makalah emulsi fix

Upload: sarah-swasti-p

Post on 05-Oct-2015

166 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

1

TRANSCRIPT

MAKALAH

TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGANTEKNOLOGI EMULSI

Oleh :Nama: Dara Cita Mammoria(061330401010) Sarah Swasti Putri(061330401024) Vinta Mefisa(061330401028)Kelas: 4 KDDosen Pembimbing: Yuniar, S.T., M.T.

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYAPALEMBANG2015KATA PENGANTAR

Puji dan syukur, kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan nikmat yang tak terkira jumlah dan hikmah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tulisan yang berjudul Teknologi Emulsidengan baik. Sholawat serta salam, senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW, yang dengan perantaraan dan perjuangan beliaulah, manusia kini berada diabad penuh dengan ilmu pengetahuan.Makalah ini tidak dapat berselesaikan dengan baik tanpa dukungan berbagai pihak. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih kepada :1. Yuniar, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing kami dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.2. Orang tua kami yang senantiasa mendoaakan, mendukung serta memberikan keleluasaan bagi kami untuk berkarya.3. Seluruh pihak-pihak yang telah membantu program ini, semoga menjadi tabungan dihari kemudian kelak.Tidak ada karya manusia yang benar-benar sempurna, demikian pula dengan tulisan ini. Saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan.

Palembang, 5 Maret 2015

Penulis

iDAFTAR ISI

HalamanHALAMAN JUDUL................................................................................................iKATA PENGANTAR.............................................................................................iiDAFTAR ISI...........................................................................................................iiiDAFTAR GAMBAR..............................................................................................ivBABI PENDAHULUAN1.1. Latar belakang....................................................................................................11.2. Rumusan Masalah..............................................................................................21.3. Tujuan Penulisan................................................................................................21.4. Manfaat Penulisan..............................................................................................2BAB II PEMBAHASAN2.1. Pengertian Emulsi.............................................................................................32.2. Cara Pembuatan Emulsi..................................................................................132.3. Cara Pemurnian Koloid..................................................................................142.4. Penerapan Emulsi di Kehidupan dan Dunia Industri..................................................................................................................16BAB III PENUTUPKesimpulan............................................................................................................18DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19

iiDAFTAR GAMBARHalaman Gambar 1. Sistem koloid..........................................................................................5Gambar 2. Dispersibilitas emulsifier didalam air pada berbagai nilai HLB..........11Gambar 3. Contoh emulsifier.................................................................................12Gambar 4. Proses kerja emulsi...............................................................................17

ivBAB IPENDAHULUAN1.1. Latar Belakang Zat yang terdispersi dengan pendispersinnya tidak akan pecah atau keduannya tidak akan terpisah. Ditinjau dari segi kepolaran, emulsi merupakan campuran cairan polar dan cairan non polar. Salah satu emulsi yang kita kenal sehari-hari adalah susu, di mana lemak terdispersi dalam air. Dalam susu terkandung kasein suatu protein yang berfungsi sebagai zat pengemulsi. Bebera contoh emulsi yang lain adalah pembuatan es krim, sabun, deterjen, yang menggunakan pengemulsi gelatin.Dari hal tersebut diatas maka sangatlah penting untuk mempelajari sistem emulsi karena dengan tahu banyak tentang sistem emulsi ini maka akan lebih mudah juga untuk mengetahui zat zat pengemulsi apa saja yang cocok untuk menstabilkan emulsi selain itu juga dapat diketahui faktor faktor yang menentukan stabilnya emulsi tersebut karena selain faktor zat pengemulsi tersebut juga dipengaruhi gaya sebagai penstabil emulsi.Sistem emulsi termasuk jenis koloid dengan fase terdispersinya berupa zat cair namun dalam makalah ini kita hanya akan membahas mengenai sistem emulsi saja diantaranya dari defenisi emulsi, mekanisme secara kimia dan fisika, teori dan persamaannya dan serta penerapannya dalam kehidupan sehari hari dan industri.

11.2. Rumusan MasalahMakalah ini ditulis dengan adanya rumusan masalah sebagai berikut :1. Apakah yang dimaksud dengan emulsi ?2. Bagaimana cara pembuatan emulsi ?3. Bagaimana cara pemurnian koloid ?4. Bagaimana penerapan emulsi dalam kehidupan sehari hari dan di dunia Industri ?

1.3. Tujuan PenulisanMakalah ini ditulis dengan tujuan sebagai berikut :1. Agar mengetahui tentang emulsi.2. Agar mengetahui cara pembuatan emulsi.3. Agar mengetahui cara pemurnian koloid.4. Agar mengetahui penerapan emulsi dalam kehidupan sehari hari dan di dunia Industri.

1.4. Manfaat PenulisanMakalah ini ditulis agar memiliki manfaat sebagai berikut :1. Dapat mengetahui tentang emulsi.2. Dapat mengetahui cara pembuatan emulsi.3. Dapat mengetahui cara pemurnian koloid. 4. Dapat mengetahui penerapan emulsi dalam kehidupan sehari hari dan di dunia Industri.

2BAB IIISI1. DEFINISI EMULSIEmulsi merupakan jenis koloid dengan fase terdispersinnya berupa fase cair dengan medium pendispersinya bisa berupa zat padat, cair, ataupun gas. Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak dapat bercampur, biasanya terdiri dari minyak dan air, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain. Dispersi ini tidak stabil, butir butir ini bergabung ( koalesen ) dan membentuk dua lapisan yaitu air dan minyak yang terpisah yang dibantu oleh zat pengemulsi ( emulgator ) yang merupakan komponen yang paling penting untuk memperoleh emulsi yang stabil. Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar memperoleh emulsi yang stabil. Zat pengemulsi adalah PGA, tragakan, gelatin, sapo dan lain-lain. Emulsi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu emulsi vera (emulsi alam) dan emulsi spuria (emulsi buatan). Emulsi vera dibuat dari biji atau buah, dimana terdapat disamping minyak lemak juga emulgator yang biasanya merupakan zat seperti putih telur (Anief, 2000).Konsistensi emulsi sangat beragam, mulai dari cairan yang mudah dituang hingga krim setengah padat. Umumnya krim minyak dalam air dibuat pada suhu tinggi, berbentuk cair pada suhu ini, kemudian didinginkan pada suhu kamar, dan menjadi padat akibat terjadinya solidifikasi fase internal. Dalam hal ini, tidak diperlukan perbandingan volume fase internal terhadap volume fase eksternal yang tinggi untuk menghasilkan sifat setengah padat, misalnya krim stearat atau krim pembersih adalah setengah padat dengan fase internal hanya hanya 15%. Sifat setengah padat emulsi air dalam minyak, biasanya diakibatkan oleh fase eksternal setengah padat (Anonim, 1995).

3Polimer hidrofilik alam, semisintetik dan sintetik dapat dugunakan bersama surfakatan pada emulsi minyak dalam air karena akan terakumulasi pada antar permukaan dan juga meningkatkan kekentalan fase air, sehingga mengurangi kecepatan pembenrukan agregat tetesan. Agregasi biasanya diikuti dengan pemisahan emulsi yang relatif cepat menjadi fase yang kaya akan butiran dan yang miskin akan tetesan. Secara normal kerapatan minyak lebih rendah daripada kerapatan air, sehingga jika tetesan minyak dan agregat tetesan meningkat, terbentuk krim. Makin besar agregasi, makin besar ukuran tetesan dan makin besar pula kecepatan pembentukan krim (Anonim, 1995).Semua emulsi memerlukan bahan anti mikroba karena fase air mempermudah pertumbuhan mikroorganisme. Adanya pengawetan sangat penting untuk emulsi minyak dalam air karena kontaminasi fase eksternal mudah terjadi. Karena jamur dan ragi lebih sering ditemukan daripada bakteri, lebih diperlukan yang bersifat fungistatik atau bakteriostatik. Bakteri ternyata dapat menguraikan bahn pengemulsi ionik dan nonionik, gliserin dan sejumlah bahan pengemulsi alam seperti tragakan dan gom (Anonim, 1995).Masing masing emulsi dengan medium pendipersi yang berbeda juga mempunyai nama yang berbeda,yaitu sebagai berikut:a) Emulsi gas (aerosol cair )Emulsi gas merupakan emulsi dengan fase terdispersinnya berupa fase cair dan medium pendispersinnya berupa gas.Salah satu contohnya hairspray, dimana dapat membentuk emulsi gas yang diingikan karena adannya bantuan bahan pendorong atau propelan aerosolb) Emulsi cairEmulsi cair merupakan emulsi dengan fase terdispersinya maupun pendispersinnya berupa fase cairan yang tidak saling melarutkan karena kedua fase bersifat polar dan non polar.

4Emulsi ini dapat digolongkan menjadi 2 jenis yaitu emulsi minyak didalam air contoh susu terdiri dari lemak sebagai fase terdispersi dalam air jadi butiran minyak didalam air atau emulsi air dalam minyak contoh margarine terdispersi dalam minyak jadi butiran air dalam minyak.c) Emulsi padatEmulsi padat merupakan emulsi dengan fase terdispersinnya cair dengan fase pendispersinnya berupa fase padat.Contoh : Gel yang dibedakan menjadi gel elastic dan gel non elastic dimana gel elastic ikatan partikelnya tidak kuat sedangkan non elastic ikatan antar partikelnya membentuk ikatan kovalen yang kuat.Gel elastic dapat dibuat dengan mendinginkan sol iofil yang pekat contoh gel ini adalah gelatin dan sabun.Sedangkan gel non-elastis dapat dibuat secara kimia sebagai contoh gel silica yang terbentuk karena penambahan HCl pekat dalam larutan natrium silikat sehingga molekul molekul asam silikat yang terbentuk akan terpolimerisasi dan membentuk gel.Gambar 1. Sistem koloid dapat dikelompokkan, seperti tabel berikut : NoFase TerdispersiMedium PendispersiNama KoloidContoh

1GasCairBusa/BuihBuih sabun, krim kocok

2GasPadatBusa padatBatu apaung, karet busa

3CairGasAerosolAwan, kabut

4CairCairEmulsiSusu, santan

5CairPadatEmulsi padatKeju, mentega, mutiara

6PadatGasAerosol padatAsap, debu

7PadatCairSolCat, kanji, tinta

8PadatPadatSol padatKaca berwarna, paduan logam

Terdapat 2 tipe emulsi yaitu sebagai berikut :1) Emulsi A/M yaitu butiran butiran air terdispersi dalam minyakPada emulsi ini butiran butiran air yang hidrofilik stabil dalam minyak yang hidrofobik. 52) Emulsi M/A yaitu butiran butiran minyak terdispersi dalam airMinyak yang hidrofobik stabil dalam air yang hidrofilikEmulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehingga dibutuhkan zat pengemulsi atau emulgator untuk menstabilkan. Tujuan dari penstabilan adalah untuk mencegah pecahnya atau terpisahnya antara fase terdispersi dengan pendispersinnya. Dengan penambahan emulgator berarti telah menurunkan tegangan permukaan secara bertahap sehingga akan menurunkan energi bebas pembentukan emulsi, artinya dengan semakin rendah energi bebas pembentukan emulsi akan semakin mudah.Namun kesetabilan emulsi juga dipengaruhi beberapa faktor lain yaitu, ditentukan gaya gaya: Gaya tarik menarik yang dikenal gaya Van der walss. Gaya ini menyebabkan partikel partikel koloid membentuk gumpalan lalu mengendap Gaya tolak menolak yang terjadi karena adanya lapisan ganda elektrik yang muatannya sama saling bertumpukan.Emulsi tersusun atas tiga komponen utama, yaitu: Fase terdispersi (zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil kedalam zat cair lain (fase internal). Fase pendispersi (zat cair yang berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut (fase eksternal). Emulgator(zat yang digunakan dalam kestabilan emulsi).Sedangkan bentuk bentuk ketidak stabilan dari emulsi sendiri ada beberapa macam yaitu sebagai berikut : Flokulasi, karena kurangnya zat pengemulsi sehingga kedua fase tidak tertutupi oleh lapisa pelindung sehingga terbentuklah flok flok atau sebuah agregat 6 Koalescens, yang disebabkan hilangnya lapisan film dan globul sehingga terjadi pencampuran Kriming, adanya pengaruh gravitasi membuat emulsi memekat pada daerah permukaan dan dasar Inversi massa (pembalikan massa ) yang terjadi karena adannya perubahan viskositas Breaking/demulsifikasi, lapisan film mengalami pemecahan sehingga hilang karena pengaruh suhu.(Ladytulipe, 2009)Emulsi dapat mengalami kestabilan namun juga dapat mengalami kerusakan (Demulsifikasi) dimana rusaknya emulsi ini disebabkan faktor suhu, rusaknya emulgator sendiri, penambahan elektrolit sehingga semua ini akan dapat menyebabkan timbulnya endapan atau terjadi sedimentasi atau membentuk krim.Contoh penggunaan proses demulsifikasi dengan menambahkan elektrolit guna pemisahan karet dalam lateks yaitu menambahkan asam format asam asetat. (Nuranimahabah,2009)MEKANISME SECARA KIMIA DAN FISIKAa) Mekanisme secara kimiaMekanisme secara kimia dapat kita jelaskan pada emulsi air dan minyak. Air dan minyak dapat bercampur membentuk emulsi cair apabila suatu pengemulsi ditambahkan, karena kebanyakan emulsi adalah disperse air dalam minyak dan dispersi minyak dalam air, sehingga emulgator yang digunakan harus dapat larut dalam air maupun minyak. Contoh pengemulsi tersebut adalah senyawa organik yang mempunyai gugus hidrofilik dan hidrofobik, bagian hidrofobik akan berinteraksi dengan minyak sedangkan yang hidrofilik dengan air sehingga terbentuklah emulsi yang stabil.7b) Mekanisme secara fisikaSecara fisika emulsi dapat terbentuk karena adanya pemasukan tenaga misalnya dengan cara pengadukan. Dengan adanya pengadukan maka fase terdispersinya akan tersebar merata ke dalam medium pendispersinya. (Ian, 2009)

PENENTUAN TIPE EMULSI1. Drop Dillution test Prinsipnya emulsi terlarut pada fase eksternalnya. Tes ini dilakukan dengan cara menjatuhkan sejumlah kecil emulsi ke atas permukaan air tetesan tersebut bercampur dan menyebar ke dalam air fase air merupakan fase eksternal dari emulsi tersebut atau tipe emulsi tersebut o/w.2. Dye Solubility Test Prinsipnya bahan terdispersi yang dicelupkan akan terdispersi ke dalam emulsi jika bahan ini terlarut dalam fase eksternal. Tes dilakukan pada serbuk larut dalam air yang dimasukkan ke dalam emulsi bahan tersebut terlarut dalam emulsi fase eksternal dari emulsi tersebut adalah air. 3. Electrical Conductivity TestPrinsipnya adalah air lebih baik dalam menghantarkan listrik dibandingkan dengan minyak. Sehingga dapat disimpulkan emulsi tipe o/w lebih baik menghantarkan listrik dibandingkan tipe w/o. 4. Filter Paper TestTest ini dilakukan dengan cara menjatuhkan setetes emulsi ke atas kertas saring bersihtetesan itu menyebar dengan cepat di dalam kertas saring berarti tipe emulsi sedaan tersebut adalah o/w karena air cenderung menyebar lebih cepat dibandingkan dengan minyak. 8Sedang parameter penentuan kontrol kualitas pada pemeriksaan produk akhir meliputi : Berat produk akhir Penampakan secara visual Warna Bau Viskositas pH Homogenitas fase Distribusi ukuran partikel Tekstur TEORI DAN PERSAMAANSatu variable penting dalam uraian emulsi - emulsi adalah fraksi volum , dalam dan luar fase.Untuk tetesan bentuk bola radius , fraksi volume diberikan sejumlah densitas n, waktu untuk volum bentuk bola = 43 n/3 .Banyak sifat sifat emulsi ditandai ole jumla volumnya.Tetesan emulsi karena lemah atau tidak stabil nilai fraksi volume bisa diantara 3- 6 untuk kebanyakan sistem emulsi.Konduktivitas dari emulsi sendiri dapat ditentukan dengan teori klasik (Maxwell) Dimana K, Km dan Kd adalah konduktivitas spesifik dari emulsi,medium pendispersi dan fase terdispersi.Dalam sistem koloi akan terjadi peningkatan dielektrika, salah satu model untuk menentukan konstanta dieletrika tipe emulsi adalah: Tipe M/A

9 Tipe A/M

Dimana dan s adalah permitivitas dengan frekuensi tinggi dan statis.T waktu tenggang dan luas pendistribusian, serta adalah komponen polarisasi.Cara Pembuatan Zat Pengemulsi (Emulgator) Emulsi : a) Metode gom basah (Anief, 2000)Cara ini dilakukan bila zat pengemulsi yang akan dipakai berupa cairan atau harus dilarutkan terlebih dahulu dalam air seperti kuning telur dan metilselulosa. Metode ini dibuat dengan terlebih dahulu dibuat mucilago yang kental dengan sedikit air lalu ditambah minyak sedikit demi sedikit dengan pengadukan yang kuat, kemudian ditambahkan sisa air dan minyak secara bergantian sambil diaduk sampai volume yang diinginkan. b) Metode gom keringTeknik ini merupakan suatu metode kontinental pada pemakaian zat pengemulsi berupa gom kering. Cara ini diawali dengan membuat korpus emulsi dengan mencampur 4 bagian minyak, 2 bagian air dan 1 bagian gom, lalu digerus sampai terbentuk suatu korpus emulsi, kemudian ditambahkan sisa bahan yang lain sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai terbentuknya suatu emulsi yang baik.c) Metode HLB (Hidrofilik Lipofilik Balance)Cara ini dilakukan apabila emulsi yang dibuat menggunakan suatu surfaktan yang memiliki nilai HLB. Sebelum dilakukan pencampuran terlebih dahulu dilakukan perhitungan harga HLB dari fase internal kemudian dilakukan pemilihan emulgator yang memiliki nilai HLB yang sesuai dengan HLB fase internal. Setelah diperoleh suatu emulgator yang cocok, maka selanjutnya dilakukan pencampuran untuk memperoleh suatu emulsi yang diharapkan.

10Umumnya emulsi akan berbantuk tipe M/A bila nilai HLB emulgator diantara 9 12 dan emulsi tipe A/M bila nilai HLB emulgator diantara 3 6. Hidrophilic Lipophilic Balance yang disingkat dengan HLB menggambarkan rasio berat gugus hidrofilik dan lipofililik didalam molekul emulsifier. Niai HLB suatu emulsifier dapat ditentukan dengan salah satu metode titrasi, membandingkan struktur kimia molekul, mencari korelasi dengan nilai tegangan permukaan struktur kimia molekul, mencari korelasi dengan nilai tegangan permukaan dan tegangan interfasial, koefisien pengolesan, daya larut zat warna, konstanta dielektrika dan dengan teknik kromatografi gas cairan.Gambar 2. dispersibilitas emulsifier didalam air pada berbagai nilai HLB.DispersibilitasKisaran Nilai HLB

Tidak terdispersi Sedikit terdispersi Terdispersi seperti susu dengan pengadukan Terdispersi sperti susu dengan kondisi yang stabil Terdispersi menjadi larutan yang tembus cahaya hingga jernih Terdispersi menjadi larutan jernih1 43 66 88 10

10 1313 +

11Gambar 3. Contoh beberapa jenis emulsifierNamaUmumNama KimiaHLBIF

GMSGlycerol monostearater3.85.52

BGMOGlycerolmonooleat2.85.09

Span 60Sorbitan monostearate4.75.64

Span 80Sorbitan monooleat4.35.02

Tween 60Polyoxyethylene monostresrate14.95.42

Tween 80Polyoxyethylene monooleleate152.24

Nilai HLB Tipe system3 6 A/M emulgator7 9 Zat pembasah (wetting agent)8 18 M/A emulgator13 15 Zat pembersih (detergent)15 18 Zat penambah pelarutan (solubilizer)KESTABILAN EMULSIBila dua larutan murni yang tidak saling campur/ larut seperti minyak dan air, dicampurkan, lalu dikocok kuat-kuat, maka keduanya akan membentuk sistem dispersi yang disebut emulsi. Secara fisik terlihat seolah-olah salah satu fasa berada di sebelah dalam fasa yang lainnya. Bila proses pengocokkan dihentikan, maka dengan sangat cepat akan terjadi pemisahan kembali, sehingga kondisi emulsi yang sesungguhnya muncul dan teramati pada sistem dispersi terjadi dalam waktu yang sangat singkat 12Kestabilan emulsi ditentukan oleh dua gaya, yaitu:1. Gaya tarik-menarik yang dikenal dengan gaya London-Van Der Waals. Gaya ini menyebabkan partikel-partikel koloid berkumpul membentuk agregat dan mengendap.2. Gaya tolak-menolak yang disebabkan oleh pertumpang-tindihan lapisan ganda elektrik yang bermuatan sama. Gaya ini akan menstabilkan dispersi koloid.2. ADA BEBERAPA CARA PEMBUATAN EMULSIa. Dengan Mortir dan StampelSering digunakan untuk membuat minyak lemak dalam ukuran kecilb. BotolMinyak dengan viskositas rendah dapat dibuat dengan cara dikocok dalam botol pengocokan dilakukan terputus putus untuk memberi kesempatan emulgator bekerja.c. MixerPartikel fase dispersi dihaluskan dengan memasukkan kedalam ruangan yang didalamnya terdapat pisau berputar denagn kecepatan tinggi.d. HomogenizerDengan melewatkan partikel fase dispersi melewati celah sempit, sehingga partikel mempunyai ukuran yang sama.e. UltrasonikHasil pengembangan terakhir dibidang peralatan emulsi adalah peralatan ultrasonic. Peralatan ini cocok untuk membuat emulsi yang mempunyai viskositas rendah,tetapi alat ini dapat juga digunakan untuk membuat emulsi yang mempunyai viskositas tinggi sampai yng berbentuk pasta. 13Gelombang ultrasonic dapat dihasilkan dengan tiga macam system,yaitu system mekanis,system yang menggunakan magnetostrictive oscillator dan system yang menggunakan perzoelectrical oscillator .dua system yang terakhir tidak umum digunakan untuk keperluan emulsifikasi, kecuali didalam proses pencucian dimana emulsifikasi ikut mengambil bagian, generator mekanis lebih banyak digunakan didalam industri pangan untuk keperluan emulsifikasi.Bentuk generator mekanis yang digunakan untuk menghasilkan gelombang ultrasonic bagi keperluan emulsifikasi bahan pangan adalah weige resonator

3. CARA PEMURNIAN KOLOIDSeringkali terdapat zat-zat terlarut yang tidak diinginkan dalam suatu pembuatan suatu sistem koloid. Partikel-partikel tersebut haruslah dihilangkan atau dimurnikan guna menjaga kestabilan koloid. Ada beberapa metode pemurnian yang dapat digunakan, yaitu :1. DIALISISDialisis adalah proses pemurnian partikel koloid dari muatan-muatan yang menempel pada permukaannya. Pada proses dialisis ini digunakan selaput semipermeabel. Pergerakan ion-ion dan molekul molekul kecil melalui selaput semipermiabel disebut dialysis. Suatu koloid biasanya bercampur dengan ion-ion pengganggu, karena pertikel koloid memiliki sifat mengadsorbsi. Pemisahan ion penggangu dapat dilakukan dengan memasukkan koloid ke dalam kertas/membran semipermiabel (selofan), baru kemudian akan dialiri air yang mengalir. Karena diameter ion pengganggu jauh lebih kecil daripada kolid, ion pengganggu akan merembes melewati pori-pori kertas selofan, sedangkan partikel kolid akan tertinggal. 14Proses dialisis untuk pemisahan partikel-partikel koloid dan zat terlarut dijadikan dasar bagi pengembangan dialisator. Salah satu aplikasi dialisator adalah sebagai mesin pencuci darah untuk penderita gagal ginjal. Jaringan ginjal bersifat semipermiabel, selaput ginjal hanya dapat dilewati oleh air dan molekul sederhana seperti urea, tetapi menahan partikel-partikel kolid seperti sel-sel darah merah.2. ELEKTODIALISISPada dasarnya proses ini adalah proses dialysis di bawah pengaruh medan listrik. Cara kerjanya; listrik tegangan tinggi dialirkan melalui dua layer logam yang menyokong selaput semipermiabel. Sehingga pertikel-partikel zat terlarut dalam sistem koloid berupa ion-ion akan bergerak menuju elektrode dengan muatan berlawanan. Adanya pengaruh medan listrik akanmempercepat proses pemurnian sistem koloid. Elektrodialisis hanya dapat digunakan untuk memisahkan partikel-partikel zat terlarut elektrolit karena elektrodialisis melibatkan arus listrik.

3. PENYARING ULTRAPartikel-partikel kolid tidak dapat disaring biasa seperti kertas saring, karena pori-pori kertas saring terlalu besar dibandingkan ukuran partikel-partikel tersebut. Tetapi, bila kertas saring tersebut diresapi dengan selulosa seperti selofan, maka ukuran pori-pori kertas akan sering berkurang. Kertas saring yang dimodifikasi tersebut disebut penyaring ultra.Proses pemurnian dengan menggunakan penyaring ultra ini termasuklambat, jadi tekanan harus dinaikkan untuk mempercepat proses ini. Terakhir, partikel-pertikel koloid akan teringgal di kertas saring. Partikel-partikel kolid akan dapat dipisahkan berdasarkan ukurannya, dengan menggunakan penyaring ultra bertahap.154. PENERAPAN DALAM PERISTIWA SEHARI DAN INDUSTRIa. Penerapan dalam kehidupan sehari-hariSalah satu contoh penerapan emulsi dalam kehidupan sehari-hari adalah penggunaan detergen untuk mencuci pakaian, dimana detergen merupakan suatu emulgator yang akan menstabilkan emulsi minyak (pada kotoran) dan air. Detergen terdiri dari bagian hidrofobik dan hidrofilik, minyak akan terikat pada bagian hidrofobik dari detergen sehingga bagian luar dari minyak akan menjadi hidrofilik secara keseluruhan, sehingga terbentuk emulsi minyak dan air, dimana kotoran akan terbawa lebih mudah oleh air.b. Penerapan dalam bidang industriDalam bidang industri salah satu sistem emulsi yang digunakan adalah industri saus salad yang terbuat dari larutan asam cuka dan minyak. Dimana asam cuka bersifat hidrofilik dan minyak yang bersifat hidrofobik, dengan mengocok minyak dan cuka. Pada awalnya akan mengandung butiran minyak yang terdispersi dalam larutan asam cuka setelah pengocokan dihentikan, maka butiran-butiran akan bergabung kembali membentuk partikel yang lebih besar sehingga asam cuka dan minyak akan terpisah lagi. Agar saus salad ini kembali stabil maka dapat ditambahkan emulagator misalnya kuning telur yang mengandung lesitin. Sistem koloid ini dikenal sebagai mayonnaise.

16

Gambar 4. Cara kerja emulsifierA. Proses sebelum emulsi.B. Fase II dalam proses emulsi.C. Emulsi tak stabil.D. Emulsi yang stabilContoh-Contoh Produk pangan dari emulsi Mayonaise- Margarin - Butter Mentega- Coklat - Sauce Es krim- Selai KacangContoh produk lainnya : Cat- Sabun padat Lotion- Lipstik Semir17BAB IIIPENUTUP

KESIMPULANEmulsi merupakan jenis koloid dengan fase terdispersinnya berupa fase cair dengan medium pendispersinya bisa berupa zat padat, cair, ataupun gas. Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua zat yang tidak dapat bercampur, biasanya terdiri dari minyak dan air, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain. Emulsi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu emulsi vera (emulsi alam) dan emulsi spuria (emulsi buatan). Emulsi vera dibuat dari biji atau buah, dimana terdapat disamping minyak lemak juga emulgator yang biasanya merupakan zat seperti putih telur. Dengan mengetahui sistem emulsi maka kita akan mengetahui sifat sifat emulsi, stabil atau tidak stabilnya suatu emulsi serta faktor apa yang membuat emulsi tidak stabil sehingga kita akan dapat menentukan zat pengemulsi untuk dapat menstabilkannya.Sebagai contoh detergen yang digunakan untuk mencuci disini detergen berfungsi sebagai emulgator yang dapat menstabilkan emulsi air dan minyak sehingga minyak dapat mudah lepas dari pakaian.Selain itu dalam bidang industri contohnya pembuatan saus salad, saus salad dari asam cuka dan minyak yang awalnya stabil saat pengocokan namun setelah pengocokan dihentikan kedua fase akan terpisah lagi sehingga dibutuhkan kuning telur sebagai emulgator.

18DAFTAR PUSTAKA

http://www.freewebs.com/leosylvi/koloidemulsi.htmhttp://blogkita.info/tag/emulsi/http://ibnuhayyan.wordpress.com/2008/09/10/emulsi/http://ladytulipe.wordpress.com/2009/01/04/emulsi/http://nuranimahabbah.wordpress.com/2009/05/16/koloid-suspensi-larutan-kimia/http:/ teknologi emulsi.htmlAnief, 2000, Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktek, Gadjah Mada University press, Jogjakarta.

19i