makalah bphtb dan pajak syariah

104
MAKALAH PAJAK BPHTB MENURUT KONVENSIONAL DAN SYARI’AH Makalah ini Dibuat untuk Memenuhi Nilai pada Mata Kuliah Perpajakan Semester V Disusun Oleh: Iliz Azizah (1210307068) M. Faizal Mubarok (1210307068) Meida Sari (1210307074) Nina Nurhayati (1210307085) Pebri Anggayana (1210307091) JURUSAN MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

Upload: faizal-mubarok

Post on 09-Dec-2014

52 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

baca-baca

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

MAKALAH PAJAK BPHTB MENURUT KONVENSIONAL DAN SYARI’AH

Makalah ini Dibuat untuk Memenuhi Nilai pada Mata Kuliah Perpajakan

Semester V

Disusun Oleh:

Iliz Azizah (1210307068)

M. Faizal Mubarok (1210307068)

Meida Sari (1210307074)

Nina Nurhayati (1210307085)

Pebri Anggayana (1210307091)

JURUSAN MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2012/2013

Page 2: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahilrabbil‘alamin kami ucapkan kepada Allah SWT

yang telah memberikan nikmat-Nya kepada kami dan dengan seijin-

Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini

dengan tepat waktu yaitu sebelum UAS.

Dan kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

memberikan saran dan bantuannya sehingga kami dapat menyelesaikan

makalah ini. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah

Perpajakan.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih

banyak kekurangan, baik dari segi isi, penulisan maupun kata-kata yang

digunakan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat

membangun guna perbaikan makalah selanjutnya akan kami terima

dengan senang hati.

Akhirnya, “Tiada Gading Yang Tak Retak”, meskipun dalam

penyusunan makalah ini kami telah mencurahkan semua kemampuan,

namun kami sangat menyadari bahwa hasil penyusunan makalah ini jauh

dari sempurna dikarenakan keterbatasan waktu maupun kemampuan kami.

Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran serta kritik yang

membangun dari berbagai pihak.

Bandung, Desember 2012

Page 3: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Rumusan Masalah

1.3. Tujuan Penulisan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Landasan teori pajak non-Islam

B. Landasan teori pajak menurut syari’ah

BAB III PEMBAHASAN

A. Bphtb

B. Dasar Hukum

C. Objek, Subjek, Tidak Termasuk Objek Pajak Dan Wajib Pajak

D. Dasar Pengenaan, Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak

(Npoptkp) Dan Tarif Pajak

E. Cara Menghitung Bphtb

F. Pengenaan Bphtb

G. Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan

Kurang Bayar (Skbkb)

H. Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan

Kurang Bayar Tambahan (Skbkbt)

I. Pajak (Bphtb) Menurut Syari’ah

J. Pengertian Syariat

K. Karakteristik Syariat.

L. Ruang Lingkup Syariat

Page 4: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

M. Defenisi Syariat

N. Hubungan Pajak Dengan Syariat.

O. Kata Pajak Dalam Al-Quran

P. Pengertian Pajak Menurut Syariat

Q. Pengertian

R. Ketentuan-ketentuan kharaj

S. Pajak (Dharibah) Bermakna Beban Yang Berat

T. Defenisi Pajak Menurut Syari’ah

U. Karakteristik Pajak (Dharibah) Menurut Syariat

V. Dasar Pengenaan Kharaj Dan Tarif Kharaj

W. Subjek Kharaj

X. Objek Kharaj

Y. Dasar Pengenaan Kharaj Dan Tarif Kharaj

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.

DAFTAR PUSTAKA

Page 5: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

BAB I

PENDAHULUAN

1.1    LATAR BELAKANG

   Sesuai dengan pasal 33 ayat (3) undang-undang dasar 1945, bumi, air

dankekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan

dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Tanah sebagai bagian

dari bumi yangmerupakan karunia tuhan yang maha esa, disamping memenuhi

kebutuhan dasar untuk papan danlahan usaha, juga merupakan alat investasi yang

sangatmenguntungkan. Di samping itu,bangunan juga member manfaat ekonomi

bagi pemiliknya, oleh karena itu, bagi mereka yang memperoleh hak atas tanah

dan bangunan, wajar menyerahkan sebagaian nilai ekonomi yang diperolehnya

kepada Megara melalui pembayaranpajak, yang did a;a hal ini adalah bea

perolehan hak atas atanah dan bangunan (BPHTB).

Prinsip yang dianut dalam undang-undang BPHTB adalah:

1. pemenuhan kewajiban BPHTB adalah berdasarkan system self

assessment, yaitu wajib pajak menghitung dan membayar sendiri

utang pajaknya.

2. Besarnya tariff ditetapkan sebesar 5% dan nilai perolehan

objekkena pajak (NPOPKP).

3. Agar pelaksanaan undang-undang BPHTB dapat berlaku secara

efektif, maka baik kepada wajib pajak maupun kepada pejabat-

pejabat umum yang melanggar ketentuanatau tidak melaksanakan

Page 6: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

kewajibannya, dikenakan sanksi menurut peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

4. Hasilpenerimaan BPHTB merupakan penerimaan negarayang

sebagian besar diserahkan kepada pemerintah daerah, untuk

meningkatkan pendapat daerahguna membiayai pembangunan

daerah dan dalam rangka memantapkan otonomi daerah.

5. Semua pungutan atas perolehan hak atas tanah dan bangunan di

luar ketentuan ini tidak dipernenankan.1

1.2    RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut :

1.2.1. Apa yang dimaksud dengan BPHTB (beaperolehan hak atas tanah dan

bangunan)?

1.2.2. Bagaimana pandangan pajak BPHTB menurut syari’ah?

1.3    TUJUAN PENULISAN

Setiap pembahasan pasti memiliki tujuan tertentu karena dengan adanya

tujuan yang jelas maka akan memberikan arah yang jelas pula untuk mencapai

tujuan tersebut. Adapun tujuan dari pembahasan ini adalah :

1.3.1    Untuk mengetahui yang dimaksud dengan BPHTB

1.3.2. Untuk mengetahui pandangan pajak BPHTB menurut syari’a

BAB II1 . Prof.Dr. Mardiasmo, MBA.Ak, perpajakan revisi 2011. hal 339, CV ANDI Yogyakarta :2011

Page 7: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

LANDASAN TEORI

2.1. Landasan Teori Pajak Non Islam

Para filosof dan ekonomi non muslim banyak yang berpendapat tentang

pajak. Secara garis besar pendapat mereka dapat dikelompokan menjadi dua

landasan teori, yaitu : 1. Teori kekuasaan 2. Teori perjanjian

1. Teori kekuasaan (pajak sebagai upeti)

Menurut teori ini, rakyat membayar pajak kepada penguasa semat-

mata karena kekuasaan penguasaan (raja/kaisar/presiden). Dalam kondisi

iniseperti ini, pajak bermakna upeti atau “persembahan kepada raja”.

Negara dengan pajak upeti seperti ini adalah Negara yang sepenuhnya

tunduk pada kepentingan penguasa.

2. Teori perjanjian

Sejalan dengan tumbuhnya kedewasaan umat manusia akhirnya rakyat

menyadari bahwa dengan system”pajak-upeti” selama ini mereka

telahmengalami ketidakadilan dan penindasan. Kemudian muncullah

pemberontkan dan penolakan system upeti tersebut. Mereka menggugat,

jika penguasa hanya biasa menjalankan kekuasaanyadengan pajak rakyat,

mengapa tidak dibuat semacam perjanjian yang memberikan jaminan bagi

rakyak pembayar pajak untuk mendapatkan hak pengimbang (kontra

prestasi) yang sepadan dari penguasa.2

Kesadaran inilah yang mendorong lahirnya dokumen magna charta di

inggris (1252), revolusi prancis(1789) dan revolusi amerika (1775-1781)

2 . Masdar F. Mas’udi, Faturrahman Djamil, Dkk, Reinter prestasi Pendayagunaan ZIS, Menuju Efektifitas Pemanfaatan Zakat, Infak, Sedekah, Piremedia,Jakarta 2004.Hlm 51

Page 8: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

dengan slogan “no taxation without representation” (tidak ada beban pajak

tanpa keterwakilan- pembayaran pajak dalam menentukan penggunaan

uang itu dan tentu saja seluruh kebijakan strategi Negara yag seluruhnya

juga dibiayai dengan uang pajak.3 Teori ini juga didukung oleh beberapa

filosofi lain seperti4:

a. Mirabau mengatakan:

“pajak adalah pembayaran dimuka yang dilakukan oleh seseorang

terhadap perlindungan sekelompok manusia “ ini berarti bahwa

perjanjian itu sebagaiakad jual beli.

b. Adam smith mengatakan :

“perjanjian ini berbentuk pembayaran jasa atas perkejaan. Negara

memberikan berbagai pelayanan bagi warganya, makawarga Negara

membayar pajak kepada Negara, sebagai imbalan atas pekerjaan-

pekerjaannya.”

c. Montesque dan hobbes mengatakan:

“perjanjian ini berbentuk jaminan keamanan. Dengan demikian

pajak adalah bagian harta yang wajib diserahkan oleh pemilik

kekayaan untukmelindungi keamanan hartanya”.

2.2. Landasan Teori Pajak Menurut Syari’ah

3 . Ibid, Hlm. 514 . Yusuf Qorhawi, Op.Cit, Hlm.1009

Page 9: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

Sumber-sumber pendapatan baitul mal dalam khalifah islam yang telah

ditetapkan syariat sebenarnya cukup untuk membiayai pengaturan dan

pemeliharaan urusan dan kemaslahatan rakyat. Namun, ketika baitul mal tidak

terdpat harta atau kurang, sementara sumbangan sukarela dari kaum muslim atas

inisiatif mereka juga belum mencukupi, maka syariat menetapkan pembiayaannya

menjadi kewajibankaum muslim. Rosllah saw. Bersabda:

“tidak boleh mencelakakan orang lain dan tidak boleh mencelakakan diri

sendiri” ( HR Malik dan Ahmad dari Ibnu Abbas)5

Memang pada harta tak ada kewajiban selaian zakat. Namun, apabila zakat

telah diselesaikan, kemudian sesudah itu ternyata dating kebutuhan mendesak,

maka wajib bagi orang kaya mengeluarkan hartanya untuk keperluan tersebut.6

Apabila harta baitul mal kosong, kemudian keperluan biaya militer meningkat,

maka imam hendaklah membebankan biaya itu kepada mereka yang kaya

sekiradapat mencukupi keperluan tersebut, sehingga baitulmal berisi kembali.7

Menurut Qardawi, asas teori wajib zakat adalah sebagai berikut:

1. Teori Beban Umum

Teori ini didasarkan bahwa merupakan hak allah-sebagai pemberi

nikmat untuk membebankan kepada hambanya apa yang dikehendakinya

baik kewajiban badani maupun harta, untuk melaksanakan kewajibannya

dan tanda syukur atas ni’maknya dan untuk menguji apa yang ada di hati 5 . Abdullah Abdul Husain At-Tariqi, Op.Cit.Hlm. 36.6 .Qadhi Abu Bakr Ibnu Al-Arabi, Ahkam Al-Quran, Dalam Yusuf Qardhawi, Op.Cit, Hlm,9917 . Imam Syaitibi,Op.Cit, Dalam Yusuf Qardhawi, Op. Cit.Hlm 992

Page 10: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

mereka,agar allah membersihkannya uaga allah mengetahui siapa yang

taat kepada rosul-nya dan siapa yang membangkang, sehingga allah dapat

membedakan yang buruk dan yang baik, mana yang jahat mana yang baik,

kemudian allah membalas amal perbuatan mereka, sedang mereka tidak

dianiaya.8 Firman allah swt:

“ Maka Apakah kamu mengira, bahwa Sesungguhnya Kami menciptakan

kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan

kepada kami?” (Q.S Al-mu’minun : 115)

“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa

pertanggung jawaban)?” (Q.S.Al-Qiyamah: 36)

“ dan hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang

ada di bumi supaya Dia memberi Balasan kepada orang-orang yang

berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi

Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih

baik (syurga).” (Q.S.Al-Najm : 31)

2. Teori Khalifah

8 . Yusuf Qardhawi.Op.Cit Hlm 1010

Page 11: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

Teori pajak yang kedua ini ialah bahwa harta itu adalah amanah allah.

Asas teori ini berpegang pada keyakinan bahwa semua harta adalah

kepunyaan allah swt.dan manusia hanyalah sebagai pemegang amanah atas

harta itu. Allah-lah pemilik yang sebenarnya seluruh jaga raya ini.

“ kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi,

semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah.”

(Q.S.Thaha: 6)

Semua yang adal di alam mini baik di bagian atas maupun bagian

bawahnya adalahkepunyaan allah semata, tidak ada seorang pun ikut

melilikinya meski sebesar atom.9

“tidak ada yang ditunggu-tunggu orang kafir selain dari datangnya Para

Malaikat kepada mereka[824] atau datangnya perintah Tuhanmu[825].

Demikianlah yang telah diperbuat oleh orang-orang (kafir) sebelum

mereka. dan Allah tidak Menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang

selalu Menganiaya diri mereka sendiri,” (Q.S. An-Nahl :33)

Maka tak heran setelah manusia memperoleh nikmat itu, sebagai

hamba allah ia harus mengeluarkan sebagaian rezekinya itu untuk tujuan di

jalan allah, meninggikan rahmat allah danmenolong saudara-saudaranya

9 .Ibid.Hlm.1015

Page 12: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

sesame hamba allah, sebagai tanda syukur atas segala nikmat yang

diberikan kepadanya.10

3. Teori Pembelaan Antara Pribadi Dan Masyarakat

Diantara hak masyarakat terhadap negaranya yang membimbing dan

mengurus kepentingannya ialah setiap anggota masyarakat yang punya

kewajiban menyerahkan sebagian hartanya, yang akan digunakan untuk

memelihara kelangsungan hidupnya, memberantas segala bentuk kejahatan

dan permusuhan serta segala sesuatu untuk kebaikan masyarakat

seluruhnya . firman allah swt :

“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali

dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-

suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh

dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang

kepadamu.” (Q.S.An-nisa 29)

4. Teori Persaudaraan

persaudaraan yang diwa oleh islam ada dua macam

atau dua tingkatan,yaitu persaudaraan yang asasnya

adalah sama-sama sebagai manusia dan persaudaraan

yang “hai semua manusia”.sanya sama-sama dalam 10 . ibid

Page 13: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

warna kulit yang berbeda-beda, dan berbeda-beda pula

tingkat dan derajatnya, namun dia berasal dari satu

turunan yaitu dari satuayah. Oleh karwna itu

allahmemanggil mereka”hai anak cucuadam”

sebagaimana memanggilnya, Hai semua manusia.

Dianatara seluruh amanusia terdapat jalinan kasih

sayangdan persaudaraan yang bersifat universal,allahswt.

Menegaskan adanya jalinankasih saying kemanusiaan

dengan firman allah swt:

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu

yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari

padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada

keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan

perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah

yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling

meminta satu sama lain dan (peliharalah) hubungan

silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan

mengawasi kamu.”( Q.S. An-Nisa 1)

Page 14: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian BPHTB

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan atau yang disingkat dengan

BPHTB, diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan di Indonesia,

yaitu dengan UU No.21 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan UU No.20

Tahun 2000, memberikan pengertian mengenai Bea Perolehan Hak atas Tanah

dan Bangunan (BPHTB) adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas

Page 15: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

tanah dan bangunan, yang selanjutnya disebut pajak. Jadi BPHTB adalah sama

dengan Pajak Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Yang dimaksud dengan Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan

adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak

atas tanah dan atau bangunan oleh orang pribadi atau badan.

Adapun Hak atas Tanah dan atau Bangunan adalah hak atas

tanah,termasuk hak pengelolaan, beserta bangunan di atasnya, sebagaimana

dimaksud dalam UU No.5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

Agraria, UU No.16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun, dan ketentuan-ketentuan

peraturan perundang-undanganlainnya.

Hak atas Tanah yang dimaksud adalah: hak milik, hak guna usaha, hak

guna bangunan, hak pakai, hak sewa, hak membuka tanah, hak memungut hasil

hutan, dan hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut di atas yang

akan ditetapkan dengan undang-undang serta hak-hak yang sifatnya sementara.11

Adapun pengertian BPHTB lainnya yaitu:

1. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB): adalah pajak

yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan, yang

selanjutnya disebut pajak;

2. Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan: adalah perbuatan atau

peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas dan atau

bangunan oleh orang pribadi atau badan;

11. http://ocw.gunadarma.ac.id/course/economics/accounting-s1/perpajakan/bea-perolehan-hak-atas-tanah-dan-bangunan

Page 16: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

3. Hak atas tanah adalah hak atas tanah termasuk hak pengelolaan, berserta

bangunan di tasnya sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 5

tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, Undang-

undang Nomor 16 tentang Rumah Susun dan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang lainnya.12

I.2 Dasar Hukum

Dasar hukum Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah:

1. UU No.21 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan UU No.20

Tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Undang-undang ini menggantikan Ordonansi Bea Balik Nama

Staatsblad 1924 No.291.

2. Peraturan pemerintah No.111 Tahun 2000 tentang Pengenaan BPHTB

karena waris dan hibah.

3. Peraturan pemerintah No.112 Tahun 2000 tentang Pengenaan BPHTB

karena pemberian Hak Pengelolaan.

4. Peraturan pemerintah No.113 Tahun 2000 tentang Penentuan Besarnya

NPOPKTP BPHTB.13

I.3 Objek, Subjek, dan Wajib Pajak BPHTB

3.3. 1 Objek Pajak

Dalam pasal 2 UU BPHTB yang menjadi objek BPHTB adalah

perolehan hak atas tanah dan atau bangunan meliputi:

1. Pemindahan Hak, karena:

12 .Prof.Dr. Mardiasmo, MBA.Ak, perpajakan revisi 2011. hal 340, CV ANDI Yogyakarta :201113. Ibid,

Page 17: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

a. Jual beli

b. Tukar menukar

c. Hibah

d. Hibah Wasiat

Hibah wasiat adalah suatu penetapan wasiat yang khusus

mengenai pemberian hak atas tanah dan atau bangunan kepada

orang pribadi atau badan hukum tertentu, yang berlaku setelah

pemberi hibah wasiat meninggal dunia.

e. Waris

f. Pemasukan dalam Perseroan atau Badan Hukum Lainnya

Yang dimaksud dengan pemasukan dalam perseroan atau

badan hukum lainnya adalah pengalihan hak atas tanah dan atau

bangunan dari orang pribadi atau badan kepada Perseroan

Terbatas atau badan hukum lainnya sebagai penyertaan modal

pada Perseroan Terbatas atau badan hukum lainnya tersebut.

g. Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan

Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan adalah

pemindahan sebagian hak bersama atas tanah dan atau bangunan

oleh orang pribadi atau badan kepada sesama pemegang hak

bersama.

h. Penunjukan pembeli dalam lelang

Page 18: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

Penunjukan pembeli dalam lelang adalah penetapan

pemenang lelang oleh Pejabat Lelang sebagaimana yang

tercantum dalam Risalah Lelang.

i. Pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum

tetap

Sebagai pelaksanaan dari putusan hakim yang telah

mempunyai kekeuatan hukum yang tetap, terjadi peralihan hak

dari orang pribadi atau badan hukum sebagai salah satu pihak

kepada pihak yang ditentukan dalam putusan hakim tersebut.

j. Penggabungan usaha

Penggabungan usaha adalah penggabungan dari dua badan

usaha atau lebih dengan cara tetap mempertahankan berdirinya

salah satu badan usaha dan melikuidasi badan usaha lainnya yang

menggabung.l

k. Peleburan usaha

Peleburan usaha adalah penggabungan dari dua atau lebih

badan usaha denagn cara mendirikan badan usaha baru dan

melikuidasi badan-badan usaha yang bergabung tersebut.

l. Pemekaran usaha

Pemekaran usaha adalah pemisahan suatu badan usaha

menjadi dua badan usaha atau lebih dengan cara mendirikan

badan usaha baru dan mengalihkan sebagian aktiva dan pasiva

Page 19: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

kepada badan usaha baru terswebut yang dilakukan tanpa

melikuidasi badan usaha yang lama.

m. Hadiah

Hadiah adalah suatu perbuatan hukum berupa penyerahan

hak atas tanah dan atau bangunan yang dilakukan oleh orang

pribadi atau badan hukum kepada penerima hadiah.

2. Pemberian Hak Baru, karena:

a. Kelanjutan pelepasan hak

Yang dimaksud dengan pemberian hak baru karena

kelanjutan pelepasan hak adalah pemberian hak baru kepada

orang pribadi atau badan hukum dari Negara atas tanah yang

berasal dari pelepasan hak.

b. Di luar pelepasan hak

Yang dimaksud dengan pemberian hak baru di luar

pelepasan hak adalah pemberian hak baru atas tanah kepada

orang pribadi atau badan hukum dari Negara atau dari pemegang

hak milik menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sedangkan jenis-jenis hak atas tanah yang perolehan haknya dikenakan

BPHTB sebagaimana diatur dalam dalam Pasal 2 ayat (3) UU BPHTB

meliputi:

1. Hak milik

Hak milik yaitu hak turun temurun terkuat dan terpenuh yang

dapat dipunyai orang atas tanah dengan mengingat bahwa semua hak

Page 20: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

atas tanah berfungsi sosial, artinya kalau kepentingan umum

menghendaki hak milik atas tanah dapat dicabut dengan memberi

ganti rugi yang layak dan menurut cara yang diatur oleh undang-

undang.

2. Hak Guna Usaha (HGU)

Hak Guna Usaha (HGU) yaitu hak untuk mengusahakan tanah

yang dikuasai langsung oleh Negara dalam jangka waktu paling lama

25 tahun dan dapat diperpanjang oleh pemegang hak untuk paling

lama 25 tahun, guna perusahaan pertanian, perikanan atau

peternakan untuk tanah yang luasnya paling sedikit 5 hektar.

3. Hak Guna Bangunan (HGB)

Hak Guna Bangunan (HGB) yaitu hak untuk mendirikan dan

mempunyai bangunan-bangunan atas tanah yang bukan miliknya

sendiri,dengan jangka waktu paling lama 30 tahun dan dapat

diperpanjang oleh pemegang hak untuk paling lama 20 tahun.

4. Hak Pakai

Hak Pakai yaitu hak untuk menggunakan dan memungut hasil

dari tanah yang dikuasai lagsung oleh Negara atau tanah milik orang

lain yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam

keputusan pemberiannya oleh pejabat yang berwenang

memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya,

yang bukan perjanjian sewa menyewa atau perjanjian pengolahan

Page 21: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

tanah, segala sesuatu sepanjang tidak bertentangan dengan jiwa dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5. Hak Milik atas Satuan Rumah Susun

Hak Milik atas Satuan Rumah Susun yaitu hak milik atas

satuan  yang bersifat perorangan dan terpisah, yang meliputi juga

hak atas bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama yang

semuanya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan

satuan yang bersangkutan.

6. Hak Pengelolaan

Hak Pengelolaan yaitu hak menguasai dari Negara atas tanah

yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada

pemegang haknya untuk merencanakan peruntukan dan penggunaan

tanah, menggunakan tanah untuk keperluan pelaksaaan tugasnya,

menyerahkan bagian-bagian kepada pihak ketiga dan kerjasama

dengan pihak ketiga.14

Berdasarkan ketentuan Pasal 3 terdapat beberapa objek pajak yang tidak

dikenakan BPHTB yaitu objek pajak yang diperoleh:

1. Objek pajak yang tidak dikenakan BPHTB adalah objek pajak yang

diperoleh:

a. Perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan

timbal balik.

14 . http://www.ortax.org/ortax/?mod=panduan&page=show&id=76&q=&hlm=

Page 22: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

b. Negara untuk penyelenggaraan pemerintahan dan atau

pelaksanaan pembangunan guna kepentingan umum.

Yang dimaksud dengan tanah dan atau bangunan yang digunakan

untuk penyelenggaraan pemerintah dan atau untuk pelaksanaan

pembangunan guna kepentingan umum adalah tanah dan atau bangunan

yang digunakan untuk penyelenggaraan pemerintah baik Pemerintah

Pusat maupun oleh Pemerintah Daerah dan kegiatan yang semata-mata

tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, misalnya tanah dan atau

bangunan yang digunakan untuk instansi pemerintah, rumah sakit

pemerintah, jalan umum.

a. Badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan

dengan Keputusan Menteri dengan syarat tidak menjalankan usaha

atau melakukan kegiatan lain diluar fungsi dan tugasnya.

Badan atau perwakilan organisasi internasional yang

dimaksud dalam pasal ini adalah badan atau perwakilan organisasi

internasional, baik pemerintah maupun non pemerintah.

b. Orang pribadi atau badan karena konversi hak atau karena

perbuatan hukum lain dengan tidak adanya perubahan nama.

Yang dimaksud konversi hak adalah perubahan hak dari

hak lama menjadi hak baru menurut Undang-undang Pokok

Agraria, termasuk pengakuan hak oleh Pemerintah.

Contoh: - Hak Guna Bangunan menjadi Hak Milik tanapa adanya

perubahan nama.

Page 23: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

- Bekas tanah hak milik adat (dengan bukti surat Girik

atau sejenisnya) menjadi hak baru.

Yang dimaksud dengan perbuatan hukum lain misalnya

memperpanjang hak atas tanah tanpa adanya perubahan nama.

c. Orang pribadi atau badan karena wakaf.

Yang dimaksud wakaf adalah perbuatan hukum orang

pribadi atau badan yang memisahkan sebagian dari harta

kekayaannya yang berupa hak milik tanah dan atau bangunan dan

melembagakannya untuk selama-lamanya untuk kepentingan

peribadatan atau kepentingan umum lainnya tanpa imbalan apapun.

d. Orang pribadi atau badan yang digunakan untuk kepentingan

ibadah.

2. Objek pajak yang diperoleh karena waris, hibah wasiat, dan pemberian

hak pengelolaan pengenaan pajaknya diatur dengan Peraturan

Pemerintah.15

3.3.2 Subjek Pajak

Yang menjadi subjek BPHTB adalah orang pribadi atau badan yang

memperoleh hak atas tanah dan atau bangunan. Subjek pajak yang

dikenakan kewajiban membayar pajak menjadi wajib pajak BPHTB

menurut undang-undang BPHTB.16

3.3.3. Tidak Termasuk Objek Pajak

15 . ibid16. Prof.Dr. Mardiasmo, MBA.Ak, perpajakan revisi 2011. hal 342, CV ANDI Yogyakarta :2011

Page 24: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

Objek Pajak Yang Tidak Dikenakan BPHTB adalah objek pajak yang diperoleh:

1. Perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal

balik;

2. Negara untuk penyelenggaraan pemerintahan dan atau untuk

pelaksanaan pembangunan guna kepentingan umum;

3. Badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan

dengan Keputusan Menteri dengan syarat tidak menjalankan usaha

atau melakukan kegiatan laindiluar fungsi dan tugas badan atau

perwakilan organisasi tersebut;

4. Orang pribadi atau badan atau karena konversi hak dan perbuatan

hukum lain dengan tidak adanya perubahan nama;

5. Orang pribadi atau badan karena wakaf;

6. Orang pribadi atau badan yang digunakan untuk kepentingan

ibadah.17

3.3.4 Wajib Pajak

Subjek pajak yang dikenakan kewajiban membayar pajak menjadi

Wajib Pajak BPHTB menurut Undang-Undang BPHTB.

3.4 Dasar Pengenaan, Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak

(NPOPTKP) dan Tarif Pajak

3.4.1 Dasar Pengenaan Pajak

1. Dasar pengenaan pajak adalah Nilai Perolehan Objek Pajak.

17 . Prof.Dr. Mardiasmo, MBA.Ak, perpajakan revisi 2011. hal 341, CV ANDI Yogyakarta :2011

Page 25: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

2. Nilai Perolehan Objek Pajak meliputi:

a. Jual beli adalah harga transaksi

b. Tukar menukar adalah nilai pasar

c. Hibah adalah nilai pasar

d. Hibah wasiat adalah nilai pasar

e. Waris adalah nilai pasar

f. Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya adalah

nilai pasar

g. Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan hak adalah nilai

pasar

h. Peralihan hak karena pelaksanaan putusan hakim yang

mempunyai kekuatan hukum tetap adalah nilai pasar

i. Pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan

hak adalah nilai pasar

j. Pemberian hak baru atas tanah di luar pelepasan hak adalah nilai

pasar

k. Penggabungan usaha adalah nilai pasar

l. Peleburan usaha adalah nilai pasar

m. Pemekaran usaha adalah nilai pasar

n. Hadiah adalah nilai pasar

o. Penunjukan pembeli dalam lelang adalah harga transaksi yang

tercantum dalam Risalah Lelang

Page 26: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

3. Apabila Nilai Perolehan Objek Pajak sebagaimana dimaksud dalam

ayat 2 huruf a samapi dengan n tidak diketahui atau lebih rendah

daripada Nilai Jual Objek Pajak yang digunakan dalam pengenaan

Pajak Bumi dan Bangunan pada tahun terjadinya perolehan, dasar

pengenaan pajak yang dipakai adalah Nilai jual Objek Pajak Pajak

Bumi dan Bangunan (NJOP PBB).

Contoh :

Wajib Pajak “A” membeli tanah dan bangunan dengan NPOP

(harga transaksi) Rp 30.000.000,- sedangkan NPOP PBB yang

digunakan dalam pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan adalah

sebesar Rp 35.000.000,- maka yang dipakai sebagai dasar

pengenaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah Rp

35.000.000,- . danbukan Rp.30.000.00018

4. Apabila Nilai Jual Objek Pajak Pajak Bumi dan Bangunan

sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 belum ditetapkan, besarnya

Nilai Jual Objek Pajak Pajak Bumi dan Bangunan ditetapkan oleh

Menteri.

3.4.2 Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP)

Besarnya NPOPTKP ditetapkan secara regional paling banyak Rp

60.000.000,- kecuali dalam hal perolehan hak karena waris, atau hibah

wasiat yang diterima orang pribadi yang masih dalam hubungan keluarga

sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat ke atas satu derajat ke

18 . http://www.ortax.org/ortax/?mod=panduan&page=show&id=76&q=&hlm=

Page 27: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

bawah dengan pemberi hibah wasiat, termasuk suami/istri, Nilai Perolehan

Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan secara regional paling banyak Rp

300.000.000,- dan besarnya NPOPTKP dapat diubah dengan Peraturan

Pemerintah dengan mempertimbangkan perkembangan ekonomi dan

moneter serta perkembangan harga umum tanah dan atau bangunan.19

3.4.3 Tarif Pajak

Besarnya tarif pajak ditetapkan sebesar 5% (lima persen)

3.5 Cara Menghitung BPHTB

Untuk menghitung besarnya NPOPKP adalah dengan cara mengurangkan

NPOP dengan NPOPTKP. Dengan demikian untuk menghitung besarnya BPHTB

terutang adalah:20

BPHTB = Tarif x Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak

= 5% x (NPOP – NPOPTKP)

Contoh:

1. Bapak Sudirjo membeli sebidang tanah yang terletak di Kabupaten

Bandung dengan Nilai Perolehan Objek Pajak Rp 50.000.000,- Apabila

19 . Prof.Dr. Mardiasmo, MBA.Ak, perpajakan revisi 2011. hal 343, CV ANDI Yogyakarta :201120 . ibid

Page 28: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

NPOPTKP yang ditetapkan untuk Kabupaten Bandung Rp 60.000.000,-

maka BPHTB yang menjadi kewajiban bapak Sudirjo tersebut adalah :

5% x (50.000.000 – 60.000.000) = Nihil

Atau dengan kata lain Bapak Sudirjo tidak terutang BPHTB

2. Tuan Budi membeli tanah dan bangunan dengan Nilai Perolehan Objek

Pajak Rp 70.000.000,- Sedangkan NPOPTKP yang berlaku di Kabupaten

tersebut Rp 60.000.000,-maka BPHTB yang menjadi kewajiban Tuan

Budi tersebut adalah :

5% x (70.000.000 – 60.000.000) = Rp 500.000,-

3. Pada tanggal 6 Januari 2006, Tuan “S” membeli tanah yang terletak di

Kabupaten “XX” dengan harga Rp.50.000.000,00. NJOP PBB tahun 2006

Rp. 40.000.000,00. Mengingat NJOP lebih kecil dari harga transaksi,

maka NPOP-nya sebesar Rp. 50.000.000,- Nilai Perolehan Objek Pajak

Tidak Kena Pajak (NPOPTKP) untuk perolehan hak selain karena waris,

atau hibah wasiat yang diterima orang pribadi yang masih dalam hubungan

keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat ke atas atau satu

derajat ke bawah dengan pemberi hibah wasiat, termasuk suami/istri,

untuk Kabupaten “XX” ditetapkan sebesar Rp. 60.000.000,00. Mengingat

NPOP lebih kecil dibandingkan NPOPTKP, maka perolehan hak tersebut

tidak terutang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

BPHTB = 5 % x (Rp. 50 juta – Rp. 60 juta)

= 5 % x (0)

Page 29: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

= Rp. 0 (nihil).

4. Pada tanggal 7 Januari 2006, Nyonya “D” membeli tanah dan bangunan

yang terletak di Kabupaten “XX” dengan harga Rp. 90.000.000,- NJOP

PBB tahun 2006 adalah Rp. 100.000.000,00. Sehingga besarnya NPOP

adalah Rp. 100.000.000.-. NPOPTKP untuk perolehan hak selain karena

waris, atau hibah wasiat yang diterima orang pribadi yang masih dalam

hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat ke

atas atau satu derajat ke bawah dengan pemberi hibah wasiat, termasuk

suami/istri, untuk Kabupaten “XX” ditetapkan sebesar Rp. 60.000.000,00.

Besarnya Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak (NPOPKP) adalah Rp.

100.000.000,00 dikurangi Rp. 60.000.000,00 sama dengan Rp.

40.000.000,00, maka perolehan hak tersebut terutang Bea Perolehan Hak

atas Tanah dan Bangunan.

BPHTB = 5 % x (Rp. 100 – Rp. 60) juta

= 5 % x ( Rp. 40) juta

= Rp. 2 juta .

5. Pada tanggal 28 Juli 2006, Tuan“S” mendaftarkan warisan berupa tanah

dan bangunan yang terletak di Kota “BB” dengan NJOP PBB Rp.

400.000.000,00. NPOPTKP untuk perolehan hak karena waris untuk Kota

“BB” ditetapkan sebesar Rp. 300.000.000,00. Besarnya NPOPKP adalah

Rp. 400.000.000,00 dikurangi Rp. 300.000.000,00 sama dengan Rp.

Page 30: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

100.000.000,00, maka perolehan hak tersebut terutang Bea Perolehan Hak

atas Tanah dan Bangunan.

BPHTB = 50% x 5 % x (Rp. 400 – Rp. 300) juta

= 50% x 5 % x ( Rp. 100) juta

= Rp. 2,5 juta.

6. Pada tanggal 7 November 2006, Wajib Pajak orang pribadi “K”

mendaftarkan hibah wasiat dari orang tua kandung, sebidang tanah yang

terletak di Kota “BB” dengan NJOP PBB Rp. 250.000.000,00. NPOPTKP

untuk perolehan hak karena hibah wasiat yang diterima orang pribadi yang

masih dalam hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu

derajat ke atas atau satu derajat ke bawah dengan pemberi hibah wasiat,

termasuk suami/istri, untuk Kota “BB” ditetapkan sebesar Rp.

300.000.000,00. Mengingat NPOP lebih kecil dibandingkan NPOPTKP,

maka perolehan hak tersebut tidak terutang Bea Perolehan Hak atas Tanah

dan Bangunan

BPHTB = 50% x 5 % x (Rp. 250 – Rp. 300) juta

= 50% x 5 % x (0)

= Rp. 0 (nihil).

3.6 Pengenaan BPHTB

Page 31: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

1. Pengenaan BPHTB karena waris dan Hibah Wasiat BPHTB yang

terutang atas perolehan hak karena waris dan hibah wasiat adalah

sebesar 50% dari BPHTB yang seharusnya terutang.

2. Pengenaan BPHTB karena pemberian Hak Pengelolaan. Besarnya

BPHTB karena pemberian Hak Pengelolaan adalah sebagai berikut:

0% (nol persen) dan BPHTB yang seharusnya terutang terutang

dalam hal penerima Hak Pengelolaan adalah Departemen, Lembaga

Pemerintah Non Departemen, Pemerintah Daerah Propinsi,

Pemerintah Daerah Kabupaten/kota, Lembaga Pemerintah lainnya,

dan Perusahaan Umum Pembangunan Perumahan Nasional (Perum

Perumnas);

50% (lima puluh persen) dari BPHTB yang seharusnya terutang

dalam hal penerima Hak Pengelolaan selain dimaksud diatas.

Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP) ditetapkan

secara regional paling banyak;

1. Rp. 49.000.000 (empat puluh sembilan juta rupiah) dalam hal

perolehan hak Rumah Sederhanan Sehat (RSH) dan Rumah Susun

Sederhana;

2. Rp. 10.000.000 (sepuluh juta rupiah) dalam hal perolehan hak baru

melalui program pemerintah yang diterima pelaku usaha kecil atau

mikro dalam dalam rangka program peningkatan sertifikasi tanah untuk

memperkuat penjaminankredit bagi usaha Mikro dan kecil;

Page 32: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

3. Rp.300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) dalam hal perolehan hak karena

waris, atau hibah wasiat yang diterima orang pribadi yang masih dalam

hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat ke

atas atau satu derajat ke bawah dengan pemberi hibah termasuk

istri/suami;

4. Paling banyak Rp.60.000.000 (enam puluh juta rupiah) dalam hal

selain a, b dan c.

3.6.1 Saat Terutangnya Pajak

1. Saat terutang Pajak atas perolehan hak atas tanah dan atau

bangunan untuk:

a. jual beli adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;

b. tukar-menukar adalah sejak tanggal dibuat dan

ditandatanganinya akta;

c. hibah adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;

d. waris adalah sejak tanggal yang bersangkutan mendaftarkan

peralihan haknya ke Kantor Pertanahan;

e. pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya adalah

sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;

f. pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan adalah sejak

tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta;

g. lelang adalah sejak tanggal penunjukan pemenang lelang;

Page 33: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

h. putusan hakim adalah sejak tanggal putusan pengadilan yang

mempunyai kekuatan hukum yang tetap;

i. hibah wasiat adalah sejak tanggal yang bersangkutan

mendaftarkan peralihan haknya ke Kantor Pertanahan;

j. pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan

hak adalah sejak tanggal ditandatangani dan diterbitkannya surat

keputusan pemberian hak;

k. pemberian hak baru di luar pelepasan hak adalah sejak tanggal

ditandatangani dan diterbitkannya surat keputusan pemberian

hak;

l. penggabungan usaha adalah sejak tanggal dibuat dan

ditandatanganinya akta;

m. peleburan usaha adalah sejak tanggal dibuat dan

ditandatanganinya akta;

n. pemekaran usaha adalah sejak tanggal dibuat dan

ditandatanganinya akta;

o. hadiah adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta21

2. Sejak tanggal penunjukkan pemengang lelang. Untuk: lelang

3. Sejak tanggal putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan

hokum yang tetap, untuk: putusan hakim.

4. Sejak tanggal yang bersangkutan mendaftarkan peralihan haknya

kekantor pertanahan, untuk : hibah wasiat dan waris.

21 . http://www.klinik-pajak.com/knowledge-base/bphtb

Page 34: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

5. Sejak tanggal ditandatngani dan diterbitkannya surat keputusan

pemberian hak, untuk :

a. Pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan pelepasan

hak.

b. Pemberian hak baru di luar pelepasan hak.

3.6.2 Tempat Pajak Terutang

Tempat pajak terutang adalah di wilayah22:

1. Kabupaten

2. Kota, atau

3. Propinsi.

3.6.3 Tempat Pembayaran

Pajak yang terutang dibayar ke Kas Negara melalui23:

1. Bank Badan Usaha Milik Negara atau Bank Badan Usaha Milik

Daerah

2. Kantor Pos dan Giro

3. Tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Mneteri Keuangan.

3.6.4 Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan

Bangunan Kurang Bayar (SKBKB)

1. Pengertian

22 . Prof.Dr. Mardiasmo, MBA.Ak, perpajakan revisi 2011. hal 344, CV ANDI Yogyakarta :201123 .ibid

Page 35: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

SKBKB adalah surat ketetapan yang menentukan besarnya

jumlah pajak yang terutang, jumlah kekurangan pembayaran

pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah yang

masih harus dibayar.24

2. Penerbitan SKBKB

SKBKB diterbitkan apabila berdasarkan hasil pemeriksaan

atau keterangan lain ternyata jumlah pajak yang terutang kurang

dibayar.

SKBKB dapat diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak dalam

jangka waktu 5 tahun sesudah saat terutangnya pajak.

3. Sanksi SKBKB

Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKBKB

ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga besar 2%

sebulan (maksimal 24 bulan) dihitung mulai saat terutangnya

pajak sampai dengan diterbitkannya SKBKB25.

Contoh:

Tuan Adi memperoleh tanah dan bangunan yang terletak di

Kabupaten Sukamaju pada tanggal 29 MARET 2010 dengan Nilai

Perolehan Objek Pajak Rp 240.000.000,00. Nilai Perolehan Objek

Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP) untukperolehan hak selain

karena waris atau hibah wasiat yang diterima orang pribadi yang

masih dalam hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus

24 . ibid, hlm 34525 . ibid.

Page 36: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

satu derajat ke atas atau satu derajat kebawah dengan pemberi hibah

wasiat, termasuk suami/istri, untuk Kabupaten Sukamaju ditetapkan

sebesar Rp 60.000.000,00.

Nilai Perolehan Objek Pajak Rp 240.000.000,00

Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak Rp. 60.000.000,00

Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak RP 180.000.000,00

BPHTB yang terutang = Rp 180.000.000,00 X 5%

= Rp 9.000.000,00

Berdasarkan hasil pemeriksaan, ternyata ditemukan data yang

belum lengkap yang menunjukkan bahwa Nilai Perolehan Pajak

sebenarnya adalah Rp 310.000.000,00. Oleh karena itu diterbitkan

SKBKB pada tanggal 30 Desember 2010. Besarnya BPHTB yang

terutang adalah sebagai berikut:

Nilai Perolehan Objek Pajak Rp 310.000.000,00

Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak Rp. 60.000.000,00

Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak RP 250.000.000,00

BPHTB yang seharusnya terutang = Rp 250.000.000,00 X 5%

= Rp 12.500.000,00

BPHTB yang telah dibayar = Rp 9.000.000,00

Page 37: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

BPHTB yang kurang dibayar = Rp 3.500.000,00

Sanksi administrasi berupa bunga dari 29 Maret 2010 sampai dengan

30 Desember 2010 = 10 bulan x 2% x Rp 3.500.000,00

= Rp 700.000,00

Jadi jumlah yang harus dibayar menurut

SKBKB =Rp 3.500.000,000 + Rp 700.000,00 = Rp 4.200.000,00

3.6.5 Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan

Kurang Bayar Tambahan (SKBKBT)

1. Pengertian

SKBKBT adalah surat ketetapan yang menetukan tambaha

atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.26

2. Penerbitan SKBKBT

SKBKBT diterbitkan apabila ditemukan data baru dan atau

data yang semula belum terungkap yang menyebabkan

penambahan jumlah pajak yang tentang setelah penerbitannya

SKBKBT.

SKBKBT dapat diterbitkan oleh direktur jendral pajak

dalam tahun sesudah saat terutangnya pajak.

3. Sanski SKBKBT

Jumlah kekurangan pajakyang terutang dalam skbkbt

ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar

100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut.26 . Prof.Dr. Mardiasmo, MBA.Ak, perpajakan revisi 2011. hal 346, CV ANDI Yogyakarta :2011

Page 38: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

Contoh (berdasarkan pada data pada contoh sebelumnya)

Pada tahun 2010 dari hasil pemeriksaan atau keterangan lain

diperoleh data baru bahwa nilai perolehan pajak ternyata adalahRp.

360.000.000,00 maka BPHTB yang terutang adalahsebagi

berikut:27

Nilaiperolehan objek pajak =Rp.360.000.000,00

Nilaiperolehan objek pajak tidak kena pajak = Rp. 60.000.000,00

Nilaiperolehan objek pajak kena pajak = Rp. 300.000.000,00

BPHTB yang seharusnya terutang

=Rp. 300.000.000,00 x 5% = Rp. 15.000.000

BPHTB yang telah dibayar = Rp. 12.500.000,00

BPHTB yang kurang di bayar = Rp.2.500.000,00

Sanksi administrasi kenaikan = 100% x Rp. 2.500.000,00

= Rp. 2.500.000

Jadi jumlah yang harus dibayar menurut SKBKBT

= Rp. 2.500.000,00 + Rp. 2.500.000,00 = Rp. 5.000.000,00

3.6.6 Surat Tagihan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan

Kurang Bayar Tambahan (STB)

1. Pengertian

27 . ibid

Page 39: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

STB adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau

sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.28

2. Penerbitan STB

STB diterbitkan apabila :

a. Pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar

b. Dari hasil pemeriksaan surat setoran bea perolehan hak atas

tanah dan bangunan (SSB) terdapat kekurangan pembayaran

pajak sebagai aktiva salah tulis dan atau salah hitung.

c. Wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga dan

atau denda

3. Sanksi STB

Jumlah pajak yang terutang yang tidak atau kurang dibayar

dalam STB sebagaimana dimaksud dalam poin 2a dan 2b

ditambah sanksi administarsi berupa bunga sebesar 2%(dua

persen) sebulan untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh

empat) bulan sejak saat terutangnya pajak. Sedangkan untuk poin

2c tidak ditambah sanksi karena tidak ada sanksi atas sanksi.29

4. Kekuatan hukum STB

STB mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan surat

ketetapan pajak, sehingga penagihannya dapat dilanjutkan dengan

surat paksa.30

28 . Prof.Dr. Mardiasmo, MBA.Ak, perpajakan revisi 2011. hal 347, CV ANDI Yogyakarta :201129 . ibid30 .ibid.hlm.348

Page 40: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

PENAGIHAN

Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Tagihan Bea Perolehan

Hak atas Tanah dan Bangunan apabila :

1. Pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar;

2. Dari hasil pemeriksaan SSB terdapat kekurangan pembayaran pajak

sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung;

3. Wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda dan atau

bunga.

Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Kurang

Bayar, Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Kurang

Bayar Tambahan, Surat Tagihan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan,

dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan maupun Putusan

Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah,

merupakan dasar penagihan pajak dan harus dilunasi dalam jangka waktu paling

lama 1 (satu) bulan sejak diterima oleh Wajib Pajak. Dan jika tidak atau kurang

dibayar pada waktunya dapat ditagih dengan Surat Paksa.

Page 41: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

KEBERATAN DAN BANDING

1. Tata Cara Penyelesaian Keberatan

1. Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Direktur

Jenderal Pajak atas suatu :

1. Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Kurang Bayar;

2. Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Kurang Bayar Tambahan;

3. Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Lebih Bayar;

4. Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Nihil.

2. Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan

mengemukakan jumlah pajak yang terutang menurut perhitungan

Wajib Pajak dengan disertai alasan-alasan yang jelas.

3. Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga)

bulan sejak tanggal diterimanya Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak

atas Tanah dan Bangunan Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Bea

Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Kurang Bayar Tambahan atau

Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Lebih

Bayar atau Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan Nihil oleh Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada angka

Page 42: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

(1), kecuali apabila Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka

waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya.

4. Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud

pada angka (2) dan angka (3) tidak dianggap sebagai Surat Keberatan

sehingga tidak dipertimbangkan.

5. Tanda penerimaan Surat Keberatan yang diberikan oleh pejabat

Direktorat Jenderal Pajak yang ditunjuk untuk itu atau tanda

pengiriman Surat Keberatan melalui pos tercatat menjadi tanda bukti

penerimaan Surat Keberatan tersebut bagi kepentingan Wajib Pajak.

6. Apabila diminta oleh Wajib Pajak untuk keperluan pengajuan

keberatan, Direktur Jenderal Pajak wajib memberikan keterangan

secara tertulis hal-hal yang menjadi dasar pengenaan pajak.

7. Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak dan

pelaksanaan penagihan pajak.

8. Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas)

bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima, harus memberi

keputusan atas keberatan yang diajukan.

9. Sebelum surat keputusan diterbitkan, Wajib Pajak dapat

menyampaikan alasan tambahan atau penjelasan tertulis.

10. Keputusan Direktur Jenderal Pajak atas keberatan dapat berupa

mengabulkan seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah

besarnya jumlah pajak yang terutang.

Page 43: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

11. Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada angka (8) telah

lewat dan Direktur Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan,

keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan

2. Tata Cara Penyelesaian Banding

1)      Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada Badan

Peradilan Pajak terhadap keputusan mengenai kebertannya yang ditetapkan

oleh Direktur Jenderal Pajak.

2)      banding diajukan dalam jangka waktu 3 bulan sejak keputusan keberatan

diterima, dengan cara:

a. tertulis dan dalam bahasa Indonesia

b. menggunakan alas an-alasan yang jelas

c. dilampiri salinan surat keputusan keberatan

3)      Pengajuan permohonan banding tidak menunda kewajiban membayar pajak

dan pelaksanaan penagihan pajak.

4)      Apabila pengajuan keberatan atau permohonan banding dikabulkan sebagian

atau seluruhnya, kelebihan pembayaran pajak dikembalikan dengan

ditambah imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk jangka

Page 44: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak tanggal

pembayaran yang menyebabkan kelebihan pembayaran pajak sampai

dengan diterbitkannya Keputusan Keberatan atau Putusan Banding.31

PENGURANGAN

Atas permohonan Wajib Pajak, pengurangan pajak yang terutang dapat diberikan

oleh Menteri karena:

1. Kondisi tertentu Wajib Pajak yang ada hubungannya dengan Objek

Pajak, contoh;

a)      Wajib Pajak tidak mampu secara ekonomis yang memperoleh hak

baru melalui program pemerintah di bidang pertanahan;

b)      Wajib Pajak pribadi menerima hibah dari orang pribadi yang

mempunyai hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan

lurus satu derajat ke atas atau satu derajat ke bawah.

 

1. kondisi Wajib Pajak yang ada hubungannya dengan sebab-sebab

tertentu, contoh;

a)      Wajib Pajak yang memperoleh hak atas tanah melalui pembelian

dari hasil ganti rugi pemerintah yang nilai ganti ruginya di bawah

Nilai Jual Objek Pajak;

31 . Prof.Dr. Mardiasmo, MBA.Ak, perpajakan revisi 2011. hal 349, CV ANDI Yogyakarta :2011

Page 45: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

b)      Wajib Pajak yang memperoleh hak atas tanah sebagai pengganti

atas tanah yang dibebaskan oleh pemerintah untuk kepentingan

umum yang memerlukan persyaratan khusus;

c)      Wajib Pajak yang terkena dampak krisis ekonomi dan moneter

yang berdampak luas pada kehidupan perekonomian nasional

sehingga Wajib Pajak harus melakukan restrukturisasi usaha dan

atau utang usaha sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah.

1. Tanah dan atau bangunan digunakan untuk kepentingan sosial atau

pendidikan yang semata-mata tidak untuk mencari keuntungan,

contohnya; Tanah dan atau bangunan yang digunakan, antara lain,

untuk panti asuhan, panti jompo, rumah yatim piatu, pesantren, sekolah

yang tidak ditujukan mencari keuntungan, rumah sakit swasta Institusi

Pelayanan Sosial Masyarakat.

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN BPHTB

Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian atas kelebihan

pembayaran pajak kepada Direktur Jenderal Pajak, antara lain dalam hal:

1. Pajak yang dibayar lebih besar dari pada yang seharusnya terutang.

2. Pajak yang terutang sudah dibayar olehwajib pajak sebelum akta

ditanda-tangani, namun perolehan hak atas tanah dan atau

bangunan tersebut batal.32

32 . Prof.Dr. Mardiasmo, MBA.Ak, perpajakan revisi 2011. hal 349, CV ANDI Yogyakarta :2011

Page 46: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

KETENTUAN BAGI PEJABAT

1. Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris hanya dapat menandatangani akta

pemindahan hak atas tanah dan atau bangunan pada saat Wajib Pajak

menyerahkan bukti pembayaran pajak berupa Surat Setoran Bea

Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan;

2. Pejabat Lelang Negara hanya dapat menandatangani Risalah Lelang

perolehan hak atas tanah dan atau bangunan pada saat Wajib Pajak

menyerahkan bukti pembayaran pajak berupa Surat Setoran Bea

Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

3. Pejabat yang berwenang menandatangani dan menerbitkan surat

keputusan pemberian hak atas tanah hanya dapat menandatangani dan

menerbitkan surat keputusan dimaksud pada saat Wajib Pajak

menyerahkan bukti pembayaran pajak berupa Surat Setoran Bea

Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

4. Terhadap pendaftaran peralihan hak atas tanah karena waris atau hibah

wasiat hanya dapat dilakukan oleh Pejabat Pertanahan Kabupaten/ Kota

pada saat Wajib Pajak menyerahkan bukti pembayaran pajak berupa

Surat Setoran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.”

5. Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris dan Kepala Kantor Lelang

Negara melaporkan pembuatan akta atau Risalah Lelang perolehan hak

Page 47: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

atas tanah kepada Direktorat Jenderal Pajak selambatlambatnya pada

tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya.

SANKSI BAGI PEJABAT

1. Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris dan Pejabat Lelang Negara yang

melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam angka 1, dan angka

2 dikenakan sanksi administrasi dan denda sebesar Rp. 7.500.000,00

(tujuh juta lima ratus ribu rupiah) untuk setiap pelanggaran.

2. Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notaris yang melanggar ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam angka 5, dikenakan sanksi administrasi

dan denda sebesar Rp. 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah)

untuk setiap laporan.

3. Pejabat yang berwenang menandatangani dan menerbitkan surat

keputusan pemberian hak atas tanah yang melanggar ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam angka 3 ,dikenakan sanksi menurut

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4. Pejabat Pertanahan Kabupaten/Kota yang melanggar ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam angka 4, dikenakan sanksi menurut

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

e.Kepala Kantor Lelang Negara, yang melanggar ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam angka 5, dikenakan sanksi menurut

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Page 48: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

PAJAK (BPHTB) MENURUT SYARI’AH

PENGERTIAN SYARIAT

Keinginan kaummuslim Indonesia untuk menegakkan syariat islam,

khususnya di bidang ekonomi, diwujudkan dengan munculnya bank syariah,

asuransi syariah, penggadaian syariah dan MLM syariah, serta “pajak menurut

syariah”

Secara estimologi, syariat berasal dari syara’a-yasra’u-syar’an yang artinya

membuat peraturan, menerangkan, menjelaskan merencankan atau

menggariskan.kata syara’aadalah bentuk kerja fiil,sedangkan bentuk kata

bendanya (isim) adalah syariah yangberati hokum, peraturan atauperundang-

undangan. Segala sesuatu dikatakan syar’I bila sesuatuitu telah sesuai dengan

peraturan, sah atau illegal.33

Secara lughawi , syariat dapat pula berarti “jalan yang lurus” orang yang

menjalankan syariatberartiiaberjalan di atas jala yangbenar (lurus). Sebaliknya,

orang yang tidak menjalanka syariat, berarti ia berjalan melalui jalan yang salah

alias salah jalan. Syariat bias berarti “mata air”. Orang yang memegang syariat

berarti ada di sekitar sumber mata air, iatidak akan kehausan. Orang yang

33 . Munawwir A. Fatah, Kamus Al Bisri, (Surabaya:Pustaka Progresif,1999) Hlm.371.

Page 49: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

tidakmemegang syariat berarti ia jauh dari mata air. Ia akan terancamkehausan

dankekeringan.34

DEFENISI SYARIAT

Abdulkaarim Zaidan mendefinisikan syariat:

“Syariat adalah hukum-hukum yang ditetapkan oleh allah swt untuk hamba-nya,

baik memalui Al-quran ataupun dengan as-sunnahnabi saw. Berupa

perkataan,perbuatandan pengakuan.”35

Dr. Yusuf Qardhawi mendefinisikan syariat:

“syariata adalah apa saja ketentuan allah yang dapat dibuktikan melalui dalil-

dalil al-quran danas sunnah atau juga melalui dalil-dalil ikutan lainnya seperti

ijma, qiyas dan lain sebagainya”36

Dari kedua pendapat ini dapat disimpulkan bahwa syariat adalah hokum/

peraturan yang dating dari allah, baikmelaluial-quran, sunnah nabi-nya, maupun

ikutan dari keduanya berupaijma dan qiyas. Jika aturan itu bukan dating dari allaj,

ia tidaklah disebut syariat.

RUANG LINGKUP SYARIAT

34 . Daud Rasyid, Indahnya Syari’at Islam, Jakarta:Usamah Press,Cet.1, 2003.Hlm 135 . Abdul Karim Zaydan, Al-Madkhallidirasat Asy-Syariat Al-Islamiyah, Dalam Daud Rasyid,

Indahnya Syari’at Islam, Ibid. Hlm 136 .Yusuf Qardhawi Sebagaimana Dikutipoleh Hidayat Nur Wahid, Menerapkan Syariat Islam

Di Bidang Social, Budaya Dan Pendidikan. Dalam Situs Internet: Http://Syariahonline.Com, 2 Mei 2006

Page 50: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

Dr.Syafii Antonio berpendapt bahwa syariat adalah bagiandari islam, di

mana islam itu terbagi atas tiga hal pokok, yaitu akidah, syariat dan akhlak.37

Prof. Dr. Mahmud syaltud bependapat bahwa syaruat juga bagian dari islam,

tapi beliau membagi islam hanya terdiridari dua bagian besar saja yaitu akidah

dan syariat.

Dr.Daud Rasyidberpendapat bahwa syariat adalah islam itu sendiri di mana

syariat(islam) terdiri dari akidah dan amaliah.38

Dari ketiga pendapat tersebut, yang palingmudah danbanyak (umum)

dipahami adalah pertama, yaitu islam terdiri dari akidah, akhlak dan syariat.

Syariat itu sendiri terbagi pula atas duabagian, yaitu hokum ibadah mahdah

dan muamalah. Ibadah mahdhah terdiri dari syahadat, shla, puasa, haji dan lain-

lain. Sedangkanmuamalah terdiri atas aturan pada bebagai aspek kehidupan

seperti ekonomi, pertahanan keamanan Negara, sosial, budaya dan politik.

Akidah dan akhlak bersifat konstan, tidak mengalami perubhan apapun

dengan berbedanya waktu dan tem;pat, dantidak terda[pat medan ijtihad serta

berpendapat di dalamnya. Sedangkan syariat senantiasa berubah sesuai dengan

kebutuhan dan taraf peradaban umat, sesuai dengan masa rosul masing-masing.39

Syariat sghlat di zaman nabi musa as, bededa dengan nabi Muhammad saw. Puasa

nabi nabi daud as, berbeda dengan nabi Muhammad saw(Q,Sal-Maidah :48).

37 . Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah, Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta: Gemainsani Press, 201).Hlm4

38 . Daud Rasyid,Op.Cit,Hlm 139 . Muhammad Syafi’i Antonio, Op.Cit Hlm.4

Page 51: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

Demikian pula dengan zakat dan haji, dan lain-lain berbeda syariatnya antara

nabi-nabi.

Sesungguhnya syariatnya berbeda, namun para nabi/ rosul dalam masalah

akidah(iman), tetap sama, yaitu mengesakan(tauhid) alladswt.(Q.S An-Nahl:

36,Al-Araff: 59, 65,7385). Demikian juga akhlak, antara berbagai zaman kenabian

adalah sama.

KARAKTERISTIK SYARIAT.

Syariat memiliki beberapakarakteristik(cirri-ciri), yang tidak dimiliki oleh aturan

lain, yaitu:40

3. Sumbernya adalah allah swt.(al-quran) danhadist nabi mhammad

saw. Aturan yang bukanbersumber dari allahswt. Dan rusul-nya

tidak dsebut syariat.

4. Sanksinya bersifat duniawi dan ukhrawi, sesuai dengan rukun iman

ke lima yaitu menyakini pasti adanya hari perhitungan(yaumul

hisab).

5. Universal, yaitu berlaku umum untuk semua orang, tidak hanya

berlaku untuk umat islam saja atau untuk orang arab saja, namun

dapat diterapkan di semua tempat baik diarab, amerika, asia dan

laian-lain di seluruh waktu, baik di masa rosulullah maupun zaman

sekarang. Sampai hari kiamat. Allahswtmenurunkanal-quran

adalah untuk seluruh makhluk dan memerintahkan kaum muslim

40 . Daudrasyid, Op.Cit,Hlm.3-21dan Muhammad Syafi’i Antonio,Op.Cit. Hlm 4

Page 52: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

untuk adil terhadap seluruh umat manusia, sebaimana firman allah

swt:

6.

“Maha Suci Allah yang Telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran)

kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada

seluruh alam”

7. Komprehensif, mengatur semua aspek kehidupan mulai dari

hubungan manusia dengan allah swt(ibadah), hingga hubungan

manusia dengan sesamamanusia dan makhluk lainnya(muamalah).

Ia meliputi aspek politik, sosialbudaya, pertahanan keamanan, ilmu

dan teknologi, ekonomi dan sebagiannya. Hal ini sejalan dengan

perintah allah swt, dalam surat Al-baqarah: 28, agar orang –orang

mukmin menjalankan islam dalam keseluruhan aspek.

HUBUNGAN PAJAK DENGAN SYARIAT.

Pajak mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya (muamalah)

oleh sebab itu ia merupakan bagian dari syariat. Tanpaadanya rambu-rambu

syariat dalam perpajakan. Maka pajakdapat menjadi alat penindas rakyat. Tanpa

batasan syariat, pemerintah akan menetapkam dan memungut pajak sesuka hati

dan menggunakannya menurut apa yang diinginkannya (pajak dianggap sebagai

upeti, yaitu hak milik penuh sang raja).

Page 53: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

Hanya syariat yang boleh menjadi pemutus perkara, apakah suatu jenis

pajakboleh dipungut atau tidak. Barang siapa yang memutuskan perkara menurut

syariat(apa yang telahditetapkan oleh allah swt) maka dia adalah dzalim (Q.S Al-

maidah:45).

Oleh karena pajakadalah bagian dari syariat, maka sebagai batang dari suatu

pohon, ia harus memiliki akar yang kuat dan kokoh. Akar itu adalah iman atau

akidah, hokum pajak mesti memiliki dalil yang kuat dari al-Quran dan hadist,

agarmemberi manfaat (buah) bagi kemaslahatan umat.

Selain itu pajak hanya boleh disusun oleh orang yang beriman (muslim)

saja,bukan oleh mereka yangdimurkai-nya(yahudi) atau orang-orang yang sesat

(nasrani)(Q.S Al-Fatihah :7).

KATA PAJAK DALAM AL-QURAN

Dari 74.499 kata atau325.345 suku kata yang terdapat dalam al-quran, tidak

satupun terdapatkata pajak, karena pajak memang bukan dari bahasa arab.

Buktinya, konsonan”p” tidak ada dalambahasa arab. Karenanya apabila menyebut

“Liverpool”. Misalnya orang orab menyebutnya “libirbuul”, padang disebut

badang. Dan lain-lain. Jadi, kata pajak memang tidak terdapat dalam al-quran.

Namun sebagai terjemahan dari kata yang ada dalamal-quran (bahasaarab)

terdapat kata pajak yaitu pada terjemahan Q.S.At-Taubah : 29.hanya satu kali saja

kata pajak ada dalam terjemahan al-quran.

Page 54: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

“perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula)

kepada hari Kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan

oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama

Allah), (Yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai

mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam Keadaan tunduk.”

(Q.S. At-Taubah :29)

Pada ayat itu, kata jizyah diterjemahkan dengan pajak.misalnya teerdapat

dalam kitab al-quran dan terjemahannya oleh departemen agama RI terbitan PT

syamil Bandung. Walupun demikian, tidak semua kitab al-quran dan

terjemahannya oleh departemen RI cetakan kerajaan Saudi Arabia atau cetakan

CV dipenogoro semarang . kata jizyah dalam Q>S At-Taubah :29 tetap

diterjemahkan dengan jizyah saja. Akan tetapi yang paling tepat adalah tidah

menerjemahkan jizyah menjadi pajak,manun lebih tepat menerjemahkan jizyah

dengan pendanaan “upeti” sebab pajak lebih tepat disebu “dharibah”.

PENGERTIAN PAJAK MENURUT SYARIAT

Pajak etimologi pajak dalam bahasa arab disebut dengan istilah dharibah,

yang berasakl dari kata dasar dharaba, yadribu, dharban yang artinya:

Page 55: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

mewajibajakkan,menetapkan, menentukan, memukul, menerangkan atau

membebankan dan lain-lain.41

Secara bahasa maupun tradisi, dhariba dalam penggunaannya memang

memounyai banyak arti, namun para ulamadominan memakai ungkapan dhariba

untuk menyebut harta yang di pungut sebagai kewajiban. Hal ini tampak jelas

dalam ungkapan bahwa jizyah dan kharajdipungut secara dharibah, yakni secara

wajib.42 bahkan sebagian ulama menyebut kharaj merupakan dharibah.43 Jadi,

dharibah adalah harta yang dipungut secara wajib oleh Negara untuk selain jizyah

dan kharaj, sekalipun keduanyabisa di kategorikan dharibah.44

Istilah pajak(dharibah) juga tidak bias untuk menyebut ush (bea cukai),

yakni pungutan yang dipungut dalam besaran tertentu dari importir atau eksportir

yang bukan Negara khalifah, baik muslimmaupun dzamini.danbukan muahad.

Sebab ushr hanyalah tindakan balasan atas tindakan Negara mereka. Karena itu

ush, besarnya sama dengan besaran yang dipungut oleh Negara mereka dari warga

Negara khalifah ketika mengimpor komoditas dari dari Negara tersebut atau

megekspor komoditas ke Negara tersebut.45

Ada sebuah hadist yang berbunyi” tidak masuk surge pegugas pajak”. Para

ulama menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan petugas pajak adalah orang

yang mengambil ushr dari harta kaum muslim secara paksa, melampaoii batas 41 . A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir, (Surabaya: Pustakaprogresif.202) Bab Dharaba,

Hlm.815.42 .As-Sarahsi, Al-Mabsuth, Dalam Yahya Abdurrahman, Dhariba(Pajak), Http://

Hayatulislam.Net, Publikasi 04 Mei 2005.43 . Asy-Syawkani, Fath al-Qadir, 3/493, Dalam Yahya Abdurrahman, Ibid.44 . Qadhi An-Nabhani, Nizham al-Iqtishadi Fi Al-Islam, Hl. 245, Dalam Artikel Yahya

Abdurrahman, Ibid45 .qadhian-nabhani, loc.cit

Page 56: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

sehingga dikhawatirkan dosa dan sanksi baginnya.46 Petugas pemungut ushr dalam

hadist ini juga diterjemahkan sebagai tugas pajak, padahal maksudnya adalah

petugas pemungut ushr

Bagaimana dengan kharaj dan jizyah? Oleh karena objek dari kharaj adalah

tanah, maka jika dipakai istilah pajak untuk kharaj dalam system ekonomi islam

akan rancu dengan istilah pajak atas penghasilan atau pendapatan. Untuk ituah ,

biarkanlah pajak atas tanah disebut dengan kharaj saja. Demikian pula dengan

jizyah, objeknya adalah jiwa, tidak samadengan dharibah. Oleh sebab itu,

biarkanlah disebutjizyah saja. Ringkasannya adalah sebagai berikut:

NAMA OBJEK SUBJEK

Pajak (Dharibah) Harta Selain Zakat Muslim

Jizyah Jiwa (An-Nafs Non Muslim

Kharaj Tanah Taklukan Nonmuslim

PAJAK (DHARIBAH) BERMAKNA BEBAN YANG BERAT

Dengan mengambil istilah dharibah sebagai padanan pajak dimaksudkan

untuk menunjukkan bahwa pajak itu sesungguhnyaadalah beban tambahan yang

ditimpakan kepada kaum muslim setelah adanya beban pertama, yaitu zakat:

46 . Jaribah Bin Ahmad Al-Haritsi, Al Fifqh Al-Iqtishadi Liamirilmukminin Umar Ibn Al-Khattab, Edisi Terj. Oleh H. Asmunisolihanzamakhsyari,Lc, Khalifa(Jakarta:Pustaka Al-Kaustar Group, 2006)Hlm.571

Page 57: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

Untuk membedakan pajakmuslim dan pajak kafir, khalifah umar bin khatab

r.a pernah melarang pengenaan kharaj kepada kaum muslimin atas hasil tanah

kharajiyah. Beliau tetap memasukkan hasil pembayaran kharaj dari kaum

muslimsebagai zakat karena setiap pemberian seseorang muslim adalah shadaqah

yang bermaksna bersih dan suci. Justru merupakan suatu kehinaan, apabila

muslim membayar kharaj.

Dengan demikian, pengertian pajak (dharibah) tetaplah beban tambahan.

Yang dipikulkan kepadada kaum muslim, untuk mengembangkan kepentingan ari

sumber-sumber yang utama, seperti ghanimah,shadaqah,fa’I dan sumber

pendapatan sekunder lainnya.47

DEFENISI PAJAK MENURUT SYARI’AH

Ada tiga ulama yang memberikan defenisi tentang pajak, yaitu yusuf

Qardhawi dalam kitabnya fiqh az-zakah. Gazy inayah dalam kitabnya al-iqtishad

al-islami az-zakah wa ad-dharibah, abdul qodim zallum dalamkitabnya al-amwal

fi daulah al-khalifah,ringkasannya sebagai berikut:48

1. Yusuf Qardhawi berpendapat :

Pajak adalah kewajiban yang ditetapkan terhadap wajib pajak, yang

harus disetorkan kepada negara sesuai dengan ketentuan, tanpa mendapat

prestasi kembali dari negara, dan hasilnya untuk membiayai pengeluaran-

pengeluaran umum di satu pihak dan untuk merealisasi sebagai tujuan

47 . Gusfahmi.S.E.Ma, Pajak Menurut Syariah, Jakarta, Rajawali Press;2011, Hlm.32.48 . ibid,

Page 58: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

ekonomi, sosial, politik, dan tujuan-tujuan lain yang ingin dicapai oleh

negara.

2. Gazy Inayah berpendapat :

Pajak adalah kewajiban untuk membayar tunai yang ditentukan oleh

pemerintah atau pejabat berwenang yang bersifat mengikat tanpa adanya

imbalan tertentu. Ketentuan pemerintah ini sesuai dengan kemampuan si

pemilik harta dan dialokasikan untuk mencukupi kebutuhan pangan

secara umum dan untuk memenuhi tuntutan politik keuangan bagi

pemerintah.

3. Abdul Qadim Zallum berpendapat :

Pajak adalah harta yang diwajibkan Allah Swt. Kepada kaum muslim

untuk membiayai berbagai kebutuhan dan pos-pos pengeluaran yang

memang diwajibkan atas mereka, pada kondisi Baitul Mal tidak ada

uang/harta.

Definisi yang diberikan oleh Qardhawi dan Inayah di atas masih

terkesan sekuler, karena belum ada unsur-unsur syar’iah di dalamnya. Dua

definisi tersebut hampir sama dengan definisi pajak menurut tokoh-tokoh

pajak non Islam.

Penulis49 lebih setuju dengan definisi yang dikemukakan oleh Zallum,

karena dalam definisinya, terangkum lima unsur pokok yang merupakan

unsur penting yang harus terdapat dalam ketentuan pajak menurut syariat,

yaitu :

1. Diwajibkan oleh Allah Swt.49 . Gusfahmi.S.E.Ma, Pajak Menurut Syariah, Jakarta, Rajawali Press;2011, Hlm.32.

Page 59: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

2. Objeknya adalah harta (al-Maal).

3. Subjeknya kaum Muslim yang kaya (ghaniyyun) saja, dan tidak

termasuk non- Muslim.

4. Tujuannya hanya untuk membiayai kebutuhan mereka (kaum

Muslim) saja.

5. Diberlakukan hanya karena adanya kondisi darurat (khusus), yang

harus segera diatasi oleh Ulil Amri.

Kelima unsur tersebut, sejalan dengan prinsip-prinsip penerimaan negara

menurut Sistem Ekonomi Islam, yaitu harus memenuhi empat unsur :

1. Harus adanya nash( Al-Qur’an dan Hadits) yang memerintahkan setiap

sumber pendapatan dan pemungutan.

2. Adanya pemisahan sumber penerimaan dari kaum Muslim dan non-

Muslim.

3. Sistem pemungutan zakat dan pajak harus menjamin bahwa hanya

golongan kaya dan golongan makmur yang mempunyai kelebihan saja

yang memikul beban utama.

4. Adanya tuntutan kemaslahatan umum.

Dengan definisi di atas, jelas terlihat bahwa pajak adalah kewajiban yang

datang secara temporer, diwajibkan oleh Ulil Amri sebagai kewajiban

tambahan sesudah zakat (jadi dharibah bukan zakat), karena

kekosongan/kekurangan Baitul Mal, dapat dihapuskan jika keadaan Bitul

Mal sudah terisi kembali, diwajibkan hanya kepada kaum Muslim yang

Page 60: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

kaya, dan harus digunakan untuk kepentingan mereka (kaum Muslim),

bukan kepentingan umum, sebagai bentuk jihad kaum Muslim untuk

mencegah datangnya bahaya yang lebih besar jika hal itu tidak dilakukan.

Dari definisi di atas juga terlihat perbedaan antara pajak (dharibah) dengan

kharaj dan jizyah, yang sering kali dalam berbagai literatur disebut juga

dengan pajak, padahal sesungguhnya ketiganya berbeda. Objek pajak

(dharibah) adalah al-Maal (harta), objek jizyah adalah jiwa (an-Nafs), dan

objek kharaj adalah tanah (status tanah)50. Jika dilihat dari sisi objeknya,

objek pajak (dharibah) adalah harta, sama dengan objek zakat. Oleh sebab

itu, pajak (dharibah) adalah pajak tambahan sesudah zakat.

KARAKTERISTIK PAJAK (DHARIBAH) MENURUT SYARIAT

Ada beberapa ketentuan tentang pajak (dharibah) menurut Syariat islam, yang

sekaligus membedakannya dengan pajak dalam sistem kapitalis (non-Islam),

yaitu51 :

1. Pajak (dharibah) bersifat temporer, tidak bersifat kontinu hanya boleh

dipungut ketika Baitul Mal tidak ada harta atau kurang. Ketika Baitul Mal

sudah terisi kembali, maka kewajiban pajak bisa dihapuskan. Berbeda

dengan zakat, yang tetap dipungut sungguhpun tidak ada lagi pihak yang

membutuhkan (mustahik). Sedangkan pajak menurut non-Islam (tax)

adalah abadi (selamanya).

50 . Lihat Pajak Dalam Shahih Abu Daud, Buku 2, Kitab Kharaj(Pajak),Hlm.357,416,419-420.51 . Yahya Abdurrahman.Loc.Cit

Page 61: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

2. Pajak (dharibah) hanya boleh dipungut untuk membiayai yang merupakan

kewajiban bagi kaum muslim dan sebatas jumlah yang diperlukan untuk

pembiayaan wajib tersebut, tidak boleh lebih. Sedangkan pajak menurtu

non-Islam (tax) ditunjukan untuk seluruh warga tanpa membedakan

agama.

3. Pajak (dharibah) hanya dipungut dari kaum Muslim dan tidak dipungut

dari non-Muslim. Sebab, dharibah dipungut untuk membiayai keperluan

yang mnejadi kewajiban bagi kaum Muslim, yang tidak menjadi

kewajiban non-Muslim. Sedangkan teori pajak non-Islam (tax) tidak

membedakan Muslim dan non-Muslim dengan alasan tidak boleh ada

diskriminasi.

4. Pajak (dharibah) hanya dipungut dari kaum Muslim yang kaya, tidak

dipungut dari selainnya. Orang kaya adalah orang yang memiliki

kelebihan harta dari pembiayaan kebutuhan pokok dan kebutuhan lainnya

bagi dirinya dan keluarganya menurut kelayakan masyarakat sekitarnya.

Dalam pajak non-Islam (tax), pajak kadangkala juga dipungut atas orang

miskin, seperti PBB atau PPN yang tidak mengenal siapa subjeknya,

melainkan semata-mata melihat objek (barang atau jasa) yang dimiliki atau

dikuasai atau dikonsumsi.

5. Pajak (dharibah) hanya dipungut sesuai dengan jumlah pembiayaan yang

diperlukan, tidak boleh lebih. Jika sudah cukup maka pemungutannya

dihentikan. Sedangkan teori pajak non-Islam (tax) tidak ada batasan

pemungutan, selagi masih bisa dipungut akan terus dipungut.

Page 62: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

6. Pajak (dharibah) dapat dihapus, bila tidak sudah diperlukan. Hal ini sudah

dipraktikkan oleh Rasulullah Saw. Dan para Khalifah sesudah beliau (lihat

uraian Bab 5). Sedangkan menurut teori pajak non-Islam (tax), pajak tidak

akan dihapuskan karena hanya itulah satu-satunya sumber pendapatan.

Malahan ada suatu ungkapan orang Inggris yang mengatakan bahwa ada

dua hal yang pasti di dunia ini, yaitu kematian dan pajak.

KHARAJ

Pengertian kharaj

Secara harfiyah, kharaj berarti kontrak, sewa menyewa atau menyerahkan.52

Dalam terminology keuangan islam, kharaj adalah pajak atas tanah atau hasil

tanah, dimana para pengelola wilayah taklukan harus membayar kepada Negara

islam. Negara islam setelah penaklukanadalah pemilik atas wilayah itu, dan

pengelola harusmembayar sewa kpada Negara islam. Para penyewa ini menanami

tanah untuk pembayaran tertentu danmemelihara sisa hasil panennya untukderi

mereka sendiri. Kharaj dalambahasa arab adalah kata lain dari sewa dan hasil

sebagaimna firman allahswt:

“ atau kamu meminta upah kepada mereka?", Maka upah dari

Tuhanmuadalah lebih baik, dan Dia adalah pemberi rezki yang paling

baik.”(Q.S AlMu’minun :72)

52 . Al-Mawardi,Op.Cithlm.130. Dalam Sa’id Hawwa,Op.Cit.Hlm.229

Page 63: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

Dalam sejarah Islam, Kharaj berupa bea yang dikenakan atas tanah yang

telah dirampas dari Kekaisaran Bizantium dan Sassanid, baik melalui perang atau

damai. Jika perjanjian damai antara kaum Muslim dan penduduk ini sepakat

mengatakan tanah tersebut adalah milik Daulah Islamiyah (negara), dan mereka

mengakuinya dengan membayar Kharaj, maka mereka harus menunaikannya.

Kharaj menurut bahasa berarti al-kara '(sewa) dan al-ghullah (hasil). Setiap tanah

yang diambil dari kaum kuffar dengan cara paksa, setelah diumumkan perang

terhadap mereka, maka tanah teresbut dikategorikan sebagai tanah kharajiyah.

Meskipun mereka masuk Islam setelah penaklukan itu, namun tanah

tersebut statusnya masih tanah kharajiyah.53

Abu Ubaid meriwayatkan hadist dalam kitab An-Amwal dari Az Zuhri yang

mengatakan, “Rasulullah saw menerima jizyah dari orang Majusi Bahrain.”

Az-Zuhri menambahkan, “siapa saja di antara mereka yang memeluk Islam,

keislamannya diterima, dan keselamatan diri dan hartanya akan dilindungi,

selain tanah. Sebab, tanah mereka adalah harta fai’ (rampasan) bagi kaum musli,

karena orang tersebut sejak awal tidak menyerah, sehingga dia

terlindung.” Maksudnya terlindungi dari kaum muslim.

Subjek kharaj

Dari sisi subjek (wajib pajaknya) kharaj dikenakan atas orang kafir dan juga

muslim (karena membeli tanah kharajiyah). Apabila orangkafir yang mengelola

53 . http://id.wikipedia.org/wiki/Kharaj

Page 64: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

tanah kharajmasuk islam, maka ia tetap dikenai kharajsebagaimana keadaan

sebelumnya.54

Objek kharaj

Kharaj dikenakan pada tanah (pajaktetap) danhasil tanah (pajak proporsional)

yang terutamaditaklukan oleh kekuatan senjata, terlepas apakah si pemilik itu

seotang yang di bawah umur, seorang dewasa, seorang bebas, seorang budak,

muslim ataupun non muslim. Kharaj dikenakan atas seluruh tanah di daerah

yangditaklukan dan tidak dibagikan kepada anggota pasukan perang, oleh Negara

dibiarkan dimiliki oleh pemilik awal atau dialokasikan kepada petani non muslim

dari mana saja55

Dasar Pengenaan Kharaj Dan Tarif Kharaj

Dari sisi cara pengenaannya (tariff pajak), kharaj di bagi dua yaitu kharaj menurut

perbandingan atau proporsional (muqasamah) dankharaj tetap (muwadhdhafah).

Kharaj secaraproporsionalartinya dikenakan sebagai bagian total dari hasil

produksi pertanian. Misalnya seperlima, seperempat dan sebagainya.dengan kata

lain, kharaj proporsional adalah tidak tetap tergantung pada hasil dan harga setiap

hasil pertaniannya. Secara tetap artinya pajak tetap atas tanah. Ia dikenakan etahun

sekali dalam jumlah tetap.56

54 . Gusfahmi.S.E.Ma, Pajak Menurut Syariah, Jakarta, Rajawali Press;2011, Hlm.110.55 . Abu Ubady,Op,Cit Hlm 77, Dalam Said Hawwa ,Op.Cit.Hl,21456 . Abu Ubady,Op.Cit.Hlm 88-99, Dalam Said Hawwa,Op,Cit,Hlm .214

Page 65: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan.

Pengertian BPHTB antara lain:

1. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB): adalah

pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan atau

bangunan, yang selanjutnya disebut pajak;

Page 66: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

2. Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan: adalah perbuatan atau

peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas dan

atau bangunan oleh orang pribadi atau badan;

3. Hak atas tanah adalah hak atas tanah termasuk hak pengelolaan,

berserta bangunan di tasnya sebagaimana dalam Undang-Undang

Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

Agraria, Undang-undang Nomor 16 tentang Rumah Susun dan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang lainnya.

Jadi, Dari defenisi-defenisi di atas maka kami simpulkan

bahwasannya yang di maksud dengan pajak BPHTB adalah pajak yang

dikenakan atas perolehan dan juga di dalamnya hak pengelolaan hak atas

tanah dan atau bangunan oleh orang pribadi atau badan.

Adapun pengertian pajak BPHTB menurut syari’ah ialah dharibah

(pajak) kharaj yang memang dahulu pada masa rosullah pajak pengelolaan

tanah sering di sebut kharaj. adapun pengenaan dharibah kharaj anatara

lain:

a. kharaj menurut perbandingan atau proporsional (muqasamah)

Kharaj secara proporsional artinya dikenakan sebagai bagian total dari

hasil produksi pertanian. Misalnya seperlima, seperempat dan

sebagainya.dengan kata lain, kharaj proporsional adalah tidak tetap

tergantung pada hasil dan harga setiap hasil pertaniannya

b. kharaj tetap (muwadhdhafah).

Page 67: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

Secara tetap artinya pajak tetap atas tanah. Ia dikenakan etahun sekali

dalam jumlah tetap.

B. Saran.

Majelis ulama Indonesia (MUI) membuat sebuah fatwa bahwa pajak

(dharibah) dibolehkan dalam islam, berdasarkan al-quran dan as-sunnah

serta ijma’ sahabat. Namu, pajak (dharibah) tersebut, tidaksama dengan

pajak (tax) sebagaimana dipraktikkan di Indonesia saat ini, yang belum

bersumber kepada al-quran dan hadist. Oleh sebab itu, pajak-pajak di

Indonesia perlu direformasi terlebih dahulu sebelum diperbolehkan.

DAFTAR PUSTAKA

A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir, (Surabaya: Pustakaprogresif.202) Bab

Dharaba, Hlm.815.

Abdul Karim Zaydan, Al-Madkhallidirasat Asy-Syariat Al-Islamiyah, Dalam

Abdullah Abdul Husain At-Tariqi, Op.Cit.Hlm. 36.

Page 68: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

Abu Ubady,Op,Cit Hlm 77, Dalam Said Hawwa ,Op.Cit.Hl,214

Al-Mawardi,Op.Cithlm.130. Dalam Sa’id Hawwa,Op.Cit.Hlm.229

As-Sarahsi, Al-Mabsuth, Dalam Yahya Abdurrahman, Dhariba(Pajak), Http://

Asy-Syawkani, Fath al-Qadir, 3/493, Dalam Yahya Abdurrahman, Ibid.

Daud Rasyid, Indahnya Syari’at Islam, Jakarta:Usamah Press,Cet.1, 2003.Hlm 1

Daudrasyid, Op.Cit,Hlm.3-21dan Muhammad Syafi’i Antonio,Op.Cit. Hlm 4

Gusfahmi.S.E.Ma, Pajak Menurut Syariah, Jakarta, Rajawali Press;2011, Hlm.32.

http://id.wikipedia.org/wiki/Kharaj

http://ocw.gunadarma.ac.id/course/economics/accounting-s1/perpajakan/bea-

perolehan-hak-atas-tanah-dan-bangunan

http://www.klinik-pajak.com/knowledge-base/bphtb

http://www.ortax.org/ortax/?mod=panduan&page=show&id=76&q=&hlm=

Imam Syaitibi,Op.Cit, Dalam Yusuf Qardhawi, Op. Cit.Hlm 992

Jaribah Bin Ahmad Al-Haritsi, Al Fifqh Al-Iqtishadi Liamirilmukminin Umar Ibn

Al-Khattab, Edisi Terj. Oleh H. Asmunisolihanzamakhsyari,Lc,

Khalifa(Jakarta:Pustaka Al-Kaustar Group, 2006)Hlm.571

Lihat Pajak Dalam Shahih Abu Daud, Buku 2, Kitab Kharaj

(Pajak),Hlm.357,416,419-420.

Masdar F. Mas’udi, Faturrahman Djamil, Dkk, Reinter prestasi Pendayagunaan

ZIS, Menuju Efektifitas Pemanfaatan Zakat, Infak, Sedekah, Piremedia,Jakarta

2004.Hlm 51

Muhammad Syafi’i Antonio, Op.Cit Hlm.4

Page 69: Makalah Bphtb Dan Pajak Syariah

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah, Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta:

Gemainsani Press, 201).Hlm4

Munawwir A. Fatah, Kamus Al Bisri, (Surabaya:Pustaka Progresif,1999)

Hlm.371.

Prof.Dr. Mardiasmo, MBA.Ak, perpajakan revisi 2011. hal 339, CV ANDI

Yogyakarta :2011

Qadhi Abu Bakr Ibnu Al-Arabi, Ahkam Al-Quran, Dalam Yusuf Qardhawi,

Op.Cit, Hlm,991

Qadhi An-Nabhani, Nizham al-Iqtishadi Fi Al-Islam, Hl. 245, Dalam Artikel

qadhian-nabhani, loc.cit

Yahya Abdurrahman.Loc.Cit

Yusuf Qardhawi Sebagaimana Dikutipoleh Hidayat Nur Wahid, Menerapkan

Syariat Islam Di Bidang Social, Budaya Dan Pendidikan. Dalam Situs Internet:

Http://Syariahonline.Com, 2 Mei 2006

Yusuf Qardhawi.Op.Cit Hlm 1010