permukaan ke dasar. Estuaria ditemukan didaerah-daerah dimana aliran air

tawar dan sebagian besar lebih dominan daripada intrusi air laut yang dipengaruhi oleh

pasang surut, contoh: muara Missisipi, Amerika.

2. Estuaria berstratifikasi sebagian/parsial (paling umum di jumpai). Aliran air tawar dari

sungai seimbang dengan air laut yang masuk melalui air pasang. Percampuran air dapat

terjadi karena adanya turbulensi yang berlangsung secara berkala oleh pasang surut,

contoh: Teluk Chesapeaks, Amerika.

3. Estuaria campuran sempurna atau estuaria homogen vertikal. Dijumpai di lokasi-lokasi

dimana arus pasang surut sangat dominan dan kuat, sehingga air estuaria tercampur dan

tidak terdapat stratifikasi.

2.3 Sifat Fisik Estuaria

Sifat fisik estuari yang mempunyai variasi besar dalam banyak parameter yang

sering kali menciptakan suatu lingkungan yang sangat menekan bagi organisme. Mungkin

inilah yang menyebabkan mengapa jumlah spesies yang hidup di daerah estuari lebih sedikit

dibanding dengan di habitat laut lainnya. Sifat fisik tersebut antara lain :

1. Salinitas

Estuaria memiliki peralihan (gradien) salinitas yang bervariasi, terutama tergantung pada

permukaan air tawar dari sungai dan air laut melalui pasang surut. Variasi ini menciptakan

kondisi yang menekan bagi organisme, tetapi mendukung kehidupan biota yang padat dan

Page 7: MAKALAH ESTUARI

juga menyangkal predator dari laut yang pada umumnya tidak menyukai perairan dengan

salinitas yang rendah.

2. Substrat

Sebagian besar estuaria didominasi oleh substrat berlumpur yang berasal dari sedimen yang

dibawa melalui air tawar (sungai) dan air laut. Sebagian besar partikel lumpur estuaria

bersifat organik, bahkan organik ini menjadi cadangan makanan yang penting bagi

organisme estuaria (Efrieldi, 1999).

3. Suhu

Suhu air di estuaria lebih bervariasi daripada diperairan pantai didekatnya. Hal ini terjadi

karena di estuaria volume air lebih kecil, sedangkan luas permukaan lebih besar. Dengan

demikian pada kondisi atmosfer yang ada, air estuaria lebih cepat panas dan lebih cepat

dingin. Penyebab lain terjadinya variasi ini ialah masuknya air tawar dari sungai. Air tawar

di sungai lebih dipengaruhi oleh perubahan suhu musiman daripada air laut. Suhu estuaria

lebih rendah pada musim dingin dan lebih tinggi pada musim panas daripada perairan

pantai sekitarnya (Dianthani, 2003; Thoha, 2003).

4. Pasang surut

Arus pasang-surut berperan penting sebagai pengangkut zat hara dan plankton. Disamping

itu arus pasang-surut juga berperan untuk mengencerkan dan menggelontorkan limbah

yang sampai ke estuaria.

5. Sirkulasi air

Selang waktu mengalirnya air dari sungai kedalam estuaria dan masuknya air laut melalui

arus pasang-surut menciptakan suatu gerakan dan bermanfaat bagi biota estuaria,

khususnya plankton yang hidup tersuspensi dalam air.

6. Kekeruhan air

Karena besarnya jumlah partikel tersuspensi dalam perairan estuaria, air menjadi sangat

keruh, kekeruhan tertinggi terjadi pada saat aliran sungai maksimum. Kekeruhan minimum

di dekat mulut estuaria dan makin meningkat ke arah pedalaman atau hulu. Pengaruh

ekologi dari kekeruhan adalah penurunan penetrasi cahaya secara mencolok. Selanjutnya

hal ini akan menurunkan fotosintesis dan tumbuhan bentik yang mengakibatkan turunnya

produktivitas.

7. Oksigen (O2)

Masuknya air tawar dan air laut secara teratur kedalam estuaria bersama dengan

pendangkalan, pengadukan, dan pencampuran air dingin biasanya akan mencukupi

persediaan oksigen di dalam estuaria. Karena kelarutan oksigen dalam air berkurang

Page 8: MAKALAH ESTUARI

dengan naiknya suhu dan salinitas, maka jumlah oksigen dalam air akan bervariasi sesuai

dengan variasi parameter tersebut di atas.

8. Penyimpanan Zat Hara

Peranan estuaria sebagai penyimpan zat hara sangat besar. Pohon mangrove dan lamun

serta ganggang lainya dapat mengkonversi zat hara dan menyimpannya sebagai bahan

organik yang akan digunakan kemudian oleh organisme hewani.

2.3 Biota Ekosistem Estuari

Biota yang hidup di ekosistem estuari umumnya adalah percampuran antara

yang hidup endemik, artinya yang hanya hidup di estuari, dengan mereka yang berasal

dari laut dan beberapa yang berasal dari perairan tawar, khususnya yang mempunyai

kemampuan osmoregulasi yang tinggi. Dan yang paling penting adalah lingkungan

perairan estuary merupakan lingkungan yang sangat kaya akan nutrient yang menjadi

unsur terpenting bagi pertumbuhan phytoplankton.  Inilah sebenarnya kunci dari keunikan

lingkungan estuari.  Sebagai kawasan yang sangat kaya akan unsur hara (nutrient) estuari

dikenal dengan sebutan daerah pembesaran (nursery ground) bagi berjuta ikan,

invertebrate (Crustacean, Bivalve, Echinodermata, annelida dan masih banyak lagi

kelompok infauna).  Tidak jarang ratusan jenis ikan-ikan ekonomis penting seperti

siganus, baronang, sunu dan masih banyak lagi menjadikan daerah estuari sebagai daerah

pemijahan dan pembesaran. Udang niaga yang memijah di laut lepas membesarkan

larvanya di ekosistem ini dengan memanfaatkannya sebagai sumber makanan.

Berdasarkan adaptasinya organisme di lingkungan estuaria mempunyai 3 (tiga )

tipe adaptasi untuk mempertahankan hidupnya (Kennish, 1990). yaitu :

1.    Adaptasi morfologis

organisme yang hidup di Lumpur memiliki rambut-rambut halus (setae) untuk

menghambat penyumbatan-penyumbatan permukaan ruang pernapasan oleh partikel

lumpur.

2.    Adaptasi fisiologis

berkaitan dengan mempertahankan keseimbangan ion cairan tubuh dalam menghadapi

fluktuasi salinitas eksternal.

3.    Adaptasi tingkah laku

pembuatan lubang ke dalam Lumpur oleh rganisme, khususnya invertebrata

Page 9: MAKALAH ESTUARI

a. Komposisi Fauna

Di perairan estuaria terdapat 3 komponen fauna yaitu: fauna laut, fauna air tawar

dan fauna payau. Komponen fauna yang terbesar adalah fauna air laut yaitu hewan

stenohaline yang terbatas kemampuannya dalam mentolelir perubahan salinitas

(umumnya ≥ 300/00) dan hewan euryhaline yang mempunyai kemampuan untuk

mentolerir berbagai perubahan atau penurunan salinitas di bawah 300/00. Fauna lautan

yang tidak mampu mentolerir perubahan-perubahan salinitas yang ekstrem biasanya

hanya dijumpai terbatas di sekitar perbatasan dengan laut terbuka, di mana salinitas

airnya masih berkisar di atas 30‰. Sebagian fauna lautan yang toleran (eurihalin)

mampu masuk lebih jauh ke dalam estuaria, di mana salinitas mungkin turun hingga

15‰ atau kurang. Sebaliknya fauna perairan tawar umumnya tidak mampu mentolerir

salinitas di atas 5‰, sehingga penyebarannya terbatas berada di bagian hulu dari

estuaria.

Fauna khas estuaria adalah hewan-hewan yang dapat mentolerir kadar garam

antara 5-30‰, namun tidak ditemukan pada wilayah-wilayah yang sepenuhnya berair

tawar atau berair laut. Di antaranya terdapat beberapa jenis tiram dan kerang (Ostrea,

Scrobicularia), siput kecil Hydrobia, udang Palaemonetes, dan cacing polikaeta

Nereis. Di samping itu terdapat pula fauna-fauna yang tergolong peralihan, yang

berada di estuaria untuk sementara waktu saja. Beberapa jenis udang Penaeus,

misalnya, menghabiskan masa juvenilnya di sekitar estuaria, untuk kemudian pergi ke

laut ketika dewasa. Jenis-jenis sidat (Anguilla) dan ikan salem (Salmo,

Onchorhynchus) tinggal sementara waktu di estuaria dalam perjalanannya dari hulu

sungai ke laut, atau sebaliknya, untuk memijah. Dan banyak jenis hewan lain, dari

golongan ikan, reptil, burung dan lain-lain, yang datang ke estuaria untuk mencari

makanan (Nybakken, 1988). Akan tetapi sesungguhnya, dari segi jumlah spesies,

fauna khas estuaria adalah sangat sedikit apabila dibandingkan dengan keragaman

fauna pada ekosistem-ekosistem lain yang berdekatan. Umpamanya dengan fauna

khas sungai, hutan bakau atau padang lamun, yang mungkin berdampingan letaknya

dengan estuaria. Para ahli menduga bahwa fluktuasi kondisi lingkungan, terutama

salinitas, dan sedikitnya keragaman topografi yang hanya menyediakan sedikit relung

(niche), yang bertanggung jawab terhadap terbatasnya fauna khas setempat sehingga

jumlah spesies organisme yang mendiami estuari jauh lebih sedikit jika dibandingkan

dengan organisme yang hidup di perairan tawar dan laut. Hal ini karena

Page 10: MAKALAH ESTUARI

ketidakmampuan organisme air tawar mentolerir kenaikan salinitas dan organisme air

laut mentolerir penurunan salinitas estuaria. Akibatnya hanya spesies yang memiliki

kekhususan fisiologi yang mampu bertahan hidup di estuari.

b. Komponen Flora

Hampir semua bagian esturari terendam terdiri dari subtrat lumpur dan tidak

cocok untuk melekatnya makroalga. Selain karena substrat, pengaruh sinar cahaya

yang minim menyebabkan terbentuknya dua lapisan. Lapisan bawah  tanpa tumbuhan

hidup dan lapisan atas mempunyai tumbuhan yang terbatas. Di daerah hilir estuari

terdapat padang rumput laut (Zostera dan Cymodeca). Selain itu terdapat padang

lamun. Lamun didefinisikan sebagai satu-satunya tumbuhan berbunga

(Angiospermae) yang mampu beradaptasi secara penuh di perairan yang salinitasnya

cukup tinggi atau hidup terbenam di dalam air dan memiliki rhizoma, daun, dan akar

sejati. Beberapa ahli juga mendefinisikan lamun (Seagrass) sebagai tumbuhan air

berbunga, hidup di dalam air laut, berpembuluh, berdaun, berimpang, berakar, serta

berbiak dengan biji dan tunas.

Selain miskin dengan jumlah fauna estuari juga miskin dengan flora. Keruhnya

perairan estuari menyebabkan hanya tumbuhan yang mencuat yang dapat tumbuh

mendominasi, mungkin terdapat padang rumput laut (Zosfera thalassia, Cymodocea)

selain di tumbuhi oleh alga hijau dari Genera Ulva, Entheromorpha dan Chadophora.

Estuaria berperan sebagai perangkap nutrien (nutrient trap) yang mengakibatkan semua

unsur-unsur esensial dapat didaur ulang oleh bermacam kerang, cacing dan oleh detritus

atau bekteri secara berkesinambungan sehingga terwujud produktivitas primer yang

tinggi.

Plankton estuaria miskin dalam jumlah spesies. Dengan demikian,yang

ditemukan hanya jenis diatom dan diflagellata. Jenis diatom yang dominan adalah

Skeletonema, Asterionella dan Melosira. Sedangkan diflagellata yang melimpah

adalah Gymnodinium,Gonyaulax dan Ceratium. Banyaknya zooplankton yang

berkembang membuktikan bahwa terjadi keterbatasan produktivitas fitoplankton.

2.4 Tingkah Laku dan Adaptasi Nekton di Estuari

Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya debit sungai partikel baru garam

laut. Estuari dipegaruhi oleh pasang. Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari

Page 11: MAKALAH ESTUARI

daerah air tawar ke laut. Salinitas udara berubah secara bertahap mulai dari daerah udara

tawar ke laut. Salinitas ini juga dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surut

airnya. Nutrien dari sungai memperkaya estuari. Komunitas tumbuhan yang hidup di

estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton dan komunitas hewan

antara lain berbagai Jumlah Cacing, kerang, kepiting, dan ikan. Bahkan ada beberapa

invertebrata laut dan ikan laut yang menjadikan estuari sebagai tempat kawin atau

bermigrasi untuk menuju habitat air tawar. (Harvey et al 1983.)

Jenis interaksi pada spesies seperti persaingan, predasi, saling eksklusi,

gangguan dan perilaku kelompok dapat mempengaruhi struktur komunitas, Karena

nekton yang tidak merata di antara habitat perairan. Ekologi muara merupakan suatu

habitat yang memiliki daya tarik yang tinggi dalam menentukan kehadiran mereka,

ekologi Komunitas merupakan pola struktur komunitas ditentukan oleh interaksi antara

spesies dalam suatu lokasi tertentu. Pola dalam kelompok sering menyiratkan keteraturan

dalam kelimpahan relatif spesies atau jumlah jenis yang ada di lingkunga, terjadinya

berulang atau kelangkaan spesies tertentu atau perbedaan perilaku atau morfologi suatu

spesies yang tergantung pada kehadiran pesaing (Rozas dan Odum, 1987). Pada

organisme laut yang masuk ke daerah estuari, konsentrsi garam internalnya lebih tinggi

dari pada konsentrasi garam air estuaria, sehingga air cenderung melewati selaput, masuk

ke dalam tubuh untuk menyamakan konsentrasi. Pengaturan dilakukan melalui

pengeluaran kelbihan air tanpa kehilangan garam atau pengantian garam yang hilang

dengan penyerapan iondari lingkungan secra aktif. Untuk binatang air tawar, terjadi

proses sebaliknya, Pada binatang bertubuh lunak tertentu, seperti cacing polichaeta,

respon pengaturan osmosisnya relatif lambat. Organisme ini dapat mentolerir kisaran

konsentrasi internal yang lebar, untk jangka waktu tertentu. Sedangkan pada molluska

bivalvi biasanya merupakan osmoregulator yang buruk dan tanggap terhadap penurunan

salinitas yang drastis dengan menutup diri di dalam cangkangnya untuk menghindrai

pengenceran cairan tubuhnya yang berlebihan dengan air (Weinstein et al. 1980).

2.5. Rantai makanan di estuari

Rantai makanan adalah perpindahan energi makanan dari sumber daya

tumbuhan melalui seri organisme atau melalui jenjang makan (tumbuhan-herbivora-

carnivora). Pada setiap tahap pemindahan energi, 80%–90% energi potensial hilang

sebagai panas, karena itu langkah-langkah dalam rantai makanan terbatas 4-5 langkah

Page 12: MAKALAH ESTUARI

saja. Dengan perkataan lain, semakin pendek rantai makanan semakin besar pula energi

yang tersedia (Anonim,2010). Ada dua tipe dasar rantai makanan, yaitu:

1. Rantai makanan rerumputan (grazing food chain). Misalanya tumbuhan-herbivora-

carnivra.

2. Rantai makanan sisa (detritus food chain). Bahan mati imkroorganisme (detrivora =

organisme pemakan sisa) predator.

Rendahnya produktivitas primer di kolom air, sedikitnya herbivora dan

terdapatnya sejumlah besar detritus menunjukkan bahwa rantai makanan pada

ekosistem estuaria merupakan rantai makanan detritus. Detritus membentuk substrat

untuk pertumbuhan bakteri dan algae yang kemudian menjadi sumber makanan

penting bagi organisme pemakan suspensi dan detritus. Suatu penumpukan bahan

makanan yang dimanfaatkan oleh organisme estuaria merupakan produksi bersih dari

detritus ini. Fauna di estuaria, seperti ikan, kepiting, kerang, dan berbagai jenis cacing

berproduksi dan saling terkait melalui suatu rantai makanan yang kompleks (Bengen,

2002).

Rantai makanan di estuari tergantung pada pasokan energi dari sinar matahari

dan transportasi senyawa organik ke dalam estuari dari sungai dan dari arus pasang

surut air laut. Di dalam estuari, tumbuhan atau produsen primer mengubah pasokan

itu menjadi senyawa organik tumbuhan. Tumbuhan itu kemudian dimakan oleh hewan

pemakan tumbuhan (herbivor) atau konsumen pertama, lalu konsumen pertama

dimakan oleh karnivor atau konsumen kedua, dan seterusnya sampai ke konsumen

tingkat akhir. Setiap tingkat dalam rantai makanan disebut dengan tingkat trofik,

produsen adalah trofik tingkat pertama.

a. Produsen Primer

Di dalam ekosistem estuari dapat dijumpai berbagai jenis produsen primer. Pada

paparan pasir atau lumpur, dapat dijumpai lamun (Enhalus acoroides) yang

merupakan tumbuhan berbunga, dan beberapa jenis algae, antara lain algae berfilamen

seperti Enteromorpha sp., dan Padina sp. Di dalam kolom air estuari dijumpai

fitoplankton, seperti diatom atau dinoflagellata.

Produktivitas primer jenis-jenis tumbuhan tersebut sudah tentu tergantung pada

sinar matahari dan suhu, serta juga dipengaruhi oleh adanya nutrisi, terutama nitrogen

dan fosfat. Begitu tingginya tingkat produktivitas primer di estuari dibanding dengan

di laut ini terutama disebabkan oleh tingginya tingkat nutrisi di estuari. Nutrisi ini

Page 13: MAKALAH ESTUARI

sangat banyak terdapat di perairan estuari, baik yang datang dari laut, sungai, atau

daratan di sekitar estuari. Di dalam estuari, nutrisi itu digunakan oleh tumbuhan.

Tumbuhan yang mati kemudian didaur ulang oleh bakteri pembusuk atau dekomposer

menjadi nutrisi kembali untuk dimanfaatkan lagi oleh tumbuhan. Detritus juga

memegang peranan penting. Detritus yang terdiri dari sisa–sisa pembusukan

tumbuhan produsen primer dan mikroba, mempunyai peran penting dalam menjaga

kestabilan ekosistem estuari. Keberadaan detritus menjamin suplai makanan

sepanjang tahun dan diabsorbsinya kembali nutrisi yang telah larut.

b. Konsumen primer (herbivor dan detritivor)

Estuari kaya akan sumber makanan bagi konsumen primer dari rantai makanan.

Sumber makanan utama diperoleh dari besarnya jumlah detritus yang melimpah di

dalam kolom air dan di dasar estuari. Sebagian besar hewan konsumen primer

terdapat di dasar estuari, seperti teritip (Krustasea, Cirripedia), kerang dan keong

(Bivalvia dan Gastropoda) yang berada di permukaan dasar estuari, ataupun hewan

lainnya yang hidup di dalam lumpur, seperti cacing. Zooplankton biasanya berada di

kolom air. Akan tetapi, adanya arus pasang surut dan aliran sungai yang masuk ke

estuari ditambah lagi dengan keterbatasan yang ditimbulkan dari kekeruhan, membuat

zooplankton mempunyai peran kecil dalam rantai makanan estuari dibanding dengan

perannya di laut. Makanan zooplankton dan bentos kebanyakan berada dalam bentuk

partikel organik halus, apakah itu berupa fitoplankton hidup atau macam-macam

fragmen hasil pembusukan yang menjadi detritus. Konsumen primer yang ada di

ekosistem estuari antara lain:

Bentos

Bentos dalam estuari dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:

a. Yang hidup di permukaan lumpur

Contoh: Perna viridis (kerang hijau) dan siput Strombus sp

Page 14: MAKALAH ESTUARI

Strombus adalah karnivorus (pemakan jenis siput yang lebih kecil) di permukaan

paparan lumpur estuari, hidupnya merayap,sedangkan kerang hijau, Perna viridis,

hidup menempel di permukaan dan mendapatkan makanannya dengan jalan

menyaring partikel-partikel organik yang ada dalam kolom air dan terbawa oleh

arus.

b. Yang hidup di dalam lumpur

Contoh: cacing Marphysa sp. dan Branchimaldane sp.

Cacing ini memakan benda-benda organik (detritus), diatom yang terdapat di

dasar, atau benda organik yang tersuspensi pada waktu air pasang dan surut

Cacing Marphysa terutama terdapat di dasar perairan dengan sedimen tidak

lebih kecil dari 80 ųm. Biomassa cacing ini tergantung dari banyak sedikitnya

senyawa organik di dalam lumpur.

Crustacea

Page 15: MAKALAH ESTUARI

Berbagai macam jenis krustasea ditemukan dalam habitat estuari mulai dari yang

besar sampai yang kecil. Komponen utama dari krustasea yang hidup di estuari

adalah amfipod (Amphipoda) yang hidup di dalam lumpur dekat permukaan.

Amfipod membuat liang yang khas berbentuk U. Binatang ini memakan berbagai

detritus organik dan keluar dari liang untuk mencari fragmen detritus di sekitarnya.

Selain Amphipoda, krustasea lain yang biasa ditemukan adalah kelompok kepiting

(Brachyura), kelomang (Anomura), dan udang-udangan (Macrura)

Meiofauna

Meiofauna adalah hewan bentik bersel banyak (multiseluler) yang mempunyai

ukuran tubuh antara 32ųm-1000ųm. Mereka hidup di antara rongga-rongga butiran

pasir sehingga tidak pernah membuat liang. Seluruh siklus hidupnya tidak pernah

mengalami fase planktonik sehingga fase larva juga hanya terjadi di lingkungan

bentik. Keberadaan meiofauna dapat dijumpai di perairan pasang surut sampai

dengan dasar perairan laut dalam. Termasuk meiofauna adalah hewan yang dapat

melewati lubang saringan berukuran 0.5 mm. Sebagai contoh adalah Copepoda

Harpacticoida yang hidup di dasar perairan.

c. Konsumer sekunder

Ikan

Berbagai jenis ikan ditemukan di perairan estuari. Ikan-ikan ini ada yang menetap,

ada yang datang untuk mencari makan dan bertumbuh besar, atau untuk bertelur.

Ikan-ikan ini memakan biota yang lebih kecil (pemangsa), memakan tumbuhan

(herbivor), atau menyaring busukan organik (detritus) dengan cara memasukkan

lumpur ke dalam mulutnya lalu memuntahkannya kembali setelah menyaring

fragmen-fragmen organiknya seperti yang dilakukan oleh ikan-ikan Belanak

(Mugilidae).

Page 16: MAKALAH ESTUARI

Avertebrata

Berbagai jenis hewan avertebrata ditemukan menghuni perairan estuari.

Sebagaimana halnya dengan ikan, avertebrata yang ditemukan di perairan estuari

sebagian merupakan penghuni tetap, sebagian lagi datang untuk mencari makan,

membesar, atau bertelur. Salah satu contoh adalah udang satang (Macrobrachium

sp.) yang datang ke perairan estuari dari hulu untuk bertelur. Avertebrata lainnya

adalah larva udang penaeid yang bergerak dari laut menuju perairan estuaria untuk

membesar.

Burung

Burung-burung laut yang datang mencari makan di perairan estuari sebagian

adalah burung bermigrasi. Burung bermigrasi ini mengunjungi perairan estuari

tropik selama musim dingin di tempat mereka tinggal untuk bertelur. 

Jumlah hewan dan tumbuhan yang hidup di estuari lebih kecil dari yang hidup di

laut atau di air tawar. Berkurangnya jumlah jenis hewan dan tumbuhan itu

dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu kadar garam dan substrat. Perbedaan yang

Page 17: MAKALAH ESTUARI

terjadi ditunjukkan dengan berkurangnya keanekaragaman jenis, tetapi jumlah

individu tiap jenis itu dapat sangat banyak.

2.6. Jejaring makanan dan rantai makanan

Estuari adalah suatu ekosistem yang memiliki produktivitas yang tinggi. Hal ini

karena estuari merupakan suatu ekosistem yang menjadi penjebak nutrient sehingga di

estuari banyak ikan yang mencari makan di ekosistem estuari. Berdasarkan de Sylva

(1975), kunci penting dalam ekosistem estuari yang berhubungan dengan ikan adalah

kemampuan estuari untuk menjebak nutrient baik dari produksi primer maupun produksi

sekunder. Sehingga estuari menjadi ekosistem yang kaya dan berlimpah akan sumber

makanan untuk organisme yang cara makannya dengan filter dan deposit yang menjadi

makanan invertebrate, spesies ikan detrivor dan semua kejadian ini dapat di lihat di

estuari (McLusky, 1989).

Produksi alami nutrient berasal dari mangrove, Reed beds, lamun (Zostera,

Thallasia), Phytoplankton dan makroalgae. Sedangkan nutrient buatan berasal dari aliran

sungai, dari limbah rumah tangga. De Sylva (1975) dalam (Elliot, Hemmingway, 2002)

mengklasifikasikan jaring-jaring makanan berdasarkan Nekton di estuari sebagai berikut:

a. Jejaring makanan yang berasal dari phytoplankton

Jejaring makanan yang dimulai dari phytoplankton sebagai berikut :

phytoplankton zooplankton ikan pelagis planktivorous dan ikan pelagis dasar

phytoplankton zooplankton ikan pemakan plankton ikan predator

b. Jejaring makanan yang berasal dari detritus

Jejaring makanan yang berasal dari detritus sebagai berikut :

detritus benthos ikan benthopagous

detritus benthos ikan predator besar

detritus zooplankton ikan-ikan kecil dan invertebrate ikan besar

2.7. Peranan Ekologis Estuari

Secara umum estuaria mempunyai peran ekologis penting sebagai berikut:

1.  Sebagai sumber zat hara dan bahan organik yang diangkut lewat sirkulasi pasang-

surut (tidal circulation).

2.  Penyedia habitat bagi sejumlah spesies hewan (ikan, udang...) yang bergantung pada

estuaria sebagai tempat berlindung dan tempat mencari makanan (feeding ground).

3.  Sebagai tempat untuk bereproduksi dan/atau tempat tumbuh besar (nursery ground)

terutama bagi sejumlah spesies ikan dan udang.

Page 18: MAKALAH ESTUARI

Sedangkan oleh manusia dapat dimanfaatkan sebagai berikut :

Sebagai tempat pemukiman.

Sebagai tempat penangkapan dan budidaya sumberdaya ikan.

Sebagai jalur transportasi.

Sebagai pelabuhan dan kawasan industri.

2.8. Produktifitas Estuaria

Salah satu bagian wilayah pesisir yang memiliki tingkat kesuburan cukup tinggi

adalah estuaria (muara sungai). Daerah ini merupakan ekosistem produktif yang setara

dengan hutan hujan tropik dan terumbu karang, karena perannya adalah sebagai sumber

zat hara, memiliki komposisi tumbuhan yang beragam sehingga proses fotosintesis dapat

berlangsung sepanjang tahun, serta sebagai tempat terjadinya fluktuasi permukaan air

akibat aksi pasang surut. Kondisi ekosistem yang produktif ini kemudian menjadikannya

sebagai salah satu wilayah yang memiliki tingkat produktifitas tinggi. Produktifitas

merupakan suatu proses produksi yang menghasilkan bahan organik yang meliputi

produktifftas primer ataupun sekunder. Produktifitas primer pada wilayah estuaria dapat

di artikan sebagai banyaknya energi yang diikat atau tersimpan dalam aktifltas

fotosintesis dari organisme produser, terutama tanaman yang berklorofil dalam bentuk-

bentuk substansi organik yang dapat digunakan sebagai bahan makanan. Produktifftas ini

dilakukan oleh organisme ‘outotroph’ seperti juga semua tumbuhan hijau mengkonversi

energi cahaya ke dalam energi biologi dengan fiksasi karbondioksida, memisahkan

molekuler air dan memproduksi karbohidrat dan oksigen ( Anonim, 2011 ).

2.9. Sirkulasi Estuaria

Perbedaan salinitas di wilayah estuaria mengakibatkan terjadinya proses

pergerakan masa air. Air asin yang memiliki masa jenis lebih besar dari pada air tawar,

menyebabkan air asin di muara yang berada di lapisan dasar dan mendorong air tawar

menuju laut. Sistem sirkulasi dalam estuaria yang demikian inilah, yang mengilhami

proses terjadinya up-welling. Proses pergerakan antara masa air laut dan air tawar ini

menyebabkan terjadinya stratifikasi yang kemudian mendasarnya tipe-tipe estuaria,

yaitu: a). Estuaria berstratifikasi sempurna atau estuaria baji garam (salt wedge estuary),

jika aliran sungai lebih besar dari pada pasang surut sehingga mendominasi sirkulasi

estuaria; b). Estuaria berstratifikasi sebagian atau parsial (moderately stratified estuary),

jika aliran sungai berkurang, dan arus pasang surut lebih dominan maka akan terjadi

Page 19: MAKALAH ESTUARI

percampuran antara sebagian lapisan masa air; c). Estuaria bercampur sempurna atau

estuaria homogen vertikal (well-mixed estuaries), jika aliran sungai kecil atau tidak ada

sama sekali, dan arus serta pasang surut besar, maka perairan menjadi tercampur hampir

keseluruhan dari atas sampai dasar.

2.10. Ancaman Wilayah Estuaria

Estuaria merupakan wilayah yang sangat dinamis (dynamics area), rentan terhadap

perubahan dan kerusakan lingkungan baik fisik maupun biologi (ekosistem) dari

dampak aktifitas manusia di darat ataupun pemanfaatan sumberdaya perairan laut

secara berlebihan (over-exploited). Beberapa hal yang dimungkinkan menjadi sumber

kerusakan dan perubahan fisik lingkungan wilayah estuaria antara lain (Zalfa. 2011 ):

1. Semakin meningkatnya penebangan hutan dan jeleknya pengelolaan lahan di

darat, dapat meningkatkan sedimentasi di wilayah estuaria. Laju sedimentasi di

wilayah pesisir yang melalui aliran sungai bisa dijadikan sebagai salah satu

indikator kecepatan proses kerusakan pada wilayah lahan atas, sehingga dapat

menggambarkan kondisi pada wilayah lahan atas.  Sedimen yang tersuspensi

masuk perairan pantai dapat membahayakan biota laut, karena dapat menutupi

tubuh biota laut terutama bentos yang hidup di dasar perairan seperti rumput laut,

terumbu karang dan organisme lainnya. Meningkatnya kekeruhan akan

menghalangi penetrasi cahaya yang digunakan oleh orgnisme untuk pemapasan

atau berfotosintesis. Banyak-nya sedimen yang akhirnya terhenti atau terendapkan

di muara sungai dapat mengubah luas wilayah pesisir secara keseluruhan, seperti

terjadinya perubahan garis pantai, berubahnya mulut muara sungai, terbentuknya

delta baru atau tanah timbul, menurunnya kualitas perairan dan biota-biota di

muara sungai.

2. Pola pemanfaatan sumberdaya hayati laut yang tidak memperhatikan daya dukung

produktifitas pada suatu kawasan estuaria, seperti sumberdaya perikanan,

sehingga kawasan muara sungai tersebut terus mendapat tekanan dan menyebabkan

menurunnyaproduktifitasnya.

3. Meningkatnya pembangunan di lahan atas (up-land) menjadi kawasan Industri,

pemukiman, pertanian menjadikan sumber limbah yang bersama-sama dengan

aliran sungai akan memperburuk kondisi wilayah estuaria. Lebih dan 80% bahan

pencemar yang ditemukan di wilayah pesisir dan laut berasal dari kegiatan manusia

di darat UNEP(1990).

Page 20: MAKALAH ESTUARI

4. Kegiatan-kegiatan kontruksi yang berkaitan dengan usaha pertanian, seperti

pembuatan saluran irigasi, drainase dan penebangan hutan akan mengganggu pola

aliran alami daerah tersebut. Gangguan ini meliputi aspek kualitas, volume, dan

debit air. Pengurangan debit air yang di alirkan bagi irigasi, dapat mengubah

salinitas dan pola sirkulasi air di daerah estuaria danmenyebabkan jangkauan

intrusi garam semakin jauh ke hulu sungai. Hal ini akan mengakibatkan perubahan

pada sebagian ekosistem perairan pantai itu sendiri, juga pada ekosistem daratan di

sekitar perairan tersebut sehingga berakibat intrusi air laut pada air tanah ( Anonim.

2011).

2.11. Upaya Pengelolaan Wilayah Estuaria

Fungsi wilayah estuaria sangat strategis untuk dimanfaatkan sebagai tempat

pemukiman, penangkapan ikan dan budidaya, jalur transportasi, pelabuhan dan

kawasan industri. Wilayah estuaria juga merupakan ekosistem produktif karena dapat

berperan sebagai sumber zat hara. Dengan memperhatikan fungsi dan manfaat

tersebut, maka potensi wilayah estuaria menjadi sangat tinggi, sehingga diperlukan

adanya suatu tindakan pengelolaan di wilayah tersebut. Adapun hal-hal yang perlu

dilakukan di antaranya adalah ( Zalfa, 2011 ) :

1. Memperbaiki Daerah Lahan Atas (up-land)

Upaya yang dapat dilakukan dalam mengurangi dampak kerusakan pada ekosistem

perairan wilayah estuaria yaitu dengan menata kembali sistem pengelolaan daerah

atas. Khususnya penggunaan lahan pada wilayah daratan yang memiliki sungai.

Jeleknya pengelolaan lahan atas sudah dapat dipastikan akan merusak ekosistem

yang ada di perairan pantai. Oleh karena itu, pembangunan lahan atas harus

memperhitungkan dan mempertimbangkan penggunaan lahan yang ada di wilayah

pesisir. Jika penggunaan lahan wilayah pesisir sebagai lahan perikanan tangkap,

budidaya atau konservasi maka penggunaan lahan atas harus bersifat konservatif.

Perairan pesisir yang penggunaan lahannya sebagai lahan budidaya yang

memerlukan kualitas perairan yang baik maka penggunaan lahan atas tidak

diperkenankan adanya industri yang memproduksi bahan yang dapat menimbulkan

pencemaran atau limbah. Limbah sebelum dibuang ke sungai harus melalui

pengolahan terlebih dahulu sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan.

2. Pemanfaatan Sumberdaya Perairan Secara Optimal

Page 21: MAKALAH ESTUARI

Wilayah estuaria yang berfungsi sebagai penyedia habitat sejumlah spesies untuk

berlindung dan mencari makan serta tempat reproduksi dan tumbuh, oleh

karenanya di dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan khususnya di wilayah

estuaria diperlukan tindakan-tindakan yang bijaksana yang berorientasi

pemanfaatan secara optimal dan lestari. Pola pemanfatan sebaiknya memperhatikan

daya dukung lingkungan (carrying capacity).

3. Konsenvasi Hutan Mangrove

Perlindungan hutan mangrove pada wilayah estuaria sangat penting, karena selain

mempunyai fungsi ekologis juga ekonomis. Secara ekologis hutan mangrove

adalahsebagai penghasil sejumlah besar detritus dari serasah, daerah asuhan

(nursery ground), mencari makan (feeding ground) dan sebagai tempat pemijahan

(spawning ground). Secara fisik, hutan mangrove dapat berperan sebagai filter

sedimen yang berasal dari daratan melalui sistem perakarannya dan mampu

meredam terpaan angin badai. Secara ekonomis, dalam konser-vasi hutan

mangrove juga akan diperoleh nilai ekonomis sangat tinggi. Nilai ekonomi total

rata-rata sekitar Rp 37,4 juta/ha/tahun yang meliputi manfaat langsung (kayu

mangrove), manfaat tidak langsung (serasah daun, kepiting bakau, nener bandeng

ikan tangkap dan ikan umpan), option value dan existence value. Upaya konservasi

tersebut juga mempunyai nilai dampak positip terhadap sosial-ekonomi bagi

masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah estuaria, yaitu mampu memberikan

beberapa alternatif jenis mata pencaharian dan pendapatan.

Page 22: MAKALAH ESTUARI

DAFTAR PUSTAKA

Anonym ,2010. http://id.wikipedia.org/wiki/rantai_makanan.

Begen, D. G. 2002. Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut

serta PrinsipPengelolaannya. PK-SPL. IPB, Bogor.

Kasim, Ma’Ruf. 2005. PolaPercampuran Estuary. http://maruf.wordpress.com/ 2005 / 12 /22 /

polapercampuran-estuary/.

Nybakken, James W. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta:PT. Gramedia.