makalah ekonomi islam

30
MAKALAH TUGAS PENDIDIKAN AGAMA I EKONOMI ISLAM DISUSUN OLEH : KELOMPOK VIII / R. 1 A Teknik Industri 1. Adi Kurnia Romdhoni 201444500047 2. Ivan Yogi Prakoso 201444500045 UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI Jl. Raya Tengah, Kelurahan Gedong, Pasar Rebo - Jakarta Timur. Kode Pos: 13760. Telp.: (021) 87797409. Fax.: (021) 87797412

Upload: webyfahlevi

Post on 15-Sep-2015

243 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Makalah Ekonomi Islam

TRANSCRIPT

MAKALAHTUGAS PENDIDIKAN AGAMA IEKONOMI ISLAM

DISUSUN OLEH :KELOMPOK VIII / R. 1 A Teknik Industri

1. Adi Kurnia Romdhoni 2014445000472. Ivan Yogi Prakoso201444500045

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRIJl. Raya Tengah, Kelurahan Gedong, Pasar Rebo - Jakarta Timur. Kode Pos: 13760. Telp.: (021) 87797409. Fax.: (021) 87797412Website : www.unindra.ac.id Email : [email protected]

DAFTAR ISI

Daftar IsiiiKata Pengantar.......iiiI.Pembukaan.......1II.Pembahasan.......2 Pengertian Ekonomi Islam...........2 Asas-asas Sistem Ekonomi Islam...2 Prinsip-prinsip Ekonomi Islam......5 Ciri-ciri Sistem Ekonomi Islam.... 7 Tujuan Ekonomi Islam..8 Manfaat Ekonomi Islam...10 Sumber Hukum Ekonomi Islam..10III.Penutup..14 Simpulan....14 Daftar Pustaka..15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nyakepada kami. Tak lupa shalawat serta salam kami haturkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, serta para pengikutnya.Pada kesempatan kali ini kami dari kelompok V akan membahas topic tentang Ekonomi Islam. Kami berusaha menjelaskan se-objek mungkin secara umum, meskipun pembahasan kami hanya sebatas pada kajian pustaka semata namun tidak mengurangi pembahasan kami.Ekonomi dalam Islam adalah ilmu yang mempelajari segala perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dengan tujuan memperoleh falah (kedamaian & kesejahteraan dunia-akhirat).Perilaku manusia disini berkaitan dengan landasan-landasan syariat sebagai rujukan berperilaku dan kecenderungan-kecenderungan dari fitrah manusia. Dan dalam ekonomi Islam, kedua hal tersebut berinteraksi dengan porsinya masing-masing hingga terbentuklah sebuah mekanisme ekonomi yang khas dengan dasar-dasar nilai Illahiyah.Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan.Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Jakarta, November 2014 Penulis

iii

I. PEMBUKAAN Pemikiran ekonomi Islam diawali sejak Muhammad SAW dipilih sebagai Rasul (utusan Allah). Rasulullah SAW mengeluarkan sejumlah kebijakan yang menyangkut berbagai hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan hidup masyarakat, selain masalah hukum (fiqh), politik (siyasah), juga masalah perniagaan atau ekonomi (muamalat). Masalah-masalah ekonomi umat menjadi perhatian Rasulullah SAW, karena masalah ekonomi merupakan pilar penyangga keimanan yang harus diperhatiakan. Sebagaimana diriwayatkan oleh muslim, Rasulullah SAW bersabda, kemiskinan membawa orang kepada kekafiran. Maka upaya untuk mengentas kemiskinan merupakan bagian dari kebijakan-kebijakan sosial yang dikeluarkan Rasulullah SAW. Selanjutnya kebijakan-kebijakan Rasulullah SAW menjadi pedoman oleh para penggantinya yaitu Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib dalam memutuskan masalah-masalah ekonomi. Alquran dan hadits digunakan sebagai dasar teori ekonomi oleh para khalifah juga digunakan oleh para pengikutnya dalam menata kehidupan ekonomi negara.Perkembangan pemikiran ekonomi Islam pada masa Nabi Muhammad SAW belum berkembang, hal ini disebabkan karena masyarakat pada saat itu langsung mempraktekannya dan apabila menemui persoalan dapat menanyakan lansung kepada Nabi. Sementara secara kontekstual persoalan ekonomi pada masa itu belum begitu kompleks. Secara mikro praktek ekonomi yang dilakukan oleh Nabi dan para sahabat pada masa itu sarat dengan unsur economic justice dalam kerangka etika bisnis yang qurani.Pemikiran ekonomi baru menunjukkan sosoknya sepeninggal Nabi dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat semakin berkembang. Pemikiran ekonomi Islam mulai didokumentasikan kurang lebih sejak tiga abad semenjak wafatnya Nabi. Beberapa yang cukup terkenal antara lain Abu Yusuf (731-798), Yahya ibn Adham (818), El-Hariri (1054-1122), Tusi (1201-1274), Ibn Taymiyah (1262-1328), Ibn Khaldun (1332-1406) dan Shah Waliullah (1702-1763). Setelah itu muncul pemikir-pemikir kontemporer abad ke-20 antara lain Fazlur Rahman, Baqir As-Sadr, Ali Shariati, Khurshid Ahmad, M. Nejatullah Shiddiqi, M. Umar Chapra, M. Abdul Mannan, Anas Zaqa, Monzer Kahf, Syed Nawab Haider Naqvi, M. Syafii Antonio, M. Azhar Basyir.

II. PEMBAHASAN Pengertian Ekonomi IslamEkonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi manusia yang perilakunya diatur berdasarkan aturan agama Islam dan didasari dengan tauhid sebagaimana dirangkum dalam rukun iman dan rukun Islam. Bekerja merupakan suatu kewajiban karena Allah swt memerintahkannya, sebagaimana firman-Nya dalam surat At Taubah ayat 105: Dan katakanlah, bekerjalah kamu, karena Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang yang beriman akan melihat pekerjaan itu. Karena kerja membawa pada keampunan, sebagaimana sabada Rasulullah Muhammad saw: Barang siapa diwaktu sorenya kelelahan karena kerja tangannya, maka di waktu sore itu ia mendapat ampunan. (HR.Thabrani dan Baihaq) Hasanuz Zaman dalam bukunya Fungsi Ekonomi Negara Islam (1984) meberikan definisi: Ekonomi Islam adalah pengetahuan dan aplikasi dan aturan syariah yang mencegah ketidakadilan dalam permintaan dan pembuangan sumber daya materi dalam rangka memberikan kepuasan kepada manusia dan memungkinkan mereka untuk melakukan kewajiban mereka kepada Allah dan masyarakat. Sedangkan MN Siddiqi dalam bukunya Peran Negara Dalam Ekonomi (1992) memberikan definisi: Ekonomi Islam adalah respon Para Pemikir Muslim untuk tantangan ekonomi zaman mereka. Dalam upaya ini mereka dibantu oleh Alquran dan sunnah serta dengan alasan dan pengalaman.Syed Nawab Heider Naqvi dalam bukunya Islam, Ekonomi, dan Masyarakat (1994) memberikan rumusan: Ekonomi Islam adalah perilaku perwakilan muslim dalam sebuah masyarakat muslim yang khas.Masih banyak lagi para ahli yang memberikan definisi tentang apa itu ekonomi Islam, namun penjelasan lebih menyeluruh tentang apa itu ekonomi Islam tergambar dalam rancang bangun ekonomi Islam. Sehingga ekonomi Islam dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku individu muslim dalam setiap aktivitas ekonomi syariahnya harus sesuai dengan tuntunan syariat Islam dalam rangka mewujudkan dan menjaga maqashid syariah (agama, jiwa, akal, nasab, dan harta). Asas-asas sistem Ekonomi IslamArtinya :Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka (bumi).Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Qs. Al-Qashash:77)

Daripada ayat diatas terdapat beberapa asas ekonomi Islam, diantaranya:1. Allah Pemilik Segala Sesuatu Allah memberikan kekayaan kepada manusia dan Dia adalah pemilik sebenar segala sesuatu. Artinya: Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah. (Qs.Thaha:6)2. Kekayaan di Dunia adalah untuk Mencari Kehidupan Akhirat Manusia mestilah menggunakan kekayaan yang diperolehinya di dunia untuk mendapatkan kehidupan yang baik dan sejahtera di Akhirat kelak. Ahli peniaga yang jujur lagi amanah adalah bersama-sama para nabi, para siddiqin dan para syuhada. (HR. Bukhari)3. Kebahagiaan di Dunia Tidak Boleh Diabaikan dalam Mendapatkan Akhirat Manusia tidak boleh mengabaikan kebahagiaannya di dunia ini. Manusia hendaklah bekerja sekuat- kuatnya untuk mendapatkan kebaikan di dunia dengan cara yang paling adil dan dibenarkan oleh undang-undang. Artinya:Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya. (Qs.Al-Maidah:87-88)4.Tetap Berlaku Adil Kepada Sesama Manusia Manusia mestilah berlaku baik terhadap sesama manusia. Hendaklah mereka melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan membantu orang0orang yang berada dalam kesusahan dan kesempitan. Artinya:Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya, demikian (pula) kepada fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridhaan Allah, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Qs.Ar-Rum:38)5.Tidak Boleh Melakukan Sebarang Kerusakan Manusia mesti mengelakkan dirinya daripada melakukan perbuatan-perbuatan dosa yang termasuk dalamnya kegiatan-kegiatan mencari hasil kekayaan yang tidak adil, membazirkan sumber-sumber dan hasil-hasil kekayaan serta melakukan penipuan dalam perniagaan. Artinya: Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui. (Qs.Al-Baqarah:188)

Prinsip prinsip ekonomi IslamDari asas-asas ekonomi Islam tersebut melahirkan prinsip-prinsip ekonomi Islam yang menjadi sistem hukum ekonomi Islam, diantaranya sebagai berikut.1. PemilikanMenurut sistem hukum ekonomi Islam: a) Pemilikan bukanlah penguasaan mutlak sumber-sumber ekonomi, tetapi kemampuan untuk memanfaatkannyab) Lama pemilikan atas sesuatu benda terbatas pada lamanya manusia hidup didunia ini dan kalau dia meninggal dunia, harta kekayaannya harus dibagikan kepada ahli warisnya menurut ketentuan yang ditetapkan Allah (Qs.An-Nisa ayat 7,11,12,176)c) Sumber-sumber daya alam yang menyangkut kepentingan umum atau yang menjadi hajat hidup orang banyak harus menjadi milik umum atau negara, atau sekurang-kurangnya dikuasai oleh negara untuk kepentingan umum atau orang banyak.2. KeseimbanganNilai dasar keseimbangan harus dijaga sebaik-baiknya, bukan saja antara kepentingan dunia dengan kepentingan akhirat, tetapi juga keseimbangan antara kepentingan perorangan dengan kepentingan umum. Di samping itu, harus dipelihara keseimbangan antara hak dan kewajiban.3. Keadilan Kata adil dalam Alquran disebut lebih dari 1.000 kali setelah perkataan Allah dan ilmu pengetahuan. Ini berarti prinsip keadilan diterapkan dalam setiap segi kehidupan manusia terutama dalam kehidupan hukum, sosial, politik, dan ekonomi, karena keadilan adalah titik tolak sekaligus proses dan tujuan semua tindakan manusia. Ketiga prinsip-prinsip ekonomi Islam diatas merupakan pangkal (asal) nilai-nilai instrumentalnya. Nilai instrumentalnya dimaksud ada lima, yaitu:a) ZakatZakat mempunyai fungsi yang penting dalam sistem ekonomi sehingga di dalam Alquran disebutkan sebanyak 82 ayat setelah perintah shalat, sehinnga zakat merupakan satu-satunya rukun Islam yang diwajibkan atas harta kekayaan seseorang menurut aturan tertentu. Zakat bukanlah pajak yang merupakan sumber pendapatan negara. Karena itu keduanya harus dibedakan. Zakat sebagai sumber dana masyarakat Islam, besar sekali manfaatnya apabila dikelola dengan manajemen yang baik dan dilaksanakan bersama dengan nilai instrument lainnya, yaitu pelarangan riba.b) Pelarangan riba dan judiRiba dan judi mempunyai dampak negatif dalam kehidupan sosial ekonomi dan sosial kemasyarakatan lainnya sehingga Allah SWT melarangnya. Pelarangan riba dan judi dapat dilihat pada Qs.Al-Baqarah ayat 275,276,278, disebutkan dengan tegas dan jelas mengenai pelarangan riba dan judi. Riba menurut sebagian ulama yang relevan dengan ekonomi ada dua, yaitu riba nasiah dan riba fadal. Riba nasiah adalah tambahan pada utang piutang berjangka waktu sebagai imbalan jangka waktu tersebut. Riba nasiah ini dilarang karena mengandung unsur-unsur eksploitasi, pemerasan, sedang unsur tolong-menolong yang dianjurkan dalam ajaran Islam hilam sama sekali. Adapun riba fadal adalah tambahan yang diperoleh seseorang sebagai pertukaran dua barang yang sejenis. Riba fadal ini juga dilarang karena bertentangan dengan ajaran Islam. Menurut Qardhawi bahwa riba merupakan AIDS dalam kehidupan dunia ekonomi yang dapat merontokkan kekebalan (immunity), dan mengancamnya kepada kemusnahan serta keruntuhan.c) Kerja sama ekonomiKerja sama dalam mewujudkan sistem hukum ekonomi Islam bersumber dari ajaran Islam diantaranya dapat disebut qirad. Qirad adalah kerja sama antara pemilik modal atau uang dengan pengusaha yang mempunyai keahlian, keterampilan atau tenaga dalam melaksanakan unit-unit ekonomi atau usaha.d) Jaminan sosialJaninan sosial merupakan salah satu nilai instrumental yang sangat penting dalam sistem hokum ekonomi Islam. Karena itu, melaksanakan jaminan sosial, manusia dapat mendekatkan diri kepada Allah, menjadikan mereka bersih dan berkembang, menghilangkan sifat tamak, dan mementingkan diri sendiri.e) Peran negaraPeranan negara pada umumnya dan pemerintah khususnya, sangat menentukan dalam nilai-nilai sistem hukum ekonomi Islam. Peranan tersebut diperlukan dalam aspek hokum, perencanaan, dan pengawasan alokasi atau distribusi sumber daya dan dana, pemerataan pendapatan dan kekayaan serta pertumbuhan dan stabilitas ekonomi.

Ciri-ciri sistem ekonomi IslamPembeda utama antara sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi lainnya adalah sumbernya. Sistem ekonomi Islam lahir dari sumber wahyu, sedang yang lain datang dari sumber akal. Karenanya, ciri ekonomi Islam sangat khas dan sempurna, yaitu: Ilahiah dan Insaniah.Berciri Ilahiah karena berdiri diatas dasar aqidah, syariat dan akhlaq. Artinya, ekonomi Islam berlandaskan kepada aqidah yang meyakini bahwa harta benda adalah milik Allah SWT, sedang manusia hanya sebagai khalifah yang mengelolanya (Istikhlaf), sebagaimana diamanatkan Allah SWT dalam surat Al-Hadid ayat 7.

Artinya:Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar. (Qs.Al-Hadid:7)Dan ekonomi Islam berpijak kepada syariat yang mewajibkan pengelolaan harta benda sesuai aturan syariat Islam, sebagaimana ditekankan dalam surat Al-Maidah ayat 48 bahwa setiap umat para Nabi punya aturan syariat dan sistem.Serta ekonomi Islam berdiri di atas pilar akhlaq yang membentuk para pelaku ekonomi Islam berakhlaqul karimah dalam segala tindakan ekonominya, sebagaimana Rasulullah SAW mengingatkan bahwasannya beliau diutus hanya untuk menyempurnakan kemuliaan-kemuliaan akhlaq.Berciri insaniah karena karena memiliki nilai kemanusiaan yang tinggi dan sempurna. Sistem ekonomi Islam tidak membunuh hak individu sebagaimana Allah SWT menyatakan dalam surat Al-Baqarah ayat 29 bahwa semua yang ada di bumi diciptakan untuk semua orang. Namun pada saat yang sama tetap memelihara hak sosial dengan seimbang, sebagaimana diamanatkan dalam surat Al-Israa ayat 29 bahwa pengelolaan harta tidak boleh kikir, tapi juga tidak boleh boros.Disamping itu, tetap menjaga hubungan dengan negara sebagaimana diperintahkan dalam surat An-Nisaa ayat 59 yang mewajibkan ketaatan kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW serta Ulil Amri yang dalam hal ini boleh diartikan penguasa (pemerintah) selama taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.Dengan kedua ciri diatas, aktivitas sistem ekonomi Islam terbagi dua: Pertama, individual yaitu aktivitas ekonomi yang bertujuan mendapatkan keuntungan materi bagi pelakunya, seperti perniagaan, pertukaran dan perusahaan. Kedua, sosial yaitu aktivitas ekonomi yang bertujuan memberikan keuntungan kepada orang lain, seperti pemberian, pertolongan dan perputaran. Tujuan ekonomi Islam1. Menunaikan sebahagian daripada tuntutan ibadahMengambil kira asas-asas dan ruang lingkup ciri-cirinya, nyatalah tujuan ekonomi Islam adalah bersifat ibadah dan melaksanakannya berarti melaksanakan sebahagian daripada tuntutan ibadah yang menyeluruh. Sabda Rasulullah SAW yang dimaksud: Sesungguhnya kamu tidak keluarkan satu nafkah pun yang kamu cari di jalan Allah melainkan kamu diberi pahaala kerananya, sekalipun nafkah yang kamu berikan untuk isterimu. (Bukhari, Muslim)Roh dibalik semua kegiatan ekonomi Islam ialah taawun atau kerjasama. Oleh karena itu siapapun yang membantu saudara-saudaranya dan masyarakatnya semata-mata untuk mendapatkan keridhaaan Allah, maka itu merupakan satu ibadah.2. Menegakkan keadilan sosial dan ekonomi dalam masyarakatKegiatan ekonomi yang berteraskan kepada kesaksamaan serta menghapuskan penindasan dan penipuan adalah satu sistem yang benar-benar dapat menegakkan keadilan sosial dan ekonomi dalam masyarakat. Di atas dasar inilah Islam membenarkan jual beli dan mengharamkan riba dan segala jenis penipuan.Sistem ekonomi yang berteraskan kepada kerjasama dan keseksamaan akan mewujudkan rasa kasih sayang, sifat tanggung jawab dan tolong-menolong di antara satu sama lain3. Menghapuskan kemiskinan dan mewujudkan keadaan guna tenaga penuh serta kadar perkembangan ekonomi yang optimumDalam pengertian ekonomi sebagai satu amanah Allah atas kaum muslimin, maka diantara tujuan ekonomi dalam Islam ialah untuk menghapuskan ataupun mengatasi masalah kemiskinan, mewujudkan peluang pekerjaan dan mengekalkan kadar pertumbuhan yang optimum dan sesuai menurut perkembangan kebendaan dan kerohanian masyarakat.4. Mewujudkan kestabilan barang sejajar dengan nilai mata uangSistem ekonomi mewujudkan kestabilan pasaran melalui sikap setiap anggota masyarakat yang tidak mementingkan diri sendiri serta senantiasa bersedia membantu dan berkorban demi kepentingan anggota masyarakat yang lain. Harga suatu barang di pasaran meningkat atau dinaikkan karena kekurangan sumber bahan ataupun karena bertambah permintaan biarlah dengan sebab yang betul dan di atas dasar yang makruf dan munasabah dan bukan untuk menyempitkan kehidupan masyarakat.Pelaksanaan sistem ekonomi Islam yang merupakan kesatuan terhadap asas-asas sosio-ekonomi dan politik ini bertujuan mengimbangkan nilai mata uang dengan pulangan barang dan perkhidmatan yang diperolehi oleh setiap anggota masyarakat, malah diantara negara-negara di dunia.5. Mengekalkan keamanan dan kepatuhan terhadap undang-undangRasa tidak puas hati manusia dalam sebuah masyarakat lantaran pengagihan ekonomi yang tidak seimbang dan aktivitas-aktivitas yang diarahkan hanya untuk menguntungkan pihak-pihak tertentu, akan membawa pelbagai gejala yang bahaya kepada manusia.Asas-asas ekonomi Islam bersandarkan kepada tuntutan-tuntutan iman dan akhlak serta sedikit kuat kuasa undang-undang. Namun dalam pengertian sistem akhlak Islam yang sebenarnya, tuntutan-tuntutan akhlak ini tidak dapat dilaksanakan secara teguh tanpa bernaung di bawah sistem yang mempunyai kewibawaan untuk menegakkan undang-undang. Dengan kesyumulan sistem-sistem Islam inilah, tujuan ekonomi dalam mewujudkan kepatuhan orang ramai terhadap undang-undang serta mengekalkan keamanan tercapai.6. Mewujudkan keharmonian hubungan antar bangsa dan menguatkan pertahanan negaraMenurut Islam, keharmonian hubungan antar bangsa wujud di atas dasar kerjasama sosial dan ekonomi, bukan di atas penindasan terhadap keduanya sebagaimana yang berlaku pada hari ini. Sebab itulah Islam juga tidak menganggap bahwa pertahanan negara hanya bergantung kepada semangat keimanan atau bilangan tenaga tentara yang ramai tetapi kekuatan pertahanan juga bergantung kepada kekuatan ekonomi, sama ada dari sudut produktifiti yang tinggi ataupun pandangan musuh yang senantiasa gerun terhadap negara Islam sendiri. Atas dasar ini Allah memerintahkan kaum muslimin agar bersiap sedia dengan apa saja kekuatan yang dapat menimbulkan rasa takut musuh terhadap mereka. Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan). (Qs.Al-Anfal:60)

Manfaat Ekonomi IslamApabila mengamalkan ekonomi Islam akan mendatangkan manfaat yang besar bagi umat Islam itu sendiri berupa:a) Mewujudkan integritas seorang muslim yang kaffah, sehingga Islamnya tidak parsial. Apabila ada orang Islam yang masih bergelut dan mengamalkan ekonomi konvensional yang mengandung riba, berarti keislamannya belum kaffah, sebab ajaran ekonomi Islam diabaikannyab) Menerapkan dan mengamalkan ekonomi Islam mendapatkan keuntungan di dunia dan di akhirat. Keuntungan di dunia berupa keuntungan bagi hasil dan keuntungan akhirat adalah terbebasnya dari unsur riba yang diharamkan. Selain itu, seorang muslim yang mengamalkan ekonomi Islam, mendapatkan pahala, karena telah mengamalkan ajaran Islam dan meninggalkan aktivitas ribac) Praktik ekonominya berdasarkan syariat Islam bernilai ibadah, karena telah mengamalkan syariat Allah SWTd) Mengamalkan ekonomi Islam berarti mendukung kemajuan lembaga ekonomi umat Islam itu sendiri e) Mengamalkan ekonomi Islam berarti mendukung gerakan amar maruf nahi munkar, sebab dana yang terkumpul tersebut hanya boleh dimanfaatkan untuk usaha-usaha atau proyek-proyek halal. Sumber Hukum Ekonomi IslamAda berbagai metode pengambilan hukum (istinbath) dalam Islam, yang secara garis besar dibagi atas yang telah disepakati oleh seluruh ulama dan yang masih menjadi perbedaan pendapat, dimana secara khusus hal ini dapat dipelajari dalam disiplin ilmu ushl fiqh. Berikut ini akan dijelaskan metode pengambilan hukum yang telah disepakati oleh seluruh ulama, terdiri atas Alquran, Hadits & Sunnah, Ijma, dan Ijtihad & Qiyas.a) AlquranSumber hukum Islam yang abadi dan asli adalah kitab suci Alquran. Alquran merupakan amanat seungguhnya yang disampaikan Allah melalui ucapan Nabi Muhammad SAW untuk membimbing umat manusia. Amanat ini bersifat universal, abadi, dan fundamental. Pengertian Alquran adalah sebagai wahyu Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW melalui perantaraan malaikat Jibril. Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk menjadikan Alquran itu sebagai pedoman hidup kita agar kita tidak tersesat dari jalan yang lurus. Pedoman hidup ini bukan saja hanya dalam ibadah ritual semata, melainkan juga diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengamalkan ilmu Allah itu, Allah akan mencurahkan rahmatnya kepada kaum tersebut. Dan alangkah beruntungnya umat Islam yang menjalankan syariat Islam dengan sungguh-sungguh dalam setiap aktivitas perekonomian, maka akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Sehingga dalam setiap penarikan dan pembuatan hukum ekonomi haruslah mencari rujukan terlebih dahulu di dalam Alquran apakah hal tersebut dilarang oleh syariat atau tidak. Apabila tidak ditemukan dalam Alquran mengenai hukum ekonomi yang ingin kita tarik kesimpulan, maka kita dapat mencarinya dalam sumber hukum Islam yang lain yaitu Hadits dan Sunnah. b) Hadits dan SunnahDalam konteks hukum Islam, sunnah yang secara harfiah berarti cara, adat istiadat, kebiasaan hidup mengacu pada perilaku Nabi Muhammad SAW yang dijadikan teladan. Sunnah sebagian besar didasarkan pada praktek normatif masyarakat di jamannya. Pengertian sunnah mempunyai arti tradisi yang hidup pada masing-masing generasi berikutnya. Suatu sunnah harus dibedakan dari hadits yang biasanya merupakan cerita singkat, yang pada pokoknya berisi informasi mengenai apa yang dikatakan, diperbuat, disetujui, dan tidak disetujui oleh Nabi Muhammad SAW, atau informasi mengenai sahabat-sahabatnya. Karena itu hadits adalah sesuatu yang bersifat teorik, sedangkan sunnah adalah pemberitaan sesungguhnya. Namun kita tidak usah terlalu memperdebatkan antara perbedaan hadits dan sunnah, karena secara substansi keduanya sama. Hadits dan sunnah ini hadir sebagai tuntunan pelengkap setelah Alquran yang menjadi pedoman hidup umat muslim dalam setiap tingkah lakunya. Dan menjadi sumber hukum dari dari setiap pengambilan keputusan dalam ilmu ekonomi Islam. Hadits dan dapat menjadi pelengkap serta penjelas mengenai hukum ekonomi yang masih bersifat umum maupun yang tidak terdapat dalam Alquran. Hubungan sunnah dengan Alquran yaitu:1. Bayan tafsir, dimana sunnah menerangkan ayat-ayat yang sangat umum, mujmal dan musytarak2. Bayan taqriri, yaitu sunnah berfungsi untuk memperkokoh dan memperkuat pernyataan dalam ayat-ayat Alquran3. Bayan taudih, yaitu sunnah yang menerangkan maksud dan tujuan sesuatu ayat dalam Alquranc) IjmaIjma yang sebagai sumber hukum ketiga merupakan konsensus baik dari masyarakat maupun dari cendekiawan agama. Perbedaan konseptual antara sunnah dan ijma terletak pada kenyataan bahwa sunnah pada pokoknya terbatas pada ajaran-ajaran Nabi dan diperluas pada sahabat karena mereka merupakan sumber bagi penyampaiannya. Sedangkan ijma adalah suatu prinsip hukum baru yang timbul sebagai akibat dari penalaran atas setiap perubahan yang terjadi di masyarakat, termasuk dalam bidang ekonomi. Ijma merupakan faktor yang paling ampuh dalam memecahkan kepercayaan dan praktek rumit kaum muslimin. Ijma ini memiliki kesahihan dan daya fungsional yang tinggi setelah Alquran dan hadits serta sunnah. Karena merupakan hasil konsensus bersama para ulama yang ahli di bidangnya, sehingga ijma hanya dapat diakui sebagai suatu hukum apabila telah disepakati oleh para ulama yang ahli. Akan tetapi ada beberapa pihak yang seringkali meragukan hasil ijma ulama, dan lebih cenderung mempercayai hasil pengambilan hukum oleh sendiri meskipun pengambilan hukum tersebut seringkali salah. Hal inilah yang saat ini banyak terjadi, dimana perkembangan pemikiran yang timbul banyak yang bertentangan dengan prinsip syariat.d) Ijtihad dan QiyasSecara teknik, ijtihad berarti meneruskan setiap usaha untuk menentukan sedikit banyaknya kemungkinan suatu persoalan syariat. Pengaruh hukumnya ialah bahwa pendapat yang diberikannya mungkin benar, walaupun mungkin juga keliru. Maka ijtihad mempercayai sebagian dari proses penafsiran dan penafsiran kembali, dan sebagian pada deduksi analogis dengan penalaran. Di abad-abad dini Islam, Ray (pendapat pribadi) merupakan alat pokok ijtihad. Tetapi ketika asas-asas hukum telah ditetapkan secara sistematik, hal itu kemudian digantikan oleh qiyas. Terdapat bukti untuk menyatakan bahwa kebanyakan para ahli hukum dan ahli teologi menganggap qiyas sah menurut hukum tidak hanya aspek intelektual, tetapi juga dalam aspek syariat. Peranan qiyas adalah memperluas hukum ayat kepada permasalahan yang tidak termasuk dalam bidang syarat-syaratnya, dengan alasan sebab efektif yang biasa bagi kedua hal tersebut dan tidak dapat dipahami dari pernyataan (mengenai hal yang asli). Menurut para ahli hukum, perluasan undang-undang melalui analogi tidak membentuk ketentuan hukum yang baru, melainkan hanya membantu untuk menemukan hukum.

III. PENUTUPSimpulan Pada makalah ini kami menyimpulkan bahwa :1. Ilmu Ekonomi Islam, merupakan suatu sistem perekonomian yang diatur berdasarkan syariat Islam representatif dalam masyarakat muslim modern, tentunya berpedoman kepada al-quran dan hadits. 2. Berdasarkan komposisinya, ia bersifat normatif, bukan bersifat positif sebagaimana ilmu ekonomi neo-klasik. Orang awam sering membedakan, bahwa sistem ekonomi neo-klasik identik kapitalis-liberal dibangun dengan prinsip menang-kalah. Siapa yang kuat dialah yang medominasi dan dialah yang jaya, sedangkan ekonomi lslam mempunyai prinsip kebersamaan, dan yang lebih penting rekomendasi langsung dari pemegang otoritas,yaitu Allah SWT.3. Nilai yang terkandung dalam ekonomi Islam yaitu Nilai Tauhid yang berarti keyakinan kepada Allah SWT sebagai pemilik segala sesuatu (asas ekonomi Islam), keyakinan kepada Allah SWT sebagai pemberi rizki (Qs.Huud:6), pemberi dan pembuat aturan untuk kemaslahatan hidup umat manusia (Qs.Ar-ruum:30), sekaligus yang mewajibkan manusia untuk mencari rezeki dan karunia-Nya (Qs.Al-Mulk:15) untuk kemudian dipertanggungjawabkan kelak kemudian hari di hadapan-Nya.

-------------------------------------------o0o------------------------------------------

DAFTAR PUSTAKA

Zainuddin Ali,Haji. 2009. Hukum Ekonomi Syariah. Jakarta: Sinar Grafika.Arief Furqan, Haji. 2002. Islam Untuk Disiplin Ilmu Ekonomi. Jakarta: Departemen Agama RI.Saefuddin, A.M.1984. Studi Sistem Ekonomi Islam. Jakarta: Media Dakwah.Muhammad Abdul Mannan. 1993. Teori dan Praktek Ekonomi Islam. Jakarta: Dana Bhakti Wakaf.Prawiranegara, Syafruddin. Tanpa Tahun. Sistem Ekonomi Islam. Jakarta: UI Press.Noer, Deliar. 1995. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.Sudarsono, Heri. Tanpa Tahun. Konsep Ekonomi Islam Suatu Pengantar. Yogyakarta: Ekonesia.Yuliadi, Imamuddin.2001. Ekonomi Islam Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

- 14 - | Pendidikan Agama Islam I