makalah angular cheilitis

24
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angular cheilitis atau disebut juga perleche atau angular cheilosis merupakan suatu lesi yang ditandai dengan adanya fisur – fisur, pecah – pecah pada sudut bibir, berwarna kemerahan, mengalami ulserasi serta disertai rasa terbakar, nyeri dan rasa kering pada sudut mulut. Pada kasus yang parah, retakan tersebut dapat berdarah ketika membuka mulut dan menimbulkan ulser dangkal atau krusta. (Burket’s. 1994) Penyakit yang menyerang sudut mulut ini sering menimbulkan rasa nyeri dan sakit ketika sang pasien mengalami mulut kering atau xerostomia. Kelainan ini disebabkan oleh defisiensi vitamin B kompleks, defisiensi zat besi dalam darah, denture sore mouth dan beberapa factor lainnya seperti bernafas melalui mulut, membasahi bibir dengan lidah, serta menjilat sudut mulut dengan lidah. (Burket’s.1994) Selain itu beberapa kasus angular cheilitis pada anak – anak dapat juga disebabkan oleh sensitivitas anak – anak terhadap kontak agen – agen tertentu seperti mainan, 1

Upload: aulia-mursyida

Post on 11-Aug-2015

1.505 views

Category:

Documents


133 download

DESCRIPTION

Angular Cheilitis

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Angular Cheilitis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angular cheilitis atau disebut juga perleche atau angular cheilosis merupakan

suatu lesi yang ditandai dengan adanya fisur – fisur, pecah – pecah pada sudut bibir,

berwarna kemerahan, mengalami ulserasi serta disertai rasa terbakar, nyeri dan rasa

kering pada sudut mulut. Pada kasus yang parah, retakan tersebut dapat berdarah

ketika membuka mulut dan menimbulkan ulser dangkal atau krusta. (Burket’s. 1994)

Penyakit yang menyerang sudut mulut ini sering menimbulkan rasa nyeri dan

sakit ketika sang pasien mengalami mulut kering atau xerostomia. Kelainan ini

disebabkan oleh defisiensi vitamin B kompleks, defisiensi zat besi dalam darah,

denture sore mouth dan beberapa factor lainnya seperti bernafas melalui mulut,

membasahi bibir dengan lidah, serta menjilat sudut mulut dengan lidah.

(Burket’s.1994)

Selain itu beberapa kasus angular cheilitis pada anak – anak dapat juga

disebabkan oleh sensitivitas anak – anak terhadap kontak agen – agen tertentu seperti

mainan, makanan dan sinar matahari, alergi terhadap obat – obatan, bahan kosmetik,

serta terapi antibiotic dalam waktu yang lama.(Burket’s. 1994)

1

Page 2: Makalah Angular Cheilitis

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah definisi dari angular cheilitis?

1.2.2 Apakah factor etiologi dari angular cheilitis?

1.2.3 bagaimanakah gambaran klinis dan differensial diagnose dari angular

cheilitis?

1.3 Tujuan

1) Mampu mengetahui definisi dari angular cheilitis dan factor – factor

etiologinya.

2) Mampu mengetahui gambaran klinis, differential diagnose dari angular

chelitis

.

2

Page 3: Makalah Angular Cheilitis

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi dari angular cheilitis

Angular cheilitis atau disebut juga perleche atau angular cheilosis merupakan

suatu lesi yang ditandai dengan adanya fisur – fisur, pecah – pecah pada sudut bibir,

berwarna kemerahan, mengalami ulserasi serta disertai rasa terbakar, nyeri dan rasa

kering pada sudut mulut. Pada kasus yang parah, retakan tersebut dapat berdarah

ketika membuka mulut dan menimbulkan ulser dangkal atau krusta. (Burket’s. 1994)

Angular cheilitis atau perleche ialah reaksi inflamasi pada sudut bibir mulut

yang sering dimulai dengan penyimpangan mukokutaneus dan berlanjut hingga ke

kulit. Angular cheilitis ini dikarakteristik oleh kemerahan yang menyebar, bentuknya

seperti fisur- fisur, kulit yang nampak terkikis, ulser yang permukaannya berlapis dan

disertai dengan gejala yang subjektif seperti rasa sakit, rasa terbakar, dan nyeri.

(Susan,ZL. 2009)

Menurut Stannus, lesi ini ditandai dengan adanya fisur-fisur dan eritema pada

sudut mulut yang menyebar sampai ke bawah bibir dan kemungkinan meluas ke

mukosa pipi. Angular cheilitis memiliki nama lain perleche, angular cheilosis dan

angular stomatitis. Istilah perleche sebenarnya digunakan untuk angular cheilitis

yang disebabkan defisiensi vitamin B kompleks, namun sekarang telah

digeneralisasikan untuk semua angular cheilitis dengan berbagai etiologi. ( Burket’s .

1994)

Gejala awal Angular cheilitis ialah rasa gatal pada sudut mulut dan terlihat

tampilan kulit yang meradang dan bintik merah. Pada awalnya, hal ini tidak

berbahaya, tetapi akan terasa nyeri di sudut mulut dan mudah berdarah yang

dikarenakan oleh gerakan mulut seperti tertawa ataupun berbicara. Tingkat keparahan

3

Page 4: Makalah Angular Cheilitis

inflamasi ini ditandai dengan retakan sudut mulut dan beberapa pendarahan saat

mulut dibuka.(Murray, J.J. 2008)

Angular cheilitis menjadi masalah yang serius karena perkembangannya yang

cepat, karena itu tidak boleh ada keterlambatan dalam pengobatan jika gejala angular

cheilitis telah terjadi dan sangat jelas. Hal ini tidak terbatas pada kelompok usia

tertentu, dimana kondisi ini telah mempengaruhi anak- anak dan orangtua. Baik anak-

anak maupun remaja dapat terkena angular cheilitis tanpa melihat jenis kelamin.

(Murray, J.J. 2008)

Kasus unilateral pada angular cheilitis sering terjadi dikarenakan trauma

perawatan dental dan trauma pada sudut bibir, sedangkan kasus bilateral terjadi jika

penderita dengan penyakit sistemik seperti anemia, diabetes mellitus, dan infeksi

monomial yang kronis. Lama penyakit bisa bervariasi dari beberapa hari hingga

beberapa tahun, tergantung etiologinya. (Murray, J.J. 2008)

2.2 Etiologi Angular Cheilitis

Etiologi angular cheilitis antara lain disebabkan oleh anemia defisiensi besi,

dental sore mouth dan defisiensi vitamin B kompleks. Selain itu dapat disebabkan

oleh kebiasaan bernafas melalui mulut, gangguan mental dimana anak sering

mengeluarkan air ludah seperti penderita rhagades pada mongolism. Membasahi

bibir dengan air ludah, menjilati sudut mulut dan sering mengeluarkan air liur

(mengences). Jaringan pada sudut mulut akan terlumasi oleh ludah dan terbentuklah

4

Page 5: Makalah Angular Cheilitis

lingkungan yang sesuai untuk proliferasi mikroorganisme. Keadaan ini dapat menjadi

lebih parah dengan membiarkan bibir yang basah dikeringkan oleh angin dan sinar

matahari. Biasanya pada anak angular cheilitis sering diikuti oleh demam. Pada

beberapa kasus juga ditemukan dapat juga disebabkan oleh sensitivitas terhadapa

kontak dengan agen seperti mainan, makanan dan sinar matahari, alergi terhadap obat

– obatan dan kosmetik serta terapi antibiotic dalam jangka waktu yang lama.

(Burket’s. 1994)

Defisiensi vitamin B yang menyebabkan angular cheilitis adalah akibat dari

kekurangan riboflavin (vitamin B2), asam folat dan piridoksin (vitamin B6).

Sedangkan vitamin lainnya yang juga tergabung di dalam B kompleks tidak

menyebabkan terjadinya angular cheilitis walaupun menimbulkan lesi – lesi di rongga

mulut. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa angular cheilitis dapat

disebabkan oleh defisiensi riboflavin(vitamin B2) yang bertumpang tindih dengan

infeksi jamur atau infeksi bakteri. Penelitian dilakukan oleh Ohman dkk (1985) yang

melibatkan 64 pasien (31 pria dan 33 wanita) usia 18-89 tahun yang menderita

angular cheilitis unilateral dan bilateral. Dimana dari hasil penelitian didapat hasil

mikroorganisme penyebab angular cheilitis selain candida albicans yaitu

staphylococcus aureus dan streptococcus B hemolitikus. (Derrick, DD. 1987)

Cawson mengevaluasi sekelompok pasien yang menderita denture sore mouth

yang banyak menderita angular cheilitis. Ia mampu mengisolasi candida albicans dan

mikroorganisme lainnya dalam jumlah yang besar, dan menyimpulkan bahwa angular

cheilitis disebabkan oleh infeksi intraoral oleh candida albicans. Hal ini sesuai dengan

pendapat ahli lain yang menyatakan bahwa lebih dari 80% pasien penderita angular

cheilitis dimana sebelumnya menderita denture stomatitis.(Burket’s. 1994)

Rose (1968) menduga bahwa terlihat hubungan antara angular cheilitis dengan

defisiensi zat besi dalam plasma darah, dimana pasiennya seorang wanita yang

menderita lesi ini diberikan pengobatan selama 1 minggu, tetapi setelah 10 hari tidak

juga menunjukkan penyembuhan. Setelah dilakukan pemeriksaan secara hematologi

5

Page 6: Makalah Angular Cheilitis

dan biokimia menunjukkan bahwa terjadi defisiensi besi. Kemudian pasien

dianjurkan terapi besi secara sistemik dan pengaturan diet. Sepuluh hari kemudian

hemoglobinnya normal dan lesinya menghilang. (Burton, JF.1969)

Beberapa factor yang dianggap sebagai factor predisposisi antara lain :

1) Penyakit – penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, AIDS, herpes labialis

dan sifilis

2) Penyakit kulit seperti dermatitis

3) Terapi obat – obatan dan antibiotika dalam jangku waktu yang lama

4) Xerostomia

5) Lingkungan, seperti udara dingin dan kekeringan

6) Sensitivitas terhadap sinar matahari

7) Malnutrisi

Secara garis besar, ada beberapa factor yang dapat dikelompokkan sebagai

factor utama etiologi cheilitis angular :

1) Candidiasis

Candidiasis adalah infeksi jamur yang berwarna merah dan krem yang

awalnya terlihat seperti bercak terbentuk pada permukaan lembab dimulut dan bisa

menyebabkan rasa sakit. Kondisi ini dapat menyebabkan kesulitan menelan dan

mengubah indera perasa. Candidiasis lebih sering terjadi pada anak yang masih muda

dan orangtua dan juga pada orang yang sistem imunnya sangat rendah. Hal ini bisa

dipicu oleh perawatan antibiotik, yang dapat mengganggu aktivitas normal bakteri

mulut. Jika antibiotik adalah etiologinya, dokter gigi harus segera mengurangi dosis

atau mengubah pengobatan. Anti jamur dapat digunakan untuk mengobati kondisi

gangguan kesehatan ini. (Murray, J.J. 2008)

6

Page 7: Makalah Angular Cheilitis

2) Trauma

Ada banyak penyebab trauma pada rongga mulut, seperti mekanik, kimia, dan

termal. Trauma mekanis bisa disebabkan oleh:

1. Trauma cups yang tajam

2. Peralatan ortodonti

3. Menggigit bibir atau pipi

Diagnosa jenis ini biasanya tidak sulit tergantung pada posisi, bentuk dan ukuran

ulserasi yang harus sesuai dengan penyebab yang dicurigai. Ulserasi biasanya

mulai sembuh dalam 10 hari. Jika penyembuhan tidak terjadi maka penyebab lain

dari ulserasi harus dicurigai.

3) Gigi Tiruan

Gigi tiruan termasuk etiologi yang sering terjadi, dimana ketidaknormalan

anatomi dari pemasangan gigi tiruan penuh atau sebagian dengan stabilitas yang

tidak baik, kehilangan vertikal dimensi atau lingual yang terletak pada gigi

anterior, kehilangan gigi posterior, atrisi, dan kehilangan gigi tanpa memakai gigi

tiruan. Pada kasus ini, pasien sering mengalami bilateral angular cheilitis dan

dengan periode yang lama. Selain itu, gigi tiruan yang tidak terpasang dengan

baik dapat menyebabkan penutupan mulut yang kurang tepat sehingga

menyebabkan saliva memenuhi sudut mulut dan terjadi infeksi. Bagian- bagian

yang tajam dan celah yang dihasilkan oleh gigi tiruan yang tidak pas dapat

menyebabkan angular cheilitis. Selain itu, gigi tiruan yang tidak pas dapat

menyebabkan saliva menumpuk pada sudut mulut dan infeksi.

7

Page 8: Makalah Angular Cheilitis

4) Status Gizi Pada Usia Anak – Anak

Angular cheilitis disebabkan oleh kekurangan zat besi dan beberapa jenis

vitamin. Kekurangan gizi paska usia dini mempunyai dampak yang buruk pada

masa dewasa yang dimanifestasikan dalam bentuk fisik yang lebih kecil dengan

tingkat produktivitas yang lebih rendah. Dampak kekurangan gizi pada usia dini

makin menjadi penting bila memperhatikan analisis berbagai data yang ada.

Hasil- hasil analisis tersebut memperkuat hipotesa mengenai besarnya peranan

kekurangan gizi pada usia dini terhadap terjadinya penyakit degenerative pada

dewasa yang justru merupakan usia produktif.

Kekurangan gizi paska masa anak- anak selalu dihubungkan dengan vitamin

dan mineral yang spesifik, yang berhubungan dengan mikronutrien tertentu.

Konsekuensi defisiensi mikronutrien selama masa anak- anak sangat berbahaya.

a) Defisiensi Zat Besi

Defisiensi zat besi dapat menyebabkan angular cheilitis mengganggu

perkembangan mental dan motorik anak dan juga menyebabkan anemia.

Mengingat tingginya prevalensi defisiensi zat gizi tertentu serta efek

negatifnya, maka suplementasi zat gizi seperti zat besi pada anak- anak

akan sangat bermanfaat, khususnya karena secara praktis sulit

meningkatkan zat gizi yang adekuat dari pola makan bayi yang ada selama

ini. Beberapa makanan yang diberikan pada anak cenderung menghambat

penyerapan zat besi seperti asam filtrat yang terkandung di dalam padi-

padian dan susu sapi yang dapat menurunkan absorbsi zat besi

Sampai saat ini, anemia defisiensi besi (ADB) merupakan masalah

gangguan nutrisi yang paling umum di dunia dan mempengaruhi lebih dari

700 juta orang di dunia. ADB lebih banyak terjadi pada negara

berkembang termasuk Indonesia. Diperkirakan pada negara berkembang

terjadi sebesar 36% atau sekitar 1,4 milyar populasi. Walaupun pada pria

dewasa juga memiliki resiko terjadinya ADB, namun resiko terbesar

adalah pada masa bayi, prasekolah, remaja, dan wanita usia reproduktif.

8

Page 9: Makalah Angular Cheilitis

Konsekuensi anemia defisiensi zat besi diakui memberi pengaruh

terhadap metabolisme energi dan fungsi kekebalan yang akan berpengaruh

pada fungsi kognitif dan perkembangan motorik. Defisiensi zat besi juga

berhubungan dengan menurunnya fungsi kekebalan yang diukur dengan

perubahan dalam beberapa komponen sistem kekebalan yang terjadi

selama defisiensi zat besi. Konsekuensi dari perubahan fungsi kekebalan

adalah resistensi terhadap penyakit infeksi. Pada anak- anak defisiensi zat

besi berhubungan dengan kelesuan, daya tangkap rendah, mudah marah

dan menurunnya kemampuan belajar.(Tageman, CA.2010)

b) Defisiensi vitamin B

Kekurangan yang paling dikenal adalah vitamin B12. Vitamin ini

ditemukan terutama di hati, telur, daging, dan susu. Kekurangan vitamin

B12 biasanya terlihat pada anemia pernisiosa, yang terdapat kekurangan

faktor intrinsik lambung yang dibutuhkan untuk penyerapan vitamin B12.

Glossitis dan stomatitis dapat disebabkan dari kekurangan vitamin B12.

Ujung lidah memerah pada tahap awal kekurangan dan pada akhirnya

menyebar dengan fissuring yang disebut dengan atrofi papiler. Angular

stomatitis, apthae, dan lesi erosi juga dapat dilihat. Beberapa pasien

mungkin memiliki burning mouth sindrom.

Kekurangan vitamin B 12 dapat menyebabkan kekurangan darah

(anemia), yang sebenarnya disebabkan oleh kekurangan folat. Tanpa

vitamin B12, folat tidak dapat berperan dalam pembentukan sel- sel darah

merah. Gejala kekurangan lainnya adalah sel- sel darah merah menjadi

belum matang (immature) yang menunjukkan sintesis DNA yang lambat.

Kekurangan vitamin B12 dapat juga mempengaruhi system syaraf,

berperan pada regenerasi syaraf peripheral, mendorong kelumpuhan.

Selain itu juga dapat menyebabkan hipersensitif pada kulit.(Tageman

CA.2010)

9

Page 10: Makalah Angular Cheilitis

2.3 Gambaran Klinis Angular Cheilitis

Secara umum angular cheilitis mempunyai simtom utama bibir kering, rasa

tidak nyaman, adanya sisik-sisik dan pembentukan fisur (celah) yang diikuti dengan

rasa terbakar pada sudut mulut. Yang paling sering sebagai daerah eritema dan udema

yang berbentuk segitiga pada kedua komisura atau dapat berupa atropi, eritema, ulser,

krusta dan pelepasan kulit sampai terjadi eksudasi yang berulang. Reaksi jangka

panjang, terjadi supurasi dan jaringan granulasi.

Pada pasien angular cheilitis yang dihubungkan dengan defisiensi nutrisi

dapat terlihat penipisan papilla lidah (depapillated tongue) dikarenakan defisiensi

besi. Lidah yang merah dan berkilat (depapillated glossy red tongue) pada pasien

dengan defisiensi asam folat, atau lidah ungu kemerahan (reddish-purple depapillated

tounge) pada defisiensi vitamin B. Angular cheilitis yang disertai alopesia, diare dan

ulserasi oral non-spesifik yang biasanya terdapat di lidah dan mukosa bukal, dapat

diduga dikarenakan defisiensi seng.(Burket’s.1994)

10

Page 11: Makalah Angular Cheilitis

2.4 Diagnosa Banding Angular Cheilitis

Angular cheilitis dapat didiagnosa banding dengan herpes labialis dan ulser.

A. Herpes Labialis

Adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh virus herpes simplex.

Virus dapat menjadi aktif dalam keadaan panas, dingin dan juga stress. Pasien

sering mengeluh telah ada lesi yang sama seperti pada waktu sebelumnya.

Terlihat vesikel atau lesi yang ulseratif yang kecil pada bibir di mucocutaneus

junction sudut mulut atau dibawah hidung.

Pada saat perkembanganannya lesi sering terasa gatal, bias juga

dijumpai flu ringan. Secara objektif ditemukan vesikel sebesar 2-4 mm pada

daerah mucocutaneus junction di bibir, sudut mulut dan bawah hidung.

Vesikel akan pecah setelah 36-48 jam, kemudian bergabung membentuk

krusta kekuning – kuningan. Proses penyembuhan terjadi selama 7-10 hari.

Emapt puluh delapan jam pertama adalah waktu infeksi mncapai puncaknya

dan menurun. Ulser dapat hilang tanpa terbentuknya parut. Biasanya lesi akan

rekuren dan tampak pada tempat yang sama.(Langlais RP.1984)

B. Ulser

Merupakan kerusakan kulit atau membrane mukosa yang lebih

dalamdan dapat mencapai jaringan dibawah epitel. Tepi dari sebuah ulser

bias tampak kasar dan mencolok, sera semakin lama semakin dalam. Ulser

11

Page 12: Makalah Angular Cheilitis

bias terbentuk akibat penyakit local ataupun sistemik atau dapat berupa

gambaran sekunder dari suatu lesi primer. Ulser dapat terjadi akibat factor

fisika seperti panas atau dingin, factor kimia seperti asam atau basa, factor

trauma seperti gigi – gigi tajam, makanan – makanan kering, bulu – bulu

sikat gigi yang tajam, ataupun benda asing didalam mulut. Ulser bias tidak

terasa sakit dan nyeri, tetapi bias sangat sensitive. (Kerr DA.1974)

12

Page 13: Makalah Angular Cheilitis

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Angular cheilitis atau disebut juga perleche atau angular cheilosis merupakan

suatu lesi yang ditandai dengan adanya fisur – fisur, pecah – pecah pada sudut bibir,

berwarna kemerahan, mengalami ulserasi serta disertai rasa terbakar, nyeri dan rasa

kering pada sudut mulut. Pada kasus yang parah, retakan tersebut dapat berdarah

ketika membuka mulut dan menimbulkan ulser dangkal atau krusta. (Burket’s. 1994)

Penyakit yang menyerang sudut mulut ini sering menimbulkan rasa nyeri dan

sakit ketika sang pasien mengalami mulut kering atau xerostomia. Kelainan ini

disebabkan oleh defisiensi vitamin B kompleks, defisiensi zat besi dalam darah,

denture sore mouth dan beberapa factor lainnya seperti bernafas melalui mulut,

membasahi bibir dengan lidah, serta menjilat sudut mulut dengan lidah.

(Burket’s.1994)

Gejala awal Angular cheilitis ialah rasa gatal pada sudut mulut dan terlihat

tampilan kulit yang meradang dan bintik merah. Pada awalnya, hal ini tidak

berbahaya, tetapi akan terasa nyeri di sudut mulut dan mudah berdarah yang

dikarenakan oleh gerakan mulut seperti tertawa ataupun berbicara. Tingkat keparahan

inflamasi ini ditandai dengan retakan sudut mulut dan beberapa pendarahan saat

mulut dibuka.(Murray, J.J. 2008)

Etiologi angular cheilitis antara lain disebabkan oleh anemia defisiensi besi,

dental sore mouth dan defisiensi vitamin B kompleks. Selain itu dapat disebabkan

oleh kebiasaan bernafas melalui mulut, gangguan mental dimana anak sering

mengeluarkan air ludah seperti penderita rhagades pada mongolism. Membasahi

bibir dengan air ludah, menjilati sudut mulut dan sering mengeluarkan air liur

13

Page 14: Makalah Angular Cheilitis

(mengences). Jaringan pada sudut mulut akan terlumasi oleh ludah dan terbentuklah

lingkungan yang sesuai untuk proliferasi mikroorganisme. Keadaan ini dapat menjadi

lebih parah dengan membiarkan bibir yang basah dikeringkan oleh angin dan sinar

matahari. Biasanya pada anak angular cheilitis sering diikuti oleh demam. Pada

beberapa kasus juga ditemukan dapat juga disebabkan oleh sensitivitas terhadapa

kontak dengan agen seperti mainan, makanan dan sinar matahari, alergi terhadap obat

– obatan dan kosmetik serta terapi antibiotic dalam jangka waktu yang lama.

(Burket’s. 1994)

Beberapa factor yang dianggap sebagai factor predisposisi antara lain :

1) Penyakit – penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, AIDS, herpes labialis

dan sifilis

2) Penyakit kulit seperti dermatitis

3) Terapi obat – obatan dan antibiotika dalam jangku waktu yang lama

4) Xerostomia

5) Lingkungan, seperti udara dingin dan kekeringan

6) Sensitivitas terhadap sinar matahari

7) Malnutrisi

Secara umum angular cheilitis mempunyai simtom utama bibir kering, rasa

tidak nyaman, adanya sisik-sisik dan pembentukan fisur (celah) yang diikuti dengan

rasa terbakar pada sudut mulut. Yang paling sering sebagai daerah eritema dan udema

yang berbentuk segitiga pada kedua komisura atau dapat berupa atropi, eritema, ulser,

krusta dan pelepasan kulit sampai terjadi eksudasi yang berulang. Reaksi jangka

panjang, terjadi supurasi dan jaringan granulasi. (Burket’s. 1994)

14

Page 15: Makalah Angular Cheilitis

3.2 Saran

a. Penanganan Angular cheilitis dapat dilakukan dengan menghilangkan factor

predisposisinya, yang berupa defisiensi nutrisi, kebiasaan buruk seperti

menjilat sudut mulut dan membasahi bibir dengan ludah dan trauma akibat

pemakaian gigi tiruan

b. Semakin dini penanganan yang dilakukan, maka semakin berkurang tingkat

keparahan angular cheilitis pada pasien serta mengurangi rasa sakit dan nyeri

yang diderita oleh pasien.

15

Page 16: Makalah Angular Cheilitis

DAFTAR PUSTAKA

1. Burket’s. Oral Medicines Diagnosis and Treatment 9th ed.

Philadelphia : J.B Lippincott Co, 1994: 66 – 7.

2. Ohman SC, Dallen G, et all. Angular cheilitis : A Clinical and Microbial Study.

J. Oral Pathology , Vol. 15, 1986: 213-7

3. Langlais RP, Bricker SL, et al. Oral diagnosis, Oral Medicine and Treatment

Planning. Philadelphia, London, Toronto : W.B. Saunders . Co, 1984 : 179-81,

306

4. Susan ZL. Angular cheilitis; Etiologi and diagnose. J. Practical Hyg;2009;6:31-6

5. Muray J.J, Nunn J. H.Steele J. The prevention of oral disease 4th ed.

Newyork:oxford University Press; 2008: 177

6. Tegeman CA, Davis JR. Nutritional Care 3th ed. St,Louis; Saunders Elsevier;

2010;p.251-9

7. Cawson RA. Essentials of Dental Surgery and Pathology. 4th ed. Edinburg,

London. Churcill Livingstone, 1984: 246-7

8. Burton JF. Angular Cheilitis and Iron Deficiency in Dental Abstract. New

Zealand Dent J, 1969; 65 : 360-1

9. Derrick DD. The Dental Annual. 1987. Bristol: Wright, 1987: 234-8

16

Page 17: Makalah Angular Cheilitis

17