makalah biologi sperma

Upload: dewa-ayu-sita-erlita

Post on 15-Oct-2015

59 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

biologi

TRANSCRIPT

Judul : Analisis Semen Manusia

Tujuan : Menganalisis semen ejakulat untuk mengetahui kemampuan fertilitas spermatozoa seorang pria

Landasan Teori :A) Spermatozoa normalSpermatozoa normal mempunyai kepala berbentuk oval/bulat telur, leheryang merupakan bagian terpendek/sempit, dan ekor dengan bentuk lurus memanjang dari kepala atau membentuk alur gelombang yang mempunyai ukuran panjang 40 45 m. Panjang kepala 4 5,5m dan lebarnya 2,5 3,5 m (batasan WHO). Lebih ke dalam, yang perlu diperhatikan adalah daerah kromosom dan kondensasi kromatinnya. Daerah kromosom merupakan daerah di ujung kepala yang berwarna jernih, tidak mengandung organel-organel dan meliputi 40 70% dari luas kepala. Berbatas tegas dengan bagian belakang akrosom (post acrosome), berupa garis lengkung sesuai dengan permukaan ujung kepala.

B) Spermatozoa abnormalSpermatozoa abnormal merupakan spermatozoa yang memiliki satu atau lebih dari bagian spermatozoa yang tidak semestinya. Jadi walaupun kepalanya normal, tetapi bagian ekor dan lehernya abnormal maka spermatozoa tersebut dikatakan abnormal.

Abnormalitas kepala Kepala oval besar (bentuk makro) adalah termasuk spermatozoa normal, tetapi ukuran kepala spermatozoa lebih besar dengan panjang kepala > 5 m dan lebar > 3 m. Kepala oval kecil (bentuk mikro) adalah bila ukuran panjang dan lebar kepala lebih kecil dari ukuran normalnya Kepala pipih (bentuk lepto) adalah spermatozoa dengan kepala berbentuk cerutu dengan kedua sisi sejajar dan bertemu pada satu titik. Ukuran panjang > 7 m dan lebar > 3 m. Kepala dua adalah spermatozoa yang mempunyai dua kepala Kepala berbentuk terato adalah spermatozoa yang mempunyai kelainan bervariasi misalnya terdapat butir-butir kromatin yang tersebar ataupun mengelompok di satu atau beberapa tempat di kepala.

Abnormalitas leher Bagian tengah menebal > 2 m Bagian tengah patah Tidak memiliki bagian tengah

Abnormalitas ekor Ekor pendek < 40 m Ekor bengkok, membentuk sudut > 900 Ekor putus, terpisah menjadi 2 atau lebih dan patahan ekor terpisah satu dengan yang lain Ekor koil adalah bentuk ekor yang seperti rambut keriting Jumlah ekor > 1

Spermatozoa immatureSpermatozoa yang memiliki kelainan pertumbuhan dan perkembangan, dimana pada spermatozoa ini pada bagian kepala,leher ataupun ekornya belum tumbuh sempurna dan masih terikat dengan sitoplasmanya.

I. PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK1. Volume : volume semen ejakulat diukur dengan memindahkan ejakulat ke dalam gelas ukur dan diukur dalam ml. Volume normalnya 2,5 5 ml.2. Warna semen : warna semen biasanya berwarna putih atau kekuning-kuningan dan kelihatan keruh. 3. pH : ditentukan dengan memakai kertas indicator. Nilai normalnya berkisar antara 7,0 7,8.4. Likuifaksi : hilangnya koagulum di dalam semen. Likuifaksi ini terjadi pada semen normal 15-20 menit post ejakulat.5. Bau semen : normalnya khas, tajam dan tidak bususk. Bau itu berasal dari oksidasi spermin yang dihasilkan prostat.6. Viskositas : diukur apabila semen telah mengalami likuifaksi lengkap. Jika semen terlalu kental berarti kurang enzim likuifaksi dari prostat. Apabila terlalu encer, karena enzim pengenceran dari prostat terlalu banyak.7. Aglutinasi spontan : terjadinya penggumpalan sperma pada saat ejakulasi.

II. PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK1. Motilitas : salah satu factor yang menentukan kesuburan pria, karena motilitas sperma erat hubungannya dengan fertilisasi.2. Morfologi sperma : untuk melihat bentuk spermatozoadan dihitung jumlah spermatozoa yang bentuknya normal dan abnormal.3. Konsentrasi spermatozoa : jumlah spermatozoa dihitung menggunakan hemasitometer yang mempunyai bilik hitung dan larutan George sebagai pengencer dan mematikan spermatozoa yang terdapat di bilik hitung agar tidak terjadi pengulangan penghitungan.4. Viabilitas : Keadaan sperma hidup atau mati.5. Autoaglutinasi : spermatozoa yang saling melekat satu sama lain6. Kecepatan sperma : untuk mengukur kecepatan spermatozoa dipakai kaca obyek Hemocytometer Neuauer dan dilihat dengan mikroskop perbesaran 400x.7. Hipoosmotic Swelling Test (HOST): untuk melihat kebocoran membrane sel dan dihitung dalam %.

III. ALAT DAN BAHAN :1. ALAT : Mikroskop Objek glass Deck glass Kertas lakmus Counter Neubauer Pipet mikro Pipet tetes Tabung reaksi Batang kaca Sentrifuse

2. BAHAN : Semen ejakulat Larutan Eosin Y Alkohol 96% Larutan Giemsa Larutan George Larutan HOST Emersi Oil AquadestilataIV. CARA KERJA :

A. PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK 1. Likuifaksi :Semen dianalisis setelah mengalami likuifaksi, yaitu biarkan semen sekitar 20 menit atau maksimal 1 jam setelah ejakulasi.

2. Warna semen :Warna semen diamati dengan mata telanjang

3. pH : Setetes sperma disebarkan secara merata di atas kertas pH (kisaran pH 6,4 8,0). Setelah 30 detik warna daerah yang dibasahi akan merata dan kemudian dibandingkan dengan kertas kalibrasi untuk dibaca pHnya. Kertas pH apapun yang dipakai, ketelitiannya harus diuji terlebih dahulu. pH semen normal antara 7,0 7,8. Jika pH lebih besar daripada 7,8 maka harus dicurigai adanya infeksi. Sebaliknya jika pH kurang daripada 7 pada siapan azoospermia perlu dipikirkan kemungkinan diagenesis vasdeferens, vesika seminalis atau epididimis.

4. Volume semen :Volume siapan harus diukur dengan suatu gelas ukur atau dengan cara menyedot seluruh siapan ke dalam suatu pipet ukur. Jika akan dilakukan assay biology atau pemakaian semen, maka harus dipakai bahan-bahan yang steril pada pengolahan siapan semen tersebut.

5. Viskositas atau Konsistensi:Konsistensi ditaksir dengan cara memasukkan tangkai kaca ke dalam siapan dan kemudian mengamati benang yang terbentuk pada saat batang tersebut dikeluarkan. Panjang benang tidak boleh lebih daripada 2 cm, jika terjadi gangguan konsistensi maka benang yang terbentuk panjangnya dapat lebih dari 2 cm.

6. Aglutinasi spontan:Melihat secara langsung keadaan semen setelah diejakulasi, apakah terjadi penggumpalan atau tidak.

7. Bau semen :Dengan mengamati secara langsung

B. PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK1. Motilitas sperma:Motilitas atau pergerakan sperma dihitung dalam presentase. Suatu volume semen tertentu diteteskan diatas kaca objek yang bersih dan kemudian ditutup dengan kaca tutup. Siapan kemudian diperiksa dengan perbesaran 400x. Lapangan pandangan diperiksa secara sistemik dan motilitas setiap sperma yang diumpai dicacat.. Biasanya diamati pada beberapa lapang pandang terhadap 100 ekor spermatozoa (jumlah total presentase adalah 100%). Motilitas digolongkan menjadi beberapa criteria sebagai berikut:a. Progresif lurus (A) : bergerak lurus ke depan, lincah dan cepatb. Progresif lambat (B) : bergerak ke depan tetapi lambatc. Gerak di tempat (C) : gerakan tidak menunjukkan perpindahan tempat, berputar atau melompatd. Tidak bergerak (D) : tidak ada geraakan sama sekali atau diam di tempatBiasanya empat sampai enam lapangan pandangan yang harus diperiksa untuk mendapat 100 sperma secara berurutan yang kemudian diklasifikasikan sehingga menghasilkan persentase setiap kategori motilitas.

2. Konsentrasi sperma :Siapan yang telah diencerkan harus diaduk dengan baik dan kemudian satu tetes diletakkan di atas hemositometer neubauer serta ditutup dengan kaca tutup (deck glass). Tata cara pencacahan sperma dalam kamar hemositometer ialah sbb: Segi empat utama dari kisi-kisi hemositometer Neubauer yang terdiri atas 25 segi empat besar yang masing-masing terdiri atas 16 segi empat yang lebih kecil.Jika siapan mengandung < 10 sperma setiap segi empat, maka seluruh kisi-kisi yaitu seluruh 25 segi empat harus dicacah. Jika siapan mengandung 10 40 sperma setiap segi empat, maka 5 segi empat dicacah. Sperma yang terletak diatas garis pemisah dua segi empat dicacah jika terletak pada sisi atas atau kiri segi empat yang sedang diamati. Untuk menentukan jumlah sperma dalam semen dalam juta/ml, bagikan jumlah sperma yang ditemukan dengan factor konversi yang tertera dalam table dibawah ini. Sebagai contoh jika siapan telah diencerkan 1+9 dan tercacah 2 sperma dalam 25 segi empat, maka jumlah sperma dalam siapan adalah 0,2 juta/ml.

Tabel 1. Faktor koreksi untuk hemositometer

Pengenceraan

( semen + pengencer )Jumlah segi empat besar yang dicacah

25 10 5

1 + 9 10 4 2

1 + 19 5 2 1

1 + 49 2 0,8 0,4

3. Morfologi spermatozoa :a) Pewarnaan : dapat menggunakan pewarnaan giemsa, hematoksilin, dan papanicolou.Tahap-tahap pewarnaan sebagai berikut: - Teteskan semen pada objek glass dan dibuat apusan setipis mungkin dan dibiarkan kering di udara- Fiksasi dengan alcohol 96% selama 15 menit- Teteskan Giemsa dan biarkan selama 20 menit- Cuci dengan aquades mengalir dan biarkan kering- Periksa di bawah mikroskop dengan emersi oil.

b) Menentukan prosentase morfologi sperma : dengan membedakan Bentuk spermatozoa normal dan abnormal dan dihitung prosentasenya.

4. Hipoosmotic Swelling Test (HOST) :Pada uji HOST digunakan larutan HOST dengan cara sbb:- 100 mikroliter semen dicampur dalam 1 ml larutan HOST dan diamkan selama 1 jam- Lalu ambil setetes dan teteskan pada objek glass lalu diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 400x.- Hitung 100 spermatozoa, spermatozoa yang ekornya keriting (lengkung) berarti tidak ada kebocoran membrane sedangkan spermatozoa yang ekornya lurus berarti ada kebocoran.

5. Viabilitas :Untuk mengetahui viabilitas sperma adalah sbb:a) Teteskan semen pada objek glass lalu tambahkan 1 tetes larutan Eosin Y 0,5%, kemudian di aduk rata dan diamati dengan perbesaran 400x. b) Dihitung sebanyak 100 spermatozoa. Spermatozoa yang hidup tidak terwarnai dan yang mati berwarna merah muda karena menyerap eosin.

6. Kecepatan rata-rata sperma :Untuk menghitung kecepatan rata-rata sperma dihitung 25 spermatozoa yang bergerak maju dengan memakai stopwatch dan counter. Diambil nilai rata-rata. Kecepatan normal 2 detik/kotak ukuran dalam obyek (50 m). Kalau kecepatan kurang dari itu berarti spermatozoa kurang mampu berfertilisasi..

7. Jumlah total sperma:Untuk mendapatkan jumlah total spermatozoa yaitu dengan menggunakan rumus : N (konsentrasi sperma) x Volume sperma

V. HASIL PENELITIAN :

PLASMA SEMEN 1. Waktu likuifaksi: 15 menit(N : 15 20 menit)2. Warna semen : putih mutiara(N : putih mutiara)3. pH: 7,0(N : 7,0 7,8)4. Volume: 1,9 ml(N : 2 6 ml)5. Viskositas: normal (Normal)6. Bau semen: khas(N : Khas)7. Aglutinasi spontan: -(N : negatif)

SPERMATOZOA1. Konsentrasi sperma: 20.500.000 juta/ml(N : 20 juta/ml)2. Jumlah sperma total: 38.950.000 juta/ml(N : 40 juta/ml)3. Motilitas (setelah 1 jam): 88 juta/ejakulasia.Progresif lurus: 59 % (N : 60 %)b.Progresif lambat: 11 %(N : a 25 %)c.Gerak di tempat: 18 %(N : a+b 50 %)d.Tidak bergerak: 12 %4. Morfologi sperma normal: 64 %(N : 30 %)5. Uji HOST: 67 %(N : 60 %)6. Kecepatan sperma: 2,25 %(N : 1-3 detik/mm)7. Viabilitas: hidup : 81 %(N : 70 %) Mati : 19 %8. Autoaglutinasi sperma: - (N : negatif)

LAIN-LAIN1. Sel Leukosit: 2/LPB(N : 3/LPB)2. Sel Eritrosit: -(N : negatif)3. Sel Epitel: 1/LPB(N : 2/LPB)

VI. PEMBAHASAN

Untuk mengetahui hasil dari analisis semen diperlukan 3 parameter pokok :1. Jumlah spermatozoa / ml2. Persentase motilitas spermatozoa yang geraknya baik3. Persentase morfologi spermatozoa normal

Untuk menghitung konsentrasi sperma dengan menggunakan rumus :KS : N x 10000 x P x (jumlah k x 0,25 mm)Keterangan : N : jumlah sperma dari kotak yang dicacah P : pengenceran yang dipilih (10,20,25) k : jumlah kotak yang dicacah 10000 : mewakili satuan juta (106 jt) 0,25 mm : luas kotak kecil Neubaeur (16 kotak)

Maka dari itu menghitung jumlah total spermatozoa caranya dengan menggunakan rumus : N (konsentrasi sperma) x Volume sperma

Tabel Interpretasi Hasil Analisis Semen :

NomenklaturJumlah sperma(juta/ml)Motilitas sperma (%)Morfologi sperma (%)

Normozoospermia>20>50>50

Oligozoospermia50>50

Astenozoospermia>2050

Teratozoospermia>20>50