makalah audit laporan keuangan dan tanggung jawab auditor
TRANSCRIPT
Audit Siklus Pendapatan: Pengujian SubstantifPengujian Pengendalian Siklus Pendapatan dan Pengujian Substantif
Transaksi
Kelompok 2
Audit Siklus Pendapatan: Pengujian Substantif
Pengujian Pengendalian Siklus Pendapatan dan Pengujian
Substantif Transaksi1. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Audit terhadap siklus pendapatan mencakup dua pendekatan yaitu
pengujian kepatuhan dan pengujian substansi. Pengujian kepatuhan
bertujuan untuk memahamai struktur pengendalian intern terhadap siklus
penjualan, yang selanjutnya digunakan sebagai dasar pengujian
substansi. Pengujian substansi dimaksudkan untuk melakukan verifikasi
terhadap kelayakan jumlah rupiah serta kesesuaian penyajiannya dengan
prinsip akuntansi yang diterapkan di Indonesia. Kedua pendekatan ini
sangat berbeda dalam imlpementasinya, sehingga program audit untuk
yang kedua pendekatan tersebut juga sangat berbeda.
Sebelum membahas lebih lanjut siklus pendapatan ini, terlebih dahulu
perlu dijelaskan pengertian pendapatan dan penghasilan. Pendapatan
merupakan terjemahan dari istilah revenue yang merupakan pendekatan
gross sedangkan penghasilan merupakan penterjemahan istilah income
yang merupakan pendekatan netto. Dengan pengertian peristilahan
tersebut istilah revenue cycle diterjemahkan dengan siklus pendapatan.
Istilah penerimaan digunakan untuk menterjemahkan istilah receipt,
sehingga cash receipt di istilahkan dengan penerimaan kas.
Dalam pembahasan ini, sistem penjualan tidak dibahas mengingat
keterbatasan ruang lingkup pembahasan. Dengan demikian kami disini
akan membahas salah satu aspek yaitu system penjualan kredit dan
system penerimaan kas. System penjualan kredit dan system penerimaan
kas menjadi materi pembahasan dengan pertimbangan sebagian besar
perusahaan menggunakan mekanisme penjualan kredit dan tunai.
Transaksi penjualan dalam suatu perusahaan mengakibat transfer
kekayaan (dalam hal ini barang-barang atau jasa-jasa) kepada pihak lain
dan mengakibatkan terbentuknya aktiva baru berupa kas atau piutang
1
Audit Siklus Pendapatan: Pengujian SubstantifPengujian Pengendalian Siklus Pendapatan dan Pengujian Substantif
Transaksi
Kelompok 2
dagang. Meskipun demikian harus disadari bahwa proses penjualan tidak
selalu akan mengakibatkan terbentuknya aktiva baru tersebut, mengingat
dalam penjualan sering terjadi kegagalan atau pembatalan dari pihak
pelanggan. Oleh karena itu dalam siklus pendapatan ditemukan adanya
transaksi penyesuaian penjualan (sales adjustment). Sebagai akibatnya
siklus pendapatan juga terbentuk dari beberapa system yang antar lain:
1. Sistem Penjualan Kredit (kredit dan tunai),
2. Sistem Penerimaan Kas,
3. Penyesuaian Penjualan yang meliputi potongan penjualan, return
and allowance dan rekening uncollectible.
Ketiga subsistem tersebut diatas, secara bersama-sama membentuk
siklus pendapatan. Ditinjau dari sudut pandang auditor ketiganya memiliki
satu kesatuan proses audit yang dengan sendirinya mudah mengikuti jejak
transaksi dari satu system ke system lainnya, rekening-rekening yang
terkait dengan siklus pendapatan meliputi:
1. Penjualan (sales),
2. Kos penjualan (cost of sales),
3. Kas,
4. Piutang Dagang (account receivable,
5. Persediaan (inventory),
6. Potongan Penjualan,
7. Pencadangan dan Kembalian Piutang,
8. Pencadangan Kerugian Piutang (allowance for uncollectible
accounts),
9. Kerugian Piutang (bad debts expence).
Semua rekening-rekening tersebut diatas dipengaruhi secara
langsung oleh transaksi siklus pendapatan. Dengan demikian besarnya
jumlah rupiah yang disajikan dalam rekening-rekening tersebut saling
berelasi dan saling mempengaruhi rekening yang lain.
2
Audit Siklus Pendapatan: Pengujian SubstantifPengujian Pengendalian Siklus Pendapatan dan Pengujian Substantif
Transaksi
Kelompok 2
1.2 Rumusan Materi Pembelajaraan
Pengujian substantif atas piutang usaha
Penentuan risiko deteksi.
Perancangan pengujian substantif
Prosedur awal dan analitis
Pengujian rincian transaksi
Pengujian rincian saldo
1.3 Tujuan Materi Pembelajaran
Dapat menjelaskan pengujian substantive atau piutang usaha
Dapat menjelaskan Penentuan risiko deteksi.
Dapat menjelaskan Perancangan pengujian substantif
Dapat menjelaskan prosedur awal dan analitis pengujian rincian
transaksi
Dapat menjelaskan pengujian rincian saldo.
3
Audit Siklus Pendapatan: Pengujian SubstantifPengujian Pengendalian Siklus Pendapatan dan Pengujian Substantif
Transaksi
Kelompok 2
2. PEMBAHASAN
2.1 PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS PIUTANG USAHA
Deskripsi Piutang
Piutang merupakan klaim pihak lain atas uang, barang atau jasa yang
dapat diterima dalam jangka waktu 1 tahun, atau dalam satu siklus kegiatan
perusahaan. Piutang umumnya disajkan di neraca dalam dua kelompok :
(a) piutang usaha dan
(b) piutang non usaha.
Piutang usaha adalah piutang yang timbul dari transaksi penjualan barang
atau jasa dalam kegiatan normal perusahaan. Piutang non usaha timbul dari
transaksi selain penjualan barang dan jasa kepada pihak luar seperti misalnya
piutang kepada karyawan, piutang penjualan saham, piutang klaim asuransi,
piutang pengembalian pajak, piutang dividen dan bunga.
Piutang meliputi jumlah yang harus dibayar pelanggan, karyawan, dan
afiliasi atas akun terbuka, wesel, serta pinjaman, dan bunga akrual atas saldo
semacam itu. Piutang kotor pelanggan atas transaksi penjualan kredit memiliki
akun kontra yaitu penyisihan untuk piutang tak tertagih. Penyisihan untuk piutang
tak tertagih merupakan hal penting untuk mengingat kembali bahwa dengan
mengaudit piutang usaha, auditor dapat mengaudit penjualan yang berkaitan.
Penjualan yang paling mungkin menghadirkan potensi salah saji merupakan
penjualan yang tidak dapat ditagih. Untuk merancang pengujian substantif atas
akun-akun ini, auditor pertama-tama harus menentukan tingkat risiko pengujian
rincian yang dapat diterima untuk setiap asersi signifikan yang berkaitan.
Tujuan Pengujian Substantif Piutang
Tujuan pengujian subtantif terhadap piutang usaha adalah :
a. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang
bersangkutan dengan piutang. Sebelum auditor melakukan pengujian
mengenai kewajaran saldo piutang yang dicantumkan di negara, ia harus
memperoleh keyakinan mengenai ketelitian dan keandalan catatan
akuntansi yang mendukung informasi piutang yang disajikan di neraca.
Untuk itu auditor melakukan rekonsiliasi antara saldo piutang yang
dicantumkan di neraca dengan akun piutang di dalam buku besar.4
Audit Siklus Pendapatan: Pengujian SubstantifPengujian Pengendalian Siklus Pendapatan dan Pengujian Substantif
Transaksi
Kelompok 2
b. Membuktikan asersi keberadaan atau keterjadian piutang usaha yang
dicantumkan di neraca. Dalam pengujian substantif terhadap aktiva pada
umumnya, pengujian ditujukan untuk membuktikan apakah aktiva yang
dicantumkan di neraca sesuai dengan aktiva yang sesungguhnya ada dan
berasal dari transaksi yang benar-benar terjadi.
c. Membuktikan asersi kelengkapan piutang usaha yang dicantumkan di
neraca. Untuk membuktikan bahwa piutang usaha yang dicantumkan di
neraca mencakup semua klaim klien kepada debitur pada tanggal neraca
dan mencakup semua transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha
dalam tahun yang diaudit.
Salah satu pengujian substantif untuk membuktikan asersi kelengkapan
piutang usaha adalah pemeriksaan terhadap ketepatan pisah batas
transaksi yang bersangkutan dengan piutang usaha.
d. Membuktikan asersi hak kepemilikan klien atas piutang yang
dicantumkan di neraca. Piutang usaha yang ada pada tanggal neraca
belum tentu merupakan hak milik klien, karena piutang tersebut telah
dijual kepada perusahaan penagih atau digadaikan sebagai jaminan
penarikan utang. Auditor melakukan pengujian substantif berikut ini :
pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan piutang
usaha dan konfirmasi piutang usaha.
e. Membuktikan asersi penilaian piutang usaha yang dicantumkan di
neraca seperti tersebut dalam prinsip akuntansi berterima umum, piutang
uasaha harus disajikan di neraca pada nilai bersih yang dapat
direalisasikan pada tanggal neraca atau dengan kata lain sebesar jumlah
yang diperkirakan dapat ditagih dari debitur pada tanggal neraca
f. Membuktikan asersi penyajian dan pengungkapan piutang usaha di
neraca. Penyajian dan pengungkapan unsur-unsur laporan keuangan
yang harus didasarkan pada prinsip akuntansi berterima umum. Pengujian
substantif terhadap piutang usaha diarahkan untuk mencapai salah satu
tujuan membuktikan apakah unsur piutang usaha telah disajikan dan
diungkapkan oleh klien di neracanya sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum.
5
Audit Siklus Pendapatan: Pengujian SubstantifPengujian Pengendalian Siklus Pendapatan dan Pengujian Substantif
Transaksi
Kelompok 2
2.2 PENENTUAN RISIKO DETEKSI UNTUK PENGUJIAN RINCIANRisiko pengujian rincian berhubungan terbalik dengan penilaian tingkat
risiko inheren, risiko prosedur analitis, dan risiko pengendalian. Jadi, faktor-faktor
yang berkaitan dengan penilaian ini harus dipertimbangkan dalam penentuan
tigkat risiko pengujian rincian yang dapat diterima untuk setiap asersi piutang
usaha.
Beberapa faktor risiko inheren pervasif yang mempengaruhi piutang kotor
dan bersih serta faktor-faktor spesifik pada siklus pendapatan memiliki pengaruh
yang menyebabkan risiko penjualan kredit ditetapkan terlalu besar dan
penyisihan piutang tak tertagih ditetapkan terlalu rendah, masing-masing dapat
mengakibatkan penilaian risiko inheren yang tinggi untuk asersi eksistensi atau
kejadian dan penilaian atau alokasi pada piutang usaha kotor serta asersi
penilaian atau alokasi untuk akun penyisihan terkait.
Penilaian risiko pengendalian untuk asersi piutang usaha tergantung pada
penilaian risiko pengendalian terkait untuk kelompok transaksi (penjualan kredit,
penerimaan kas, dan penyesuaian penjualan) yang mempengaruhi saldo piutang
usaha.
Penilaian tingkat risiko inheren yang direncanakan, risiko prosedur analitis,
dan risiko pengendalian yang tepat telah digunakan dalam model risiko audit,
yaitu pada fase perencanaan, guna mencapai tingkat risiko pengujian rincian
yang tepat dan tingkat pengujian substantif terkait yang direncanakan, maka
model risiko audit akan digunakan sekali lagi dengan data aktual untuk
menentukan tingkat risiko pengujian rincian yang dapat diterima yang telah
direvisi untuk setiap asersi.
2.3 PERANCANGAN PENGUJIAN SUBSTANTIFUntuk mendapatkan dasar yang masuk akal dalam memberi pendapat
atas laporan keuangan kliennya, auditor harus memperoleh bukti kompeten
yang cukup seperti disyaratkan oleh standar pekerjaan lapangan ketiga dalam
standar auditing. Pengujian substantif di satu sisi bisa menghasilkan bukti
tentang kewajaran setiap asersi laporan keuangan yang signifikan, dan di sisi
6
Audit Siklus Pendapatan: Pengujian SubstantifPengujian Pengendalian Siklus Pendapatan dan Pengujian Substantif
Transaksi
Kelompok 2
lain pengujian substantif juga bisa menghasilkan bukti yang menunjukkan
adanya kekeliruan jumlah rupiah atau salah saji dalam pencatatan atau
pelaporan transaksi dan saldo. Perancangan pengujian substantif meliputi
penentuan sifat, saat, dan luas pengujian yang diperlukan untuk memenuhi
tingkat risiko deteksi yang dapat diterima untuk setiap asersi.
Langkah selanjutnya adalah mengakhiri program audit untuk mencapai
tujuan audit spesifik atas setiap kategori asersi saldo akun. Daftar pengujian
substantif yang merupakan program audit formal dibuat dengan memberikan
judul (heading) kertas kerja dan kolom yang mendukung referensi kertas kerja,
tanda tangan dan tanggal. Dalam kolom daftar pengujian substantif terdapat
kolom kategori pengujian substantif dan tujuan audit spesifik saldo akun di
mana pengujian ini diberlakukan. Beberapa pengujian diterapkan pada lebih
dari satu tujuan dan setiap tujuan akan dibahas dengan berbagai pengujian
yang mungkin (multiple possible test). Setiap pengujian akan diuraikan,
termasuk komentar mengenai bagaimana beberapa pengujian dapat
ditoleransi berdasarkan tingkat risiko deteksi yang dapat diterapkan yang
hendak dicapai.
2.4 PROSEDUR AWALTitik awal untuk memulai setiap pengujian audit adalah memperoleh
pemahaman tentang bisnis dan industri klien. Auditor juga harus memahami
persyaratan perdagangan standar, pengalaman penagihan dengan klien dan
industry, aspek musiman dari industry tersebut, dan luas konsentrasi bisnis
dengan pelanggan tertentu. Pengetahuan ini memberikan konteks untuk
mengevaluasi hasil prosedur analitis, pengujian pengendalian, dan pengujian
substantif. Sebagai contoh, bukti yang diperoleh ketika melakukan pengujian
rincian transaksi dan saldo saldo, seperti harga faktur atau besarnya piutang
untuk pelanggan tertentu, harus konsisten dengan harapan atau ekspektasi
tentang persaingan industry, kapasitas wktu produktif perusahaan, dan eksistensi
pelanggan utama.
7
Audit Siklus Pendapatan: Pengujian SubstantifPengujian Pengendalian Siklus Pendapatan dan Pengujian Substantif
Transaksi
Kelompok 2
Prosedur awal yang penting untuk memverifikasi piutang usaha dan akun
penyisihan terkait adalah menelusuri saldo awal periode berjalan ke saldo akhir
yang telah diaudit dalam kertas kerja tahun sebelumnya (jika dapat dilakukan).
Selanjutnya, aktivitas periode berjalan dalam akun pengendali buku besar dan
akun penyisihan terkait harus direview untuk setiap ayat jurnal yang signifikan,
yang tidak biasa dari segi sifat atau jumlah, yang memerlukan investigasi khusus.
Sebagai contoh, auditor harus menginvestigasi setiap piutang dan pendapatan
yang belum dibukukan dengan cara mencatat faktur penjualan dalam jurnal
penjualan. Di samping itu, daftar dari seluruh saldo pelanggan, yang disebut
neraca saldo piutang usaha (accounts receivable trial balance), juga telah
diperoleh (biasanya dalam bentuk digital). Auditor biasanya menggunakan
perangkat lunak audit tergeneralisasi untuk memeriksa penjumlahan secara
vertical (foot) dalam neracasaldo piutang usaha dan totalnya harus dibandingkan
dengan (1) total buku pembantu atau file induk yang telah disiapkan dan (2) akun
pengendali buku besar. Auditor juga harus membandingkan sampel saldo
pelanggan, yang ditunjukkan pada neraca saldo, dengan yang ada dalam buku
pembantu dan sebaliknya untuk menentukan bahwa neraca saldo telah akurat
serta kelengkapan representasi yang mendasari catatan akuntansi. Hal ini
kemudian dapat berfungsi sebagai representasi fisik atas populasi piutang usaha
yang akan mendapat pengujian substantif lebih lanjut.
Selain itu, auditor juga dapat membuat neraca saldo piutang usaha secara
langsung dari file induk klien dengan menggunakan perangkat lunak audit. Jika
auditor dapat memperoleh catatan klien dalam mesin yang dapat membaca
formulir, maka dia juga dapat menggunakan perangkat lunak audit
tergeneralisasi untuk mengidentifikasi pelanggan yang signifikan, menganalisis
volume transaksi dengan pelanggan, dan mengidentifikasi transaksi yang tidak
biasa atau transaksi dengan volume tinggi mendekati akhir tahun.
Contoh kertas kerja untuk neraca saldo piutang usaha disajikan dalam
gambar berikut. Kertas kerja ini tidak hanya memberikan bukti tentang
pelaksanaan prosedur awal yang baru saja dijelaskan, tetapi juga beberapa
pengujian substantive lainnya yang akan dibahas dalam bagian selanjutnya.
Prosedur awal dalam memverifikasi keakuratan neraca saldo dan menentukan
8
Audit Siklus Pendapatan: Pengujian SubstantifPengujian Pengendalian Siklus Pendapatan dan Pengujian Substantif
Transaksi
Kelompok 2
kesesuaiannya dengan buku besar terutama berhubungan dengan pemostingan
dan pengikhtisaran komponen asersi penilaian atau alokasi.
2.5 PROSEDUR ANALITISTujuan auditor dalam melakukan prosedur analitis adalah
mengembangkan ekspektasi atas saldo piutang usaha, hubungan piutang usaha
dengan penjualan, dan marjin kotor perusahaan. Auditor harus mengarahkan
perhatian utamanya pada kenaikan piutang dan pendapatan yang tidak
diharapkan. Prosedur analitis akan dilaksanakan dalam tahap akhir dari
penugasan untuk memastikan bahwa bukti yang dievaluasi dalam pengujian
rincian konsisten dengan gambaran menyeluruh yang dilaporkan pada laporan
keuangan.
2.6 PENGUJIAN RINCIAN TRANSAKSIPengujian rincian transaksi tertentu dapat dilaksanakan selama pekerjaan
interim (interim work) bersama dengan pengujian pengendalian dalam bentuk
pengujian bertujuan ganda (dual-purpose tests). Pengujian saldo yang juga
merupakan pengujian transaksi dan transaksi pendapatan yang belum ditagih,
9
Audit Siklus Pendapatan: Pengujian SubstantifPengujian Pengendalian Siklus Pendapatan dan Pengujian Substantif
Transaksi
Kelompok 2
yang telah termasuk dalam piutang usaha, memiliki risiko salah saji yang lebih
tinggi daripada yang telah tertagih.
Memvouching Catatan Piutang ke Transaksi PendukungFile akun pelanggan yang diselenggarakan oleh klien harus berisi
dokumen seperti pesanan pelanggan, pesanan penjualan, dokumen pengiriman,
faktur penjualan, memorandum kredit, dan korespondensi. Dalam melakukan
pengujian ini, sampel debet ke akun pelanggan dapat divouching ke faktur
penjualan pendukung dan mencocokkan dokumen-dokumen itu untuk
memberikan bukti yang berkaitan dengan asersi eksistensi atau kejadian, hak
dan kewajiban, serta penilaian atau alokasi. Kredit dapat divouching ke bukti
penerimaan uang dan otorisasi penyesuaian penjualan. Bukti bahwa
pengurangan saldo pelanggan ini telah sah berkaitan dengan asersi kelengkapan
untuk piutang usaha.
Pengujian ini dapat dilaksanakan secara lebih ekstensif apabila tingkat
risiko deteksi yang berlaku yang akan dicapai adalah rendah, apabila prosedur
konfirmasi tidak praktis, atau untuk melengkapi prosedur konfirmasi apabila
situasi tertentu terjadi.
Melakukan Pengujian Pisah Batas untuk Penjualan dan Retur PenjualanPengujian pisah batas penjualan (sales cut-off tests) dirancang untuk
memperoleh kepastian yang layak bahwa (1) penjualan dan piutang usaha telah
dicatat dalam periode akuntansi dimana transaksi tersebut terjadi dan (2) ayat
jurnal yang berkaitan dengan persediaan dan harga pokok penjualan telah dibuat
dalam periode yang sama.
Pengujian pisah batas penjualan akan dilakukan pada tanggal neraca.
Untuk penjualan barang dari persediaan, pengujian akan mencakup
perbandingan sampel penjualan yang dicatat dalam beberapa hari periodde
berjalan dan beberapa hari pertama periode berikutnya dengan dokumen
pengiriman untuk menentukan apakah transaksi telah dicatat dalam periode
benar. Untuk barang yang diproduksi menurut pesanan, auditor mungkin perlu
untuk memeriksa kesepakatan penjualan yang berhubungan . hal ini juga
10
Audit Siklus Pendapatan: Pengujian SubstantifPengujian Pengendalian Siklus Pendapatan dan Pengujian Substantif
Transaksi
Kelompok 2
diperlukan untuk menentukan keakuratan pisah batas setiap pengiriman terakhir
yang dilakukan pemasok klien secara langsung.
Pengujian pisah batas memberikan bukti mengenasi asersi eksistensi atau
kejadian dan kelengkapan untuk piutang usaha serta penjualan. Untuk tahun
kalender klien, juka penjualan bulan januari dicatat dalam bulan desember, maka
ada salah saji dalam asersi eksistensi atau kejadian. Sebaliknya, jika penjualan
bulan desember belum dicatat sampai bulan januari, maka ada salah saji dalam
asersi kelengkapan.
Pengujian pisah batas retur penjualan (sales return cutoff test) adalah
serupa dan terutama diarahkan langsung pada kemungkinan bahwa retur yang
dilakukan sebelum akhir tahun belum dicatat setelah akhir tahun, sehingga
mengakibatkan piutang dan penjualan ditetapkan terlalu tinggi. Penentuan waktu
yang tepat dapat ditentukna dengan menetapkan tanggal laporan penerimaan
barang-barang yang dikembalikan dan korespondensi dengan pelanggan.
Melakukan Pengujian Pisah Batas atas Penerimaan Kas Pengujian pisah batas penerimaan kas (cash receipts cutoff test)
dirancang untuk memperoleh kepastian yang layak bahwa penerimaan kas telah
dicatat dalam periode akuntansi yang tepat. Pisah batas yang tepat pada tanggal
neraca merupakan hal yang penting untuk menyajikan secara benar baik kas
maupun piutang usaha. Pengujian ini berhubungan dengan asersi eksistensi
atau kejadian dan kelengkapan baik untuk kas maupun piutang usaha.
Observasi terhadap personil atau review dokumentasi dapat memberikan
bukti mengenai ketetapan waktu pisah batas. Jika auditor dapat menyajikan pada
tanggal akhir tahun, maka dapat mengobservasi bahwa seluruh penagihan yang
diterima sebelum penutupan usaha telah dimasukkan ke kas di tangan atau
setoran berjalan, serta auditor juga dapat meriview dokumentasi pendukung
seperti ikhtisar kas harian dan slip setoran yang telah disahkan selama hari
terakhir tahun berjalan. Tujuan review ini bertujuan untuk menentukan bahwa
penerimaan yang ditunjukkan dalam ikhtisar kas harian
2.7 PENGUJIAN RINCIAN SALDO
11
Audit Siklus Pendapatan: Pengujian SubstantifPengujian Pengendalian Siklus Pendapatan dan Pengujian Substantif
Transaksi
Kelompok 2
Dua bidang utama dari prosedur dalam kategori pengujian substantif untuk
piutang usaha ini akan dibahas :
konfirmasi piutang dan prosedur tindak lanjut yang berkaitan serta
prosedur untuk mengevaluasi kecukupan penyisihan piutang tak tertagih.
2.8 PROSEDUR AUDIT YANG BERLAKU UMUMKonfimasi piutang adalah prosedur sudit yang berlaku umum. AU 330,
proses konfimasi (SAS 67), Menyatakan ada anggapan bahwa auditor akan
meminta konfirmasi piutang selama melakukan audit, kecuali:
Piutang usaha bersifat tidak material terhadap laporan keuangan
Penggunaan konfirmasi akan menjadi tidak efektif sebagai suatu prosedur
audit
Penilaian gabungan auditor atas resiko inheren serta resiko pengendalian
Auditor yang tidak meminta konfirmasi piutang harus mendokumentasikan dalam
kertas kerjanua bagaimna dia mengatasi anggapan bahwa konfirmasi harus
diajukan.
Kadang-kadang, klie erhak melarang auditor untuk mengkonfirmasi setiap atau
piutang usaha tertentu. Larangan ini mencerminkan adanya batasan serius atas
lingkup audit yang mengakibatkan penolakan untuk memberikan pendapat atas
laporan keuangan.
2.9 FORMULIR KONFIRMASIAda dua formulir permintaan konfirmasi:
1. Konfirmasi Positif
2. Konfirmasi Negatif
Bentuk konfirmasi positif pada umumnya menghasikan bukti yang lebih
baik, karena dalam konfirmasi negatif, kelalaian untuk menerima jawaban hanya
akan menimbulkan anggapan bahwa saldo sudah benar, sementara pelanggan
mungkin mengabaikan permintaan tersebut atau lalai untuk mengembalikan
pengecualian.
Variasi dari bentuk positif adalah “formulir kosong” yang dinamakan
demikian karena saldo pelanggan tidak dinyatakan. Di samping itu, pelanggan
12
Audit Siklus Pendapatan: Pengujian SubstantifPengujian Pengendalian Siklus Pendapatan dan Pengujian Substantif
Transaksi
Kelompok 2
juga diminta untuk mengisi saldo itu. Penggunaan formulir ini akan memberikan
tingkat keyakinan tinggi mengenai informasi yang dikonfirmasikan. Tetapi
diperlukan pekerjaan ekstra bagi responden sehingga bisa mengurangi tingkat
jawaban secara signifikan.
Pemilihan bentuk permintaan konfirmasi tergantung pada auditor. Dalam
membuat keputusan ini, auditor mempertimbangkan tingkat risiko deteksi yang
berlaku dan komposisi saldo pelanggan. Bentuk konfirmasi positif akan
digunakan apabila risiko deteksi adalah rendah atau saldo masing-masing
pelanggan relatif besar. AU 330.20 menyebutkan bahwa bentuk konfirmasi
negatif harus digunakan hanya apabila semua dari ketiga kondisi berikut berlaku:
Tingkat risiko deteksi yang berlaku untuk asersi-asersi bersangkutan
adalah sedang atau tinggi.
Sejumlah besar saldo yang bernilai kecil terlibat.
Auditor tidak memiliki alasan untuk percaya bahwa penerima premintaan
konfirmasi tidak akan memberikan pertimbangannya.
2.10 PENENTUAN WAKTU DAN LUAS PERMINTAAN KONFIRMASIApabila tingkat risiko deteksi yang berlaku adalah rendah, maka auditor
biasanya mengirimkan permintaan konfirmasi piutang pada tanggal neraca.
Sebaliknya, tanggal pengiriman konfirmasi dapat dipilih satu atau dua bulan
sebelumnya. Dalam kasus ini, auditor diharapkan untuk memvouching
perubahan yang material antara tanggal pengiriman konfirmasi dan tanggal
neraca serta dapat memilih untuk mengkonfirmasi kembali akun dengan
perubahan yang tidak biasa.
Luas permintaan konfirmasi, atau ukuran sampel, berhubungan terbalik
dengan setiap faktor-faktor berikut: (1) tingkat risiko deteksi yang dapat diterima
(untuk pengujian rincian) untuk asersi di mana bukti konfirmasi akan dipakai (2)
luas di mana pengujian substantif lainnya akan bermanfaat untuk mencapai
tingkat risiko deteksi tersebut, dan (3) salah saji piutang usaha yang dapat
ditoleransi. Permintaan konfirmasi negatif membutuhkan ukuran sampel yang
lebih besar daripada konfirmasi positif. Stratifikasi ini juga dapat mempengaruhi
ukuran sampel. Sebagai contoh, auditor seringkali ingin mengkonfirmasi semua
13
Audit Siklus Pendapatan: Pengujian SubstantifPengujian Pengendalian Siklus Pendapatan dan Pengujian Substantif
Transaksi
Kelompok 2
akun yang saldonya melebihi nilai uang tertentu (lebih kecil atau sama dengan
salah saji yang dapat ditoleransi) atau melebihi umur tertentu, dan memilih
sampel acak atas semua akun lainnya.
2.11 PENGENDALIAN ATAS PERMINTAAN KONFIRMASIAuditor harus mengendalikan setiap langkah dalam proses konfirmasi. Hal ini
berarti:
Memastikan bahwa jumlah, nama, dan alamat pada konfirmasi telah
sesuai dengan data terkait dalam akun pelanggan.
Menjaga penyimpanan konfirmasi sampai dikirimkan.
Menggunakan amplop yang dilampirkan dengan logo perusahaan
bersangkutan untuk menjawab konfirmasi.
Menangani sendiri pemasukan surat konfirmasi ke dalam amplop dan
mengirimkannya melalui pos.
Mewajibkan pengiriman jawaban langsung kepada auditor.
Kertas kerja harus menunjukkan setiap akun yang dipilih untuk konfirmasi, hasil
yang diperoleh dari setiap permintan konfirmasi, dan referensi silang atas
jawaban konfirmasi aktual.
2.12 DISPOSISI PENGECUALIANJawaban konfirmasi mungkin akan berisi beberapa pengecualian
(exception) yang tidak dapat dihindarkan. Pengecualian ini dapat disebabkan
oleh barang yang masih dalam perjalanan (in transit) dari klien ke pelanggan,
barang yang dikembalikan, pembayaran dari pelanggan kepada klien yang masih
dalam perjalanan. Semua pengecualian ini harus diinvestigasi oleh auditor dan
penyelesaiannya harus ditujukkan dalam kertas kerja.
2.13 PROSEDUR ALTERNATIF UNTUK KONFIRMASI YANG TIDAK DIJAWAB
Apabila tidak ada jawaban yang diterima atas permintaan konfirmasi positif
kedua atau ketiga dari pelanggan, maka prosedur alternative biasanya dilakukan.
14
Audit Siklus Pendapatan: Pengujian SubstantifPengujian Pengendalian Siklus Pendapatan dan Pengujian Substantif
Transaksi
Kelompok 2
AU 330.31 menyatakan bahwa pengabaian prosedur semacam ini dapat diterima
apabila dua kondisi berikut berlaku:
Tidak ada faktor kuantitatif yang tidak biasa atau karakteristik sistematik yang
bersangkutan dengan tidak menjawab konfirmasi, seperti semua jawaban
yang tidak diterima menyangkut transaksi akhir tahun.
Tidak adanya jawaban, yang diproyeksikan sebagai salah saji 100%
terhadap populasi dan ditambahkan ke jumlah semua perbedaan lainnya
yang belum disesuaikan, tidak akan mempengaruhi keputusan auditor
tentang apakah laporan keuangan secara material sudah benar.
Dua prosedur alternative yang utama adalah memeriksa penagihan
berikutnya dan memvouching faktur penjualan terbuka yang berisi saldo
pelanggan.
2.14 MEMERIKSA PENAGIHAN BERIKUTNYABukti terbaik mengenai eksistensi dan ketertagihan piutang adalah
penerimaan pembayaran dari pelanggan. Sebelum mengakhiri pekerjaan
lapangan audit, klien mungkin telah menerima pembayaran dari beberapa
pembayaran dari beberapa pelanggan sebagai pelunasan hutang pada tanggal
konfirmasi. Pencocokan penagihan itu kembali ke faktur terbuka (belum dibayar)
yang mengandung saldo pelanggan pada tanggal konfirmasi menetapkan
eksistensi dan ketertagihan piutang.
Dalam melakukan pengujian ini, auditor harus menyadari kemungkinan
implikasi yang merugikan dari penagihan yang tidak dapat dicocokkan dengan
transaksi atau saldo tertentu. Sebagai contoh, penjumlahan secara berurutan
dapat, berdasarkan investigasi, mengungkapkan item-item yang tidak sesuai,
dan bukti pembayaran atas saldo yang besar dapat menunjukkan ketidakstabilan
keuangan pelanggan.
2.15 MEMVOUCHING FAKTUR-FAKTUR TERBUKA YANG BERISI SALDOSatu-satunya perbedaan adalah bahwa prosedur tersebut dibatasi untuk item-
item yang mengandung saldo akun per tanggal konfirmasi di mana jawaban
konfirmasi tidak diterima dan bukan keseluruhan populasi piutang usaha.
15
Audit Siklus Pendapatan: Pengujian SubstantifPengujian Pengendalian Siklus Pendapatan dan Pengujian Substantif
Transaksi
Kelompok 2
2.16 MENGIKHTISARKAN DAN MENGEVALUASI HASILKertas kerja auditor harus berisi hasil dari mengkonfirmasi piutang usaha.
Ikhtisar tersebut harus memberikan, pada tingkat minimum, data statistic
mengenai:
Jumlah dan nilai dollar konfirmasi yang dikirimkan serta jawaban yang
diterima.
Proporsi dari total populasi yang dicakup oleh sampul
Hubungan antara nilai yang diaudit dengan nilai buku item-item yang
tercakup dalam sampel.
Prosedur statistic dan nonstatistik dapat digunakan untuk memproyeksikan
salah saji yang ditemukan dalam sampel terhadap populasi. Bukti gabungan
yang diperoleh dari konfirmasi, prosedur alternative yang dilaksanakan apabila
konfirmasi tidak dijawab, dan pengujian rincian serta prosedur analitis lainnya
dievaluasi untuk menentukan apakah bukti piutang usaha kotor. Apabila
sejumlah besar pengecualian ditemukan, atau jawaban yang tidak memadai
diterima dari permintaan konfirmasi dan auditor tidak dapat memperoleh bukti
yang cukup kompeten dari pengujian substantive lainnya, maka dia tidak
mungkin menerbitkan laporan auditor standar.
2.17 APLIKABILITAS ASERSIKonfirmasi piutang usaha merupakan sumber bukti yang utama dalam
memenuhi asersi eksistensi atau kejadian. Pengakuan hutang oleh pelanggan
ketika menjawab konfirmasi menunjukkan bahwa klien memiliki klaim legal
terhadap pelanggan. Jadi, pengujian ini memberikan bukti yang berkaitan
dengan asersi hak dan kewajiban. Konfirmasi piutang usaha bukan merupakan
permintaan untuk membayar. Jadi, konfirmasi ini tidak memberikan bukti tentang
ketertagihan saldo yang terhutang.
Mengevaluasi Kelayakan Penyisihan Piutang Tak TertagihPengujian saldo meliputi:
16
Audit Siklus Pendapatan: Pengujian SubstantifPengujian Pengendalian Siklus Pendapatan dan Pengujian Substantif
Transaksi
Kelompok 2
Penggunaan perangkat lunak audit tergeneralisasi untuk menjumlah
secara vertical dan menjumlah ke samping neraca saldo umur piutang
usaha serta mencocokkan totalnya dengan saldo buku besar.
Pengujian penentuan umur atas jumlah-jumlah yang tercantum pada
kategori umur dalam neraca saldo.
Pertimbangan bukti yang berkaitan dengan ketertagihan jumlah yang telah
jatuh tempo, misalnya, dengan membaca korespondensi dari pelanggan.
Penilaian kelayakan presentase yang digunakan untuk menghitung
komponen penyisihan yang diperlukan pada setiap kategori umur dan
kelayakan penyisihan secara keseluruhan.
Pengevaluasian estimasi sebelumnya atas piutang tak tertagih dengan
pengalaman berikutnya dan manfaat melihat kembali pengalaman
sebelumnya.
Auditor dapat menggunakan perangkat lunak audit tergeneralisasi untuk
menentukan umur piutang dan file induk klien. Selain itu, jumlah yang
diperlihatkan dalam setiap kategori umur ke buku pembantu atau file induk, dan
menentukan lamanya waktu antara tanggal faktur penjualan yang belum dibayar,
yang terdiri dari setiap jumlah yang terhutang, dicatat serta tanggal neraca saldo.
Dalam mempertimbangkan ketertagihan jumlah yang sudah jatuh tempo,
auditor dapat memeriksa korespondensi dengan pelanggan dan agen penagihan
luar, mereview laporan kredit para pelanggan serta laporan keuangan, dan
membahas ketertagihan akun-akun tertentu dengan personil manajemen yang
sesuai.
Penyisihan piutang tak tertagih merupakan estimasi akuntansi yang dibuat
manajemen yang melibatkan baik pertimbangan objektif maupun subjektif. Pada
dasarnya, hal itu merupakan estimasi prospektif atas piutang usaha yang tidak
dapt ditagih di masa depan. Tanggung jawab auditor adalah menilai kelayakan
penyisihan serta provisi yang berkaitan dengan beban piutang tak tertagih. Dari
data mengenai umur piutang, informasi tentang ketertagihan, dan analisis atas
pengalaman sebelumnya dengan piutang tak tertagih, auditor dapat menilai
kelayakan persentase yang digunakan untuk menghitung komponen penyisihan
yang diperlukan atas setiap kategori umur, serta kecukupan penyisihan secara
17
Audit Siklus Pendapatan: Pengujian SubstantifPengujian Pengendalian Siklus Pendapatan dan Pengujian Substantif
Transaksi
Kelompok 2
keseluruhan. Salah satu aspek penting dalam mengevaluasi pengalaman
sebelumnya dengan perusahaan adalah melakukan peninjauan atas peristiwa di
masa lalu untuk mengevaluasi estimasi sebelumnya atas penyisihan serta
pengalaman berikutnya ketika menagih piutang yang beredar pada tanggal
estimasi dibuat. Apabila pengendalian klien atas pembelian kredit dan
penghapusan piutang usaha cukup kuat, maka bukti yang diperlukan untuk
melakukan penilaian ini akan lebih sedikit jika dibandingkan dengan apabila
pengendaliannya lemah.
2.18 PERBANDINGAN PENYAJIAN LAPORAN DENGAN GAAPAuditor harus memiliki pengetahuan tentang cara penyajian laporan dan
persyaratan pengungkapan untuk piutang usaha dan penjualan menurut prinsip-
prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP). Persyaratan ini meliputi
identifikasi dan klasifikasi yang tepat. Review atas neraca saldo piutang usaha
dapat menunjukkan piutang dari karyawan, pejabat perusahaan, perusahaan
afiliasi, serta pihak terkait lainnya yang harus diklasifikasi kembali atau
diungkapkan secara terpisah, jika material. Sumber yang sama ini juga dapat
mengungkapkan piutang dengan saldo kredit yang jika signifikan secara agregat,
harus diklasifikasikan kembali sebagai kewajiban lancar. GAAP juga
mengharuskan kalsifikasi yang tepat atas piutang sebagai lancar dan tidak
lancar, serta pengungkapan yang berkaitan dengan penggadaian, pembebanan,
dan pemfaktoran piutang. Bukti yang relevan dengan hal-hal tersebut harus bias
diperoleh melalui Tanya jawab dengan manajemen dan mereview notulen rapat
dewan komisaris serta perjanjian pinjaman. Representasi manajemen mengenai
hal-hal tersebut harus diperoleh secara tertulis dalam bentuk surat representasi
klien yang merupakan salah satu langkah terakhir dari audit.
2.19 JASA BERNILAI TAMBAHStandar audit yang berlaku umum tidak mensyaratkan auditor untuk
melakukan jasa bernilai tambah (value-added service). Akan tetapi, banyak
auditor mengembangkan spesialisasi industri sehingga mereka dapat memahami
kecenderungan industry dan mengidentifikasi dengan lebih baik risiko yang
18
Audit Siklus Pendapatan: Pengujian SubstantifPengujian Pengendalian Siklus Pendapatan dan Pengujian Substantif
Transaksi
Kelompok 2
berkaitan dengan laporan keuangan yang tidak menyajikan secara wajar posisi
keuangan, hasil operasi, atau arus kas. Klien dan dewan komisaris biasanya
ingin mengambil keuntungan penuh dari pengetahuan auditor itu.
Dalam proses pelaksanaan audit, auditor dapat menetapkan tolak ukur atas
kinerja perusahaan dibandingkan dengan perusahaan lain dalam industri itu.
Sebagai contoh, auditor dapat membicarakan apakah:
Perusahaan telah secara efektif memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan
penjualan berdasarkan rasio penjualan terhadap total aktiva.
Piutang telah tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan penjualan,
sehingga menghasilkan arus kas.
Perusahaan telah secara tepat menetapkan risiko yang berkaitan dengan
perubahan atau kedewasaan pasar.
Perusahaan telah sukses membuat inovasi produk baru di pasaran dan
menikmati persentase pendapatan yang tinggi dari produk baru tersebut,
relative terhadap persaingan.
Setelah auditor menyelesaikan audit atas siklus penjulan, dia harus
mengikhtisarkan masalah penting yang dapat menghambat kinerja jasa
bernilai tambah kepada klien.
19
Audit Siklus Pendapatan: Pengujian SubstantifPengujian Pengendalian Siklus Pendapatan dan Pengujian Substantif
Transaksi
Kelompok 2
3. Kesimpulan dan Saran
3.1 KesimpulanDalam melaksanakan audit, auditor harus menaruh perhatian pada
semua bidang pertanggung jawaban manajemen seperti diuraikan diatas,
tetapi dengan tingkat tekanan yang berbeda-beda dengan masing-masing
penugasan. Bidang mana yang akan memeperoleh perhatian yang lebih
besartergantung pada pertimbangan terhadap bergabai factor yang
terlibat pada waktu menentuka arah kegiatan audit dan resiko yang
dihadapai organisasi.
Hasil dari tahap pengujian substantive adalah temuan. Temuan
audit berpangkal dari perbandingan kondisi (apa yang sebenrnya terjadi)
dengan criteria (apa yang seharusnya terjadi), mengungkap akibat yang
ditimbulkan dari perbedaan kondisi dan criteria tersebut serta mencari
penyebabnya. Pengembangan temuan setelah pengujian substantive
dangat menetukan keberhasilan tugas audit. Untuk itu, auditor perlu
memahami unsure-unsur temuan, sehingga pengembangan temuan
menjaid lebih efektif.20
Audit Siklus Pendapatan: Pengujian SubstantifPengujian Pengendalian Siklus Pendapatan dan Pengujian Substantif
Transaksi
Kelompok 2
3.2 Saran
Kami menyarankan kepada rekan-rekan untuk dapat memahami
definisi, komponen dan tujuan sistem pengendalian intern agar
kedepan rekan-rekan rekan Kelas B Angkatan II Program S1-
STAR BPKP Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hasanuddin tidak kesulitan dalam pemahaman lebih
dalam terkait Auditing II.
Kami juga menyarankan rekan-rekan untuk aktif melakukan
sharing pendapat terkait “Audit Siklus Pendapatan: Pengujian
Substantif Pengujian Pengendalian Siklus Pendapatan dan
Pengujian Substantif Transaksi” agar kita dapat saling membagi
dan mendapatkan pemahaman maksimal terhadap ilmu tersebut.
21
Audit Siklus Pendapatan: Pengujian SubstantifPengujian Pengendalian Siklus Pendapatan dan Pengujian Substantif
Transaksi
Kelompok 2
DAFTAR PUSTAKA
Boynton, William C., Johnson, Raymond N., Kell. 2001. Modern Auditing.
Seventh Edition. John Wiley & Sons Inc. New York.
Jr, William F. Meisser, Glover, Steven M., Prawitt, Douglas F. 2006. Auditing & Assurance Services: A Systematic Approach, Forth Edition. McGraw-Hill. New York.
Institut Akuntan Publik Indonesia. Standard Audit (SA)
22