makalah class action

16
CLASS ACTION DAN LEGAL STANDING SEBAGAI SALAH SATU LANGKAH DALAM PENYELESAIAN SENGKETA LINGKUNGAN HIDUP I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang di dunia memiliki sumber daya yang sangat kaya dan melimpah.Kekayaan akan sumber daya (resources) ini dapat dilihat nyaris disetiap Provinsi di Indonesia.Namun demikian,kekayaan akan sumber daya khususnya sumber daya alam justru disatu sisi menimbulkan potensi terjadi pencemaran dan pengerusakan lingkungan hidup dimana- mana.Keadaan ini dapat menjadi salah satu penghambat bagi Indonesia dalam melaksanakan pembangunan yang bertujuan guna meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Masalah pencemaran dan pengerusakan lingkungan hidup ini sesungguhnya merupakan masalah yang dialami oleh hampir seluruh negara-negara di dunia. Berbagai masalah mengenai lingkungan hidup baik yang disebabkan oleh alam maupun karena ulah tidak bertanggung jawab manusia diyakini dapat mengganggu jalannya proses ekologi yang berujung pada hancurnya rantai ekosistem dimuka bumi ini.Isu ini sudah mulai dibicarakan pada pertemuan Internasional yang digagas oleh PBB di Stockholm 1

Upload: ferli-hidayat

Post on 24-Jun-2015

1.166 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Class Action

CLASS ACTION DAN LEGAL STANDINGSEBAGAI SALAH SATU LANGKAH

DALAM PENYELESAIAN SENGKETA LINGKUNGAN HIDUP

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang di dunia memiliki

sumber daya yang sangat kaya dan melimpah.Kekayaan akan sumber

daya (resources) ini dapat dilihat nyaris disetiap Provinsi di

Indonesia.Namun demikian,kekayaan akan sumber daya khususnya sumber

daya alam justru disatu sisi menimbulkan potensi terjadi pencemaran dan

pengerusakan lingkungan hidup dimana-mana.Keadaan ini dapat menjadi

salah satu penghambat bagi Indonesia dalam melaksanakan pembangunan

yang bertujuan guna meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.

Masalah pencemaran dan pengerusakan lingkungan hidup ini

sesungguhnya merupakan masalah yang dialami oleh hampir seluruh

negara-negara di dunia. Berbagai masalah mengenai lingkungan hidup baik

yang disebabkan oleh alam maupun karena ulah tidak bertanggung jawab

manusia diyakini dapat mengganggu jalannya proses ekologi yang

berujung pada hancurnya rantai ekosistem dimuka bumi ini.Isu ini sudah

mulai dibicarakan pada pertemuan Internasional yang digagas oleh PBB di

Stockholm 1972.Pada konferensi yang diikuti oleh wakil 114 negara ini

memfokuskan pada empat isu utama yakni mengenai Popullation,Polution,

Poverty dan juga Policy.Pertemuan ini kemudian berlanjut pada konferensi

lingkungan hidup di Nairobi,Kenya pada tahun 1982 yang menjadi cikal

bakal terbentuknya World Commission on Environment and

Development (WCED) pada tahun 1983 dan diketuai oleh Gro Harlem

Brundtland1.Pertemuan-pertemuan Internasional ini terus berlanjut dan dari

sinilah dunia mengenal istilah Sustainable Development atau di Indonesia

disebut sebagai pembangunan yang berkelanjutan.Konsep pembangunan

1 Mantan Perdana Menteri Norwegia yang juga pernah menjabat sebagai Director-General of World Helath Organization (WHO) periode 1998-2003.

1

Page 2: Makalah Class Action

yang berkelanjutan inilah yang diharapkan dapat menjadi sebuah wujud

pertanggung jawaban kita sebagai generasi saat ini kepada generasi yang

akan datang.Berbagai pertemuan internasional ini menuntut kita semua

untuk bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan pelestarian lingkungan

hidup agar tetap terjaga dan dapat dimanfaatkan generasi mendatang

sembari melakukan pembangunan di berbagai bidang.

Dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan,Pemerintah

Indonesia membuat berbagai konsep mengenai peraturan perundang-

undangan guna menjaga kelestarian lingkungan hidup yang ada.Pada tahun

1982 pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No 14 tahun 1982

(LN1982 No.12) tentang ketentuan-ketentuan pokok Pengelolaan

Lingkungan Hidup secara terpadu dengan mengamanatkan keharusan

untuk mengkaitkan pelaksanaan pembangunan Nasional dengan konsep

“sustainable development”.Undang-undang ini mengandung berbagai

konsepsi dari pemikiran inovatif dibidang hukum lingkungan

Indonesia,sehingga perlu dikaji penyelesaiannya perundang-undangan

lingkungan modern sebagai sistem keterpaduan (Rangkuti, 1991:6).

Selanjutnya Undang-Undang No.14 tahun 1982 diganti dengan Undang-

Undang No 23 tahun 1997 (LN 1997:68) tentang pengelolaan Lingkungan

Hidup.Dalam undang-undang ini pembangunan berwawasan lingkungan

dikumandangkan dengan istilah “Pembangunan Berkelanjutan Yang

Berwawasan Lingkungan Hidup.” Dalam perkembangannya,Undang-

Undang No 23 tahun 1997 dicabut dan digantikan dengan Undang-Undang

No 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup.Undang-Undang No 32 tahun 2009 juga tidak lupa untuk meneruskan

prinsip mengenai pembangunan berkelanjutan yang berwawasan

lingkungan,hal ini dapat kita cermati pada bagian konsideran UU No.32

tahun 2009 dikatakan bahwa pembangunan ekonomi Nasional

sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945 diselenggarakan berdasarkan

prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Begitu besarnya perhatian negara melalui perwujudan pembangunan

yang berwawasan lingkungan mengartikan bahwa pentingnya menjaga

kelestarian lingkungan hidup tersebut.Hal ini juga lah yang mendorong

pemerintah untuk senantiasa memperbaiki produk undang-undang yang

2

Page 3: Makalah Class Action

ada sehingga konsep pembangunan yang berwawasan lingkungan hidup

tersebut benar-benar dapat terlaksana.Pun demikian adanya mengenai

tindakan hukum pada pelanggaran terhadap lingkungan hidup itu

sendiri.Salah satu fokus utama yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah

mengenai gugatan dan sanksi perdata terhadap masalah sengketa

lingkungan hidup.Penggunaan instrument hukum khususnya litigasi hukum

melalui jalur peradilan merupakan salah satu jalan yang dapat ditempuh

oleh masyarakat.Kelompok masyarakat dapat mengajukan gugatan

terhadap dugaan terjadinya pengerusakan dan pelanggaran pada

kelestarian lingkungan hidup,karena setiap warga negara memiliki hak

untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat1.Pengajuan

gugatan secara perdata ini pada awalnya sangat jarang diterapkan di

Indonesia,ini dikarenakan Hukum Acara Positif Indonesia yang menganut

sistem civil law tidak mengenal prosedur gugatan secara perwakilan

layaknya yang terdapat pada negara-negara dengan sistem hukum

common law (anglo saxon) (E.Sundari,2002:98).Terobosan hukum

mengenai gugatan perwakilan ini baru muncul melalui peraturan Mahkamah

Agung (PERMA) No.1 Tahun 2002 yang mengatur mengenai acara gugatan

perwakilan kelompok.Hal ini didasarkan karena sistem hukum perdata

Indonesia,yang dapat menjadi pihak dalam sengketa perdata adalah

manusia2 serta badan hukum melalui wakilnya3 (E.Sundari,

2002:108).Disinilah pentingnya kita memahami mekanisme gugatan perdata

khususnya pada masalah sengketa Lingkungan Hidup yang terjadi di

Indonesia.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembahasan diatas,penulis mencoba merumuskan

masalah yang akan diangkat dalam makalah ini,yaitu :

1. Bagaimana penerapan gugatan perdata di Indonesia?

2. Bagaimana perbandingan gugatan class action dan legal standing di

Indonesia?

1 Amanat Undang-Undang Dasar 1945 ,Pasal 28 H ayat 1 , Perubahan II 18 Agustus 2000.2 Pasal 118 HIR,142 Rbg3 Pasal 123 ayat 2 HIR,147 ayat 2 Rbg,Pasal 6 no 1 dan 3 serta Pasal 8 no 2 Rv dan pasal 1655 BW.

3

Page 4: Makalah Class Action

II. PEMBAHASAN

A. Undang-Undang No 32 Tahun 2009

Masalah lingkungan hidup memang semakin hari semakin

meprihatinkan,bukan saja terjadi di Indonesia tetapi juga telah menjadi isu

global yang sifatnya mendunia.Salah satu langkah yang ditempuh oleh

pemerintah guna mencegah dan melindungi kelestarian lingkungan hidup

adalah dengan memperbaiki produk undang-undang.Karena itulah

pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No 32 tahun 2009 guna

menggantikan UU No 23 tahun 1997,yang salah satu tujuan nya adalah

untuk menutupi celah-celah hukum yang ditinggalkan UU No 23 tahun 1997

dengan harapan agar pelanggaran dan sengketa mengenai masalah

Lingkungan Hidup dapat ditekan seminimal mungkin.

Perbedaan medasar tersebut dijelaskan pada bagian penjelasan dari

UU No 32 tahun 2009 ini,yaitu Adanya penguatan yang terdapat dalam

Undang-Undang ini tentang prinsip-prinsip perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup yang didasarkan pada tata kelola pemerintahan yang baik

karena dalam setiap proses perumusan dan penerapan instrument

pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup serta

penanggulangan dan penegakan hukum mewajibkan pengintegrasian apek

transparansi,partisipasi,akuntabilitas,dan keadilan. UU No 32 tahun 2009

juga memperkenalkan ancaman hukuman minimum disamping

maksimum,perluasan alat bukti (pasal 96 huruf f),pemidanaan bagi

pelanggaran baku mutu,keterpaduan penegakan hukum pidana,dan

pengaturan tindak pidana korporasi.Undang-undang ini juga tetap

memperhatikan penggunaan asas Ultimum Remedium yang hanya berlaku

pada tindak pidana formil tertentu yaitu pemidanaan terhadap pelanggaran

baku mutu air limbah,emisi,dan gangguan.

Pada UU No 32 tahun 2009 masalah penyelesaian sengketa

lingkungan hidup diatur pada bagian ke tiga Undang-undang ini.Dimana

secara perdata undang-undang ini membatasi aturan-aturan mengenai

pengajuan gugatan oleh pihak-pihak tertentu saja,sebagai upaya

pencegahan dan usaha pelestarian lingkungan hidup,yaitu :

4

Page 5: Makalah Class Action

1. Ganti Kerugian dan Pemulihan Lingkungan

Pasal 87 (1)

Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang melakukan

perbuatan melanggar hukum berupa pencemaran dan.atau

perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian pada orang

lain atau lingkungan hidup wajib membayar ganti rugi dan/atau

melakukan tindakan tertentu.

Pasal 87 (2)

Setiap orang yang melakukan pemindahtanganan,pengubahan sifat

dan bentuk usaha,dan/atau kegiatan dari suatu badan usaha yang

melanggar hukum tidak melepaskan tanggung jawab hukum dan/atau

kewajiban badan usaha tersebut.

2. Tanggung Jawab Mutlak

Pada pasal 88 mengatur tentang tanggung jawab mutlak (Strict

Liability), dimana prinsip ini tidak dikaitkan dengan unsure

kesalahan.Pada pasal 88 ini dikatakan bahwa “Setiap orang yang

tindakannya,usahanya, dan/atau kegiatannya menggunakan

B31,menghasilkan dan/atau mengelola limbah B3,dan/atau yang

menimbulkan ancaman serius terhadap lingkungan hidup bertanggung

jawab mutlak atas kerugian yang terjadi tanpa perlu pembuktian unsur

kesalahan.

3. Hak Gugat Pemerintah dan Pemerintah Daerah

Instansi Pemerintah dan pemerintah daerah yang bertanggung jawab

dibidang Lingkungan Hidup berwenang mengajukan gugatan ganti rugi

dan tindakan tertentu terhadap usaha dan atau kegiatan yang

menyebabkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang

mengakibatkan kerugian lingkungan hidup (Pasal 90)

4. Hak Gugat Masyarakat

Pasal 91 (1)

Masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan kelompok untuk

kepentingan dirinya sendiri dan/atau untuk kepentingan masyarakat

1 Bahan Berbahaya dan Beracun adalah zat,energi,dan/atau komponen lain yang karena sifat,konsentrasi,dan/atau jumlahnya,baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemrkan dan/atau merusak lingkungan hidup,da/atau membahayakan lingkungan hidup,kesehatan,serta kelangsungan hidup manusia dan mahluk hidup lain.

5

Page 6: Makalah Class Action

apabila mengalami kerugian akibat pencemaran dan/atau kerusakan

lingkungan hidup.

Pasal 91 (2)

Gugatan dapat diajukan apabila terdapat kesamaan fakta atau

peristiwa ,dasar hukum,serta jenis tuntutan diantara wakil kelompok

dan anggota kelompoknya.

5. Hak Gugat Organisasi Lingkungan Hidup

Dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup,organisasi lingkungan hidup berhak

mengajukan gugatan untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan

hidup (pasal 92 ayat 1).

B. Penerapan Gugatan Perdata di Indonesia

Kepentingan hukum pada umumnya diartikan dengan adanya suatu

kerugian yang diderita langsung oleh seseorang.Seseorang yang tidak

menderita kerugian mengajukan tuntutan hak,tidak mempunyai kepentingan

(Mertokusumo, 1998:39).Namun Mahkamah Agung dalam putusannya

tanggal 7 Juli 1971 no.294/K/sip/1971 telah menafsirkan kepentingan

hukum sebagai adanya hubungan hukum.Hubungan hukum tersebut

tentulah hubungan hukum antara para pihak yang berperkara itu sendiri

dan/atau para pihak dengan objek sengketanya (E.Sundari,2002:104).

Kepentingan hukum disini dapat kita artikan secara langsung maupun tidak

langsung yang terkait secara hukum perdata.

Salah satu prinsip penting yang diterapkan dalam Undang-undang no

32 tahun 2009 adalah mengenai hak gugat masyarakat dan Organisasi

Lingkungan Hidup.Kedua jenis gugatan ini merupakan penerapan langsung

dari unsur kepentingan hukum yang menciptakan sebuah hubungan hukum

secara tidak langsung.Hak gugat masyarakat (class action) serta hak gugat

organisasi Lingkungan Hidup (legal standing) sesungguhnya belum begitu

banyak diterapkan di Indonesia,gugatan ini baru dikenal dekat sejak

dikeluarkannya PERMA No 1 tahun 2002 yang mewujudkan hak gugatan

tersebut dari UU no 23 tahun 1997.Kemudian pada undang-undang no 32

tahun 2009 hal ini ditegaskan lagi melalui pasal 92 dan pasal 91.Pasca

hadirnya ketiga produk hukum tersebut,bentuk gugatan perdata secara

6

Page 7: Makalah Class Action

class action dan legal standing mulai banyak terjadi di negara kita ini.Namun

sesungguhnya karena jenis gugatan ini sebenarnya adalah keluaran

negara-negara dengan model hukum common law,maka tehnis peng-

adopsiannya di negara Indonesia masih menimbulkan berbagai macam

perdebatan.Seperti halnya mengenai pengertian dari legal standing itu

sendiri,pada produk hukum mengenai lingkungan hidup,legal standing

diartikan sebagai hak gugat organisasi lingkungan hidup hal ini berbeda

dengan beberapa produk hukum seperti undang-undang perlindungan

konsumen.Namun secara umum definisi legal standing dapat diartikan

sebagai suatu tata cara pengajuan gugatan secara perdata yang dilakukan

oleh satu atau lebih lembaga swadaya masyarakat yang memenuhi syarat

atas suatu tindakan atau perbuatan atau keputusan orang perorang atau

lembaga atau pemerintah yang telah menimbulkan kerugian bagi

masyarakat. Sedangkan gugatan perwakilan dalam arti class action

didefinisikan sebagai gugatan yang diajukan oleh seseorang atau lebih

untuk mewakili kepentingannya sendiri ,sekaligus mewakili kepentingan

suatu kelompok orang,atas dasar kesamaan kepentingan.Prinsip pengajuan

gugatan secara class action tersebut tidak mengharuskan wakil yang maju

ke pengadilan untuk memperoleh kuasa terlebih dahulu dari kelompok yang

diwakilinya (E.Sundari, 2002:142).Kemudian dengan menggunakan dasar

PERMA No 1 tahun 2002 Acara Gugatan Perwakilan Kelompok kita dapat

melihat mengenai tata cara dan persyaratan gugatan perwakilan kelompok

(Bab II Perma No1 Tahun 2002).

Dengan berbagai produk hukum sebagai dasar penerpannya,hak

gugat masyarakat dan kelompok ini telah banyak dilakukan belakangan ini.

Hal ini membuktikan bahwa semakin banyaknya kepedulian masyarakat dan

berbagai organisasi lingkungan hidup yang ada di Indonesia guna menjaga

dan ikut serta secara aktif meminimalisir pelanggaran terhadap undang-

undang mengenai Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Contoh dari gugatan yang pernah terjadi di Indonesia diantaranya adalah

kasus rokok Bentoel yang terjadi di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat,Kasus

pencemaran sungan Ciujung yang diajukan di Pengadilan Negeri Jakarta

Utara,kasus pembakaran lahan di Riau yang diajukan melalui pengadilan

Negeri Pekanbaru,dan Gugatan Walhi terhadap PT.Indorayon Utama.

7

Page 8: Makalah Class Action

C. Perbandingan Class Action dan Legal Standing

Substansi utama yang mewadahi gugatan perwakilan baik itu berupa

class action maupun secara legal standing adalah keduanya berada pada

ranah hukum perdata dan merupakan bentuk pengajuan gugatan dalam

bentuk perwakilan.Hal ini sesuai dengan Undang-undang no 32 tahun 2009

tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dimana pada

bagian ke tiga mengatur tentang Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup

Melalui Peradilan dan kemudian dijabarkan lewat pasal 87 sampai dengan

pasal 92.Sedangkan dasar pembeda antara gugatan perwakilan secara

class action dengan legal standing terdapat pada siapa yang mengajukan

dan kepada siapa gugatan ditujukan.Seperti hal nya yang digambarkan

pada table dibawah ini ;

Jenis

Gugatan

Penggugat Tergugat Bentuk Tuntutan Keterangan

Legal

Standing

Badan 

Hukum 

 NGO/LSM 

*Pemerintah 

*Perusahan 

*Badan hukum 

*Individu 

Pemulihan

Lingkungan

Harus sesuai dengan  tujuan 

organisasi dalam Anggaran 

Dasar 

Class

Action

Individu

Kelompok

Masyarakat

*Pemerintah 

*Perusahan 

*Badan hukum 

*Individu 

Pemulihan

Keadaan

Lingkungan dan

Ganti Rugi

Mengalami Kerugian lang-

sung maupun berpotensi

mengalami kerugian

(sumber : http://ejournal.usu.ac.id 1)

Pada gambar diatas terlihat jelas bahwa mekanisme mengenai siapa

yang berhak mengajukan gugatan dan kepada siapa gugatan itu

ditujukan,terkait dengan gugatan secara class action dan legal standing

sudah dijabarkan dengan jelasnya.

1 Dipaparkan ulang pada pelajaran Pengetahuan dan Hukum Lingkungan PTIK angkatan 56 pada tanggal 19 April 2010 oleh kelompok mahasiswa sindikat VI.

8

Page 9: Makalah Class Action

Class Action diajukan masyarakat melalui prosedur perdata yang

diwakilkan oleh satu atau sejumlah orang yang bertindak sebagai pihak

penggugat.Hal ini sesuai dengan unsur-unsur penggugat pada gugatan

class action itu sendiri yaitu Wakil Kelompok (Class Represntatif) dan

Anggota Kelompok (Class Members). Class Representatif diartikan sebagai

satu orang atau lebih yang menderita kerugian yang mengajukan gugatan

sekaligus mewakili kelompok orang yang lebih banyak jumlahnya.Untuk

menjadi wakil kelompok tidak disyaratkan adanya suatu surat kuasa khusus

dari anggota kelompok.Saat gugatan class action diajukan ke pengadilan

maka kedudukan dari wakil kelompok sebagai penggugat aktif.Class

Members diartikan sebagai sekelompok orang dalam jumlah yang banyak

yang menderita kerugian yang kepentingannya diwakili oleh wakil kelompok

di pengadilan.Apabila class action diajukan ke pengadilan maka kedudukan

dari anggota kelompok adalah penggugat pasif.

Legal Standing dilakukan oleh Organisasi Lingkungan Hidup sebagai

perwakilan penggugat,namun tidak semua organisasi lingkungan dapat

mengajukan gugatan,melainkan harus memenuhi persyaratan,yaitu :

1. Berbentuk Badan Hukum atau Yayasan;

2. Menegaskan didalam Anggaran Dasar nya bahwa organisasi tersebut

didirikan untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup; dan

3. Telah melaksanakan kegiatan nyata sesuai dengan Anggaran Dasarnya

paling singkat 2 (dua) tahun.

Kedua hal tersebut (penggugat) adalah dasar pembeda yang paling

kentara pada gugatan class action dan legal standing,walaupun keduanya

adalah sama-sama bentuk pengajuan gugatan perdata yang dilakukan

secara perwakilan kelompok (E.Sundari,2002:149)

9

Page 10: Makalah Class Action

III. PENUTUP

Gugatan melalui perwakilan dalam hukum perdata di Indonesia

sesungguhnya telah memiliki landasan hukum yang cukup kuat , hal ini

setidaknya terjadi pada kasus-kasus gugatan mengenai kerusakan kelestarian

fungsi Lingkungan Hidup di Indonesia.Dengan dikeluarkannya UU No 32 Tahun

2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup diharapkan

keperdulian dari masyarakat baik secara individu dan kelompok serta bentuk-

bentuk organisasi Lingkungan Hidup untuk dapat terus perduli dan berperan

aktif guna menjaga dan memelihara kelestarian Lingkungan Hidup dari segala

kegiatan dan usaha yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan

Lingkungan Hidup tersebut.Penerapan gugatan melalui pengadilan baik secara

class action ataupun secara legal standing harus dijadikan sebagai salah satu

cara dalam menempuh keadilan agar setiap elemen pembangunan menyadari

arti pentingnya Lingkungan Hidup yang baik dan sehat sebagaimana konsep

Pembangunan Berkelanjutan yang berwawasan Lingkungan.

Class Action dan Legal Standing hendaknya dipahami sebagai dua jenis

gugatan perdata melalui perwakilan kelompok yang berbeda antara satu

dengan yang lain.Dimulai dari aspek penggugat berupa orang atau sekelompok

orang dengan penggugat organisasi Lingkungan,aspek yang digugat.Fokus

Legal Standing ada pada pemulihan lingkungan dengan melihat kepada konsep

tuntutan dengan fokus class action yang lebih mengarah kepada dampak dari

kerusakkan yang muncul sehingga menimbulkan apa yang dinamakan ganti

kerugian.Namun demikian,terlepas dari hal tersebut,pada kenyataanya bentuk

gugatan berupa class action dan legal standing tidak terpaku mati pada jenis

pelanggaran terhadap Lingkungan Hidup semata,karena sesungguhnya hal ini

dapat diterapkan pada bentuk-bentuk pelanggaran lain seperti perlindungan

konsumen dll sebagai salah satu cara guna mendapatkan keadilan.Tujuan

akhirnya tentu saja agar hukum dapat ditegakkan dengan sebaik-baik nya

sehingga rasa keadilan dalam masyarakat dapat terpenuhi dengan baik dan

tepat sasaran. “Fiat Justitia Ruat Caelum…!!!!”

10

Page 11: Makalah Class Action

DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup.

2. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2002 tentang Acara Gugatan

Perwakilan Kelompok.

3. Modul Pengetahuan dan Hukum Lingkungan PTIK,2007.

4. E.Sundari,2002.Pengajuan Gugatan secara Class Action.

5. A.Tirta Irawan,2004.Gugatan Masyarakat Melalui Pengadilan Terhadap

Kasus-kasus Lingkungan .

6. H.Abdurrahman,2003.Pembangunan Berkelanjutan dalam Pengelolaan SDA

Indonesia.

7. Emerson Yuntho,2005.Class Action sebuah pengantar.

8. Makalah Perbandingan Gugatan Class Action dan Legal Standing di

Indonesia,PTIK angkatan 56 Kelompok VI.

9. Http://antikorupsi.org .Panduan tentang Class Action dan Legal Standing.

10.Http://bungapadi.blogspot.com .Inisiatif menegakkan hak atas Lingkungan

Hidup.

11