makalah bahasa indonesia_kalimat_efektif

34
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan, atau perasaan yang ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa yang digunakan itu hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau pembaca. Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebut dengan kalimat efektif. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalau gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau yang dituliskan. Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat, unsur kalimat yang digunakan

Upload: novidlan-arma

Post on 09-Aug-2015

116 views

Category:

Education


6 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A.   LATAR BELAKANG

Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan

sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu berisi pikiran,

keinginan, atau perasaan yang ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa yang

digunakan itu hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang

dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau

pembaca. Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebut dengan

kalimat efektif.

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya

secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalau

gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar/pembaca dapat memahami pikiran

tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis

atau pembicaranya. Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya,

ada sebagian lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang

diucapkan atau yang dituliskan. Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan

gagasan pemakainya secara tepat, unsur kalimat yang digunakan harus lengkap dan

eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan.

Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan.

Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan

komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim, 1994:86).

Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak memenuhi

syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh, antara lain, mungkin kalimat-

kalimat yang dituliskan kabur, kacau, tidak logis, atau bertele-tele. Dengan adanya

kenyataan itu, pembaca sukar mengerti maksud kalimat yang kita sampaikan karena

kalimat tersebut tidak efektif. Berdasarkan kenyataan inilah penulis tertarik untuk

membahas kalimat efektif dengan segala permasalahannya.

B.   RUMUSAN MASALAH

1.      Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?

2.      Apa saja unsur-unsur kalimat?

3.      Apa ciri-ciri kalimat efektif?

4.      Apa syarat yang mendasari kalimat efektif?

5.      Bagaimana struktur kalimat efektif?

6. Jenis Kesalahan dalam Menyusun Kalimat Efektif dan Pembenarannya

7. Hal yang Mengakibatkan Suatu Tuturan Menjadi Kurang Efektif

C.   TUJUAN PEMBAHASAN

1.      Agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunakan bahasa Indonesia sehingga

menjadi baik dan benar

2.      Mengetahui apa dan bagaimana penggunaan kalimat efektif dalam berbahasa

3.      Menjaga kemurnian bahasa Indonesia

BAB II

PEMBAHASAN

A.   PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF

Kalimat efektif adalah kalimat yang

B.   UNSUR-UNSUR KALIMAT EFEKTIF

Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa Indonesia

lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat, yaitu

subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat

bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan

predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap, dan keterangan) dalam suatu kalimat

dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.

1.      Subjek (S)

Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu

hal, suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi

oleh jenis kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih jelasnya

perhatikan contoh sebagai berikut ini:

a.       Ayahku  sedang melukis.

b.      Meja direktur besar.

c.       Yang berbaju batik dosen saya.

d.      Berjalan kaki menyehatkan badan.

e.       Membangun jalan layang sangat mahal.

         Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S yang diisi

oleh kata dan frasa benda terdapat pada kalimat (a) dan (b), contoh S yang diisi oleh

klausa terdapat pada kalimat (c), dan contoh S yang diisi oleh frasa verbal terdapat

pada kalimat (d) dan (e).

        Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S selalu merujuk

pada benda (konkret atau abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun jenis kata yang

mengisi S pada kalimat (c), (d) dan (e) bukan kata benda, namun hakikat fisiknya

tetap merujuk pada benda. Bila kita menunjuk pelaku pada kalimat (c) dan (d), yang

berbaju batik dan berjalan kaki tentulah orang (benda). Demikian juga membangun

jalan layang yang menjadi S pada kalimat (e), secara implisit juga merujuk pada

“hasil membangun” yang tidak lain adalah benda juga. Di samping itu, kalau diselami

lebih dalam, sebenarnya ada nomina yang lesap, pada awal kalimat (c) sampai (e),

yaitu orang pada awal kalimat (c) dan kegiatan pada awal kalimat (d) dan (e).

Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan memakai kata

tanya siapa (yang)… atau apa (yang)… kepada P. Kalau ada jawaban yang logis atas

pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika ternyata jawabannya tidak ada dan atau tidak

logis berarti kalimat itu tidak mempunyai S. Inilah contoh “kalimat” yang tidak

mempunyai S karena tidak ada/tidak jelas pelaku atau bendanya.

a.          Bagi siswa sekolah dilarang masuk.

b.         Di sini melayani obat generic.

c.          Memandikan adik di pagi hari.

Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak

mempunyai S. Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada contoh (a)

siapa yang melayani resep pada contoh (b) dan siapa yang memandikan adik pada

contoh (c), tidak ada jawabannya. Kalaupun ada, jawaban itu terasa tidak logis.

2.      Predikat (P)

Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan) apa atau

dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat).

Selain memberitahu tindakan atau perbuatan subjek (S), P dapat pula menyatakan

sifat, situasi, status, ciri, atau jatidiri S. termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah

pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki oleh S. predikat dapat juga berupa

kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga

numeralia, nomina, atau frasa nominal. Perhatikan contoh berikut:

a.    Kuda meringkik.

b.    Ibu sedang tidur siang.

c.    Putrinya cantik jelita.

d.   Kota Jakarta dalam keadaan aman.

e.    Kucingku belang tiga.

f.     Robby mahasiswa baru.

g.    Rumah Pak Hartawan lima.

          Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. kata meringkik

pada kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok kata sedang tidur siang

pada kalimat (b) memberitahukan melakukan apa ibu, cantik jelita pada kalimat (c)

memberitahukan bagaimana putrinya, dalam keadaan aman pada kalimat (d)

memberitahukan situasi kota Jakarta, belang tiga pada kalimat (e) memberitahukan

ciri kucingku, mahasiswa baru pada kalimat (f) memberitahukan status Robby, dan

lima pada kalimat (g) memberitahukan jumlah rumah Pak Hartawan.

          Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada kata-kata

menunjuk pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau bendanya.

a.       Adik saya yang gendut lagi lucu itu.

b.      Kantor kami yang terletak di Jln. Gatot Subroto.

c.       Bandung yang terkenal kota kembang.

    Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat normal, yaitu

diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, namun di dalamnya

tidak ada satu kata pun yang berfungsi sebagai P. Tidak ada jawaban atas pertanyaan

melakukan apa adik yang gendut lagi lucu (pelaku) pada contoh (a), tidak ada

jawaban atas pertanyaan kenapa atau ada apa dengan kantor di Jalan Gatot Subroto

dan Bandung terkenal sebagai kota kembang itu pada contoh (b) dan (c). karena tidak

ada informasi tentang tindakan, sifat, atau hal lain yang dituntut oleh P, maka contoh

(a), (b), (c) tidak mengandung P. Karena itu, rangkaian kata-kata yang cukup panjang

pada contoh (a), (b), (c) itu belum merupakan kalimat, melainkan baru merupakan

kelompok kata atau frasa.

3.      Objek (O)

Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada umumnya diisi oleh

nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba

transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O, seperi pad contoh di bawah

ini.

a.       Nurul menimang …

b.      Arsitek merancang …

c.       Juru masak menggoreng …

Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh tersebut adalah

P yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P pada ketiga

kalimat itulah yang dinamakan objek.

Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan. Itulah sebabnya sifat O dalam

kalimat dikatakan tidak wajib hadir. Verba intransitive mandi, rusak, pulang yang

menjadi P dalam contoh berikut tidak menuntut untuk dilengkapi.

a.       Nenek mandi.

b.      Komputerku rusak.

c.       Tamunya pulang.

Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya dipasifkan.

Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang dan ubahan posisinya

bila kalimatnya dipasifkan.

a.       1) Martina Hingis mengalahkan Yayuk Basuki (O)

2)   Yayuk Basuki (S) dikalahkan oleh Martina Hingis.

b.      1) Orang itu menipu adik saya (O)

2)   Adik saya (S) ditipu oleh oran itu.

4.      Pelengkap (pel)

Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. letak

Pelengkap umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga

ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat

berupa nomina, frasa nominal, atau klausa. Namun, antara Pel dan O terdapat

perbedaan. Perhatikan cnntoh di bawah ini:

a.       Ketua MPR membacakan Pancasila.

       S                  P             O

b.      Banyak orpospol berlandaskan Pancasila.

            S                    P            Pel

Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi  oleh nomina

Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat (a) yang

menempatkan Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat pasif adalah

sebagai berikut:

Pancasila dibacakan oleh ketua MPR.

        S                     P               O

        Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke depan

menjadi S dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang tidak gramatikal.

Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.

        Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi oleh

nomina dan frasa nominal, Pelengkap dapat juga diisi oleh frasa adjectival dan frasa

preposisional.

Di samping itu, letak Pelengkap tidak selalu persis di belakang P. Apabila dalam

kalimatnya terdapat O, letak pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan

bagian kalimat menjadi S-P-O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam

kalimat.

a.       Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.

b.      Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.

c.       Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.

d.      Annisa mengirimi kakeknya kopiah bludru.

e.       Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.

5.      Keterangan (ket)

Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai

bagian kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan

Pel. Posisinya bersifat bebas, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi

Ket adalah frasa nominal, frasa preporsisional, adverbia, atau klausa.

         Berdasarkan maknanya, terdapat bermacam-macam Ket dalam kalimat. Para

ahli membagi keterangan atas Sembilan macam (Hasan Alwi dkk, 1998:366) yaitu

seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.

JENIS KETERANGAN DAN CONTOH PEMAKAIANNYA

No. Jenis keterangan Posisi/penghubung Contoh pemakaian

1. Tempat Di

Ke

Dari

Pada

Di kamar, di kota

Ke Surabaya, ke rumahnya

Dari Manado, dari sawah

Pada permukaan

2. Waktu -

Pada

Dalam

Se-

Sebelum

Sesudah

Selama

Sepanjang

Sekarang, kemarin

Pada pukul 5 hari ini

Dalam 2 hari ini

Sepulang kantor

Sebelum mandi

Sesudah makan

Selama bekerja

Sepanjang perjalanan

3. Alat Dengan Dengan pisau, dengan

mobil

4. Tujuan Supaya/agar Supaya/agar kamu faham

Untuk

Bagi

Demi

Untuk kemerdekaan

Bagi masa depan

Demi orang tuamu

5. Cara Secara

Dengan cara

Dengan jalan

Secara hati-hati

Dengan cara damai

Dengan jalan berunding

6. Kesalingan - Satu sama lain

7. Similatif Seperti

Bagaikan

Laksana

Seperti angin

Bagaikan seorang dewi

Laksana bintang di langit

8. Penyebab Karena

Sebab

Karena perempuan itu

Sebab kegagalannya

9. Penyerta Dengan

Bersama

Beserta

Dengan adiknya

Bersama orang tuanya

Beserta saudaranya

C.   CIRI-CIRI KALIMAT EFEKTIF

Untuk dapat mencapai keefektifan, suatu kalimat harus memenuhi paling tidak enam

syarat berikut, yaitu adanya:

1)      Kesepadanan

Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan)

dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh

kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik.

Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini:

      Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas.

Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu

tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan

menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi untuk, pada, sebagai, tentang,

mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.

Contoh:

a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Salah)

b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Benar)

      Tidak terdapat subjek yang ganda.

Contoh:

a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.

b. Saat itu saya kurang jelas.

Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut :

a. Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.

b. Saat itu bagi saya kurang jelas.

      Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.

Contoh:

a.       Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara

pertama.

b.      Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli sepeda motor

Suzuki.

Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, ubahlah

kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan penghubung

intrakalimat menjadi ungkapan penghubung antarkalimat, sebagai berikut:

a. kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.

Atau

Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.

b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor

Suzuki.

Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda

motor Suzuki.

      Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.

Contoh:

a. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.

b. Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.

Perbaikannya adalah sebagai berikut:

a. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.

b. Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.

2)      Keparalelan

Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan

dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau

bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.

Contoh:

a.       Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.

b.      Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok,

memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.

Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili

predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu

dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu.

Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.

Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak

sama bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan.

Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai berikut:

Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok,

pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata

ruang.

3)      Ketegasan

Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan

pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan.

Kalimat itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai

cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.

      Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).

Contoh:

Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan

kemampuan yang ada pada dirinya.

Penekanannya ialah presiden mengharapkan.

Contoh:

Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.

Penekanannya Harapan presiden.

Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.

      Membuat urutan kata yang bertahap

Contoh:

Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan

kepada anak-anak terlantar.

Seharusnya:

Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan

kepada anak-anak terlantar.

      Melakukan pengulangan kata (repetisi).

Contoh:

Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.

      Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan

Contoh:

Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.

      Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).

Contoh:

Saudaralah yang bertanggung jawab.

4)      Kehematan

Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat

mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan

tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat.

Peghematan di sini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak

diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.

Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.

      Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan

subjek.

Perhatikan contoh:

Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.

Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang.

Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut.

Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.

Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.

      Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian

superordinat pada hiponimi kata.

Perhatikan contoh:

a.       Ia memakai baju warna merah.

b.      Di mana engkau menangkap burung pipit itu?

Kata merah sudah mencakupi kata warna.

Kata pipit sudah mencakupi kata burung.

Kalimat itu dapat diubah menjadi

a. Ia memakai baju merah.

b. Di mana engkau menangkap pipit itu?

      Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman

dalam satu kalimat.

Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.

a.       Dia hanya membawa badannya saja.

b.      Sejak dari pagi dia bermenung.

Kata naik bersinonim dengan ke atas.

Kata turun bersinonim dengan ke bawah.

Kalimat ini dapat diperbaiki menjadi

a.      Dia hanya membawa badannya.

b.      Sejak pagi dia bermenung.

      Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang

berbentuk jamak.

Misalnya:

Bentuk tidak baku : para tamu-tamu, beberapa orang-orang

bentuk baku : para tamu, beberapa orang.

5)      Kecermatan

Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran

ganda.

Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.

a.       Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.

b.      Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.

Kalimat (a) memilikimakna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau

perguran tinggi.

Kalimat (b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah

atau dua puluh lima ribu rupiah.

Perhatikan kalimat berikut.

         Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan

para menteri.

Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu

diceritakan dan menceritakan. Kalimat itu dapat diubah menjadi

Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.

6)      Kepaduan

Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam

kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.

a.       Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang

tidak

simetris.Oleh karena itu, kita hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele.

Misalnya:

Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang

telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar

bertindak keluar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang

adil dan beradab

b.      Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib

dalam

kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.

Contoh:

Surat itu saya sudah baca.

Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.

Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan

verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk

a. Surat itu sudah saya baca.

b. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.

c.       Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau

tentang

antara predikat kata kerja dan objek penderita.

Perhatikan kalimat ini :

a. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.

b. Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.

Seharusnya:

a. Mereka membicarakan kehendak rakyat.

b. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.

7)      Kelogisan

Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh

akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.

D.   SYARAT-SYARAT KALIMAT EFEKTIF

Syarat-syarat kalimat efektif adalah sebagai berikut:

1.    Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.

2.   Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau

pembaca dengan yang dipikirkan pembicara atau penulisnya.

E.   STRUKTUR KALIMAT EFEKTIF

Struktur kalimat efektif haruslah benar. Kalimat itu harus memiliki kesatuan bentuk,

sebab kesatuan bentuk itulah yang menjadikan adanya kesatuan arti. Kalimat yang

strukturnya benar tentu memiliki kesatuan bentuk dan sekaligus kesatuan arti.

Sebaliknya kalimat yang strukturnya rusak atau kacau, tidak menggambarkan

kesatuan apa-apa dan merupakan suatu pernyataan yang salah.

Jadi, kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas. Setiap unsur

yang terdapat di dalamnya (yang pada umumnya terdiri dari kata) harus menempati

posisi yang jelas dalam hubungan satu sama lain. Kata-kata itu harus diurutkan

berdasarkan aturan-aturan yang sudah dibiasakan. Tidak boleh menyimpang, aalagi

bertentangan. Setiap penyimpangan biasanya akan menimbulkan kelainan yang tidak

dapat diterima oleh masyarakat pemakai bahasa itu.

Misalnya, Anda akan menyatakan Saya menulis surat buat papa. Efek yang

ditimbulkannya akan sangat lain, bila dikatakan:

1. Buat Papa menulis surat saya.

2. Surat saya menulis buat Papa.

3. Menuis saya surat buat Papa.

4. Papa saya buat menulis surat.

5. Saya Papa buat menulis surat.

6. Buat Papa surat saya menulis.

Walaupun kata yang digunakan dalam kalimat itu sama, namun terdapat kesalahan.

Kesalahan itu terjadi karena kata-kata tersebut (sebagai unsur kalimat) tidak jelas

fungsinya. Hubungan kata yang satu dengan yang lain tidak jelas. Kata-kata itu juga

tidak diurutkan berdasarkan apa yang sudah ditentukan oleh pemakai bahasa.

Demikinlah biasanya yang terjadi akibat penyimpangan terhadap kebiasaan struktural

pemakaian bahasa pada umumnya. Akibat selanjutnya adalah kekacauan pengertian.

Agar hal ini tidak terjadi, maka si pemakai bahasa selalu berusaha mentaati hokum

yag sudah dibiasakan.

F. Kesalahan dalam Menyusun Kalimat Efektif dan Pembetulannya

1. Pleonastis

Pleonastis atau pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir (berlebihan),

yang sebenarnya tidak perlu. Contoh-contoh kalimat yang mengandung

kesalahan pleonastis antara lain:

o Banyak tombol-tombol yang dapat Anda gunakan.

Kalimat ini seharusnya : Banyak tombol yang dapat Anda gunakan.

o Kita harus saling tolong-menolong.

Kalimat ini seharusnya : Kita harus saling menolong, atau Kita

seharusnya tolong-menolong.

2. Kontaminasi

Contoh kalimat yang mengandung kesalahan kontaminasi dapat kita

lihat pada kalimat berikut ini:

o Fitur terbarunya Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.

Kalimat tersebut akan menjadi lebih efektif apabila akhiran –nya

dihilangkan. Sehingga menjadi : 

o Fitur terbaru Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.

3. Salah pemilihan kata

Contoh kalimat yang mengandung kesalahan pemilihan kata dapat kita

lihat pada kalimat berikut ini:

Saya mengetahui kalau ia kecewa.

Seharusnya: Saya mengetahui bahwa ia kecewa.

4. Salah nalar

a. Contoh kalimat yang mengandung kesalahan nalar dapat kita lihat

pada kalimat berikut ini:

b. Bola gagal masuk gawang.

c. Seharusnya: Bola tidak masuk gawang.

5. Pengaruh bahasa asing atau daerah (interferensi)

Bahasa Asing

Contoh kalimat yang mengandung kesalahan karena terpengaruh

bahasa asing terlihat pada kalimat berikut:

o Saya tinggal di Semarang di mana ibu saya bekerja.

Kalimat ini bisa jadi mendapatkan pengaruh bahasa Inggris, lihat

terjemahan kalimat berikut:

o I live in Semarang where my mother work

Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi:

o Saya tinggal di Semarang tempat ibu saya bekerja.

Bahasa daerah

Contoh kalimat yang mengandung kesalahan karena terpengaruh

bahasa daerah dapat kita lihat pada kalimat berikut:

o Anak-anak sudah pada datang.

Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi:

o Anak-anak sudah datang.

o Contoh lain pengaruh bahasa daerah, khususnya bahasa Jawa, juga

dapat kita lihat pada kalimat berikut. Penulis menemukan contoh ini

dari sebuah rubrik di tabloid anak-anak Yunior.

o Masuknya keluar mana? (Jawa: Mlebune metu endi?)

Kita sebaiknya mengganti kalimat tersebut dengan: Masuknya lewat

mana?

6. Kata depan yang tidak perlu

            Sering kali kita membuat kalimat yang mengandung kata depan yang tidak

perlu seperti pada kalimat berikut:

Contoh :

Di program ini menyediakan berbagai fitur terbaru.

Agar menjadi efektif, sebaiknya kita menghilangkan kata depan di, sehingga

kalimatnya menjadi:

Program ini menyediakan berbagai fitur terbaru.

G. Hal yang Mengakibatkan Suatu Tuturan Menjadi Kurang Efektif

            Ada beberapa hal yang mengakibatkan suatu tuturan menjadi kurang efektif,

antara lain

1. Kurang padunya kesatuan gagasan.

            Setiap tuturan terdiri atas beberapa satuan gramatikal. Agar tuturan itu

memiliki kesatuan gagasan, satuan-satuan gramatikalnya harus lengkap dan

mendukung satu ide pokoknya. Kita bisa melihat pada contoh berikut:

Program aplikasi MS Word dapat Anda gunakan sebagai pengolah kata. Dengan

program ini Anda dapat melakukan berbagai aktivitas perkantoran seperti mengetik

surat atau dokumen. MS Word adalah produk peranti lunak keluaran Microsoft.

            Kalimat-kalimat pada contoh tersebut tidak mempunyai kesatuan gagasan.

Seharusnya setelah diungkapkan gagasan tentang “fungsi MS Word” pada kalimat

pertama, diungkapkan gagasan lain yang saling bertautan.

2. Kurang ekonomis pemakaian kata.

            Ekonomis dalam berbahasa berarti penghematan pemakaian kata dalam

tuturan. Sebaiknya kita menghindari kata yang tidak diperlukan benar dari sudut

maknanya, misalnya:

membicarakan tentang transmigrasi

Seharusnya: membicarakan transmigrasi

sudah pada tempatnya apabila

Seharusnya: sudah selayaknya apabila

Depresi ekonomi bukan hanya dirasakan oleh kaum pribumi lapisan bawah,

tetapi juga dirasakan oleh kelompok elite pribumi.

Seharusnya: Depresi ekonomi dirasakan oleh kaum pribumi lapisan bawah

dan kelompok elite.

Atau: Depresi ekonomi dirasakan kaum pribumi di semua lapisan.

3. Kurang logis susunan gagasannya.

            Tulisan dengan susunan gagasan yang kurang logis dapat kita lihat pada

contoh berikut:

Karena zat putih telurnya itulah maka telur dan dagingnya ayam itu sangat

bermanfaat untuk tubuh kita. Semua makhluk dalam hidupnya memerlukan zat putih

telur, manusia untuk melanjutkan hidupnya perlu akan zat putih telur.

Kita dapat membuat tulisan itu menjadi efektif seperti berikut:

Semua makhluk hidup memerlukan zat putih telur yang berasal dari telur dan daging

ayam. Manusia adalah makhluk hidup. Jadi, manusia memerlukan zat putih telur

yang berasal dari telur dan daging ayam untuk melanjutkan hidupnya. Dapat

dikatakan bahwa telur dan daging ayam sangat bermanfaat bagi tubuh.

4. Pemakaian kata-kata yang kurang sesuai ragam bahasanya.

Pemakaian bahasa tidak baku hendaknya dihindari dalam ragam bahasa keilmuan.

        Penulis menghaturkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Gatot A.S atas

bimbingannya dalam menyelesaikan buku ini.

Pemakaian kata menghaturkan dan bilang tidak tepat untuk ragam bahsa keilmuan,

sehingga kata-kata tersebut sebaiknya diganti dengan mengucapkan dan mengatakan.

5. Konstruksi yang bermakna ganda.

            Suatu kalimat dipandang dari sudut tata bahasanya mungkin tidak salah,

namun kadang-kadang mengandung tafsiran ganda (ambigu) sehingga tergolong

kalimat yang kurang efektif. Kalimat yang memiliki makna ganda dapat kita lihat

pada kalimat-kalimat:

Penyuluh menerangkan cara beternak ayam baru kepada para petani.

Kata baru pada kalimat itu menerangkan kata ayam atau cara beternak? Jika

kata baru menerangkan cara beternak, kalimat itu menjadi lebih baik seperti

kalimat berikut:

Penyuluh menerangkan cara baru beternak ayam kepada para petani.

6. Penyusunan kalimat yang kurang cermat.

            Penyusunan yang kurang cermat dapat mengakibatkan nalar yang terkandung

di dalam kalimat tidak runtut sehingga kalimat menjadi kurang efektif.

Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan ialah untuk mengelola sejumlah

manusia memerlukan keprihatinan serta dedikasi yang tangguh.

Kalimat tersebut dapat diperbaiki seperti berikut:

Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan ialah pengelolaan sejumlah

manusia. Hal ini memerlukan keprihatinan dan dedikasi yang tangguh.

7. Bentuk kata dalam perincian yang tidak sejajar.

            Dalam kalimat yang berisi perincian, satuan-satuan dalam perincian itu akan

lebih efektif jika diungkapkan dalam bentuk sejajar. Jika dalam suatu kalimat

perincian satu diungkapkan dalam bentuk kerja, benda, frasa, maupun kalimat,

perincian lainnya juga diungkapkan dalam bentuk kerja, benda, frasa, maupun

kalimat juga (sejajar).

Contoh kalimat yang perinciannya tidak sejajar:

        Kegiatan penelitian meliputi pengumpulan data, mengklasifikasikan data, dan

menganalisis data.

Seharusnya:

            Kegiatan penelitian meliputi pengumpulan data, pengklasifikasian data, dan

penganalisisan data.

BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

  Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara

secara tepat sehingga pndengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan

mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimasud oleh penulis atau pembicaranya.

  Unsur-unsur dalam kalimat meliputi : subjek (S), prediket (P), objek (O),

pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket).

  Ciri-ciri kalimat efektif yaitu : Kesepadanan, keparalelan, ketegasan, kehematan,

kecermatan, kepaduan, kelogisan.