makalah blok 14

23
Tinjauan pustaka Fraktur Terbuka pada Os Tibia Dekstra _________________________ Gio Vano Beril Karel Naihonam _________________________ Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Abstrak: Fraktur dapat menyebabkan berbagai komplikasi oleh karena itu diperlukan penanganan yang tepat sedini mungkin. Untuk mendiagnosis fraktur kita dapat melakukan pemeriksaan radiologi. Dengan pemeriksaan radiologi kita dapat menentukan tipe dan tingkat keparahan fraktur. Tujuan pemeriksaan radiologis untuk konfirmasi adanya fraktur, melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen serta pergerakannya, menentukan teknik pengobatan, menentukan apakah fraktur yang dialami fraktur baru atau fraktur lama, menentukan fraktur intra-artikuler atau ekstra-artikuler, melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang, dan untuk melihat apakah ada benda asing dalam tulang. Prinsip penanganan dari fraktur tibia ini adalah dengan konservatif dan operatif. Dengan konservatif prinsip pengobatan adalah mencegah bertambahnya depresi, tidak menahan beban dan segera 1

Upload: gio-vano-naihonam

Post on 20-Jan-2016

37 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Blok 14

Tinjauan pustaka

Fraktur Terbuka pada Os Tibia Dekstra

_________________________

Gio Vano Beril Karel Naihonam

_________________________

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Abstrak: Fraktur dapat menyebabkan berbagai komplikasi oleh karena itu diperlukan

penanganan yang tepat sedini mungkin. Untuk mendiagnosis fraktur kita dapat melakukan

pemeriksaan radiologi. Dengan pemeriksaan radiologi kita dapat menentukan tipe dan tingkat

keparahan fraktur. Tujuan pemeriksaan radiologis untuk konfirmasi adanya fraktur, melihat

sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen serta pergerakannya, menentukan teknik

pengobatan, menentukan apakah fraktur yang dialami fraktur baru atau fraktur lama,

menentukan fraktur intra-artikuler atau ekstra-artikuler, melihat adanya keadaan patologis

lain pada tulang, dan untuk melihat apakah ada benda asing dalam tulang. Prinsip

penanganan dari fraktur tibia ini adalah dengan konservatif dan operatif. Dengan konservatif

prinsip pengobatan adalah mencegah bertambahnya depresi, tidak menahan beban dan segera

mobilisasi pada sendi lutut agar tidak terjadi kekakuan sendi. Dapat dilakukan dengan

verband elastis, traksi dan gips sirkuler. Sedangkan untuk operatif dilakukan jika terjadi

fraktur terbuka, kegagalan dalam terapi konservatif, fraktur tidak stabil, serta adanya

nonunion. Penilaian penyembuhan frakur ( union ) didasarkan atas union secara klinis dan

union secara radiologik. Union secara radiologik dinilai dengan pemeriksaan roentgen pada

daerah fraktur dan dilihat adanya garis fraktur atau kalus dan mungkin dapat ditemukan

adanya trabekulasi yang sudah menyambung pada kedua fragmen.

Kata kunci: fraktur, tibia.

Gio Vano Beril Karel Naihonam, NIM: 1020268, Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana,

Jalan Arjuna Utara, [email protected]

1

Page 2: Makalah Blok 14

PENDAHULUAN

Dengan makin pesatnya kemajuan lalu lintas di Indonesia baik dari segi jumlah

pemakaian jalan, jumlah kendaraan, jumlah pemakai jasa angkutan dan bertambahnya

jaringan jalan serta kecepatan kendaraan maka mayoritas fraktur adalah akibat kecelakaan

lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas sering mengakibatkan trauma kecepatan tinggi dan kita

harus waspada terhadap kemungkinan polytrauma yang dapat mengakibatkan trauma organ-

organ lain seperti trauma capitis, trauma thoraks, trauma abdomen, trauma ginjal, dll. Fraktur

yang diakibatkan juga sering berupa fraktur terbuka.1

Fraktur adalah terputusnya / hilangnya kontinuitas struktur jaringan tulang, tulang

rawan sendi, tulang rawan epifisis baik yang bersifat total maupun parsial, umumnya

disebabkan trauma, baik trauma langsung maupun tidak langsung. Fraktur biasanya

disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut. Keadaan

tulang itu sendiri dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang

terjadi itu lengkap atau tidak lengkap  2,3

Fraktur dapat menyebabkan berbagai komplikasi oleh karena itu diperlukan

penanganan yang tepat sedini mungkin. Untuk mendiagnosis fraktur kita dapat melakukan

pemeriksaan radiologi. Dengan pemeriksaan radiologi kita dapat menentukan tipe dan tingkat

keparahan fraktur. Tujuan pemeriksaan radiologis untuk konfirmasi adanya fraktur, melihat

sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen serta pergerakannya, menentukan teknik

pengobatan, menentukan apakah fraktur yang dialami fraktur baru atau fraktur lama,

menentukan fraktur intra-artikuler atau ekstra-artikuler, melihat adanya keadaan patologis

lain pada tulang, dan untuk melihat apakah ada benda asing dalam tulang. 2,4

Prinsip penanganan dari fraktur tibia ini adalah dengan konservatif dan operatif.

Dengan konservatif prinsip pengobatan adalah mencegah bertambahnya depresi, tidak

menahan beban dan segera mobilisasi pada sendi lutut agar tidak terjadi kekakuan sendi.

Dapat dilakukan dengan verband elastis, traksi dan gips sirkuler. Sedangkan untuk operatif

dilakukan jika terjadi fraktur terbuka, kegagalan dalam terapi konservatif, fraktur tidak stabil,

serta adanya nonunion.2

Penyembuhan fraktur berkisar antara 12-16 minggu pada orang dewasa. Pada anak-anak

waktu penyembuhan sekitar ½ waktu penyembuhan orang dewasa. Penilaian penyembuhan

2

Page 3: Makalah Blok 14

frakur ( union ) didasarkan atas union secara klinis dan union secara radiologik. Union secara

radiologik dinilai dengan pemeriksaan roentgen pada daerah fraktur dan dilihat adanya garis

fraktur atau kalus dan mungkin dapat ditemukan adanya trabekulasi yang sudah menyambung

pada kedua fragmen. Pada tingkat lanjut dapat dilihat adanya medula atau ruangan dalam

daerah fraktur. Secara klinis fraktur dapat diklasifikasikan menjadi :(1). Fraktur

tertutup, yaitu fraktur yang tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar. (2). Fraktur

terbuka, yaitu fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit

dan jaringan lunak.2

ANAMNESIS : ada trauma

Bilamana tidak ada riwayat trauma berarti fraktur patologis. Trauma harus diperinci

jenisnya, besar-ringannya trauma, arah trauma dan posisi penderita atau eketremitas yang

bersangkutan (posisi tibia) dan juga mekanisme trauma.1

PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan umum, meliputi pemeriksaan tanda-tanda vital, dicari kemungkinan

komplikasi umum seperti syok pada fraktur multipel, fraktir pelfis, fraktur terbuka, tanda –

tanda sepsis pada fraktur terbuka yang mengalami infeksi.1

Pemeriksaan status lokasi, tanda – tanda klinis pada fraktur tulang panjang : Look, cari

apakah terdapat : (a).Deformitas, terdiri dari penonjolan yang abnormal, (misalnya pada

fraktur kondilus lateralis humerus), angulasi, rotasi, dan pemendekan. (b).Functio laesa

(hilangnya fungsi), misalnya pada fraktur kruris tidak bisa berjalan. Lihat juga ukuran

panjang tulang, bandingkan kiri dan kanan, misalnya, pada tungkai bawah meliputi apparenth

length ( jarak antara ubilikus dengan maleolus medialis) dan true lenght ( jarak antara SIAS

dengan maleolus medialis).1

Feel, apakah terdapat nyeri tekan. Pemeriksaan nyeri sumbu tidak dilakukan lagi karena akan

menambah trauma.1

Move, untuk mencari : (a).Krepitasi, terasa bila fraktur digerakan, tetapi ini bukan cara yang

baik dan halus. Krepitasi timbul oleh pergeseran atau beradunya ujung-unjung tulang

kortikal. Pada tulang spongiosa atau tulang rawan epifisis tidak terasa krepitasi. Pemeriksaan

ini sebaiknya tidak dilakukan karena akan menambah trauma. (b).Nyeri bila digerakan, baik

3

Page 4: Makalah Blok 14

pada gerakan aktif maupun pasif. (c).Memeriksa seberapa seberapa jauh gangguan –

gerakan yang tidak mampu digerakan, range of motion ( derajat dari ruang lingkup

gerakansendi ), dan kekuatan. (d). Gerakan yang tidak normal, gerakan yang terjadi tidak

pada sendi, misalnya: pertengahan femur dapat digerakan. Ini adalah bukti paling penting

adanya fraktur yang membuktikan adanya “putusnya kontunuitas tulang” sesuai defenisi

fraktur. Hal ini penting untuk membuat visum, misalnya : bila tidak ada fasilitas pemeriksaan

rontgen.1

Pada look, feel and move ini juga dicari komplikasi-komplikasi lokal dan keadaan

neurovaskuler distal.1

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Untuk fraktur-fraktur dengan tanda-tanda klasik, diagnosis dapat dibuat secara klinis

sedangkan pemeriksaan radiologis tetap diperlukan untuk melengkapi deskripsi fraktur dan

dasar untuk tindakan selanjutnya.1

Untuk fraktur-fraktur dengan tanda-tanda klasik, memang diagnosanya harus dibantu

pemeriksaan radiologis baik baik rontgen biasa ataupun pemeriksaan cangih seperti MRI,

misalnya untuk fraktur tulang belakang dengan komplikasi neurologis. Foto rontgen minimal

harus 2 proyeksi yaitu AP dan Leteral. Posisi yang salah akan memberi interpretasi yang

salah. Untuk pergelangan tangan atau sendi panggul diperlukan posisi axial pengganti

lateral.1

WORKING DIAGNOSIS

Fraktur terbuka tibia dekstra 1/3 tengah.

ETIOLOGI

Pada umumnya fraktur pada kaki disebabkan oleh : (1). Trauma :Fraktur akibat

trauma adalah jenis fraktur yang sering terjadi, misalnya jatuh, kecelakaan lalu lintas,

kecelakaan dalam berolahraga atau olahraga yang berlebihan. (2). Fraktur patologis :

Fraktur yang terjadi pada tuang karena adanya kelainan/penyakit yang menyebabkan

kelemahan pada tulang. Fraktur patologis dapat terjadi secara spontan atau akibat trauma

ringan. (3). Fraktur stress : Terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada suatu

tempat tertentu, misalnya pada pelari jarak jauh, penari ballet, dan sebagainya.2,5

4

Page 5: Makalah Blok 14

EPIDEMOLOGI DAN FAKTOR RESIKO

Tendensi untuk terjadinya fraktur tibia terdapat pada pasien-pasien usia lanjut yang terjatuh,

dan pada populasi ini sering ditemukan fraktur tipe III, fraktur terbuka dengan fraktur

kominutif. Pada pasien-pasien usia muda, mekanisme trauma yang paling sering adalah

kecelakaan kendaraan bermotor. Fraktur lebih sering terjadi pada orang laki-laki daripada

perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga,

pekerjaan atau kecelakaan. Sedangkan pada Usia lanjut prevalensi cenderung lebih banyak

terjadi pada wanita berhubungan dengan adanya osteoporosis yang terkait dengan perubahan

hormon. Di Amerika Serikat, insidens tahunan fraktur terbuka tulang panjang diperkirakan 11

per 100.000 orang, dengan 40% terjadi di ekstremitas bawah. Fraktur ekstremitas bawah yang

paling umum terjadi pada diafisis tibia.6

PATOFISIOLOGI

Fraktur Kondiler Tibia

Mekanisme trauma

Fraktur kondiler tibia lebih sering mengenai kondiler lateralis daripada medialis serta fraktur

kedua kondiler. Banyak fraktur kondiler tibia terjadi akibat kecelakaan antara mobil dan

pejalan kaki di mana bemper mobil menabrak kaki bagial lateral dengan gaya kearah medial

(valgus). Ini menghasilkan fraktur depresi atau fraktur split dari kondiler lateralis tibia

apabila kondiler femur didorong kearah tersebut. Kondiler medial memiliki kekuatan yang

lebih besar,jadi fraktur pada daerah ini biasanya terjadi akibat gaya dengan tenaga yang lebih

besar(varus). Jatuh dari ketinggian akan menimbulkan kompresi aksial sehingga bisa

menyebabkan fraktur pada proksimal tibia. Pada golongan lanjut usia, pasien dengan

osteoporosis lebih mudah terkena fraktur kondiler tibia berbanding robekan ligamen atau

meniscus setelah cedera keseleo di lutut. Eminentia intrakondiler dapat fraktur bersama

robekan ligamen krusiatum sebagai akibat hiperekstensi atau gaya memutar.4,7

Klasifikasi

Klasifikasi yang sering dan meluas dipakai sekarang adalah klasifikasi Schatzker.

I : Fraktur split kondiler lateral

II : Fraktur split/depresi lateral

III: Depresi kondiler lateral

IV: Fraktur split kondiler medial

5

Page 6: Makalah Blok 14

V : Fraktur bikondiler

VI: Fraktur kominutif

Tipe IV-VI biasanya terjadi akibat trauma dengan tekanan yang kuat. Fraktur tidak bergeser

apabila depresi kurang dari 4 mm, sedangkan yang bergeser apabila depresi melebihi 4 mm.7

Fraktur Diafisis Tibia

Mekanisme trauma

Fraktur diafisis tibia terjadi karena adanya trauma angulasi yang akan menimbulkan fraktur

tipe transversal atau oblik pendek, sedangkan trauma rotasi akan menimbulkan fraktur tipe

spiral. Fraktur tibia biasanya terjadi pada batas antara 1/3 bagian tengah dan 1/3 bagian distal.

Tungkai bawah bagian depan sangat sedikit ditutupi otot sehingga fraktur pada daerah tibia

sering bersifat terbuka. Penyebab utama terjadinya fraktur adalah kecelakaan lalu lintas.2,4

Gambar 1. Farktur diafisis tibia4

Klasifikasi fraktur

Klasifikasi dari fraktur diafisis tibia bermanfaat untuk kepentingan para dokter yang

menggunakannya untuk memperkirakan kemungkinan penyembuhan dari fraktur dalam

menjalankan penatalaksanaannya.

Orthopaedic Trauma Association (OTA) membagi fraktur diafisis tibia berdasarkan

pemeriksaan radiografi, terbagi 3 grup, yaitu: simple, wedge dan kompleks. Masing–masing

grup terbagi lagi menjadi 3 yaitu:

A. Tipe simple, terbagi 3: spiral, oblik, tranversal.

B. Tipe wedge, terbagi 3: spiral, bending, dan fragmen.

C. Tipe kompleks, terbagi 3: spiral, segmen, dan iregular.

6

Page 7: Makalah Blok 14

Sistem klasifikasi yang sering digunakan pada fraktur terbuka adalah sistem Gustilo sebagai

berikut:

Tipe I: lukanya bersih dan panjangnya kurang dari 1 cm.

Tipe II: panjang luka lebih dari 1 cm dan tanpa kerusakan jaringan lunak yang luas.

Tipe III a: luka dengan kerusakan jaringan yang luas, biasanya lebih dari 10 cm dan

mengenai periosteum. Fraktur tipe ini dapat disertai kemungkinan komplikasi, contohnya:

luka tembak.

Tipe III b: luka dengan tulang yang periosteumnya terangkat.

Tipe III c: fraktur dengan gangguan vaskular dan memerlukan penanganan terhadap

vaskularnya agar vaskularisasi tungkai dapat normal kembali.2,4

Fraktur Distal Tibia

Fraktur maleolus dengan atau tanpa subluksasi dari talus, dapat terjadi dalam beberapa

macam trauma :

1. Trauma abduksi

Trauma abduksi akan menimbulkan fraktur pada maleolus lateralis yang bersifat oblik,

fraktur pada maleolus medialis bersifat avulsi atau robekan pada ligamen bagian medial.

2. Trauma adduksi

Trauma adduksi akan menimbulkan fraktur maleolus medialis yang bersifat oblik atau avulsi

maleolus lateralis atau keduanya. Trauma adduksi juga bisa hanya menyebabkan strain atau

robekan pada ligamen lateral, tergantung dari beratnya trauma.

3. Trauma rotasi eksterna

Trauma rotasi eksterna biasanya disertai dengan trauma abduksi dan terjadi fraktur pada

fibula di atas sindesmosis yang disertai dengan robekan ligamen medial atau fraktur avulsi

pada maleolus medialis. Apabila trauma lebih hebat dapat disertai dengan dislokasi talus.

4. Trauma kompresi vertikal

Pada kompresi vertikal dapat terjadi fraktur tibia distal bagian depan disertai dengan dislokasi

talus ke depan atau terjadi fraktur kominutif disertai dengan robekan diastesis.2

Klasifikasi

Lauge-Hansen(1950) mengklasifikasikan menurut patogenesis terjadinya pergeseran dari

fraktur, yang merupakan pedoman penting untuk tindakan pengobatan atau manipulasi yang

dilakukan. Klasifikasi lain yang lebih sederhana, menurut Danis & Weber (1991), dimana

fibula merupakan tulang yang penting dalam stabilitas dari kedudukan sendi berdasarkan atas

lokalisasi fraktur terhadap sindesmosis tibiofibular.

7

Page 8: Makalah Blok 14

Gambar 2. Skematis mekanisme terjadinya trauma pada fraktur maleolus2

MANIFESTASI KLINIS

1. Fraktur kondilus tibia

Ada riwayat trauma, lutut yang cedera membengkak dan disertai rasa sakit dan

kadang-kadang ditemukan deformitas. Pada permukaan lebih aktif, gerak sendi lutut terbatas

karena rasa sakit, bengkak, hemartrosis sehingga tidak mampu menopang berat badan, nyeri

pada tibia proksimal dan keterbatasan fleksi dan ekstensi sendi pada lutut.

2. Fraktur diafisis tibia

Ada riwayat trauma, nyeri yang signifikan dan pembengkakan sekitar daerah fraktur, sering

ditemukan penonjolan tulang keluar kulit, tidak mampu menopang berat badan.

3. Fraktur dan dislokasi pergelangan kaki

Pembengkakan pada pergelangan kaki, kebiruan dan deformitas, nyeri tekan.2,4

Gambaran Radiologi

Adapun modalitas radiologi dalam mendiagnosis fraktur tibia yaitu dengan foto polos,

CT scan dan MRI. Pada pemeriksaan foto polos dapat dilakukan pengambilan gambar dengan

posisi AP, lateral, maupun obliq. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan foto

polos yaitu lokasi fraktur, tipe fraktur dan kedudukan fragmen, bagaimana struktur tulang,

ada tidaknya dislokasi, ada tidaknya fraktur epifisis, ada tidaknya pelebaran celah sendi. Pada

8

Page 9: Makalah Blok 14

foto AP dengan fraktur depresi gambaran radiologisnya berupa suatu lokasi dengan densitas

yang meningkat. 2,4

1. Foto Polos

Foto polos sangat baik dalam mendiagnosis fraktur tibia. Pasien yang dicurigai

mengalami fraktur harus difoto dengan posisi AP, lateral, dan obliq untuk mengevaluasi

fraktur. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan foto polos yaitu lokasi fraktur, tipe

fraktur dan kedudukan fragmen, bagaimana struktur tulang, ada tidaknya dislokasi, ada

tidaknya fraktur epifisis, ada tidaknya pelebaran celah sendi. Pada foto AP dengan fraktur

depresi gambaran radiologisnya berupa suatu lokasi dengan densitas yang meningkat. Bila

dicurigai terdapat fraktur tetapi tidak terlihat pada foto, ulangi pemeriksaan setelah sepuluh

hari bila masih terdapat simptom. Pada minggu pertama atau kedua ini, garis fraktur sering

menjadi lebih jelas. Setelah itu fraktur akan bersatu, garis fraktur menghilang dan terjadi

reformasi tulang.2,8

Fraktur kondilus tibia

Gambar 3.  Foto Genu posisi AP, tampak fraktur pada bagian lateral kondilus tibia9

9

Page 10: Makalah Blok 14

Fraktur diafisis tibia

Gambar 4. Foto cruris posisi AP, lateral tampak fraktur transversal pada diafisis tibia.10

Fraktur pergelangan kaki

Gambar 5. Fraktur Weber tipe A, tampak fraktur pada bagian distal syndesmosis.11

MRI

MRI telah menggantikan CT Scan di banyak tempat karena lebih sensitif dalam banyak hal

terutama dalam pemeriksaan soft tissue. MRI tidak hanya mampu mendeteksi radang pada

luka, akan tetapi juga mempunyai kemampuan untuk mendeteksi abnormalitas dari ligament

di sekeliling jaringan lunak dan struktur tulang. Akan tetapi dalam pemeriksaan fraktur tulang

10

Page 11: Makalah Blok 14

CT Scan lebih baik, karena CT scan dapat memperlihatkan ostopenia, yang biasanya paling

awal ditemukan pada fatigue cortical bone injury, sedangkan MRI tidak dapat

mendeteksinya, karena MRI lebih efektif dalam mendeteksi ligamen dan radang pada luka.14

Fraktur kondilus tibia

Gambar 6. Gambar potongan coronar T1, memperlihatkan garis fraktur pada lateral plateu.11

Fraktur diafisis tibia

Gambar 7. Gambar potongan sagital memperlihatkan fraktur pada mid tibia.11

11

Page 12: Makalah Blok 14

 Fraktur dan dislokasi pergelangan kaki

Gambar 8. Gambar potongan sagital T1(A) & T2(B) memperlihatkan fraktur pada distal tibial metaphysis.11

PENATALAKSANAAN

Fraktur tertutup

Pengobatan standar dengan cara konservatif berupa reposisi tertutup dan dilakukan

imobilisasi dengan gips. Prinsip reposisi adalah fraktur tertutup, ada kontak 70% atau lebih,

tidak ada angulasi dan tidak ada rotasi.12

Cara imobilisasi dengan gips: Penderita tidur terlentang di atas meja periksa. Kedua

lutut dalam posisi fleksi 90°, sedang kedua tungkai bawah menggantung di tepi meja.

Tungkai bawah yang patah ditarik ke arah bawah. Rotasi diperbaiki. Setelah tereposisi baru

dipasang gips sirkuler. Ada beberapa cara pemasangan gips, yaitu: (1). Cara long leg plaster:

Imobilisasi cara ini dilakukan dengan pemasangan gips mulai pangkal jari kaki sampai

proksimal femur dengan sendi talocrural dalam posisi netral sedang posisi lutut dalam fleksi

20°. (2). Cara Sarmiento: Pemasangan gips dimulai dari jari kaki sampai di atas sendi

talocrural dengan molding sekitar maleolus. Kemudian setelah kering segera dilanjutkan ke

atas sampai 1 inci di bawah tuberositas tibia dengan molding pada permukaan anterior tibia,

gips dilanjutkan sampai ujung proksimal patella. Keuntungan cara Sarmiento ialah kaki dapat

diinjakkan lebih cepat.12

12

Page 13: Makalah Blok 14

Jika setelah dilakukan reposisi tertutup ternyata hasilnya kurang baik: masih terjadi

angulasi, perpendekan lebih dari 2 cm, tidak ada kontak antara kedua ujung fragmen tulang,

maka dapat dianjurkan untuk dilakukan open reduksi dengan operasi dan pemasangan

internal fiksasi setelah 3 minggu (union secara fibrosa).12

Metode pengobatan operatif: Pemasangan plate dan scre, Nail intrameduler,

Pemasangan screw semata-mata, Pada fraktur oblik atau spiral, imobilisasi dengan gips

biasanya sulit dipertahankan, sehingga mungkin diperlukan tindakan operasi.12

Fraktur terbuka

Dilakukan debridement lukanya, kemudian tulang yang patah dilakukan reposisi

secara terbuka. Setelah itu dilakukan imobilisasi. Bermacam-macam cara imobilisasi untuk

fraktur terbuka: (1). Cara Trueta: Luka setelah dilakukan debridement tetap dibiarkan

terbuka tidak perlu dijahit. Setelah tulangnya direposisi gips dipasang langsung tanpa

pelindung kulit kecuali pada SIAS, calcaneus dan tendo Achilles. Gips dibuka setelah berbau

dan basah. Cara ini sudah ditinggalkan. Dahulu banyak dikerjakan pada zaman perang. (2).

Cara long leg plaster: Cara seperti telah diuraikan di atas. Hanya untuk fraktur terbuka

dibuat jendela setelah beberapa hari di atas luka. Dari lobang jendela ini luka dirawat sampai

sembuh. (3). Cara dengan memakai pen di luar tulang (Fiksasi eksterna): Cara ini sangat

baik untuk fraktur terbuka kruris grade III. Dengan cara ini perawatan luka yang luas di kruris

sangat mudah.12

Macam-macam bentuk fiksasi eksterna, diantaranya: Judet fiksasi eksterna, Roger Anderson,

Hoffman, Screw + Methyl methacrylate (INOE teknik).12

KOMPLIKASI

Dini

Sindrom kompartemen: Komplikasi ini terutama terjadi pada farktur proksimal tibia

tertutup. Komplikasi ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan gangguan vaskularisasi

tungkai bawah yang dapat mengancam kelangsungan hidup tungkai bawah. Yang paling

sering terjadi adalah sindrom kompartemen anterior.12

13

Page 14: Makalah Blok 14

Mekanisme: dengan terjadinya fraktur tibia maka terjadilah perdarahan

intrakompartemen, hal ini akan meyebabkan tekanan intrakompartemen meninggi,

meyebabkan aliran balik darah vena terganggu. Hal ini akan menyebabkan oedem. Dengan

adanya oedem, tekanan intrakompartemen makin meninggi sampai akhirnya sedemikian

tinggi sehingga menyumbat arteri diintra kompartemen.12

Gejala: rasa sakit pada tungkai bawah dan ditemukan parastesia, rasa sakit akan

bertambah bila jari digerakan secara pasif. Kalau hal ini berlangsung cukup lama dapat terjadi

paralise pada otot-otot ekstensor halusis longus, ekstensor digitorum longus dan tibia

anterior. Penanganan: dalam kurang dari 12 jam harus dilakukan fasiotomi.12

Lanjut

Malunion: biasanya terjadi pada fraktur yang kuminutiva sedang imobilisasinya longgar,

sehingga terjadi angulasi dan rotasi. Untuk diperbaiki perlu dilakukan osteotomi.12

Delayed union: terutama terjadi pada fraktur terbuka yang diikuti dengan infeksi atau pada

fraktur yang kominutiva. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan bone grafting menurut cara

papineau.12

Kekakuan sendi: hal ini disebabkan karena pemakaian gips yang terlalu lama. Pada

persendian kaki dan jari-jari biasanya terjadi hambatan gerak. Hal ini dapat diatasi dengan

fisioterapi.12

PENCEGAHAN

Dilihat berdasarkan faktor resiko terjadinya fraktur tibia maka pencegahan yang dapat

saya anjurkan adalah untuk pasien-pasien usia lanjut agar tetap diperhatikan dengan baik agar

dapat meminimalkan kemungkinan terjatuh yang dapat mengakibatkan fraktur, sedangkan

pada pasien-pasien usia muda karena fraktur yang biasanya sering terjadi adalah disebabkan

oleh kecelakaan kendaraan bermotor maka sebaiknya berhati-hatilah dalam berkendara di

jalan umum.

KESIMPULAN

Pada fraktur tibia, dapat terjadi fraktur pada bagian kondiler, diafisis dan pergelangan

kaki. Fraktur pada tibia termasuk luka kompleks, sehingga tentunya penanganannya juga

tidak sederhana. Diperlukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lengkap dan jelas. Selain

14

Page 15: Makalah Blok 14

itu, pemeriksaan radiologis juga penting. Penatalaksanaan dari fraktur tergantung dari kondisi

frakturnya, bisa dengan operatif maupun non operatif.

DAFTAR PUSTAKA

1. Grace PA, Borley NR. At a galance ilmu bedah. Ed 3. Jakarta: erlangga; 2007. h. 30-

45.

2. Rasjad C. Trauma. Dalam: Pengantar ilmu bedah orthopedi. Edisi 2. Makassar:

Bintang Lamumpatue; 2003. hal. 370-1;455-62

3. Carter MA. Anatomi dan fisiologi tulang. Dalam: Price SA, Wilson LM [Editor].

Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6 vol 2. Jakarta: EGC; 2006.

hal. 1357-62

4. Eiff PM, Hatch RL, Calmbach WL, Higgins MK. Tibial fractures. In: Fracture

management for primary care. 2nd edition. Philadelphia: Saunders; 2003. p. 269-84

5. Crowther CL, Burnie G. Trauma. In: Primary orthopedic care. 2nd edition. Missouri:

Mosby; 2004. p 228-35

6. Arthur C. Guyton, John E. Hall. Textbook of medical physiology.11th ed.

Philadelphia, Pennsylvania: Elsevier Inc; 2006. p. 982-3.

7. Ahuja AT, Antonio GE, Wong KT, Yuen HY. Tibial plateau fracture. In: Case studies

in medical imaging. Cambridge: Cambridge University Press; 2006. p. 253

8. Mettler FA. Tibia and fibula. In: Essentials of radiology. 2nd edition. Philadelphia:

Elsevier Saunders; 2005. p. 338-42

9. Sorenson SM. Tibial plateau fractures. [online]. 2007. [cited 2009 August 30].

Available from URL : http://emedicine.medscape.com/article/396920-overview

10. Jones J. Tibial fracture. [online]. 2009. [cited 2009 August 30]. Available from

URL : http://radiopaedia.org/cases/tibial-fracture

11. Fristch T. Lateral tibia plateau fracture. [online]. 2006. [cited 2009 August 30].

Available from URL : http://www.mypacs.net

15

Page 16: Makalah Blok 14

12. Staf pengajar bagian ilmu bedah FK UI. Kumpulan kuliah ilmu bedah.

16