makalah ekologi umum

Upload: fauzan-nafarin

Post on 29-Oct-2015

364 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pengembangan ekspansi perkebunan secara cepat memberikan tekanan pada lingkungan. Sedangkan perkebunan dikelola dengan baik dan petani kecilkelapa sawit melayani sebagai model pertanian berkelanjutan, dalam halkinerja ekonomi maupun tanggung jawab sosial dan lingkungan, adakekhawatiran bahwa tidak semua minyak kelapa sawit selalu diproduksisecara berkelanjutan. Pengembangan perkebunan baru telah mengakibatkankonversi areal hutan dengan nilai konservasi tinggi dan telah mengancamkeanekaragaman hayati yang kaya dalamekosistem.Akibat permasalahan itu maka dibentuklah Roundtable on Sustainable PalmOil (RSPO) dan Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO). Pada tanggal 8April 2004,organisasi tersebut resmi didirikanyang berpusat di Zurich, Swiss dan ,Sekretariat berbasis di Kuala LumpurdengankantorPenghubungRSPOdiJakarta. Pelaksanaan ISPO akan dilakukan dengan memegang teguh prinsip pembinaan dan advokasi serta bimbingan kepada perkebunan kelapa sawit yang merupakan tugas pemerintah. Oleh karena itu tahap pertama dari pelaksanaan sertifikasi ISPO adalah klasifikasi. Klasifikasi ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian 07 Tahun 2009 tentang Pedoman Penilaian Usaha Perkebunan sedangkan sertifikasi merupakan tuntutan perdagangan internasional yang dilaksanakan sesuai ketentuan internasional yang antara lain memenuhi kaedah International Standard Organization (ISO). Kementerian Pertanian akan melaksanakan penilaian untuk sertifikasi ISPO secara transparan dan independen.Mengapaminyaksawitberkelanjutan? Didorong oleh semakin meningkat permintaan global untukminyak nabati, beberapa dekade terakhir telah melihat ekspansi yang cepatdalam produksi dua minyak nabati utama, soya oil di Amerika Selatan danminyak sawit di daerah tropis dan peregangan ke dalam sub-tropis.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian RSPO dan ISPO ?2. Apa saja prinsip RSPO dan ISPO ?3. Perbandingan RSPO dan ISPO ?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian RSPO dan ISPO ?2. Untuk mengetahui apa saja prinsip-prinsip RSPO dan ISPO ?3. Untuk mengetahui perbandingan RSPO dan ISPO ?

BAB IIPEMBAHASAN

A. PENGERTIAN RSPO DAN ISPO

1. RSPORSPO secara harfiah memiliki arti sebagai suatu konferensi atau perundingan (roundtable) para stakesholder untuk menciptakan perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan/lestari (sustainable palm oil). Hal ini dilatarbelakangi oleh banyaknya pembukaan lahan untuk perkebunan yang dilakukan dengan tidak bertanggung jawab seperti membakar, merusak hutan konservasi ataupun kawasan konservasi dan juga pemeliharaan perkebunan yang kurang tepat juga seperti penyemprotan di pinggir parit yang dapat meracuni keanekaragaman hayati, penggunaan pestisida berbahaya, dan lain-lain.

Gambar 2.1. Logo RSPO

2. ISPOIndonesian Sustainable Palm Oil System (ISPO) adalah suatu kebijakan atauyang d suatu perundingan oleh Pemerintah Indonesia dengan tujuan untuk menciptakan perkebunan kelapa sawit yang lestari dan meningkatkan daya saing minyak sawit Indonesia di pasar dunia dan ikut berpartisipasi dalam rangka memenuhi komitmen Presiden Republik Indonesia untuk mengurangi gas rumah kaca serta memberi perhatian terhadap masalah lingkungan.

Gambar 2.2. Logo ISPO

B. PRINSIP RSPO

Adapun prinsip-prinsip RSPO terbagi menjadi 8 dan terdapat kriteria sebagai berikut :

1. TRANSPARANSI

Kriteria 1.1Para produsen(growers)kelapa sawit memberikan informasi lengkap kepada para pengambil keputusan dalam bahasa dan bentuk yang sesuai, dan secara tepat waktu, agar dapat berperanserta dengan baik dalam pengambilan keputusan.

Kriteria 1.2 Dokumen-dokumen manajemen dapat diperoleh oleh masyarakat umum kecuali jika dilindungi oleh kerahasiaan komersial atau jika publikasi informasi tersebut akan menimbulkan dampak negatif pada lingkungan hidup dan masyarakat.

2. MEMENUHI HUKUM DAN PERATURAN YANG BERLAKU.

Kriteria 2.1 Patuh terhadap hukum dan peraturan setempat, nasional maupun internasional yang telah diratifikasi.

Kriteria 2.2Hak penggunaan lahan jelas dan tidak dalam status sengketa.

Kriteria 2.3Penggunaan lahan untuk kelapa sawit tidak mengganggu hak-hahukum atau adat pengguna lain, tanpa persetujuan sukarela mereka yang diberitahukan sebelumnya.

3. KOMITMEN TERHADAP KELAYAKAN EKONOMI DAN KEUANGAN.

Kriteria 3.1Produktivitas dan kualitas jangka panjang optimal hasil panen dan produk-produk dicapai melalui praktik-praktik agronomi, pengolahan dan manajemen.

Kriteria 3.2Praktek-praktek produsen dan pabrik pengolah cukupoptimal untuk mempertahankan produksi minyak sawit yang bermutu tinggi.

4. PENGGUNAAN LAHAN DAN PABRIK SECARA TEPAT.

Kriteria 4.1Tatacara operasi terdokumentasikan dengan baik dan diimpelemtasikan serta dipantau secara taat asas (konsisten).

Kriteria 4.2Praktek-praktik mempertahankan, dan jika memungkinkan meningkatkan, kesuburan tanah berada pada tingkat yang dapat menjamin hasil yang banyak dan berkelanjutan.

Kriteria 4.3Praktek-praktik yang meminimalisasi dan mengendalikan erosi serta degradasi tanah.Kriteria 4.4Praktek-praktik ditujukan pada penjagaan mutu dan ketersediaan air permukaan dan air tanah.

Kriteria 4.5Hama, penyakit, gulma, dan spesies pengganggu lain dapat dikendalikan dengan baik dan penggunaanbahan kimia dilakukan secara optimal atas dasar teknik Manajemen Hama Terpadu (IPM).

Kriteria 4.6Bahan kimia (Obat) digunakan dengan cara yang tidak membahayakan kesehatan atau lingkungan hidup.

Kriteria 4.7 Aturan keselamatan dan kesehatan kerja dilaksanakan.

Kriteria 4.8 Semua staf, pekerja, petani dan kontraktor dilatih dengan baik.

5. TANGGUNG JAWAB LINGKUNGAN DAN KONSERVASI KEKAYAAN ALAM DAN KEANEKA RAGAMAN HAYATI.

Kriteria 5.1 Dilakukan penilaian mengenai dampak lingkungan kelapa sawit yang ditanam, baik positif maupun negatif, dan hasilnya dimasukkan ke dalam perencanaan manajemen serta dilaksanakan dalam prosedur operasional.

Kriteria 5.2Membangun pemahaman tentang spesies dan habitat tumbuhan dan hewan yang berada di dalam dan di sekitar areal penanaman.

Kriteria 5.3Rencana dikembangkan, diimplementasikan dan dipantau untuk menangani keragaman biota di dalam dan di sekitar areal penanaman.

Kriteria 5.4Limbah dimusnahkan, didaur ulang, dimanfaatkan kembali dan dibuang dengan cara yang ramah lingkungan dan ramah sosial.

Kriteria 5.5Memaksimalkan efisiensi penggunaan energi dan penggunaan energi yang terbaharukan.

Kriteria 5.6Menghindari pembakaran untuk memusnahkan limbah dan mempersiapkan lahan penanaman kembali kecuali dalam situasi khusus.

Kriteria 5.7Mengembangkan, melaksanakan dan memantau rencana pengurangan polusi dan emisi, termasuk gas rumah kaca.

6. BERTANGGUNG JAWAB ATAS BURUH, INDIVIDU, KOMUNITAS YANG TERKENA DAMPAK PERKEBUNAN DAN PABRIK.

Kriteria 6.1Menilai dampak sosial, baik positif maupun negatif, dari kelapa sawit yang ditanam dan diolah, dan memasukkan hasilnya ke dalam perencanaan manajemen dan dilaksanakan dalam tatacara operasional.

Kriteria 6.2Terdapat metoda yang terbuka dan transparan untuk melakukan komunikasi dan konsultasi antara produsen(growers)dan/atau pabrik pengolah, masyarakat setempat dan pihak-pihak lain yang terkena dampak atau berkepentingan.

Kriteria 6.3Terdapat sistem yang disepakati bersama dan terdokumentasi untuk menangani keluhan dan ketidaksetujuan, yang dilaksanakan dan diterima oleh semua pihak.

Kriteria 6.4Setiap negosiasi mengenai kompensasi atas hilangnya hak hukum atau adat ditangani melalui sebuah sistem yang terdokumentasi yang memungkinkan penduduk pribumi, masyarakat setempat dan para pengambil keputusan dapat menyatakan pandangan mereka melalui lembaga perwakilan mereka sendiri.

Kriteria 6.5Majikan memastikan agar upah dan syarat kerja memenuhi paling tidak standar hukum atau standar industri minimum serta cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar pekerja dan memperoleh penghasilan wajar.Kriteria 6.6Majikan menghargai hak semua pekerja untuk mendirikan dan ikut dalam serikat pekerja yang mereka pilih dan untuk menentukan posisi tawar(bargain)mereka secara kolektif. Jika undangundang melarang hak kebebasan berserikat dan menentukan posisi tawar mereka secara kolektif, majikan memfaslitasi sarana berserikat secara mandiri dan bebas dan penentuan posisi tawar semua pekerja.

Kriteria 6.7Dilarang mempekerjakan anak-anak. Anak-anak tidak dihadapkan pada suasana kerja yang berisiko. Anak-anak hanya boleh bekerja pada perkebunan keluarga, dengan pengawasan orang dewasa, dan selama tidak mengganggu program pendidikannya.

Kriteria 6.8Majikan tidak boleh terlibat dalam atau mendukung diskriminasi berdasarkan ras, kasta, asal negara, agama, cacat tubuh, jenis kelamin, orientasi seksual, keanggotaan serikat pekerja, afiliasi politikatau usia.

Kriteria 6.9Para produsen dan pabrik pengolahan berhubungan secara baik dan terbuka dengan para petani kecil dan pengusaha setempat.

Kriteria 6.10Para produsen(growers)dan pabrik pengolahan memberikan sumbangsih terhadap pembangunan wilayah jika memungkinkan.

7. PENGEMBANGAN PERKEBUNAN BARU YANG BERTANGGUNG JAWAB.

Kriteria 7.1Melakukan penilaian dampak sosial dan lingkungan yang menyeluruh dan melibatkan semua pihak sebelum melakukan penanaman atau operasi baru, atau memperluas perkebunan yang sudah ada, dan hasilnya dimasukkan ke dalam perencanaan, manajemen dan operasi.Kriteria 7.2Menggunakan informasi survei tanah dan topografi untuk perencanaan lokasi penanaman baru, dan hasilnya dimasukkan ke dalam rencana dan operasi.

Kriteria 7.3Penanaman baru sejak [tanggal diterapkannya kriteria RSPO] belum menggantikan hutan primer atau setiap daerah yang mengandung satu atau lebih Nilai-Nilai Tinggi Pelestarian [sisipkan tanggal jika Kriteria RSPO diterapkan].

Kriteria 7.4Dilarang mengembangkan perkebunan di dataran yang curam, dan/atau di pinggir serta tanah yang rapuh.

Kriteria 7.5Tidak boleh melakukan penanaman baru di atas tanah rakyat setempat tanpa persetujuan sukarela yang diberitahukan sebelumnya, yang ditangani dengan sistem terdokumentasi yang memungkinkan penduduk pribumi, masyarakat setempat dan para pengambil keputusan mengungkapkan pandanganpandangan mereka melalui lembaga-lembaga perwakilan mereka sendiri.

Kriteria 7.6Masyarakat setempat diberi kompensasi atas setiap pengambilalihan lahan dan pengalihan hak yang disepakati, sesuai dengan persetujuan sukarela yang diberitahukan sebelumnya dan kesepakatan yang telah dirundingkan.

Kriteria 7.7Dilarang melakukan pembakaran untuk menyiapkan penanaman baru kecuali dalam situasi khusus.8. KOMITMEN TERHADAP PERBAIKAN TERUS MENERUS PADA WILAYAH WILAYAH UTAMA AKTIVITAS.

Kriteria 8.1Produsen(grower)secara rutin memantau dan mengkaji ulang kegiatan-kegiatan mereka dan mengembangkan serta melaksanakan program kerja yang memungkinkan peningkatan nyata dan sinambung dalam operasi-operasi utama.

C. PRINSIP ISPOAda tujuh prinsip ISPO yang wajib dipenuhi agar usaha di bidang perkebunan kelapa sawit mendapatkan sertifikasi ISPO. Jika tidak, maka tidak akan lolos.Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil/ISPO) adalah sistem usaha di bidang perkebunan kelapa sawit yang layak ekonomi, layak sosial, dan ramah lingkungan didasarkan pada peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia.1. Sistem Perizinan dan Manajemen PerkebunanMenyangkut perizinan dan sertifikat, pengelola perkebunan harus memperoleh perizinan serta sertifikat tanah dari pejabat yang berwenang kecuali kebun-kebun konversi hak barat (erfpahct). Perizinan meliputi IUP, IUP-B, IUP-P, SPUP, ITUP, Izin/Persetujuan Prinsip.2. Penerapan Pedoman Teknis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit.Untuk pedoman teknis budidaya, pembukaan lahan memenuhi kaidah-kaidah konservasi tanah dan air, konservasi terhadap sumber dan kualitas air. Perkebunan dalam menghasilkan benih unggul bermutu harus mengacu kepada Peraturan perundangundangan yang berlaku dan baku teknis perbenihan.3. Pengelolaan dan Pemantauan LingkunganPengelola perkebunan yang memiliki pabrik harus melaksanakan kewajiban pengelolaan dan pemantauan lingkungan sesuai ketentuan yang berlaku. Pengelola perkebunan harus melaksanakan kewajibannya terkait AMDAL, UKL dan UPL sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pengelola perkebunan harus melakukan pencegahan dan penanggulangan kebakaran. Pengelola perkebunan harus menjaga dan melestarikan keaneka ragaman hayati pada areal yang dikelola sesuai dengan ijin usaha perkebunannya.4. Tanggung Jawab Terhadap PekerjaPengelola perkebunan wajib memiliki sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3), Pengelola perkebunan harus memperhatikan kesejahteraan pekerja dan meningkatkan kemampuannya. Pengelola perkebunan tidak boleh mempekerjakan anak di bawah umur dan melakukan diskriminasi. Pengelola perkebunan harus memfasilitasi terbentuknya serikat pekerja dalam rangka memperjuangkan hak-hak karyawan/buruh. Perusahaan mendorong dan memfasilitasi pembentukan koperasi pekerja.5. Tanggung Jawab Sosial dan KomunitasPengelola perkebunan harus memiliki komitmen sosial, kemasyarakatan dan Pengembangan potensi kearifan lokal. Dalam hal ini ada dua indikator, pertama, tersedia komitmen tanggung jawab sosial dan lingkungan kemasyarakatan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat setempat. Kedua, tersedia rekaman realisasi komitmen tanggung jawab sosial dan lingkungan kemasyarakatan.6. Pemberdayaan Kegiatan Ekonomi MasyarakatPengelola perkebunan memprioritaskan untuk memberi peluang pembelian/pengadaan barang dan jasa kepada masyarakat di sekitar kebun. Tersedia Rekaman transaksi lokal termasuk pembelian lokal, penggunaan kontraktor lokal, dll menjadi indikatornya.7. Peningkatan Usaha Secara BerkelanjutanPengelola perkebunan dan pabrik harus terus menerus meningkatkan kinerja (sosial, ekonomi dan lingkungan) dengan mengembangkan dan mengimplementasikan rencana aksi yang mendukung peningkatan produksi berkelanjutan. Tersedia rekaman hasil penerapan perbaikan/peningkatan yang dilakukan merupakan indikatornya.

D. PERBANDINGAN RSPO DAN ISPO

RSPOISPO

Standar yang disusun oleh asosiasi nirlaba pemangku kepentingan terkait kelapa sawit atas desakan konsumen Uni Eropa. Di luar Uni Eropa, belum ada tuntutan konsumen untuk menerapkan sustainability seperti RSPO.Standar yang mengacu pada Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia No.19/Permentan/ OT.140/3/2011 tanggal 29 Maret 2011 yang diterbitkan dalam rangka pemenuhansustainabilitysebagai amanah UUD 1945.

RSPO bersifatvoluntarily(sukarela), sehingga kurang kuat penegakannya (enforcement), dan tidak berbasis peraturan pemerintah .ISPO adalahmandatory(wajib bagi seluruh perusahaan kelapa sawit di Indonesia) Penegakannya kuat (enforcement) , karena didasarkan atas peraturan dan ketentuan Pemerintah .Seluruh perusahaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia wajib menaati ketentuan ISPO mulai dari hulu (kebun) hingga hilir (pengolahan hasil) paling lambat sampai dengan tanggal 31 Desember 2014

Tidak ada prasyarat bagi perusahaan perkebunan kelapa sawit untuk sertifikasi RSPO.Ada prasyarat yakni penilaian usaha perkebunan (Kelas I, Kelas II, dan Kelas III) hanya yang dapat mengajukan permohonan sertifikasi ISPO.

RSPO memiliki 8 prinsip, 39 kriteria dan 139 indikator (65 indikator mayor dan 74 indikator minor).ISPO memiliki 7 prinsip, 41 kriteria dan 126 indikator. Tidak ada indikator mayor dan minor, karena seluruh indikator merupakan hal hal yang diminta oleh peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia, sehingga bersifat wajib dipenuhi.

RSPOISPO

Standar yang disusun oleh asosiasi nirlaba pemangku kepentingan terkait kelapa sawit atas desakan konsumen Uni Eropa. Di luar Uni Eropa, belum ada tuntutan konsumen untuk menerapkan sustainability seperti RSPO.Standar yang mengacu pada Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia No.19/Permentan/ OT.140/3/2011 tanggal 29 Maret 2011 yang diterbitkan dalam rangka pemenuhansustainabilitysebagai amanah UUD 1945.

RSPO bersifatvoluntarily(sukarela), sehingga kurang kuat penegakannya (enforcement), dan tidak berbasis peraturan pemerintah .ISPO adalahmandatory(wajib bagi seluruh perusahaan kelapa sawit di Indonesia) Penegakannya kuat (enforcement) , karena didasarkan atas peraturan dan ketentuan Pemerintah .Seluruh perusahaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia wajib menaati ketentuan ISPO mulai dari hulu (kebun) hingga hilir (pengolahan hasil) paling lambat sampai dengan tanggal 31 Desember 2014

Tidak ada prasyarat bagi perusahaan perkebunan kelapa sawit untuk sertifikasi RSPO.Ada prasyarat yakni penilaian usaha perkebunan (Kelas I, Kelas II, dan Kelas III) hanya yang dapat mengajukan permohonan sertifikasi ISPO.

RSPO memiliki 8 prinsip, 39 kriteria dan 139 indikator (65 indikator mayor dan 74 indikator minor).ISPO memiliki 7 prinsip, 41 kriteria dan 126 indikator. Tidak ada indikator mayor dan minor, karena seluruh indikator merupakan hal hal yang diminta oleh peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia, sehingga bersifat wajib dipenuhi.

BAB IIIPENUTUP

A. KESIMPULAN

RSPO adalah konferensi atau perundingan (roundtable) para stakesholder untuk menciptakan perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan/lestari yang sangat bermamfaat dalam pembukaan lahan yang ramah lingkungan dan berdampak positif.Indonesian Sustainable Palm Oil System (ISPO) adalah suatu kebijakan atauyang d suatu perundingan oleh Pemerintah Indonesia dengan tujuan untuk menciptakan perkebunan kelapa sawit yang lestari dan meningkatkan daya saing minyak sawit Indonesia di pasar dunia dan ikut berpartisipasi dalam rangka memenuhi komitmen Presiden Republik Indonesia untuk mengurangi gas rumah kaca serta memberi perhatian terhadap masalah lingkungan.RSPO bersifatvoluntarily(sukarela), sehingga kurang kuat penegakannya (enforcement), dan tidak berbasis peraturan pemerintah Sedangkan ISPO adalahmandatory(wajib bagi seluruh perusahaan kelapa sawit di Indonesia) Penegakannya kuat (enforcement) , karena didasarkan atas peraturan dan ketentuan Pemerintah Seluruh perusahaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia wajib menaati ketentuan ISPO mulai dari hulu (kebun) hingga hilir (pengolahan hasil) paling lambat sampai dengan tanggal 31 Desember 2014.

B. SARANDalam pembukaan lahan maupun pengelolaan harus dipikirkan dahulu dampak terhadap lingkungan baik secara positif maupun negatif karena itu daanya RSPO dan ISPO dalam pengaturan yang berdampak menguntungkan baik dari segi ppengusaha maupun masyarakat.

3