makalah desi

43
KATA PENGANTAR Puji syukur kita ucapkan kehadirat Tuhan YME karena berkat rahmat dan karunianya saya dapat menyelesaikan penulisan makalah mata kuliah Landasan Ilmu Pendidikan yang berjudul “Pendidikan dan Nilai-Nilai Budaya, Perbandingan Pendididikan di Indonesia, Australia, Amerika Serikat, dan Jepang” yang diampu oleh Bapak Prof. Dr. Azwar Ananda, MA. Penyusunan makalah ini dilatarbelakangi sebagai tugas pribadi mata kuliah. Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh kerena itu, diharapkan kritik dan saran dari pembaca semua demi kesempurnaan makalah ini dimasa yang akan datang. demikianlah yang dapat saya sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin. Penulis, Desi Ariyanti Naspin 1

Upload: desi-naspin

Post on 21-May-2015

5.208 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah desi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kehadirat Tuhan YME karena berkat rahmat dan

karunianya saya dapat menyelesaikan penulisan makalah mata kuliah Landasan Ilmu

Pendidikan yang berjudul “Pendidikan dan Nilai-Nilai Budaya, Perbandingan Pendididikan

di Indonesia, Australia, Amerika Serikat, dan Jepang” yang diampu oleh Bapak Prof. Dr.

Azwar Ananda, MA. Penyusunan makalah ini dilatarbelakangi sebagai tugas pribadi mata

kuliah.

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat

kekurangan. Oleh kerena itu, diharapkan kritik dan saran dari pembaca semua demi

kesempurnaan makalah ini dimasa yang akan datang. demikianlah yang dapat saya

sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Penulis,

Desi Ariyanti

Naspin

1

Page 2: Makalah desi

BAB IPENDAHULUAN

Hubungan antara pendidikan dan kebudayaan adalah hubungan antara aktivitas

dan isinya. Pendidikan adalah suatu proses, satu lembaga, dan satu aktivitas. Sedangkan

kebudayaan adalah isi di dalam proses tersebut, isi suatu lembaga dan aktivitas

pendidikan itu. Pendidikan baik sebagai lembaga maupun sebagai aktivitas memusatkan

peranannya kepada pengoperan kebudayaan. Pendidikan berfungsi sebagai agent of

social-reproduction atau sebagai transmission of culture. Pewarisan kebudayaan dapat

dilakukan dengan sarana pendidikan, baik formal maupun nonformal. Agar tradisi

kebudayaan tetap hidup dan berkembang setiap masyarakat dapat mewariskannya

kepada generasi yang lebih muda. Namun dalam konteks kebudayaan banyak orang

mempertanyakan pendidikan kita. Mengapa sistem pendidikan tidak memperkuat dan

mengembangkan budaya sendiri? Mengapa bangsa kita mudah terpengaruh oleh

budaya asing? Mengapa budaya asli kita tidak dapat menahan intervensi globalisasi

yang datang?.

Setiap bangsa, negara-negara merdeka terutama dalam zaman modern seperti

sekarang ini selalu menyelenggarakan pendidikan demi cita-cita nasional bangsa

tersebut. Pendidikan yang berdasarkan kepada filsafat bangsa dan cita-cita nasional itu

dikenal sebagai pendidikan nasional. Wild menyimpulkan tujuan pendidikan nasional

sebagai berikut: “nationalism in education aims, in its ultimate analysis, as the

preservation and glorification of the state. The state is usually conceived of as a society

organized for the primary purposes of protecting those who make up this society from the

dangers of external attack and internal disintegration (nasionalisme dalam pendidikan

bertujuan terutama memelihara dan memuliakan negara. Negara biasanya diartikan

sebagai suatu masyarakat yang disusun demi tujuan utamanya melindungi warga negara

dari bahaya serangan luar dan disintegrasi yang terjadi di dalam negara/bangsa itu

sendiri”.

Pelaksanaan pendidikan nasional biasanya tidak selamanya harus

diselenggarakan oleh negara, pemerintah, kecuali di negara-negara sistem otoriter,

khususnya negara komunis. Dinegara-negara tersebut, prinsip-prinsip kebebasan individu

tidak ada, maka semua pendidikan, public education diselenggarakan oleh negara, dalam

arti lain negara bersifat monopoli pendidikan. Sementara di negara-negara demokrasi,

walaupun diakui kewajiban utama menyelenggarakan pendidikan adalah negara, tetapi

negara juga dalam batas-batas kebebasan yang berlaku, memberi konsensi kepada

warga negara, lembaga-lembaga sosial masyarakat untuk menyelenggarakan

pendidikan. Dengan adanya pertisipasi warga negara dan masyarakat dalam

bertanggung jawab untuk pendidikan inipun termasuk ke bagian pelaksanaan hak dan

kewajiban warga negara kepada bangsa dan negaranya.

2

Page 3: Makalah desi

3

Page 4: Makalah desi

BAB IIPEMBAHASAN

A. Nilai-Nilai Kebudayaan

E. B. Taylor (1871) dalam bukunya Primitive Culture mendefenisikan kebudayaan

sebagai keseluruhan yang mencakup pengetahuan, kepercayaan seni, moral, hukum,

adat serta kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai

anggota masyarakat. Secara lebih terperinci, Kuntiaraningrat (1974) membagi

kebudayaan menjadi unsur-unsur yang terdiri dari sistem religi dan upacara

keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa,

kesenian, sistem mata pencaharian serta sistem teknologi dan peralatan. Sedangkan

menurut Astrley Montagu (1961), suatu kebudayaan akan mencerminkan tanggapan

manusia terhadap kebutuhan dasar hidupnya. Karena dengan kebutuhan hidup inilah

yang mendorong manusia untuk melahrkan berbagai tindakan untuk menenuhi

kebutuhan tersebut.

Kebudayaan merupakan sebuah konsep yang menyatu dalam kehidupan manusia

dan merupakan seperangkat sistem pengetahuan atau gagasan yang berfungsi menjadi

blue print bagi sikap dan perilaku manusia sebagai warga kesatuan sosialnya. Paul

DiMaggio (1994) manyatakan bahwa aspek budaya terdiri dari dua bentuk, yaitu: (1)

budaya yang bersifat konstitutif (berupa kategori-kategori, skrip/naskah, konsepsi

tentang agen, gagasan), (2) budaya yang bersifat regulatif (berupa norma, nilai,

rutinitas). Misalnya, budaya dapat mempengaruhi perilaku ekonomi dengan pengaruh

bagaimana pelaku-pelaku mendefenisikan kepentingannya, termasuk aspek konstitutif,

dan jika dengan hambatan ada pada usaha mereka terhadap kepentingan mereka.

Nilai-nilai budaya adalah jiwa dari kebudayaan dan menjadi dasar dari segenap

wujud kebudayaan dalam bentuk tata hidup yang merupakan kegiatan manusia. Tata

hidup merupakan pencerminan yang konkret dari nilai budaya yang bersifat abstrak,

yaitu: (1) kegiatan manusia dapat ditangkap oleh panca indera sedangkan nilai budaya

hanya tertangguk oleh budi manusia, (2) nilai budaya dan tata hidup manusia ditopang

oleh perwujudan kebudayaan, dan (3) sarana kebudayaan yang bersifat fisik yang

merupakan produk dari kebudayaan atau alat yang memberikan kemudahan dalam

berkehidupan.

Menurut Usman (2003) komponen-komponen budaya terdiri dari: (1) pranata

sosial atau lembaga-lembaga kemasyarakatan yang tumbuh dikalangan masyarakat, (2)

adat istiadat dan pola kebiasaan yang berlaku, (3) proses sosial (kerjasama, akomodasi,

konflik) di kalangan masyarakat, (4) akulturasi, asimilasi dan integrasi dari berbagai

kelompok masyarakat, (5) kelompok dan organisasi sosial, (6) pelapisan (strata) sosial di

kalangan masyarakat, serta (7) sikap dan persepsi masyarakat terhadap program dan

kegiatan. Dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai budaya merupakan dasar bagi tatanan

kebidupan masyarakat. Artinya, dalam aspek kehidupan apapun, maka nilai-nilai budaya

merupakan acuan untuk bertindak terutama dalam masalah pendidikan.

4

Page 5: Makalah desi

B. Negara dan Nasionalisme

Negara dan nasionalisme adalah kesatuan seperti tubuh dan jiwa. Negara adalah

perwujudan nasionalisme, dan eksistensi negara hanya mungkin jika nasionalisme subur

dalam pribadi warga negara. Negara sebagai lembaga nasional adalah organisasi untuk

mewujudkan seluruh cita-cita nasional, yang meliputi sosial, politik, ekonomi,

pertahanan-keamanan, kebudayaan dan pendidikan. Tetapi untuk menjamin eksistensi

bangsa secara kontinyu, juga demi identitas nasional dan cita-cita nasional, maka

pendidikan adalah lembaga yang paling efektif. Untuk itu negara mengatur pelaksanaan

sistem pendidikan nasional setiap bangsa.

Negara menurut struktur terdiri dari beberapa unsur, yaitu: ada rakyat yang

merupakan kesatuan sebagai bangsa atau sebagai warga, ada wilayah atau teritorial

(tanah air), ada pemerintahan yang melaksanakan kedaulatan atas nama rakyat

(kekuasaan yang berdaulat), dan ada dasar serta tujuan negara (filsafat negara).

Berdasarkan cita-cita yang menjadi dasar terbentuknya suatu negara, terdapat tiga teori

yang mendukung lahirnya suatu negara, antara lain:

1. Teori atomisme yang melahirkan negara-negara demokrasi liberal (AS, Kanada).

2. Teori organisme yang melahirkan negara sistem totaliter dan diktator (Rusia,

China)

3. Teori integralitik dengan sistem demokrasi yang seimbang antara hak dan

kewajiban individu di satu pihak dengan hak, wewenang dan kekuasaan negara di

pihak lain.

Berpangkal dari perbedaan sistem negara yang ada tersebut, maka sistem

pendidikan yang merupakan salah satu proses pembinaan manusia warga suatu negara

juga mengalami perbedaan di setiap negara yang ada. Hal ini terjadi karena tuntutan

akann cita-cita dari setiap negara yang ada di dunia.

C. Hubungan Negara dan Pendidikan (warga negara)

Terdapat tiga aspek penting yang perlu mendapat sorotan dalam sistem

pendidikan suatu negara. Pertama adalah negara, yang menempati posisi sebagai

regulator dalam kehidupan berbangsa. Kedua adalah warga, yang menempati posisi

sebagai pendukung sustainabilitas pembangunan bangsa. Dengan berbagai karakteristik,

kapabilitas dan kepentingan (intest) yang dimiliki, warga negara menjadi modal dasar

dalam pembangunan bangsa. Ketiga adalah pendidikan itu sendiri sebagai instrumen

pembangunan bagi suatu bangsa untuk membangun kehidupan yang lebih baik yang

berbudaya dan beradab.

Secara ontologis, relasi negara dan warga negaranya merupakan kajian dari

disiplin ilmu politik dan ilmu administrasi negara. Salah satu teori negara yang umum

adalah teori hukum alam dari Thomas Hobbes atau/dan John Locke. Menurut teori hukum

alam, bahwa negara itu lahir karena adanya kesepakatan dari masing-masing individu,

atau kelompok, atau suku untuk membentuk suatu organisasi besar yang mengurusi

5

Page 6: Makalah desi

kepentingan-kepentingan bersama. Masing masing individu, dan kelompok, dan suku

tersebut akan menyerahkan sebahagian dari hak-hak dan kewenangannya (dibidang

ekonomi, pendidikan dan kebudayaan) kepada organisasi besar tersebut, dan sebagai

kompensasinya, maka individu, keluarga, kelompok, atau suku tersebut mendapat

perlindungan dari negara atau organisasi tersebut. Penyerahan sebahagian hak di bidang

pendidikan dan kebudayaan, membawa implikasi bahwa warga mesti patuh pada aturan

bersama (kontrak yang telah disepakati), dalam ikhtiarnya untuk

belajar, mengembangkan dan memajukan dirinya.

Dalam kehidupan modern sekarang, eksistensi negara telah menjadi fakta yang

ada di berbagai belahan bumi dengan berbagai macam bentuk kontrak atau hukum yang

mengatur warganya. Setiap orang sejak lahir dan selama hidupnya, telah membagi dan

menyerahkan sebagian hak dan hajatnya di bidang pendidikan (dan tidak hanya terbatas

pada urusan pendidikan) kepada negara. Dan pada sudut pandang lain, bahwa negara

secara an-sich telah menjadi suatu entitas yang bertanggung jawab dan memegang

wewenang untuk menyelenggarakan pendidikan kepada warganya dalam rangka

memenuhi hajat warganya di bidang pendidikan.

Beberapa alasan filosofis, mengapa negara mesti mengurusi urusan pendidikan

warganya, adalah sebagai berikut: Pertama, warga-negara, sebagian atau seluruhnya,

belum atau tidak dapat menyelenggarakan  urusan pendidikan secara layak dan

memadai. Dalam konteks ini, negara diasumsikan sebagai organisasi yang besar dan

kuat sehingga mempunyai sumberdaya yang diperlukan bagi terselenggaranya

pendidikan yang layak dan memadai. Disisi lain, warga negara diasumsikan sebagai tidak

berdaya karena sebab-sebab tertentu. Contoh dari kondisi seperti ini adalah pada negara

yang baru melepaskan diri dari jajahan bangsa lain, sehingga kondisi ekonomi rakyatnya

berada pada garis kemiskinan. Dalam kondisi seperti ini, negara menyediakan pendidikan

kepada seluruh rakyatnya secara merata.

Kedua, warga-negara, sebagian atau seluruhnya, belum atau tidak mempunyai

kesadaran akan pentingnya pendidikan untuk dapat hidup dan berkompetisi di alam

global seperti sekarang. Pada alasan kedua, negara diasumsikan sebagai  suatu

organisasi yang dilengkapi dengan pengurus (eksekutif) yang cerdas dan unggul.

Pengurus (eksekutif) ini bertugas memobilisir warganya atau anggotanya melalui

serangkaian gerakan penyadaran untuk  mengikuti pendidikan. Contoh dari kondisi

seperti ini adalah pada negara-negara berkembang. Negara perlu mengkampanyekan

pentingnya pendidikan dan pembebasan buta huruf/aksara (illiteracy) bagi warganya.

Alasan Ketiga adalah, bahwa negara memerlukan warga-negara yang berkualitas

(Human Resources) dalam rangka mempertahankan eksistensinya dan merealisasi

tujuannya. Negara memandang warganya sebagai sumber daya  potensial yang mesti

dikembangkan dalam rangka meningkatkan  posisi, harkat, dan martabat negara di

tengah pergaulan internasional. Warga negara yang kuat, berani, ulet dan terampil, dan

kreatif sangat diperlukan dalam rangka menghadapi pesaing-pesaing dari negara lain.

Dalam hal seperti ini, maka negara dapat saja mewajibkan warganya untuk mengikuti

6

Page 7: Makalah desi

pendidikan dalam rangka menciptakan SDM yang unggul dan berkualitas. Pendidikan

menjadi hal wajib bagi setiap warga-negaranya. Contoh dari kondisi ini adalah pada

negara maju dan negara berkembang. Negara menyediakan berbagai fasilitas dan

infrastruktur untuk mendukung terciptanya SDM yang berkualitas sebagai human

capital dalam pembangunan. Pendidikan ini jugalah nanti yang akan menentukan

bagaimana perkembangan dan prospek kamajuan suatu negara, dengan kata lain

kemajuan suatu negara dapat diukur dari kemajuan pendidikan setiap warga negaranya.

Pada negara maju dan berkembang (termasuk Indonesia), keberadaan institusi di

luar negara seperti paguyuban, organisasi, dan kelompok-kelompok yang terikat oleh

persamaan kepentingan sosial, ekonomi, dan budaya tumbuh dan berkembang seiring

dengan meningkatnya kesejahteraan dan kecerdasan masyarakat. Perannya sangat

signifikan dalam membantu negara menyelesaikan masalah pembangunan. Dalam

banyak hal kelompok ini menjadi sparing partner pemerintah dalam pembangunan.

Dalam ilmu politik kelompok tersebut dikenal dengan istilah masyarakat warga,

masyarakat sipil, atau masyarakat madani. Lembaga-lembaga tersebut mempunyai

kemampuan dan sumberdaya untuk melaksanakan kegiatan ekonomi, sosial dan

pendidikan. Mereka membangun fasilitas dan infrastruktur ekonomi dan budaya dengan

kemampuan yang dimilikinya. Hal ini melahirkan titik singgung antara masyarakat sipil

dengan negara, dan antara masyarakat sipil dengan masyarakat sipil lainnya dalam

urusan publik.

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sistem Pendidikan Suatu Negara

Frederich harbison dan Charles A Myers dalam bukunya yang berjudul “education

Manpower and Economic Growth Stategis of Human Resource Development”

mengemukakan beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pendidikan adalah

sebagai berikut:

1. Factor Historis

Menurut harbison dan mayer, faktor sejarah pertumbuhan masyarakat ditentukan

oleh tiga hal yang saling berkaitan, yaitu pendidikan, kemampuan manusia dan

pertumbuhan ekonomi. Atas pembagian di atas, harbison dan mayer membagi

negara-negara di dunia ini menjadi empat tingkat pertumbuhan sebagai berikut:

a. Negara yang belum berkembang

b. Negara-negara yang sebagian bidang kehidupannya telah mengalami kemajuan

c. Negara-negara yang sedang mengalami setengah kemajuan, seperti Argentina,

Mesir, Mexico, India, Arab Saudi, Indonesia, dan Afrika Selatan.

d. Negara-negara yang telah mengalami kemajuan, seperti Jepang, Singapura,

Inggris, Amerika Serikat, China, Jerman, Perancis, Kanada, Australia, dan Selandia

Baru.

2. Faktor Geografis

7

Page 8: Makalah desi

Manusia atau bangsa hidup di suatu lingkungan alam tertentu yang berbeda-beda

situasi dan kondisi alamiahnya. Maka berbeda pula tuntutan hidup akibat pengaruh

faktor geografis, dan itu juga mempengaruhi sistem pendidikan yang diperlukan di

negara-negara yang bersangkutan. Pengaruh tersebur terlihat dari dua aspek yaitu:

a. Aspek klimatologis atau iklim

b. Aspek lingkungan alam dan sumber kekayaan yang terkandung di dalamnya

Nicholas hans membedakan adanya tiga kelompok Negara yang berbeda iklimnya

yaitu:

a. Negara-negara belahan bumi bagian utara yang beriklim dingin

b. Negara-negara di sekitar laut tengah yang beriklim sedang

c. Negara-negara yang terletak di khatulistiwa (garis equator) atau yang berdekatan

dengannya yang beriklim panas.

3. Faktor Kehidupan Ekonomi

Faktor ekonomi sangat erat kaitannya dengan faktor geografis, karena pembangunan

ekomoni suatu negara bergantung pada faktor geografis, oleh karena faktor geografis

mengandung sumber kekuatan baik yang berupa modal materil maupun modal dasar

mental spiritual penduduknya.

Sesungguhnya pembangunan di bidang ekonomi merupakan refleksi dari kombinasi

antara sumber kemampuan manusia alam sekitar dan sistem kemasyarakatan serta

kebudayaannya. Kombinasi dari ketiga unsur ini sangat bertumpu pada faktor

geografis dimana proses kehidupan sehari-hari manusia berada dalam lingkupnya.

4. Politik Negara

Antara ekonomi dan politik hampir tak dapat dipisahkan, karena pembangunan

ekonomi memerlukan politik yang stabil, sedangkan stabilitas politik juga

memerlukan stabilitas ekonomi, satu sama lain saling mempengaruhi dan saling

memperkokoh.

Bilamana dalam suatu negara kehidupan politiknya sedang kacau, mustahil dapat

diciptakan suatu keseimbangan yang serasi di dalam sistem pendidikan. Politik

negara merupakan kompas yang harus dijadikan pedoman dalam langkah-langkah

pengelolaanya.

5. Faktor Kehidupan Agama

Agama yang dipeluk oleh rakyat suatu negara menduduki tempat penting dalam

sistem kehidupan masyarakat. Mengingat peranan dan pengaruh agama dalam

kehidupan masyarakat di suatu negara, maka jika dikaitkan dengan sistem

pendidikan yang dikembangkan dalam suatu masyarakat, dapat menimbulkan

dampak seperti, di negara yang menindas kehidupan beragama secara mutlak

menguasai sistem pendidikan.

6. Faktor Kesukuan

8

Page 9: Makalah desi

Pengaruh kesukuan di beberapa negara terhadap sistem pendidikan menyebabkan

timbulnya pemisahan dan perpecahan kehidupan masyarakat atau bangsa kedalam

golongan-golongan yang saling berkonfrontasi antara satu sama lain. Di beberapa

negara seperti Amerika perbedaan warna kulit menyebabkan pemisahan sistem

pendidikan yang dapat menimbulkan sentiment rasialis.

7. Tingkat Kemajuan Peradaban

Setiap negara atau bangsa di dunia ini memiliki kemampuan yang berbeda dalam

membangun dirinya sendiri untuk mencapai tingkat kemajuan peradaban bangsa itu

sendiri. Namun ada tiga faktor utama yang menjadi modal dasar kemajuan itu yaitu:

a. Kemampuan manusia sendiri

b. Tingkat pendidikan

c. Pertumbuhan sistem kelembagaan masyarakat.

E. Perbandingan Pendidikan beberapa Negara

Dibawah ini menjelaskan bagaimana sistem pendidikan yang ada di setiap negara,

khusunya negara-negara maju dan berkembang.

1. Pendidikan di Indonesia

Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa

dan mengembangkan manusia lndonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan

dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri,

serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

a. Karakteristik Sistem Pendidikan Nasional Indonesia

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 sebagai induk peraturan perundang-undangan

pendidikan  yang mengatur pendidikan pada umumnya. Segala sesuatu yang berkaitan

dengan pendidikan mulai dari prasekolah sampai dengan pendidikan tinggi. Pada pasal 1

ayat 2 UU Sisdiknas berbunyi: “Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan

Pancasila dan UUD 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayan nasional

Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan  zaman”. Ini berarti bahwa teori-

teori  dan praktik-praktik pendidikan yang diterapkan  di Indonesia, haruslah berakar

pada kebudayaan Indonesia dan agama.

Dalam buku Pengantar Pendidikan,  Redja Mudyahardjo (hal.191) membagi empat

bagian Karakteristik Pendidikan Nasional Indonesia, yaitu:

1) Karakteristik sosial budaya

Sistem Pendidikan Nasional Indonesia berakar pada kebudayan bangsa

Indonesia  yaitu kebudayan yang timbul sebagai usaha budi daya rakyat Indonesia

yang berbentuk kebudayaan lama dan asli, kebudayaan baru yang dikembangkan

menuju ke arah kemajuan adab, budaya, dan persatuan dengan tidak menolak

9

Page 10: Makalah desi

kebudayaan asing yang dapat mengembangkan dan memperkaya kebudayaan

sendiri serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia.

Sistem Pendidikan  Nasonal Indonesia  berakar pada Bhineka TunggaL Ika yang harus

menyerap dan mengembangkan karakteristik geografi, demografis, sosial budaya,

sosial politik, dan sosial ekonomi daerah-daerah di seluruh wilayah Indonesia.

2) Karakteristik dasar   dan fungsi

Dasar yuridis formal dari sistem pendidikan nasional Indonesia yang bersifat idiil

adalah pancasila sebagai dasar negara seperti yang tercantum dalam pembukaan

UUD 1945 dan yang bersifat regulasi/mengatur bersumber pada pasal 31 ayat (1) dan

(2) UUD 1945.

Pasal 31 ayat 2 berbunyi “Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan

pemerintah wajib membiayainya.” Ayat ini secara khusus berbicara tentang

pendidikan dasar 9 tahun (tingkat SD dan SLTP), bahwa target yang dikehendaki

adalah warga negara yang berpendidikan minimal setingkat SLTP.

3) Karakteristik tujuan

Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dalam segala sektor,

politik, ekonomi, keamanan, kesehatan dan sebagainya. Yang makin menjadi kuat

dan berkembang dalam memberikan keadilan dan kemakmuran bagi setiap warga

negara dan negara sehingga mampu menghadapi gejolak apapun.

Tujuan yang kedua adalah  mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu

manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan YME dan berbudi luhur. Memiliki

pengetahuan dan keterampilan. Memiliki kesehatan jasmani dan rohani. Memiliki

kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

kemasyarakatan  dan kebanggaan.

4) Karakteristik Kesisteman (sistemik)               

Pendidikan Nasional merupakan satu keseluruhan kegiatan dan satuan pendidikan

yang dirancang dilaksanakan dan dikembangkan untuk ikut berusaha mencapai

tujuan nasional. Pendidikan nasional mempunyai tugas utama agar tiap-tiap warga

negara berhak mendapatkan pengajaran (Pasal 31 UUD 1945). Untuk membuka

kesempatan yang seluas-luasnya  lewat jalur pendidikan sekolah dan luar sekolah

yang menganut asas pendidikan seumur hidup.

Pendidikan Nasional mengatur bahwa jalur pendidikan sekolah terdiri atas tiga jalur

utama yakni pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Kurikulum, peserta didik, dan tenaga kependidikan tidak dapat dipisahkan dalam

kegiatan belajar mengajar.

      

10

Page 11: Makalah desi

Undang-undang  Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional  memuat penjelasan tentang  satuan pendidikan, jalur pendidikan, jenis

pendidikan, dan jenjang pendidikan yang secara satu persatu akan di jelaskan.

1) Satuan Pendidikan

Satuan pendidikan (sekolah atau luar sekolah) menyelenggarakan kegiatan belajar-

mengajar yang dilaksanakan di sekolah atau di luar sekolah.

2) Jalur Pendidikan

Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui dua jalur yaitu jalur pendidikan

sekolah dan luar sekolah. Jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang

diselenggarakan di sekolah melalui kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan

berkesinambungan. Jalur pendidikan luar sekolah merupakan pendidikan yang

diselenggarakan di luar sekolah melalui kegiatan belajar-mengajar yang tidak harus

berjenjang dan berkesinambungan. Pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur

pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga yang memberikan

keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral dan keterampilan.

3) Jenis Pendidikan

Sistem pendidikan nasional terdiri dari tujuh jenis pendidikan yaitu pendidikan umum,

pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan

keagamaan, pendidikan akademik, dan pendidikan profesional. Pendidikan umum

merupakan pendidikan yang mengutamakan perluasan pengetahuan dan

peningkatan keterampilan peserta didik dengan pengkhususan yang diwujudkan pada

tingkat-tingkat akhir masa pendidikan. Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan

yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu.

Pendidikan luar biasa merupakan pendidikan yang khusus diselenggarakan untuk

peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan/atau mental.

Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan yang berusaha meningkatkan

kemampuan dalam pelaksanaan tugas kedinasan untuk pegawai atau calon pegawai

suatu Departemen atau Lembaga Pemerintah Nondepartemen. Pendidikan

keagamaan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat

menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan khusus tentang

ajaran agama yang bersangkutan. Pendidikan akademik merupakan pendidikan yang

diarahkan terutama pada penguasaan IPTEK. Pendidikan profesional merupakan

pendidikan yang diarahkan terutama pada kesiapan penerapan keahlian tertentu.

4) Jenjang Pendidikan

Jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas: Pendidikan

Dasar; Pendidikan Menengah; dan Pendidikan Tinggi. Selain jenjang pendidikan di

atas, diselenggarakan pendidikan prasekolah. Jenjang pendidikan yang termasuk jalur

pendidikan luar sekolah adalah pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah baik

di lembaga pemerintah, nonpemerintah, maupun sektor swasta dan masyarakat.

11

Page 12: Makalah desi

Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani anak didik di luar dilingkungan keluarga sebelum

memasuki pendidikan dasar, yang diselenggarakan di jalur pendidikan sekolah atau di

jalur pendidikan luar sekolah. Pendidikan prasekolah antara lain meliputi pendidikan

Taman Kanak-kanak, terdapat di jalur sekolah, dan Kelompok Bermain, serta

Penitipan Anak di jalur luar sekolah. Taman Kanak-kanak diperuntukan anak usia 5

dan 6 tahun untuk satu atau dua tahun pendidikan, sementara kelompok bermain

atau penitipan anak diperuntukan anak paling sedikit berusia tiga tahun.

Jenis pendidikan luar sekolah terdiri atas pendidikan umum, pendidikan keagamaan,

pendidikan jabatan kerja, pendidikan kedinasan, dan pendidikan kejuruan. Pendidikan

luar sekolah dapat meliputi kursus-kursus, kelompok belajar seperti Paket A, Paket

B, Paket C dan Kejar Usaha dan kegiatan lainnya seperti magang

2. Pendidikan di Australia

Australia tidak dapat menahan masuknya orang Asia sehingga dia tidak dapat

menutup ekonominya bagi bangsa-bangsa Asia dan Pasifik, karena karena imigran dari

kedua benua itu masuk dengan jumlah dan waktu yang sangat cepat. Akibatnya,

Australia mengubah kebijakannya dari White Australia Policy ke multicultural policy.

Dampak dari perubahan kebijakan itu membuat orang Aborigin meningkatkan

kepercayaan dirinya.

Pelaksanaan Pendidikan Multikultural dapat dibedakan tiga fase perkembangan yaitu

dari politik pasif ke arah asimilasi aktif (1945-1972), pendidikan untuk kaum migran

bersifat pasif. Artinya anak kaum imigran menyesuaikan diri dengan sistem pendidikan

yang ada. Karena ada kesulitan dalam penggunaan bahasa Inggris bagi anak imigran

diberikanlah bantuan laboratorium bahasa. Hingga tahun 1970-ankurikulum masih

terpusat hingga menyulitkan di dalam menyesuaikan dengan kebutuhan multietnis

Australia. Tujuan Pendidikan Multikultural adalah :

a. Pengertian dan menghargai bahwa Australia pada hakekatnya adalah masyarakat

multibudaya di dalam sejarah, baik sebelum maupun sesudah kolonisasi bangsa

Eropa.

b. Menemukan kesadaran dan kontribusi dari berbagai latar kebudayaan untuk

membangun Australia.

c. Pengertian antar budaya melalui kajian-kajian tentang tingkah laku, kepercayaan,

nilai-nilai yang berkaitan dengan multikulturalisme.

d. Tingkah laku yang memperkuat keselarasan antar etnis.

e. Memperluas kesadaran akan penerimaannya sebagai seseorang yang mempunyai

identitas nasional Australia tetapi juga akan identitas yang spesifik di dalam

masyarakat multi budaya Australia.

a. Jenjang Pendidikan Formal

12

Page 13: Makalah desi

Rentang persekolahan (spend of schooling) di berbagai negara bagian dan wilayah

terdapat persamaan dan sekaligus perbedaan, baik dari segi penamaan maupun

penjejangannya. Rentang persekolahan di Australia yakni mulai dari TK

(Kindergarten) sampai ke tahun ke-12 (pendidikan menengah), dilanjutkan ke

pendidikan tinggi. Nama-nama jenjang persekolahan di Australia adalah Taman

Kanak-kanak (Kindergarten) atau Prasekolah, Sekolah Dasar (Primary School), dan

Sekolah Menengah (Junior Secondary School dan Senior High School).

Pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah terdapat perbedaan lama

pendidikan dari masing-masing negara bagian dan wilayah daratan, ada yang

pendidikan dasarnya 6 tahun dan pendidikan menengah juga 6 tahun, serta ada yang

pendidikan dasarnya 7 tahun dan pendidikan menengahnya 5 tahun. Ini dikarenakan

berdasarkan Konstitusi Australia, pendidikan adalah tanggung jawab negara bagian.

Pada setiap negara bagian, seorang Menteri Pendidikan dengan sebuah departemen

pendidikan melaksanakan pendidikan dasar dan menengah, dan adakalanya juga

pendidikan prasekolah pada daerah itu. Sehingga masing-masing negara bagian dan

wilayah daratan mempunyai otoritas sendiri dalam pelaksanaan pendidikannya.

Untuk negara bagian dan wilayah daratan New South Wales, Victoria,

Tasmania dan Australian Capital Territory, jenjang pendidikan dasar 6 tahun dan dan

pendidikan menengah 6 tahun, terdiri dari:

Jenjang Pendidikan Lama pendidikan

Pendidikan Dasar (Primary School) 6 tahunPendidikan Menengah (Junior Secondary SchoolSenior High School)

4 tahun2 tahun

Untuk negara bagian dan wilayah daratan Queensland, Australia Selatan, Australia

Barat dan Northern Territory, jenjang pendidikan dasar 7 tahun dan dan pendidikan

menengah 5 tahun, terdiri dari:

Jenjang Pendidikan Lama pendidikan

Pendidikan Dasar (Primary School) 7 tahunPendidikan Menengah (Junior Secondary School Senior High School)

3 tahun2 tahun

Jenjang pada pendidikan tinggi, lama pendidikan untuk memperolah gelar sarjana

masing-masing perguruan tinggi atau universitas mungkin sedikit berbeda. Berikut

adalah lama pendidikan tinggi secara umum di Australia, adalah sebagai berikut :

Tingkat kualifikasi Durasi waktuSertifikat 6-24 bulanDiploma 1,5 tahun-3 tahunBachelors degree 3-5 tahunGraduate Certificate 6 bulanGraduate Diploma 1 tahun

13

Page 14: Makalah desi

Masters degree 1-2 tahunPhD 4-5 tahun

b. Jenjang Pendidikan Dasar

Australia terdiri dari 6 negara bagian (New South Wales, Queensland, Tasmania,

Australia Selatan, Australia Barat dan Victoria) dan 2 wilayah daratan (Northern

Territory dan Australian Capital Territory). Pada masing-masing negara bagian dan

wilayah daratan terdapat perbedaan lamanya pendidikan dasar (Primary School),

yaitu ada yang 6 tahun dan ada yang 7 tahuan.

Perbedaan Jenjang Pendidikan Dasar di Australia dan Indonesia dapat dilihat pada

Tabel 1.

Tabel 1. Perbedaan Jenjang Pendidikan Dasar Australia dan Indonesia

Australia IndonesiaLama pendidikan dasar 6 / 7 tahun 9 tahunJalur pendidikan SD ((Primary

School)SD/MI – 6 tahunSMP/MTs – 3 tahun

Jalur pendidikan yang bersifat keagamaan

Milik swasta Milik pemerintah/swasta

c. Jenjang Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah Junior Secondary School adalah wajib bagi anak yang berusia

usia 12 atau 13-16 tahun tergantung dari lamanya pendidikan menengah di daerah

tersebut. Untuk negara bagian dan wilayah daratan New South Wales, Victoria,

Tasmania dan Australian Capital Territory, lama pendidikan Junior Secondary

School selama 4 tahun dan untuk negara bagian dan wilayah daratan Queensland,

Australia Selatan, Australia Barat dan Northern Territory, lama pendidikan Junior

Secondary School selama 3 tahun. Sedangkan lama pendidikan untuk Senior High

School sama disetiap negara bagian dan wilayah daratan, yaitu selama 2 tahun.

Pada jenjang pendidikan Senior High School, setiap siswa berkewajiban memilih

program pendidikan kejuruan atau pendidikan umum. Di Australia pendidikan

kejuruan diarahkan untuk pasar kerja. Dimana setiap negara memiliki kejuruan

Pendidikan dan Pelatihan (Vocational Education and Training/VET). VET

mempersiapkan siswa untuk bekerja yang tidak perlu gelar sarjana. Biasanya, VET

memakan waktu 2 tahun setelah pendidikan Senior High School atau 4 tahun setelah

Junior Secondary School.  VET merupakan pendidikan berupa kursus keterampilan dan

mendapat sertifikat. Perbandingan jenjang Pendidikan Menengah di Australia dan

Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perbandingan Jenjang Pendidikan Menengah di Australia dan Indonesia

Australia IndonesiaLama pendidikan menengah 6 / 5 tahun 3 tahunJalur pendidikan Junior Secondary

School – 4 / 3 tahunSenior High School –

SMA/MA/SMK/MAK – 3 tahun

14

Page 15: Makalah desi

2 tahunJalur pendidikan yang bersifat keagamaan

Milik swasta Milik pemerintah / swasta

Penjurusan untuk pendidikan umum

Tidak ada Ada (tahun kedua)

Jenis pendidikan yang bersifat kejuruan

2 tahun + pendidikan tinggi 2 tahun

3 tahun

Wajib Belajar Pendidikan dasar + Junior Secondary School

Pendidikan dasar

d. Jenjang Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang

mencakup program pendidikan sertifikat, diploma, sarjana, sertifikasi (Graduate

Certificate), profesi (Graduate Diploma), magister dan doktor yang diselenggarakan

oleh perguruan tinggi di Australia. Perguruaan tinggi di Australia adalah Program

Lanjutan, Akademi, Sekolah Tinggi dan Universitas.

Program lanjutan di Australia merupakan jalur pendidikan berupa kursus keterampilan

yangi terlebih dahulu harus menyelesaikan pendidikan menengah. Jalur pendidikan ini

tidak mengutamakan gelar sarjana dan  mendapatkan sertifikat dengan level I-IV,

tergantung dari tingkat keahliannya. Lama pendidikan program lanjutan berkisar

antara 6 – 24 bulan.

Akademi di Australia memfokuskan pada keahlian dari mahasiswa, yang sasarannya

dunia kerja. Lama pendidikan ditingkat akademi antara perguruan tinggi berbeda-

beda berkisar antara 1,5 – 3 tahun.  Pada jalur pendidikan ini, mahasiswa dapat

melanjutkan kependidikan yang lebih tinggi (tingkat universitas). Sekolah tinggi dan

univeristas bertujuan untuk mencetak sarjana, magister maupun doktor. Lama

pendidikan untuk memperoleh gelar sarjana (Bachelors degree) berkisar antara 3–5

tahun, untuk sertifikasi (Graduate Certificate) dibutuhkan waktu 6 bulan dan untuk

pendidikan profesi (Graduate Diploma) dibutuhkan waktu 1 tahun. Untuk melanjutkan

ketingkat yang lebih tinggi (Masters degree) diperlukan waktu 1–2 tahun dan

doktor (PhD) diperlukan waktu  4–5 tahun. Perbandingan jenjang Pendidikan Tinggi Di

Australia dan Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Perbandingan Jenjang Pendidikan Tinggi Di Australia dan Indonesia

Australia IndonesiaLama pendidikan tinggi Sertifikat / 6-24 bulan

Diploma / 1,5 tahun-3 tahunBachelors degree / 3-5 tahunGraduate Certificate / 6 bulanGraduate Diploma / 1 tahunMasters degree / 1-2 tahun

Diploma I / 1 tahunDiploma  II / 2 tahunDiploma  III / 3 tahunDiploma  IV / 4 tahunSarjana / 4 – 5 tahunAkta IV / 1 tahunProfesi / 1 – 2 tahunMagister / 2 tahunDoktor / 3 – 4 tahun

15

Page 16: Makalah desi

PhD / 4-5 tahunJalur pendidikan Program Lanjutan

AkademiSekolah TinggiUniversitas

AkademiPoliteknikSekolah TinggiInstitutUniversitas

Gelar akademik Bachelors degreeMasters degreePhD

Sarjana (S1)Magister (S2)Doktor (S3)

Untuk pendidikan karakter di Australia, misalnya kejujuran, bisa tercermin dari

materi pelajaran Sejarah (saat mempelajari Suku Aborigin). Dunia tahu bahwa suku

Aborigine adalah lembaran hitam sejarah Australia. Dalam materi yang diberikan, guru

tidak menyodorkan sejarah dalam satu versi saja. Materi diambil dari berbagai sumber

yang mewakili perjalanan sejarah, termasuk konflik dan pro-kontranya. Ada artikel di

media yang mengkritisi kebijakan pemerintah, cuplikan kebijakan pemerintah, produk

budaya berupa novel, film, dan lagu, yang menyuarakan jeritan suku Aborigine. Ada isu

tentang bagaimana kebijakan pemerintah untuk mengintegrasikan anak-anak mixed

blood (Aborigin+white race) ke white culture mainstream sebelum tahun 1960an. Namun

upaya intergrasi ini dilihat sebagai upaya mencerabut anak-anak tersebut dari akar

budayanya. Ada gambaran tentang perlakuan diskriminatif birokrasi terhadap orang-

orang Aborigine. Tersaji pula perubahan kebijakan pemerintah Australia setelah tahun

1970an dengan memberikan prioritas terhadap Aborigine dalam hal akses pendidikan,

kesehatan, dan pelayanan sosial yang lain. Terlihat bahwa ada semangat kejujuran yang

jelas dalam mengajarkan sejarah hitam bangsanya sendiri, tidak malu menunjukkan

kesalahan bangsa, namun disertai upaya untuk memperbaiki kesalahan masa lalu.

3. Pendidikan di USA

Negara Amerika Serikat merupakan penduduk nomor tiga terbanyak di dunia yaitu

berjumlah kira-kira 275 juta jiwa dan terdiri dari 50 negara bagian. Luas wilayahnya

kurang lebih 9,5 juta km persegi. Bangsa Amerika terdiri dari bangsa-bangsa emigran

dari berbagai kawasan dunia, terutama dari kawasan Eropa sebagai bagian dominannya.

Imigrasi tua berasal dari Eropa Utara dan Barat seperti Inggris, Scotlandia, Prancis,

Belanda, Jerman dan sebagainya yang kemudian diikuti oleh imigrasi yang muda berasal

dari Eropa Selatan dan timur seperti Italia, Rusia, Polandia, Austria, Hongaria dan lain

sebagainya. Setiap bangsa membawa kepercayaan, adat istiadat, bahasa dan segi-segi

kebudayaannya masing-masing ke Amerika sehingga Amerika menjadi periuk peleburan

bagi segala jenis kebudayaan asli dan pendatang dari benua hitam Afrika. Itulah yang

membentuk kebudayaan Amerika sekarang.

Pendidikan di AS pada mulanya hanya dibatasi pada imigran berkulit putih, sejak

didirikan sekolah rendah pertama tahun 1633 oleh imigran Belanda dan berdirinya

Universitas Harvard di Cambridge, Boston tahun 1636. Baru tahun 1934 dikeluarkan

Undang Undang Indian Reservation Reorganization Actdi daerah reservasi suku Indian.

16

Page 17: Makalah desi

Untuk memperoleh gambaran yang lebih utuh tentang kelompok etnis di Amerika Serikat

berikut ini akan disajikan masing-masing kelompok etnis yang hidup di Amerika Serikat.

a. White Anglo Saxon Protestan (WASP)

Pendidikan di AS didominasi oleh budaya dominan yaitu budaya WASP artinya

dikhususkan untuk kelompok berkulit putih (white) yang kebanyakan berasal dari

Inggris, atau yang berbahasa Inggris (Anglo Saxon) dan beragama Protestan. WASP

adalah sebuah tradisi tentang siapa yang seharusnya menjadi penguasa di AS. Pada

awalnya, tradisi ini diperkenalkan dan dipertahankan oleh orang Inggris yang merasa

superior karena merekalah yang membangun AS dengan pengetahuan dan

ketrampilan mereka. Keyakinan orang Inggris itu dilandasi oleh moralitas agama

Protestan yang diasumsikan sebagai agama yang paling kuat mendorong orang

bekerja keras dan produktif. Belakangan, WASP tidak saja dianut oleh orang Inggris,

tetapi semua White Americans karena dalam kenyataannya kelompok kulit putih ini

memiliki pendapatan tinggi, mempunyai prestasi kerja yang tinggi, yang sebagian

besar anggotanya didominasi oleh jemaat gereja Protestan.

b. Orang Amerika Keturunan Penduduk Asli Amerika (Native Americans)

Native Americans adalah penduduk asli Amerika yang kini populasinya diperkirakan

setengahjuta orang. Bangsa India ini disebut penduduk asli karena telah ada di benua

Amerika sebelum terjadi gelombang migrasi dari kelompok etnik dari Eropa, Afrika,

maupun Asia selama lima ratus tahun. Sejarah mencatat bahwa hampir semua

migran memperlakukan mereka secara tidak adil. Baru tahun 1924, terjadi perubahan

hubungan antara white dan black Americans dengan native Americans.

Gambar 1. Suku Native Americans

c. Orang Amerika Keturunan Afrika (African Americans)

Orang Afrika Amerika merupakan kelompok etnik daribenua Afrika yang pertama

yang dijadikan budak oleh orang Spanyol dalam eksplorasi ke dunia baru, Amerika

sejak abad 18. Kedatangan orang kulit hitam ini jumlahnya semakin membesar dan

hal ini mendorong pemerintah untuk mengakui kehadiran mereka sebagai budak

dalam The Thirteenth Amandment to the Constitution, yang mengatur perbudakan

secara hukum di tahun 1865.

d. Orang Amerika Keturunan Asia (Asian Americans)

17

Page 18: Makalah desi

Sekitar 4% dari penduduk AS dengan mayoritas berasal dari Cina dan Jepang, di

samping imigran dari Filipina, Korea, disusul orang Vietnam yang baru masuk ke AS

dalam beberapa tahun terakhir ini. Tiga kelompok terakhir ini dikenal di AS sebagai

Recent Asian Immigrants. Orang Cina Amerika (Chinese Americans) merupakan

bagian dari Asian Americans yang tercatat memasuki Amerika ketika terjadi depresi

ekonomi dunia tahun 1870-an. Mereka dikenal sebagai pekerja keras di wilayah Barat

AS.

e. Orang Amerika yang Berkebudayaan Spanyol (Hispanic Americans)

Dipandang sebagai Hispanic. Hispanis Amerika merupakan kelompok etnik yang

dapat dikatakan mewakili tiga budaya. Mexican American (Meksiko), Puerto Rico dan

Cuban American (Cuba). Jumlah keturunan Hispanic Americans diperkirakan 12% dari

jumlah penduduk AS.

f. White Ethnic Americans

White Ethnic Americans merupakan kelompok orang Amerika berkulit putih yang

menyatakan dirinya “tidak terikat”dengan WASP. Jadi, mereka digolongkan dalam

kelompok etnik non-WASP. Mereka yang termasuk golongan ini adalah orang Jerman,

Irlandia, Italia dan Polandia. Kelompok ini ditambah imigran dari Hongkong, Taiwan,

Cina, Vietnam dan Korea.Ahli demografi memprediksikan bahwa siswa kulit berwarna

berkisar 46 % dari populasi usia sekolah negara

menjelang tahun 2020. Kelompok etnis ini mendapat perlakuan yang sama. Kini,

dalam bidang pendidikan, pengaruh kesetaraan ini melahirkan pedagogik yang

memberikan kesempatan dan penghargaan yang sama terhadap semua anak tanpa

membedakan asal usul serta agamanya.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut muncullah gagasan mengenai pendidikan yang

cocok untuk masyarakat yang pluralistis itu. Diperlukan perubahan di dalam tujuan

pendidikan, kurikulum, proses belajar mengajar mengajar juga kedudukan sekolah di

dalam masyarakat yang pluralistik. Sekalipun secara hukum, sistem pendidikan tidak

mengenal perbedaan tetapi di dalam kenyataan masih terdapat prasangka buruk

terhadap etnis lain. Jika tahun 1990 an sekolah untuk semua rakyat (publik school)

dibiayai oleh negara bagian, maka sekarang kelompok etnis khusus, dengan

kebudayaannya masing-masing diberi kesempatan untuk menyelenggarakan

pendidikannya sendiri atas biaya negara. Inilah yang dikenal dengan Charter School.

a. Tujuan Pendidikan

Karakteristik utama sistem pendidikan di AS adalah sangat menonjolnya

desentralisasi. Pemerintah federal AS tidak punya mandat untuk mengontrol atau

mengadakan pendidikan untuk masyarakat. AS tidak mempunyai sistem pendidikan

yang berpusat. Namun demikian, tidak berarti bahwa pemerintah federal tidak

memberikan arah dan pengaruh terhadap masalah pendidikan pemerintah federal

juga ikut menghilangkan sistem sekolah yang memisahkan sekolah berdasarkan ras,

18

Page 19: Makalah desi

khususnya antara orang kulit hitan dan kulit putih. Pemerintah federal menyamakan

alokasi pendanaan sekolah, menyediakan akses pendidikan bagi orang miskin dan

orang cacat.

Tujuan sistem pendidikan di Amerika antara lain :

1) untuk mencapai kesatuan dalam kebhinekaan

2) untuk mengembangkan cita-cita dan praktek demokrasi

3) untuk membantu pengembangan individu

4) untuk memperbaiki kondisi sosial masyarakat

5) untuk mempercepat kemajuan nasional

b. Struktur dan Jenis Pendidikan Di Amerika

Setiap negara bagian menyediakan pendidikan secara gratis selama 12 tahun mulai

dari TK sampai pada jenjang berikutnya. Dalam sistem pendidikan di AS terdapat

beberapa pola pendidikan yaitu :

1) taman kanak-kanak +  pendidikan dasar ”grade” 1-8 + 4 tahun SLTA

2) taman kanak-kanak + sekolah dasar ”grade” 1-6 tahun + 3 tahun SLTP + 3 tahun

SLTA

3) taman kanak-kanak + sekolah dasar ”grade” 1-4/5 + 4 tahun SLTP + 4 tahun SLTA

4) setelah menyelesaikan pendidikan tingkat taman kanak-kanak + 12 tahun pada

beberapa buah negara bagian dilanjutkan 2 tahun pada tingkat akademi (junior

community college)  sebagai bagian dari sistem pendidikan dasar dan menengah

Pada pola pertama seorang siswa menamatkan pendidikan pada umur 17-18 tahun.

Pendidikan khusus mendapat perhatian dari pemerintah dan masyarakat. Disamping

itu pendidikan non formal tidak hanya di sponsori oleh badan pemerintah tapi juga

badan swasta, serikat buruh-buruh, badan-badan keagamaan serta oleh individu yang

menjadikannya usaha bisnis.

Pada tingkat pendidikan tinggi, struktur dan jenis/jenjang pendidikan pada dasarnya

dikelompokkan dalam tiga bentuk baik pendidikan tinggi negeri maupun swasta

yaitu :

1) pendidikan tinggi 2 tahun yang lazim disebut junior community atau technical

college memberikan sertifikat dan kadang kala memberikan gelar Associate of

Arts (AA)

2) pendidikan tinggi 4 tahun yang menyediakan pendidikan strata 1 (S-1) disamping

pendidikan profesional (program diploma) level ini lazim

disebut undergraduate tamatan program S-1 diberi gelar Bachelor of Arts (BA)

atau Bachelor of Science (BS)

3) universitas yang biasanya terdiri dari berbagai fakultas yang menyediakan

program-program diploma, S-1, pascasarjana S-2 (master) dan kebanyakan

menyediakan program doktor S-3. para lulusan program s-2 diberi gelar Master of

Arts (MA) atau Master of Science (MS). Lulusan program Doctor (S-3) diberi

19

Page 20: Makalah desi

gelar Doctor of Philosphy (Ph.d) atau Doctor of Education (Ed.D) dalam bidang-

bidang tertentu seperti kedokteran, hukum, teologi, bisnis. Pada level S-3 tersedia

program-program spesialis.

c. Kurikulum dan Metodologi Pengajaran

Kebiasaan otonomi yang sudah lama dan kuat serta keadaan masyarakat  sangat

mempengaruhi bentuk kurikulum serta cara mengajar di AS. Disini tidak ada 

kurikulum nasional yang resmi.

Bagian pendidikan negara bagian menggariskan kurikulum dengan tingkat variasi

yang cukup besar dan memberi peluang pada daerah setempat. Pada awalnya

sekolah Amerika sangat dipengaruhi oleh agama dan fokus pada keterampilan tulis

baca. Semenjak abad ke 19 perhatian terhadap masalah sosial semakin menonjol.

Pada akhir abad ke 19 muncul tuntutan untuk mengubah kurikulum dan metode

mengajar dengan mengarahkan perhatian pada kebutuhan siswa yang berbeda, serta

perhatian terhadap kebutuhan individu. Dengan demikian siswa memiliki peluang

yang besar untuk menentukan pilihan. Pertambahan jumlah populasi sekolah yang

sangat cepat dan kemajuan IPTEK menjadi dorongan untuk inovasi-inovasi baru

terutama metode pengajaran. Di daerah perkotaan persoalan sosial telah mendorong

munculnya mata pelajaran baru yaitu studi etnis, pendidikan lingkungan, pendidikan

seks, pendidikan narkoba dan sebagainya. Namun, awal 1980-an ada kecendrungan

untuk kembali pada yang lama serta kebutuhan baru atas pendidikan akhir.

Sistem pendidikan di Amerika mempunyai sifat yang khas yang berbeda dari sistem

pendidikan di  negara-negara lain. Hal ini terutama karena sistem pemerintahannya

yang mendelegasikan kebanyakan wewenang kepada negara bagian dan

pemerintahan lokal (distrik atau kota). Amerika tidak memiliki sistem pendidikan

nasional yang ada adalah sistem pendidikan dalam artian terbatas pada masing-

masing negara bagian. Hal ini berdasarkan pada filosofi bahwa pemerintah

(federal/pusat) harus dibatasi perannya, terutama dalam pengendalian kebanyakan

fungsi-fungsi publik seperti sekolah, pelayanan sosial dan lain-lain. Karena itu di

Amerika dalam pendidikan dasar dan menengah tidak ada kurikulum nasional bahkan

tidak ada kurikulum negara bagian. Apa yang ada hanyalah semacam standar-standar

kompetensi lulusan yang ditetapkan pemerintahan negara bagian ataupun

pemerintahan lokal.

Di Amerika Serikat sendiri terdapat beberapa lembaga akreditasi baik regional

maupun nasional yang mengakreditasi berbagai bidang pendidikan maupun bidang

profesional. Tetapi lembaga akreditasi itu tidak terkait dengan pemerintah baik pusat

maupun pemerintahan negara bagian. Lembaga akreditasi tersebut memperoleh

pengakuan melalui dua lembaga yaitu: Council Of Higher Education

Accreditation (CHEA) dan US. Department of Education.

20

Page 21: Makalah desi

AS ketika ingin membentuk masyarakat baru-pasca kemerdekaannya (4 Juli 1776)

baru disadari bahwa masyarakatnya terdiri dari berbagai ras dan asal negara yang

berbeda. Oleh karena itu, dalam hal ini Amerika mencoba mencari terobosan baru yaitu

dengan menempuh strategi menjadikan sekolah sebagai pusat sosialisasi dan

pembudayaan nilai-nilai baru yang dicita-citakan. Melalui pendekatan inilah, dari SD

sampai Perguruan Tinggi, AS berhasil membentuk bangsanya yang dalam

perkembangannya melampaui masyarakat induknya yaitu Eropa. Kaitannya dengan nilai-

nilai kebudayaan yang perlu diwariskan dan dikembangkan melalui sistem pendidikan

pada suatu masyarakat, maka AS memakai sistem demokrasi dalam pendidikan yang

dipelopori oleh John Dewey. Intinya adalah toleransi tidak hanya diperuntukkan untuk

kepentingan bersama akan tetapi juga menghargai kepercayaan dan berinteraksi dengan

anggota masyarakat. Contoh nyata yaitu terpilihnya Presiden berkulit hitam, Barack

Obama yang merupakan keturunan campuran antara kulit hitam dan kulit putih; selain

itu, Oprah Winfrey, seorang wanita berkulit hitam yang sukses berkarier di dunia

entertaiment Amerika Serikat dengan pengahsilan yang tinggi.

4. Pendidikan di Jepang

Jepang merupakan suatu negara yang mengalami perkembangan sangat pesat

dalam bidang IPTEK. Meskipun pada awalnya pendidikan Jepang meniru AS, namun pada

bentuk akhir yang dipakai sampai saat ini ternyata berbeda. AS menerapkan sistem

pendidikan modern, sedangkan Jepang bersifat konservatif. Dalam hal ini Jepang

melakukan penyesuaian terhadap budaya bangsa sendiri. Pendidikan Jepang adalah

egalitarian (persamaan derajat dan kognitif), dimana Jepang mengabaikan perbedaan

latar belakang, semua dianggap sama dan tidak diskrimninasi antara keluarga kaya

dengan miskin, dalam memuji murid yang (dianggap) pandai dengan yang (dianggap)

bodoh. Semuanya adalah sama. Dalam hal biaya pendidikan, praktis tidak ada perbedaan

biaya yang dikeluarkan oleh setiap murid dalam jenjang yang sama, meskipun  yang satu

berada dalam sekolah yang ada teknologi TV, LCD, komputer dan yang satu hanya

menggunakan papan tulis biasa. 

a. Sistem Pendidikan di Jepang

Tujuan Pendidikan Nasional di Jepang adalah untuk meningkatkan perkembangan

kepribadian secara utuh, menghargai nilai-nilai individu, dan menanamkan jiwa yang

bebas. Pendidikan di Jepang mulai mengalami kemajuan sejak dilakukannya reformasi

pendidikan pada masa Restorasi Meiji (Meiji Ishin) dan bertambah pesat setelah masa

pendudukan AS, setelah kekalahan Jepang dalam PD II. Reformasi pendidikan Jepang

dilakukan dengan mengikuti konstitusi baru yang diterapkan AS pada tahun 1947.

Reformasi pendidikan tersebut memiliki tujuan untuk menciptakan masyarakat yang

demokratis. Dalam reformasi tersebut ditetapkan UU Pendidikan yang pokok-pokoknya

mengandung:

21

Page 22: Makalah desi

1) Prinsip Legalisme, bahwa mekanisme pengelolaan diatur dengan UU dan

peraturan.

2) Prinsip Administrasi yang Demokratis, bahwa sistem administrasi pendidikan

harus dibangun berdasarkan konsensus nasional dan mencerminkan kebutuhan

masyarakat dalam membuat formulasi kebijakan pendidikan dan prosesnya.

3) Prinsip Netralitas, bahwa pewenangan pendidikan harus independen dan tidak

dipengaruhi dan diinterfensi oleh kekuatan politik.

4) Prinsip Penyesuaian dan Penetapan Kondisi Pendidikan, bahwa pemegang

kewenangan pusat dan lokal mempunyai tanggung jawab untuk menyediakan

kesempatan pendidikan yang sama bagi semua dengan menyediakan fasilitas

pendidikan yang cukup.

5) Prinsip Desentralisasi, bahwa pendidikan harus dikelola berdasarkan otonomi

pemerintahan lokal.

Untuk menyempurnakan tujuan pendidikan, tahun 2001 Kemenpen Jepang

mengeluarkan rencana reformasi pendidikan (Rainbow Plan) yang sesuai dengan

problematika di Jepang, antara lain berisi:

1) Mengembangkan kemampuan dasar skholastik siswa dalam model pembelajaran

yang menyenangkan. Ada 3 pokok arahan yaitu, pengembangan kelas kecil terdiri

atas 20 anak/kelas, pemanfaatan TIK dalam proses belajar mengajar, dan

pelaksanaan evaluasi belajar secara nasional.

2) Mendorong pengembangan kepribadian siswa menjadi pribadi yang hangat dan

terbuka melalui aktifnya siswa dalam kegiatan kemasyarakatan, juga perbaikan

mutu pembelajaran moral di sekolah.

3) Mengembangkan lingkungan belajar yang menyenangkan dan jauh dari tekanan,

dengan melakukan kegiatan ekstrakurikuler OR, seni, dan sosial lainnya.

4) Menjadikan sekolah sebagai lembaga yang dapat dipercaya oleh orang tua dan

masyarakat. Dicapai dengan menerapkan sistem evaluasi sekolah secara mandiri,

evaluasi sekolah oleh pihak luar, pembentukan school councillor, komite sekolah

yang beranggotakan orang tua, dan pengembangan sekolah berdasarkan keadaan

dan permintaan masyarakat setempat.

5) Melatih guru menjadi tenaga profesional.

6) Pengembangan universitas bertaraf internasional.

7) Pembentukan filosofi pendidikan yang sesuai untuk menyongsong abad baru,

melalui reformasi konstitusi pendidikan.

Sistem pendidikan di Jepang dibangun atas empat tingkat, yaitu: pusat, perfektual

(antara Provinsi dan Kabupaten), municipal (antara Kabupaten dan Kecamatan), dan

sekolah. Sistem administrasi tersebut menerapkan kombinasi antara sentralisasi,

desentralisasi, Manajemen Berbasis Sekolah (School Based Management), dan partisipasi

masyarakat. Di samping itu, terdapat asosiasi-asosiasi kepala sekolah, guru, murid, dan

orang tua yang mendukung pengembangan sekolah.

22

Page 23: Makalah desi

b. Jenjang Pendidikan di Jepang

Tahun ajaran di Jepang biasanya dimulai pada bulan April, yang dibagi menjadi 3

semester yang dipisahkan oleh liburan singkat musim semi dan musim dingin, serta

liburan musim panas yang lebih panjang (tergantung pada iklim tempat sekolah berada).

1) Preschool dan TK

a) PAUD dimulai dirumah oleh orang tua dengan berbagai media. Dirumah diajarkan

tata krama, perilaku sosial yang tepat, dan bermain terstruktur.

b) Kegiatan di TK (8.50 – 15.00): masuk kelas, meletakkan barang di loker, duduk di

bangku masing-masing, absen, salam, materi hari ini, istirahat (latihan kebersihan

sendiri), menyanyi, senam pagi, kembali ke kelas, melepas kaus kaki, bermain

(diluar/kebun/halaman sekolah), merapikan alat bermain, bersiap makan (cuci

tangan dan ugai), menggosok gigi, bermain di kelas (permainan

tradisional/modern), bersiap pulang, menyanyi lagu perpisahan, baris/kelas di

depan sekolah, pulang.

2) Sekolah Dasar

a) Semua anak memasuki kelas 1 pada usia 6 tahun dan hampir 99% terdaftar di

sekolah umum.

b) Di sekolah negeri tidak mewajibkan seragam, namun harus memakai name tag di

saku baju kiri dan badge di bahu kiri, yang warnanya disesuaikan dengan

tingkatan kelas. Tas anak SD dilengkapi pluit kecil yang berguna untuk memberi

tanda apabila bertemu dengan orang asing yang ingin mengganggu.

c) Siswa SD di Jepang memiliki tugas melayani makan siang (menuangkan makanan

ke piring) teman-temannya (sesuai piket) yang berguna untuk mengajarkan kerja

sama tim.

d) Pelajaran hanya terdiri dari 4 mapel: Huruf Jepang (menulis dan membaca),

Matematika, OR, dan Budi Pekerti. SD tidak mengenal ujian kenaikan kelas, tetapi

siswa yang telah menyelesaikan proses belajar di tiap kelas otomatis naik ke kelas

tingkatnya. Ujian akhir tidak ada, karena SD dan SMP termasuk kelompok

“compulsory education”, yang mempunyai arti: (1) adanya unsur paksaan

bersekolah, (2) diatur oleh UU Wajar, (3) adanya sanksi bagi orang tua yang tidak

menyekolahkan anaknya, dan (4) tolak ukur keberhasilan Wajar adalah tidak

adanya orang tua yang terkena sanksi karena telah mendorong anaknya

bersekolah (http://mylawliet.multiply.com/jurnal).

e) Penilaian dilakukan untuk mengecek daya tangkap siswa. Penilaian UH diberikan

dengan huruf, kecuali MTK. Dari kelas 4-6 dilakukan tes IQ, yang hasilnya

digunakan untuk memberikan perhatian lebih kepada siswa dengan kemampuan

diatas normal atau dibawah normal (siswa tidak dikelompokkan berdasarkan

kepandaian).

23

Page 24: Makalah desi

f) Program Wajar Jepang dikenal dengan istilah “GIMUKYOUKI (compulsory

education)”, yang dilaksanakan dengan prinsip memberikan akses penuh kepada

semua anak untuk mengenyam pendidikan 9 tahun (SD dan SMP) dengan

menggratiskan “tuition fee” dan mewajibkan orang tua untuk menyekolahkan

anak (ada dalam Fundamental Law of Education). Untuk memudahkan akses,

setiap distrik wilayah didirikan SD dan SMP walaupun jumlah siswanya minim (10-

11 siswa) dan orang tua wajib menyekolahkan anak. Mutu setiap distrik sama

(guru memegang lisensi mengajar yang dikeluarkan oleh Educational Board setiap

prefecture).

3) Sekolah Menengah Pertama (SMP)

a) Sejak tahun pertama belajar Bahasa Inggris. Mapel wajib SMP: Bahasa Jepang,

Ilmu-Ilmu Sosial, MTK, Sains, Musik, Seni Rupa, Pendidikan Jasmani, dan

Pendidikan Kesejahteraan Keluarga. Jadwal mapel berbeda setiap minggu.

b) Pembelajaran SMP cenderung mengandalkan metode ceramah, disamping

menggunakan metode atau media lain. Anak SMP wajib mempelajari karya klasik

GENJI MONOGATARI atau HIKAYAT GENJI berumur 1000 tahun dengan

menggunakan Bahasa Jepang Klasik.

c) Terdapat 2 kali ulangan, mid test dan final test (tetapi tidak bersifat wajib secara

nasional). Final test dilakukan serentak 3 hari dengan materi ujian dibuat oleh

sekolah berdasarkan standar dari Educational Board setiap prefektur. Penilaian

berasal dari akumulasi dari nilai tes sehari-hari, ekstrakurikuler, mid test dan final

test.

d) Siswa lulusan SMP dapat memilih SMA yang diminatinya, tetapi harus mengikuti

ujian masuk SMA terstandar Educational Board setiap prefektur yang dilaksanakan

serentak di seluruh Jepang dengan mata ujian yang sama.

4) Sekolah Menegah Atas (SMA)

a) Terdapat 3 jenis SMA: full time, part time (terutama malam hari), dan tertulis. Full

time berlangsung selama 3 tahun, sedangkan kedua jenis sekolah lainnya

menghasilkan diploma yang setara.

b) Jurusan SMA dikategorikan ke dalam beberapa jenis berdasarkan pola kurikulum,

yaitu jurusan umum (akademis), pertanian, teknik, perdagangan, perikanan, home

economic, dan perawatan.

c) Meskipun pendidikan SMA tidak diwajibkan di Jepang, 94% dari semua lulusan SMP

melanjutkan ke tingkat SMA. Jika ingin masuk ke tingkat sekolah diatasnya, siswa

mengikuti ujian dan membawa surat referensi dari sekolah sebelumnya. Siswa

SMA tidak mengikuti ujian kelulusan secara nasional, tetapi berasal dari hasil ujian

harian.

5) Pendidikan Tinggi

24

Page 25: Makalah desi

a) Untuk masuk ke PT harus ujian. Ujian dilakukan 2 tahap. Pertama, secara nasional

dengan soal disusun oleh Ministry of Education, terdiri dari 5 subjek (mirip dengan

ujian masuk SMA), selanjutnya siswa mengikuti ujian masuk tiap

universitas/fakultas. (sistem penerimaan hampir mirip dengan UMPTN Indonesia)

b) Terdapat 3 jenis lembaga pendidikan tinggi, yaitu: universitas/institut, junior

collage (akademi), dan technical collage (akademi teknik).

c) Di universitas/institut ada S1 (4 tahun) dengan gelar Bachelor’s Degree dan

pascasarjana (S2 selama 2 tahun dan S3 selama 3 tahun), kecuali fakultas

kedokteran dan kedokgi.

d) Junior collage memberikan pendidikan selama 2/3 tahun bagi lulusan SMA. Kredit

yang diperlukan dapat dihitung sebagai bagian dari kredit untuk mendapat gelar

S1. Lulusan SMP dapat masuk ke akademi teknik yang berlangsung selama 5

tahun (full time) untuk mencetak tenaga teknisi.

e) Universitas dan akademi memilih mahasiswa berdasarkan hasil ujian masuk dan

hasil prestasi belajar di SMA. Selain itu, ada tes gabungan kecakapan yang

seragam.

f) Pendidikan tinggi Jepang dikelola dibawah 3 lembaga, yaitu pemerintah pusat,

pemerintah daerah, dan pihak swasta. 5 jenis pendidikan tinggi: sarjana,

pascasarjana, diploma (non gelar), akademi, dan sekolah kejuruan. Program

sarjana menerima 3 mahasiswa yaitu: reguler (belajar full time selama 4/6 tahun),

pendengar (mahasiswa yang diizinkan mengambil mata kuliah tertentu dengan

syarat dan jumlah kredit yang berbeda di setiap universitas tetapi kredit itu tidak

diakui), dan pengumpul kredit (IDEM dengan pendengar, tetapi kredit diakui).

g) Program pascasarjana terdiri dari master, doktor, mahasiswa peneliti (mahasiswa

yang meneliti dalam bidang tertentu selama 1 semester/1 tahun tanpa tujuan

mendapatkan gelar), mahasiswa pendengar, dan pengumpul kredit. Diploma

selama 2 tahun, 60% disediakan bagi perempuan dan mengajarkan PKK, sastra,

bahasa, kependidikan, kesehatan.

h) Akademi (special training academy) adalah lembaga yang mengajarkan bidang-

bidang khusus, seperti keterampilan dalam pekerjaan atau kehidupan sehari-hari

selama 1-3 tahun.

i) Tahun akademik dimulai sekitar bulan April dan berakhir Maret tahun berikutnya,

yang dibagi menjadi semester 1 (Maret-September) dan semester 2 (Oktober-

Maret) dengan bahasa pengantar wajib adalah Bahasa Jepang.

j) Pada pendidikan khusus, mata kuliah sangat terbatas dengan kurikulum tunggal

(musik saja, melukis saja, atau sastra Inggris), kebanyakan perempuan dengan

tujuan meningkatkan kemampuan perempuan sebagai IRT.

c. Pengembangan Kurikulum di Jepang

Panduan tentang muatan pembelajaran termuat dalam GAKUSYUUSHIDOUYOURYOU

(dokumen lengkap tentang tujuan PBM sekolah, materi pelajaran, pendidikan moral dan

25

Page 26: Makalah desi

kegiatan khusus sebagai standar minimum yang harus dicapai oleh sekolah negeri,

publik, dan swasta) yang pertama kali dibuat pada tahun 1947 bertepatan dengan

lahirnya UU Pendidikan di Jepang. Perubahan kurikulum mengikuti pola 10 tahunan

dengan memperhatikan perubahan sosial dan ekonomi masyarakat Jepang dan dunia.

Dengan demikian pendidikan tidak lagi hanya sekedar jiplakan dari hal-hal yang tertera

dalam kurikulum, tetapi merupakan pengembangan standar minimal program yang

berorientasi kesiswaan.

Pendidikan Jepang tidak lepas dari pendidikan moral (karakter) yang diberikan pada

setiap jenjang kelas sekolah yang diintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan

sehingga tercipta karakter bangsa Jepang (ulet, pekerja keras, gigih, jujur, toleransi dan

kesetiakawanan yang tinggi).

Kurikulum Jepang terdiri atas tiga kategori: (1) mata pelajaran akademik (wajib dan

pilihan), (2) pendidikan moral, dan (3) kegiatan khusus. Pendidikan moral diberikan

sebanyak 34 jam belajar pada tingkat awal, 35 jam pada tingkat kedua hingga 9 (kelas 2

SD-3 SMP). Hal ini mewakili 3,3 – 4% dari total jam belajar setiap tahunnya. Kandungan

pendidikan moral dibedakan menjadi 4 area dengan total 76 item, yaitu:

1) Regarding self, meliputi:

a) Moderation (pengerjaan mandiri dan melakukan “moderate life”)

b) Diligence (bekerja keras secara mandiri)

c) Courage (pengerjaan sesuatu secara benar dengan keberanian)

d) Sincerity (bekerja dengan sincerity dan cheer)

e) Freedom dan order (nilai kebebasan dan kedisiplinan)

f) Self-improvement (pemahaman terhadap diri sendiri, mengubah apa yang

seharusnya diubah dan memperbaiki diri sendiri)

g) Love for truth (mencintai dan mencari kebenaran, mencari dasar kehidupan untuk

mencapai standar ideal)

2) Relation to others, meliputi:

a) Courtesy (pemahaman terhadap tata sopan santun, berbicara dan bertingkah laku

tergantung pada situasi dan kondisi)

b) Consideration and kidness (memperhatikan kepentingan orang lain, baik hati dan

empati)

c) Friendship (memahami, percaya dan menolong orang lain)

d) Thanks and respect (menghargai dan menghormati orang yang telah berjasa

kepada kita)

e) Modesty (menghargai orang lain yang berbeda ide dan status melalui sudut

pandang luas)

3) Relation to the nature and the sublime, meliputi:

a) Respect for nature (mengenal alam dan cinta kepada hewan dan tanaman)

b) Respect for life (menghargai kehidupan dan makhluk hidup)

c) Aesthetic Sensitivity (memiliki sensitivitas estetika dan perasaan terhadap

kehidupan manusia)

26

Page 27: Makalah desi

d) Nobility (mempercayai kekuatan dan keunggulan manusia untuk mengatasi

kelemahan diri, dan menemukan kebahagiaan sebagai manusia)

4) Relation to group and society, meliputi:

a) Public duty (menjaga janji dan menjalankan kewajiban dalam masyarakat, serta

merasa kewajiban publik)

b) Justice (jujur dan tak berpihak tanpa diskriminasi, prejudice, dan keadilan)

c) Group participation and responsibility (keinginan untuk berpartisipasi sebagai

grup, menyadari peranannya, melaksanakan tugas dan kewajiban dengan bekerja

sama)

d) Industry (memahami makna kerja keras dan keinginan untuk bekerja)

e) Respect for family members (mencintai dan menghormati orang tua dan bersedia

membantu pekerjaan mereka)

f) Respect for teacher and people at school (mencintai dan menghormati guru,

menciptakan tradisi sekolah yang lebih baik)

g) Contribution to society (menyadari kedudukan dalam masyarakat setempat)

h) Respect for tradition and love of nation (tertarik pada budaya bangsa dan

mencintai bangsa)

i) Respect for other culture (menghargai budaya asing dan manusianya)

Di Jepang, selain khusus ada jam pelajaran tentang moral (doutoku), pesan-pesan

moral juga terintegrasi dalam seluruh mata pelajaran di Jepang. Di kelas satu sekolah

jepang adalah, pelajaran tentang berbohong, dan giliran piket bersih-bersih di

kelas. Dalam dua sesi yang berbeda itu, pendekatan yang dilakukan oleh guru jepang

relatif mirip. Tidak dengan mendoktrin tentang pentingnya untuk berlaku jujur atau

menjalani tugas piket. Namun, dengan mengajak anak-anak berdiskusi tentang akibat-

akibat berbohong atau ketika mereka tidak menjalani tugas piket.

Diskusi interaktif itu menggiring anak-anak untuk berpikir tentang pentingnya

melaksanakan nilai-nilai moral yang akan diajarkan (proses kognitif-sikou ryoku). Tidak

ada proses menghafal, juga tidak ada tes tertulis untuk pelajaran moral ini. Untuk

mengecek pemahaman anak-anak tentang pelajaran moral yang diajarkan, mereka

diminta untuk membuat karangan, atau menuliskan apa yang mereka pikirkan tentang

tema moral tertentu (proses menilai-handan ryoku). Kadang mereka juga diputarkan film

yang memiliki muatan moral yang akan diajarkan, dan diajak untuk berdiskusi isi dari film

itu.

Dua hal yang menjadi inti pendidikan adalah pendidikan yang berfokus pada minat

anak-anak dan pentingnya belajar melalui pengalaman langsung. Di Jepang sendiri,

meskipun ada pelajaran moral (doutoku) dan ada kurikulumnya secara spesifik apa yang

harus diajarkan, namun apa definisi moral, baik-buruk, benar-salah, sama sekali tidak ada

batasannya. Penekanannya lebih kepada nilai-nilai yang dianggap baik secara universal,

seperti nilai-nilai kejujuran, kerja keras, menghormati hak orang lain, disiplin, rasa malu

ketika tidak memenuhi kewajiban, dan sebagainya. Di Jepang sendiri, dengan kualitas

27

Page 28: Makalah desi

guru-guru yang sangat baik, pendidikan moral yang didukung dengan sistem pendidikan,

serta undang-undang yang fokus pada pembentukan karakter di sekolah dasar dan

menengah, bisa sukses menanamkan nilai-nilai yang diajarkan tadi.

28

Page 29: Makalah desi

Dari penjelasan sistem pendidikan beberapa negara diatas, maka kita dapat menyimpulkan perbandingan pendidikan antara

keempat negara. Perbandingan tersebut dapat kita lihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Perbandingan Sistem Pendidikan Beberapa Negara

Pembeda Indonesia Australia Amerika Serikat JepangTujuan Pendidikan Nasional

Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, berfungsi untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU Sisdiknas Pasal 3)

Menerapkan Pendidikan Multikultura, dengan tujuan:1. Pengertian dan

menghargai bahwa Australia pada hakekatnya adalah masyarakat multibudaya di dalam sejarah, baik sebelum maupun sesudah kolonisasi bangsa Eropa.

2. Menemukan kesadaran dan kontribusi dari berbagai latar kebudayaan untuk membangun Australia.

3. Pengertian antar budaya melalui kajian-kajian tentang tingkah laku, kepercayaan, nilai-nilai yang berkaitan dengan multikulturalisme.

4. Tingkah laku yang memperkuat keselarasan antar etnis.

5. Memperluas kesadaran akan penerimaannya sebagai seseorang yang mempunyai identitas nasional Australia tetapi juga akan identitas yang spesifik di dalam masyarakat multi

Pendidikan yang menonjolkan Desentralisasi-Demokrasi, dengan tujuan:1. untuk mencapai

kesatuan dalam kebhinekaan

2. untuk mengembangkan cita-cita dan praktek demokrasi

3. untuk membantu pengembangan individu

4. untuk memperbaiki kondisi sosial masyarakat

5. untuk mempercepat kemajuan nasional

Untuk meningkatkan perkembangan kepribadian secara utuh, menghargai nilai-nilai individu, dan menanamkan jiwa yang bebas

29

Page 30: Makalah desi

budaya Australia. Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan

1. Demokratis, berkeadilan, dan tidak diskriminatif

2. Sebagai satu kesatuan yang sistematik

3. Merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan siswa

4. Diselenggarakan dengan memberikan keteladanan

5. Diselenggrakan dengan budaya “calistung”

6. Diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat (UU Sisdiknas Pasal 4)

Kesadaran adanya perbedaan etnis setiap daerah bagian.

Inti pendidikan adalah toleransi tidak hanya diperuntukkan untuk kepentingan bersama akan tetapi juga menghargai kepercayaan dan berinteraksi dengan anggota masyarakat

1. Prinsip legalisme2. Prinsip administrasi yang

demokratis3. Prinsip netralitas4. Prinsip penyesuaian dan

penetapan kondisi pendidikan

5. Prinsip desentralisasi

Acuan Pendidikan

Negara maju seperti AS, tetapi “kurang penyesuaian” terhadap budaya bangsa sendiri. Misalnya, kita telah memiliki konsep Pendidikan Taman Siswa, tetapi lebih memilih konsep Bloom dari AS

Perbedaan etnis dalam negaranya sendiri

Menerapkan model pendidikan Demokrasi

Negara maju terutama AS, dengan penyesuaian terhadap budaya bangsa sendiri sehingga dihasilkan suatu bentuk yang unik yang menjadi ciri khas Negara Jepang

Reformasi Pendidikan

Telah dilakukan reformasi pendidikan, tetapi belum terintegrasi dengan baik

Australia mengubah kebijakannya dari White Australia Policy ke multicultural policy (pendidikan multikultural)

Adanya kebijakan Charter School, yaitu pendidikan diserahkan pada setiap unit etnik dengan biaya dari negara karena menyadari kelompok masyarakat yang sangat pluralitas

Untuk menyempurnakan tujuan pendidikan, tahun 2001 Kementrian Pendidikan Jepang mengeluarkan Rainbow Plan

Wajib Belajar Wajar 9 tahun (SD dan SMP), ciri-ciri:1. Tidak bersifat paksaan

tetapi persuasif2. Tidak ada sanksi hukum,

sekedar sanksi moral

Wajar 6/7 tahun (SD) dan 4/5 tahun (SMP)

Tidak ada menerapkan program wajar tetapi setiap negara bagian menyediakan pendidikan secara gratis selama 12 tahun mulai dari TK sampai pada jenjang

Wajar 9 tahun (SD dan SMP), ciri-ciri:1. Adanya unsur paksaan

agar bersekolah2. Diatur dengan UU Wajar3. Ada sanksi bagi orang

30

Page 31: Makalah desi

3. Tidak diatur dalam UU tersendiri

4. Keberhasilan diukur dengan angka partisipasi pendidikan

berikutnya. tua yang membiarkan anaknya tidak bersekolah

4. Keberhasilan diukur dari tidak adanya orang tua yang terkena sanksi

Jenjang Pendidikan

PAUD dan TK, SD, SMP, SMA, PT

Prasekolah, TK, Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah (SMP-SMA), PT

Terdapat beberapa macam pola jenjang pendidikan, yaitu:1. taman kanak-kanak + 

pendidikan dasar ”grade” 1-8 + 4 tahun SLTA

2. taman kanak-kanak + sekolah dasar ”grade” 1-6 tahun + 3 tahun SLTP + 3 tahun SLTA

3. taman kanak-kanak + sekolah dasar ”grade” 1-4/5 + 4 tahun SLTP + 4 tahun SLTA

4. setelah menyelesaikan pendidikan tingkat taman kanak-kanak + 12 tahun pada beberapa buah negara bagian dilanjutkan 2 tahun pada tingkat akademi (junior community college)  sebagai bagian dari sistem pendidikan dasar dan menengah

Preschool dan TK, SD, SMP, SMA, PT

Jurusan di SMA Dibedakan antara SMA dan SMK1. SMA = IPA, IPS, bahasa2. SMK = sangat variatif

Pendidikan kejuruan diarahkan untuk pasar kerja. Dimana setiap negara memiliki kejuruan Pendidikan dan Pelatihan (Vocational

Ada beberapa jenis berdasarkan pola kurikulum, yaitu:1. Umum (akademis)2. Pertanian3. Teknik

31

Page 32: Makalah desi

Education and Training/VET 4. Perdagangan5. Perikanan6. Home economic7. PerawatanSekolah Kejuruan: 5 tahun dari lulusan SMP dengan tujuan pembinaan teknis

Ujian Masuk Sekolah

Ada yang berdasarkan NEM asal dan ujian beberapa mapel

Nilai Ujian Mapel: Inggris, Sains, Ilmu Sosial, dan MTK

Nilai Ujian Mapel: Inggris, Sains, Ilmu Sosial, dan MTK

Ujian Bahasa Jepang, English, MTK, Ilmu Sosial, dan Sains

Jenis-Jenis PT Universitas, Institut, Sekolah Tinggi, Politeknik, Akademi, Akademi Komunitas (UU No. 12/2012 ttg Pend. Tinggi)

Program Lanjutan, Akademi, Sekolah Tinggi, Universitas

Community atau technical college, undergraduate tamatan program S-1, dan program-program diploma dengan bidang spesialis tertentu

Universitas/Institut, akademi (junior collage), akademi teknik (technical collage)

Pengembangan Kurikulum

1. Tampaknya masih bertumpu pada mapel, belum pada sistem pendidikannya

2. Dimulai dari Rencana Pelajaran 1947, 1952, 1964, Kurikulum 1968, 1975, 1984, 1988, Kurikulum 1994, Suplemen 1999, Kurikulum 2004 (KBK), Kurikulum 2006 (KTSP), Kurikulum 2013

Tidak ada kurikulum nasional yang bersifat resmi, pengembangan kurikulum diserahkan kepada masing-masing bagian wilayah dan biasanya perubahan kurikulum mengacu kepada perubahan sosial dunia dan kemajuan IPTEK

1. Lebih menekankan pada sistem pendidikan di sekolah, bukan pada perubahan mapel atau metode mengajar

2. Kurikulum 1947, 1951, 1956, 1961, 1971, 1980, 1992, 2002, dan 2011

Pendidikan Karakter

1. Pelaksanaannya belum cukup jelas

2. Dalam PBM disekolah telah dimunculkan nilai karakter sebanyak 18 item (modul PLPG Rayon 113)

Tercantum dalam UU dan diintegrasikan ke seluruh mata pelajaran dengan sejujurnya

Belum ada pendidikan karakter

1. Tercantum dalam UU dan diberikan pada setiap jenjang kelas sekolah.

2. Diintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan dan telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam mata

32

Page 33: Makalah desi

pelajaran lain.3. Meliputi 4 area dengan

76 item karakter.

33

Page 34: Makalah desi

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pendidikan merupakan sarana dalam menyampaikan kebudayaan dari satu

generasi ke generasi selanjutnya. Pendidikan dan negara mempunyai hubungan

yang sangat erat. Perkembangan sebuah negara tergantung kepada

perkembangan pendidikan kepada warga negaranya.

2. Perkembangan pendidikan di setiap negara pasti berbeda, hal ini disebabkan

beberapa faktor seperti keadaan wilayah negara, faktor ekonomi masyarakat,

faktor politik negara, kebudayaan setempat, dan sebagianya

3. Pelaksanaan pendidikan setiap negara yang ada di dunia sangat ditentukan oleh

faktor-faktor tersebut, khusunya negara-negara maju yang sangat memperdulikan

masalah pendidikan warga negaranya.

B. Saran

1. Kita sebagai generasi penerus bangsa seharusnya dapat menyadari bahwa

pendidikan itu sangat penting demi kemajuan negara kita.

2. Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang di dunia

seharusnya dapat meneladani pendidikan di negara-negara maju yang sangat

konseptual dan tidak menghilangkan unsur kebudayaan negaranya sendiri

sehingga pendidikan di Indonesia dapat sejajar dengan negara-negaar maju di

dunia.

34

Page 35: Makalah desi

REFERENSI

_______. Pendidikan Pada Umumnya dan Pendidikan Indonesia. Jakarta: Rajawalki Pers.

______. 2010. Pendidikan di Amerika Serikat. http://www.hewlett.org/programs/global-development-program/quality-education-in-developing-countries.

______. 2010Sihol Nababan. 2009. Peranan Sistem Pendidikan Nasional dalam Mengembangkan Nilai-Nilai Budaya. Medan: Universitas HKBP Nommensen. Makalah ini disampaikan pada The 1st International Symposium on Education tanggal 15 Agustus 2009.

Academy, Expression, 2007. Education Systems in Australia (http://www. expressionacademy.com/education%20systems%20in%%20australia.html, diakses pada tanggal 17 November 2008).

Ardian Umam. Mengupas Sistem Pendidikan Jepang dalam Pembangunan Karakter Bangsanya. http://www.wikipedia.co.id

Mohammad Noor Syam. 1986. Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsafat Kependidikan Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional.

Mudyahardjo, Redja. 2010. Pengantar Pendidkan. Suatu Studi Awal Tentang  Dasar Dasar.

Rahman Assegaf. 2003. Internasionalisasi Pendidikan, Sketsa Perbandingan Pendidikan di Negara-Negara Islam dan Barat. Yogyakarta: gama Media.

Sutarno. Karakteristik Pendidikan Multikultural Di Berbagai Negara. Perbandingan Sistem Pendidikan di Indonesia dan Di Jepang.

Tukiyo. Sistem Pendidikan dan Pendidikan Karakter di Jepang serta Perbandingannya dengan di Indonesia. Semarang: FKIP Universitas Widya Dharma Klaten.

35