makalah ekonomi makro

22
A. Konsep Dasar Dalam ilmu ekonomi, terdapat dua cabang yaitu ekonomi makro dan ekonomi mikro. Yang dimaksud dengan ekonomi makro adalah kajian tentang aktivitas ekonomi suatu negara, sedangkan ekonomi mikro adalah kajian tentang tingkah laku individual dalam ekonomi. Perbedaan yang esensial dalam kajian ekonomi mikro dan ekonomi makro mencakup dua hal, yaitu: 1. Adanya uang dalam ekonomi makro, sehingga nominal price menjadi faktor kajian penting. Dalam kajian mikro, yang terpening adalah harga relatif (relative price, Px/Py), atau harga relatif pendapatan (income relative price, I/Px, I/Py). Adanya uang inilah yang nantinya akan menghasilkan cabang ilmu ekonomi moneter. 2. Adanya pembeli dan penjual raksasa dalm ekonomi makro yaitu pemerintah. Kemampuan dan perilaku pemerintah membelanjakan dan menabung uangnya dalam jumlah yang sangat besar menjadi kajian tersendiri yang nantinya akan menghasilkan cabang ilmu ekonomi fiskal. 1 Berikut ini akan diuraikan masalah esensial pada lingkup ekonomi makro. 1. Uang dalam Ekonomi Makro Definisi uang adalah alat tukar atas barang dan jasa dalam pasar ekonomi. Dalam ekonomi makro , adanya unsur uang menyebabkan nominal price menjadi penting, karena ada dua nilai yang berbeda, yaitu nilai nominal uang dan daya beli uang. Satu nominal pendapatan naik berarti nominal uang yang dimiliki bertambah (I ), namun belum tentu daya belinya juga meningkat. Katakanlah pemerintah mencetak uang baru sehingga jumlah uang yang beredar bertambah banyak, padahal barang yang tersedia tidak bertambah (Qx ), maka yang terjadi adalah naiknya barang X (Px ). Secara matematis : I / Px = Qx . Jika yang naik bukan saja harga barang X tapi harga barang-barang secara umum pun naik, maka yang terjadi adalah inflasi. Inflasi menggambarkan perubahan daya beli uang dalam perspektif domestik. Jika perubahan daya beli itu ditempatkan pada perspektif internasional, maka fenomena ini disebut perubahan nilai tukar uang. Misalnya, jika satu roti sandwich harganya Rp. 4.000,- di Dunkin Donuts Jakarta, sedangkan harga barang yang sama di Boston, AS adalah USD 1. Setahun kemudian roti sandwich tersebut naik menjadi Rp. 8.000,-, sedangkan di AS harganya tetap USD 1. Hal inilah menggambarkan bahwa nilai tukar rupiah terhadap USD melemah atau dapat dikatakan daya beli rupiah menurun separunya dibandingkan daya beli USD terhadap barang yang sama. 2 Perbedaan konsep uang pada ekonomi makro islam dengan ekonomi makro konvensional ialah, bahwa uang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari 1 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam, Ed. 1 (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h. 9. 2 Ibid., h. 9-10.

Upload: zuhrofial-imaniah

Post on 23-Jul-2015

556 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

A. Konsep Dasar

Dalam ilmu ekonomi, terdapat dua cabang yaitu ekonomi makro dan ekonomi

mikro. Yang dimaksud dengan ekonomi makro adalah kajian tentang aktivitas

ekonomi suatu negara, sedangkan ekonomi mikro adalah kajian tentang tingkah

laku individual dalam ekonomi. Perbedaan yang esensial dalam kajian ekonomi

mikro dan ekonomi makro mencakup dua hal, yaitu:

1. Adanya uang dalam ekonomi makro, sehingga nominal price menjadi faktor

kajian penting. Dalam kajian mikro, yang terpening adalah harga relatif (relative

price, Px/Py), atau harga relatif pendapatan (income relative price, I/Px, I/Py).

Adanya uang inilah yang nantinya akan menghasilkan cabang ilmu ekonomi

moneter.

2. Adanya pembeli dan penjual raksasa dalm ekonomi makro yaitu pemerintah.

Kemampuan dan perilaku pemerintah membelanjakan dan menabung uangnya

dalam jumlah yang sangat besar menjadi kajian tersendiri yang nantinya akan

menghasilkan cabang ilmu ekonomi fiskal.1

Berikut ini akan diuraikan masalah esensial pada lingkup ekonomi makro.

1. Uang dalam Ekonomi Makro

Definisi uang adalah alat tukar atas barang dan jasa dalam pasar ekonomi.

Dalam ekonomi makro , adanya unsur uang menyebabkan nominal price menjadi

penting, karena ada dua nilai yang berbeda, yaitu nilai nominal uang dan daya beli

uang. Satu nominal pendapatan naik berarti nominal uang yang dimiliki

bertambah (I ), namun belum tentu daya belinya juga meningkat. Katakanlah

pemerintah mencetak uang baru sehingga jumlah uang yang beredar bertambah

banyak, padahal barang yang tersedia tidak bertambah (Qx ), maka yang terjadi

adalah naiknya barang X (Px ). Secara matematis : I / Px = Qx .

Jika yang naik bukan saja harga barang X tapi harga barang-barang secara

umum pun naik, maka yang terjadi adalah inflasi. Inflasi menggambarkan

perubahan daya beli uang dalam perspektif domestik.

Jika perubahan daya beli itu ditempatkan pada perspektif internasional, maka

fenomena ini disebut perubahan nilai tukar uang. Misalnya, jika satu roti

sandwich harganya Rp. 4.000,- di Dunkin Donuts Jakarta, sedangkan harga

barang yang sama di Boston, AS adalah USD 1. Setahun kemudian roti sandwich

tersebut naik menjadi Rp. 8.000,-, sedangkan di AS harganya tetap USD 1. Hal

inilah menggambarkan bahwa nilai tukar rupiah terhadap USD melemah atau

dapat dikatakan daya beli rupiah menurun separunya dibandingkan daya beli USD

terhadap barang yang sama.2

Perbedaan konsep uang pada ekonomi makro islam dengan ekonomi makro

konvensional ialah, bahwa uang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

1 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam, Ed. 1 (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h. 9. 2 Ibid., h. 9-10.

kehidupan, bahkan keberadaan uang dapat menghindari terjadinya riba fadhl.

Fungsi utama uang dalam konsep Islam adalah memperlancar transaksi sektor riil.

2. Adanya Pemerintah sebagai Pelaku Ekonomi Raksasa

Pada ekonomi mikro, pendapatan (Y) seorang individu dapat digunakan

untuk konsumsi (C), dan menabung (S), yang secara sistematis dapat dirumuskan.

Y = C + S

Dalam ekonomi makro tentu tidak hanya terdiri satu individu saja, maka

pendapatan semua orang dalam satu negara tersebut disebut Pendapatan Domestik

Bruto (PDB) atau Goss Domestic Bruto (GDP), yang secara sistematis dapat

dirumuskan:

∑𝑌 = ∑𝐶 + ∑𝑆

∑𝑌 : agregat pendapata

∑𝐶 : agregat konsumsi

∑𝑆 : agregat tabungan

Untuk membedakan antara perilaku rumah tangga dengan perilaku

pemerintah, maka dibedakan dengan lambang ‘h’ untuk keluarga (household),

dana lambang ‘g’ untuk pemerintah (goverment). Sehingga formulasinya menjadi:

(Yh + Yg ) = ( Ch + Sh) + (Cg + Sg)

Dalam teori ekonomi yang dikembangkan oleh aliran Keynesian, seringkali

diasumsikan bahwa tabungan (S) akan digunakan sepenuhnya untuk investasi (I).

Meskipun tidak selamanya benar, asumsi ini menyederhanakan pemahaman bagi

pemula. Bila asumsi ini kita gunakan maka persamaannya menjadi:

(Yh + Yg) = (Ch + Ih) + ( Cg + Ig)

Dalam literatur aliran tersebut, konsumsi pemerintah (Cg) lazim diberi notasi

G, maka persamaannya menjadi:

(Yh + Yg) = (Ch) +( Ih + Ig) + G

Y = C + I + G

Karena perekonomian secara keseluruhan hanya berupa kumpulan banyak

rumah tangga dan perusahaan yang berinteraksi di berbagai pasar, maka ilmu

ekonomi mikro dan ilmu ekonomi makro saling terkait. Alat dasar penawaran dan

permintaan, misalnya, sama pentingnya bagi analisis ekonomi makro seperti bagi

analisis ekonomi mikro. Namun mempelajari ekonomi secara keseluruhan tentu

lebih sulit. 3

B. Data, Indikator dan Pengukuran Kegiatan Ekonomi

Data yang digunakan oleh para ekonom dan pembuat kebijakan untuk

memonitor kinerja perekonomian secara keseluruhan mencerminkan perubahan

3 N. Gregory Mankiw, dkk, Pengantar Ekonomi Makro, Penerjemah: Biro Bahasa Alkemis, Edisi Asia, Volume 2 (Jakarta: Salemba, 2008), h. 3-4.

perekonomian. Data yang dimaksud ialah PDB (Pendapatan Domestik Bruto).

PDB yang mengukur pendapatan total sebuah negara, merupakan statistik yang

paling banyak dipantau. Hal ini karena PDB dianggap sebagai satu-satunya

ukuran yang paling tepat tentang kesehatan perekonomian masyarakat.4 Meski

demikian, menurut Sadono Sukirno dalam bukunya, ia menyatakan bahwa alat

pengamat prestasi kegiatan perekonomian atau indikator makroekonomi yang

terutama adalah:

Pendapatan nasional, pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita.

Penggunaan tenaga kerja dan pengangguran.

Tingkat perubahan harga atau inflasi.

Kedudukan neraca perdagangan dan neraca pembayaran.

Kestabilan nilai mata domestik.

1. Pendapatan Nasional, Pertumbuhan Ekonomi, dan Pendapatan Per

Kapita

Pendapatan Nasional

Data pendapatan nasional menggambarkan tingkat produksi negara yang

dicapai dalam satu tahun tertentu dan perubahannya dari tahun ke tahun. Maka ia

mempunyai peran untuk menggambarkan tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai,

dan perubahan dan pertumbuhannya dari tahun ke tahun.

Pendapatan dan Pengeluaran dalam Perekonomian

Untuk menilai prestasi ekonomi seseorang, kemungkinan hal pertama yang

dapat kita periksa ialah pendapatannya. Loginya sederhana, orang yang

berpenghasilan besar lebih mudah menjangkau (mencukupi) kebutuhan dan

kemewahan hidup. Tidak mengherankan jika orang berpenghasilan besar

menikmati standar hidup yang lebih tinggi. Demikian juga jika kita menilai

perekonomian suatu negara secara keseluruhan. Dengan melihat pendapatan total

yang diperoleh semua orang , maka kita dapat melihat apakah perekonomian

berjalan baik atau buruk. 5

PDB mengukur dua hal sekaligus, yaitu pendapatan total semua orang dalam

perekonomian dan jumlah pembelanjaan untuk membeli barang dan jasa hasil dari

perekonomian. Alasan PDB dapat mengukur pendapatan total dan pengeluaran

secara bersamaan adalah kedua hal ini pada dasarnya sama. Untuk suatu

perekonomian secara keseluruhan, pendapatan total harus sama dengan

pengeluaran total.6

4 Ibid. 5 N. Gregory Mankiw, dkk, Op. Cit, h. 4. 6 Ibid.

Pendapatan perekonomian sama dengan pengeluarannya karena setiap

transaksi melibatkan dua pihak, yakni penjual dan pembeli. Setiap uang yang

dibelanjakan oleh pembeli merupakan pendapatan bagi penjual. Sebagai contoh,

si A adalah penjual jasa. Si B membayarkan uangnya Rp. 7000 kepada si A untuk

memperbaiki motornya. Dengan demikian, pengeluaran si B sebesar Rp. 7000

merupakan pendapatan si A.

Contoh lain ialah, harta yang dikumpulkan oleh negara dari pemungutan

pajak merupakan pendapatan negara, namun harta tersebut merupakan

pengeluaran orang lain. Belanja yang dikeluarkan oleh negara untuk para pegawai

dan beberapa proyek merupakan pendapatan bagi mereka, namun bagi negara itu

merupakan pengeluaran. Dengan demikian, pendapatan dan pengeluaran manusia

secara globala dalam masyarakat akan berjalan konstan.7

Cara lain untuk memandang persamaan pendapatan dan pengeluaran ialah

dengan diagram arus lingkar seperti berikut.

Pendapatan Pembelanjaan

(= PDB) (= PDB)

Barang dan jasa Barang dan jasa

yang dijual yang dibeli

Faktor-faktor Tenaga kerja,

Produksi lahan, dan modal

Upah, biaya sewa, Pendapatan

dan keuntungan (=PDB) (=PDB)

= Aliran uang = Aliran input dan output

PDB= Y

Y= C+ I + G

7 Taqyuddin An-Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif Islam, Terj. Moh. Maghfur Wachid, Cet. ke-7 (Surabaya: Risalah Gusti, 11996), h. 276.

PASAR

BARANG DAN

JASA

PASAR

FAKTOR

PRODUKSI

PERUSAHAAN RUMAH

TANGGA

PDB Riil Versus PDB Nominal

Terdapat dua ukuran PDB, yaitu PDB nominal dan PDB riil. PDB nominal mengukur nilai output menurut harga yang berlaku pada saat output tersebut

diproduksi, sedangkan PDB riil mengukur output yang diproduksi pada periode waktu tertentu menurut harga konstan tertentu.8 Sebagai contoh, pada tahun 2002

harga sepotong kue adalah 500 rupiah, pada tahun berikutnya harga naik dua kali lipat menjadi 1000 rupiah, jika dilihat nilai PDB nominal naik menjadi dua kali lipat, tetapi nilai PDB riil tidak berubah. Karena PDB tidak mencerminkan nilai

yang sesungguhnya untuk mengukur kinerja perekonomian dalam memproduksi barang dan jasa, maka kita menggunakan PDB riil daripada PDB nominal sebagai

ukuran dasar untuk perbandingan output pada tahun yang berbeda-beda. PDB riil memperlihatkan bagaimana produksi barang dan jasa dalam perekonomian berubah seiring berjalannya waktu. PDB riil menggunakan harga tahun basis

untuk menilai produksi harga, karena PDB riil tidak dipengaruhi oleh perubahan harga, melainkan dipengaruhi oleh perubahan jumlah yang diproduksi. PDB

nominal menggambarkan produksi barang dan jasa dalam perekonomian dengan menggunakan harga saat ini.

Deflator PDB

Deflator PDB merupakan ukuran tingkat harga yang dihitung sebagai rasio

PDB nominal dan PDB riil dikali 100. Karena besar PDB nominal dan PDB riil harus sama maka deflator pada tahun basis selalu sama dengan 100. Deflator pada

tahun-tahun berikutnya menggambarkan perubahan PDB nominal dari tahun basis yang semestinya tidak disebabkan oleh perubahan PDB riil.

Deflator mengukur tingkat harga kini relatif dengan tingkat harga pada tahun basis. Para ekonom menggunakan deflator untuk memonitor tingkat harga rata-rata dalam perekonomian. Dari penjelasan di atas dapat kita contohkan, sebagai

berikut:

Harga dan Jumlah

Tahun Harga Ayam ($) Jumlah Ayam Harga Burger ($) Jumlah Burger

2007 1 100 2 50

2008 2 150 3 100

2009 3 200 4 150

Tahun Perhitungan PDB Nominal

2007 ($ 1 per ayam x 100 ayam) + ($ 2 per burger x 50 burger) = $200

2008 ($ 2 per ayam x 150 ayam) + ($ 3 per burger x 100 burger) = $ 600

2009 ($ 3 per ayam x 200 ayam) + ($ 4 per burger x 150 burger) = $ 1.200

Tahun Perhitungan PDB Riil

2007 ($ 1 per ayam x 100 ayam) + ($ 2 per burger x 50 burger) = $200

2008 ($ 1 per ayam x 150 ayam) + ($ 2 per burger x 100 burger) = $350

8 Rudiger Dornbusch, Stanley Fischer dan Richard Startz, Makroekonomi, ed. 8, (Jakarta: Media Global Edukasi, 2004), h. 21.), h. 33.

2009 ($ 1 per ayam x 200 ayam) + ($ 2 per burger x 150 burger) = $500

Tahun Perhitungan Deflator

2007 ($200/ $200) x 100 = 100

2008 ($ 600/$350) x 100 = 171

2009 ($ 1.200/ $500) x 100 = 240

Mengukur Prestasi Kegiatan Ekonomi

Produk Nasional atau pendapatan nasional adalah istilah yang menerangkan

nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan suatu negara dalam satu

tahun tertentu. Secara spesifik pendapatan nasional terbagi menjadi dua, yaitu

Produk Nasional Bruto (PNB) dan Produk Domestik Bruto (PDB). PNB

merupakan produk nasional yang diwujudkan oleh faktor-faktor produksi milik

warga negara suatu negara, sedangkan PDB merupakan produk nasional yang

diwujudkan oleh faktor-faktor produksi di dalam negeri (milik warga negara dan

warga asing) dalam suatu negara.9 PNB berbeda dengan PDB karena PNB

memasukkan pendapatan warga negara yang tinggal di luar negeri tanpa

memasukkan pendapatan warga negara asing di dalam negeri.10 Sebagai contoh,

bagian dari PDB Amerika Serikat berhubungan dengan laba yang didapat Honda

dari pabrik mereka di Amerika Serikat. Laba ini adalah bagian dari PDB jepang,

karena laba itu adalah pendapatan dari modal yang dimiliki jepang.11

Tingkat Pertumbuhan Ekonomi

Data produk nasional juga dapat mengukur tingkat kemakmuran masyarakat,

dan menilai prestasi pertumbuhan ekonomi. Untuk menilai prestasi pertumbuhan

ekonomi maka harus dihitung dahulu pendapatan nasional riil, yaitu PNB atau

PDB yang dihitung menurut harga-harga yang berlaku dalam tahun dasar. Nilai

yang diperoleh dinamakan dengan PNB atau PDB menurut harga tetap, yaitu

harga yang berlaku dalam tahun dasar. Tingkat pertumbuhan ekonomi dihitung

dari pertambahan PNB atau PDB riil yang berlaku dari tahun ke tahun.12

Contohnya, PNB riil di suatu negara pada tahun 2002 sebesar 120 trilliun

rupiah, dan meningkat menjadi 126 trilliun rupiah pada tahun 2003. Berapakah

tingkat pertumbuhan ekonomi pada tahun 2003?

Jawab:

Tingkat pertumbuhan ekonomi tahun 2003= (126 trilliun- 120 trilliun) / 120

trilliun x 100= 5%

9 Sadono Sukirno, MakroEkonomi, Teori Pengantar, Edisi ke-3Cet. 19 (Jakarta: Rajawali Pers,

2010), h. 17. 10 N. Gregory Mankiw, dkk, Op. Cit, h. 9. 11 Rudiger Dornbusch, Stanley Fischer dan Richard Startz, Makroekonomi, ed. 8, (Jakarta: Media

Global Edukasi, 2004), h. 21. 12Sadono Sukirno, Op.Cit, h.17.

Pendapatan Per Kapita

Pendapatan per kapita dapat digunakan untuk mengukur tingkat dan

pertambahan kemakmuran penduduk. Pada contoh sebelumnya, dimisalkan pada

tahun 2002 jumlah penduduknya ada 12 juta, dan meningkat menjadi 12, 2 juta

pada tahun 2003. Berapakah pendapatan per kapita tahun 2002 dan 2003? Dan

berapakah kelajuan pertambahan kemakmuranny?

Jawab:

Tingkat pendapatan per kapita 2002 = Rp.120 trilliun / 12 juta = Rp 10 juta.

Tingkat pendapatan per kapita 2003 = Rp. 126 trilliun / 12,2 juta = Rp. 10,

3278 juta.

Pertambahan pendapatan per kapita 2003 = (10, 3278 juta – 10 juta) / 10 juta

x 100 = 3,278 % = 3,3 %

Pada penjelasan sebelumnya, PDB dianggap sebagai satu-satunya ukuran

yang paling tepat tentang kesehatan perekonomian masyarakat, padahal sebenarnya PDB tidak pernah dimaksudkan untuk menjadi ukuran mutlak

kesejahteraan ekonomi ataupun kesehatan ekonomi. Meskipun PDB perkapita merupakan ukuran yang banyak digunakan, namun memiliki kekurangan terhadap kesehatan perekonomian suatu negara. menurut hasil studi terbaru OECD banyak

faktor yang diabaikan oleh PDB, seperti waktu luang (leisure time), kesenjangan pendapatan, dan kualitas lingkungan.13

Benar jika dikatakan bahwa PDB bukan merupakan ukuran sempurna untuk kesejahteraan. Sebagian hal yang baik tidak diperhitungkan oleh PDB. Misalnya,

waktu luang. Jika semua orang dalam perekonomian tiba-tiba mulai bekerja setiap hari selama seminggu, dan tidak menikmati waktu luang pada akhir pekan,

mungkin barang dan jasa yang diproduksi memang meningkat. Akan tetapi, meskipun PDB mengalami kenaikan, kita tidak dapat menyimpulkan bahwa semua orang akan memperoleh keuntungan, karena kerugian kehilangan waktu

luang akan menghapus keuntungan.14

Dalam menghitung pendapatan nasional terdapat tiga metode atau

pendekatan:

Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach) Pendekatan Pendapatan (Income Approach) Pendekatan Output ( Output Approach)

1. Pendekatan Pengeluaran ( Expenditure Approach)

Pendekatan ini menghitung pendapatan nasional berdasarkan total pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan untuk membeli barang jadi tersebut.

13 The Economist Newspaper Limited, London, “The Economist”, 9 Februari, London, dalam N. Gregory Mankiw, dkk, Pengantar Ekonomi Makro, Penerjemah: Biro Bahasa Alkemis, Edisi Asia,

Volume 2 (Jakarta: Salemba, 2008), h. 16-17. 14Ibid., h.19.

Pengeluaran yang dimaksud meliputi: konsumsi, investasi, pemerintah, dan

ekspor netto. Pengeluaran Konsumsi

Meliputi pengeluaran untuk semua barang dan jasa yang diproduksi dan

dijual kepada rumah tangga selama satu tahun (kecuali pengeluaran untuk peumahan tempat tinggal yang digolongkan sebagai investasi). Pengeluaran-

pengeluaran untuk jasa-jasa seperti potong rambut, perawatan kesehatan dan membayar ongkos pengacara; barang-barang tahan lama seperti mobil, televisi, dan alat pendingin. Pengeluaran-pengeluaran tersebut dinamakan

pengeluaran konsumsi aktual. Pengeluaran investasi

Meliputi pengeluaran yang tidak dikonsumsi untuk saat ini, termasuk pengeluaran untuk persediaan, barang modal seperti pabrik dan peralatannya, serta pengeluaran untuk perumahan tempat tinggal.15

Pengeluaran pemerintah untuk barang dan jasa Belanja pemerintah meliputi pengeluaran untuk barang dan jasa yang

dilakukan oleh pemerintah. Belanja pemerintah mencakup upah pegawai negeri dan pengeluaran untuk pekerjaan umum. Pembayaran upah pegawai masuk dalam kategori pembelanjaan karena uang

tersebut ditukar dengan jasa yang mereka berikan (sesuai pekerjaan pegawai tersebut), sedangkan pembayaran uang pensiun tidak masuk dalam

pembelanjaan, karena itu tidak ditukar dengan jasa yang diproduksi (karena pensiun berarti sudah tidak memberikan jasa).16

Ekspor Neto

Ekspor neto merupakan hasil selisih antara impor dengan ekspor. Yang termasuk impor ialah setiap pengeluaran atau pembelanjaan yang dilakukan

oleh pemerintah terhadap barang produksi luar negeri. Bahan baku untuk membangun jalan raya jika dipasok dari luar negeri, maka masuk dalam komponen pengeluaran impor.

Ekspor meliputi setiap barang yang diproduksi di Indonesia dan dijual ke luar negeri, sehingga kegiatan tersebut menciptakan pendapatan. 17

Dari keemapat pengeluaran tersebut maka kita dapatkan Pengeluaran

Nasional Bruto.

Contoh: pendapatan nasional AS tahun 1985, yang dihitung berdasarkan pendekatan pengeluaran.

Komponen GNE AS tahun 1985.

Kategori Pengeluaran Milyar dollar Presentase terhadap GNE

Konsumsi 2601 65

Pemerintah 815 20

Investasi 661 17

Ekspor netto -79 -2

15 Richard G. Lipsey, dkk, Pengantar Makro Ekonomi, Ed. Ke-8 (Jakarta: Erlangga, 1993), h. 33-34. 16 N. Gregory Mankiw, dkk, Op. Cit, h. 12. 17 Richard G. Lipsey, dkk, Op.Cit. h. 35-36.

jumlah 3998 100

Sumber: Economic Report of the President, 1986.

2. Pendekatan pendapatan

Pendekatan ini menghitung nilai seluruh pendapatan yang

diperoleh dari proses produksi. Ukuran pendapatan nasional yang

diperoleh dengan pendekatan pendapatan disebut produk nasional bruto

(GNP). Produksi output suatu negara menciptakan pendapatan. Tenaga

kerja harus digunakan, tanah harus disewa dan modalpun digunakan .

perhitungan GNP menyangkut penjumlahan pembayaran faktor-faktor

produksi dan klaim lainnya terhadap nilai output sampai semuanya itu

cocok jumlahnya, karena semua nilai yang diproduksi ada pemiliknya,

maka nilai produksi harus sama dengan nilai pendapatan yang

ditimbulkan oleh proses produksi tersebut.18

Pembayaran faktor produksi

Meliputi upah dan gaji yang merupakan pembayaran atas jasa yang diberikan

oleh pekerja atau nilai produksi yang dihasilkan oleh pekerja. Kemudian

termasuk juga sewa atas faktor produksi, bunga , dan laba. Penjumlahan dari

keempat komponen tersebut disebut dengan pendapatan nasinal netto menurut

biaya faktor.

Pajak tak langsung dikurangi subsidi

Dalam menggunakan pendekatan pendapatan harus dibedakan pendapatan

nasional menurut biaya faktor dengan pendapatan nasional menurut harga

pasar. Selisih antara keduanya terjadi karena pengaruh pajak tak langsung dan

subsidi. Sebagai contoh jika seorang pengusaha menerima subsidi Rp.5 juta

dari pemerintah dan mengakibatkan pendapatan totalnya menjadi Rp. 25 juta.

Untuk mendapatkan nilai pasar outputnya dari segi pendapatan, kita harus

mengurangkan subsidi pemerintah dari total pendapatan itu. Karena jika tidak

hal ini akan memungkinkan pendapatan melebihi nilai pasar output.

Penyusutan

Komponen penyusutan timbul karena terdapat perbedaan antara investasi

netto dengan investasi bruto. Penyusutan ini merupakan nilai dari hasil akhir

yang mewujudkan modal habis digunakan dalam proses produksinya.

Besarnya merupakan bagian dari laba kotor, tetapi karena bagian itu

diperlukan untuk mengkompensasikan modal dan habis dipakai pada proses

produksi, besaran itu bukan merupakan bagian dari laba bersih. Karenanya

besaran itu juga bukan merupakan pendapatan yang dihasilkan oleh faktor

produksi.

18 Richard G. Lipsey, dkk., h. 36-38.

Dengan menambahkan penyusutan pada produk nasional netto menurut

harga pasar, maka diperoleh produk nasional bruto menurut harga pasar.

Pendekatan pendapatan mengukur GNP sebagao jumlah pendapatan faktor

produksi yang timbul dalam proses produksi barang jadi ditambah pajak tak

langsung dikurangi subsidi ditambah dengan penyusutan. Berikut adalah contoh

perhitungannya.

Komponen GNP (PNB) AS pada tahun 1985

Komponen pendapatan Milyar dollar AS Presentase terhadap

GNE

Imbalan kepada tenaga kerja 2368 59

Laba perusahaan 535 13

Penyusutan 437 11

Pajak tak langsung

dikurangi subsidi

344 9

Bunga 312 8

Pendapatan sewa 8 -

Penyimpangan statsitik -8 -

Jumlah 3998 100

GNP yang diukur dengan cara pendekatan pendapatan atau pendekatan

pembayaran faktor produksi, pada tahun 1985 besarnya 3.998 milyar dollar AS.

Kategori terbesar, hampir mencapai 60% dari GNP adalah imbalan tenaga kerja.

3. Pendekatan Output (Output Approuch)

Cara yang ketiga dalam mengukur pendapatan nasional adalah dengan cara

menjumlahkan semua konstribusi terhadap produk akhir dari setiap perusahaan

suatu perekonomian. Pendekatan ini disebut juga Produk Domestic Bruto (GDP).

Output total adalah jumlah dari semua barang jadi yang diproduksi selama

periode tertentu yang biasanya satu tahun. Jika semua perusahaan menghasilkan

barang jadi, maka pendekatan outputnya akan lebih mudah diterapkan karena

hanya tinggal menjumlahkan nilai-nilai bruto dari semua output perusahaan.

Pendekatan ini tidak mudah untuk diterapkan karena produksi sebagai komoditi

terrdiri dari beberapa tahapan di mana perusahaan mengkhususkan dirinya

memproduksi produk-produk antara. Tahapan produksi, dan karena itu penjualan

produk-produk atara satu perusahaan ke perusahaan lain, menyulitkan pengukuran

pendapatan nasionalberdasarkan data produksi, karena penjumlahan nilai bruto

output semua perussahaan akan megakibatkan terjadinya apa yang disebut sebagai

penghitungan ganda

Masalah penghitungan ganda dapat dihindari dengan memperlakukan setiap

output perusahaan sebagai nilai dari kegiatannya sendiri yang ditambahkan pada

nilai output akhir. Contohnya, nilai tambah bagi pabrik baja adlah nilai bruto dari

output bajanya dikurangi dengan nilai biji-besi yang dibelinya dari perusahaan

penambangan dan nilai dari semua inputnya , seperti listrik dan bahan bakar, yang

dibeli dari perusahaan lain.

ProdukDomestik Bruto

Selisih antara GDP dengan GNP timbul dari dua sumber. Pertama, berapa faktor

produksi yang ada di negara tersebut dimiliki oleh orang asing sehingga

pendapatan yang berasal dari faktor tersebut bukan milik masyarakat. Kedua,

beberapa orang mememmiliki faktor produsi yang ada di negera lain sehingga

pendapatan yang dihasilkannya tidak dimasukkan ke dalam GDP.

Konsep Pendapatan Lainnya

Ukuran yang paling lengkap ialah produk nasional netto (NNP), angka ini

merupakan GNP dikurangi dengan penyisihan konsumsi modal (penyusutan).

Jadi, NNP merupakan ukuran output netto dari suatu perekonomian, setelah

mengurangkan output bruto dengan suatu jumlah yang cukup umtuk

mempertahankan keutuhanpersediaan modal yang ada.

Pendapatan perorangan (personal Income)Adalah pendapatan yang dihasilkan

oleh atau dibayarkan kepada perorangan sebelum dikurangkan dengan pajak

penghasilan perorangan. Berbagai penyusunan terhadap NNP diperlukan agar

sampai pada angka pendapatan perorangan, penyesuaiannya adalah: pertama,

mengurangkan dari NNP pajak tak langsung (netto subsidi) yang merupakan

bagian dari niali pasar outputyang diambil langsung oleh pemerintah; kedua,

mengurangkan laba usaha ditahan oleh perusahaan dari NNP; ketiga,

mengurangkan pajak penghasilan yang dibayar oleh perusahaan dari NNP; dan

keempat, menambahkan pada NNP pembayaran transfer untuk rumah tangga.

(1)Sampai dengan (3) merupakan bagian dari nilai output yang tidak dibayarkan

kepada rumah tangga; yang keempat dibayarkan kepada rumah tangga dan dengan

sendirinya merupakan pendapatan yang tersedia bagi rumah tangga untuk

dibelanjakan atau ditabung, walaupun pembayaran-pembayaran itu tidak

merupakan bagoan dari GNP.

Pendapatan disposebel (disposebel income) merupakan jumlah pendapatan saat

ini yang dapat dibelanjakan atau ditabung oleh rumah tangga; yaitu pendapatan

perorangan dikurangi dengan pajak penghasilan perorangan.

Pendapatan disposebel adalah GNP dikurangi dengan setiap unsur yang benar-

benar tidak dibayarkan kepada rumah tangga, dikurangi pajak penghasilan

perorangan yang dibayarkan oleh rumah tangga, ditambah pembayaran transfer

yang diterima rumah tangga.

Hubungan antara GNP, NNP, pendapatan perorangan dan pendapatan disposebel.

Miliar dolar AS Persen GDP

Nilai tambah menurut sektornya Pertanian, kehutanan dan perikanan 91,5 2,3

Pertambangan 122,8 3,1

Perindustrian /manufaktur 795,8 20,1 Konstruksi 182,2 4,5

Transportasi dan utilitas umum 374,4 9,5 perdagangan besar dan eceran 652,5 16,5

Asuransi, keuangan dan perumahan 626,6 15,7 Jasa 639,4 16,2

Pemerintah dan perusahaan pemerintah 477,4 12,1

Kesalahan statistik -5,5

GDP 3957,0 100,0

Pendapatan investasi yang diterima dari bukan-penduduk, dikurangi pendapatan investasi yang dibayarkan kepada bukan-penduduk

41,2

GNP $3998,1

GDP mengukur output total, menurut harga faktor, yangdiproduksi di dalam

negeri (Amerika Serikat) dengan cara menjumlahkan nilai tambah darisetiap

industri. Perindustrian dan perdagangan merupakan komponen terbesar dari GDP,

dengan kontribusi masing-masing 20% dan 16%. Untuk mencocokkan GDP

dengan perhitungan pendapatan nasional , yaitu mencocokkan output yang

diproduksi di Amerika Serikat, dengan output yang dimiliki oleh orang-orang

(pendapatan yang dihasilkan oleh orang Amerika), maka perluditambahkan

pendapatan investasi yang diterima dari bukan-penduduk dan dikurangi dengan

pendapatan investassi yang dibayarkan kepada bukan-penduduk. Amerika telah

menjadi kreditor netto kerna mereka telah lama melakukan investasi diluar

negeri, yaitu pendapatan yang diterima bukan-penduduk lebih besar daripada

pendapatan yang dibayarkan kepada bukan-penduduk.19

2. Tenaga Kerja dan Pengangguran

Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja

dengan penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya. Yang dimaksud angkatan kerja

adalah jumlah tenaga kerja yang terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu

waktu tertentu. Untuk menentukan angkatan kerja diperlukan dua informasi.

Pertama informasi mengenai jumlah penduduk usia kerja, yaitu jumlah penduduk

yang berusia diantara 15 dan 64 tahun. Kedua jumlah penduduk yang termasuk

golongan bukan angkatan kerja, yaitu penduduk yang berusia diantara 15 dan 64

tahun yang tidak ingin bekerja (contohnya: pelajar, mahasiswa, ibu rumah tangga,

dan penganggur suka rela lain). Dengan demikian, angkatan kerja dalam suatu

periode tertentu dapat dihitung dnegan mengurangi jumlah penduduk usia kerja

dengan jumlah penduduk bukan angkatan kerja. Sedangkan perbandingan antara

angkatan kerja dengan penduduk usia kerja (yang dinyatakan dalam persen)

dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja.20 Sebagai contoh dalam suatu

perekonomian, jumlah penduduk usia kerja berjumlah 14.891.761 orang, tetapi

hanya sebanyak 9.124.458 orang yang tergolong sebagai angkatan kerja. Diantara

angkatan kerja tersebut sebanyak 8.528.571 orang mempunyai pekerjaan.

Berdasarkan data tersebut tingkat partisipasi angkatan kerja dan pengangguran

adalah sebagai berikut:

(a) Tingkat partisipasi angkatan kerja = 9.124.458

14.891.761 x 100 = 61,3 %

(b) Jumlah pengangguran = 9.124.458 − 8.528.571 = 595.887 orang

Apabila diketahui jumlah pengangguran dan angkatan kerja, tingkat

pengangguran dalam suatu waktu tertentu dapat ditentukan. Berdasarkan data

tersebut tingkat presentase penangguran adalah:

595.887

9.124.458 x 100 = 6,5 %

Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat

penggunaan tenaga kerja penuh atau kesempatan kerja penuh apabila dalam

19 Richard G. Lipsey, Peter O. Steiner, Douglas D. Purvis, Economics eighth edition, terj. Jaka

Wasana dan Kirbrandoko, Pengantar Ekonomi, (Jakarta: Erlangga, 1993), hal 38-40.

20 Ibid. Sadono Sukirno, h. 18.

perekonomian tingkat penganggurannya adalah kurang dari 4 %. Tidak banyak

negara yang tingkat penganggurannya dibawah 4 %. Di negara-negara eropa

tingkat pengangguran pada waktu ini sekitar 8-10 %, sedangkan di Amerika

Serikat dan jepang tingkat penganggurannya sekitar 5 %. Untuk bisa

meningkatkan kesempatan kerja dibutuhkan adanya tingkat pertumbuhan ekonomi

yang tinggi. Namun, pada kenyataannya tingkat kesempatan kerja penuh adalah

suatu tujuan yang sulit dicapai.21

3. Indeks Harga dan Inflasi

Indeks harga konsumen merupakan ukuran biaya keseluruhan barang dan jasa

yang dibeli oleh konsumen. Indeks harga konsumen inilah yang akan digunakan untuk mengamati perubahan dalam biaya hidup sepanjang waktu.

Cara Menghitung Indeks Harga Konsumen

Langkah 1: menyurvei konsumen untuk menentukan keranjang tetap barang

4 potong ayam goreng, 2 burger

Langkah 2: mencari harga setiap barang pada setiap tahun

Tahun Harga Ayam Goreng Harga Burger

2007 $ 1 $ 2

2008 2 3

2009 3 4

Langkah 3: menghitung biaya keranjang barang pada setiap tahun

2007 ($ 1 per potong ayam goreng x 4 potong ayam goreng) + ($ 2 per burger x 2 burger) = $ 8

2008 ($ 2 per potong ayam goreng x 4 potong ayam goreng) + ($ 3 per burger x 2 burger) = $ 14

2009 ($ 3 per potong ayam goreng x 4 potong ayam goreng) + ($ 4 per burger x 2 burger) = $ 20

Langkah 4: Memilih satu tahun basis, dan menghitung IHK pada setiap tahun

2007 ($ 8/ $ 8) x 100 = 100

2008 ($ 14/ $ 8) x 100 = 175

2009 ($ 20/ $ 8) x 100 = 250

Langkah 5: menggunakan IHK untuk menghitung laju inflasi dari tahun

sebelumnya

2008 (175 – 100)/ 100 x 100 = 75 %

2009 (250 – 175)/ 175 x 100 = 43 %

21 Louis emmerij, The Social Economy of Today’s Emlpoyment Problem in Industrial Countries , dalam Unemployment in Western Countries (1980), h. 58, dalam M. Umer Chapra, Islam dan

Tantangan Ekonomi: Islamisasi Ekonomi Kontemporer, penerjemah: Nur Hadi Ihsan dan Rifqi Amar, (Surabaya: Risalah Gusti, 1999), h. 144.

Inflasi yang berlebihan akan menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat.

Inflasi bisa juga disebabkan oleh adanya pihak-pihak yang melakukan

kecurangan seperti mencetak uang palsu yang menyebabkan jumlah uang

yang beredar lebih banyak dari sebelumnya. Seperti

Penyebab inflasi atau kenaikan harga-harga yang berlaku:22

1. Inflasi tarikan permintaan

Inflasi ini biasa terjadi pada masa perekonomian berkembang dengan

pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan

yang tinggi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi

kemampuan ekonomu mengeluarkan barang dan jasa. Pengeluaran yang

berlebihan ini akan menyebabkan timbulnya inflasi. Selain itu, inflasi ini

juga dapat terjadi jika terdapat masa dimana terjadi perang atau

ketidakstabilan politik yang terus-menerus, karena dalam masa ini

pemerintah akan berbelanja jauh lebih banyak dari pajak yang

dipungutnya. Untuk membiayai kelebihan pengeluaran tersebut

pemerintah terpaksa mencetak uang atau meminjam dari bank sentral. Hal

inilah yang kemudian akan menyebabkan permintaan agregat lebih

banyak dari pada kemampuan ekonomi tersebut dalam menyediakan

barang dan jasa dan jumlah uang yang beredar akan lebih banyak daripada

sebelumnya. Yang kemudian akan menyebabkan adanya kenaikan harga

atau inflasi.

2. Inflasi desakan biaya

Inflasi ini berlaku dalam masa perekonomian berkembang dengan pesat

ketika pengangguran sangat rendah. Apabila perusahaan-perusahaan

masih menghadapi permintaan yang bertambah sangat tinggi, mereka

akan berusaha menaikkan produksi dengan cara memberikan gaji dan

upah yang lebih tinggi kepada pekerjanya dan mencari pekerja baru

dengan tawaran pembayaran yang lebih tinggi pula. Langkah ini

mengakibatkan biaya produksi meningkat yang akhirnya akan

menyebabkan kenaikan harga barang-barang.

3. Inflasi diimpor

Inflasi ini terjadi apabila barang-barang impor yang mengalami kenaikan

harga mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan pengeluaran

perusahaan-perusahaan. Sebagai contoh, adalah efek kenaikan harga

minyak dalam tahun 1970an bagi perekonomian negara-negara pengimpor

minyak. Minyak adalah salah satu hal terpenting dalam proses produksi

barang-barang industri. Maka kenaikan harga minyak tersebut menaikkan

biaya produksi dan kenaikan biaya produksi menyebabkan terjadinya

inflasi atau kenaikan harga.

22 Ibid. Sadono Sukirno, h. 333-336.

Kenaikan harga yang tinggi akan menurunkan perekonomian. Biaya yang

terus-menerus naik menyebabkan kegiatan produksi sangat tidak menguntugkan.

Para pemilik modal akan lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan

spekulatif seperti membeli tanah, rumah dan bangunan. Oleh karena pengusaha

lebih suka menjalankan kegiatan investasi tersebut, maka investasi produktif akan

berkurang dan tingkat ekonomi akan menurun. Sebagai akibatnya jumlah

pengangguran juga akan semakin bertambah.

Kenaikan harga juga menimbulkan efek yang buruk bagi bisnis

perdagangan. Kenaikan harga-harga menyebabkan barang-barang dari negara

tersebut tidak dapat bersaing di pasar internasional. Sebaliknya harga-harga

produksi dalam negeri yang semakin tinggi akan menyebabkan barang-barang

impor menjadi relatif murah. Maka lebih banyak impor akan dilakukan. Ekspor

yang menurun yang diikuti jumlah impor yang bertambah banyak akan

menyebabkan neraca pembayaran negara tersebut akn memburuk dan terjadi

ketidakseimbangan aliran mata uang asing.

Menurut ekonom Islam Taqiyuddin Ahmad ibn al- Maqrizi (1364 M- 1441 M) inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

a. Natural Inflation, yang disebabkan oleh : 1) Uang masuk dari luar negeri terlalu banyak, ekspor lebih besar dari impor,

sehingga net export sangat besar,maka permintaan agregat meningkat. Naiknya permintaan agregat (sekaligus daya belinya) inilah yang

menyebabkan naiknya tingkat harga secara keseluruhan. 2) Turunnya tingkat produksi karena terjadi paceklik ataupun embargo dan

boycott. Hal ini terjadi pada masa khalifah Umar, yaitu saat paceklik

ketersediaan gandum langka, hingga menyebabkan kenaikan harga-harga. Akhirnya, beliau mengimpor gandum sehingga penawaran agregat pun

meningkat. Dengan demikian tingkat harga-harga pun menurun. b. Human Error Inflation

Inflasi jenis ini disebabkan oleh kesalahan dari manusia sendiri yang dapat

disebabkan oleh korupsi, pajak yang berlebihan, dan pencetakan uang untuk menarik keuntungan berlebihan.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tingkat indeks harga konsumen atau

inflasi sepanjang Desember 2013 tercatat 0,55 persen. Sehingga inflasi tahun

kalender 2013 sebesar 8,38 persen. Pada dasarnya negara yang memiliki

perekonomian yang sehat memiliki tingkat inflasi sebesar 8-10 %.

Demikian pula menurut Ibnu Khaldun, bahwa kekayaan suatu negara tidak

ditentukan oleh banyaknya uang yang beredar di negara tersebut, tetapi ditentukan

oleh tingkat produksi domestik dan neraca pembayaran yang positif.

4. Kedudukan Neraca Pembayaran dan Neraca Perdagangan

Neraca pembayaran merupakan data yang memberi gambaran tentang lalu

lintas perdagangan dan dana dari satu negara ke berbagai negara lain dalam satu

tahun tertentu. Dua komponen yang perlu diperhatikan dalam neraca pembayaran

adalah neraca perdagangan dan neraca keseluruhan.

Neraca Perdagangan dan Aliran Modal

Neraca perdagangan (balance of trade) adalah perbandingan antara nilai barang-barang yang diekspor dengan barang-barang yang diimpor. Jika kita

meletakkan nilai barang-barang yang diekspor di satu sisi kemudian kita letakkan nilai barang-barang yang diimpor di sisi yang lain, maka kita sudah bisa

mendapatkan neraca perdagangan tersebut. Jika nilai barang-barang ekspornya melebihi nilai barang-barang impor, maka neraca perdagangan tersebut menunjukkan keuntungan kita. Sebab, permintaan pihak luar terhadap mata uang

kita meningkat, melebihi permintaan kita terhadap mata uang asing dengan tujuan yang sama.23 Sebaliknya, neraca perdagangan bisa saja defisit jika impor kita

melebihi ekspor kita. Jika neraca defisit, maka dalam jangka panjang negara dapat kehilangan kepercayaan orang terhadap prospek negara tersebut. Hal inilah yang dapat menghambat pertumbuhan perekonomian negara.24

Sedangkan ekspor neto nol menunjukkan bahwa nilai ekspor dan impor

sama besar, dan negara yang bersangkutan dikatakan mengalami perdagangan

sembang (balance trade). Salain itu, surplus dalam neraca perdagangan (trade

surplus) yang disebabkan oleh ekspor lebih besar daripada impor sehingga sudah

bisa dipastikan bisa meningkatkan perekonomian dan mungkin bisa mengurangi

tingkat pengangguran.

Faktor yang dapat mempengaruhi ekspor, impor, dan ekspor neto suatu

negara yaitu:25

a. Selera konsumen terhadap barang-barang produksi dalam negeri dan

luar negeri dan luar negeri

b. Harga barang di dalam dan di luar negeri

c. Kurs yang menentukan jumlah mata uang domestik yang dibutuhkan

untuk membeli mata uang asing

d. Pendapatan konsumen di dalam negeri dan luar negeri

e. Ongkos angkutan barang antarnegara

f. Kebijakan pemerintah mengenai perdagangan internasional.

Untuk mewujudkan apa yang disebut keseimbangan neraca perdagangan luar negeri, ekonom kapitalis mengemukakan teori proteksionisme. Teori

proteksionisme ialah sebuah kebijakan politik perdagangan luar negeri. Kebijakan ini ditujukan untuk mempengaruhi neraca perdagangan (balance of trade) dan memecahkan masalah kelemahan ekonomi nasional.

23 Taqyuddin An-Nabhani, Op. Cit., h. 339-340. 24 Sadono Sukirno, Op. Cit., h. 21. 25 N. Gregory Mankiw, Pengantar Ekonomi, (Jakarta: Erlangga, 2003), hal. 209-210.

Menurut Taqyuddin, neraca perdagangan memang dapat memberikan

gambaran yang benar tentang perdagangan luar negeri kita, namun neraca perdagangan tersebut tidak bisa memberikan gambaran yang benar tentang kondisi ekonomi nasional. Sebab, pendapatan nasional tidak hanya terbatas pada

surplus perdagangan luar negri, namun ada faktor-faktor lain yang bisa menambah jumlah pemasukan. Jadi, tidak tepat jika dikatakan neraca perdagangan tersebut

menunjukkan keuntungan kita, kecuali jika negara tersebut tidak mempunyai tujuan-tujuan lain.26

Neraca Keseluruhan (Neraca Pembayaran)

Jika pada neraca perdagangan hanya dapat menggambarkan tentang

perdagangan luar negeri, maka pada neraca pembayaran tidak hanya menunjukkan data ekspor- impor saja, tetapi juga berisi informasi penting lain berupa aliran

modal jangka pendek dan jangka panjang. Aliran modal ini menunjukkan aliran neto (aliran masuk dikurangi aliran keluar) modal asing yang dilakukan ke suatu negara. Dengan demikian neraca pembayaran menunjukkan perimbangan mutasi-

mutasi keuangan dari satu negara ke negara lainnya. Perimbangan ini disebut neraca keseluruhan.

Neraca keseluruhan yang negatif menunjukkan mutasi-mutasi keuangan ke luar negeri lebih banyak dari yang diterima dari luar negeri. Itulah yang disebut

defisit neraca pembayaran. Salah satu penyebabnya ialah impor lebih besar dari ekspor. Selain itu juga disebabkan oleh pengaliran modal yang terlalu besar ke

luar negeri.27

Dalam konteks tertentu, Khilafah Islamiyyah juga melakukan sejumlah

proteksi untuk melindungi stabilitas ekonomi. Hanya saja, proteksi yang

dilakukan oleh Khilafah tidak sama dengan proteksi yang dilakukan oleh negara

kapitalis. Proteksi yang dilakukan oleh Khilafah tidak ditujukan untuk melindungi

stabilitas ekonomi saja, tetapi juga ditujukan untuk mewujudkan stabilitas politik

dan tugas mengemban risalah Islam ke seluruh dunia.

5. Kestabilan Kurs Valuta Asing

Salah satu alat pengukur lain yang selalu digunakan untuk menilai keteguhan

sesuatu ekonomi adalah perbandingan nilai sesuatu mata uang asing dengan nilai mata uang domestik. Perbandingan tersebut dinamakan kurs valuta asing. Kurs ini

akan menunjukkan banyaknya uang dalam negeri yang diperlukan untuk membeli satu unit valuta asing tertentu. Jadi, kurs merupakan harga dari suatu mata uang asing. Jika neraca keseluruhan defisit, maka nilai valuta asing naik, sebaliknya

jika neraca keseluruhan surplus atau teguh maka cadangan valuta asing bertambah, sehingga nilai valuta asing murah.28 Namun adakalanya kemerosotan

26 Taqyuddin An-Nabhani, Op. Cit., h. 340. 27 Sadono Sukirno, Op. Cit., h. 21. 28 Ibid., h. 22.

nilai mata uang disebabkan oleh pengambilan hutang jangka pendek maupun

jangka panjang oleh negara.29

Jika pasokan mata uang asing meningkat tetapi permintaan tetap konstan,

secara langsung akan mendorong harga, dengan kata lain mata uang asing akan

turun dan meningkatkan mata uang domestik. Dan sebaliknya, ketika permintaan

mata uang asing meningkat, namun pasokan tetap konstan, maka akan mendorong

harga mata uang asing dan menurunkan nilai mata uang domestik. Maka

keteguhan kurs valuta asing dapat digunakan sebagai salah satu ukuran untuk

menilai kestabilan dan perkembangan suatu perekonomian.

Oleh karena itu, Tobin Tax atas transaksi valuta asing disarankan untuk

menurunkan ketidakstabilan. Ada yang mengatakan bahwa dengan adanya

jaminan bahwa pajak atas transaksi valuta asing akan berjalan dengan lebih baik,

tetapi Tobin Tax berargumen bahwa dengan adanya pembebanan pajak pun tidak

akan efektif.30 Kecuali jika semua negara mau menerapkannya dan

mengadopsinya secara baik dan jujur, maka transaksi valuta asing akan berjalan

dengan baik dan ketidakstabilan mata uang tidak menurun.

Dalam ekonomi Islam hal ini setara dengan penerimaan nilai kestabilan

mata uang dalam penentuan harga barang, hanya saja yang tidak diperbolehkan

ialah nilai tambahan meskipun sedikit atas harga setelah disetujui karena adanya

keterlambatan dalam pembayaran.

Selain itu, pihak berwenang sekarang dan uang kertas mewakili nilai

moneter untuk semua tujuan pembayaran mata uang dari semua negara adalah

tawaran legal yang tak terbatas dan semua kreditur berkewajiban menerimanya

sebagai pemulihan atas utang. Oleh sebab itu, ekonomi Islam menganjurkan uang

kertas untuk wajib tunduk pada ajaran syariah yang mengatur semua pertukaran

atau transaksi.

Uang kertas dari mata uang apapun dapat dipertukarkan secara seimbang.

Uang kertas valuta dari negara-negara yang berbeda dianggap sebagai unit

moneter dari jenis yang berbeda sehingga dapat dipertukarkan tanpa adanya

kondisi keseimbangan tapi tetap tunduk pada kondisi bai' ash-sharf(pertukaran

valuta) secara langsung.31

29 Taqyuddin An-Nabhani, Op. Cit., h. 341. 30 M. Umer Chapra, Reformasi Ekonomi, Sebuah Solusi Perspektif Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 24. 31Muhammad Ayub, Understanding Islamic Finance, terjm. Aditya Wisnu P, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), hal. 142.

Menurut para ekonom Islam, ketidakstabilan nilai mata uang akan berakibat

sangat buruk bagi perekonomian karena:32

a. Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi

tabungan (nilai simpan), fungsi dari pembayaran di muka, dan fungsi dari unit

penghitungan.

b. Melemahkan semangat menabung dari sikap terhadap menabung dari

masyarakat (turunnya Marginal Propensity to Save).

c. Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk non-primer dan

barang-barang mewah (naiknya marginal propensity to Consume).

d. Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif yang menumpukan

kekayaan seperti: tanah, logam mulia, mata uang asing dengan mengorbankan

investasi ke arah produktif seperti: pertanian, industri, perdagangan,

transportasi, dan lainnya.

Pada dasarnya sistem ekonomi Kapitalis hanya mengarah pada satu tujuan, yaitu meningkatkan kekayaan negara secara total. Kemudian berusaha

memperoleh tingkat produksi setinggi-tingginya, dan terealisasikannya kemakmuran anggota masyarakat setinggi mungkin sebagai akibat dari pertambahan pendapatan nasional, dan naiknya produksi suatu negara. Yaitu

memperoleh kekayaan dengan cara membiarkan mereka sebebas-bebasnya bekerja untuk memproduksi dan mengumpulkan kekayaan tersebut. Pemenuhan

kekayaan yang mereka maksud ini tidak memperhatikan distribusi kekayaan pada setiap warganya. Artinya, ekonomi kapitalis hanya terfokus pada barang-barang yang akan memenuhi kebutuhan mereka, baik pemenuhan tersebut dapat dipenuhi

untuk seluruh anggota masyarakat, atau terjadi pada sebagian orang, sedangkan yang lain tidak.33 Hal inilah yang keliru dan justru merupakan masalah ekonomi

sebenarnya.

Perhitungan PDB perkapita yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan kurang tepat. Karena, selain ada faktor-faktor yang diabaikan dalam perhitungan,

PDB perkapita juga hanya menunjukkan pertambahan kemakmuran penduduk rata-rata. Dengan demikian, hasil dari perhitungan perkapita tersebut belum bisa menjelaskan kemakmuran individu secara nyata. Jadi, kemakmuran yang

dimaksud adalah kemakmuran secara total, yang pendistribusiannya tidaklah sama ataupun merata pada setiap individu.

Pendistribusian alat pemuas kebutuhan seharusnya mencakup semua orang.

Fokus negara seharusnya bukan menyelesaikan masalah kemiskinan negara,

melainkan menyelesaikan kemiskinan individu. Lagi pula, terpecahkannya

kemiskinan negara tetap saja tidak bisa memecahkan masalah kemiskinan

individu. Sebaliknya, terpecahkannya masalah individu dan terdistribusikannya

32Adiwarman A. Karim, Op. Cit., hal.139. 33 Taqyuddin An-Nabhani, Op. Cit., h. 19.

kekayaan negara itulah yang mendorong rakyat untuk bekerja meningkatkan

pendapatan nasional.

Dalam pandangan Islam idealnya ekonomi makro dapat mengonter ekonomi

mikro. Hal ini disebutkan oleh Prof. Didin Damanhuri, Pendiri INDEF, bahwa

kemajuan di level makro adalah hal yang necessary, tapi harus sufficient dengan

diiringi pertumbuhan sektor mikro. Jika kita menjadikan kesejahteraan dalam

aspek makro, maka di dalamnya diatur bagaimana tujuan makro ini dapat

mewakili aspek-aspek yang mikro. Imam Syatiibi, ilmuwan muslim yang konsen

terhadap hal ini, membahasnya dalam maqasid syariah (tujuan-tujuan syariah).

Beliau menyebutkan bahwa tujuan kehidupan ini adalah mencapai kesejahteraan,

hal ini dicapai dengan lima indeks maqasid yang mengonter aspek-aspek mikro.

Suatu kegiatan ekonomi dikatakan mencapai kesejahteraan menurut Syatibi

adalah saat sutau kegiatan tersebut dalam mencapai target kegiatannya tidak meninggalkan satu indeks maqasid pun, yakni menjaga agama (hifdzu ad-din), menjaga jiwa (hifdzu an-nafs), menjaga akal (hifdzu akl), menjaga keturunan

(hifdzu an-nashl), dan yang terakhir menjaga harta (hifdzu al-mal).

Menurut Syatibi tujuan syariah adalah kemaslahatan umat manusia. Menurutnya, kemaslahatan manusia dapat terealisasi apabila maqasid al- syariah atau lima

unsur pokok dapat diwujudkan dan dipelihara. Begitulah Islam mengatur kehidupan kita bahwa dalam setiap kegiatan kepuasan pribadi bukanlah satu-

satunya tujuan, kita juga harus memikirkan bagaimana sekitar kita, keberlangsungan alam, keserasian sosial dan budaya, akselerasinya bagi kualitas diri dan sekitar. Maka, Maqasid Indeks merupakan tolak ukur kesejahteraan yang

komprehensif, bukan sekedar shadow belaka.

Menurut Abdurrahman Ibnu Khaldun alias Abu zayd, yang merupakan

bapak ekonomi islam menegaskan bahwa kekayaan suatu negara tidak ditentukan

oleh banyaknya uang di negara tersebut. Kekayaan suatu negara ditentukan oleh

dua hal:

Tingkat produksi domestik

Neraca pembayaran yang positif dari negara tersbut.

a. Tingkat produksi domestik

Suatu negara dapat saja mencetak uang sebanyak-banyaknya, tetapi jika hal

itu bukan merupakan refleksi dari pesatnya pertumbuhan sektor produksi, maka

uang yang melimpah itu tidak ada nilainya. Sektor produksilah yang menjadi

motor pembangunan, menyerap tenaga kerja, meningkatkan pendapatan pekerja,

dan menimbulkan permintaan atas faktor produksi lainnya. Dalam teori ekonomi

kemampuan untuk memproduksi sesuatu digambarkan oleh grafik. Misalnya,

seorang memiliki pilihan untuk memproduksi 2 jenis barang, yaitu beras dan

jagung dengan sumber daya yang dimilikinya. Sumbu x menggambarkan

kemampuan memproduksi beras, sedangkan sumbu y untuk jagung. Kurva

possible production frontier (PPF) menggambarkan tingkat produksi maksimal

yang mungkin dapat dicapai dengan sumber daya yang dimiliki. Semakin besar

PPF berarti semakin tinggi tingkat produksinya. Dengan demikian semakin tinggi

tingkat kekayaan negara tersebut.34

b. Neraca Pembayaran Positif

Ibnu Khaldun juga menegaskan bahwa neraca pembayaran yang positif akan

meningkatkan kekayaan negara tersebut. Hal ini disebabkan neraca pembayaran

yang positif menggambarkan dua hal:35

1) Tingkat produksi negara tersebut untuk suatu jenis komoditas lebih tinggi

daripada tingkat permintaan domestik negara tersebut, atau supply lebih

besar dibanding demand, sehingga memungkinkan negara tersebut

melakukan ekspor.

2) Tingkat efisiensi produksi negara tersebut telah lebih tinggi dibandingkan

negara lain. Dengan tingkat efisiensi yang lebih tinggi maka komoditas

suatu negara mampu masuk ke negara lain dengan harga yang lebih

kompetetif.

Pada level makro maka pembahasan dikaitkan dengan kemampuan produksi

suatu negara. Secara grafis, pendapat ibnu Khaldun ini dapat digambarkan dengan

tingkat utilitas yang berada di luar PPF. Ini berarti negara yang melakukan

perdagangan internasional akan menikmati tingkat kesejahteraan yang lebih baik

dibandingkan tidak melakukan perdagangan. Dalam ilmu ekonomi dikenal sebgai

gain from trade.36

34 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islam, Ed. Ke-3 (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h. 122. 35 Ibid., h. 123. 36 Ibid.