makalah atribusi sosial

21

Click here to load reader

Upload: fitraah-viyanty-ii

Post on 14-Jun-2015

7.770 views

Category:

Education


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH ATRIBUSI SOSIAL

PSIKOLOGI SOSIAL

ATRIBUSI SOSIAL

Deasti Nur Fauzah

Fitrah Viyanti

Fitria Immaila sari

Stefanny Sutandi

Fakultas Psikologi 2012

Universitas Mercu Buana

Page 2: MAKALAH ATRIBUSI SOSIAL

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setelah manusia melakukan persepsi sosial , hal selanjutnya yang dia lakukan

adalah atribusi sosial. Dengan atribusi sosial, manusia memperbaiki apa yang

menyebabkan orang lain itu berperilaku tertentu. Apa yang ada dibalik perilakunya ?

orang seperti apa dia ? bagaimana sifat-sifatnya ? apa niatnya ? bagaimana

sikapnya ? dan seterusnya. Menurut Myers (1996) kecenderungan manusia untuk

menjelaskan segala sesuatu (sifat ilmuwan pada manusia) ,termasuk apa yang ada

dibalik perilaku orang lain.

Dasar untuk mencari penjelasan itu menurut F.Heider (1958) yang terkenal

sebagai tokoh psikologi atribusi adalah akal sehat (commonsense). Secara akal

sehat , ada dua golongan yang menjelaskan suatu perilaku , yaitu yang berasal dari

orang yang bersangkutan (atribusi internal)dan yang berasal dari lingkungan atau

luar diri orang yang bersangkutan (atribusi eksternal).

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu :

1. Apakah pengertian dari Atribusi Sosial?

2. Apakah saja teori-teori dari Atribusi sosial?

3. Apakah saja kesalahan dalam Atribusi Sosial?

C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini , adalah untuk menjawab rumusan masalah diatas ,

yaitu :

1. Untuk mengetahui lebih jelas tentang pengertian atribusi sosial

2. Untuk mengetahui dan memahami teori-teori atribusi sosial

3. Untuk mengetahui kesalahan yang terjadi dalam atribusi

Page 3: MAKALAH ATRIBUSI SOSIAL

BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Atribusi Sosial

Atribusi adalah memahami perilaku diri sendiri atau orang lain dengan menarik

kesimpulan tenatang , apa yang mendasari atau melatarbelakangi perilaku tersebut.

Myers (1996). Kecenderungan member atribusi disebabkan oleh kecenderungan

manusia untuk menjelaskan segala sesuatu, termasuk apa yang ada dibalik perilaku

orang lain.

Atribusi juga merupakan proses untuk mengidentifikasi penyebab penyebab

perilaku orang lain dan untuk kemudian mengerti tenteng sifat sifat trait yang menetap

dan disponsisinya. Proses dimana kita mencari informasi disebut atribusi.

Definisi formalnya , atribusi berarti upaya kita untuk memahami penyebab dibalik

perilaku oranglain, dan dalam beberapa kasus, juga penyebab dibalik perilaku kita

sendiri.

Pola atribusi mencerminkan teori implisit yang diperoleh dari induksi dan

sosialisasi dan karenanya didistribusikan diferensial lintas budaya manusia. Secara

khusus, hipotesis dispositionalism dalam atribusi untuk perilaku mencerminkan teori

perilaku sosial yang lebih luas di individualis daripada budaya kolektivis .

B. Teori-Teori Atribusi

Teori Atribusi dari Heider

Teori atribusi adalah bagaimana kita membuat keputusan tentang seseorang.

Kita membuat sebuah atribusi ketika kita merasa dan mendeskripsikan perilaku

seseorang dan mencoba menggali pengetahuan mengapa mereka berperilaku seperti

itu.Kajian tentang atribusi awalnya dilakukan oleh Heider (1925) . Dalam tradisi

fenomologi, pertanyaan yang di ajukan adalah bagaimana kita melakukan kontak

dengan dunia nyata jika pikiran kita hanya memiliki data indrawi (kesan dan

pengalaman).Psikologi gestalt mencoba untuk mengenali prinsip prinsip data yang

mengatur bagaimana pikiran membuat penyimpulan tentang dunia hari data indrawi

(membuat data indrawi jadi bermakna) . Heider bertanya, bagaimana kita “ mengatribusi

data indrawi kepada objek objek tertentu di dunia “ . Atribusi merupakan tindakan

Page 4: MAKALAH ATRIBUSI SOSIAL

penafsiran; apa yang “terberi” (kesan dari data indrawi) dihubungkann kembali kepada

sumber asalnya . Contoh, ketika saya mendapat kesan warna merah dari sebuah

benda, maka saya menyimpulkan nya bahwa benda itu berwarna merah. Artinya, saya

mengatribusi kesan warna merah itu kepada benda yang memberi saya kesan warna

merah. Contoh lain dari atribusi, ketika saya bertemu dengan seseorang yang

menampilkan ekspresi wajah tidak ramah dan posisi tubuh yang terkesan berjarak dari

orang lain, maka saya menyimpulkan bahwa orang itu tidak ramah. Dari sini, kita dapat

mengatakan bahwa atribusi merupakan analisis aksual, yaitu penafsiran terhadap sebab

–sebab dari mengapa sebuah fenomen menampilkan gejala gejala tertentu.

Heider, yang di kenal sebagai bapak dari teori atribusi, percaya bahwa orang

seperti ilmuwan amatir, berusaha untuk mengerti tingkah laku orang lain dengam

mengumpulkan dan memadukan potongan-potongan informasi sampai mereka tiba

pada sebuah penjelasan masuk akal tentang sebab-sebab orang lain bertingkah laku

tertentu.Dalam bukunya The psychology of interpersonal relations Hedier

mengambarkan dengan apa yang disebut naïve theory of action yaitu kerangka kerja

konseptual yang digunakan orang untuk menafsirkan ,menjelaskan ,dan meramalkan

tingkah laku orang lain.Dalam kerngka kerja ini konsep interpersonal (seperti

keyakinan,hasrat,niat ,keinginan untuk mecoba dan tujuan) memanikan peran

penting.Akan tetapi Heider jga mengadopsi teory Lewin yang membuat perbedaan

antara penyebab pribadi dan situasi,serta menyatakan bawa orang menggunakan

perbedaan ini dalam menjelaskan tingkah laku.Disuatu sisi pertentangan mengenai

konsep intensional dan perbedaan peribadi si sisi lain ,belum terselesaikan hingga saat

ini.Heider tidak memperjelas hubungan kedua dan iya lebih focus kepada perbedaan

pribadi situasi pada studi selanjutnya.Menurut heider ada dua sumber atribusi terhadap

tingkah laku 1:atribusi internal atau disposisional 2: Atribusi eksternal atau lingkungan

menyimpulkna bahwa tingkah laku seseorang di sebabkan oleh sifat sifat atau disposisi

(unsure psikologis yang mendahului tingkah laku seseorang)Pada atribusi eksternal kita

menyimpulkan bahwa tingkah laku sseorang disebabkan oleh situasi tempat orang itu

berada.Analisis tentang bagaimana cara orang menyimpulkan disposisi dari tingkah laku

dilakukan oleh Jones dan Davis (1965) mereka melihat dari putusan-putusan dari

intense sebagai syarat dari putusan putusan tentang disposisi.akan tetapi studi lebih

diarahkan kepada faktor disposisional pada kajian selanjutnya.

Page 5: MAKALAH ATRIBUSI SOSIAL

Teory Atribusi dari Kelley

Kelley mengajukan model proses atribusi yang tidak lain merujuk pada

intensi.Menurut Kelley untuk menjadikan tingkah laku konsesten ,orang yang membuat

atribusi personal ketika consensus dan kehususan (distinctiveness) rendah.sedangakn

pada saat consensus dan kehususan orang membuat atribusi stimulus.Jadi atribusi

dipengaruhi oleh faktor faktor dari interaksi orang dengan situasi yang

dihadapinya ,bukan pada faktor intensional.Konsensus didefinisikan sejauh mana orang

bereaksi terhadap beberapa stimulus atau kejadian dengan cara yang sama dengan

orang yang sedang kita nilai.Sedankan kehususan adalah sejauh mana seseorang

merespon dengan cara yang sama terhadap stimulus atau kejadian yang berbeda.istilah

yang juga pentinga adalah konsistensi yang didefinisikan sebagai sejauh mana

seseorang merespon setimulus atau situasi dengan cara yang sama dalam berbagai

peristiwa (miaslnya,dalam waktu dan tempat yang berbedacara meresponya tetap

sama)Konsistensi juga merupaka faktor penting dalam menentukan apakah atribusi

yang dihasilkan melibatkan faktor personal atau stimulus.Sebagai contoh :ketika kita

diminta menilai menagpa seseorang yang tidak kita kenal mencela sebuah film yang

diperlihatkan kepadanya.jika kita tahu ada orang lain yang tidak menilai jelek film itu

(consensus rendah) dan jika kita tahu bwahwa dimala lalunya orrang tersebut sering

mecela film(keberbedaan rendah)maka kita kan membuat atribusi

personal .Mialnya ,dengan mengatakan bawa orang tersebut punya standar yang tinggi

untuk film atau memang memiliki kecenderungan yang negativistik,Penialain kita selalu

dikaitkan dengan karakteristik personal orang tersebut ,juga karena kita

mempersepsikan adanya konsestensi yang tinggi pada respon orang yang kita nilai

terhadap film yang sedang dipertunjukan ,disisi lain jika kita tahu bahwa orang orang

juga mencela film itu (consensus tinggi) dan orang yang sedang kita nilai jarang

mencela film film lain(keberbedaan tinggi) sedangkan untuk film yangs edang

dipertunjukan itu orang itu selalu mencela.maka kita akn membuat atribusi

stimulus .mislnya dengan mengatakan bahwa film yang diperlihatkan itu bmemang

jelek,disini konsistensi yang tinggi juga berperan dalam dihasilkannya atribusi stimulus.

Page 6: MAKALAH ATRIBUSI SOSIAL

Teori Atribusi Malloy & Albright (1990)

dalam penelitiannya menemukan bahwa di antara orang-orang yang sudah saling

mengenal ada dua hal yang berpengaruh pada persepsi dan atribusi sosial yaitu orang

yang dipersepsikan (target) dan orang yang melakukan persepsi iitu sendiri atau

pengamat (perceiver). Temuan ini mendukung dua teori tentang proses pembentukan

atribusi . Teori itu adalah sebagai berikut .

1. Teori penyimpulan terkait , menurut teori yang berfokus pada target ini , perilaku

orang lain merupakan sumber informasi yang kaya. Jadi, kalau kita mengamati

perilaku orang lain dengan cermat , kita dapat mengambil bebagai kesimpulan.

Orang yang tersenyum misalnya , tentunya sedang senang hati atau orang

tersebut ramah. Akan tetapi , seringkali perilaku yang tampak tidak sama dengan

yang ada didalam diri prang yang bersangkutan. Seperti pada contoh yang telah

dikemukakan diatas , kasir toko swalayan yang tersenyum kepada semua

langganannya atau satpam yang mengusir anak-anak kampung , berperilaku

seperti itu karena tugasnya , bukan karena benar-benar ramah atau bengis. Oleh

karena itu kita harus lebih cermat mengamati perilaku orang lain. Jones dan

Davis (1965) dan Jones & McGillis(1976) mengemukakan bahwa hal-hal khusus

yang perlu diamati untuk lebih menjelaskan atribusi adalah sebagai berikut.

a) Perilaku yang timbul karena kemauan orang itu sendiri atau orang itu bebas

memilih kelakuannya sendiri perlu lebih diperhatikan daripada perilaku

karena peraturan atau ketentuan atau tata cara atau perintah orang lain.

Misalnya kair yang cemberut atau satpam yang tersenyum lebih

mencerminkan keadaan dirinya daripada kasir yang harus tersenyum atau

satpam yang harus galak. Demikian juga mertua yang baik kepadda

menantu(walaupun ia dapat saja galak) atau orang yang member i tempat

duduk pada wanita tuas dibus yang penuh sesak (walaupun ia dapat saja

tetap duduk ) benar-benar mencerminkan atribusinya sendiri karena mereka

mempunyai pilihan sendiri.

b) Perilaku yang membuahkan hasil yang tidak lazim lebih mencerminkan

atribusi perilaku daripada yang hasilnya berlaku umum. Misalnya, wanita

yang mau dengan pria yang genduut , jelek , miskin tetapi penuh perhatian ,

lebih dapat diandalkan cintanya daripada wanita yang suka kepada pria

ganteng , kaya, berpendidikan tinggi. Atau , seorang lulusan SMA yang

pandai dan dapat diterima di Fakultas Kedokteran atau Fakultas Ekonomi ,

Page 7: MAKALAH ATRIBUSI SOSIAL

tetapi ia justru memilih jurusan ilmu purbakala , lebih jelas motivasinya

daripada siswa yang prestasinya rata-rata , tetapi bersikeras ingin masuk ke

Fakultas Kedokteran atau Fakultas Ekonomi.

c) Perilaku yang tidak biasa lebih mencerminkan atribusi daripada perilaku

yang umum . Misalnya , seorang pelayan toko menunjukkan toko lain kepada

pelanggannya yang menanyakan barang yang tidak tersedia di toko tersebut.

Atau , seorang pria yang mencinta wanita setengah baya yang belum

menikah.

Karena adanya prinsip untuk lebih mengamati hal-hal yang khusus dalam

hubungan dengan orang lain , orang-orang yang sudah berhubungan lama

lebih dapat saling mengandalkan dalam hubungan antar pribadi mereka.

Dalam sebuah penelitian terhadap 119 pasangan teman dekat dan 1.668

pasangan kenalan biasa di Amerika Serikat , terbukti bahwa teman-teman

dekat lebih saling tergantung dalam saling membentuk persepsi sosial

antarmereka daripada kenalan biasa (Kenny & Kashy 1994)

2. Teori Sumber Perhatian dalam kesadaran , teori ini menekankan proses yang

terjadi dalam kognisi orang yang melakukan persepsi (pengamat). Gilbert (1998)

mengemukakan bahwa atribusi harus melewati kognisi dan dalam kognisi terjadi

dalam tiga tahap .

a) Kategorisasi , dalam tahap ini pengamat menggolongkan dulu perilaku orang

yang diamati (pelaku) dalam jenis atau golongan tertentu sesuai dengan

bagan atau skema yang sudah terekam terlebih dahulu dalam kognisi

pengamat (dinamakan skema kognisi). Misalnya , dalam skema kognisi Jhon

sudah ada golongan-golongan perilaku , yaitu ramah , bersahabat, curang ,

amu menang sendiri dan sebagaiinya. Pada awalnya Jhin menggolongkan

perilau Wayan dalam Ramah dan bersahabt , tetapisejak Wayan membawa

kemenakannya ke Jakarta tanpa persetujuannya, perilaku Wayan

dikategorisasikan sebagai curang dan mau menang sendiri.

b) Karakterisasi , pengamat member atribusi kepada pelaku bedasarkan

kategorisasi tersebut. Jadi,Jhon member sifat baik hati dan bersahabat

kepada Wayan ketika ia berada di Bali , sementara waktu di Jakarta Jhon

mengatribusikannya sebagai curang , dan tidak memperhatian teman.

Page 8: MAKALAH ATRIBUSI SOSIAL

c) Koreksi, tahap yang terakhir adalah megubah atau memperbaiki ,

kesimpulannya yang ada pada pengamat tentang pelaku. Dalam kasus

Jhon , ia mengoreksi simpulannya tentang Wayan dari orang yang ramah

dan bersahabt menjadi orang yang curang dan tidak memperhatikan teman

sejak Jhon mendapat informasi baru tentang perilaku Wayan selama ia dan

kemenakannya berada di Jakarta. Proses yang sama terjadi juga dalam

contoh kutipan cerita pendek diatas pada diri Wayan . Jhon yang semula

dikategorisasikan dan diatribusikan sebagai bule yang sederhana dan baik

hati dikoreksi dalam kognisi Wayan menjadi bule bekas penjajah yang pelit.

Dalam kehidupan sehari-hari siklus kategorisasi karakterisasi koreksi ini

terjadi dalam setiap hubungan antarpribadi , yaiut hubungan rekan kerja ,teman

sekolah , sahabat,pacaran , perkawinan , rekan bisnis , dan sebagaiinya.

Hubungan itu dapat bersifat positif (saling menyukai , saling curiga , saling iri )

atau dapat berlanjut atau putus berdasarkan karakterisasi yang diberikan pada

saat tertentu (Jaspers & Hewstone , 1990).

Setelah kita mengetahui bagaimana proses terjadinya atribusi , pertanyaan

yang berikut adalah bagaimana kita menetapkan atribusi internal atau atribusi

eksternal . Hal ini dijelaskan oleh teori tentang atribusi berikut.

3. Teori atribusi internal dan eksternal , teori ini yang tetap mendasarkan diri pada

akal sehat saja mengatakan bahwa ada tiga hal yang perlu di perhatikan untuk

menetapkan apakah suatu perilaku beratribusi internal atau eksternal.

a) konsensus , apakah suatu perilaku cenderung dilakukan oleh semua orang

pada situasi yang sama . Makin banyak yang melakukannya , makin tinggii

konsensus dan makin sedikit yang melakukannnya ,makin rendah.

b) Konsistensi, apakah pelaku yang bersangkutan cenderung melakukan

perilaku yang sama di masa lalu dalam situasi yang sama kalau “ya” ,

konsistensinnya tinggi , kalau “tidak” konsistensinya rendah.

c) Distingsi atau kekhususan , apakah pelaku yang bersangkutan cenderung

melakukan perilaku yang sama dimasa lalu dalam situasi yang berbeda-

beda. Kalau “ya” , maka distingsinya tinggi , kalau “tidak” distingnya rendah.

Page 9: MAKALAH ATRIBUSI SOSIAL

Sekarang marilah kita kembali ke contoh Jhon dan Wayan. Buat Jhon ,

perilaku Wayan membawa kemenakannya menginap di rumahnya tanpa izin ,

meminta ongkos untuk kemenakannya dan tidak mau pulang walau sudah diusir

adalah perilaku yang konsistensinnya rendah (sepengetahuaanya jhon tidak

lazim dilakukan orang), konsistensinya tinggi (Wayan mengatakan bahwa ia

sudah biasa pergi dari rumah selama lebih dari satu bulan, ia biasa tidur

sekamar berlima , ia biasa tidur dikursi dan sebagainya) dan distingnnya rendah

(waktu Jhon di Bali , perilaku Pak Wayan berbeda sekali ). Pelaku jenis ini

(consensus rendah , konsistensi tinggi dan disting rendah) di beri simpulan

sebagai atribut internal (memang pada dasarnya Waab bersifat curang).

Dengan demikian , atribusi yang dibuat oleh pengamat , sekali lagi sangat

tergantung pada keadaan kognisi si pengamat itu, hal tersebut tidak berarti

bahwa atribusi hanya ditentukan oleh pengamat dan pelaku. Kadang-kadang

adanya factor lain atau orang lain juga dapat menentukan apakah suatu atribusi

adalah internal atau eksternal.

4. Atribusi karena factor lain , kalau seorang ibu marah kepada anaknya , atribusi

yang mungkin diberikan oleh orang yang menyaksikannnya (pengamat) adalah

bahwa ibu itu (pelaku)galak kepada anaknya. Apalagi jika marah-marah itu

dilakukan di depan orang lain yang seharusnya tidak menyaksikan perilaku

semacam itu (misalnya dihadapan guru anaknya), kesan atribusi internal (ibu itu

memang galak) akan lebih kuat lagi. Akan tetaoi , jika inu itu marah karena tiba-

tiba anaknya menyebrang jalan seenaknnya sehingga hampir tertabrak mobil ,

simpulan pengamat cenderung pada atribusi eksternal daripada internal (pantas

ibu itu marah-marah karena anaknya nakal,melakukuan hal yang berbahaya ,

menyeberang tiba-tiba dan hampir ditabrak mobil).

5. Analisis konseptual menunjukkan bahwa tindakan yang perseptor didasarkan

pada stereotip - atribusi yang dihasilkan tentang target individu tertentu dapat

menyebabkan perilaku individu yang untuk mengkonfirmasi atribusi awalnya

keliru perseptor itu . Sebuah penyelidikan paradigmatis konfirmasi perilaku

stereotip yang melibatkan daya tarik fisik ( misalnya , " orang-orang cantik adalah

orang-orang baik " ) . 51 laki-laki " perceivers " berinteraksi dengan 51

Page 10: MAKALAH ATRIBUSI SOSIAL

perempuan " target " ( semua mahasiswa ) yang mereka percaya secara fisik

menarik atau tidak menarik secara fisik . Tapi rekaman perilaku percakapan

setiap peserta dianalisis oleh hakim pengamat naif untuk bukti konfirmasi

perilaku . Hasil menunjukkan bahwa target yang dirasakan ( tidak mereka ) untuk

menjadi menarik secara fisik datang untuk berperilaku dengan cara yang ramah ,

menyenangkan , dan bersosialisasi dibandingkan dengan target yang perceivers

menganggap mereka sebagai tidak menarik.

Dimensi Lain dari Atribusi Kausal

Selain ingin mengetahui tingkah laku orang lain disebabkan oleh faktor internal

atau eksternal.kita juga biasanya ingin mengetahui apakah faktor penyebab yang

mempengaruhi tingkah laku itu menetap atau hanya sementara dan apakah faktor faktor

itu dapat dikendalikan atau tidak,.Dimensi atribusi kasual ini terlepas dari dimensi

internal eksternal ,ada faktor penyebab internal yang stabil serta tidak berubah seiring

ruang dan waktu.seperti sifat kepribadian yang temperamen,disisi lain ada faktor

penyebab internal yang berubah berubah seperti motiv,kesehatan,kelelahan,dan

suasana hati.Hal serupa juga berlaku pada faktor faktor penyebab eksternal.Norma

sosial serta kondisi geografis merupakan contoh faktor penyebab eksternal yang

menetap.Sedangkan nasib baik dan tuntutan orang lain merupakan contoh penyebab

eskternal yang berubah –ubah

Kita dapat melakukan atribusi dengan menggunakan beragam penyebab

potensial yang berbeda.Contohnya berikut ini dapat menunjukakn kepada kita tentang

ha tersebut.Ketika kita bertemu dengan seseorang teman yang menguji penampilan

kita ,kita meras senang dan menilai usaha kita memilih baju tadi pagi itu tidak sia-

sia .Kita juga bisa menilai bahwa teman tersebut memiliki selera yang relative sama

dengan kita,Akan tetapi setelah bercakap cakap beberapa saat,teman kita mengajukan

permohonan bantuan untuk mengajarkan sebuah pekerjaan yang tidak

mudah.Permintaan itu membuat kita mempertanyaka lagi mengapa iya menguji

penampilan kita,Kita bisa saja berfikir “Jangan –jangan iya memuji karena ingin

mengambil hati supaya saya mau mebantunya?” ,Namun mungkin juga iya membang

benar bersunguh sungguh ingin memuji penampilan kita.terlepan dari keinginan untuk

meminta bantuan kita,Ada dua hal yang mungkin menjadi penyebab dari tingkah laku

Page 11: MAKALAH ATRIBUSI SOSIAL

teman kita tersebut.kita bisa saja terlibat denga apa yang oleh pskolog sosial disebut

discounting,yaitu kita menilai penyebab pertama bahwa iya punya selera yang relatif

sama dan berbaik hati memuji kita menjadi kurang oenting atau merupakan efek dari

penyebab lain,yaitu meminta bantuan kita.Banyak penelitian tentang gejala ini

menunjukan bahwa discounting merupakan hal yang cukup umum terjadi dan

memberikan pengaruh yang besar terhadap atribusi kta dalam berbagai situasi.

Kita bayangkan kemungkinan kejadian lain,jika teman kita yang memberikan

pujian adalah orang yang setahu kita tidak pernah atau jarang sekali memuji penampilan

orang lain ,maka kita bisa menilai tingkah laku memujinya itu sebagai tindakan yang

tulus.Permintaan bantuan mungkin sudah sejak awal dianiatkan untuk disampaikan

kepada kita ,tetapi itu hal tersebut disampaikan belakangan karena iya sungguh

sungguh tergugah oleh penampilan kita.Psikologi sosial menyebut gejala seperti ini

sebagai augmenting yaitu kecenderungan untuk menambahkan bobot atau sifat penting

terhadap sebuah faktor yang mungkin memfasilitasi tingkah laku yang ditampilkan ketika

faktor ini dan faktor lainya mungkin yang mungkin menghambat tingkah laku itu muncul

bersamaan.Dengan pertimbangan bahwa tingkah laku itu tetap ditampilkan kita menilai

bahwa faktor yang menfasilitasi tingkah laku itu jauh lebih besar pengaruhnya dari pada

faktor yang menghambatnya.Dalam keseharian gejala discounting dan augmenting

banyak kita temukan gejala kedua ini mengunggah para peneliti dibidan psikologi sosial

untuk menguji secara ilmiah keberadaanya.hasilnya memperkuat pendapat bahwa

discounting dan augmenting beroeran dalam atribusi kasual.

Adapun Studi yang menunjukkan bahwa 1 persepsi kausal peristiwa sosial,

tetapi peristiwa tidak secara fisik berbeda antara mahasiswa Amerika dan Cina. Studi

menemukan 2 surat kabar berbahasa Inggris lebih disposisional dan koran berbahasa

Cina lebih situasional dalam penjelasan kejahatan yang sama . Studi menemukan

bahwa 3 responden survei Cina berbeda dalam bobot disposisi personal dan faktor

situasional sebagai penyebab pembunuhan baru-baru ini dan dalam penilaian

kontrafakta tentang bagaimana pembunuhan mungkin telah dihindari oleh situasi

berubah . Implikasi bagi isu-isu dalam psikologi kognitif , sosial , dan organisasi yang

dibahas.

Page 12: MAKALAH ATRIBUSI SOSIAL

C. Kesalahan dalam Atribusi

Kesan Jhon, baik terhadap Wayan , maupun Wayan terhadap Jhon , pada akhir

kisah diatas sama-sama negative. Sebelumnya mereka saling member atribusi internal

yang positif. Mana yang benar? Negatif atau Positif? Jika di tinjau menurut penelitian Kenny

dan Kashy (1994), mungkin hubungan kedua orang itu belum cukup dekat untuk dijadikan

andalan, sedangkan ditinjau dari pendapat Jaspers & Hewstone (1990) informasi yang

diperoleh kedua orang itu belum cukup untuk membuat skema kognitif yang benar.

Bagaimanapun juga , pemberian atribusi bisa salah. Kesalahan itu menurut Baron &

Byrne (1994) dapat bersumber pada beberapa hal .

1. Kesalahan atribusi yang mendasar (fundamental error) , yaitu kecenderungan untuk

selalu member internal. Padahal , banyak kemungkinan factor penyebab Jhon dan

Wayan sama saling member internal kemungkinan besar perilaku mereka

disebabkan oleh factor eksternal (adat , tradisi,kebiasaa masyarakat , dan

sebagainya )

2. Efek pelaku-pengamat , proses persepsi dan atribusi sosial tidak hanya berlaku

dalam hubungan antar pribadi , melainkan juga terjadi dalam hubungan

antarkelompok , karena pada hakikatnya prinsip-prinsip yang terjadi ditingkat individu

dapat di generalisasikan ke tingkat antarkelompok (Betancourt,1990)

3. Pengutamaan diri sendiri (self-serving biss) , sehubungan dengan pengaruh posisi

sebagai pengamat dan pelaku diatas , sumber kesalahn berikutnya adalah bahwa

setiap orang cenderung untuk membenarkan diri sendiri dan menyalahkan orang

lain.

Dalam hubungan antarpribadi , kecenderungan untuk memebrikan atribusi

eksternal pada hal-hal yang negative ini dipengaruhi oleh factor kepribadian.

Misalnya , dalam penelitian murid kelas 3,4,7,dan 8 di Amerika , nilai yang jelek oleh

murid-murid dengan kesulitan belajar dianggap karena kesalahan-kesalahan diluar

dirinya (atribusi eksternal),seperti soal yang terlalu sulit ,gurunya tidak jelas,dan

sebagainya , sedangkan diantara siswa-siswa yang tidak mengalami kesulitan

belajar nilai yang jelek lebih dianggap sebagai kesalahan sendiri (atribusi internal) ,

seperti kurang belajar ,kurang usaha .(Tur & Bryan 1993).

Oleh karena besarnya kemungkinan kesalahan atribusi inilah maka atribusi

memerlukan pengkajian yang lebih mendalam, walaupun prinsipnya tetap

Page 13: MAKALAH ATRIBUSI SOSIAL

berdasarkan akal-sehat. Dengan perkataan lain , proses pengolahan oleh akal sehat

itu di pengaruhi oleh berbagai factor. Karena itu , kita perlu mempelajari proses

kognisi secara lebih mendalam.

4. Efek relevansi dengan keuntungan pribadi (hedonic relevance) Ini adalah

kecenderungan seseorang untuk menilai lebih positif perilaku orang lain yang

menguntungkan dirinya pribadi, dan menilai lebih negatif perilaku yang merugikan

dirinya. Misalnya teman Anda mencuri buah di kebun tetangga. Jika Anda mendapat

bagian buah curian (positif bagi Anda), maka Anda cenderung menganggapnya

melakukan pencurian hanya untuk senang-senang saja. Sebaliknya jika Anda tidak

mendapat bagian (negatif bagi Anda), maka Anda menganggap teman Anda berjiwa

maling.

5. Bias egosentrisme Ini adalah kecenderungan seseorang untuk menilai orang dengan

menggunakan diri sendiri sebagai referensi, alias beranggapan orang lain juga

melakukan hal yang sama. Misalnya Anda membaca buku karena mengisi waktu

luang. Maka Anda menganggap orang lain membaca buku juga untuk mengisi waktu

luang. Padahal boleh jadi tugasnya menuntut untuk membaca buku.

Page 14: MAKALAH ATRIBUSI SOSIAL

BAB 3

KESIMPULAN

Atribusi adalah proses mengenali penyebeb dari tingkah laku orang lain serta sekaligus

memperoleh pengetahuan tentang sifat-sifat dan disposisi-disposisi yang menteap pada orang

lain.Atribus merupakan tindakan penafsiran : apa yang “terberi” (kesan dari data indrawi)

dihubungknan kembali pada sumber asalnya.Ada dua sumber atribusi terhadap tingkah laku :

(1)atribusi internal disposisional ;dan (2) atribusi eksternal atau lingkungan.Untuk menjadikan

tingkah laku konsisten orang membuat atribusi personal ketika consensus dan keberadaan

rendah. Sedangkan pada saat consensus dan keberadaan tinggi orang membuat atribusi

stimulus. Karena besarnya kemungkinan kesalahan atribusi inilah maka atribusi memerlukan

pengkajian yang lebih mendalam, walaupun prinsipnya tetap berdasarkan akal-sehat. Dengan

perkataan lain , proses pengolahan oleh akal sehat itu di pengaruhi oleh berbagai factor.

Page 15: MAKALAH ATRIBUSI SOSIAL

DAFTAR PUSTAKA

Baron A.R.Psikologi Sosial. Erlangga: Jakarta 2003

Sarwono W.S. Psikologi Sosial-Individu dan teori-teori psikologi sosial. Balai Pustaka :

Jakarta , 2002

Sarwono W.S. Psikologi Sosial. Salemba Humanika: Jakarta ,2009

JURNAL :

PsycINFO Basis Data Record ( c) 2012 APA