makalah b indo

Upload: devysalves

Post on 07-Jan-2016

241 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

makalah bahasa indonesia

TRANSCRIPT

Analisis Kesalahan Diksi dan Kesalahan Ejaan pada Jurnal yang Berjudul Profil Penduduk Miskin di Desa-Desa Pesisir Nusa Penida, Kabupaten Klungkung

OlehDevy Kusuma Cendana (1315351182)

PROGRAM EKSTENSIJURUSAN AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS UDAYANA2014

KATA PENGANTAR

Kami mengucapkan Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memungkinkan kami untuk menulis makalah yang akan menganalisis sebuah jurnal yang berjudul Profil Penduduk Miskin di Desa-Desa Pesisir Nusa Penida, Kabupaten Klungkung.

Kami juga ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah untuk mata kuliah Bahasa Indonesia ini. Diantaranya adalah teman-teman yang bersedia untuk berbagi sumber-sumber buku dan Ibu Dosen Pengajar yang membimbing kami dalam menulis makalah ini. Namun, kami juga sadar bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan kami berharap bahwa kami bisa terus memperbaiki diri dan kemampuan bahasa kami dalam mengkaji jurnal ini.

Akhir kata semoga tugas ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Denpasar, Juni 2014

Penulis

DAFTARISI

(halaman)SAMPUL DEPANiKATA PENGANTAR...............................................................................iiDAFTARISIiii

BAB I PENDAHULUAN11.1 Latar Belakang Masalah11.2Rumusan Masalah21.3Tujuan Makalah2

BAB II LANDASAN TEORITIS32.1 Diksi 32.2 Ejaan8

BAB III PEMBAHASAN 14

BAB 1V PENUTUP5.1 Simpulan185.2 Saran-saran18

DAFTAR PUSTAKA19

ii

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangUntuk mahasiswa, penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar juga menjadi tolak ukur intelektualitas mereka dalam menulis. Hal itu dapat dituangkan dalam berbagai macam tulisan ilmiah, salah satunya dalam bentuk skripsi. Dalam skripsi, tidak hanya komponen materi dan isi skripsi yang harus diperhatikan penulis, namun juga penggunaan tata bahasa Indonesia, dalam hal ini Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dan efektivitas dalam penggunaan kalimat. Bagi masyarakat umum, penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar telah menjadi keharusan. Pemerintah melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indinesia menurunkan Keputusan Nomor 0543a/U/18987 yang mendasari usaha penyempurnaan penggunaan ejaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dengan keputusan tersebut kita memiliki pedoman atau acuan mengenai penggunaan bahasa Indonesia terbaru.Kami dapat menemukan berbagai kesalahan yang mendasar dalam penulisan jurnal ini. Walaupun jurnal ini ditujukan untuk mengkaji masalah ekonomi, tata bahasa dan aturan-aturan dalam penggunaan Bahasa Indonesia pun tetap harus diperhatikan. Jadi, kami telah memutuskan untuk memfokuskan makalah ini pada kesalahan ejaan dan diksi.

1.2 Rumusan Masalah Permasalahan yang dirumuskan dalam makalah ini yaitu :1. Jelaskan, bagaimanakah kesalahan diksi pada jurnal!2. Jelaskan, bagaimanakah kesalahan ejaan pada jurnal!

1.3 Tujuan Makalah Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan makalah ini adalah :1. Mendeskripsikan kesalahan diksi pada jurnal.2. Mendeskripsikan kesalahan ejaan pada jurnal.3.

BAB IIKAJIAN TEORETIS

2.1 Diksi 1. Pengertian Diksi Pilihan kata merupakan satu unsur sangat penting, baik dalam dunia karang-mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari. Dalam memilih kata yang setepat-tepatnya untuk menyatakan suatu maksud, kita dapat lari dari kamus. Kamus memberikan suatu ketetapan kepada kita tentang pemakaian kata-kata. Dalam hal ini, makna kata yang tepatlah yang diperlukan.Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Disamping itu, pemilihan kata itu harus pula sesuai dengan situasi dengan situasi dan tempat penggunaan kata-kata itu. Pemilihan kata akan dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau bermiripan. Ketersediaan kata akan ada apabila seseorang mempunyai bendaharaan kata yang memadai, seakan-akan ia memiliki senarai (daftar) kata. Senarai kata itu dipilih satu kata yang paling tepat untuk mengungkapkan suatu pengertian. Tanpa menguasai sediaan kata yang cukup banyak, tidak mungkin seseorang dapat melakukan pemilihan atau seleksi kata.Pemilihan kata bukanlah sekedar kegiatan memilih kata yang tepat, melainkan juga memilih kata yang cocok. Cocok dalam hal ini berarti sesuai dengan konteks dimana kata itu berada, dan maknanya tidak bertentangan dengan nilai rasa masyarakat pemakainya. Untuk itu, dalam memilih kata diperlukan analisis dan pertimbangan tertentu. Sebagai contoh, kata mati bersinonim dengan mampus ,wafat, tewas, gugur, berpulang, kembali ke haribaan Man, dan lain sebagainya. Akan tetapi, kata-kata tersebut tidak dapat bebas digunakan. Ini disebabkan oleh adanya perbedaan dalam nilai rasa dan nuansa makna.Diksi adalah ketepatan pilihan kata. Penggunaan ketepatan pilihan kata ini dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan mengetahui, memahami, menguasai, dan menggunakan sejunlah kosakata secara aktif yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga mampu mengkomunikasikannya secara efektif kepada pembaca atau pendengarnya. Selain kata yang tepat, efektivitas, komunikasi menuntut persyaratan yang harus dipenuhi oleh pengguna bahasa, yaitu kemampuan memilih kata yang sesuai dengan tuntutan komunikasi. Syarat- syarat ketetapan pilihan kata:1. Membedakan makna denotasi dan konotasi yang cermat,2. Membedakan secara cermat makna kata yang hampir bersinonim, misalnya: adalah, ialah, merupakan, yaiu, dalam pemakaiannya berbeda- beda.3. Membedakan makna kata secara cermat kata yang mirip ejaannya, misalnya: inferensi (kesimpulan ), dan interferensi (saling mempengaruhi), sarat ( penuh, bunting ) dan syarat ( ketentuan ).4. Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasasrkan pendapat sendiri, jika pemahaman belum dapat dipastikan, pemakaian kata harus menemukan makna yang tepat dalam kamus, misalnya: modern sering diartikan secara subjektif canggih menurut kamus modern berarti terbaru atau mutakhir, canggih berarti banyak cakap, suka menggangu, banyak mengetahui, bergaya intelektual.5. Menggunakan imbuhan asing ( jika diperlukan ) harus memahami maknanya secara tepat, misalnya: dilegalisir seharusnya dilegalisasi, koordinir seharusnya koordinasi.6. Menggunakan kata-kata idomatik berdasarkan susunan ( pasangan ) yang benar, misalnya: sesuai bagi seharusnya sesuai dengan.7. Menggunakan kata umum dan khusus secara cermat. Untuk mendapatkan pemahaman yang spesifik karangan ilmiah sebaiknya menggunakan kata khusus ke umum mislnya mobil ( kata umum ) , corolla ( sedan buatan Toyota )8. Menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat, misalnya : issu ( berasal dari issue berarti publikasi, kesudahan, perkara ) isu ( dalam bahasa Indonesia berarti kabar yang tidak jelas asal-usulnya, kabarangin, desas-desus ).9. Menggunakan dengan cermat kata bersinonim ( pria dan laki-laki, saya dan aku, serta buku dan kitab ), berhomofoni ( misalnya: bangdan bank ) dan berhomografi( misalnya: apel buah, apel upacara, buku ruas, buku kitab ).10. Menggunakan kata abstrak (konseptual misalnya: pendiikan, wirauasaha dan pengobatan modern dan kata konkret ( kata khus misalnya: mangga, sarapan, dan berenang ).Selain ketepatan pilihan kata itu, pengguna bahasa harus pula memperhatikan kesesuaian kata agar tidak merusak makna, suasana, dan situasi yang hendak ditimbulkan, atau suasana yang sedang berlangsung.

Syarat kesesuaian kata:1. Menggunakan ragam baku dengan cermat dan tidak mencampuradukan penggunakannya dengan kata tidak baku yang hanya digunakan dalam pergaulan, misalnya: hakikat (baku), hakekat (tidak baku), konduite (baku), kondite (tidak baku),2. Menggunakan kata yang berhubungan dengan nilai sosial dengan cermat, misalnya: kencing (kurang sopan), buang air kecil (lebih sopan), pelacur (kasar), tunasusila (lebih halus),3. Menggunakan kata berpasangan (idiomatuik), dan berlawanan makna dengan cermat, misalnya: sesuai bagi (salah), sesuai dengan (benar), bukan hanya melainkan juga (benar), bukan hanya tetapi juga (salah), tidak hanya tetapi juga (benar),4. Menggunakan kata dengan nuansa tertentu, misalnya: berjalan lambat, mengesot, dan merangkak, merah darah; merah hati. Menggukan kata ilmiah untuk karangan ilmiah, dan komunikasi non ilmiah (surat-meyurat, diskusi umum)5. Menggunakan kata popular, misalnya: argumentasi (ilmiah), pembuktian (popular), psikologi (ilmiah), ilmu jiwa (popular).Menghindarkan penggunaan ragam lisan (pergaulan dalam bahasa tulis), misalnya: tulis, baca, kerja (bahasalisan), menulis, menuliskan, membaca, membacakan, bekerja, mengerjakan, dikejakan, (bahasa tulis).

2. Jenis DiksiDiksi merupakan salah satu cara yang digunakan pembuat iklan dalam membuat sebuah iklan agar dapat dipahami oleh pembaca. Ketepatan pemilihan kata akan berpengaruh dalam pikiran pembaca tentang isi sebuah iklan. Jenis diksi menurut Keraf, (1996: 89-108) adalah sebagai berikut.a. Denotasi adalah konsep dasar yang didukung oleh suatu kata (makna itu menunjuk pada konsep, referen, atau ide). Denotasi juga merupakan batasan kamus atau definisi utama suatu kata, sebagai lawan dari pada konotasi atau makna yang ada kaitannya dengan itu. Denotasi mengacu pada makna yang sebenarnya. Contoh makna denotasi: - Rumah itu luasnya 250 meter persegi. - Ada seribu orang yang menghadiri pertemuan itu.b. Konotasi adalah suatu jenis makna kata yang mengandung arti tambahan, imajinasi atau nilai rasa tertentu. Konotasi merupakan kesan-kesan atau asosiasi asosiasi, dan biasanya bersifat emosional yang ditimbulkan oleh sebuah kata di samping batasan kamus atau definisi utamanya. Konotasi mengacu pada makna kias atau makna bukan sebenarnya. Contoh makna konotasi: - Rumah itu luas sekali. - Banyak sekali orang yang menghadiri pertemuan itu.c. Kata abstrak adalah kata yang mempunyai referen berupa konsep, kata abstrak sukar digambarkan karena referensinya tidak dapat diserap dengan pancaindera manusia. Kata-kata abstrak merujuk kepada kualitas (panas, dingin, baik, buruk), pertalian (kuantitas, jumlah, tingkatan), dan pemikiran (kecurigaan, penetapan, kepercayaan). Kata-kata abstrak sering dipakai untuk menjelaskan pikiran yang bersifat teknis dan khusus.d. Kata konkrit adalah kata yang menunjuk pada sesuatu yang dapat dilihatatau diindera secara langsung oleh satu atau lebih dari pancaindera. Kata-kata konkrit menunjuk kepada barang yang actual dan spesifik dalam pengalaman. Kata konkrit digunakan untuk menyajikan gambaran yang hidup dalam pikiran pembaca melebihi kata-kata yang lain. Contoh kata konkrit: meja, kursi, rumah, mobil dsb.e. Kata umum adalah kata yang mempunyai cakupan ruang lingkup yang luas, kata-kata umum menunjuk kepada banyak hal, kepada himpunan, dan kepada keseluruhan. Contoh kata umum: binatang, tumbuh-tumbuhan, penjahat, kendaraan.f. Kata khusus adalah kata-kata yang mengacu kepada pengarahan-pengarahan yang khusus dan konkrit. Kata khusus memperlihatkan kepada objek yang khusus. Contoh kata khusus: Yamaha, nokia, kerapu, kakak tua, sedan.g. Kata ilmiah adalah kata yang dipakai oleh kaum terpelajar, terutama dalam tulisan-tulisan ilmiah. Contoh kata ilmiah: analogi, formasi, konservatif, fragmen, kontemporer.h. Kata populer adalah kata-kata yang umum dipakai oleh semua lapisanmasyarakat, baik oleh kaum terpelajar atau oleh orang kebanyakan. Contoh kata popular: bukti, rasa kecewa, maju, gelandangan.i. Jargon adalah kata-kata teknis atau rahasia dalam suatu bidang ilmutertentu, dalam bidang seni, perdagangan, kumpulan rahasia, atau kelompok-kelompok khusus lainnya. Contoh jargon: sikon (situasi dan kondusi), pro dan kon (pro dan kontra), kep (kapten), dok (dokter), prof (professor).j. Kata slang adalah kata-kata non standard yang informal, yang disusun secara khas, bertenaga dan jenaka yang dipakai dalam percakapan, kata slang juga merupakan kata-kata yang tinggi atau murni. Contoh kata slang: mana tahan, eh ketemu lagi, unyu-unyu, cabi.k. Kata asing ialah unsur-unsur yang berasal dari bahasa asing yang masih dipertahankan bentuk aslinya karena belum menyatu dengan bahasa aslinya. Contoh kata asing: computer, cyber, internet, go public.l. Kata serapan adalah kata dari bahasa asing yang telah disesuaikan dengan wujud atau struktur bahasa Indonesia. Contoh kata serapan: ekologi, ekosistem, motivasi, music, energi.

2.2 Ejaan 1. Penulisan Tanda Bacaa. Tanda Titik (.)Penulisan tanda titik di pakai pada : Akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan Akhir singkatan nama orang. Akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan. Singkatan atau ungkapan yang sudah sangat umum.Bila singkatan itu terdiri atas tiga hurus atau lebih dipakai satu tanda titik saja. Dipakai untuk memisahkan bilangan atau kelipatannya. Memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu. Dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar. Tidak dipakai pada akhir judulyang merupakan kepala karangan atau ilustrasi dan tabel.b. Tanda koma (,)Kaidah penggunaan tanda koma (,) digunakan : Antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan. Memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata tetapi atau melainkan. Memisahkan anak kalimat atau induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya. Digunakan dibelakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk kata : (1) Oleh karena itu, (2) Jadi, (3) lagi pula, (4) meskipun begitu, dan (5) akan tetapi. Digunakan untuk memisahkan kata seperti : o, ya, wah, aduh, dan kasihan. Memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. Dipakai diantara : (1) nama dan alamat, (2) bagina-bagian alamat, (3) tempat dan tanggal, (4) nama dan tempat yang ditulis secara berurutan. Dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka. Dipakai antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. Menghindari terjadinya salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. Dipakai di antara bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. Dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. Tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau seru.

c. Tanda Tanya ( ? )Tanda tanya dipakai pada : Akhir kalimat tanya. Dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang diragukan atau kurang dapat dibuktikan kebenarannya.

d. Tanda Seru ( ! )

Tanda seru dugunakan sesudah ungkapan atau pertanyaan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kseungguhan, ketidakpercayaan, dan rasa emosi yang kuat.

e. Tanda Titik Koma ( ; )Tanda titik koma dipakai : Memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara. Memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.

f. Tanda Titik Dua ( : )Tanda titik dua dipakai : Sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemberian. Pada akhir suatu pertanyaan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian. Di dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan . Di antara jilid atau nomor dan halaman. Di antara bab dan ayat dalam kitab suci. Di antara judul dan anak judul suatu karangan. Tidak dipakai apabila rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.

g. Tanda Elipsis ()Tanda ini menggambarkan kalimat-kalimat yang terputus-putus dan menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dibuang. Jika yang dibuang itu di akhir kalimat, maka dipakai empat titik dengan titik terakhir diberi jarak atau loncatan.h. Tanda Garis Miring ( / )Tanda garis miring ( / ) di pakai : Dalam penomoran kode surat. Sebagai pengganti kata dan,atau, per, atau nomor alamat.

i. Tanda Penyingkat atau Apostrof ( )Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan sebagian huruf.j. Tanda Petik Tunggal ( )Tanda petik tunggal dipakai : Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain. Mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing.

k. Tanda Petik ( )Tanda petik dipakai : Mengapit kata atau bagian kalimat yang mempunyai arti khusus, kiasan atau yang belum dikenal. Mengapit judul karangan, sajak, dan bab buku, apabila dipakai dalam kalimat. Mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.

2. Penulisan Kata SerapanDalam hal penulisan unsur serapan dalam bahasa Indonesia, sebagian ahli bahasa Indonesia menganggap belum stabil dan konsisten. Dikatakan demikian karena pemakai bahasa Indonesia sering begitu saja menyerap unsur asing tanpa memperhatikan aturan, situasi, dan kondisi yang ada. Pemakai bahasa seenaknya menggunakan kata asing tanpa memproses sesuai dengan aturan yang telah diterapkan.Penyerapan unsur asing dalam pemakaian bahasa indonesia dibenarkan, sepanjang : (a) konsep yang terdapat dalam unsur asing itu tidak ada dalam bahasa Indonesia, dan (b) unsur asing itu merupakan istilah teknis sehingga tidak ada yang layak mewakili dalam bahasa Indonesia, akhirnya dibenarkan, diterima, atau dipakai dalam bahasa Indonesia. sebaliknya apabila dalam bahasa Indonesia sudah ada unsur yang mewakili konsep tersebut, maka penyerapan unsur asing itu tidak perlu diterima.Menerima unsur asing dalam perbendaharaan bahasa Indonesia bukan berarti bahasa Indonesia ketinggalan atau miskin kosakata. Penyerapan unsur serapan asing merupakan hal yang biasa, dianggap sebagai suatu variasi dalam penggunaan bahasa Indonesia. Hal itu terjadi karena setiap bahasa mendukung kebudayaan pemakainya. Sedangkan kebudayaan setiap penutur bahasa berbeda-beda anatar satu dengan yang lain. Maka dalam hal ini dapat terjadi saling mempengaruhi yang biasa disebut akulturasi. Sebagai contoh dalam masyarakat penutur bahasa Indonesia tidak mengenal konsep radio dan televisi, maka diseraplah dari bahasa asing (Inggris). Begitu pula sebaliknya, di Inggris tidak mengenal adanya konsep bambu dan sarung, maka mereka menyerap bahasa Indonesia itu dalam bahasa Inggris.Berdasarkan taraf integritasnya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dikelompokkan dua bagian, yaitu : Secara adopsi, yaitu apabila unsur asing itu diserap sepenuhnya secara utuh, baik tulisan maupun ucapan, tidak mengalami perubahan. Contoh yang tergolong secara adopsi, yaitu : editor, civitas academica, de facto, bridge. Secara adaptasi, yaitu apabila unsur asing itu sudah disesuaikan ke dlaam kaidah bahasa Indonesia, baik pengucapannya maupun penulisannya. Salah satu contoh yang tergolong secara adaptasi, yaitu : ekspor, material, sistem, atlet, manajemen, koordinasi, fungsi.

BAB IIIPEMBAHASAN1) Kalimat: Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data, yaitu Metode kepustakaan atau pencatatan dokumen, metode wawancara, dan observasi.a) Kesalahan pertama terdapat pada penggunaan huruf kapital yang terdapat di tengah-tengah kalimat (ie. Metode kepustakaan). Seharusnya, M pada Metode tidak menggunakan huruf kapital. b) Kesalahan kedua adalah dalam pemilihan kata. Di antara menggunakan dan metode seharusnya disisipkan kata beberapa untuk memberi makna yang tepat. c) Kalimat seharusnya: Penelitian ini menggunakan beberapa metode pengumpulan data, yaitu metode kepustakaan atau pencatatan dokumen, metode wawancara, dan observasi.

2) Kalimat: Meskipun pemberantasan kemiskinan secara eksplisit belum masuk agenda prioritas pembangunan hingga awal 1990-an, tetapi pertumbuhan ekonomi yang terjadi saat itu dinilai sangat pro-poor.a) Kesalahan pertama terdapat pada kata masuk yang seharusnya diganti oleh termasuk karena "belum masuk terkesan tidak formal.b) Kesalahan kedua adalah pada penggunaan kata tetapi yang seharusnya dihilangkan karena kalimat yang mengikutinya adalah induk kalimat, bukan anak kalimat. c) Kesalahan ketiga adalah pada tata cara penulisan pro-poor. Karena pro-poor merupakan kata bahasa Inggris, penulisan pro-poor seharusnya dimiringkan menjadi pro-poor.d) Kalimat seharusnya: Meskipun pemberantasan kemiskinan secara eksplisit belum termasuk agenda prioritas pembangunan hingga awal 1990-an, pertumbuhan ekonomi yang terjadi saat itu dinilai sangat pro-poor.

3) Kalimat: Kemiskinan diasosiasikan sebagai penyakit sosial yang lazim dialami oleh setiap negara yang melaksanakan program pembangunan nasionalnya.a) Kesalahan terdapat pada kata yang mengikuti diasosiasikan. Diasosiasikan seharusnya diikuti dengan dengan karena mereka merupakan suatu pasangan kolokasi. b) Kalimat seharusnya: Kemiskinan diasosiasikan dengan penyakit sosial yang lazim dialami oleh setiap negara yang melaksanakan program pembangunan nasionalnya.4) Kalimat: Ada pula yang pendekatannya bukan ekonomi, yakni pendekatan sosial.a) Kesalahan terdapat pada kata yakni, yang seharusnya diganti dengan kata melainkan karena pasangan kata bukan adalah melainkan. b) Kata pendekatan sebelum kata sosial juga seharusnya dihilangkan agar menimbulkan kesan paralel yang lebih enak dibaca. c) Kalimat seharusnya: Ada pula yang pendekatannya bukan ekonomi, melainkan pendekatan sosial.

5) Kalimat: Bila dilihat sebaran penduduk miskin per kecamatan, Kecamatan Dawan merupakan kecamatan dengan persentase penduduk miskin terkecil di Kabupaten Klungkung yaitu 11,38 persen kemudian diikuti oleh Kecamatan Banjarangkan dengan posisi penduduk miskin terkecil kedua yaitu 11,98 persen.a) Kesalahan pertama terdapat di anak kalimat pertama, yaitu Bila dilihat sebaran penduduk miskin per kecamatan. Anak kalimat ini tidak masuk akal karena seharusnya terdapat kata dari diantara kata dilihat dan selebaran. b) Kesalahan kedua terdapat pada tidak adanya tanda baca pemisah koma untuk keterangan persentase-persentase, di sebelum yaitu dan sesudah persen. c) Kesalahan ketiga terdapat pada kata yang mengikuti kata diikuti. Penggunaan oleh disini tidak tepat dan seharusnya diganti dengan dengan. d) Kalimat seharusnya: Bila dilihat dari sebaran penduduk miskin per kecamatan, Kecamatan Dawan merupakan kecamatan dengan persentase penduduk miskin terkecil di Kabupaten Klungkung, yaitu 11,38 persen, kemudian diikuti dengan Kecamatan Banjarangkan dengan posisi penduduk miskin terkecil kedua, yaitu 11,98 persen.

6) Kalimat: Namun demikian persentase penduduk miskin tertinggi adalah di Kecamatan Nusa Penida terdapat 3.034 orang penduduk miskin.a) Kesalahan pertama terdapat ada akhir kata demikian. Seharusnya kata demikian diikuti dengan tanda baca koma. b) Kesalahan kedua terdapat pada frase di Kecamatan Nusa Penida terdapat 3.034 orang penduduk miskin. Kata terdapat seharusnya diganti dengan frase yang mempunyai.c) Kalimat seharusnya: Namun demikian, persentase penduduk miskin tertinggi adalah di Kecamatan Nusa Penida yang mempunyai 3.034 orang penduduk miskin.7) Kalimat: Hal ini terkait dengan kondisi geografis Kecamatan Nusa Dua yang identic dengan kegersangan dan daerah tandus, wilayah dengan kelerengan tinggi, curam, dan berbatu-batu, curah hujan rendah, keterbatasan tumbuhnya tanaman pangan termasuk tidak adanya produksi beras, dan keberadaan Nusa Penida yang dipisahkan oleh perairan/laut yang memberikan keterbatasan aksessibilitas dan keterisolasian dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya.a) Kesalahan pertama terdapat pada pengejaan aksessibilitas yang merupakan kata serapan. Pengejaan yang benar adalah aksesibilitas. b) Kesalahan kedua terdapat pada pengejaan identic yang juga merupakan kata serapan. Pengejaan yang benar adalah identik.c) Kalimat seharusnya: Hal ini terkait dengan kondisi geografis Kecamatan Nusa Dua yang identik dengan kegersangan dan daerah tandus, wilayah dengan kelerengan tinggi, curam, dan berbatu-batu, curah hujan rendah, keterbatasan tumbuhnya tanaman pangan termasuk tidak adanya produksi beras, dan keberadaan Nusa Penida yang dipisahkan oleh perairan/laut yang memberikan keterbatasan aksesibilitas dan keterisolasian dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya.

8) Kalimat: Kemiskinan memiliki banyak wajah, yang berbeda antar daerah dan waktu.a) Kesalahan terdapat pada penggunaan tanda koma yang seharusnya tidak digunakan. b) Kalimt seharusnya: Kemiskinan memiliki banyak wajah yang berbeda antar daerah dan waktu.

9) Kalimat: Upaya ini sulit menyelesaikan akar persoalan kemiskinan, karena sifat bantuan adalah tidak menyentuh masalah pemberdayaan, bahkan menimbulkan masalah ketergantungan.a) Kesalahan terdapat pada anak kalimat setelah karena. Ada dua predikat setelah kata karena, jadi, salah satu harus dihilangkan.b) Kalimat seharusnya: Upaya ini sulit menyelesaikan akar persoalan kemiskinan, karena bantuan tidak menyentuh masalah pemberdayaan, bahkan menimbulkan masalah ketergantungan.

BAB IVPENUTUP

4.1 SimpulanKesalahan-kesalahan yang kami temukan merupakan kesalahan yang sering kita jumpai saat membaca suatu artikel atau pun karya ilmiah. Kesalahan pada ejaan dan diksi sangatlah umum walaupun ejaan dan diksi terkesan sangat sederhana dalam penggunaannya. Kami, para mahasiswa, perlu dengan lebih aktif lagi memperbaiki bahasa Indonesia yang kami gunakan karena pada saat ini, kami belum menggunakan bahasa yang sepenuhnya baku dan benar. Kami juga perlu menyadari bahwa masih banyak aturan-aturan dalam bahasa Indonesia yang kami belum pahami dengan dalam. Selain itu, kami juga harus lebih berhati-hati dalam berbahasa.

4.2 SaranSaran untuk penulis sebaiknya lihat pedoman penggunaan EYD yang terbaru sehingga tidak banyak salah dalam penulisan EYD. Penulis juga sebaiknya belajar untuk menggunakan kalimat yang lebih efektif, kalimat yang tidak terlalu panjang tapi tetapi tetap dimengerti subtansinya.

DAFTAR PUSTAKA

Waridah, Ernawati.2013.EYD & Seputar Kebahasa-Indonesiaan.Bandung: Ruang Kata Imprint Kawan PustakaSukartha I Nengah, Suparwa I Nyoman, Putrayasa I.G.N.K, Teguh I Wayan.2012.Bahasa Indonesia Akademik untuk Perguruan Tinggi.Denpasar: Udayana University Pers. http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/pedoman_umum-ejaan_yang_disempurnakan.pdfhttp://hidayatullahahmad.wordpress.com/2013/03/16/diksi/