makalah blok 7

37
Trivana C.Renmaur 10-2012-083 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 Email: [email protected] Pendahuluan Setiap manusia di atas muka bumi ini dapat menjalani kehidupan harian mereka dengan biasa karena mereka masih bernafas.Mekanisme pernapasan manusia amatlah penting dalam memastikan seseorang itu hidup dan beraktivitas secara normal.ketika mekanisme pernapasan seseorang terganggu,maka akan terjadi masalah dalam kemampuan ia bernafas. Dan kalau hal itu terjadi, maka kemungkinan terburuk yang terjadi ialah kematian.Hal ini menunjukkan betapa pentingnya sistem respirasi ini pada seorang manusia.Pengertian pernafasan atau respirasi adalah suatu proses otomatis atau involunter yang dimulai dari pengambilan oksigen, pengeluaran karbon dioksida hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Manusia bernafas

Upload: agie-tauran

Post on 08-Jul-2016

253 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

digestive

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Blok 7

Trivana C.Renmaur10-2012-083

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510

Email: [email protected]

Pendahuluan

Setiap manusia di atas muka bumi ini dapat menjalani kehidupan harian mereka

dengan biasa karena mereka masih bernafas.Mekanisme pernapasan manusia amatlah penting

dalam memastikan seseorang itu hidup dan beraktivitas secara normal.ketika mekanisme

pernapasan seseorang terganggu,maka akan terjadi masalah dalam kemampuan ia bernafas.

Dan kalau hal itu terjadi, maka kemungkinan terburuk yang terjadi ialah kematian.Hal ini

menunjukkan betapa pentingnya sistem respirasi ini pada seorang manusia.Pengertian

pernafasan atau respirasi adalah suatu proses otomatis atau involunter yang dimulai dari

pengambilan oksigen, pengeluaran karbon dioksida hingga penggunaan energi di dalam

tubuh. Manusia bernafas dengan menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang

karbon dioksida ke lingkunga serta volume dan kapasitas paru merupakan bagian dari

mekanisme pernapasan.

Untuk mengetahui volume dan kapasitas dari paru atau untuk melakukan tes fungsi

paru,alat yang digunakan adalah spirometer. Lebih tepatnya, spirometer adalah alat untuk

mengukur aliran udara yang masuk dan keluar paru-paru dan dicatat dalam grafik volum per

waktu.

Page 2: Makalah Blok 7

Struktur Sistem Pernapasan

Struktur Makro 1-3

Hidung; berbentuk piramid. Ke arah inferior hidung memiliki dua pintu masuk berbentuk

bulat panjang, yakni ‘nostril’ atau nares yang terpisah oleh septum nasi. Permukaan infero-

lateral hidung berakhir sebagai alae nasi yang bulat. Rangka tulang terdiri dari os nasale,

processus frontalis maxillaries, bagian nasal ossis frontalis. Rangka tulang rawan terdiri dari

cartilago septi nasi, cartilago nasi lateralis, dan cartilago ala nasi major dan minor. Otot

hidung terdiri dari M. nasalis dan M. depressor septi nasi yang merupakan bagian dari otot

wajah. Persarafan utama otot-otot hidung oleh N. facialis (N. VII).

Rongga Hidung; terdiri atas 3 regio, yaitu vestibulum, penghidu, dan pernapasan.

Vestibulum dilapisi oleh kulit yang mengandung bulu hidung, berguna untuk menahan

partikel yang terkandung daam udara yang dihisap. Ke arah atas dan dorsal vestibulum

dilapisi oleh limen nasi yang sesuai dengan tepi atas cartilago ala nasi major. Di mulai

sepanjang limen nasi ini kulit yang melapisi vestibulum dilanjutkan dengan mukosa hidung.

Regio penghidu berada di sebelah cranial; dimulai dari atap rongga hidung daerah ini meluas

sampai setinggi concha nasalis superior dan bagian septum nasi yang ada di hadapan concha

tersebut. Regio pernapasan adalah bagian rongga hidung selebihnya. Pembuluh darah yang

memperdarahi rongga hidung adalah:

1. Aa. ethmoidales anterior dan posterior, cabang A. Opthalmica, yang mendarahi

pangkal hidung, sinus-sinus/cellulae ethmoidales dan frontalis;

2. A. sphenopalatina, cabang A. maxillaris interna, mendarahi mukosa dinding-

dinding lateral dan medial hidung;

3. A. palatina major, cabang palatina descendens A. maxillaris interna yang

melewati foramen palatinum majus dan canalis incisivus serta beranastomosis

dengan A. sphenopalatina;

4. A. labialis superior, cabang A. facialis, yang memperdarahi septum nasi daerah

vestibulum, beranastomosis dengan A. sphenopalatina.

Blok 7 – Sistem Respirasi | 2

Page 3: Makalah Blok 7

Vena-vena rongga hidung membentuk plexus cavernosus yang terutama berada pada

submukosa bagian caudal septum nasi, concha nasalis medius, dan concha nasalis inferior.

Persarafan utamanya oleh cabang-cabang N. trigeminus (N. V), otonom secretomotorik dan

vasomotorik serta N. olfactorius (N. I).

Gambar 1. Hidung dan Rongga Hidung. Sumber: Ensiklopedia Britannica

Pharynx (Tekak); seperti pipa yang panjangnya 12-14 cm membentang dari basis

cranii sampai setinggi vertebra cervical 6 atau tepi bawah cartilago cricoidea. Di sebelah

caudal dilanjutkan dengan oesophagus (kerongkongan). Di sebelah cranial dibatasi oleh

bagian posterior corpus ossis sphenoidalis dan pars basilaris ossis occipitalis. Di sebelah

dorsal dan lateral pharynx terdapat jaringan longgar yang menempati spatium

peripharyngeale. Di sebelah dorsal, jaringan penyambung longgar tersebut memisahkan

pharynx dari fascia alaris (lembar depan fascia prevertebralis). Di sebelah ventral, pharynx

terbuka ke dalam rongga hidung, mulut dan larynx; dengan demikian dinding anteriornya

tidak sempurna. Spatium parapharyngeale, atau yang biasa disebut pharyngeale laterale,

mempunyai batas-batas sebagai berikut:

Ventrolateral: ramus mandibulae dan M. pterygoideus medialis/internus;

Blok 7 – Sistem Respirasi | 3

Page 4: Makalah Blok 7

Posterolateral; glandula parotis dan pembungkusnya;

Medial: dinding lateral pharynx;

Caudal: sampai setinggi os. Hyoideum, dibatasi oleh glandula submandibularis

dan pembungkusnya serta M. Stylohyoideus.

Dorsal; fascia bersama yang membungkus A. carotis interna, V. jugularis

interna, dan N. vagus yang dikenal sebagai saluran pembungkus buluh dan

saraf (“carotid steath”).

Gambar 2. Pharynx (Faring). Sumber:

http://arispurnomo.com/wp-content/uploads/2014/04/faring.gif

Ke sebelah dorsal spatium parapharyngeale ini berhubungan dengan spatium

retropharyngeale. Batas sebelah dorsal spatium pharyngeale ini adalah fascia alaris. Pharynx

dibagi menjadi 3 bagian, yakni:

Nasopharynx (Epipharynx); berada di sebelah dorsal hidung dan sebelah cranial

palatum molle. Rongga nasopharynx tidak pernah tertutup, berbeda dari oropharynx

dan laringopharynx.Ke arah ventral berhubungan dengan rongga hidung melalui

choanae (apertura nasalis posterior), yang masing-masing terpisah oleh septum nasi.

Nasopharynx dan ororpharynx berhubungan melalui isthmus pharyngeum yang

Blok 7 – Sistem Respirasi | 4

Page 5: Makalah Blok 7

dibatasi oleh tepi palatum molle dan dinding posterior pharynx. Sewaktu proses

menelan dan berbicara, isthmus pharyngeum ini tertutup oleh elevasi palatum molle

dan pembentukan lipatan Passavant (fold of Passavant) yang terbentuk oleh kontraksi

M. sphincter palatopharyngeal yang berfungsi sebagai sphincter, M.

salpingopharyngeus, dan M. constrictor pharyngis superior di dinding dorsal pharynx.

Oropharynx (Mesopharynx); terbentang mulai dari palatum molle sampai tepi atas

epiglotis atau setinggi corpus vertebrata cervical 2 dan 3 bagian atas. Di sebelah

ventral berhubungan dengan cavum oris melalui isthmus oropharyngeum (isthmus

faucium) berhadapan dengan aspek pharyngeal lidah. Pada kedua dinding lateral

ororpharynx terdapat masa jaringan limfoid yang disebut tonsilla palatina, tepatnya di

sebelah dorsal gigi bawah molar ketiga dan diproyeksikan pada sebuah daerah bulat

telur di atas bagian bawah M. masseter, sedikit di sebelah anterosuperior terhadap

angulus mandibulae. Tonsilla palatina bervariasi ukurannya dan seringkali meradang,

menimbulkan inflamasi dan hipertrofi; karena itu sukar menentukan bentuk

normalnya.

Laryngopharynx (Hypopharynx); membentang dari tepi cranial epiglotis sampai tepi

inferior cartilago cricoidea atau mulai setinggi bagian bawah corpus vertebra cervical

3 sampai bagian atas vertebra cervical 6. Ke arah caudal laryngopharynx dilanjutkan

sebagai oesophagus. Di dinding anteriornya yang tidak sempurna, terdapat pintu

masuk ke larynx (aditus laryngis) dan di bawahnya terdapat permukaan posterior

cartilago arytanoidea dan cartilago cricoidea. Pada masing-masing sisi ventro-caudo-

lateral aditus laryngis ini terdapat fossa/recessus piriformis yang dibatasi di sebelah

medial oleh plica aryepiglotica dan di sebelah lateral oleh cartilago thyrohyoidea dan

membrana thyrohyoidea.

Perdarahan berasal dari A. pharyngea ascendens, A. palatina ascendens, dan ramus tonsilaris

cabang A. facialis, A. palatina major dan A. canalis pterigoidei cabang A. maxilaris interna

dan rami dorsales linguae cabang A. lingualis. Pembuluh-pembuluh balik membentuk sebuah

plexus yang ke atas berhubungan dengan plexus pterygoideus dan ke arah bawah bermuara ke

dalam V. jugularis interna dan V. facialis. Sementara persarafannya berasal dari plexus

pharyngeus. Plexus ini dibentuk oleh rami pharyngei N. glossopharyngeus (N. IX), N. vagus

Blok 7 – Sistem Respirasi | 5

Page 6: Makalah Blok 7

(N. X), dan serabut-serabut simpatik post-ganglioner dari ganglion cervicale superius; plexus

tersebut berada pada jaringan penyambung di sebelah luar M. constrictor pharyngis medius.

Larynx (Pangkal Tenggorok); merupakan saluran udara yang bersifat sphincter dan

juga organ pembentuk suara, membentang antara lidah sampai trachea atau pada laki-laki

dewasa setinggi vertebra cervical 3 sampai 6, tetapi sedikit tinggi pada anak dan perempuan

dewasa. Larynx berada di antara pembuluh-pembuluh besar leher dan di sebelah ventral

tertutup oleh kulit, fascia, dan otot-otot depressor lidah. Ke arah atas, larynx terbuka ke dalam

laryngopharynx; dinding posterior larynx menjadi dinding anterior laryngopharynx. Ke arah

bawah larynx dilanjutkan sebagai trachea. Tulang-tulang rawannya terdiri atas cartilago

tyrohyoidea, cartilago cricoidea, dan cartilago epiglotis yang masing-masing sebuah, serta

cartilago arytaenoidea, cartilago cuneiforme, dan cartilago corniculatum yang masing-masing

sepotong. Pada laring, terdapat dua pasang lipatan lateral membagi rongga laring tersebut

yaitu pasangan bagian atas yang disebut lipatan ventrikular (pita suara palsu), tidak berfungsi

pada produksi suara, dan lipatan vocalis yang merupakan pita suara sejati. Pita suara sejati

melekat pada tulang rawan thyroid dan kartilago cricoid, serta aritenoid. Pembuka diantara

pita ini adalah glotis. Saat bernapas, pita suara terabduksi (tertarik membuka) oleh otot laring,

dan glotis membentuk triangular. Saat menelan, pita suara teraduksi (tertarik menutup) dan

glotis membentuk celah sempit. Dengan demikian, kontraksi otot rangka mengatur ukuran

pembukaan glotis dan derajat ketegangan pita suara yang diperlukan untuk produksi suara.

Perdarahan utama larynx berasal dari cabang-cabang A. thyreoidea superior dan A.

thyreoidea inferior. Nadi-nadi ini disertai oleh venanya. V. thyreoidea superior bermuara ke

dalam V. jugularis interna dan V. thyreoidea inferior bermuara ke dalam. V. brachiocephalica

sinistra. Sementara persarafan utama berasal dari cabang-cabang internus dan eksternus N.

laryngeus superior, N. recurrens, dan saraf simpatis. Mungkin seluruh ramus internus N.

laryngeus superior merupakan saraf sensorik otonom.

Blok 7 – Sistem Respirasi | 6

Page 7: Makalah Blok 7

Gambar 3. Larynx. Sumber: http://arispurnomo.com/wp-content/uploads/2014/04/laring.jpg

Trachea (Tenggorok); merupakan sebuah pipa udara yang terbentuk dari tulang rawan

dan selaput fibro-muskular, panjangnya sekitar 10-11 cm, sebagai lanjutan dari larynx,

membentang mulai setinggi cervical 6 sampai tepi atas vertebra thoracal 5. Ujung caudal

trachea terbagi menjadi bronchus principalis (primer, utama) dan dexter dan sinister. Trachea

terletak hampir di bidang sagital, tetapi biasanya bifurkasi trakea sedikit terdesak ke arah

kanan oleh arcus aortae. Selama inspirasi dalam, mungkin inspirasi ini turun sampai setinggi

vertebra thoracal 6. Bentuk trakeas sedikit kurang silindrik, karena datar di sebelah posterior.

Trakea dapat tetap terbuka karena adanya 16 sampai 20 cincin kartilago berbentuk C. Ujung

posterior mulut cincin dihubungkan oleh jaringan ikat dan otot sehingga memungkinkan

ekspansi esofagus.

Seperti yang telah disebutkan, pada vetebra toraks kelima, trakea akan bercabang

menjadi dua bronkus utama, bronkus primer kanan dan bronkus primer kiri. Bronkus primer

kanan berukuran lebih pendek, lebih tebal, dan lebih lurus dibandingkan bronkus primer kiri

karena arkus aorta membelokan trakea bawah kekanan. Objek asing yang masuk

Blok 7 – Sistem Respirasi | 7

Page 8: Makalah Blok 7

kemungkinan akan masuk ke bronkus kanan. Setiap bronkus primer nantinya akan bercabang

menjadi bronkus sekunder dan tertier dengan diameter semakin kecil. Saat tuba semakin

menyempit, batang atau lempeng kartilago mengganti cincin kartilago. Suatu bronkus disebut

ekstrapulmonar, sampai memasuki paru-paru. Setelah itu baru disebut intra pulmonar.

Nantinya, percabangan bronki akan menjadi struktur dasar paru-paru yaitu bronki, bronkiolus,

bronkiolus terminal, bronkiolus respiratorius, duktus alveolar, dan alveoli.

Gambar 4. Trakea dan Sekitarnya. Sumber: makalahkesehatan.co.cc

Terutama trachea didarahi oleh A. tyreohyoidea inferior, sementara ujung thoracalnya

didarahi oleh cabang Aa. Bronchiales yang naik untuk beranastomosis dengan A.

thyreohyoidea inferior tersebut. Semua pembuluh darah ini juga memperdarahi oesophagus.

Vena-vena yang membawa darah dari trachea berakhir di plexus venosus thyrohyoidea

inferior. Persarafan utamanya berasal dari cabang-cabang tracheal N. vagi, Nn. Recurrens,

dan truncus symphaticus serta disebarkan menuju otot-otot dan mukosa trachea. Ujung-ujung

saraf simpatis membangkitkan bronchodilatasi, sementara parasimpatis menyebabkan

bronchokonstriksi.

Thorax (Dada); merupakan superior batang badan, antara perut dan dada. Mempunyai

bentuk kerucut yang terpancung horizontal. Di dalam thoraks ini terkandung rongga thorax.

Rongga thorax memiliki akses masuk ke dalam pintu atas dan pintu bawah thorax. Pintu atas

thorax (apertura thoracis superior) yang sempit terbuka dan berkesinambungan dengan leher;

pintu bawah thorax (apertura thoracis inferior) yang relatif luas, tertutup oleh diafragma.

Blok 7 – Sistem Respirasi | 8

Page 9: Makalah Blok 7

Terdapat otot-otot dinding thorax murni yang mengubah volume thorax sewaktu bernafas,

yaitu Mm. intercostales, M. subcostalis, M. tranversus thoracis, M. serratus posterior superior,

dan M. serratus posterior inferior, Mm. levatores costarum, dan diapraghma. Selain itu,

terdapat otot tipis yang mengisi sela iga, yakni Mm. intercostales. Otot-otot intercostalis ini

dipersarafi oleh Nn. intercostales yang sesuai. Secara berkelompok, masing-masing lapis otot

intercostalis ini menggerakkan iga-iga untuk membantu pernapasan. Aa. intercostales yang

mendarahi dinding thorax berasal dari tiga sumber, yakni:

aorta thoracales yang berada pada mediastinum posterius;

sepasang A. intercostalis suprema, cabang truncus costo-cervicales A.

subclavia;

sepasang A. thoracica interna, cabang A. subclavia.

Pulmo (Paru); merupakan bagian terakhir dari sistim pernapasan, yang merupakan

organ repiratorik. Paru-paru adalah sebuah organ berbentuk piramid seperti spons dan berisi

udara, terletak dalam rongga toraks. Paru-paru kanan memiliki tiga lobus sedangkan paru-

paru kiri memiliki dua lobus. Setiap paru memiliki sebuah apex yang mencapai bagian atas

iga pertama, sebuah permukaan diafragmatik yang terletak diatas diafragma, sebuah

permukaan mediastinal yang terpisah dari paru lain oleh mediastinum, dan permukaan costal

yang terletak diatas kerangka iga. Permukaan mediastinalnya sendiri memiliki hillus yang

merupakan tempat keluar masuknya pembuluh darah bronki, pulmonar, dan bronkial dari

paru. Paru-paru diselimuti oleh selaput yang disebut pleura. Pleura terbagi menjadi pleura

parietal dan pleura viseral. Pleura parietal adalah bagian pleura yang melapisi rongga toraks

(kerangka iga, diafragma, dan mediastinum) sedangkan pleura viseral adalah bagian yang

melapisi paru dan bersambungan dengan pleura parietal di bagian bawah paru.

Blok 7 – Sistem Respirasi | 9

Page 10: Makalah Blok 7

Gambar 5. Bronkus dan Paru. Sumber:

www.arisclinic.com/wp-content/uploads/2014/05/Anatomi-paru2.jpg

Bagian sistem pernapasan yang beruhubungan dengan pleura memiliki dua bangun

khusus yaitu rongga pleura dan resesus pleura. Rongga pleura adalah ruang potensial antara

pleura parietal dengan pleura viseral yang mengandung lapisan tipis cairan pelumas. Cairan

ini disekresi oleh sel-sel pleural sehingga paru-paru dapat mengembang tanpa melakukan

friksi. Tekanan cairan agak negatif dibandingkan tekanan atmosfer. Rongga pleura kiri lebih

kecil dari rongga pleura kanan, karena sebagian besar jantung menempati sisi sebelah kiri

garis tengah. Bangun kedua adalah resesus pleura. Resesus ini adalah area rongga pleura yang

tidak berisi jaringan paru. Area ini muncul saat pleura parietal bersilangan dari satu

permukaan ke permukaan lain. Saat bernapas, paru-paru bergerak keluar masuk area ini.

Resesus pleura sendiri dibagi dua yaitu resesus pleura costomedial yang terletak di tepi

anterior kedua sisi pleura, tempat pleura parietal berbelok dari kerangka iga ke permukaan

lateral mediastinum, dan resesus pleura costodiaphragmatic, yang terletak di tepi posterior

kedua sisi pleura diantara diafragma dan permukaan kostal internal thorax. Persarafan

utamanya lewat plexus pulmonalis anterior dan posterior yang dibentuk oleh cabang-cabang

truncus symphaticus segmen T 1-3 atau 4 dengan parasimpatik N. vagus.

Struktur Mikro 4,5

Bagian-bagian sistem pernapasan telah dibahas pada struktur makro, dan selanjutnya bagian-

bagian tersebut akan dibahas secara mikroskopis. Sistem pernapasan atau respiratorius dibagi

Blok 7 – Sistem Respirasi | 10

Page 11: Makalah Blok 7

menjadi dua bagian, yaitu bagian konduksi yang berfungsi untuk menyalurkan udara dan

meneruskan ke bagian kedua, yakni bagian respirasi yang berfungsi untuk melakukan

pertukaran gas.

1. Bagian Konduksi

a. Hidung; merupakan organ berongga yang terdiri dari tulang, tulang

rawan hialin, otot bercorak dan jaringan ikat. Pada kulit luarnya

terdapat epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk, rambut-rambut

halus, kelenjar keringat dan kelenjar sebasea. Rongga hidungnya

(cavum nasi) dipisahkan oleh septum nasi. Lubang hidungnya terbagi

menjadi dua, lubang hidung depan (nares nasi anterior) dan lubang

hidung belakang (nares nasi posterior).

Cavum nasi dibagi menjadi dua, yaitu vestibulum nasi, yang

merupakan daerah lebar di belakang nares anterior, dan fossa nasalis,

yang merupakan daerah di belakang vestibulum nasi. Vestibulum nasi

tersusun atas epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk dan berubah

menjadi epitel bertingkat toraks bersilia bersel globet sebelum masuk

fossa nasalis. Terdapat kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan vibrisae,

yaitu rambut-rambut kasar, yang berfungsi menyaring udara

pernafasan.

Pada dinding lateral, ada tiga tonjolan tulang yang disebut

concha, yaitu concha nasalis superior yang dilapisi epitel khusus,

concha nasalis media, dan concha nasalis inferior yang keduanya

dilapisi epitel bertingkat toraks bersilia bersel goblet. Di bawah epitel

yang melapisi concha nasalis inferior banyak terdapat plexus venosus

yang disebut “swell bodies”, berfungsi untuk menghangatkan udara

yang melalui hidung.

Selain itu, juga terdapat epitel olfaktorius yang merupakan

epitel bertingkat toraks. Terdiri atas tiga jenis sel, yakni sel olfaktorius,

yaitu berfungsi sebagai sel saraf yang terletak di antara sel basal dan sel

penyokong serta bergabung dgn akson di lamina propia membentuk

Blok 7 – Sistem Respirasi | 11

Page 12: Makalah Blok 7

nervus olfaktorius (N. II); sel penyokong bervili, yaitu yang

sitoplasmanya mempunya granula kuning kecoklatan; dan sel basal

yang merupakan sel cadangan pembentuk sel penyokong dan mungkin

akan menjadi sel olfaktorius.

Tunika mukosa fossa nasalis akan berlanjut ke sinus

paranasalis. Sinus paranasalis adalah rongga dalam tengkorak yang

berhubungan dengan cavum nasi, di antaranya adalah sinus maxillaris,

sinus frontalis, sinus sphenoidales, dan sinus ethmoidales. Sinus-sinus

ini dilapisi oleh epitel bertingkat toraks bersilia bersel goblet. Kelenjar-

kelenjarnya memproduksi mukosa yang akan dialirkan ke cavum nasi

oleh gerakan silia-silia. Bila terjadi peradangan, dapat menyebabkan

sinusitis.

b. Pharynx (faring); merupakan ruangan di belakang cavum nasi yang

menghubungakan traktus digestivus dan traktus respiratorius. Dinding

lateral pharynx terdiri dari otot skelet. Yang termasuk bagian dari

pharynx adalah nasopharynx, oropharynx dan laringopharynx.

Nasopharynx; mengandung epitel bertorak bersilia bersel

goblet. Terletak di bawah membrana basalis dan terdapat kelenjar

campur pada lamina propia. Pada bagian posterior terdapat jaringan

limfoid yang membentuk tonsila pharyngeal yang pada anak-anak

sering membersar dan meradang (adenoitis). Terdapat muara yang

menghubungkan rongga hidung dan telinga bagian tengah (osteum

pharyngeum tuba auditiva) dan di sekelilingnya banyak kelompok

jaringan limfoid yang disebut tonsila tuba.

Oropharynx; mengandung epitel berlapis gepeng tanpa lapisan

tanduk. Terletak di belakang rongga mulut dan permukaan belakang

lidah. Oropharynx akan dilajutkan ke bagian atas menjadi epitel mulut

dan ke bawah, ke arah epitel oesophagus.Di sini terdapat tonsila

palatina yang sering meradang (tonsilitis).

Blok 7 – Sistem Respirasi | 12

Page 13: Makalah Blok 7

Laryngopharynx; mengandung epitel bervariasi, yang sebagain

besarnya merupakan epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.

Terletak di belakang larynx.

c. Larynx (laring); menghubungkan prharynx dan trakea. Bentuknya

tidak beraturan/irreguler. Mengandung epitel bertingkat torak bersilia

bersel goblet kecuali ujung plica vocalis berlapis gepeng. Larynx

berfungsi untuk fonasi (menyuarakan), dan mencegah benda asing

memasuki jalan nafas dengan adanya refleks batuk. Dinding larings

terdiri atas tulang rawan hialin, tulang rawan elastis, jaringan ikat, otot

skelet, kelenjar campur.

Rangka larynx mempunya 9 tulang rawan, yakni 4 tulang rawan

hialin (1 tulang rawan tiroid, 2 tulang rawan krikoid, 2 tulang rawan

aritenoid); tulang rawan elastis (1 tulang rawan epiglotis, 2 tulang

rawan kuneiformis, dan 2 tulang rawan kornikulata); serta ujung tulang

rawan aritenoid yang merupakan tulang rawan elastis. Tulang-tulang

rawan akan diikat oleh ligamentum dan berarticulatio dengan otot

intrinsik (M. intrinsik laring) yang berfungsi untuk mengubah bentuk

pita suara sehingga timbul fonasi, sementara M. ekstrinsik laring

berfungsi untuk proses menelan. Ada juga M. vokalis yang berfungsi

mengatur ketengangan pita suara sehingga udara yang melalui pita

suara dapat menimbulkan suara dengan nada yang berbeda-beda.

Salah satu tulang rawan dalam larynx yang berfungsi khusus

adalah epiglotis. Epiglotis merupakan bagian anterior yang paling

sering berkontak dengan akar lidah pada proses menelan.

d. Trachea (trakea); terdiri dari rangka berbentuk C yang merupakan

tulang rawan hialin. Jumlahnya berkisar dari 16-20 buah. Cincin-cincin

tulang rawan dihubungkan oleh jaringan penyambung padat fibroelastis

dan retikulin yang disebut ligamentum anulare untuk mencegah agar

lumen trakea jangan meregang berlebihan. Sedangkan otot polos

berperan untuk mendekatkan kedua tulang rawan. Bagian trakea yang

Blok 7 – Sistem Respirasi | 13

Page 14: Makalah Blok 7

mengandung tulang rawan disebut pars kartilagenia, sementara yang

mengandung otot disebut pars membranasea.

Lapisan-lapisan yang terdapat pada trakea adalah mukosa trakea

yang mengandung epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet dan

terdapat kelenjar campur; tunika submukosa, terdiri dari jaringan ikat

jarang, lemak, dan kelenjar campur (glandula trakealis) yang banyak

terletak di bagian posterior; serta tunika adventisia, di mana terdapat

jaringan fibroelastis yang berhubungan dengan perikondrium sebelah

luar pars kartilagenia.

e. Bronkus Ekstrapulmonal dan Intrapulmonal; bronkus ekstrapulmonal

sama dengan trakea hanya saja diameternya lebih kecil. Sementara

bronkus intrapulmonar memiliki mukosa yang membentuk lipatan

longitudinal. Epitelnya bertingkat toraks bersilia bersel goblet dan

membrana basalisnya jelas. Lamina propianya mengandung jaringan

ikat jarang, serat elastis, muskulus polos piral, noduli limfatici, dan

kelenjar campur. Bentuk tulang rawannya tidak beraturan dan susunan

muskulusnya seperti spiral.

f. Bronkiolus Terminalis; berdiameter 0.3 mm, mengandung epitel

selapis torak bersilia bersel goblet dan epitel selapis torak rendah. Di

antara deretan sel ini ada sel clara yang bergranula kasar dan

bermikrovili, fungsinya diduga ikut berperan terhadap pembentukan

cairan bronkiolar yang mengandung protein, glikoprotein, kolesterol,

mengeluarkan sejumlah kecil surfaktan yang terdapat di dalam sekret

bronkiolar. Lamina propianya mengandung otot polos dan serat elastin

yang tipis, namun tidak mempunyai kelenjar dan saraf. Lapisan

luarnyamengandung serat kolagen, serat elastin, pembuluh darah dan

nodulus limfatisi, serta saraf.

2. Bagian Respirasi

a. Bronkiolus Respiratorius; merupakan bagian antara konduksi dan

respirasi. Panjangnya 1-4 mm, dan diameter 0.5 mm. Mengandung

Blok 7 – Sistem Respirasi | 14

Page 15: Makalah Blok 7

epitel torak rendah atau selapis kubis bersilia tanpa sel goblet. Di antara

sel kubis terdapat sel clara. Lamina propianya mengandung serat

kolagen, serat elastin, dan otot polos yang terputus-putus.

b. Duktus Alveolaris; berdinding tipis, sebagian besar terdiri dari alveoli

dan dikelilingi sakus alveolaris. Di mulut alveolus terdapat epitel

selapis gepeng (sel alveolar tipe 1). Mengandung jaringan ikat serat

elastin, serat kolagen, otot polos yang makin mengecil hingga hanya

terlihat sebagai titik-titik kecil. Duktus ini terbuka ke atrium, yakni

ruang yang menghubungkan beberapa sakus alveolaris.

c. Sakus Alveolaris; merupakan kantong yang dibentuk oleh beberapa

alveoli. Terdapat serat elastin dan serat retikulin yang melingkari muara

sakus alveoli, serta sudah tidak mempunyai otot polos.

d. Alveolus/Alveoli; merupakan kantong kecil yang terdiri dari selapis sel

seperti sarang tawon. Alveoli berfungsi untuk pertukaran gas (O2 dan

CO2) antara udara dan darah. Di sekitar alveoli terdapat serat elastin

yang melebar pada saat inspirasi dan menciut pada saat ekspirasi; serta

serat kolagen yang mencegah regangan berlebihan sehingga kapiler dan

septum interalveolaris tidak rusak. Alveoli berjumlah sekitar 300-500

juta dan mengandung epitel selapis gepeng. Pada dinding-dindingnya

terdapat lubang kecil berbentuk bulat/lonjong disebut poros/stigma

alveolaris yang berfungsi untuk menghubungkan alveoli yang

berdekatan dan mencegah atelektasis. Diameternya sekitar 10-15 μm.

Mekanisme Pernafasan 6

Inspirasi, Ekspirasi, dan Volume Paru

Paru dan dinding dada merupakan struktur yang elastis. Pada keadaan normal, hanya

ditemukan selapis tipis cairan di antara paru dan dinding dada (intrapleura). Paru dapat

dengan mudah bergeser sepenjang dinding dada, namun sukar dipisahkan dari dinding dada

seperti halnya dua lempeng kaca basah yang dapat digeser namun tidak dapat dipisahkan. Blok 7 – Sistem Respirasi | 15

Page 16: Makalah Blok 7

Tekanan di dalam “ruang” antara paru dan dinding dada (tekanan intrapleura) bersifat sub-

atmosferik. Pada saat lahir, jaringan paru mengembang sehingga teregang, dan pada ekspirasi

tenang, kecenderungan daya recoil paru untuk menjauhi dinding dada diimbangi oleh daya

recoil dinding dada ke arah yang berlawanan. Jika dinding dada dibuka, paru akan kolaps; dan

bila paru kehilangan elastisitasnya, dada akan mengembang menyerupai bentuk gentong

(barrel shaped).

Inspirasi merupakan proses aktif. Kontraksi otot inspirasi akan meningkatkan volume

intratoraks. Tekanan intrapleura di bagian basis paru akan turun dari nilai normal sekitar -2,5

mmHg (relatif terhadap tekanan atmosfer) pada awal inspirasi, menjadi -6 mmHg. Jaringan

paru akan semakin teregang. Tekanan di dalam saluran udara menjadi sedikit lebih negatif,

dan udara mengalir ke dalam paru. Pada akhir inspirasi, daya recoil paru mulai menarik

dinding dada kembali ke kedudukan ekspirasi, sampai tercapai keseimbangan kembali antara

daya recoil jaringan paru dan dinding dada. Tekanan di saluran udara menjadi sedikit lebih

positif, dan udara mengalir meninggalkan paru. Selama pernafasan tenang, ekspirasi

merupakan proses pasif yang ridak memerlukan kontraksi otot untuk menurunkan volume

intratoraks. Namun pada awal ekspirasi, sedikit kontraksi otot inspirasi masih terjadi.

Kontraksi ini berfungsi sebagai peredam daya recoil paru dan memperlambat ekspirasi.

Pada inspirasi kuat, tekanan intrapleura turun mencapai -30 mmHg sehingga

pengembangan jaringan paru menjadi lebih besar. Bila ventilasi meningkat, derajat

pengempisan jaringan paru juga ditingkatkan oleh kontraksi aktif otot ekspirasi yang

menurunkan volume intratoraks.

Jumlah udara yang masuk ke dalam paru setiap kali inspirasi (atau jumlah udara yang

keluar dari paru setiap kali ekspirasi) disebut volume tidal. Jumlah udara yang masih dapat

masuk ke paru pada inspirasi maksimal setelah inspirasi biasa disebut volume cadangan

inspirasi (inspiratory reserve volume/IRV). Jumlah udara yang dapat dikeluarkan secara aktif

dari dalam paru melalui kontraksi otot ekspirasi, setelah ekspirasi biasa disebut volume

cadangan ekspirasi (expiratory reserve volume/ERV), dan udara yang masih tertinggal di

dalam paru setelah respirasi maksimal disebut volume residu (residual volume/RV). Nilai

normal berbagai volume paru dan istilah yang digunakan untuk kombinasi berbagai volume

paru tersebut diperlihatkan pada gambar. Ruang di saluran napas yang berisi udara yang tidak

Blok 7 – Sistem Respirasi | 16

Page 17: Makalah Blok 7

ikut serta dalam proses pertukaran gas dengan darah dalam kapiler paru disebut ruang rugi

pernapasan (respiratory dead space).

Gambar 6. Skema Volume Paru. Sumber:

ttp://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/08UjiFaalParu084.pdf/08UjiFaalParu084002.png

Pengukuran kapasitas vital, yaitu jumlah udara terbesar yang dapat dikeluarkan dari

paru setelah inspirasi maksimal, seringkali digunakan di klinik sebagai indeks fungsi paru.

Nilai tersebut bermanfaat dalam memberikan informasi mengenai kekuatan otot pernapasan

serta beberapa aspek fungsi pernapasan lain. Fraksi volume kapasitas vital yang dikeluarkan

pada satu detik pertama melalui ekspirasi paksa (volume ekspirasi paksa 1 detik, FEV1/timed

vital capacity) dapat memberikan informasi tambahan; nilai kapasitas vital normal yang

menurun dapat diperoleh dengan nilai FEV1 menurun pada pengidap penyakit seperti asma,

yang mengalami peningkatan tahanan saluran udara akibat konstriksi bronkus. Pada keadaan

normal, jumlah udara yang diinspirasikan selama satu menit (ventilasi paru, volume respirasi

semenit) sekitar 6 L (500 mL/napas x 12 napas/menit). Ventilasi volunter maksimal

(maximal voluntary ventilation, MVV), atau yang dahulu disebut sebagai kapasitas Blok 7 – Sistem Respirasi | 17

Page 18: Makalah Blok 7

pernapasan maksimum (maximal breathing capacity, adalah volume gas terbesar yang

dapat dimasukkan dan dikeluarkan selama 1 menit secara volunter. Pada keadaan normal,

MVV berkisar antara 125-170 L/menit.

Transpor Oksigen dan Karbon Dioksida 7

Sistem pengangkutan O2 di tubuh terdiri atas paru-paru dan sistem kardiovaskular.

Pengangkutan O2 menuju jaringan tertentu bergantung pada jumlah O2 yang masuk ke dalam

paru, adanya pertukaran gas di paru yang adekuat, aliran darah yang menuju jaringan, dan

kapasitas darah yang mengangkut O2. Aliran darah bergantung pada derajat konstriksi jalain

vaskular di jaringan serta curah jantung. Jumlah O2 yang larut dalam darah ditentukan oleh

jumlah O2 yang larut, jumlah hemoglobin dalam darah, dan afinitas hemoglobin terhadap O2.

Dinamika reaksi hemoglobin dengan O2 menjadikannya sebagai pembawa O2 yang

sangat tepat. Hemoglobin adalah protein yang dibentuk dari empat subunit, masing-masing

mengandung gugus hem (heme) yang melekat pada sebuah rantai polipeptida. Pada orang

dewasa normal, sebagian besar molekul hemoglobin mengandung dua rantai α dan dua rantai

β. Hem adalah suatu kompleks yang dibentuk dari satu porifirin dan satu atom besi fero.

Masing-masing dari keempat atom besi dapat mengikat satu molekul O2 secara reversibel.

Atom besi tetap berada dalam bentuk fero sehingga pengikatan O2 merupakan suatu reaksi

oksigenasi, bukan reaksi oksidasi. Reaksi pengikatan hemoglobin dengan O2 lazim ditulis

sebagai Hb + O2 HbO2 . Karena setiap molekul hemoglobin mengandungempat unit Hb,

molekul ini dapat dinyatakan sebagai Hb4, dan pada kenyataannya bereaksi dengan empat

molekul O2 membentuk Hb4O8.

Hb4 + O2 Hb4O2

Hb4O2 + O2 Hb4O4

Hb4O4 + O2 Hb4O6

Hb4O6 + O2 Hb4O8

Reaksi ini berlangsung cepat dan membutuhkan waktu kurang dari 0,01 detik.

Deoksigenasi (reduksi) Hb4O8 juga berlangsung sangat cepat.

Blok 7 – Sistem Respirasi | 18

Page 19: Makalah Blok 7

Struktur kuartener hemoglobin menentukan afinitasnya terhadap O2. Pada

deoksihemoglobin, unit globin terikat erat dalam konfigurasi tense (T, tegang) yang

menutunkan afinitas molekul terhadap O2. Saat O2 pertama kali terikat, ikatan yang menahan

unit globin terlepas sehingga terbentuk konfigurasi realsed (R, rileks) yang memaparkan lebih

banyak tempat pengikatan O2. Hasil akhirnya adalah peningkatan afinitas terhadap O2 sebesar

500 kali lipat. Di jaringan, reaksi-reaksi ini berbalik sehingga terjadi pelepasan O2. Perlaihan

dari suatu keadaan ke keadaan lainnya diperkirakan berlangsung sekitar 108 kali selama

kehidupan sebuah sel darah merah.

Selain adanya transpor oksigen, dalam tubuh kita juga terjadi transpor karbon dioksida

(CO2). Hal ini berkaitan dengan proses pendaparan (buffering) dalam tubuh kita. Kelarutan

CO2 dalam darah kira-kira 20 kali lebih besar daripada kelarutan O2; karena itu, pada tekanan

parsial yang sama didapatkan jauh lebih banyak CO2 dibandingkan O2 dalam larutan

sederhana. CO2 yang cepat terdifusi ke dalam sel darah merah terhidrasi dengan cepat menjadi

H2CO3 karena adanya karbonat anhidrase. H2CO3 akan berdisosiasi menjadi H+ dan HCO3- ,

dan H+ akan mengalami pendaparan, terutama oleh hemoglobin, sementara HCO3- memasuki

plasma. Sejumlah CO2 dalam sel darah merah akan bereaksi dengan gugus amino hemoglobin

dan protein lain (R), membentuk senyawa karbamino. Karena hemoglobin terdeoksigenasi

mengikat lebih banyak H+ daripada yang diikat oleh oksihemoglobin dan lebih mudah

membentuk senyawa karbamino, pengikatan O2 pada hemoglobin akan menurunkan

afinitasnya terhadap CO2 (efek Haldane). Akibatnya, darah vena mengangkut lebih banyak

CO2 daripada darah arteri, dan penyerapan CO2 di jaringan dan pelepasan O2 di paru

berlangsung lebih mudah. Sekitar 11% dari CO2 yang ditambahkan ke dalam darah pembuluh

kapiler sistemik akan diangkut ke paru dalam bentuk karbamino-CO2.

Dalam plasma, CO2 bereaksi dengan protein plasma membentuk sejumlah kecil

senyawa karbamino, dan sejumlah kecil CO2 mengalami hidrasi; namun karena hidrasinya

berlangsung lambat karena tidak terdapat karbonat anhidrase.

Saat darah melewati kapiler, terjadi peningkatan kandungan HCO3- di dalam sel darah

merah yang jauh lebih besar dibandingkan di dalam plasma sehingga sekitar 70% HCO3- yang

dibentuk di sel darah merah akan memasuki plasma. Kelebihan HCO3- yang meninggalkan sel

darah merahakan ditukar dengan Cl- . Proses ini diperantarai oleh Band 3, suatu protein

membran utama. Pertukaran ini disebut pergeseran klorida (chloride shift). Oleh sebab itu, Blok 7 – Sistem Respirasi | 19

Page 20: Makalah Blok 7

terdapat perbedaan bermakna kandungan Cl- di dalam sel darah merah vena, yang jauh lebih

banyak dibandingkan darah arteri. Pergeseran klorida berlangsung cepat dan selesai

seluruhnya dalam waktu 1 detik.

Dalam Plasma Dalam Sel Darah Merah

1. Terlarut 1. Terlarut

2. Membentuk senyawa karbamino

dengan protein plasma

2. Membentuk karbamino-Hb

3. Hidrasi, H+ mengalami

pendaparan, 70% HCO3- di dalam

plasma

3. Hidrasi, H+ mengalami pendaparan,

70% HCO3- memasuki plasma

4. Pergeseran Cl- ke dalam sel

Tabel 1. Nasib CO2 Dalam Darah. Sumber: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ganong.

Perhatikan bahwa pada tiap penambahan molekul CO2 ke dalam sel darah merah, terjadi

peningkatan satu partikel aktif osmotik – baik HCO3- maupun Cl- dalam sel darah merah.

Akibatnya, sel darah merah akan mengambil sejumlah air dan ukurannya meningkat. Oleh

sebab itu, ditambah lagi dengan kenyataan bahwa sejumlah kecil cairan dalam darah arteri

akan mengalir balik melalui sistem limfe dan bukan melalui vena, nilai hematokrit darah

arteri pada keadaan normal. Di dalam paru, Cl- keluar dari sel darah merah sehingga sel

mengerut.

Tes Fungsi Paru 8

I. Tujuan

1. Untuk melihat banyaknya volume udara yang kita pakai pada saat respirasi biasa.

2. Untuk melihat kemampuan pengembangan paru.

Blok 7 – Sistem Respirasi | 20

Page 21: Makalah Blok 7

II. Alat

1. Spirometri

2. Pipa mulut yang disposable

3. Penjepit hidung

III. Persiapan

1. Isi bejana biru dengan air sampai tanda garis pengisian. Gunakan pegangan tangan di

samping bejana untuk membawa bejana.

2. Tekan sungkup putih perlahan-lahan ke bawah untuk meyakinkan penempatannya di

dasar bejana biru.

3. Masukkan pipa mulut yang disposable ke ujung pipa plastik yang fleksibel. Selalu

digunakan pipa mulut disposable yang baru setiap pergantian OP.

4. Tempatkan garis penunjuk pada garis 0 yang terdekat dengan ujung lengan skala,

dengan mengatur cakram penunjuk yang harus berada di sebelah kanan garis

penunjuk.

5. Bila mengukur volume inspirasi, letakkan cakram penunjuk di sebelah kiri garis

penunjuk di garis 0 yang terdekat dengan pangkal lengan skala.

IV. Cara Pengukuran

1. Pakai penjepit hidung.

2. Pengukuran TV (Volume Tidal).

OP melakukan inspirasi biasa di luar, kemudian ekspirasi biasa di spirometer.

3. Nafas biasa.

4. Pengukuran TV + ERV

OP melakukan inspirasi biasa di luar, kemudian ekspirasi maksimum di

spirometer.

5. Nafas biasa

6. Pengukuran VC

OP melakukan inspirasi maksimum di luar, kemudian ekspirasi maksimum di

spirometer.

Blok 7 – Sistem Respirasi | 21

Page 22: Makalah Blok 7

Gambar 7. Spirometer. Sumber:

http://w30.indonetwork.co.id/pdimage/37/1511237_spirolabiii.jpg

Yang dapat diukur dengan pada spirometri adalah volume paru. Adapun

terdapat empat volume paru, yaitu2:

1. Volume alun napas (tidal)

Volume tidak adalah volume udara yang diinspirasi atau ekspirasi setiap kali

bernapas normal. Besarnya kira-kira 500 mililiter pada rata-rata orang dewasa

muda.

2. Volume cadangan inspirasi

Volume ini adalah volume udara ekstra yang dapat diinspirasi setelah dan

diatas volume alun napas normal. Ukurannya kurang lebih 3000 mililiter. VCI

dihasilkan oleh kontraksi maksimum diafragma, otot intercostalis eksternal, dan

otot inspirasi tambahan.

3. Volume cadangan ekspirasi

Merupakan jumlah udara ekstra yang dapat diekspirasi oleh ekspirasi kuat pada

akhir ekspirasi alun napas normal. Jumlah normalnya 1100 mililiter.

4. Volume residu

Blok 7 – Sistem Respirasi | 22

Page 23: Makalah Blok 7

Merupakan volume udara yang masih tetap berada dalam paru setelah ekspirasi

yang paling kuat. Volume ini besarnya kira-kira 1200 milimeter.

Untuk menguraikan peristiwa-peristiwa ini dalam siklus paru maka kadang perlu

menyatukan dua atau lebih volume diatas. Kombinasi ini disebut kapasitas paru. Adapun

kapasitas paru adalah sebagai berikut2:

1. Kapasitas inspirasi

Kapasitas inspirasi merupakan penjumlahan volume alun napas normal dan volume

cadangan inspirasi. Kapasitas inspirasi menunjukkan jumlah udara yang dapat dihirup

oleh seseorang dimulai pada tingkat ekspirasi normal dan pengembangan paru sampai

jumlah maksimum. Besarnya kapasitas paru kurang lebih 3500 mililiter.

2. Kapasitas residu fungsional

Kapasitas residu fungsional merupakan penjumlahan dari volume cadangan ekspirasi

dan volume residu yang menunjukkan jumlah udara yang tersisa dalam paru-paru pada

akhir ekspirasi normal. Besarnya kapasitas ini adalah 2300 mililiter.

3. Kapasitas vital

Kapasitas vital adalah penjumlahan volume cadangan inspirasi, volume alun napas,

dan volume cadangan ekspirasi untuk menunjukkan jumlah udara maksimum yang

dapat dikeluarkan seseorang dari paru setelah terlebih dahulu mengisi paru secara

maksimum dan mengeluarkan sebanyak-banyaknya. Besarnya kapasitas ini kurang

lebih 4600 mililiter.

Kapasitas vital ini sering digunakan sebagai indeks fungsi paru dimana nilainya

memberikan informasi mengenai kekuatan otot pernapasan serta beberapa aspek

fungsi pernapasan lain. Nilai kapasitas vital yang menurun merujuk pada pengidap

penyakit asma sebab terjadi peningkatan tahanan udara akibat konstriksi bonkiolus.

4. Kapasitas paru total

Kapasitas paru total adalah volume maksimal dimana paru dikembangkan sebesar

mungkin dengan inspirasi paksa (kira-kira 5800 mililiter). Jumlah ini sama dengan

kapasitas vital ditambah volume residu.

Blok 7 – Sistem Respirasi | 23

Page 24: Makalah Blok 7

Faktor-faktor yan

Pada setiap hal yang normal, ada kemungkinan terjadi suatu ketidaknormalan atau gangguan.

Kesimpulan

Hipotesis diterima, yakni bahwa orang yang bersangkutan kesulitan bernapas disebabkan oleh

karena kekurangan oksigen (kelebihan karbon dioksida dalam darah) sehingga menimbulkan

gejala sesak nafas (dispnea) berupa rasa tidak nyaman, nyeri atau sensasi berat, selama proses

pernapasan. Selain itu ada kemungkinan dispnea yang bersangkutan juga disebabkan oleh

keadaan pikiran atau biasanya disebut dengan dispnea emosional seperti yang sudah dibahas.

Daftar Pustaka

1. Wheater Paul, Burkitt George, Daniels Victor, Young Barbara. Histologi fungsional.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005. h. 220-1.

2. Gunardi Santoso. Anatomi sistem pernafasan. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009. h

2-94.

3. Sherwood Lauralle. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. 2nd ed. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC; 2001.

4. SH Mariano. Atlas histologi manusia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004.

h. 174-87.

5. Ganong William. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC; 2008. h. 672-93.

6. Sardy LI . Fisika tubuh manusia. Jakarta : Sagung Seto; 2006. h. 171.

7. Admin. Sesak nafas. Mei 2011. Diunduh dari

http://www.klikdokter.com/healthnewstopics/read/2010/11/01/15031148/sesak-nafas,

22 Mei 2011.

Blok 7 – Sistem Respirasi | 24

Page 25: Makalah Blok 7

8. Guyton AC. Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC; 2005. h. 381-2.

Blok 7 – Sistem Respirasi | 25