makalah ekonomi makro
TRANSCRIPT
A. Konsep Dasar
Dalam ilmu ekonomi, terdapat dua cabang yaitu ekonomi makro dan ekonomi
mikro. Yang dimaksud dengan ekonomi makro adalah kajian tentang aktivitas
ekonomi suatu negara, sedangkan ekonomi mikro adalah kajian tentang tingkah
laku individual dalam ekonomi. Perbedaan yang esensial dalam kajian ekonomi
mikro dan ekonomi makro mencakup dua hal, yaitu:
1. Adanya uang dalam ekonomi makro, sehingga nominal price menjadi faktor
kajian penting. Dalam kajian mikro, yang terpening adalah harga relatif (relative
price, Px/Py), atau harga relatif pendapatan (income relative price, I/Px, I/Py).
Adanya uang inilah yang nantinya akan menghasilkan cabang ilmu ekonomi
moneter.
2. Adanya pembeli dan penjual raksasa dalm ekonomi makro yaitu pemerintah.
Kemampuan dan perilaku pemerintah membelanjakan dan menabung uangnya
dalam jumlah yang sangat besar menjadi kajian tersendiri yang nantinya akan
menghasilkan cabang ilmu ekonomi fiskal.1
Berikut ini akan diuraikan masalah esensial pada lingkup ekonomi makro.
1. Uang dalam Ekonomi Makro
Definisi uang adalah alat tukar atas barang dan jasa dalam pasar ekonomi.
Dalam ekonomi makro , adanya unsur uang menyebabkan nominal price menjadi
penting, karena ada dua nilai yang berbeda, yaitu nilai nominal uang dan daya beli
uang. Satu nominal pendapatan naik berarti nominal uang yang dimiliki
bertambah (I ), namun belum tentu daya belinya juga meningkat. Katakanlah
pemerintah mencetak uang baru sehingga jumlah uang yang beredar bertambah
banyak, padahal barang yang tersedia tidak bertambah (Qx ), maka yang terjadi
adalah naiknya barang X (Px ). Secara matematis : I / Px = Qx .
Jika yang naik bukan saja harga barang X tapi harga barang-barang secara
umum pun naik, maka yang terjadi adalah inflasi. Inflasi menggambarkan
perubahan daya beli uang dalam perspektif domestik.
Jika perubahan daya beli itu ditempatkan pada perspektif internasional, maka
fenomena ini disebut perubahan nilai tukar uang. Misalnya, jika satu roti
sandwich harganya Rp. 4.000,- di Dunkin Donuts Jakarta, sedangkan harga
barang yang sama di Boston, AS adalah USD 1. Setahun kemudian roti sandwich
tersebut naik menjadi Rp. 8.000,-, sedangkan di AS harganya tetap USD 1. Hal
inilah menggambarkan bahwa nilai tukar rupiah terhadap USD melemah atau
dapat dikatakan daya beli rupiah menurun separunya dibandingkan daya beli USD
terhadap barang yang sama.2
Perbedaan konsep uang pada ekonomi makro islam dengan ekonomi makro
konvensional ialah, bahwa uang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
1 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam, Ed. 1 (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h. 9. 2 Ibid., h. 9-10.
kehidupan, bahkan keberadaan uang dapat menghindari terjadinya riba fadhl.
Fungsi utama uang dalam konsep Islam adalah memperlancar transaksi sektor riil.
2. Adanya Pemerintah sebagai Pelaku Ekonomi Raksasa
Pada ekonomi mikro, pendapatan (Y) seorang individu dapat digunakan
untuk konsumsi (C), dan menabung (S), yang secara sistematis dapat dirumuskan.
Y = C + S
Dalam ekonomi makro tentu tidak hanya terdiri satu individu saja, maka
pendapatan semua orang dalam satu negara tersebut disebut Pendapatan Domestik
Bruto (PDB) atau Goss Domestic Bruto (GDP), yang secara sistematis dapat
dirumuskan:
∑𝑌 = ∑𝐶 + ∑𝑆
∑𝑌 : agregat pendapata
∑𝐶 : agregat konsumsi
∑𝑆 : agregat tabungan
Untuk membedakan antara perilaku rumah tangga dengan perilaku
pemerintah, maka dibedakan dengan lambang ‘h’ untuk keluarga (household),
dana lambang ‘g’ untuk pemerintah (goverment). Sehingga formulasinya menjadi:
(Yh + Yg ) = ( Ch + Sh) + (Cg + Sg)
Dalam teori ekonomi yang dikembangkan oleh aliran Keynesian, seringkali
diasumsikan bahwa tabungan (S) akan digunakan sepenuhnya untuk investasi (I).
Meskipun tidak selamanya benar, asumsi ini menyederhanakan pemahaman bagi
pemula. Bila asumsi ini kita gunakan maka persamaannya menjadi:
(Yh + Yg) = (Ch + Ih) + ( Cg + Ig)
Dalam literatur aliran tersebut, konsumsi pemerintah (Cg) lazim diberi notasi
G, maka persamaannya menjadi:
(Yh + Yg) = (Ch) +( Ih + Ig) + G
Y = C + I + G
Karena perekonomian secara keseluruhan hanya berupa kumpulan banyak
rumah tangga dan perusahaan yang berinteraksi di berbagai pasar, maka ilmu
ekonomi mikro dan ilmu ekonomi makro saling terkait. Alat dasar penawaran dan
permintaan, misalnya, sama pentingnya bagi analisis ekonomi makro seperti bagi
analisis ekonomi mikro. Namun mempelajari ekonomi secara keseluruhan tentu
lebih sulit. 3
B. Data, Indikator dan Pengukuran Kegiatan Ekonomi
Data yang digunakan oleh para ekonom dan pembuat kebijakan untuk
memonitor kinerja perekonomian secara keseluruhan mencerminkan perubahan
3 N. Gregory Mankiw, dkk, Pengantar Ekonomi Makro, Penerjemah: Biro Bahasa Alkemis, Edisi Asia, Volume 2 (Jakarta: Salemba, 2008), h. 3-4.
perekonomian. Data yang dimaksud ialah PDB (Pendapatan Domestik Bruto).
PDB yang mengukur pendapatan total sebuah negara, merupakan statistik yang
paling banyak dipantau. Hal ini karena PDB dianggap sebagai satu-satunya
ukuran yang paling tepat tentang kesehatan perekonomian masyarakat.4 Meski
demikian, menurut Sadono Sukirno dalam bukunya, ia menyatakan bahwa alat
pengamat prestasi kegiatan perekonomian atau indikator makroekonomi yang
terutama adalah:
Pendapatan nasional, pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita.
Penggunaan tenaga kerja dan pengangguran.
Tingkat perubahan harga atau inflasi.
Kedudukan neraca perdagangan dan neraca pembayaran.
Kestabilan nilai mata domestik.
1. Pendapatan Nasional, Pertumbuhan Ekonomi, dan Pendapatan Per
Kapita
Pendapatan Nasional
Data pendapatan nasional menggambarkan tingkat produksi negara yang
dicapai dalam satu tahun tertentu dan perubahannya dari tahun ke tahun. Maka ia
mempunyai peran untuk menggambarkan tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai,
dan perubahan dan pertumbuhannya dari tahun ke tahun.
Pendapatan dan Pengeluaran dalam Perekonomian
Untuk menilai prestasi ekonomi seseorang, kemungkinan hal pertama yang
dapat kita periksa ialah pendapatannya. Loginya sederhana, orang yang
berpenghasilan besar lebih mudah menjangkau (mencukupi) kebutuhan dan
kemewahan hidup. Tidak mengherankan jika orang berpenghasilan besar
menikmati standar hidup yang lebih tinggi. Demikian juga jika kita menilai
perekonomian suatu negara secara keseluruhan. Dengan melihat pendapatan total
yang diperoleh semua orang , maka kita dapat melihat apakah perekonomian
berjalan baik atau buruk. 5
PDB mengukur dua hal sekaligus, yaitu pendapatan total semua orang dalam
perekonomian dan jumlah pembelanjaan untuk membeli barang dan jasa hasil dari
perekonomian. Alasan PDB dapat mengukur pendapatan total dan pengeluaran
secara bersamaan adalah kedua hal ini pada dasarnya sama. Untuk suatu
perekonomian secara keseluruhan, pendapatan total harus sama dengan
pengeluaran total.6
4 Ibid. 5 N. Gregory Mankiw, dkk, Op. Cit, h. 4. 6 Ibid.
Pendapatan perekonomian sama dengan pengeluarannya karena setiap
transaksi melibatkan dua pihak, yakni penjual dan pembeli. Setiap uang yang
dibelanjakan oleh pembeli merupakan pendapatan bagi penjual. Sebagai contoh,
si A adalah penjual jasa. Si B membayarkan uangnya Rp. 7000 kepada si A untuk
memperbaiki motornya. Dengan demikian, pengeluaran si B sebesar Rp. 7000
merupakan pendapatan si A.
Contoh lain ialah, harta yang dikumpulkan oleh negara dari pemungutan
pajak merupakan pendapatan negara, namun harta tersebut merupakan
pengeluaran orang lain. Belanja yang dikeluarkan oleh negara untuk para pegawai
dan beberapa proyek merupakan pendapatan bagi mereka, namun bagi negara itu
merupakan pengeluaran. Dengan demikian, pendapatan dan pengeluaran manusia
secara globala dalam masyarakat akan berjalan konstan.7
Cara lain untuk memandang persamaan pendapatan dan pengeluaran ialah
dengan diagram arus lingkar seperti berikut.
Pendapatan Pembelanjaan
(= PDB) (= PDB)
Barang dan jasa Barang dan jasa
yang dijual yang dibeli
Faktor-faktor Tenaga kerja,
Produksi lahan, dan modal
Upah, biaya sewa, Pendapatan
dan keuntungan (=PDB) (=PDB)
= Aliran uang = Aliran input dan output
PDB= Y
Y= C+ I + G
7 Taqyuddin An-Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif Islam, Terj. Moh. Maghfur Wachid, Cet. ke-7 (Surabaya: Risalah Gusti, 11996), h. 276.
PASAR
BARANG DAN
JASA
PASAR
FAKTOR
PRODUKSI
PERUSAHAAN RUMAH
TANGGA
PDB Riil Versus PDB Nominal
Terdapat dua ukuran PDB, yaitu PDB nominal dan PDB riil. PDB nominal mengukur nilai output menurut harga yang berlaku pada saat output tersebut
diproduksi, sedangkan PDB riil mengukur output yang diproduksi pada periode waktu tertentu menurut harga konstan tertentu.8 Sebagai contoh, pada tahun 2002
harga sepotong kue adalah 500 rupiah, pada tahun berikutnya harga naik dua kali lipat menjadi 1000 rupiah, jika dilihat nilai PDB nominal naik menjadi dua kali lipat, tetapi nilai PDB riil tidak berubah. Karena PDB tidak mencerminkan nilai
yang sesungguhnya untuk mengukur kinerja perekonomian dalam memproduksi barang dan jasa, maka kita menggunakan PDB riil daripada PDB nominal sebagai
ukuran dasar untuk perbandingan output pada tahun yang berbeda-beda. PDB riil memperlihatkan bagaimana produksi barang dan jasa dalam perekonomian berubah seiring berjalannya waktu. PDB riil menggunakan harga tahun basis
untuk menilai produksi harga, karena PDB riil tidak dipengaruhi oleh perubahan harga, melainkan dipengaruhi oleh perubahan jumlah yang diproduksi. PDB
nominal menggambarkan produksi barang dan jasa dalam perekonomian dengan menggunakan harga saat ini.
Deflator PDB
Deflator PDB merupakan ukuran tingkat harga yang dihitung sebagai rasio
PDB nominal dan PDB riil dikali 100. Karena besar PDB nominal dan PDB riil harus sama maka deflator pada tahun basis selalu sama dengan 100. Deflator pada
tahun-tahun berikutnya menggambarkan perubahan PDB nominal dari tahun basis yang semestinya tidak disebabkan oleh perubahan PDB riil.
Deflator mengukur tingkat harga kini relatif dengan tingkat harga pada tahun basis. Para ekonom menggunakan deflator untuk memonitor tingkat harga rata-rata dalam perekonomian. Dari penjelasan di atas dapat kita contohkan, sebagai
berikut:
Harga dan Jumlah
Tahun Harga Ayam ($) Jumlah Ayam Harga Burger ($) Jumlah Burger
2007 1 100 2 50
2008 2 150 3 100
2009 3 200 4 150
Tahun Perhitungan PDB Nominal
2007 ($ 1 per ayam x 100 ayam) + ($ 2 per burger x 50 burger) = $200
2008 ($ 2 per ayam x 150 ayam) + ($ 3 per burger x 100 burger) = $ 600
2009 ($ 3 per ayam x 200 ayam) + ($ 4 per burger x 150 burger) = $ 1.200
Tahun Perhitungan PDB Riil
2007 ($ 1 per ayam x 100 ayam) + ($ 2 per burger x 50 burger) = $200
2008 ($ 1 per ayam x 150 ayam) + ($ 2 per burger x 100 burger) = $350
8 Rudiger Dornbusch, Stanley Fischer dan Richard Startz, Makroekonomi, ed. 8, (Jakarta: Media Global Edukasi, 2004), h. 21.), h. 33.
2009 ($ 1 per ayam x 200 ayam) + ($ 2 per burger x 150 burger) = $500
Tahun Perhitungan Deflator
2007 ($200/ $200) x 100 = 100
2008 ($ 600/$350) x 100 = 171
2009 ($ 1.200/ $500) x 100 = 240
Mengukur Prestasi Kegiatan Ekonomi
Produk Nasional atau pendapatan nasional adalah istilah yang menerangkan
nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan suatu negara dalam satu
tahun tertentu. Secara spesifik pendapatan nasional terbagi menjadi dua, yaitu
Produk Nasional Bruto (PNB) dan Produk Domestik Bruto (PDB). PNB
merupakan produk nasional yang diwujudkan oleh faktor-faktor produksi milik
warga negara suatu negara, sedangkan PDB merupakan produk nasional yang
diwujudkan oleh faktor-faktor produksi di dalam negeri (milik warga negara dan
warga asing) dalam suatu negara.9 PNB berbeda dengan PDB karena PNB
memasukkan pendapatan warga negara yang tinggal di luar negeri tanpa
memasukkan pendapatan warga negara asing di dalam negeri.10 Sebagai contoh,
bagian dari PDB Amerika Serikat berhubungan dengan laba yang didapat Honda
dari pabrik mereka di Amerika Serikat. Laba ini adalah bagian dari PDB jepang,
karena laba itu adalah pendapatan dari modal yang dimiliki jepang.11
Tingkat Pertumbuhan Ekonomi
Data produk nasional juga dapat mengukur tingkat kemakmuran masyarakat,
dan menilai prestasi pertumbuhan ekonomi. Untuk menilai prestasi pertumbuhan
ekonomi maka harus dihitung dahulu pendapatan nasional riil, yaitu PNB atau
PDB yang dihitung menurut harga-harga yang berlaku dalam tahun dasar. Nilai
yang diperoleh dinamakan dengan PNB atau PDB menurut harga tetap, yaitu
harga yang berlaku dalam tahun dasar. Tingkat pertumbuhan ekonomi dihitung
dari pertambahan PNB atau PDB riil yang berlaku dari tahun ke tahun.12
Contohnya, PNB riil di suatu negara pada tahun 2002 sebesar 120 trilliun
rupiah, dan meningkat menjadi 126 trilliun rupiah pada tahun 2003. Berapakah
tingkat pertumbuhan ekonomi pada tahun 2003?
Jawab:
Tingkat pertumbuhan ekonomi tahun 2003= (126 trilliun- 120 trilliun) / 120
trilliun x 100= 5%
9 Sadono Sukirno, MakroEkonomi, Teori Pengantar, Edisi ke-3Cet. 19 (Jakarta: Rajawali Pers,
2010), h. 17. 10 N. Gregory Mankiw, dkk, Op. Cit, h. 9. 11 Rudiger Dornbusch, Stanley Fischer dan Richard Startz, Makroekonomi, ed. 8, (Jakarta: Media
Global Edukasi, 2004), h. 21. 12Sadono Sukirno, Op.Cit, h.17.
Pendapatan Per Kapita
Pendapatan per kapita dapat digunakan untuk mengukur tingkat dan
pertambahan kemakmuran penduduk. Pada contoh sebelumnya, dimisalkan pada
tahun 2002 jumlah penduduknya ada 12 juta, dan meningkat menjadi 12, 2 juta
pada tahun 2003. Berapakah pendapatan per kapita tahun 2002 dan 2003? Dan
berapakah kelajuan pertambahan kemakmuranny?
Jawab:
Tingkat pendapatan per kapita 2002 = Rp.120 trilliun / 12 juta = Rp 10 juta.
Tingkat pendapatan per kapita 2003 = Rp. 126 trilliun / 12,2 juta = Rp. 10,
3278 juta.
Pertambahan pendapatan per kapita 2003 = (10, 3278 juta – 10 juta) / 10 juta
x 100 = 3,278 % = 3,3 %
Pada penjelasan sebelumnya, PDB dianggap sebagai satu-satunya ukuran
yang paling tepat tentang kesehatan perekonomian masyarakat, padahal sebenarnya PDB tidak pernah dimaksudkan untuk menjadi ukuran mutlak
kesejahteraan ekonomi ataupun kesehatan ekonomi. Meskipun PDB perkapita merupakan ukuran yang banyak digunakan, namun memiliki kekurangan terhadap kesehatan perekonomian suatu negara. menurut hasil studi terbaru OECD banyak
faktor yang diabaikan oleh PDB, seperti waktu luang (leisure time), kesenjangan pendapatan, dan kualitas lingkungan.13
Benar jika dikatakan bahwa PDB bukan merupakan ukuran sempurna untuk kesejahteraan. Sebagian hal yang baik tidak diperhitungkan oleh PDB. Misalnya,
waktu luang. Jika semua orang dalam perekonomian tiba-tiba mulai bekerja setiap hari selama seminggu, dan tidak menikmati waktu luang pada akhir pekan,
mungkin barang dan jasa yang diproduksi memang meningkat. Akan tetapi, meskipun PDB mengalami kenaikan, kita tidak dapat menyimpulkan bahwa semua orang akan memperoleh keuntungan, karena kerugian kehilangan waktu
luang akan menghapus keuntungan.14
Dalam menghitung pendapatan nasional terdapat tiga metode atau
pendekatan:
Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach) Pendekatan Pendapatan (Income Approach) Pendekatan Output ( Output Approach)
1. Pendekatan Pengeluaran ( Expenditure Approach)
Pendekatan ini menghitung pendapatan nasional berdasarkan total pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan untuk membeli barang jadi tersebut.
13 The Economist Newspaper Limited, London, “The Economist”, 9 Februari, London, dalam N. Gregory Mankiw, dkk, Pengantar Ekonomi Makro, Penerjemah: Biro Bahasa Alkemis, Edisi Asia,
Volume 2 (Jakarta: Salemba, 2008), h. 16-17. 14Ibid., h.19.
Pengeluaran yang dimaksud meliputi: konsumsi, investasi, pemerintah, dan
ekspor netto. Pengeluaran Konsumsi
Meliputi pengeluaran untuk semua barang dan jasa yang diproduksi dan
dijual kepada rumah tangga selama satu tahun (kecuali pengeluaran untuk peumahan tempat tinggal yang digolongkan sebagai investasi). Pengeluaran-
pengeluaran untuk jasa-jasa seperti potong rambut, perawatan kesehatan dan membayar ongkos pengacara; barang-barang tahan lama seperti mobil, televisi, dan alat pendingin. Pengeluaran-pengeluaran tersebut dinamakan
pengeluaran konsumsi aktual. Pengeluaran investasi
Meliputi pengeluaran yang tidak dikonsumsi untuk saat ini, termasuk pengeluaran untuk persediaan, barang modal seperti pabrik dan peralatannya, serta pengeluaran untuk perumahan tempat tinggal.15
Pengeluaran pemerintah untuk barang dan jasa Belanja pemerintah meliputi pengeluaran untuk barang dan jasa yang
dilakukan oleh pemerintah. Belanja pemerintah mencakup upah pegawai negeri dan pengeluaran untuk pekerjaan umum. Pembayaran upah pegawai masuk dalam kategori pembelanjaan karena uang
tersebut ditukar dengan jasa yang mereka berikan (sesuai pekerjaan pegawai tersebut), sedangkan pembayaran uang pensiun tidak masuk dalam
pembelanjaan, karena itu tidak ditukar dengan jasa yang diproduksi (karena pensiun berarti sudah tidak memberikan jasa).16
Ekspor Neto
Ekspor neto merupakan hasil selisih antara impor dengan ekspor. Yang termasuk impor ialah setiap pengeluaran atau pembelanjaan yang dilakukan
oleh pemerintah terhadap barang produksi luar negeri. Bahan baku untuk membangun jalan raya jika dipasok dari luar negeri, maka masuk dalam komponen pengeluaran impor.
Ekspor meliputi setiap barang yang diproduksi di Indonesia dan dijual ke luar negeri, sehingga kegiatan tersebut menciptakan pendapatan. 17
Dari keemapat pengeluaran tersebut maka kita dapatkan Pengeluaran
Nasional Bruto.
Contoh: pendapatan nasional AS tahun 1985, yang dihitung berdasarkan pendekatan pengeluaran.
Komponen GNE AS tahun 1985.
Kategori Pengeluaran Milyar dollar Presentase terhadap GNE
Konsumsi 2601 65
Pemerintah 815 20
Investasi 661 17
Ekspor netto -79 -2
15 Richard G. Lipsey, dkk, Pengantar Makro Ekonomi, Ed. Ke-8 (Jakarta: Erlangga, 1993), h. 33-34. 16 N. Gregory Mankiw, dkk, Op. Cit, h. 12. 17 Richard G. Lipsey, dkk, Op.Cit. h. 35-36.
jumlah 3998 100
Sumber: Economic Report of the President, 1986.
2. Pendekatan pendapatan
Pendekatan ini menghitung nilai seluruh pendapatan yang
diperoleh dari proses produksi. Ukuran pendapatan nasional yang
diperoleh dengan pendekatan pendapatan disebut produk nasional bruto
(GNP). Produksi output suatu negara menciptakan pendapatan. Tenaga
kerja harus digunakan, tanah harus disewa dan modalpun digunakan .
perhitungan GNP menyangkut penjumlahan pembayaran faktor-faktor
produksi dan klaim lainnya terhadap nilai output sampai semuanya itu
cocok jumlahnya, karena semua nilai yang diproduksi ada pemiliknya,
maka nilai produksi harus sama dengan nilai pendapatan yang
ditimbulkan oleh proses produksi tersebut.18
Pembayaran faktor produksi
Meliputi upah dan gaji yang merupakan pembayaran atas jasa yang diberikan
oleh pekerja atau nilai produksi yang dihasilkan oleh pekerja. Kemudian
termasuk juga sewa atas faktor produksi, bunga , dan laba. Penjumlahan dari
keempat komponen tersebut disebut dengan pendapatan nasinal netto menurut
biaya faktor.
Pajak tak langsung dikurangi subsidi
Dalam menggunakan pendekatan pendapatan harus dibedakan pendapatan
nasional menurut biaya faktor dengan pendapatan nasional menurut harga
pasar. Selisih antara keduanya terjadi karena pengaruh pajak tak langsung dan
subsidi. Sebagai contoh jika seorang pengusaha menerima subsidi Rp.5 juta
dari pemerintah dan mengakibatkan pendapatan totalnya menjadi Rp. 25 juta.
Untuk mendapatkan nilai pasar outputnya dari segi pendapatan, kita harus
mengurangkan subsidi pemerintah dari total pendapatan itu. Karena jika tidak
hal ini akan memungkinkan pendapatan melebihi nilai pasar output.
Penyusutan
Komponen penyusutan timbul karena terdapat perbedaan antara investasi
netto dengan investasi bruto. Penyusutan ini merupakan nilai dari hasil akhir
yang mewujudkan modal habis digunakan dalam proses produksinya.
Besarnya merupakan bagian dari laba kotor, tetapi karena bagian itu
diperlukan untuk mengkompensasikan modal dan habis dipakai pada proses
produksi, besaran itu bukan merupakan bagian dari laba bersih. Karenanya
besaran itu juga bukan merupakan pendapatan yang dihasilkan oleh faktor
produksi.
18 Richard G. Lipsey, dkk., h. 36-38.
Dengan menambahkan penyusutan pada produk nasional netto menurut
harga pasar, maka diperoleh produk nasional bruto menurut harga pasar.
Pendekatan pendapatan mengukur GNP sebagao jumlah pendapatan faktor
produksi yang timbul dalam proses produksi barang jadi ditambah pajak tak
langsung dikurangi subsidi ditambah dengan penyusutan. Berikut adalah contoh
perhitungannya.
Komponen GNP (PNB) AS pada tahun 1985
Komponen pendapatan Milyar dollar AS Presentase terhadap
GNE
Imbalan kepada tenaga kerja 2368 59
Laba perusahaan 535 13
Penyusutan 437 11
Pajak tak langsung
dikurangi subsidi
344 9
Bunga 312 8
Pendapatan sewa 8 -
Penyimpangan statsitik -8 -
Jumlah 3998 100
GNP yang diukur dengan cara pendekatan pendapatan atau pendekatan
pembayaran faktor produksi, pada tahun 1985 besarnya 3.998 milyar dollar AS.
Kategori terbesar, hampir mencapai 60% dari GNP adalah imbalan tenaga kerja.
3. Pendekatan Output (Output Approuch)
Cara yang ketiga dalam mengukur pendapatan nasional adalah dengan cara
menjumlahkan semua konstribusi terhadap produk akhir dari setiap perusahaan
suatu perekonomian. Pendekatan ini disebut juga Produk Domestic Bruto (GDP).
Output total adalah jumlah dari semua barang jadi yang diproduksi selama
periode tertentu yang biasanya satu tahun. Jika semua perusahaan menghasilkan
barang jadi, maka pendekatan outputnya akan lebih mudah diterapkan karena
hanya tinggal menjumlahkan nilai-nilai bruto dari semua output perusahaan.
Pendekatan ini tidak mudah untuk diterapkan karena produksi sebagai komoditi
terrdiri dari beberapa tahapan di mana perusahaan mengkhususkan dirinya
memproduksi produk-produk antara. Tahapan produksi, dan karena itu penjualan
produk-produk atara satu perusahaan ke perusahaan lain, menyulitkan pengukuran
pendapatan nasionalberdasarkan data produksi, karena penjumlahan nilai bruto
output semua perussahaan akan megakibatkan terjadinya apa yang disebut sebagai
penghitungan ganda
Masalah penghitungan ganda dapat dihindari dengan memperlakukan setiap
output perusahaan sebagai nilai dari kegiatannya sendiri yang ditambahkan pada
nilai output akhir. Contohnya, nilai tambah bagi pabrik baja adlah nilai bruto dari
output bajanya dikurangi dengan nilai biji-besi yang dibelinya dari perusahaan
penambangan dan nilai dari semua inputnya , seperti listrik dan bahan bakar, yang
dibeli dari perusahaan lain.
ProdukDomestik Bruto
Selisih antara GDP dengan GNP timbul dari dua sumber. Pertama, berapa faktor
produksi yang ada di negara tersebut dimiliki oleh orang asing sehingga
pendapatan yang berasal dari faktor tersebut bukan milik masyarakat. Kedua,
beberapa orang mememmiliki faktor produsi yang ada di negera lain sehingga
pendapatan yang dihasilkannya tidak dimasukkan ke dalam GDP.
Konsep Pendapatan Lainnya
Ukuran yang paling lengkap ialah produk nasional netto (NNP), angka ini
merupakan GNP dikurangi dengan penyisihan konsumsi modal (penyusutan).
Jadi, NNP merupakan ukuran output netto dari suatu perekonomian, setelah
mengurangkan output bruto dengan suatu jumlah yang cukup umtuk
mempertahankan keutuhanpersediaan modal yang ada.
Pendapatan perorangan (personal Income)Adalah pendapatan yang dihasilkan
oleh atau dibayarkan kepada perorangan sebelum dikurangkan dengan pajak
penghasilan perorangan. Berbagai penyusunan terhadap NNP diperlukan agar
sampai pada angka pendapatan perorangan, penyesuaiannya adalah: pertama,
mengurangkan dari NNP pajak tak langsung (netto subsidi) yang merupakan
bagian dari niali pasar outputyang diambil langsung oleh pemerintah; kedua,
mengurangkan laba usaha ditahan oleh perusahaan dari NNP; ketiga,
mengurangkan pajak penghasilan yang dibayar oleh perusahaan dari NNP; dan
keempat, menambahkan pada NNP pembayaran transfer untuk rumah tangga.
(1)Sampai dengan (3) merupakan bagian dari nilai output yang tidak dibayarkan
kepada rumah tangga; yang keempat dibayarkan kepada rumah tangga dan dengan
sendirinya merupakan pendapatan yang tersedia bagi rumah tangga untuk
dibelanjakan atau ditabung, walaupun pembayaran-pembayaran itu tidak
merupakan bagoan dari GNP.
Pendapatan disposebel (disposebel income) merupakan jumlah pendapatan saat
ini yang dapat dibelanjakan atau ditabung oleh rumah tangga; yaitu pendapatan
perorangan dikurangi dengan pajak penghasilan perorangan.
Pendapatan disposebel adalah GNP dikurangi dengan setiap unsur yang benar-
benar tidak dibayarkan kepada rumah tangga, dikurangi pajak penghasilan
perorangan yang dibayarkan oleh rumah tangga, ditambah pembayaran transfer
yang diterima rumah tangga.
Hubungan antara GNP, NNP, pendapatan perorangan dan pendapatan disposebel.
Miliar dolar AS Persen GDP
Nilai tambah menurut sektornya Pertanian, kehutanan dan perikanan 91,5 2,3
Pertambangan 122,8 3,1
Perindustrian /manufaktur 795,8 20,1 Konstruksi 182,2 4,5
Transportasi dan utilitas umum 374,4 9,5 perdagangan besar dan eceran 652,5 16,5
Asuransi, keuangan dan perumahan 626,6 15,7 Jasa 639,4 16,2
Pemerintah dan perusahaan pemerintah 477,4 12,1
Kesalahan statistik -5,5
GDP 3957,0 100,0
Pendapatan investasi yang diterima dari bukan-penduduk, dikurangi pendapatan investasi yang dibayarkan kepada bukan-penduduk
41,2
GNP $3998,1
GDP mengukur output total, menurut harga faktor, yangdiproduksi di dalam
negeri (Amerika Serikat) dengan cara menjumlahkan nilai tambah darisetiap
industri. Perindustrian dan perdagangan merupakan komponen terbesar dari GDP,
dengan kontribusi masing-masing 20% dan 16%. Untuk mencocokkan GDP
dengan perhitungan pendapatan nasional , yaitu mencocokkan output yang
diproduksi di Amerika Serikat, dengan output yang dimiliki oleh orang-orang
(pendapatan yang dihasilkan oleh orang Amerika), maka perluditambahkan
pendapatan investasi yang diterima dari bukan-penduduk dan dikurangi dengan
pendapatan investassi yang dibayarkan kepada bukan-penduduk. Amerika telah
menjadi kreditor netto kerna mereka telah lama melakukan investasi diluar
negeri, yaitu pendapatan yang diterima bukan-penduduk lebih besar daripada
pendapatan yang dibayarkan kepada bukan-penduduk.19
2. Tenaga Kerja dan Pengangguran
Pengangguran dalam suatu negara adalah perbedaan diantara angkatan kerja
dengan penggunaan tenaga kerja yang sebenarnya. Yang dimaksud angkatan kerja
adalah jumlah tenaga kerja yang terdapat dalam suatu perekonomian pada suatu
waktu tertentu. Untuk menentukan angkatan kerja diperlukan dua informasi.
Pertama informasi mengenai jumlah penduduk usia kerja, yaitu jumlah penduduk
yang berusia diantara 15 dan 64 tahun. Kedua jumlah penduduk yang termasuk
golongan bukan angkatan kerja, yaitu penduduk yang berusia diantara 15 dan 64
tahun yang tidak ingin bekerja (contohnya: pelajar, mahasiswa, ibu rumah tangga,
dan penganggur suka rela lain). Dengan demikian, angkatan kerja dalam suatu
periode tertentu dapat dihitung dnegan mengurangi jumlah penduduk usia kerja
dengan jumlah penduduk bukan angkatan kerja. Sedangkan perbandingan antara
angkatan kerja dengan penduduk usia kerja (yang dinyatakan dalam persen)
dinamakan tingkat partisipasi angkatan kerja.20 Sebagai contoh dalam suatu
perekonomian, jumlah penduduk usia kerja berjumlah 14.891.761 orang, tetapi
hanya sebanyak 9.124.458 orang yang tergolong sebagai angkatan kerja. Diantara
angkatan kerja tersebut sebanyak 8.528.571 orang mempunyai pekerjaan.
Berdasarkan data tersebut tingkat partisipasi angkatan kerja dan pengangguran
adalah sebagai berikut:
(a) Tingkat partisipasi angkatan kerja = 9.124.458
14.891.761 x 100 = 61,3 %
(b) Jumlah pengangguran = 9.124.458 − 8.528.571 = 595.887 orang
Apabila diketahui jumlah pengangguran dan angkatan kerja, tingkat
pengangguran dalam suatu waktu tertentu dapat ditentukan. Berdasarkan data
tersebut tingkat presentase penangguran adalah:
595.887
9.124.458 x 100 = 6,5 %
Dalam prakteknya suatu negara dianggap sudah mencapai tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh atau kesempatan kerja penuh apabila dalam
19 Richard G. Lipsey, Peter O. Steiner, Douglas D. Purvis, Economics eighth edition, terj. Jaka
Wasana dan Kirbrandoko, Pengantar Ekonomi, (Jakarta: Erlangga, 1993), hal 38-40.
20 Ibid. Sadono Sukirno, h. 18.
perekonomian tingkat penganggurannya adalah kurang dari 4 %. Tidak banyak
negara yang tingkat penganggurannya dibawah 4 %. Di negara-negara eropa
tingkat pengangguran pada waktu ini sekitar 8-10 %, sedangkan di Amerika
Serikat dan jepang tingkat penganggurannya sekitar 5 %. Untuk bisa
meningkatkan kesempatan kerja dibutuhkan adanya tingkat pertumbuhan ekonomi
yang tinggi. Namun, pada kenyataannya tingkat kesempatan kerja penuh adalah
suatu tujuan yang sulit dicapai.21
3. Indeks Harga dan Inflasi
Indeks harga konsumen merupakan ukuran biaya keseluruhan barang dan jasa
yang dibeli oleh konsumen. Indeks harga konsumen inilah yang akan digunakan untuk mengamati perubahan dalam biaya hidup sepanjang waktu.
Cara Menghitung Indeks Harga Konsumen
Langkah 1: menyurvei konsumen untuk menentukan keranjang tetap barang
4 potong ayam goreng, 2 burger
Langkah 2: mencari harga setiap barang pada setiap tahun
Tahun Harga Ayam Goreng Harga Burger
2007 $ 1 $ 2
2008 2 3
2009 3 4
Langkah 3: menghitung biaya keranjang barang pada setiap tahun
2007 ($ 1 per potong ayam goreng x 4 potong ayam goreng) + ($ 2 per burger x 2 burger) = $ 8
2008 ($ 2 per potong ayam goreng x 4 potong ayam goreng) + ($ 3 per burger x 2 burger) = $ 14
2009 ($ 3 per potong ayam goreng x 4 potong ayam goreng) + ($ 4 per burger x 2 burger) = $ 20
Langkah 4: Memilih satu tahun basis, dan menghitung IHK pada setiap tahun
2007 ($ 8/ $ 8) x 100 = 100
2008 ($ 14/ $ 8) x 100 = 175
2009 ($ 20/ $ 8) x 100 = 250
Langkah 5: menggunakan IHK untuk menghitung laju inflasi dari tahun
sebelumnya
2008 (175 – 100)/ 100 x 100 = 75 %
2009 (250 – 175)/ 175 x 100 = 43 %
21 Louis emmerij, The Social Economy of Today’s Emlpoyment Problem in Industrial Countries , dalam Unemployment in Western Countries (1980), h. 58, dalam M. Umer Chapra, Islam dan
Tantangan Ekonomi: Islamisasi Ekonomi Kontemporer, penerjemah: Nur Hadi Ihsan dan Rifqi Amar, (Surabaya: Risalah Gusti, 1999), h. 144.
Inflasi yang berlebihan akan menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat.
Inflasi bisa juga disebabkan oleh adanya pihak-pihak yang melakukan
kecurangan seperti mencetak uang palsu yang menyebabkan jumlah uang
yang beredar lebih banyak dari sebelumnya. Seperti
Penyebab inflasi atau kenaikan harga-harga yang berlaku:22
1. Inflasi tarikan permintaan
Inflasi ini biasa terjadi pada masa perekonomian berkembang dengan
pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan
yang tinggi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi
kemampuan ekonomu mengeluarkan barang dan jasa. Pengeluaran yang
berlebihan ini akan menyebabkan timbulnya inflasi. Selain itu, inflasi ini
juga dapat terjadi jika terdapat masa dimana terjadi perang atau
ketidakstabilan politik yang terus-menerus, karena dalam masa ini
pemerintah akan berbelanja jauh lebih banyak dari pajak yang
dipungutnya. Untuk membiayai kelebihan pengeluaran tersebut
pemerintah terpaksa mencetak uang atau meminjam dari bank sentral. Hal
inilah yang kemudian akan menyebabkan permintaan agregat lebih
banyak dari pada kemampuan ekonomi tersebut dalam menyediakan
barang dan jasa dan jumlah uang yang beredar akan lebih banyak daripada
sebelumnya. Yang kemudian akan menyebabkan adanya kenaikan harga
atau inflasi.
2. Inflasi desakan biaya
Inflasi ini berlaku dalam masa perekonomian berkembang dengan pesat
ketika pengangguran sangat rendah. Apabila perusahaan-perusahaan
masih menghadapi permintaan yang bertambah sangat tinggi, mereka
akan berusaha menaikkan produksi dengan cara memberikan gaji dan
upah yang lebih tinggi kepada pekerjanya dan mencari pekerja baru
dengan tawaran pembayaran yang lebih tinggi pula. Langkah ini
mengakibatkan biaya produksi meningkat yang akhirnya akan
menyebabkan kenaikan harga barang-barang.
3. Inflasi diimpor
Inflasi ini terjadi apabila barang-barang impor yang mengalami kenaikan
harga mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan pengeluaran
perusahaan-perusahaan. Sebagai contoh, adalah efek kenaikan harga
minyak dalam tahun 1970an bagi perekonomian negara-negara pengimpor
minyak. Minyak adalah salah satu hal terpenting dalam proses produksi
barang-barang industri. Maka kenaikan harga minyak tersebut menaikkan
biaya produksi dan kenaikan biaya produksi menyebabkan terjadinya
inflasi atau kenaikan harga.
22 Ibid. Sadono Sukirno, h. 333-336.
Kenaikan harga yang tinggi akan menurunkan perekonomian. Biaya yang
terus-menerus naik menyebabkan kegiatan produksi sangat tidak menguntugkan.
Para pemilik modal akan lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan
spekulatif seperti membeli tanah, rumah dan bangunan. Oleh karena pengusaha
lebih suka menjalankan kegiatan investasi tersebut, maka investasi produktif akan
berkurang dan tingkat ekonomi akan menurun. Sebagai akibatnya jumlah
pengangguran juga akan semakin bertambah.
Kenaikan harga juga menimbulkan efek yang buruk bagi bisnis
perdagangan. Kenaikan harga-harga menyebabkan barang-barang dari negara
tersebut tidak dapat bersaing di pasar internasional. Sebaliknya harga-harga
produksi dalam negeri yang semakin tinggi akan menyebabkan barang-barang
impor menjadi relatif murah. Maka lebih banyak impor akan dilakukan. Ekspor
yang menurun yang diikuti jumlah impor yang bertambah banyak akan
menyebabkan neraca pembayaran negara tersebut akn memburuk dan terjadi
ketidakseimbangan aliran mata uang asing.
Menurut ekonom Islam Taqiyuddin Ahmad ibn al- Maqrizi (1364 M- 1441 M) inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
a. Natural Inflation, yang disebabkan oleh : 1) Uang masuk dari luar negeri terlalu banyak, ekspor lebih besar dari impor,
sehingga net export sangat besar,maka permintaan agregat meningkat. Naiknya permintaan agregat (sekaligus daya belinya) inilah yang
menyebabkan naiknya tingkat harga secara keseluruhan. 2) Turunnya tingkat produksi karena terjadi paceklik ataupun embargo dan
boycott. Hal ini terjadi pada masa khalifah Umar, yaitu saat paceklik
ketersediaan gandum langka, hingga menyebabkan kenaikan harga-harga. Akhirnya, beliau mengimpor gandum sehingga penawaran agregat pun
meningkat. Dengan demikian tingkat harga-harga pun menurun. b. Human Error Inflation
Inflasi jenis ini disebabkan oleh kesalahan dari manusia sendiri yang dapat
disebabkan oleh korupsi, pajak yang berlebihan, dan pencetakan uang untuk menarik keuntungan berlebihan.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tingkat indeks harga konsumen atau
inflasi sepanjang Desember 2013 tercatat 0,55 persen. Sehingga inflasi tahun
kalender 2013 sebesar 8,38 persen. Pada dasarnya negara yang memiliki
perekonomian yang sehat memiliki tingkat inflasi sebesar 8-10 %.
Demikian pula menurut Ibnu Khaldun, bahwa kekayaan suatu negara tidak
ditentukan oleh banyaknya uang yang beredar di negara tersebut, tetapi ditentukan
oleh tingkat produksi domestik dan neraca pembayaran yang positif.
4. Kedudukan Neraca Pembayaran dan Neraca Perdagangan
Neraca pembayaran merupakan data yang memberi gambaran tentang lalu
lintas perdagangan dan dana dari satu negara ke berbagai negara lain dalam satu
tahun tertentu. Dua komponen yang perlu diperhatikan dalam neraca pembayaran
adalah neraca perdagangan dan neraca keseluruhan.
Neraca Perdagangan dan Aliran Modal
Neraca perdagangan (balance of trade) adalah perbandingan antara nilai barang-barang yang diekspor dengan barang-barang yang diimpor. Jika kita
meletakkan nilai barang-barang yang diekspor di satu sisi kemudian kita letakkan nilai barang-barang yang diimpor di sisi yang lain, maka kita sudah bisa
mendapatkan neraca perdagangan tersebut. Jika nilai barang-barang ekspornya melebihi nilai barang-barang impor, maka neraca perdagangan tersebut menunjukkan keuntungan kita. Sebab, permintaan pihak luar terhadap mata uang
kita meningkat, melebihi permintaan kita terhadap mata uang asing dengan tujuan yang sama.23 Sebaliknya, neraca perdagangan bisa saja defisit jika impor kita
melebihi ekspor kita. Jika neraca defisit, maka dalam jangka panjang negara dapat kehilangan kepercayaan orang terhadap prospek negara tersebut. Hal inilah yang dapat menghambat pertumbuhan perekonomian negara.24
Sedangkan ekspor neto nol menunjukkan bahwa nilai ekspor dan impor
sama besar, dan negara yang bersangkutan dikatakan mengalami perdagangan
sembang (balance trade). Salain itu, surplus dalam neraca perdagangan (trade
surplus) yang disebabkan oleh ekspor lebih besar daripada impor sehingga sudah
bisa dipastikan bisa meningkatkan perekonomian dan mungkin bisa mengurangi
tingkat pengangguran.
Faktor yang dapat mempengaruhi ekspor, impor, dan ekspor neto suatu
negara yaitu:25
a. Selera konsumen terhadap barang-barang produksi dalam negeri dan
luar negeri dan luar negeri
b. Harga barang di dalam dan di luar negeri
c. Kurs yang menentukan jumlah mata uang domestik yang dibutuhkan
untuk membeli mata uang asing
d. Pendapatan konsumen di dalam negeri dan luar negeri
e. Ongkos angkutan barang antarnegara
f. Kebijakan pemerintah mengenai perdagangan internasional.
Untuk mewujudkan apa yang disebut keseimbangan neraca perdagangan luar negeri, ekonom kapitalis mengemukakan teori proteksionisme. Teori
proteksionisme ialah sebuah kebijakan politik perdagangan luar negeri. Kebijakan ini ditujukan untuk mempengaruhi neraca perdagangan (balance of trade) dan memecahkan masalah kelemahan ekonomi nasional.
23 Taqyuddin An-Nabhani, Op. Cit., h. 339-340. 24 Sadono Sukirno, Op. Cit., h. 21. 25 N. Gregory Mankiw, Pengantar Ekonomi, (Jakarta: Erlangga, 2003), hal. 209-210.
Menurut Taqyuddin, neraca perdagangan memang dapat memberikan
gambaran yang benar tentang perdagangan luar negeri kita, namun neraca perdagangan tersebut tidak bisa memberikan gambaran yang benar tentang kondisi ekonomi nasional. Sebab, pendapatan nasional tidak hanya terbatas pada
surplus perdagangan luar negri, namun ada faktor-faktor lain yang bisa menambah jumlah pemasukan. Jadi, tidak tepat jika dikatakan neraca perdagangan tersebut
menunjukkan keuntungan kita, kecuali jika negara tersebut tidak mempunyai tujuan-tujuan lain.26
Neraca Keseluruhan (Neraca Pembayaran)
Jika pada neraca perdagangan hanya dapat menggambarkan tentang
perdagangan luar negeri, maka pada neraca pembayaran tidak hanya menunjukkan data ekspor- impor saja, tetapi juga berisi informasi penting lain berupa aliran
modal jangka pendek dan jangka panjang. Aliran modal ini menunjukkan aliran neto (aliran masuk dikurangi aliran keluar) modal asing yang dilakukan ke suatu negara. Dengan demikian neraca pembayaran menunjukkan perimbangan mutasi-
mutasi keuangan dari satu negara ke negara lainnya. Perimbangan ini disebut neraca keseluruhan.
Neraca keseluruhan yang negatif menunjukkan mutasi-mutasi keuangan ke luar negeri lebih banyak dari yang diterima dari luar negeri. Itulah yang disebut
defisit neraca pembayaran. Salah satu penyebabnya ialah impor lebih besar dari ekspor. Selain itu juga disebabkan oleh pengaliran modal yang terlalu besar ke
luar negeri.27
Dalam konteks tertentu, Khilafah Islamiyyah juga melakukan sejumlah
proteksi untuk melindungi stabilitas ekonomi. Hanya saja, proteksi yang
dilakukan oleh Khilafah tidak sama dengan proteksi yang dilakukan oleh negara
kapitalis. Proteksi yang dilakukan oleh Khilafah tidak ditujukan untuk melindungi
stabilitas ekonomi saja, tetapi juga ditujukan untuk mewujudkan stabilitas politik
dan tugas mengemban risalah Islam ke seluruh dunia.
5. Kestabilan Kurs Valuta Asing
Salah satu alat pengukur lain yang selalu digunakan untuk menilai keteguhan
sesuatu ekonomi adalah perbandingan nilai sesuatu mata uang asing dengan nilai mata uang domestik. Perbandingan tersebut dinamakan kurs valuta asing. Kurs ini
akan menunjukkan banyaknya uang dalam negeri yang diperlukan untuk membeli satu unit valuta asing tertentu. Jadi, kurs merupakan harga dari suatu mata uang asing. Jika neraca keseluruhan defisit, maka nilai valuta asing naik, sebaliknya
jika neraca keseluruhan surplus atau teguh maka cadangan valuta asing bertambah, sehingga nilai valuta asing murah.28 Namun adakalanya kemerosotan
26 Taqyuddin An-Nabhani, Op. Cit., h. 340. 27 Sadono Sukirno, Op. Cit., h. 21. 28 Ibid., h. 22.
nilai mata uang disebabkan oleh pengambilan hutang jangka pendek maupun
jangka panjang oleh negara.29
Jika pasokan mata uang asing meningkat tetapi permintaan tetap konstan,
secara langsung akan mendorong harga, dengan kata lain mata uang asing akan
turun dan meningkatkan mata uang domestik. Dan sebaliknya, ketika permintaan
mata uang asing meningkat, namun pasokan tetap konstan, maka akan mendorong
harga mata uang asing dan menurunkan nilai mata uang domestik. Maka
keteguhan kurs valuta asing dapat digunakan sebagai salah satu ukuran untuk
menilai kestabilan dan perkembangan suatu perekonomian.
Oleh karena itu, Tobin Tax atas transaksi valuta asing disarankan untuk
menurunkan ketidakstabilan. Ada yang mengatakan bahwa dengan adanya
jaminan bahwa pajak atas transaksi valuta asing akan berjalan dengan lebih baik,
tetapi Tobin Tax berargumen bahwa dengan adanya pembebanan pajak pun tidak
akan efektif.30 Kecuali jika semua negara mau menerapkannya dan
mengadopsinya secara baik dan jujur, maka transaksi valuta asing akan berjalan
dengan baik dan ketidakstabilan mata uang tidak menurun.
Dalam ekonomi Islam hal ini setara dengan penerimaan nilai kestabilan
mata uang dalam penentuan harga barang, hanya saja yang tidak diperbolehkan
ialah nilai tambahan meskipun sedikit atas harga setelah disetujui karena adanya
keterlambatan dalam pembayaran.
Selain itu, pihak berwenang sekarang dan uang kertas mewakili nilai
moneter untuk semua tujuan pembayaran mata uang dari semua negara adalah
tawaran legal yang tak terbatas dan semua kreditur berkewajiban menerimanya
sebagai pemulihan atas utang. Oleh sebab itu, ekonomi Islam menganjurkan uang
kertas untuk wajib tunduk pada ajaran syariah yang mengatur semua pertukaran
atau transaksi.
Uang kertas dari mata uang apapun dapat dipertukarkan secara seimbang.
Uang kertas valuta dari negara-negara yang berbeda dianggap sebagai unit
moneter dari jenis yang berbeda sehingga dapat dipertukarkan tanpa adanya
kondisi keseimbangan tapi tetap tunduk pada kondisi bai' ash-sharf(pertukaran
valuta) secara langsung.31
29 Taqyuddin An-Nabhani, Op. Cit., h. 341. 30 M. Umer Chapra, Reformasi Ekonomi, Sebuah Solusi Perspektif Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 24. 31Muhammad Ayub, Understanding Islamic Finance, terjm. Aditya Wisnu P, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), hal. 142.
Menurut para ekonom Islam, ketidakstabilan nilai mata uang akan berakibat
sangat buruk bagi perekonomian karena:32
a. Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi
tabungan (nilai simpan), fungsi dari pembayaran di muka, dan fungsi dari unit
penghitungan.
b. Melemahkan semangat menabung dari sikap terhadap menabung dari
masyarakat (turunnya Marginal Propensity to Save).
c. Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk non-primer dan
barang-barang mewah (naiknya marginal propensity to Consume).
d. Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif yang menumpukan
kekayaan seperti: tanah, logam mulia, mata uang asing dengan mengorbankan
investasi ke arah produktif seperti: pertanian, industri, perdagangan,
transportasi, dan lainnya.
Pada dasarnya sistem ekonomi Kapitalis hanya mengarah pada satu tujuan, yaitu meningkatkan kekayaan negara secara total. Kemudian berusaha
memperoleh tingkat produksi setinggi-tingginya, dan terealisasikannya kemakmuran anggota masyarakat setinggi mungkin sebagai akibat dari pertambahan pendapatan nasional, dan naiknya produksi suatu negara. Yaitu
memperoleh kekayaan dengan cara membiarkan mereka sebebas-bebasnya bekerja untuk memproduksi dan mengumpulkan kekayaan tersebut. Pemenuhan
kekayaan yang mereka maksud ini tidak memperhatikan distribusi kekayaan pada setiap warganya. Artinya, ekonomi kapitalis hanya terfokus pada barang-barang yang akan memenuhi kebutuhan mereka, baik pemenuhan tersebut dapat dipenuhi
untuk seluruh anggota masyarakat, atau terjadi pada sebagian orang, sedangkan yang lain tidak.33 Hal inilah yang keliru dan justru merupakan masalah ekonomi
sebenarnya.
Perhitungan PDB perkapita yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan kurang tepat. Karena, selain ada faktor-faktor yang diabaikan dalam perhitungan,
PDB perkapita juga hanya menunjukkan pertambahan kemakmuran penduduk rata-rata. Dengan demikian, hasil dari perhitungan perkapita tersebut belum bisa menjelaskan kemakmuran individu secara nyata. Jadi, kemakmuran yang
dimaksud adalah kemakmuran secara total, yang pendistribusiannya tidaklah sama ataupun merata pada setiap individu.
Pendistribusian alat pemuas kebutuhan seharusnya mencakup semua orang.
Fokus negara seharusnya bukan menyelesaikan masalah kemiskinan negara,
melainkan menyelesaikan kemiskinan individu. Lagi pula, terpecahkannya
kemiskinan negara tetap saja tidak bisa memecahkan masalah kemiskinan
individu. Sebaliknya, terpecahkannya masalah individu dan terdistribusikannya
32Adiwarman A. Karim, Op. Cit., hal.139. 33 Taqyuddin An-Nabhani, Op. Cit., h. 19.
kekayaan negara itulah yang mendorong rakyat untuk bekerja meningkatkan
pendapatan nasional.
Dalam pandangan Islam idealnya ekonomi makro dapat mengonter ekonomi
mikro. Hal ini disebutkan oleh Prof. Didin Damanhuri, Pendiri INDEF, bahwa
kemajuan di level makro adalah hal yang necessary, tapi harus sufficient dengan
diiringi pertumbuhan sektor mikro. Jika kita menjadikan kesejahteraan dalam
aspek makro, maka di dalamnya diatur bagaimana tujuan makro ini dapat
mewakili aspek-aspek yang mikro. Imam Syatiibi, ilmuwan muslim yang konsen
terhadap hal ini, membahasnya dalam maqasid syariah (tujuan-tujuan syariah).
Beliau menyebutkan bahwa tujuan kehidupan ini adalah mencapai kesejahteraan,
hal ini dicapai dengan lima indeks maqasid yang mengonter aspek-aspek mikro.
Suatu kegiatan ekonomi dikatakan mencapai kesejahteraan menurut Syatibi
adalah saat sutau kegiatan tersebut dalam mencapai target kegiatannya tidak meninggalkan satu indeks maqasid pun, yakni menjaga agama (hifdzu ad-din), menjaga jiwa (hifdzu an-nafs), menjaga akal (hifdzu akl), menjaga keturunan
(hifdzu an-nashl), dan yang terakhir menjaga harta (hifdzu al-mal).
Menurut Syatibi tujuan syariah adalah kemaslahatan umat manusia. Menurutnya, kemaslahatan manusia dapat terealisasi apabila maqasid al- syariah atau lima
unsur pokok dapat diwujudkan dan dipelihara. Begitulah Islam mengatur kehidupan kita bahwa dalam setiap kegiatan kepuasan pribadi bukanlah satu-
satunya tujuan, kita juga harus memikirkan bagaimana sekitar kita, keberlangsungan alam, keserasian sosial dan budaya, akselerasinya bagi kualitas diri dan sekitar. Maka, Maqasid Indeks merupakan tolak ukur kesejahteraan yang
komprehensif, bukan sekedar shadow belaka.
Menurut Abdurrahman Ibnu Khaldun alias Abu zayd, yang merupakan
bapak ekonomi islam menegaskan bahwa kekayaan suatu negara tidak ditentukan
oleh banyaknya uang di negara tersebut. Kekayaan suatu negara ditentukan oleh
dua hal:
Tingkat produksi domestik
Neraca pembayaran yang positif dari negara tersbut.
a. Tingkat produksi domestik
Suatu negara dapat saja mencetak uang sebanyak-banyaknya, tetapi jika hal
itu bukan merupakan refleksi dari pesatnya pertumbuhan sektor produksi, maka
uang yang melimpah itu tidak ada nilainya. Sektor produksilah yang menjadi
motor pembangunan, menyerap tenaga kerja, meningkatkan pendapatan pekerja,
dan menimbulkan permintaan atas faktor produksi lainnya. Dalam teori ekonomi
kemampuan untuk memproduksi sesuatu digambarkan oleh grafik. Misalnya,
seorang memiliki pilihan untuk memproduksi 2 jenis barang, yaitu beras dan
jagung dengan sumber daya yang dimilikinya. Sumbu x menggambarkan
kemampuan memproduksi beras, sedangkan sumbu y untuk jagung. Kurva
possible production frontier (PPF) menggambarkan tingkat produksi maksimal
yang mungkin dapat dicapai dengan sumber daya yang dimiliki. Semakin besar
PPF berarti semakin tinggi tingkat produksinya. Dengan demikian semakin tinggi
tingkat kekayaan negara tersebut.34
b. Neraca Pembayaran Positif
Ibnu Khaldun juga menegaskan bahwa neraca pembayaran yang positif akan
meningkatkan kekayaan negara tersebut. Hal ini disebabkan neraca pembayaran
yang positif menggambarkan dua hal:35
1) Tingkat produksi negara tersebut untuk suatu jenis komoditas lebih tinggi
daripada tingkat permintaan domestik negara tersebut, atau supply lebih
besar dibanding demand, sehingga memungkinkan negara tersebut
melakukan ekspor.
2) Tingkat efisiensi produksi negara tersebut telah lebih tinggi dibandingkan
negara lain. Dengan tingkat efisiensi yang lebih tinggi maka komoditas
suatu negara mampu masuk ke negara lain dengan harga yang lebih
kompetetif.
Pada level makro maka pembahasan dikaitkan dengan kemampuan produksi
suatu negara. Secara grafis, pendapat ibnu Khaldun ini dapat digambarkan dengan
tingkat utilitas yang berada di luar PPF. Ini berarti negara yang melakukan
perdagangan internasional akan menikmati tingkat kesejahteraan yang lebih baik
dibandingkan tidak melakukan perdagangan. Dalam ilmu ekonomi dikenal sebgai
gain from trade.36
34 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islam, Ed. Ke-3 (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h. 122. 35 Ibid., h. 123. 36 Ibid.