makalah ciri ciri berbicara yang baik

11
MAKALAH CIRI CIRI BERBICARA YANG BAIK DI SUSUN OLEH : NAMA : BAYU PRABOWO NIM : 52011005

Upload: inna-jamiilah

Post on 21-Nov-2015

592 views

Category:

Documents


38 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

MAKALAH CIRI CIRI BERBICARA YANG BAIK

MAKALAH CIRI CIRI BERBICARA YANG BAIK

DI SUSUN OLEH :

NAMA

: BAYU PRABOWO

NIM

: 52011005

MAKASSAR

2014

A. Pembicara Yang Baik

Berikut ciri-ciri pembicara yang baik yang dapat diterapkan dalam berbicara antara lain:

1. Dapat memilih topik

Pembicara yang baik akan memilih topik atau materi pembicaraan yang menarik, aktual bagi dirinya maupun bagi pendengarnya. Ia dapat mempertimbangkan minat, hasrat dan kebutuhan pendengarnya. Bila pembicaran menarik bagi pembicara ia akan dapat berbicara dengan lancar dan dalam mempersiapkannya pembicaanpun akan berusaha semaksimal mungkin. Pembicaraan yang menarik bagi pendengar akan menarik simpati, perhatian dipihak pendengar .

2. Menguasai materi

Pembicara yang baik berusaha menguasai dan mendalami materi yang akan disampaikan. Ia berusaha mempelajari, menelaah berbagi sumber acuan, baik berupa buku, majalah, artikel, dan sumber yang lain yang dapat dimanfaatkan sebagai pemerkaya dan bukti materi pembicaraan. Berbagai sumber pembicaraan ditelaah dari beragam sudut pandang sehingga jelas kaitannya dengan ilmu yang relevan.

3. Memahami latar belakang pendengar sebelum pembicaran berlangsung.

Pembicara yang baik berusaha mengumpulkan berbagai informasi tentang pendengarnya, misalnya: jumlah, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat kecerdasan, minat. Bahkan perasaan pendengar tentang topik yang akan dibawakannya sudah diramalkan apakah para pendengar akan simpati, apatis atau antipatik.

4. Mengetahui situasi

Situasi yang menaungi pembicaraan perlu diperhatikan oleh pembicara yang baik. Pembicara yang baik akan berusaha untuk mengidentifikasi ruangan, waktu, sarana prasarana, dan suasana. Ruangan meliputi: luas, tempat duduk, podium, sirkulasi udara, dan penerangan. Waktu pagi, siang, sore, malam sebelum dan sesudah istirahat makan. Sarana prasarana meliputi pengeras suara, akustik, OHP, dan sebagainya. Suasana tenang, gaduh, dan bising.

5. Tujuan jelas

Tujuan yang dirumuskan secara jelas, tegas, gamblang akan membantu efektifitas pembicaraan. Pembicara yang baik mengetahui dengan persis hendak kemana pendengar dibawa. Apakah pendengar hendak dihibur, diberi informasi, diyakinkan atau distimulasi.

Dengan demikian pembicara mengetahui dengan pasti respon yang akan diberikan oleh para pendengar.

6. Kontak dengan pendengar

Pembicara yang baik akan selalu mempertahankan pendengarnya. Ia berusaha memahami reaksi, emosi pendengar. Ia mengusahakan adanya kontak batin dengan pendengar lewat pandangan mata, perhatian, anggukan atau senyuman.

7. Berkemampuan linguistik dan nonlinguistik tinggi

Pemilihan kata atau ungkapan, kalimat yang tepat untuk menguraikan pendapat akan sangat membantu pembicara dalam menguraikannya, disamping itu ucapan, pelafalan, dan intonasi tidak dapat diabaikan. Pembicara perlu pula memanfaatkan kemampuan dan keterampilan nonlingusitik untuk mengaktifkan pembicaraan, misalnya gerak-gerik, mimik, pantomimik.

8. Menguasai pendengar

Pandai menarik perhatian pendengar merupakan hal yang sangat positif bagi pembicara dengan gaya yang menarik dan simpatik ia dapat mengarahkan dan memusatkan perhatian para pendengarnya untuk mengikuti pembicaraan. Kemampuan membuka dan mengakhiri pembicaraan merupakan bagian diantaranya.bila perhatian pendengar sudah mulai menurun, pembicara berusaha untuk menbangkitkan kembali denga keterampilannya. Bila perhatian pendengar sudah tertarik kepada pembicaraan berarti pembicara dapat menguasai, mengontrol, dan mempengaruhi pendengar.

9. Memanfaatkan alat bantu

Pemanfaatan alat bantu seperti: diagram, skema, statistik, gambar akan sangat membantu kejelasan pembicaraan, akan lebih mengefektifkan pembicaraan bila pembicara pandai memberikan ilustrasi yang mengena sesuai dengan lingkungan pendengarnya.

10. Penampilan meyakinkan

Pembicara yang baik akan selalu tampil meyakinkan pendengarnya. Tingkah laku, gaya bicara, bahasa, cara berpakaian, dan berkepribadian sederhana tetapi tetap berwibawa akan menimbulkan simpati pendengar. Hal-hal tersebut menambah keberhasilan pembicara dalam menyampaikan pembicaraan kepada halayak.

11. Berencana

Segala sesuatu yang direncanakan hasilnya akan lebih baik daripada yang tidak direncanakan samasekali. Oleh karena itu, pembicara yang baik telah merencanakan pembicaran sejak dini : memilih topik, memahami atau mengkaji topik, menganalisis pendengar dan situasi, menyusun kerangka, menguji coba, dan upaya-upaya untuk meyakinkan pendengar. Pembicara telah membayangkan skenario pembicaraan.

Tips menjadi pembicara yang baik, seperti dilansir situs Askmen, baru-baru ini:

Kuasai poin utama Anda. Bila kebanyakan pidato Anda memiliki tujuan bisnis,maka Anda harus selalu mengatur isi materi pidato ke poin utama. Sehingga presentasi Anda lebih mudah dipahami. Perlu diingat bahwa pendengar tidak akrab dengan isi pembicaraan Anda, maka Anda perlu membantu mereka agar kerangka berpikir Anda terbentuk di pikiran pendengar.Melakukan kontak mata. Kontak mata merupakan salah satu cara utama menjaga pendengar Anda agar merasa terlibat.

Ketika Anda berbicara, fokuskan kontak mata Anda kepada pendengar. Juga selaraskan dengan apa yang Anda sampaikan. Sehingga Anda terlihat alami.

Berbicara alami. Mengapa beberapa pembicara mampu menahan perhatian kita, sedangkan yang lain membuat Anda ingin segera pulang? Ketika Anda berbicara, Anda perlu berbicara secara dinamis, dengan tingkat volume suara bervariasi, menaikkan dan menurunkan pitch Anda, dan menggugah perasaan ke apa yang Anda katakan.

Memahami ruangan. Berbicara di depan umum bisa membuat stres. Karena itu, sebaiknya Anda memahami betul lokasi dan posisi Anda berbicara. Setidaknya Anda perlu mendatangi ruangan pidato dan sempatkan waktu untuk "belajar" di sana. Minimal Anda mengetahui seluk beluk ruangan dan belajar kepada orang yang tepat. Jangan lupa juga menanyakan persiapan di atas panggung, seperti mikrofon, layar proyeksi, CD player, dan tentu saja, bahan presentasi Anda.

Tidak mengakui kesalahan. Tidak peduli berapa banyak Anda telah berlatih pidato, kesalahan kecil atau besar kerap terjadi. Karena Anda berada dalam situasi menegangkan. Tetapi, Anda harus tatap tampil tenang dan terkendali. Anda hanya perlu tampil sebagai diri-sendiri jika pendengar ingin menghormati Anda. Janganlah mengakui berbuat kesalahan ketika di atas panggung. Itu hanyalah masalah kecil.

Pada dasarnya, pendengar hanya peduli dengan poin presentasi Anda. Jadi kesalahan tidak akan terlihat jelas.

Delapan ciri pembicara terbaik menurut Larry King yaitu:

1. Mereka memandang suatu hal dari sudut pandang yang baru, mengambil titik pandang yang tak terduga dari hal-hal umum yang biasa kita temui.

2. Mereka memiliki cakrawala yang luas. Mereka memikirkan dan membicarakan isu-isu dan beragam pengalaman di luar kehidupan mereka sehari-hari.

3. Mereka antusias, menunjukan minat besar pada apa yang mereka perbuat, maupun pada hal-hal yang diungkapkan orang lain.

4. Mereka hampir atau tidak pernah membicarakan diri mereka sendiri.

5. Mereka sangat ingin tahu. Mereka bertanya, mengapa?. Mereka ingin tahu lebih banyak mengenai apa yang anda katakan.

6. Mereka menunjukan empati. Mereka berusaha menempatkan diri mereka pada posisi anda untuk memahami apa yang Anda katakan.

7. Mereka memiliki selera humor dan tidak keberatan mengolok-olok diri sendiri. Sungguh, konverasionalis yang baik.

8. Mereka punya gaya bicara sendiri.

B. Jenis-Jenis Berbicara

Gorys Keraf membedakan jenis berbicara ke dalam tiga macam yaitu persuasif, instruktif, dan rekreatif. Termasuk ke dalam jenis persuasif adalah: mendorong, meyakinkan, dan bertindak. Berbicara instrukstif bertujuan untuk memberitahukan sedangkan berbicara rekreatif bertujuan untuk menyenangkan atau menghibur.

Jenis-jenis berbicara tersebut menghendaki reaksi dari para pendengar yang beraneka. Berbicara persuasif menghendaki reaksi dari para pendengar untuk mendapatkan inspirasi atau membangkitkan emosi; untuk mendapatkan persesuaian pendapat, intelektual, dan keyakinan; untuk mendapatkan tindakan atau perbuatan tertentu dari pendengar (bertindak). Berbicara instruktif menghendaki reaksi dari pendengar berupa pengertian yang tepat. Sedangkan berbicara rekreatif menghendaki reaksi dari pendengar berupa minat dan kegembiraan.

Djago Tarigan (1990: 176) membedakan macam berbicara berdasarkan pada situasi, tujuan, metode penyampaian, jumlah penyimak, dan peristiwa khusus.

a. Situasi

Aktivitas berbicara terjadi dalam suasana, situasi, dan lingkungan tertentu. Situasi dan lingkungan itu dapat bersifat formal atau resmi, mungkin pula bersifat informal atau tak resmi. Dalam situasi formal pembicara dituntut berbicara secara formal, sebaliknya dalam situasi tak formal, pembicara harus berbicara secara tak formal pula. Kegiatan berbicara yang bersifat informal banyak dilakukan dalam kehidupan manusia sehari-hari.

Jenis-jenis kegiatan berbicara informal meliputi:

1) Tukar pengalaman.

2) Percakapan.

3) Menyampaikan berita

4) Menyampaikan pengumuman.

5) Bertelepon.

6) Memberi petunjuk.

Sedangkan kegiatan berbicara yang bersifat formal meliputi :

1) Ceramah.

2) Perencanaan dan penilaian.

3) Interview.

4) Prosedur parlementer.

5) Bercerita.

b. Tujuan,

Akhir pembicaraan, pembicara menginginkan respons dari pendengar. Pada umumnya tujuan orang berbicara adalah untuk menghibur, menginformasi-kan, menstimulasikan, meyakinkan, atau menggerakkan pendengarnya.

c. Metode penyampaian,

Ada empat cara yang bisa digunakan orang dalam menyampaikan pembicaraannya, antara lain:

1) Penyampaian secara mendadak,

2) Penyampaian berdasarkan catatan kecil,

3) Penyampaian berdasarkan hafalan, dan

4) Penyampaian berdasarkan naskah.

d. Jumlah penyimak

Komunikasi lisan melibatkan dua pihak, pendengar dan pembicara. Jumlah peserta yang berfungsi sebagai penyimak dalam komunikasi lisan dapat bervariasi misalnya satu orang, beberapa orang (kelompok kecil), dan banyak orang (kelompok besar).

e. Peristiwa khusus.

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering menghadapi berbagai kegiatan. Sebagian dari kegiatan itu dikategorikan sebagai peristiwa khusus, istimewa, atau spesifik. Contoh kegiatan khusus itu adalah ulang tahun, perpisahan, perkenalan, pemberian hadiah. Berdasarkan peristiwa khusus itu berbicara atau berpidato dapat digolongkan atas enam jenis, yaitu:

1) Pidato presentasi.

2) Pidato penyambutan.

3) Pidato perpisahan.

4) Pidato jamuan (makan malam).

5) Pidato perkenalan.

6) Pidato nominasi (mengunggulkan).

DAFTAR PUSTAKA

Abernathy, Rob dan Mark Reardon. 2003. 25 Kiat dahsyat Menjadi Pembicara Hebat.Bandung: Mizan Media Utama.

Carnegie, Dale. Cara Mencapai Sukses dalam Memperluas Pengaruh&Pandai Bicara.Bandung: Pionir.

Furaih, Mazin bin Adul Karim. 2005. Tidak Cukup Hanya Bicara. Bandung: SyaamilCipta Media.

Kisyani-Laksono.1999.Teori Berbicara.Surabaya: Unesa Unoversity Press.

Tarigan, Henry Guntur dan Djago Tarigan. 1980. Teknik Pengajaran Keterampilan

Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan, Henry Guntur. 1983. Berbicara Sebagai Suatu ketrampilan Berbahasa.Bandung: Angkasa.

Widyamartaya, A. 1980. Kreatif Berwicara. Yogyakarta: Kanisius.