makalah bahasa indonesia pemakaian tanda baca

45
MAKALAH BAHASA INDONESIA PEMAKAIAN TANDA BACA Disusun Oleh : Nama : Kelas : Semester : NPM :

Upload: muhamad-reza-okaviana

Post on 04-Jul-2015

2.392 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Bahasa Indonesia Pemakaian Tanda Baca

MAKALAH

BAHASA INDONESIA PEMAKAIAN TANDA BACA

Disusun Oleh :

Nama : Kelas : Semester : NPM :

FAKULTAS PENDIDIKAN PANCOR KOPONG BARATINSTITUT PEMANDIAN AIR TERJUN

MASBAGIK LOMBOK TIMUR2009/2010

Page 2: Makalah Bahasa Indonesia Pemakaian Tanda Baca

KATA PENGANTAR

Kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah swt. Yang maha Pengasih

lagi maha penyayang berkat rahamt, hidayah, serta inayah Allah swt penulis dapat

menyelesaikan makalah Bahasa Indonesia yang berjudul pengajaran menulis fiksi

di sekolah dasar

Makalah bahasa Indonesia ini disusun dengna harapan dapat menjadi

pelengkap bagi siswa mahasiswa dan calon guru sekolah dasar dalam

melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang sesuai dengan metode yang terus

dikembangkan oleh pemerintah saat ini.

Penulis mengucapakan terima kasih kepada rektor IKIP Mataram, ketua

jurusan dan dosen bahsa Indonesia Drs. H. Nasaruddin M Ali yang telah penulis

dalam menyusun makalah Bahasa Indoensia ini

Penulis menyadari bahw penyusunan makalah ini masih perlu

penyempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari

berbagai pihak demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini. Akhir kata,

semoga keberadan makalah ini bermanfaat.

Praya, … Juli 2010

http://skripsi-ciwon.weebly.com

ii

Page 3: Makalah Bahasa Indonesia Pemakaian Tanda Baca

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................1

1.1 Latar Belakang .....................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................1

1.3 Tujuan ..................................................................................................1

1.4 Manfaat ................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Bahasa Pembelajaran Menulis fiksi .....................................................2

1.1 Bahan Pembelajaran Menulis Fiksi ...............................................2

1.2 Prinsip-prinsip pembelajaran menulis fiksi ...................................4

1.3 Contoh fiksi anak-anak ..................................................................7

B. Model-model pembelajaran menulis fiksi ............................................10

1.1 Model-model pembelajaran menulis puisi ...................................11

1.2 Model-model pembelajaran menulis cerpen ................................17

1.3 Model-model pembelajaran menulis drama..................................21

BAB III PENUTUP ........................................................................................25

3.1 Kesimpulan ..........................................................................................25

3.2 Saran .....................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................26

iii

Page 4: Makalah Bahasa Indonesia Pemakaian Tanda Baca

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menulis fiksi pada hakekatnya menulis kreatif, yaitu menulis dengan

maksud untuk mengungkapkan perasaan atau emosi, misalnya menulis puisi,

cerpen dan drama.

Pembelajaran menulis fiksi perlu mendapatkan perhatian dari para

guru SD karena mempunyai peran penting dalam mebantu siswa

mengembangkan daya khayal dan kecerdasaran emosionalnya. Perkembangan

kecerdasaran intelektual harus di barengi dengan perkembangan kecerdasan

emosionalnya agar kelak mereka tidak hanya menjadi manusia yang cerdas

otaknya saja melainkan juga menjadi manusia yang arip bijaksana.

1.2 Rumusan Masalah

A. Apa sajakah bahan pembelajaran menulis fiksi?

B. Bagaimankah prinsip-prinsip pembelajaran menulis fiksi

C. Sebutkan contoh fiksi anak-anak?

D. Apa sajakah model-model pembelajaran menulis puisi, cerpen dan drama?

1.3 Tujuan

Setelah mempelajari makalah ini, di harapkan dapat :

1. Memilih bahan pembelajaran menulis fiksi yang meliputi puisi, cerpen dan

drama

2. Membuat model-model pembelajaran menuolis puisi, cerpen dan drama

1.4 Manfaat

Setelah mempelajarai makalah ini pembaca akan mengetahui apa itu

menulis fiksi dan apa saja macam-macam tulisan fiksi itu.

1

Page 5: Makalah Bahasa Indonesia Pemakaian Tanda Baca

BAB II

A. BAHAN PEMBELAJARAN MENULIS FIKSI

Menulis fiksi pada hakikantya menulis kreatif, yaitu menulis dengan

maksud untuk mengungkapkan perasaan atau emosi, misalnya menulis pusi,

cerpen, dan drama. Dengan dilaksanakannya pembelajaran menulis fiksi di

kelas 3 – 6 SD diharapkan siswa mampu mengungkapkan daya emosionla

yang sesuai dengan lingkungan budaya tempat mereka hidup.

Sesuai dengan tujuan dan pembelajaran yang tercantum dalam GBPP

Bahasa Indonesia SD dari kurikulum Pendidikan Dasar tahun 1994, menulis

kreatif yang akan dibahas dalam kegiatan belajar ini terbatas pada menulis

puisi, cerpen, dan drama untuk kelas 3 – 6 SD. Pembahasanannya pun akan

dibatasi pada bagiaman cara mengembnagkan bahan dan prinsip-prinsip yang

melandasi pembelajarannya.

1.1 Bahan Pembelajaran Menulis Fiksi

Banyak ragam puisi, cerpen dan drama yang kita kenal. Tetapi puisi,

sastra yang sederhana, yang dapat dijadikan sebagai wadah pengungkapan

perasaan atau emosi siswa SD yang bisa disebut puisi, cerpen, dan drama

anak-anak. Dinamakan puisi cerpen dan drama anak-anak, karena bentuk-

bentuk tulisan itu memiliki ciri-ciri khusus, yaitu bentuknya sederhana,

kalimat-kalimatnya lugas dan pendek-pendek, isinya tidak berbelit-belit

dan mudah ditangkap. Drama yang ditulis anak-anak berupa dialog

sederhana sesuai dengan apa yang merka lakukan dalam kesehariannya.

Bahan pembelajraan menulis fiksi untuk kelas 3 – 6 SD diperoleh

dengan cara mengkaji GBPP itu sebagai berikut.

1. Menginventarisasikan tujuan umum yang sesuai untuk pembelajran

menulis fiksi dari program pengajaran setiap kelas.

2. Memilih pembelajaran yang sesuai dengan tujuan umum itu dari setiap

caturwulan ;

2

Page 6: Makalah Bahasa Indonesia Pemakaian Tanda Baca

3. Menentukan bahan pembelajaran yang akan dikembangkan dari

pembelajaran tersebut di atas

Hasil pengkajian yang diperoleh dituangkan ke dalam bentuktabel

sehingga mempermudah anda ketika membuat rencana pengajaran yang akan

anda laksanakan. Model pengembangan bahan pembelajaran menulis fiksi

berikut ini kiranya dapat anda gunkana sebagai acuan pada waktu anda

mengembangkan bahan pembelajaran menulis fiksi untuk kelas tertentu.

Kls Tujuan PembelajaranBahan

Pembelajaran menulis

1 2 3 43

4

5

6

Siswa mampu menulis cerita berdasarkan pengalaman sehari-hari

Siswa mampu membuat karangan / cerita berdsarkan pengalaman atau informasi dari bacaan

Siswa mampu menulis karangan secara runtut

Siswa mampu menyusun karangan dalam berbagai bentuk

1. Menjawab atau membuat teka-teki

2. Bermain peran 3. Melengkapi cerita dengan

urutan yang logis dan bermakna

1. Melengkapi cerita2. Menggunakan gambar seri

untuk menuliskan cerita

1. Mengurutkan gambar seri yang diacak dan membuat ceritanya

2. Menuliskan pengalaman dalam bentuk puisi kemudian membacakannya

3. Menulis cerita 4. Menulis untuk majalah

dinding 5. Membuat pantun dengan

isi yang menyangkut kehidupan anak

6. Menyusun cerita bersama-sama

1. Melengkapi bagian awal, tengah atau akhir cerita

2. Mementaskan naskah drama

Pantun

Drama Cerpen/drama

Cerpen/dramaCerpen/drama

Cerpen/drama

Puisi

Cerpen/dramaPuisi/cerpen/drama Pantun

Cerpen/drama

Cerpen

Drama

3

Page 7: Makalah Bahasa Indonesia Pemakaian Tanda Baca

Masih banyak lgi pembelajaran dan bahan pembelajaran menulis fiksi

yang dpat Anda kembangkan sendiri. Hal itu dimungkinkan sebab

pembelajaran aspek penggunaan dan pemahaman bahsa secara terpadu

dapat dimulai dari mana saja, baik secara ekspresif maupun secara reseptif.

Dengan demikian maka alur pembelajarannya mempunyai banyak variasil,

misalnya :

1. Mendengarkan menulis berdiskusi

2. Mendengarkan bercakap-cakap menulis

3. Bercakap menulis membaca

4. Membaca berdiskusi memerankan

5. Menulis melaporkan membahas

Masih banyak lagi variasi yang dapat ada buat sendiri

Dengan memperhatikan alur di atas, pembelajaran menulis fiksi

dapat diawali dengan mendegarkan cerita yang dibacakan guru, membaca

cerita, bercakap-cakap, dan sebagainya. Dapat pula pembelajaran menulis

fiksi diteruskan dengan mendengarkan pembacaan hasil karangan siswa,

membicarakan atau menganalisis isi atau bahasanya, dan sebagainya.

1.2 Prinsip-prinsip Pembelajaran Menulis Fiksi

Prinsip-prinsip pembelajaran menulis fiksi harus diketahui guru

agar dalam mengelola pembelajranya dapat berlangsung dengan baik

sehingga siswa dapat belajar dengan penuh makna. Kebermaknaan belajar

menulis fiksi bagi siswa merupakan modal dasar untuk

menumbuhkembangkan sikap positifnya terhadap bahasa Indonesia

sebagai bahsa nasional. Sikap seperti itu akan menubuhkan rasa bangga

pada diri siswa terhadap bahsa persatuan dan kesatuan kita

Prinsip-prinsip pembelajaran menulis fiksi antara lain sebagai berikut

1. Tujuan

Pembelajaran menulis fiksi harus memiliki tujuan yang jelas.

Kejelasan tujuan memungkinkan terciptanya suasana belajar yang

menyengankan sehingga siswa dapat belajar secara otpimal dan terarah

4

Page 8: Makalah Bahasa Indonesia Pemakaian Tanda Baca

Contoh :

Pak Yoto, guru kelas 4 SD Tanjung 3 akan melaksanakan

pembelajaran menulis cerpen di kelasnya. Salah satu tujuan khusus

pembelajran yang telah dirumuskannya seperti berikut : Setelah membaca

cerpen, siswa kelas 4 SD dapat mengembngkan cerpen itu sesuai dengan

rambu-rambu yang ditentukan oleh guru. Sebelum kegiatan dimulai, Pak

Yoto memberitahukan bahwa pada jama pelajaran Bahasa Indonesia hari

itussiswa akan diminta melengkapi atau mengembangkan sebuah cerpen

yang tertulis di papan tulis. Setelah membaca, siswa diminta melanjutkan

cerpen itu secara tertulis berdasarkan rambu-rambu yang telah ditulis Pak

Guru di bagian bawah cerpen itu.

Dari cotoh di atas tampak bahwa seblum pembelajaran dimulai,

guru terlebih dahulu menginformasikan kepada siswa tujuan yang ingin

dicapai dari pembelajran itu dan bagiamana cara mencapainya

2. Pemilihan Bahasa

Bahsa pembelajaran menulis fiksi yang dipilih dan dikembangkan

harus sesuai dengan karakteristik siswa. Adanya kesesuaian antara bahan

pembelajaran menulis fiksi dengan karakteristik siswa, yang berkaitan

dengan perkembangan jiwa dan kemampuan bahasanya seperti lingkungan

hidupnya, merupakan kriteria yang harus digunakan sebagai pertimbangan

guru pada waktu memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran

menulis fiksi. Dengan bahan yang sesuai siswa akan merasa senang belajar

shingga mereka dapat memperoleh hasil belajar yang optimal. Tidak dapat

dimungkiri bahwa anak berusia 6-9 tahu n(kelas 1-3 SD) sangat menykai

cerita-cerita sederhana dari kehidupan sehari-hari, terutama yang lucu-lucu

dan dongeng binatang anak beusia 9-12 tahun (kelas 4-6 SD) lebih

menyukai cerita-cerita yang menggambarkan pahit manisnya hidup

kekeluargaan yang dilukiskan secara lebih realistis, cerita-cerita fantasi

(science fiction) dan cerita-cerita petualangan.

5

Page 9: Makalah Bahasa Indonesia Pemakaian Tanda Baca

Selain memenuhi syarat kesesuaian dengan perkembangan jiwa,

pemilihan dan pengembangan bahan pembelajaran menulis fiksi juga

harus disesuaikan dengan kemampuan berbahsa anak. Kemampuan siswa

SD dalam menggunakan bahsa sebagai sarana untuk mengungkapkan

perasaannya masih terbatas. Penggunaan kata-kata yang telah mereka

kenal dari lingkup hidupnya sehari-hari dan susunan kalimat yang mereka

buat pendek-pendek.

Agar pembelajaran menulis fiksi dapat dilaksanakan secara terpadu

dengan pembelajaran keterampilan berbahsa dan aspek-aspek kebahsaan

lainnya, guru harus dapat memilih tema yang tepat sebagai alat

pengaitnya. Dengan tema yang tepat alur pembelajarannya akan

berlangsung dengan lancar. Perpindahan dari sekuen kegiatan yang satu ke

sekuen kegiatan berikutnya tidak akan tersendat-sendat.

3. Penilaian

Penilaian dalam pembelajaran menulis fiksi bertujuan untuk

memotivasi,bukan untuk menghakimi siswa. Penilaian terhadap karangna

siswa sebaiknya berupa komentar untuk kekurangna dan pujian untuk

kelebihan yang terdapat dalam karangan itu yang ditulis guru pada kertas

pekerjaan siswa. Karangan yang sudah diperiksa, diberi komentar atau

pujian dipasang di papan pajangan kelas. Siswa akan merasa bangga

sebab di samping mendapat pujian, teman-teman lainnya ikut membaca

karangannya. Sedangkan pengarang yang mendapat komentar terpacu

semangatnya untuk memperbaiki diri sebab ia malu bial pada kesempatan

berikutnya masih membuat kesalahan-kesalahan dalam karangannya.

Persaingan dalam belajar yang sportif dan positif, dengan demikian, akan

selalu terjadi antar siswa dalam kelas. Iklim belajar seperti inilah yang

mampu membuat kelas menjadi hidup.

Anda dapat membayangkan, apa yang mungkin terjadi jika setiap

kesalah yang terdapat dalam karangan siswa dicoret-coret tanpa komentar.

Apapun dang langsung diberi nilai dengna angka. Tentu siswa tidak

pernah tahu akan kekurangan atau kesalah dan kelebihannya. Akibatnya ia

6

Page 10: Makalah Bahasa Indonesia Pemakaian Tanda Baca

menganggap belajr menulis fiksi itu hanyalah sekeder tugas yang

dibebankan oleh guru pada dirinya. Bagi siswa seperti ini, mengarang atau

menulis merupakan pelajaran yang sangat membosankan

1.3 Contoh Fiksi Anak-anak

Agar pembelajaran menulis fiski menantang kreativitas siswa, guru

perlu memiliki gambar yang jelas tentang apa dan bagiaman wujud pusi,

cerpen, dan drama yang sekiranya sesuai untuk siswa SD.

Cermatilah contoh-contoh berikut ini!

1. Puisi

a. Pantun

Elok rupanya kumbang janti,

Dibawa itik pulang petang

Tidak berkata besar hati,

Melihat ibu sudah datang

Rawamangun jalan berliku,

Penuh onak makanan badak

Gelak tersenym rupa kakekku,

Melihat nenek duduk berbedak

Buah semangka buah duku

Buah belimbing manis rasanya

Binatang apa, wahai, temanku

Siang tidur, malam berkelana?

Gedang gendut

Tali kecapi.

Kenyang perut

Senanglah hati.

7

Page 11: Makalah Bahasa Indonesia Pemakaian Tanda Baca

b. Puisi bebas

GIRILANGAN

Kulangkahakan kaki ini

Menyusuri jalan yang sepi

Menuju girilangan yang indah

Kau tampak asri dengan pohon-pohon

Bukit yang indah

Penuh dengna tubuhan yang subur

Membaut aku tambah cinta akan alam

Dan menyukuri keagungan tuhan

Oleh : R. Nyrtutiji /wubdy Jybtiri

SD Jkinoij, Banjarnegara

(Si Kuncung, Nomor 20, tahun 1986)

2. Cerpen

SEPATU BOLA

Aku senang seklai main bola. Tapi aku belum punya sepatu bola.

Aku takut minta kepada Ayah. Aku tak ingin merepotkannya.

Pada suatu hari pak guru menyuruh murid-murid menggambar.

Gambarnya boleh bebas. Aku menggambar sepatu bola. Di bawahnya

kutulis “Aku ingin sepatu bola”

Setelah dinilaigambar itu, aku pulang. Besoknya, ketika aku pulang

sekolah, di kamrku tampak sepasang sepatu bola. “Ah, punya siapa ini?

Tanyaku dalam hati. Tiba-tiba ayah muncul di pintu sambilberkata, “Kau

mengingikannya bukan?” Oh, kiranya ayah membaca gambarku kemarin

malam.

Terima kasih ayah”. Ayah tersenym. Aku sangat gembira.

8

Page 12: Makalah Bahasa Indonesia Pemakaian Tanda Baca

PERISTIWA

pada hari minggu saya bagun lebih pagi dari biasanya. ibu

menyuruh saya mengantarkan barang dagangannya ke warung-warung.

setelah mengantarkan dagangan ke warung Bu Saleh, saya hendak

kewarung Bu Rakhamad. Ketika hampir sampai di warung Bu Rakhmat,

saya meliaht seorang pengendara sepeda motor menabrak seorang anak.

Pengendara sepeda motor itu tidak berhenti, sedangkan anak yang

tertabrak tergeletak di jalan. Tanpa berpkir lagi saya segera meletakan

dagangan dan berlari ke arah anak yang tergeletak itu.

Anak itu ternayta pingsan. Saya menjadi bingung. Untung ada

sebuah mobil lewat. Saya segera menghentikannya. Saya ceritakan apa

yang telah terjadi. Pemilik mobil itu berbaik hati. Anak itu segera dilarikan

kerumah sakit. Saya pun diajaknya serta. Sepulang dari rumah sakit, hari

sudah sore. Saya diantar mengambil barang dagangan dan segera pulang.

Semula ibu marah karena dagangan yang saya jajakan tidak habis

terjual, padahal sore hari saya baru pulang. Tetapi akhirnya kemarahan ibu

reda setelah saya menceritakan apa yang terjadi. Meskipun badan agak

lelah, saya tetap membantu ibu membereskan pekerjaannya.

(Bahasa Indonesia 4 a Hlm. 13-14)

3. Drama

CUCI TANGAN DULU

Sinta, siswa kelas 3 SD, pulang dari sekolah. Andi, adiknya, siswa kelas 1

SD, sudah pulang duluan

SINTA : “ Assalamu’alaikum!”

IBU : “Wa’alaikum Salam”

SINTA : “Andi sudah pulang, Bu?”

IBU : “Sudah”

9

Page 13: Makalah Bahasa Indonesia Pemakaian Tanda Baca

SINTA : (Berjalan meninggalkan ibunya, mencari adiknya di ruang

makan). “Hai, belum ganti pakaian sudah mau makan. Ganti

baju dan cuci tangan dulu, baru makan!”

ANDI : “Laper, Kak”.

SINTA : “Sama. Tapi, ayo ganti baju. Nati kotor. Besok mau dipakai

lagi, kan”

ANDI : “Ya, deh. Tapi sama-sama, ayo” (lari kebelakang)

SINTA : “Ayo!” (lari mengikuti Andi)

MENYAPU HALAMAN

Suatu soer yang cerah. Budiman sedang asyik menyampu halaman

depan rumahnya. Anton dan yusuf, temannya, datang

ANTON : “Wah, rajin benar teman kita yang satu ini. Berhenti

sebentar, Budi!”

YUSUF : (Menimpali) “Nanti kalau terlalu bersih, besok tidak ada

yang disampu lagi”

BUDIMAN : “Wah, jangan menyindir. Siapa lagi kalau bukan kita sendiri

yang menjaga kebersihan? Bersih itu kan pangkal sehat”

ANTON : “Itu benar sekali. Tapi kan ada pembantu”.

YUSUF : (Menimpali) “kalau tinggal suruh dia, bud”

BUDIMAN : “Kita jangan selalu menggantungkan diri kepada pembantu.

Kurang baik”

ANTON dan YUSUF : (menganggut-manggut)

B. Model-model Pembelajaran Menulis Fiksi

Sesuai dengan karakteristik siswa , pembelajaran menulis fiksi di kelas 3-6 SD

masih mengikuti pola permainan. Para ahli, seprti Padgett, Georgia, Norton,

Huck, dan Fairtax, Mengemukakan plla permainan dalam modle pembelajaran

yang dicotohkannya. Serpti djoko Damono pun berpendpat bahwa menulis

(mengarang) adalah bermain-main. Mereka tampkanya bersepakat bahwa

menulis fiksi selayaknya menjadi bagian yang menyengangkan bagi anak-

10

Page 14: Makalah Bahasa Indonesia Pemakaian Tanda Baca

anak. Pembelajaran menulis fiksi, seperti yang dicatumkan dalam GBPP

Bahasa Indonesia SD, mencakup penulisan puisi, cerpen dan drama. paparan

tentang model-model pembelajran yang akan dilakukan berikuti ni pun akan

dikaitkan dengan pembelajran ketiga jenis menulsi itu. Ada diharapkan dapat

menentukan sendiri model yang sekiranya sesuai diterakan di kelas.

1.1 Model-model Pembelajaran Menulis Puisi

Model-model pembelajran menulis puisi yang disajikan ini

merupkan cara-cara pembelajaran yang dapat diterapkan dalam mengajak

para siswa mulai menulis puisi.

a. Menjadi Juru Hipnotis

Padgett mulai memikat peran siswanya dnegna cara bercerita

tentang juru hipnotis sambil memerangakan beberapa jurusan hipnotis.

Melalui contoh yang sederhana, ia mencoba menjelaskan bahwa seitap

orang dapat menjadi juru hipnotis. Alat yang paling efektif untuk

menghipnotis atau menguasi orang lain adalah kata. Ia mengatakan,

“apakabila kalian dapat memilih kata yang tepat dan menyusun kalimat

yang kena, kalian pun akan berhasil menguasi ornag lain”. Selanjutnya

ia mengatkana bahwa kta yang tepat tidak berarti yang sudah didapat

dan kalimat yang kena tidak sama dengan yang berbelit-belit.

Setelah melalui proeses yang hangat, yaitu beberapa orang

siswa bercerita tentang pengalamannya menonton pertujukan hipnotis,

akhirnya Padgett meninta supaya para siswa tenang. Ia akan

menjelaskan sesuatu. Dengan sederhana dikatakannya bahwa

menghipnotis orang itu boelh dikatakan sama dengan menulis puisi.

“asal kalian berusha menyusun kata-kata yang tepat dan kaliamt yang

kena, kalian pun akan dapat menghasilkan pusi yang memikat

pembaca. Pungut beberapa kata yang bertebaran di sekeliling kita,

susun dalam kalimat-kaliamt yang kena, jadikan sajak!” katanya.

Kemudian ia meminta tiap siswa menulis sajak dalam waktu lima belas

menit.

11

Page 15: Makalah Bahasa Indonesia Pemakaian Tanda Baca

Dengan cara itu ternyata padgett berhasil mengajak para siswa

menulis puisi. Setelah itu puisi-puisi cptaan siswa dibacakannya. Ia

menujukkan perhatinnya kepada setiap sajak yang dibaca.

Dari ilustrasi di atas tampak bahwa pembelajaran menulis puisi

berlangsung dengan santai, seperti sedang bermain-main. Sapardi

Djoko Damono, seperti para ahli yang pendapatnya dikutip di atas,

berpendapatbahwa bagian anak-anak, mengarang adalah bermain-main

dan menulis puisi adalah kegiatan karang-mengarang yangsangat

sederhana dan praktis. Mengarang juga termasuk permainan yang

murah dan praktis. Mengarang dapat berlangsugn hanya dengna

secaarik kertas dan pena. Oleh karena itu, kata sapardi Djoko Damono,

“ Sekolah yang miskin pun akan mampu menyelenggarakannya”.

(Sumardi, dkk., 1992).

b. Menulis Bersama

Menulis bersama dilaksanakan sebagai berikut.

a. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari

dua orang.

b. Siswa pertama menulsikan judul dan baris pertama puisi.

Jumlah kata dalam setiap baris ditentukan terelbih dulu.

c. Kertas kerja siswa pertama diberikan kepada temannya.

d. Temannya membaca judul dan baris pertama puisi tadi, kemudian

menulis baris kedua dengan jumlah kata yang sama, yang berhubungan

dengan baris pertama itu.

e. Kertas diserahkan kembali kepada siswa pertama. Ia menulis baris

ketiga, lalau menyerahkannya kembali kepada temannya itu. Bagitu

seterusnya sampai sejumlah baris yang diinginkan selesai ditulis

f. Bacakan puisi di depan klas oleh salah seorang siswa dari

kelompoknya.

Bagitulah menulis bersama itu berlangsung. Model pembelajaran seperti

ini disebut juga “model pesta kata”. Penerapan model ini perlu ditunjang

12

Page 16: Makalah Bahasa Indonesia Pemakaian Tanda Baca

dengan suasana santai dan menyenangkan. Perlu diingat, sebelum siswa

mulai menulis, perlu dinformasikan lebih dulu aturan-aturan yang harus

diikuti.

c. Menulis Keinginan atau Harapan

Model penulisan puisi ini sangat mudah dilaksanakn sebab setiap

siswa pasti memiliki keinginan atau harapan dalam hidupnya. Guru

mengarahklan agar keinginan atau harapan siswa itu diungkapkan ke

dalam puisi. Jika sudah selesai, siswa diminta untuk membcakannya di

depan kelas. Berikan pujian untuk karya mereka. Pembicaraan dilakukan

dengna hati-hati agar gairah menulis siswa tidak padam

d. Menulis Hal Aneh

Kegiatan pembelajaran modle ini mirip dengan model menuliskan

keiginan atau harapan. bedanya, di dalam menuliskan hal aneh yang

dibayangkan siswa adalah segala sesuatu yang aneh. dalam hal ini

imajinasi siswa diperlukan. Guru perlu membantu mengembangkan

imajinasi sswa misalnya sebagai berikut.

Anak-anak bagiaman kalau tipi ini (memperlihatkan sebuha topi)

tiba-tiba menjadi besar dan dapat trbag? Nah, tulisakan yang kamu

bayangkan itu dalam bentuk puisi. Kamu boelh saja membayangkan benda

lain, bukan hanya topi saja. Benda itu tidak hanya dapt membesar, tetapi

juga dapat berubah menjadi apa saja sesuai dengan keinginanmu.

Jika sudah selesai, bicarakan puisi mereka. Jangan lupa memberi

pujian untuk karya mereka.

e. Menyusun nama sendiri

Merangsang menulis puisi dengancara ini akan mudah dan menyenangkan

bagi siswa. Hal ini terjadi karena sumber tulsian sudah sangat mereka

kenal, misalnya tentang diri sendiri, lingkungan atau keinginan mereka.

Semua itu ditulis dengan menghadirkan nama siswa.

Ikutilah penjelasna guru berikut ini.

“anak-anak, kamu semua mempunyai nama, bukan? Dari namamu itu

dapat ditulis sebuah puisi. Caranya susun kebawah huruf-hurf namamu.

13

Page 17: Makalah Bahasa Indonesia Pemakaian Tanda Baca

Setiap huruf jaikan kata, kemudian ikuti dengna kata lain. Tentukan judul

yang sesuai. Perhatikan contohnya.

Guru menampilkan contoh berikut

Aku Ingin Berjasa

Aku anak desa

Namaku singkat sederhana

Ingin aku kelak dapat berjasa kepada negara

Seperti itulah puisi nama, anak-anak, kata pak guru. Siapa nama anak yang

terdapat dalam pusi itu?

Ani, jawab seroang siswa

Ya benar, kata guru, “sekarang coba kamu baut pusisi seperti yang sudah

Bapak contohkan

Bagitulah pembelajran menulis puisi nama itu berlangsung

f. Menyusun Puisi Abjad

Puisi abjad serupa dengan puisi nama. Abjad disusun ke bawah

mulai dari A samap Z. tiap huruf merupakan awal baris atau larik puisi.

tentu saja huruf yang diperlukan tidak harus samapi Z. hal itu bergantung

kepada panjang pendeknya puisi yang disusun.

Contoh :

Aku Ining Jam

Aku ingin jam

Belikan aku sebuah jam

Cantik melinkar di tangaku

Dengan itu aku mengenal waktu

g. Mengamati Gambar

Model ini menggunaka nmedia gambar. Isi gambar dapat berupa

apa saja : pemandangan, kegiatan (berkembah, bermain, bekerja, dan

14

Page 18: Makalah Bahasa Indonesia Pemakaian Tanda Baca

sebagainya), binatang, tumbuh-tumbuhan, dan lain-lain. Cara

pembelajarannya sebagai berikut.

Guru memperliahtkan gambar keapda siswa. Ajukan pertanyaan

pertanyaan tentang gambar itu. Jawaban siswa akan beragam. Jangan

disalahkan. Jika telalu jauh melencengnya, tanyakan kepada mereka

tentang bagian gambar yang lebih menujukkan ciri kahsnya. Sesudah itu

ajaklah mereka menulis puisi.

Guru : “setelah meliaht dan memperhatikan gambar tadi, mungkin

kalian ingat akan sesuatu. Yang kalian ingat itu mungkin sesuatu yang

kalian alami di masa lalu, mungkin baru akan kalian lakukan atau mungkin

hanya kalian banyangkan. Nah, tuliskan itu kedalam bentuk puisi”

h. Membayangkan peristiwa

Hampir sama dengan model mengamati gambar, pada model

membayangkan peristiwa ini tiak igunakan gambar sebagai perangsang.

Model ini bentuk-bentuk menuntut keahlian guru dalam meberikan

gambaran objek untuk merangsang imajinasi siswa. Kegiatannya dapat

berlangsung sebagai berikut.

Guru : “ anak-anak, pada waktu ibu mengajar di … (sebut nama tempat),

pada suatu hari Ibu bersepeda pergi kesekolah.jarak dari rumah ke

sekolah kira-kira enam kilometer. Sekarang tutup matamu! Lihat

apa yang terjadi pada waktu itu”

(sekitar lima menit siswa dibiarkan menutup matanya. Setelah itu

guru meminta kepada para siswa untuk membuka kembali

matanya)

“apa yang kamu liaht?

Siswa 1 : Ibu ngebut, takut terlambat

Siswa 2 : ibu berkeringat karena hari amat panas

Siswa 3 : ibu tejtuh. Pakaiannya kotor kena lupur karena habis hujan

Guru : Bagus! Sekarang tulisahah segala yang kamu lihat itu ke dalam

bentuk puisi!

15

Page 19: Makalah Bahasa Indonesia Pemakaian Tanda Baca

i. Memperkenalkan pengalaman baru

Memperkenalkan pengalaman baru dapat dialkukan, misalnya, dengan

mengajak siswa kekebun binatang. Di kebun binatang siswa diajak

mengamati binatang tertentu dengan segala perilakunya. Setelah itu

mereka diajak menuliskan hasil temuannya itu kedalam bentuk puisi.

mungkin tercipta puisi berikut

Gajah (1)

Gajah badanmu besar

Kulitmu kasar

Kupingmu lebar

Gajah jalanmu pelan

Beratkah kamu

Bawa belalai yang panjang itu?

Gajah (2)

Gajah,

Kamu pandai

Menangkap kacang dengan belalai

Gajah,

Kamu pandai

Mencuci rumput dengan belalai

Gajah,

Belalai panjang untuk apa?

Ternyata belalai sebagai tangan

j. Memperkenalkan puisi anak lain

Mengajak siswa mulai menulis puisi dapat dilakukan dengan cara mereka

pusi yang ditulis anak lain. Atau puisi itu ditulis di papan tulis. Siswa

diminta untuk membaca pusi itu tanpa bersuara (membaca dalam hati).

Kemudian, seorang atau dua orang siswa diminta untuk membaca puisi itu

dengan suara nyaring

16

Page 20: Makalah Bahasa Indonesia Pemakaian Tanda Baca

Puisi yang dibaca siswa adalah sebagai beritkut

Cahaya Matahari

Kuning bersinar cemerlang

Perlahan menerpa lantai

Melewati sepenuh jendela

Terlukis bayang-bayang

Berbentuk aneh

Dikarpet dapur

Kira-kira dialog atnara guru dan siswa yang terjadi adalah sebagai berikut

Guru : Anak-anak puisi yang telah kaubaca itu ditulis oleh seorang anak

seusiamu, apa judlnya?

Siswa : Cahya matahari

Guru : betul. Temanmu menulis puisi itu setelah ia melihat cahay

matahari di dapur rumahnya yang berkarpet. Ia melihat bayang-

bayang itu berbentukj aneh. Kmu pun pernah melihat cahay

matahari bukan?

Guru : bagus. Sekarang tuliskanlah kedalam bentuk puisi Judulnya boleh

sama dengan puisi yang telah kaubaca tadi, boleh tidak.”

Setelah selesai menulis, siswa diminta membaca puisinya secar bergantian.

Sesekali guru mengomentari puisi itu.

1.2 Model-model pembelajaran menulis cerpen

Seperti halnya dengan modle pembelajaran menulis puisi, model

pembelajaran menulis cerpen pun hanya merupakan alternatif-alternatif yang

dapt diterapkan untuk membawa para siswa mulai menulis cerpen. Model-

model yang dimaksudkan adalah sebagai berikut

1. Menceritakan gambar

Model ini hampir sama dengan model mengamati gambar pada

pembelajaran menulis puisi. tetapi disini gambar tidak hanya satu,

melainkan beberapa yang menujukkan urutan kronologis atu gambart seri.

Misalnya, guru memperliahtkan empat gambar yang melukiskan

17

Page 21: Makalah Bahasa Indonesia Pemakaian Tanda Baca

perjalanan syuran dari kebun dampai ke meja makan. Siwa diminta

mengamati gambar tersebut dengan teliti. Kmeudian, mereka diminta

untuk menuliskannya ke dalam bentuk cerita yang pendek.

Berikut ini dialogn yang kira-kira dapat terjadi antara guru dengan

siswa

Guru : anak-anak dari keempat gambar ini akan kita susun cerita supaya

ceritanya hidup, perlu kamu beri pelku. Dalam gambar itu ada pak

tanimk bukan?

Siswa : Ya, Pak

Guru : Pak tani boleh kau beri nama siap saja. Kamu juga beoleh memberi

nama kapung tempat pak tani itu hidup

Menceritakan gambar dengan cara itu dilakukan di kelas empat ke

atas. Jika diterapkan di kelas tiga cukup dengan cara sebagai berikut.

Siswa dimitna memperhatikan gambar itu dengan cermat.

Kemudian mereka diminta untuk membaut dua kaliamt yang tepat untuk

seitap gambar

2. Melanjutkan cerita lain

Model ini didahului dengan kegiatan membaca atau mendegarkan cerita

yang diplih guru, misalnya ceita berikut ini

Murti Anak Rajin

Murit baru berumur sebelas tahun. Ia kelas empat SD Tanjung 3 Ia

sudah terampil membantu ibunya bekerja di dapur.

Setiap hari murti bangun pukul lima pagi. Ia tahu bentul apa yang

harus dikerjakannya sesudah bagun pagi. Membuka jendela dan menyapu

lantai rumah serta halaman adalah pekerjaan yang bisa dilakukannya setiap

pagi.

Selesai mandi dan berdandan, murti makan pagi. Menjelang

berangkat sekolah, ia berpamitan dulu kepada ayah bundanya. Murti amat

18

Page 22: Makalah Bahasa Indonesia Pemakaian Tanda Baca

hormat kepada kedua orang tuanya itu. Ayah bundanya sangat sayang

kepada murti.

Pembelajarannya adalah sebagai berikut.

Siswa diminta melajutkan cerita di atas, misalnya dengan rambu-

rambu seperti berikut.

Lanjutan cerita “murti anak rajin” itu. Sebagai anak yang rajin,

ceritakan keadaannya di sekolah :

- Kepatuhannya terhadap tata tertib sekolah

- Sikapnya yang suka menolong teman yang sedang mengalami

kesulitan

- Murah senym dan pandai bergaul

- Guru dan teman sekelasnya amat sayang keapdanya

3. Menceritakan mimpi

Model menulis cerpen dengan cara menceritakan mimpi ini

diasusmiskkan akan mudah dikerjakan siswa sebab semua anak pasti

pernah mimpi. Guru perlu memberikan gambaran bahwa cerita mimpi itu

dapat ditambah atau dikurangi suapay jelas alur ceritanya. Biarkan siswa

menyusun cerita sesuai dengan keingiannya

4. Menceriakan Pengalaman

Pengalaman yang dicaritakan dapat beupa pengalaman sehari-hari

atau pegalaman yang mereka laami pada waktu liburan sekolah,

darmawisata, bermain dan sebagainya. Panduan yang diberikan guru

adalah sebagai berikut.

“anak-anak, coba kamu ceritakan tentang perjalananmu dari rumah

sampai kesekolah atau sebaliknya dari sekolah sampai kerumah. Dalam

ceritamu itu termuat juga baiman kamu bertingkah laku selam perjalanamu

itu. Mungkin kamu kesal karena temanmu telambat menjemput, mungkin

kamu kesal karena temanumu terlambat menjemput, mungkin kamu

membaca buku selam dalam perjalanan, mungkin kamu bercakap-cakap

dengan temanmu. Jika kamu pulnag dari sekolah, kamu berjalan kaki

19

Page 23: Makalah Bahasa Indonesia Pemakaian Tanda Baca

mungkin kamu berhenti bercakap-cakap dengan temanmu. Jika kamu

pulang dari sekolah, kamu berjalan kaki, mungkin kamu berhenti dalam

perjalanan untuk bermain-main sebenatar, dan sebagainya. Dalam

ceritamu dapat kamu lukiskan tentang kesedihan, kesenagnan, kelucuan

yang kamu alami

5. Menceritakan cita-cita

Cita-cita merupakan hal yang diakrabi siswa. Setiap anak tentu

mempunyai jawaban jika orang dewasa menanayakan tentang cita-citanya.

Namun tanpa bimbingan guru, penulisan cerpen yang bersumber cita-cita

ini tidak akan lancar. Mungkin siswa hanya akan menuliskan beberapa

barisan kalimat saja, misalnya :

Cinta-Citakau

Jika sudah besar, aku ingi jadi Polwan, karena itu, sekarang aku

giat belajar. Dengan dua baris kalimat itu, siswa tidak dapat melanjutkan

ceritanya lagi. Untuk menghndari hal demikian, guru perlu memberikan

bimbingan, misalnya sebagai berikut :

Guru : cita-cita, kamu punya cita-cita, bukan? Coba, tuti, apa cita-

citamu?

Tuti : Jadi peragawati, pak

Guru : bagus, mengapa kamu ingin jadi perawati?

Tuti : sebab perawati itu terkenal. Dapat mengenakan baju-baju bagus

dan dapat banyak uang

Guru : dari mana kamu tahu perawati itu seperti yang akmu katakan?

Tuti : dari televisi dan majalah, pak

Guru : bagus! Tuliskan cita-citamu itu. Yang harus ada dalam cita seperti

itu, (3) sejak kapan kamu bercita-cita seprti itu (4) bagaiman

kamu akan mencapai cita-citamu itu, dan (5) apa yang akan kamu

lakukan jika cita-citamu tercapai”

20

Page 24: Makalah Bahasa Indonesia Pemakaian Tanda Baca

1.3 Model- model Pembelajaran Menulis Drama

Menulis drama jarang diajarkan di sekolah, lebih-lebih di SD. Padahal

dalam kesehariannya anak-anak sering bermain darama. Perhatikan, anak TK

yang sedang bermain. Ia pandai bermonolog. Ia sendiri jadi pengarang,

sutradara, sekaligus juga jadi pemainnya. Tidak ada yang mengajari se ara

formal, anak-anak umumnya mampu “mengarang” cerita untuk diperankannya

sendiri. Ia dapat berperan sebagai seorang pedagang dan sekaligus sebagai

pembeli dalam permainan jual-jualan yang dilakukian seidiri di belakang

rumah. Hal itu menujukkan bahwa anak-anak sebetulnya memiliki naluri

berdrama. Dengan demikian, menulis drama bagi anak-anak bukan merupakan

hal yang sudah asalkan orang dewasa mau mengajaknya dengan cara yang

baik dan menyenangkan.

Berikut ini akan dipaparkan beberapa model pembelajaran menulis

drama yang dapat anda terapkan di kelas Anda.

1. Mengisi dialog patonim

Model ini diawali dengan kegiatan siswa menonton pantonim yang

dilakukan oleh seorang siswa dari kelas itu sendiri. Dikelas 1 dan 2 siswa

pernah melakukan pantonom dengan cara mniru perilakunya. Perilaku

nyata yang mereka pantomimkan adalah prilaku yang sering mereka lihat,

yang telah mereka akrabi. Jadi, kriteria sesuai dengan lingkungan harus

senantiasa dieprhatikan guru. Selanjutnya, setelah menonton pantomim,

siswa diminta menuliskan percakapan yang sekiranya tepat untuk gerakan

pantomim itu.

Sekiranya masih ada waktu, mereka diminta melengkapi dialog tersebut

dengan petunjuk lak, busana, latar dan sebagainya, sehingga menjadi

naskah sederhana yang lengkap.

2. Mencatat dialog sosiodrama

Sosiodrama juga sudah dilakukan di kelas rendah. Pada saat itu siswa

hanya memerankan saja tanpa mencatat dialognya. Dalam pembelajaran

dengan model ini siswa diminta mencatat atau merekam dialog yang

diucapkan temannya. Untuk itu kegiatan pembelajarannya dilakkan dalam

21

Page 25: Makalah Bahasa Indonesia Pemakaian Tanda Baca

kelompok. Siswa berbagi tugas, siapa yang bersosiodrama dan siapa yang

mencatat atau merekam dialog yang diucapkan temanna. Kegiatan

selanjutnya melengkapi dialog tersebut dengan unsur-unsur lain, seperti

yang dilakukan dalam menulis drama melalui menonton pantomim.

Kegiatan ini dapat dilakukan di rumah. Hasil pekerjaan mereka kemudian

dibacarakan bersama. Setiap siswa mendapat peran sesuai dengan

pembagian yang telah mereka tetapkan.

3. Mencatat dialog tentang suatu benda

Kegiatan yang dilakukan hampir sama dengan kegiatan pembelajaran

dalam kedua model terdahulu. Dalam model ini dialog dirangsang dengan

menggunakan suatu benda yang diambil dari lingkungan sekitar. Benda itu

dapat berupa ranting, daun, bunga, bat atau apa saja yang dapat diperoleh

dengan mudah. Caranya, pertama mintalah dua orang siswa atau lebih

tampil ke depan kelas setelah terlebih dulu Anda perlihatkan kepada

mereka suatu benda. Biarkan mereka ertanya jawab tentang benda itu.

Mungkin dialog yang terjadi apa adanya sesuai dengan tanggapan mereka,

misalnya:

Siswa 1 : “Bawa apa itu?”

Siswa 2 : “Bunga”

Siswa 1 : “Dari mana kaudapat?”

Siswa 2 : “Kupetik di pinggir jalan”

Siswa 1 : “Kamu, mencuri ya?”

Siswa 2 : “Tidak, bunga itu tumbuh liar”

Siswa 1 : “Untuk apa bunga itu?”

Siswa 2 : “Kutaruh dalam vas untuk penghias kamarku”

Sampai disitu saja sudah bagus, bukan? Siswa sudah dapat berdialog. Bila

ingin dialog itu berkembang, anda perlu menempuh cara kedua, yaitu

merangsang timbulnya daya fantasi siswa, misalnya anda mengatakan

demikian: “Anak-anak, ibu punya bunga yang ibu petik dari halaman

rumah. Kamu semua dapat membayangkan bunga itu dipetik dimana, oleh

siapa dan untuk apa. Kamu boleh berkhayal tentang apa saja tentang bunga

22

Page 26: Makalah Bahasa Indonesia Pemakaian Tanda Baca

ini. Misalnya kamu boleh berkhayal tentang bunga obat yang dapat

mengobati putri raja atau pangeran dari suatu kerajaan. Putri raja atau

pangeran itu boleh kaubari nama siapa saja. Coba kaubuat cerita tentang

hal itu dalam bentuk dialog!”

Dengan cara seperti itu, fantasi siswa akan terangsang sehingga mereka

tergerak menyusun dialog yang lebih imajinatif lagi. Setelah selesai,

bacakan dialog yang mereka susun di depan kelas. Selanjutnya,

pembacaan naskah dilakukan oleh beberap orang siswa sesuai dengan

peran yang ada, pemilihan pembaca dilakukan oleh si penulis dialog.

4. Menulis dialog boneka

Pembelajaran menulis drama melalui boneka ini hampir sama kegiatannya

dengan kegiatan dari model mencatat dialog tentang suatu benda. Di sini

benda itu diganti dengan boneka. Boneka yang dijadikan sebagai

perangsang lahirnya dialog dapat berjumlah beberapa buah. Dialog yang

dihasilkan dapat berupa dialog beberapa orang siswa tentang boneka atau

dialog bagi setiap boneka yang akan dimainkan. Selain itu, dialog yang

dihasilkan dpat berupa dialog nyata atau dialog fantasi.

5. Menulis dialog topeng

Pembelajaran menulis dialog topeng, sama kegiatannya dengan model

pembelajaran menulis dialog dengan menggunakan benda atau boneka.

Siswa diminta mengamati topeng-topeng yang ada. Kemudian

menyimpulkan karakter atau watak topeng-topeng itu. Selanjutnya,

kegiatan dapat berjalan melalui dua cara. Cara pertama dengan

memerankan terlebih dulu dan kedua langung menulis dialog untuk setiap

topeng.

Kedua cara itu dapat ditempuh bersama-sama sesuai dengan kondisi kelas

dan pertimbangan lainnya. Yang penitng siswa dapat bermain, bersenang-

senang, dan menghasilkan tulisan berupa naskah drama.

Beberapa model pembelajaran menulis fiksi yang dapat digunakan untuk

kelas 3-6 SD telah Anda pelajari. Model-model itu sebenarnya hanya

sebagai perangsang awal untuk mengajak siswa mulai menulis fiksi. Jika

23

Page 27: Makalah Bahasa Indonesia Pemakaian Tanda Baca

mereka sudah mampu, anda dapat mengajaknya tanpa bantuan benda,

boneka atau topeng dalam pembelajaran menulis fiksi selanjutnya.

24

Page 28: Makalah Bahasa Indonesia Pemakaian Tanda Baca

BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan

Pembelajaran menulis fiksi mencakup penulis puisi. Cerpen dan

drama. Agar dalam diri siswa tubuh sikap positif tehadap pembelajaran

menulis fiksi, penilaian yang diberikan guru harus dapat membuat suasana

belajar yang kompetitif dalam kelas.

Penggunaan model-model pembelajaran menulis fiksi diperlukan

untuk mengajak siswa muali menulis fiksi.

b. Saran

Sebagai penerus bangsa rajin-rajin lah belajar dan tuntutlah ilmu setinggi

mungkin. Selalu bersemangat dan tanamkan pada diri anda bahwa :

“saya pasti bisa jika saya pkir saya bisa”

25

Page 29: Makalah Bahasa Indonesia Pemakaian Tanda Baca

DAFTAR PUSTAKA

Calkins, Lucy McCormick. 1989. The art of teaching Writing. Portsmounth :

Heinemann

Dikdasmen. 1993. Kurikulum Pendidikan Dsar : Garis-Garis Besar rogram

pengajaran (GBPP) Bahasa Indonesia sekolah dasar. Jakarta :

Depdikbud.

26