makalah bawang merah

30
BUDIDAYA BAWANG MERAH (Allium cepa L.) ORGANIK I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Brebes memiliki wilayah seluas 116.117 Ha yang terdiri dari dataran rendah, sedang, dan perbukitan. Brebes memiliki hasil pertanian yang beraneka ragam dari palawija, buah-buahan, dan sayuran. Khusus untuk sayuran dataran rendah terutama bawang merah, Brebes telah dikenal sejak lama sebagai daerah penghasil bawang merah terbesar di Indonesia. Bawang merah di Kab. Brebes memilik aroma dan rasa yang khas sehingga sangat digemari oleh pengguna bawang merah baik lokal maupun regional. Kebutuhan serta daya beli bawang merah yang tinggi mengakibatkan petani Brebes melakukan teknik budidaya yang berorientasi pada hasil tanpa memerhatikan kelestarian lingkungan. Bawang merah dipacu pertumbuhannya serta dicegah dari gangguan hama dan penyakit dengan berbagai cara. Petani di daerah Brebes lebih memilih pengaplikasian pestisida dan penggunaan pupuk kimia daripada cara-cara konvensional. Cara tersebut dianggap paling mudah dilakukan, jaminan keberhasilan tinggi, dan hasilnya lebih cepat terlihat. Penggunaan pestisida dengan jumlah yang banyak dan berlanjut dalam jangka waktu lama tentu memberikan dampak negatif bagi lingkungan. Hama dan patogen yang awalnya dapat ditekan populasinya menggunakan pestisida menjadi resisten. Residu dari pestisida juga berbahaya bagi kesehatan manusia 1

Upload: andrew-gates

Post on 15-Apr-2017

5.013 views

Category:

Science


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Bawang Merah

BUDIDAYA BAWANG MERAH (Allium cepa L.) ORGANIK

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kabupaten Brebes memiliki wilayah seluas 116.117 Ha yang terdiri dari dataran

rendah, sedang, dan perbukitan. Brebes memiliki hasil pertanian yang beraneka ragam dari

palawija, buah-buahan, dan sayuran. Khusus untuk sayuran dataran rendah terutama bawang

merah, Brebes telah dikenal sejak lama sebagai daerah penghasil bawang merah terbesar di

Indonesia. Bawang merah di Kab. Brebes memilik aroma dan rasa yang khas sehingga sangat

digemari oleh pengguna bawang merah baik lokal maupun regional.

Kebutuhan serta daya beli bawang merah yang tinggi mengakibatkan petani Brebes

melakukan teknik budidaya yang berorientasi pada hasil tanpa memerhatikan kelestarian

lingkungan. Bawang merah dipacu pertumbuhannya serta dicegah dari gangguan hama dan

penyakit dengan berbagai cara. Petani di daerah Brebes lebih memilih pengaplikasian

pestisida dan penggunaan pupuk kimia daripada cara-cara konvensional. Cara tersebut

dianggap paling mudah dilakukan, jaminan keberhasilan tinggi, dan hasilnya lebih cepat

terlihat.

Penggunaan pestisida dengan jumlah yang banyak dan berlanjut dalam jangka waktu

lama tentu memberikan dampak negatif bagi lingkungan. Hama dan patogen yang awalnya

dapat ditekan populasinya menggunakan pestisida menjadi resisten. Residu dari pestisida

juga berbahaya bagi kesehatan manusia dan ternak. Pestisida juga dapat menyebabkan

kematian pada musuh-musuh alami (Suwahyono dan Wahyudi,1998).

Sebenarnya, hasil tanaman yang baik belum tentu menjadi preferensi produk bagi

konsumen apabila keamanan produk bagi kesehatan tidak terjamin. Saat ini, konsumen

cenderung memilih produk yang diproduksi secara alami tanpa penggunaan pestisida

(organik). Konsumen memilih produk tersebut karena relatif lebih sehat dan proses

produksinya ramh lingkungan. Preferensi produk organik tersebut mengakibatkan permintaan

produk pertanian organik di seluruh dunia meningkat pesat.

Hal tersebut menjadi sebuah tuntutan dan tantangan bagi petani Bawang Merah di

Brebes. Petani Brebes harus menjaga kuantitas produksi tinggi dengan kualitas yang baik

tetapi tetap aman untuk dikonsumsi masyarakat. Beberapa petani di Brebes kemudian

mengembangkan teknik budidaya dengan memerhatikan kelestarian lingkungan, atau yang

lebih dikenal sebagai Pertanian Organik. Petani-petani tersebut kemudian membentuk

1

Page 2: Makalah Bawang Merah

kelompok tani, seperti kelompok tani Bahagia IV di Desa Banjaratma, Kecamatan

Bulakamba, Brebes.

Teknik dan manajemen budidaya bawang merah secara organik atau semi-organik

tentunya berbeda dari teknik dan manajemen budidaya bawang merah non-organik.

Perbedaan tersebut terdapat mulai dari persiapan bahan tanam, pengolahan lahan,

penanaman, hingga penanganan panen dan paskapanen. Untuk itu sangat penting memelajari

teknik dan manajemen budidaya bawang merah organik, terutama untuk pemanfaata bawang

merah sebagai tanaman obat. Hal ini karena tanaman obat harus berasal dari bahan yang

aman dikonsumsi dan terjaga khasiatnya bagi kesehatan manusia.

B. Tujuan

Mengetahui teknik budidaya bawang merah organik sebagai kearifan lokal di daerah Brebes.

2

Page 3: Makalah Bawang Merah

II. TEKNIK DAN MANAJEMEN BUDIDAYA

A. Taksonomi, Asal, dan Penyebaran Tanaman

Menurut Rahayu dan Berlian (1999) tanaman bawang merah dapat di

klasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Liliales

Family : Liliaceae

Genus : Alium

Spesises : Alium cepa L.

Bawang merah (Allium cepa L.) menjadi sayur yang bernilai tinggi bagi semua

orang di dunia. Dalam konteks mural dari Mesir Kuno, sekitar 3000 tahun sebelum masehi,

menggambarkan bawang merah telah menjadi bagian kehidupan pada masa itu. Bawang

merah, atau onions dalam bahasa inggris, berasal dari bahasa latin yang berarti “mutiara

besar”. Bawang merah dibandingkan dengan mutiara tidak hanya karena bentuknya saja,

tetapi juga karena nutrisinya yang bernilai tinggi (Phrophens and Nuez, 2008)

Bawang merah adalah spesies yang termasuk dalam keluarga Allium. Genus tersebut

terdiri dari sekitar 750 spesies yang hampir keseluruhan terdistribusi di belahan bumi utara.

Kebanyakan spesies Allium dapat ditemukan di Eurasia dan bagian kecil dari Amerika.

Anggota genus Allium menyukai lingkungan tumbuh di situs yang terbuka, kering, dan cerah

pada iklim lembab maupun kering. Sebagian besar spesies dapat dijumpai di daerah sekitar

mediterania pada bagian timur asia barat hinga tengah (Phrophens and Nuez, 2008).

Melihat dari segi morfologisnya, bawang merah merupakan tanaman semusim yang

berbentuk rumput, berbatang pendek dan berakar serabut. Daunnya panjang serta berongga

seperti pipa. Pangkal daunnya dapat berubah fungsi seperti menjadi umbi lapis. Oleh karena

itu, bawang merah disebut umbi lapis. Tanaman bawang merah mempunyai aroma yang

spesifik yang marangsang keluarnya air mata karena kandungan minyak eteris alliin.

Batangnya berbentuk cakram dan di cakram inilah tumbuh tunas dan akar serabut. Bunga

bawang merah berbentuk bongkol pada ujung tangkai panjang yang berlubang di dalamnya.

Bawang merah berbunga sempurna dengan ukuran buah yang kecil berbentuk kubah dengan

tiga ruangan dan tidak berdaging. Tiap ruangan terdapat dua biji yang agak lunak dan tidak

tahan terhadap sinar matahari (Sunarjono 2004).

3

Page 4: Makalah Bawang Merah

Tanaman bawang merah varietas Bima Brebes memiliki ciri-ciri tinggi tanaman 25-

44 cm, jumlah anakan 7-12, bentuk daun silindris, warna daun hijau, jumlah daun 14-50

helai, umur panen ±60 HST, pembungaan 50 hari (agak sukar), jumlah biji 120-160, tangkai

bunga/ rumpun 2-4, buah/tangkai 60-100. Bentuk biji bawang merah Bima Brebes bulat, agak

gepeng, dan berkeriput hitam dengan bentuk umbi lonjong. Potensi produksi Bima Brebes 9,9

ton/ha dengan susut bobot 21,5 %. Bawang Merah jenis ini tahan terhadap busuk umbi.

Tanaman bawang merah berakar serabut dengan system perakaran dangkal dan

bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah perakaran

tanaman bawang merah dapat mencapai 20-200 akar. Diameter bervariasi antara 5-2 mm.

Akar cabang tumbuh dan terbentuk antara 3-5 akar (AAK, 2004). Tanaman ini memiliki

batang sejati atau disebut “discus” yang berbentuk seperti cakram, tipis dan pendek sebagai

tempat melekatnya akar dan mata tunas (titik tumbuh), diatas discus terdapat batang semu

yang tersusun dari pelepah-pelepah daun dan batang semua yang berbeda di dalam tanah

berubah bentuk dan fungsi menjadi umbi lapis. Daun bawang merah berbentuk silindris kecil

memanjang antara 50-70 cm, berlubang dan bagian ujungnya runcing, berwarna hijau muda

sampai tua, dan letak daun melekat pada tangkai yang ukurannya relative pendek. Tangkai

bunga keluar dari ujung tanaman (titik tumbuh) yang panjangnya antara 30-90 cm, dan di

ujungnya terdapat 60-100 kuntum bunga yang tersusun melingkar (bulat) seolah berbentuk

payung. Tiap kuntum bunga terdiri atas 5-6 helai daun bunga yang berwarna putih, 6 benang

sari berwarna hijau atau kekuning-kuningan, 1 putik dan bakal buah berbentuk hampir

segitiga (Sudirja, 2007). Buah berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul membungkus biji

berjumlah 2-3 butir. Biji-biji berwarna merah dapat dipergunakan sebagai bahan perbanyakan

tenaman secara generatif (Rukmana, 1995).

B. Faktor Tumbuh

Bawang merah dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai

dataran tinggi ± 1.100 m (ideal 0-800 m) diatas permukaan laut, tetapi produksi terbaik

dihasilkan dari dataran rendah yang didukung keadaan iklim meliputi suhu udara antara 25-

32°C dan iklim kering, tempat terbuka dengan pencahayaan ± 70%, karena bawang merah

termasuk tanaman yang memerlukan sinar matahari cukup panjang, tiupan angin sepoi-sepoi

berpengaruh baik bagi tanaman terhadap laju fotosintesis dan pembentukan umbinya akan

tinggi (BPPT, 2007 ).

Angin merupakan faktor iklim bepengaruh terhadap pertumbuhan tanaman bawang

merah. Sistem perakaran tanaman bawang merah yang sangat dangkal, maka angin kencang

4

Page 5: Makalah Bawang Merah

yang berhembus terus-menerus secara langsung dapat menyebabkan kerusakan tanaman.

Tanaman bawang merah sangat rentan terhadap curah hujan tinggi.

Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman bawang merah adalah antara

300-2500 mm/tahun (Deptan, 2007 ). Kelembaban udara (nisbi) untuk dapat tumbuh dan

berkembang dengan baik serta hasil produksi yang optimal, bawang merah menghendaki

kelembaban udara nisbi antara 80-90 persen. Intensitas sinar matahari penuh lebih dari 14

jam/hari, oleh sebab itu tanaman ini tidak memerlukan naungan/pohon peneduh (Deptan,

2007 ).

Tanaman bawang merah dapat ditanam di dataran rendah maupun dataran tinggi,

yaitu pada ketinggian 0-1.000 m dpl. Meskipun demikian ketinggian optimalnya adalah 0-

400 m dpl saja, Secara umum tanah yang dapat ditanami bawang merah adalah tanah yang

bertekstur remah sedang sampai liat, drainase yang baik, penyinaran matahari minimum 70%.

(BPPT, 2007 ).

Bawang merah tumbuh baik pada tanah subur, gembur dan banyak mengandung

bahan organik dengan dukungan jenis tanah lempung berpasir atau lempung berdebu, drajad

kemasaman tanah (pH) tanah untuk bawang merah antara 5,5-6,5, tata air (darainase) dan tata

udara (aerasi) dalam tanah berjalan baik, tidak boleh ada genangan (Sudirja, 2007).

C. Persiapan Bahan Tanam dan Pengolahan Lahan

Secara umum pengolahan lahan dilakukan dengan mencangkul tanah sekitar 20 – 30

cm hingga gembur. Setelah itu dibuat bedengan dengan lebar 1 – 1,5 m. Diantara bedengan

tersebut dibuat parit dengan kedalaman 40 – 50 cm. Langkah terakhir adalah pemberian

pupuk (Rahayu dan Berlian, 1999).

Petani bawang merah didaerah Brebes dugunakan umbi sebagai benihnya, benih

tersebut berasal dari umbi yang dipanen tua lebih dari 80 hari untuk dataran rendah dan 100

hari dataran tinggi. Benih tersebut disimpan 2-3 bulan, ukuran benih sekitar 1,5-2cm dengan

bentuk yang bagus, tidak cacat, berwarna merah tua mengkilap. Jarak tanam yang dipakai

petani Brebes adalah 20x20cm dengan bobot umbi 3–5 gram, dibutuhkan bobot sekita 1,4ton

benih per hektar. Ada pula yang menggunakan jarak tanam 15x15cm sehingga dibutuhkan

2,4 ton perhektar. Untuk dataran rendah, bawang merah yang optimal ditanam adalah varietas

Kuning, Bima Brebes, Bangkok, Kuning Gombong, Klon no. 33, dan klon no. 86. Sementara

itu, untuk dataran sedang atau tinggi dapat ditanamai varietas Sumenep, Menteng, klon no.

33, dan Bangkok2 (Bintara, 2013).

5

Page 6: Makalah Bawang Merah

Petani di Brebes membuat bedengan dengan lebar 1-1,2 m dan tinggi 20-30cm

dengan panjang sesuai dengan kondisi kebun. Jarak antar bedengan 50cm, jarak tersebut

sekaligus dijadikan sebagai parit sedalam 50cm. Bedengan yang sudah dibuat dicangkul

sedalam 20cm dan digemburkan tanahnya. Bentuk permukaan bedengan dibuat rata.

Petani biasanya manambahkan kapur atau dolomit sebanyak 1-1,5 ton per hektarnya.

Kapur tersebut diberikan 2 minggu sebelum tanam. Gunakan pupuk kompos atau kandang

sebanyak 15-20 kg sebagai pupuk dasar per hektar. Pupuk tersebut ditaburkan diatas

bedengan dan aduk dengan tanah hingga merata, kemudian ditambahkan urea, ZA, SP36, dan

KCL sebanyak 47 kg, 100 kg, 311 kg, dan 56 kg setiap hektarnya. Pupuk buatan dicampur

dan didiamkan selama 1 minggu sebelum pengaplikasian dibedengan.

Gambar 1. Contoh aturan pembuatan bedengan (Rahayu dan Berlian, 1999).

D. Penanaman

Bawang merah biasanya ditanam pada akhir musim hujan atau awal musim

kemarau. Musim kemarau biasanya jatuh pada bulan April–Oktober. Waktu tanam sangat

penting, sehingga harus diperhitungkan agar tanaman berumur 60–90 hst dapat dipanen pada

musim kemarau juga. Apabila penanaman dilakukan di awal musim kemarau, maka tanaman

bawang merah dapat ditanam dua kali berturut-turut. Tanaman bawang merah sebenarnya

dapat ditanam sepanjang tahun, asalkan drainasi dijakan dengan intensif. Penanaman

sebaiknya dilaksanakan ketika cuaca cerah, tidak berkabut, bukan saat pergantian musim, dan

tidak menghindari angin kering menjelang musim kemarau.

6

Page 7: Makalah Bawang Merah

Gambar 3. Cara penanaman bawang merah (sumber: <http://stockisthcs.com/wp-

content/uploads/2013/08/penanaman-bawang-merah.jpg>)

Sebelum bibit ditanam, tanah bedengan harus disiram air lebih dulu dan dibuat

lubang tanam dengan menggunakan tugal kecil untuk memudahkan penanaman. Umbi bibit

yang telah dipotong sebagian ujungnya dan telah mengering dibenamkan ke dalam tanah atau

ke da lama lubang tanam. Permukaan umbi sebaiknya rata dengan permukaan tanah dan

berdiri tegak. Umbi tidak boeh terlalu dibenamkan, karena bibit mudah busuk. Penanaman

bibit dilakukan dengan memotong ujung bibit sekitar 1/4 hingga 1/3 bagian. Umbi kemudian

ditanam dengan jarak tanam 20x20 cm.

Gambar 4. Contoh aturan pengaturan jarak tanam (Rahayu dan Berlian, 1999).

E. Pemeliharaan Tanaman

i. Pemupukan

Pemupukan merupakan salah satu faktor penentu dalam upaya meningkatkan hasil

tanaman. Pupuk yang digunakan sesuai anjuran diharapkan dapat memberikan hasil yang

secara ekonomis menguntungkan. Dengan demikian, dampak yang diharapkan dari

pemupukan tidak hanya meningkatkan hasil per satuan luas tetapi juga efisien dalam

penggunaan pupuk. Hal ini, mengingat penggunaan pupuk di tingkat petani cukup tinggi,

sehingga dapat menimbulkan masalah terutama defisiensi unsur hara mikro, pemadatan

tanah, dan pencemaran lingkungan (Bangun et al., 2000 cit. Napitulu dan Winarto, 2010).

Agar jumlah dan bobot umbi bawang merah yang dihasilkan tinggi, maka pertumbuhan

tanaman harus cepat dan baik. Tanaman perlu pupuk NPK sebagai sumber hara untuk proses

pertumbuhannya (Gardner et al. 1985 cit. Napitulu dan Winarto, 2010).

7

Page 8: Makalah Bawang Merah

Input pupuk N dan K penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta

hasil umbi benih bawang merah. Unsur hara N merupakan bahan pembangun protein, asam

nukleat, enzim, nukleoprotein, dan alkaloid. Defisiensi N akan membatasi pembelahan dan

perbesaran sel (Sumiati dan Gunawan, 2007 cit. Napitulu dan Winarto, 2010). Hedge (1988)

cit. Napitulu dan Winarto (2010) menyatakan bahwa pupuk N dosis tinggi tidak memberikan

hasil yang signifikan terhadap produksi bawang merah. Produksi bawang merah meningkat

hanya 32% jika pemberian pupuk N, dua kali lebih tinggi dari dosis sebelumnya. Dengan kata

lain, pemberian pupuk dosis tinggi tidak menjamin peningkatan hasil.

Vachhani dan Patel (1996) cit. Napitulu dan Winarto (2010) melaporkan bahwa

pemberian pupuk K mampu meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman bawang merah.

Selanjutnya Vidigal et al. (2002) cit. Napitulu dan Winarto (2010) mengatakan bahwa

pertumbuhan bawang merah meningkat secara bertahap dengan meningkatnya jumlah

pemberian pupuk K.

Hidayat dan Rosliani (1996) cit. Napitulu dan Winarto (2010) menyatakan bahwa

kebutuhan N untuk produksi umbi bawang merah bervariasi. Kebutuhan N yang optimum

untuk bawang merah 150-300 kg/ha bergantung pada varietas dan musim tanam. Dosis pupuk

K yang diberikan umumnya bervariasi antara 50-150 kg/ha. Liptan BPTP Jawa Barat tentang

teknik budidaya bawang merah menggunakan pupuk KCl dengan dosis 100 kg/ha.

Berdasarkan uraian di atas diperkirakan bahwa dengan pemberian pupuk N dosis 250 kg/ha

dan K 100 kg/ha sebagai dosis pupuk pada budidaya bawang merah dapat meningkatkan

kuantitas dan kualitas hasil, sehingga akan memudahkan petani dalam menerapkan dosis

yang sesuai.

Pemberian pupuk anorganik secara terus menerus dapat mengakibatkan

produktivitas lahan menurun, salah satu cara untuk mengatasi dampak lebih lanjut yang akan

timbul dari penggunaan pupuk anorganik adalah melalui pemberian bahan organik.

Pemberian pupuk anorganik yang berlebihan di tingkat petani menyebabkan produktivitas

lahan menurun, Rerata penggunaan pupuk anorganik dikalangan petani pada umumnya

adalah 200 kg N ha- 1 , 110 kg P2O5 ha-1 , dan 396 kg K2O ha- 1, 337 S dan 100 kg MgO

per hektar tanpa penggunaan bahan organik (Hidayat dan Rosliani, 1996 cit. Elisabeth dkk.,

2013). Oleh karena itu peran bahan organik yang berfungsi sebagai bahan penyeimbang yang

dapat menyerap sebagian zat sehingga senyawa yang berlebihan tidak merusak tanaman.

Bahan organik banyak dijumpai di lingkungan sekitar. Penggunaan bahan organik

berupa kotoran sapi secara ekonomis murah, mudah diperoleh sehingga relatif mudah

dijangkau oleh petani. Menurut Agustina (2011) cit. Elisabeth dkk. (2013) kompos kotoran

8

Page 9: Makalah Bawang Merah

sapi mengandung N 0,7% dan K2O 0,58% dan urinnya mengandung 0,6% N dan 0,5% K.

Berdasarkan penelitian Mayun (2007) cit. Elisabeth dkk. (2013) penggunaan kompos kotoran

sapi dengan dosis 30 ton ha-1 dapat meningkatkan bobot umbi pada bawang merah.

Pupuk dasar diberikan 1 minggu sebelum tanam yaitu 15-20 ton/ha pupuk kandang

atau 5-10 ton/ha kompos matang ditambah 200 kg/ha TSP. Pupuk disebar dan diaduk rata

sedalam lapisan olah. Penyiraman dilakukan sesuai dengan umur tanaman :

- umur 0-10 hari, 2 x/hari (pagi dan sore hari)

- umur 11-35 hari, 1 x/hari (pagi hari)

- umur 36-50 hari, 1 x/hari (pagi atau sore hari).

Pemupukan susulan dilakukan pada umur 10-15 hari dan umur 30-35 hari setelah

tanam. Jenis dan dosis pupuk yang diberikan adalah: Urea 75-100 kg/ha, ZA 150-250 kg/ha,

Kcl 75-100 kg/ha. Pupuk diaduk rata dan diberikan di sepanjang garitan tanaman. Penyiangan

minimal dilakukan dua kali/musim, yaitu menjelang dilakukannya pemupukan susulan ke-3.

ii. Penyiraman

Penyiraman air dapat menggunakan gembor atau sprinkler. Dapat juga dengan cara

menggenangi air di sekitar bedengan yang disebut dengan sistem leb. Pada sistem leb,

permukaan air dalam selokan dinaikkan, sehingga air dapat meresap dan membasahi di area

perakaran bawang. Namun, air harus tetap dijaga agar tidak terlalu menggenangi permukaan

yang menyebabkan pembusukan umbi. Genangan air dalam air dapat disiramkan ke atas

bedengan dengan menggunakan gembor. Setelah penyiraman selesai, parit dapat dikeringkan

kembali. Pengairan dengan sistem leb dapat dilakukan bila sekitar lahan terdapat saluran

irigasi atau sungai. Hal ini biasanya dilakukan pada lahan sawah, seperti yang banyak

terdapat di daerah brebes (Rahayu dan Berlian, 1999).

Penyiraman dapat dilakukan sejak penanaman sehari sekali, pagi atau sore hari.

Ketika cuaca panas dan tanah terlalu kering, dapat dilakukan penyiraman dua kali sehari, pagi

dan sore hari. Pembentukan dan pembesaran umbi umumnya terjadi ada 45 HST. Pada masa

itu dilakukan penyiraman lebih intensif yatu dua kali sehari. Penyiraman dihentikan 3 hingga

5 hari menjelang panen sehingga umbi tidak mudah busuk (Rahayu dan Berlian, 1999).

iii. Penyiangan dan Penggemburan

Penyiangan dilakukan sedini mungkin untuk menghindari persaingan dengan gulma.

Penyiangan umumnya dilakukan dua kali, yaitu 2 dan 4 mingu setelah tanam, bersamaan

dengan pemupukan. Namun, bila pertumbuhan gulma tinggi, penyiangan dapat dilakukan

9

Page 10: Makalah Bawang Merah

lebih sering lagi. Bersamaan dengan penyiangan, dilakukan pula penggemburn tanah untuk

memperbaiki aerasi. Alat yang digunakan berupa kored. Untuk penyiangan dekat tanaman,

sebaiknya gulma dicabut dengan tangan agar tidak mengganggu atau merusak akar tanaman

(Rahayu dan Berlian, 1999). Pada daerah Brebes, penyiangan biasanya dilaukan pada 2 dan 5

MST bersamaan dengan pemupukan (Anonim, 2015).

10

Page 11: Makalah Bawang Merah

iv. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman

Beberapa Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang menyerang tanaman

bawang merah antara lain :

1. Ulat grayak Spodoptera,

2. Trips

Mulai menyerang umur 30 HST karena kelembaban di sekitar tanaman relatif tinggi

dengan suhu rata-rata diatas normal. Daun bawang yang terserang warnanya putih

berkilat seperti perak Serangan berat terjadi pada suhu udara diatas normal dengan

kelembaban diatas 70%. Jika ditemukan serangan, penyiraman dilakukan pada siang

hari, amati predator kumbang macan

3. Bercak ungu Alternaria (Trotol)

Disebabkan oleh jamur Alternaria porii melalui umbi atau percikan air dari tanah.

Gejala serangan ditandai terdapatnya bintik lingkaran konsentris berwarna ungu atau

putih-kelabu di daun dan di tepi daun kuning serta mongering ujung-ujungnya.

Serangan pada umbi sehabis panen mengakibatkan umbi busuk sampai berair dengan

warna kuning hingga merah kecoklatan. Jika ada hujan rintik-rintik segera dilakukan

penyiraman

4. Busuk umbi Fusarium

Bagian yang terserang jadi lunak, melekuk dan berwarna kelabu. Untuk mencegah

serangan, tanah harus dijaga agar tidak terlalu becek (atur drainase).

5. Penyakit Antraknose atau Otomotis

Disebabkan oleh jamur Colletotricum gloesporiodes. Gejala serangan adalah ditandai

terbentuknya bercak putih pada daun, selanjutnya terbentuk lekukan yang akan

menyebabkan patahnya daun secara serentak (istilah Brebes: otomatis). Jika ada

gejala, tanaman terserang segera dicabut dibakar dan dimusnahkan.

6. Penyakit oleh virus.

Gejalanya pertumbuhan kerdil, daun menguning, melengkung ke segala arah dan

terkulai serta anakannya sedikit. Usahakan memakai bibit bebas virus dan pergiliran

tanaman selain golongan bawang-bawangan.

Pengendalian hama dan penyakit merupakan kegiatan rutin atau tindakan preventif

yang dilakukan petani bawang merah. Umumnya kegiatan ini dilakukan mulai minggu kedua

setelah tanam dengan interval 2-3 hari. Pengendalian hama dan penyakit yang tidak tepat

(seperti pencampuran 2-3 jenis pestisida, dosis yang tidak tepat) dapat menimbulkan masalah

yang serius yang dapat mempengaruhi kesehatan tanaman, pemborosan, resistensi hama dan

11

Page 12: Makalah Bawang Merah

penyakit, residu pestisida, pencemaran lingkungan, dan sebagainya. Untuk pencegahan hama-

penyakit usahakan pergiliran tanaman dengan jenis tanaman lain (bukan golongan bawang-

bawangan). Pestisida kimia digunakan sebagai alternatif terakhir untuk mengatasi serangan

hama-penyakit.

F. Panen dan Paska Panen

1. Waktu, Saat dan Cara Panen

Umur panen bawang merah cukup bervariasi, tergantung varietas, tempat penanaman,

tingkat kesuburan, dan tujuan penanaman. Ada varietas bawang merah yang memang

mempunyai umur pendek dan ada juga yang berumur panjang. Bawang merah yang ditanam

di dataran tinggi seperti di Aceh Tengah dan Bener Meriah biasanya mempunyai umur panen

yang lebih panjang dari pada yang ditanam di dataran rendah. Sementara itu tanaman yang

sangat subur pertumbuhan umumnya mempunyai umur relatif panjang. Di lain pihak, jika

penanaman dimaksudkan untuk menghasilkan umbi untuk bibit, pemanenan harus dilakukan

setelah bawang merah cukup tua, sedangkan untuk bawang konsumsi dapat di panen sedikit

lebih cepat

Bawang merah dapat dipanen setelah umurnya cukup tua, biasanya pada umur 60 –

70 hari. Tanaman bawang merah dipanen setelah terlihat tanda-tanda 60% leher batang lunak,

tanaman rebah, dan daun menguning. Pemanenan sebaiknya dilaksanakan pada keadaan

tanah kering dan cuaca yang cerah untuk mencegah serangan penyakit busuk umbi di gudang.

Bawang merah yang telah dipanen kemudian diikat pada batangnya untuk mempermudah

penanganan. Selanjutnya umbi dijemur sampai cukup kering (1-2 minggu) dengan dibawah

sinar matahari langsung, kemudian biasanya diikuti dengan pengelompokan berdasarkan

kualitas umbi. Pengeringan juga dapat dilakukan dengan alat pengering khusus sampai

mencapai kadar air kurang lebih 80%. Apabila tidak langsung dijual, umbi bawang merah

disimpan dengan cara menggantungkan ikatan-ikatan bawang merah di gudang khusus, pada

suhu 25-30 ºC dan kelembaban yang cukup rendah (± 60-80%) (Sutarya dan Grubben 1995).

2. Pelayuan dan Pengeringan

Setelah bawang merah dipanen tindakan yang harus segera dilakukan adalah

pelayuan dan pengeringan. Hal ini mencegah kerusakan umbi akibat busuk atau serangan

penyakit. Cara yang dapat ditempuh untuk mengeringkan bawang merah yaitu dengan

penjemuran dan menggunakan teknologi sistem pengeringan dan penyimpanan (Instore

Drying) (Singgih, 2009).

12

Page 13: Makalah Bawang Merah

Cara pengeringan bawang merah yang dilakukan petani adalah dengan penjemuran

di bawah matahari. Ikatan-ikatan bawang merah dijajarkan dengan posisi umbi bawang di

bawah dan daun diatas. Dalam keadaan demikian, daun akan mendapat panas matahari

langsung dan akan mengalami pengeringan lebih dulu (Singgih, 2009).

Pengeringan dengan penjemuran memiliki kelemahan, yaitu diperlukan tempat

terbuka yang cukup luas. Selain itu, jika panen dilakukan ketika musim hujan, penjemuran

tidak dapat dilakukan dengan sempurna. Hal tersebut mengakibatkan infeksi bakteri

pembusuk sehingga bawang yang dihasilkan mutunya rendah dan tidak dapat disimpan lama

(Singgih, 2009).

3. Pembersihan, Sortasi, dan Penyimpanan

Pembersihan bawang merah merupakan kegiatan menghilangkan kotoran yang

menempel pada umbi seperti tanah dan akar. Pembersihan dilakukan tidak menggunakan air

untuk mencegah terjadi pembusukan umbi saat penyimpanan. Kegiatan sortasi dilakukan

untuk memisahkan antara umbi yang baik (bernas, tidak cacat fisik atau busuk, berukuran

seragam) dengan umbi yang jelek, rusak, atau busuk (Singgih, 2009).

Pada umumnya, petani bawang menyimpan bawang merah dengan menggantung

ikatan bawang merah pada para-para diatas perapian dapur. Namun, jumlah bawang yang

dapat disimpan dengan cara ini terbatas, tergantung seberapa luas dan seberapa besar tempat

di atas perapian dapur. Untuk jumlah bawang yang banyak dibutuhkan ruang penyimpanan

yang lebih luas dengan kondisi bersih, kering dan tidak lembab dengan ventilasi yang baik

dan cukup banyak sehingga dapat memberikan pergantian udara dalam ruang dengan baik.

Suhu yang baik untuk penyimpanan bawang merah adalah 30-340C dan kelembaban 65-75%

(Singgih, 2009).

Gambar 5. Penyimpanan bawang merah

(sumber:<http://cdn.tmpo.co/data/2010/09/21/id_47374/47374_620.jpg>)

13

Page 14: Makalah Bawang Merah

G. Simplisia, Pengolahan Simplisia, dan Khasiat

Diabetes Melitus adalah penyakit yang diderita oleh jutaan individu di dunia. Selama

perubahan abad terakhir, gaya hidup dan perilaku manusi mengakibatkan peningkatan

jumlah penderita Diabetes Melitus yang drastis. Agen Hipoglikemik oral dan insulan telah

menjadi andalan untuk mengobati diabetes. Akan tetapi, metode pengobatan tersebut

memiliki efek samping yang menonjol serta tidak dapat mengobati koplikasi lain yang

disebabkan oleh diabetes. Modifikasi gaya hidup, termasuk olahraga dan diet yang tepat

menjadi hal yang efektif untuk menangkal perkembangan penyakit diabetes tersebut. Bawang

merah menjadi salah satu harapan dalam rempah-rempah tradisional yang memiliki khasiat

menyembuhkan penyakit diabetes melitus.

Berbagai fraksi terlarut bawang sebagai dosis oral tunggal (0,25 mg/kg)

menunjukkan efek hipoglikemik signifikan pada kelinci normal yang dipuasakan. Aksi

hipoglemik paling ampuh ditunjukan oleh ekstrak etil eter. Pemberian secara oral 250 mg/kg

ekstrak etanol, petroleum, kloroform, dan aseton dari bawang merah kering menunjukkan

reduksi maksimal 18,57; 8,35; 3,0; dan 3,2% pada gula darah puasa dari kelinci diabetik

(20,85) teraloksani (150 mg/kg, IP) (Kaushik et al., 2010).

Bawang merah dipandang sebagai rempah-rempah yang memilii nutrisi dan khasiat

secara medis tinggi. Faktanya, bawang merah mengandung minyak yang tinggi (20,4%),

protein mentah (24,8%), tembaga (0,92mg/100 g porsi dapat dikonsumsi), dan zink (7,25

mg/100g porsi yang dapat dikonsumsi), dan sodium (11,2mg/100gr porsi yng dapat

dikonsumsi) daripada rempah-rempah lain pada masakan Italia. Kandungan lemak tinggi

menunjukkan kemungkinan menggunakan biji bawang merah digunakan sebagai minyak

aromatik untuk membuat makanan lebih beraroma. Biji bawang merah dapat digunakan

dalam diet untuk orang-orang yang mengambil deuretik untuk mengontrol hipertensi dan

yang menderita ekskresi eksesif potasium, sebagai akibat dari rasio potasium/sodium (90,2)

yang dikandung di dalamnya.

Selain khasiat di atas, bawang merah juga bermanfaat untuk menurunkan panas bayi.

Caranya adalah kupas bawang merah sekitar 5 siung, lalu parut ataupun dirajang halus-halus,

kemudian tambahkan minyak kelapa. Selanjutnya balurkan ramuan tadi tubuh bayi, seberti

bagian perut atau dahi.

Penyakit rematik juga bisa diobati dengan menggunakan bawang merah. Caranya

adalah dengan mencuci sampai bersih bawang merah dan jahe. Kemudian, jahe dan bawang

merah tersebut ditumbuk hingga halus serta ditambahkan tepung terigu dan air. Remas-remas

14

Page 15: Makalah Bawang Merah

hingga lumat. Gosok dan urutkan ramuan herbal pada bagian yang sakit sebanyak yang

diperlukan.

Bawang merah juga berfungsi untuk menyembuhakan batuk. Bahan-bahannya adalah

bawang merah 3 siung, jeruk nipis 1 buah, minyak kelapa secukupnya. Bahan-bahan

tersebut dicuci hingga bersih, kecuali minyak kelapa. Campur hasil parutan bawang merah

dengan air jeruk nipis dan minyak kelapa, aduklah hingga bercampur rata. Balurkan ramuan

pada leher, belakang telinga, dan dada.

Selain penggunaan umbi secara langsung, bawang merah juga diekstrak dan dijadikan

obat dalam bentuk ekstrak cair, kapsul, dan dicampur dengan ekstrak lain untuk tujuan

pengobatan tertentu.

Gambar 6. Contoh ekstrak bawang merah cair (Sumber:

<http://www.homeremedycentral.com/images/stories/herbal-extracts/onion.jpg>)

Gambar 7. Contoh ekstrak bawang merah dalam bentuk krim atau pasta (Sumber:

<http://www.bloggang.com/data/mithuna/picture/1356539908.jpg>)

15

Page 16: Makalah Bawang Merah

Gambar 8. Ekstrak bawang merah dicampur dengan ekstrak tanaman lain untuk pengobatan

kulit (memperhalus kulit) (sumber: < http://www.bloggang.com/data/m/mithuna

/picture/1356540111.jpg>)

16

Page 17: Makalah Bawang Merah

III. ANALISIS

A. Aspek Ekonomi, Sosial dan Budaya

Brebes adalah kabupaten sentra penghasil bawang merah. Menurut penelitian Nurasa

dan Valeriana (2007), petani bawang merah di brebes dapat memproduksi bawang merah

yang cukup tinggi yaitu 11,1 ton per hektar dalam satu tahun dengan nilai yang diperoleh

sebesar Rp. 70.892.000. keuntungan yang diperoleh dalam satu tahun atau dua kali tanam

hanya sebesar 6.831.000, dengan R/C rasio sebesar 1,1.

Tabel analisis usaha tani bawang merah Kabupaten Brebes tahun 2005

Uraian Nilai (Rp)

A. Penerimaan

- Produksi (Kg)

- Nilai (Rp)

11.10285

70.892.077

B. Pengeluaran (Rp)

- Bibit

- Pupuk buatan

- Pupuk lainnya

- Pestisida

- Obat lainnya

- Tenaga kerja

Dalam keluarga

Luar keluarga

- Biaya lainnya

Total pengeluaran

15.892.776

3.282.681

2.317.088

4.439.114

1.796.417

5.742.431

27.244.035

3.346.565

64.061.106

C. Keuntungan 6.830.970

D. R/C rasio 1,1

Dari hal tersebut bisa dikatakan bahwa berusaha tani bawang merah telah dapat

memberikan keuntungan. Akan tetapi menurut para petani, tingkat keuntungan yang

diperoleh belum cukup untuk dapat memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga petani.

Kecilnya keuntungan yang diperoleh petani bawag merah di lokasi penelitian disebabkan

karena tingginya pengeluaran biaya produksi yang dikeluarkan mencapai nilai 90% dari total

pendapatan. Biaya produksi tertinggi dikeluarkan untuk upah tenaga kerja yang mencapai

51,48%, kemudian bibit 24,81%, pestisida 9,73%, pupuk 8,74%, dan biaya lain 5,22%. Petani

bawang merah di brebes merasa pendapatan usahatani bawang merah yang diterimanya selalu

17

Page 18: Makalah Bawang Merah

berfluktuasi. Hal ini dipengaruhi oleh penurunan perolehan produksi yang diakibatkan karena

harga obat kimia yang biasa digunakan untuk menyemprot bawang merah sangat mahal.

Sedangkan petani sudah terbiasa menggunakanya. Pengaruh yang lain adalah keadaan iklim

yang saat musim kemarau sehingga menurunkan produksi karena bawang merah sangat

bergantung pada kecukupan air. Pengaruh yang lain adalah fluktuasi harga bibit dan pupuk

yang tidak menentu.

Rantai pemasaran bawang merah adalah sebagai berikut.

Dari segi ekonomi budidaya bawang merah memang memberikan keuntungan cukup

besar bagi para petani. Mengingat saat ini kebutuhan pasar akan bawang merah semakin

meningkat tajam, seiring dengan meningkatnya jumlah pelaku bisnis makanan yang tersebar

di berbagai daerah. Tingginya nilai ekonomi yang dimiliki sayuran ini, membuat para petani

di berbagai daerah tertarik membudidayakannya untuk mendapatkan keuntungan besar dari

potensi bisnis tersebut. Kondisi ini terjadi karena bawang merah sering dimanfaatkan

masyarakat untuk bahan baku pembuatan bumbu masakan, dan menjadi bahan utama dalam

proses produksi bawang goreng yang sering digunakan sebagai pelengkap berbagai menu

kuliner.

Bawang merah lazim dikonsumsi sebagai bumbu atau pelengkap masakan. Hampir

semua jenis makanan di tanah air ini senantiasa menyertakan bawang merah sebagai

18

Konsumen akhir

Pedagang eceran

Pedagang pengumpul

Konsumen di dalam

dan diluar jakarta

Pedagang pengecer Konsumen

akhir luar jawa

Pedagang luar jawa

Pedagang pasar

Pedagang antar pulau

Pedagang besar

Petani

Page 19: Makalah Bawang Merah

penambah cita rasa. Penggunaan lainnya yang sebagai obat tradisional dan kegunaan-

kegunaan lain yang cukup penting. Jadi wajarlah jika bawang merah sering disebut sebagai

umbi multiguna (Jaelani, 2007).

Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 45/kpts/PD.200/1/2015

tentang bawang merah menetapkan beberapa hal yang mendukung kelestarian bawang merah.

Salah satunya adalah penanaman bawang merah harus melalui perencanaan, program

kegiatan, dan anggaran sesuai dengan kelas dan pembangunan spesfik lokasi yang

berkelanjutan. Dukungan pemerintah ini menunjukkan bahwa keberadaan bawang merah

adalah sesuatu yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan manusia.

B. Analisis Kekuatan, Kelemahan, Kesempatan, Ancaman (SWOT)

1. Strength (Kekuatan)

Budidaya bawang merah memiliki kandungan nutrisi dan obat tinggi, serta manfaat

terhadap kesehatan. Selain itu, untuk pembukaan usaha atau industri obat dari bawang merah

mendapatkan bahan baku bawang merah mudah, karena dapat dijumpai di pasar baik modern

atau tradisional.

2. Weakness (Kelemahan)

Fungsi bawang merah sebagai bumbu atau tanaman sayur lebih diprioritaskan

daripada penggunaannya dalam industri obat sehingga petani lebih memilih pemanfaatan

tanaman bawang merah sebagai sayur daripada sebagai tanaman obat. Harga pada bawang

merah cenderung fluktuatif karena tingkat produktifitas sangat bergantung pada keadaan

iklim yang sangat bergantung pada kondisi air, penggunaan bahan kimia yang tinggi dan

mahal dalam proses pemeliharaan sehingga menurunkan hasil produksi, dan penggunaan

bahan kimia mengurangi khasiat alami bawang merah.

3. Oppurtunities (Kesempatan)

Dari segi ekonomi budidaya bawang merah memberikan keuntungan bagi para

petani. Mengingat saat ini kebutuhan pasar akan bawang merah semakin meningkat tajam,

seiring dengan meningkatnya jumlah pelaku bisnis makanan yang tersebar di berbagai

daerah. Tingginya nilai ekonomi yang dimiliki sayuran ini, membuat para petani di berbagai

daerah tertarik membudidayakannya untuk mendapatkan keuntungan besar dari potensi bisnis

tersebut.

19

Page 20: Makalah Bawang Merah

4. Threat (Ancaman)

Adanya substitusi fungsi atau terdapat tanaman lain dengan kegunaan yang sama dan

lebih hemat dari bawang merah. Misalnya adalah dalam pengobatan diabetes, mengkudu

lebih dikenal masyarakat daripada penggunaan bawang merah. Selain itu, penyempitan lahan

pertanian juga menjadi sebuah ancaman bagi pembudidaya bawang merah. Hal tersebut dapat

diatasi dengan teknik budidaya lahan sempit serta penggunaan rumah kaca sebagai lokasi

budidaya. Akan tetapi, teknik tersebut menghabiskan biaya produksi yang lebih tinggi.

20

Page 21: Makalah Bawang Merah

IV. KESIMPULAN

Bawang merah mengandung vitamin C, kalium, serat, asam folat, dan besi yang yang

meultifungsi yaitu sebagai bumbu masak sekaligus dapat digunakan sebagai obat tradisional

untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Kebutuhan masyrakat akan bawang merah

selalu meningkat dari waktu ke waktu. Sedangkan produksi bawang merah masih belum bisa

menutup kebutuhan masyarakat. Dari hal tersebut tercermin bahwa ada peluang besar untuk

berbisnis tentang bawang merah. Namun perlu diperhatikan kelemahan-kelemahan bawang

merah yaitu sering terjadi harga yang fluktuatif karena bahan input yang mahal dan keadaan

cuaca yang tidak mendukung. Kelemahan yang lain adalah bawang merah mempunyai

kesamaan fungsi untuk menyembuhkan penyakit yang sama dengan tanaman lain.

21