makalah agroforestry

20
AGROFORESTRY SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN POTENSI PERTANIAN DAERAH PENYANGGAH DI KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Geografi Pengembangan Wilayah Yang dibina oleh Prof. Dr. Sumarmi. M.Pd Oleh Ella Pertiwi 120721403784 UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Upload: ella-pertiwi

Post on 20-Nov-2015

88 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Agroforestry merupakan satu upaya pengembangan pertanian tanpa merusak hutan. Masyarakat dapat mengelola hutan menjadi area pertanian tanpa menghilangkan fungsi hutan sebagai daerah penyanggah. Keberlangsungan sumber daya air akan terus terjaga jika daerah penyanggah dijaga dari kerusakan. Potensi pertanian yang ada di Kota Batu dapat terus dikembangkan siring dengan perkembangan pariwisata yang pesat. Masyarakat dapat menopang kebutuhan pangan mereka tanpa harus menghabiskan area hutan.

TRANSCRIPT

AGROFORESTRY SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN POTENSI PERTANIAN DAERAH PENYANGGAH DI KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU

MAKALAHUNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAHGeografi Pengembangan WilayahYang dibina oleh Prof. Dr. Sumarmi. M.Pd

OlehElla Pertiwi120721403784

UNIVERSITAS NEGERI MALANGFAKULTAS ILMU SOSIALJURUSAN GEOGRAFIMaret 2014BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangKota Batu merupakan salah satu kota kecil di Jawa Timur yang lokasinya berada pada dataran tinggi. Daerah lereng atau bukit mendominasi kawasan Kota Batu dibanding daerah yang datar. Ditinjau dari letak astronominya, Kota Batu terletak diantara 1220 17 sampai 1220 57 BT dan 70 44 sampai 80 26 LS, dengan luas keseluruhan sekitar 19.908,72 ha atau sekitar 0.42 % dari total luas Jawa Timur. (BPS Kota Batu, 2013). Kota Batu berada pada ketinggian 700-1100 mdl di bawah kaki Gunung Panderman, dengan suhu rata-rata 150 - 190 C, (Wikipedia). Kota Batu juga dikelilingi beberapa gunung, yaitu Gunung Panderman, Welirang, Arjuno, Kawi, Anjasmoro, dan Banyak. Pegunungan yang mengelilingi Kota Batu di sisi sebelah barat dan utara itu yang membuat tanah di Kota Batu sangat subur dan cocok untuk pertanian dan perkebunan. Sebagai kota dengan topografi perbukitan, Kota Batu memiliki panorama alam yang mengagumkan. Banyak orang dari luar daerah yang datang hanya untuk menikmati pemandangan alam di Kota Batu. Banyak pula dijumpai tempat-tempat wisata di Kota Batu yang mengandalkan keindahan alam sebagai daya tarik wisatawan. Hal tersebut juga didukung oleh udara yang sejuk dan lingkungan yang asri. Kota Batu merupakan kota muda yang baru berdiri sekitar 12 tahun dan memisahkan pemerintahannya dari Kabupaten Malang. Sebelum pemisahan wilayah administrasi dengan Malang, Kota Batu mengandalkan sektor pertaniannya. Namun seiring perkembangannya sebagai kota, Kota Batu terus melakukan pembangunan pada semua sektor. Salah satu sektor yang menjadi ujung tombak pembangungan dan pengembangan Kota Batu saat ini adalah pariwisata. Oleh sebab itu, saat ini Kota Batu mempunyai slogan yang dikenal masyarakat dengan Kota Wisata Batu. Perkembangan Kota Batu yang sangat pesat pada sektor pariwisata ini membuat sektor lainnya ikut mengalami kemajuan.Perkebunan dan pertanian di Kota Batu menjadi satu potensi yang patut untuk terus dikembangkan. Hasil komoditinya mampu bersaing di pasaran. Apel yang merupakan komuditi unggulan Kota Batu, menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang datang. Selain itu, kentang yang juga dikenal dengan kualitas tinggi mampu menembus pasaran luar Kota Batu. Berbagai produk olahan hasil pertanian dan perkebunan juga dikembangkan dalam rangka pengembangan wilayah Kota Batu.Kota Batu mempunyai tiga kecamatan yaitu Junrejo, Batu, dan Bumiaji. Kecamatan Junrejo berada pada sisi sebelah timur dan Kecamatan Batu berada pada sisi tengah. Sedangkan Kecamatan Bumiaji berada pada sisi sebelah utara dan mempunyai daerah yang luas didominasi perbukitan. Di Bumiaji terdapat banyak area perkebunan dan pertanian karena daerahnya yang subur dan suhu yang mendukung. Bumiaji sendiri terletak diantara pegunungan sehingga dijumpai area hutan disana.Potensi pertanian Kota Batu khususnya kecamatan Bumiaji adalah sayuran yang dapat dikembangkan siring sejalan dengan keberadaan hutan disekitarnya. Namun, sejauh ini terdapat penyimpangan lahan hutan yang seharusnya dijaga demi keberlangsungan lingkungan termasuk sumber daya air tanah. Petani membuka hutan dan menjadikannya sebagai area pertanian. Hutan yang merupakan daerah penyanggah Kota Batu terus mengalami kerusakan karena kurang kesadaran masyarakat untuk menjaga alam. Oleh sebab itu, sebelum Kota Batu kehilangan daya dukung lingkungannya, perlu dicari solusi peermasalahan yang ada. Menurut Sumarmi (2012), koordinasi antar instansi yang terlibat dan melakukan kegiatan pemanfaatan ruang sangat penting. Agroforestry merupakan satu upaya pengembangan pertanian tanpa merusak hutan. Masyarakat dapat mengelola hutan menjadi area pertanian tanpa menghilangkan fungsi hutan sebagai daerah penyanggah. Keberlangsungan sumber daya air akan terus terjaga jika daerah penyanggah dijaga dari kerusakan. Potensi pertanian yang ada di Kota Batu dapat terus dikembangkan siring dengan perkembangan pariwisata yang pesat. Masyarakat dapat menopang kebutuhan pangan mereka tanpa harus menghabiskan area hutan.1.2 Rumusan Masalah1.2.1 Apakah faktor pendorong pengembangan potensi pertanian dengan agroforestry pada Kecamatan Bumiaji sebagai daerah penyanggah di Kota Batu?1.2.2Bagaimana upaya pengembangan potensi pertanian dengan agroforestry pada Kecamatan Bumiaji sebagai daerah penyanggah di Kota Batu?1.2.3Apa kendala yang dihadapi untuk pengembangan potensi pertanian dengan agroforestry pada Kecamatan Bumiaji sebagai daerah penyanggah di Kota Batu?1.2.4Bagaimana solusi mengatasi kendala pengembangan potensi pertanian dengan agroforestry pada Kecamatan Bumiaji sebagai daerah penyanggah di Kota Batu?1.3 Tujuan1.3.1 Untuk mengetahui faktor pendorong pengembangan potensi pertanian dengan agroforestry pada Kecamatan Bumiaji sebagai daerah penyanggah di Kota Batu?1.3.2Untuk mengetahui upaya pengembangan potensi pertanian dengan agroforestry pada Kecamatan Bumiaji sebagai daerah penyanggah di Kota Batu?1.3.3Untuk mengetahui kendala yang dihadapi untuk pengembangan potensi pertanian dengan agroforestry pada Kecamatan Bumiaji sebagai daerah penyanggah di Kota Batu1.3.4Untuk mengetahui kendala yang dihadapi untuk pengembangan potensi pertanian dengan agroforestry pada Kecamatan Bumiaji sebagai daerah penyanggah di Kota Batu

1.4 ManfaatMakalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk Pemerintah Kota dan BAPPEDA Kota Batu sebagai pertimbangan pengambilan keputusan dan kebijakan dalam rangka pengembangan wilayah berkelanjutan pada potensi pertanian Kota Batu.

BAB IIPEMBAHASAN2.1 Faktor Pendorong Pengembangan Agroforestry Pada Potensi PertanianSektor pertanian di Kota Batu memiliki daya tarik tersendiri untuk dikembangkan. Daya dukung lingkungan yang memadai membuat masyarakat tertarik mengembangkan potensi pertanian. Pertanian Kota Batu lebih banyak pada tanaman sayur-sayuran dan tanaman pokok. Keduanya memiliki harga jual yang tinggi jika ditanam pada masa atau musim yang tepat. Namun, terdapat pula hasil pertanian Kota Batu yang terus dicari dan diminati masyarakat luar salah satunya adalah kentang. Kentang Kota Batu dikenal memiliki kualitas yang baik dan cocok untuk industri olahan sebagai kripik kentang. Lokasi penanaman kentang sendiri dapat berkualitas baik jika ditanam di Kecamatan Bumiaji sebab lokasinya memiliki suhu yang lebih dingin dengan kondisi tanah yang subur.Seiring perkembangannya sebagai Kota Wisata, pertanian Kota Batu tak lagi menjadi potensi unggulan seperti dulu. Menurut Ami Rahayu, dkk (dalam jurnal Ekosains, 2013), Perubahan status dari kota administrative menjadi kota telah banyak berperan menurunkan peranan sektor primer dan sektor sekunder ke sektor tersier terutama pada sektor pariwisata yang menjadi andalan Kota Batu. Komoditas pertanian menduduki peringkat kedua dalam menunjang sektor perekonomian kota Batu setelah kegiatan perdagangan hotel dan restoran.Pertanian Kota Batu yang banyak di kecamatan Bumiaji tetap beratahan seiring perkembangan pariwisata yang begitu pesat karena sebagian besar penduduknya bergantung pada sector ini dan didukung pula oleh tanah yang subur. Namun seiring perkembangan hasil pertaniannya, para petani memperluas lahan mereka dengan membuka lahan hutan. Petani menebangi pohon-pohon besar, mengolah lahannya menjadi area pertanian mereka. Perbukitan rata dengan sayuran dan tak terlihat tanaman kayu-kayuan sebagai penyanggah tanah. Awalnya hal tersebut dianggap wajar, namun hal tersebut dapat menimbulkan kerusakan di masa depan. Bahkan saat ini, sudah terlihat dampak yang ditimbulkan seperti udara Kota Batu yang lebih panas dari yang sebelumnya dan berkurangnya mata air, bahkan berpotensi longsor.Menurut Inneke Meila, dkk (dalam jurnal, 2013), Dinas Pertanian dan Kehutanan untuk mampu merencanakan pengelolaan potensi sumber daya yang dimiliki dalam suatu kerangka pembangunan pertanian yang kreatif dan mampu bersinergi untuk mendukung pariwisata di Kota Batu. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan potensi pertanian Kecamatan Bumiaji, Kota Batu tanpa harus merusak hutan adalah dengan agroforestry, yaitu suatu bentuk pengelolaan sumber daya yang memadukan kegiatan pengelolaan hutan atau pohon kayu-kayuan dengan penanaman komoditas atau tanaman jangka pendek, seperti tanaman pertanian. Agroforestry sendiri biasa dikenal dengan nama wana tani, yang merupakan satu cara memadukan tanaman pertanian dengan tanaman musiman di hutan. Sementara dalam makalah Pengembangan Sistem-sistem Wanatani di Kawasan Timur Indonesia, (Dr. Sudarsono Riswan, 1995, dalam Adikarsa, 2008).Agroforestry adalah semua pola tata guna lahan yang berkesinambungan atau lestari, yang dapat mempertahankan dan meningkatkan hasil optimal panen keseluruhan dengan mengkombinasikan tanaman pangan, tahunan, dan tanaman pohon bernilai ekonomi, dengan atau tanpa ternak atau ikan piaraan, pada lahan dan waktu yang bersamaan atau waktu yang bergiliran dengan metoda pengelolaan yang praktis, yang sesuai dengan keadaan sosial dan budaya penduduk setempat, serta keadaan ekonomi dan ekologi daerah tersebut Dengan agroforestry, petani tidak perlu merusak hutan untuk pertanian, namun mereka dapat menjadikan keduanya seiring sejalan. Hal tersebut dapat mengurangi resiko berkurangnya daya dukung lingkungan di Kota Batu. Dengan agroforestry juga dapat mencegah erosi tanah oleh air yang dapat menghilangkan kesuburan tanah dan berpotensi longsor. Potensi pertanian diharapkan mampu terus bertahan dan memberikan sumbangan PDRB yang besar bagi Kota Batu tanpa merusak daya dukung lingkungan yang ada. Menurut Ridzky (2013), Keunggulan agroforestry adalah pola pengelolaannya yang berdasarkan pada praktek imitasi ekologi hutan yang diterapkan melalui hutan kebun. Ekologi hutan dan sistem kesinambungan berbagai komponen mahluk hidup tetap dipertahankan. Interaksi rantai ekosistem tetap terjaga dan sebuah fungsi daur hidup.2.2 Upaya Pengembangan Agroforestry Pada Potensi PertanianSuatu program pengembangan wilayah akan berjalan maksimal jika didampingi dengan kebijakan yang tepat. Pemilik kebijakan dapat memberikan suatu aturan dan keputusan pelaksanaan suatu program. Pihak-pihak yang terkait dengan agroforestry adalah Dinas Pertanian dan Dinas Kehutanan. Kedua pemilik kebijakan tersebut mempunyai wewenang untuk memberikan aturan tentang pengendalian pemanfaat area hutan dan pengembangan pertanian. Oleh sebab itu, para pemilik kebijakan menjadi sasaran pertama dalam penerapan agroforestry sebagai upaya pengembangan potensi pertanian pada daerah penyanggah Kota Batu.Upaya selanjutnya untuk mengembangkan agroforestry adalah dengan penyuluhan pada masyarakat. Hal ini sangat perlu dilakukan untuk memberikan gambaran kelebihan agroforestry. Masyarakat sebagai pelaksana kebijakan dan aturan yang diberikan harus mengetahui tentang kebijakan itu sendiri. Masyarakat diberikan gambaran tentang agroforestry, cara penerapannya, dan apa saja keunggulannya. Masyarakat yang sebelumnya bersifat acuh pada kebelangsungan lingkungan harus diberikan pendidikan tentang pentingnya menjaga daya dukung lingkungan melalui penyuluhan. Pendeketan persuasive perlu dilakukan secara bertahap untuk menarik minat dari masyarakat. Agroforestry dapat diterapkan pada hutan dengan syarat jarak antar pohon seimbang dan relatif tidak berhimpitan. Hal tersebut bertujuan agar sinar matahari dan hujan dapat diterima tanaman dibawahnya. Penataan jarak antar pohon harus diperhatikan 5m untuk menjaga keseimbangan pertumbuhan tanaman pertanian, dan dengan begitu petani tak perlu menebang habis pohon di hutan. Menurut Citra Anestasha (2013), agroforestry merupakan suatu sistem pengelolaan lahan untuk mengatasi masalah ketersediaan lahan dan peningkatan produktivitas lahan. Masalah yang sering timbul adalah alih fungsi lahan menyebabkan lahan hutan semakin berkurang. Agroforestri diterapkan untuk mengatasi masalah tersebut dan masalah ketersediaan pangan.Berbagai jenis tanaman dapat ditanam berdampingan dengan hutan asalkan kebutuhan tanaman itu sendiri dapat terpenuhi. Sebagai contoh agroforestry pinus dengan sayuran, kebutuhan hidup sayuran harus dipenuhi seperti pupuk, air, dan sinar matahari. Paling tidak untuk kebutuhan air tidak mengandalkan tadah hujan jika menggabungkan hutan dengan sayuran. Sebab sayuran biasa hidup dengan ketersediaan air yang pas. Di Kecamatan Bumiaji, tanaman yang unggul pada sayuran dan kentang, tanaman tersebut dapat dikombinasi dengan keberadaan hutan disekitarnya. Upaya selanjutnya agar petani mau menerapkan agroforestry adalah pemberian insentif. Hal tersebut untuk meningkatkan ketertarikan petani pada agroforestry dan menjadi satu pertimbangan usaha peningkatan hasil pertanian. Insentif yang diberikan dapat berupa kredit modal usaha pertanian, subsidi pupuk dan bibit tanaman, dan bentuan alat-alat pertanian berbasis teknologi modern. Dalam sistem agroforestry terdapat peluang yang cukup besar dan sangat terbuka untuk melakukan pendekatan yang memadukan sasaran keberlanjutan untuk jangka panjang dengan keuntungan produktivitas dalam jangka pendek dan menengahMacam-macam agroforestry sebenarnya tidaka hanya pertanian, bisa juga perikanan dan peternakan. Berdasarkan macam-macam agroforestry, yang cocok dikembangkan di Kota Batu adalah pada bidang pertanian sebab topografi tanahnya yang tidak rata. Sebenarnya masyarakat bisa mendapatkan penghasilan lebih sebab mereka tidak hanya mengolah di ladang mereka sendiri. Mereka dapat memanfaatkan areal hutan sebagai agroforestry. 2.3 Kendala Dalam Pengembangan Agroforestry Pada Potensi PertanianBanyak kendala yang dihadapi untuk pengembangan agroforestry di Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Kendala tersebut merupakan hal yang wajar dalam sebuah program sebab melibatkan banyak pihak didalamnya. Banyak variabel yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan dalam mewujudkan sebuah program menjadi sebuah kebijakan yang harus dilaksanakan masyarakat. Semua pihak dan semua variabel harus saling bersinergi untuk mewujudkan agroforestry di Kota Batu.Kendala yang dihadapi dalam pengembangan agroforestry adalah kebijakan. Hak pengelolaan lahan hutan untuk pertanian agroforestry sulit diberikan oleh pemegang kebijakan. Hal tersebut karena agroforestry dianggap belum sebagai bagian dari pertanian karena pertanian konvensional atau monocroping dianggap lebih ideal daripada agroforestry. Selain itu adanya benturan aturan kebijakan seperti pembalakan hutan jika masyarakat diberi kebebasan mengelola lahan hutan. Kendala lainnya adalah sulitnya meyakinkan petani tentang kelebihan agroforestry. Petani menganggap pertanian konvensional lebih menguntungkan dan mudah dilakukan daripada agroforestry yang harus memperhatikan keberlangsungan hutan. Petani cenderung tidak percaya dengan insentif yang diberikan sebagai pendorong agroforestry. Selain itu sejauh ini agroforestry belum banyak diterapkan dan dipublikasikan sehingga petani ragu untuk menerapkannya pada system pertanian mereka.Dibutuhkan biaya yang cukup banyak untuk mencapai lokasi sebab latar belakang lokasinya yang berupa hutan sehingga sulit dijangkau. Hal tersebut mempengaruhi perawatan tanaman serta pemasaran hasil pertanian setelah panen. Karena alasan tersebut petani bisa merugi karena akses jalan yang sulit untuk memasarkan produk mereka. Mereka bisa saja memasarkan pada tengkulak, namun hal tersebut dapat membuat pendapatan mereka semakin kecil. Biaya yang banyak juga dibutuhkan untuk menata jarak tanam antar pohon dihutan yang bisa dimanfaatkan sebagai agroforestry. Paling tidak untuk mengatur lahan sehingga dapat ditanami dibutuhkan biaya yang cukup banyak. Dengan agroforestry yang memanfaatkan lahan hutan, ditakutkan ekosistem daerah tersebut akan terganggu. Atau bahkan tanaman petani akan dirusak oleh hewan yang habitat aslinya di hutan. Sejauh ini masih sedikit penelitian yang mengkaji tentang agroforestry sehingga belum banyak dikenal oleh masyarakat luas. Efektivitas agroforestry belum banyak dipublikasikan sehingga masyarakat tidak mengenal sistem ini. Selain itu belum banyak penelitian tentang tanaman apa saja yang dapat memberikan keuntungan lebih bagi petani dengan agroforestry. 2.4 Solusi Mengatasi Kendala Pengembangan Agroforestry Pada Potensi PertanianSolusi utama dari berbagai kendala yang dihadapi untuk mengembangkan agroforestry adalah pendekatan terhadap semua pihak. Pendekatan pada pemilik kebijakan dilakukan secara halus dan bersifat persuasive. Bagaimanapun pemilik kebijakan mempunyai wewenang untuk memutuskan suatu kebijakan yang harus dilakukan masyarakat. Melalui pendekatan tentang keunggulan agroforestry, para pemilik kebijakan dapat mempertimbangkan keefektifan agroforsetry bagi pengembangan potensi pertanian dan keberlanjutan hutan sebagai daerah penyanggah Kota Batu.Pendekatan persuasif berupa penyuluhan kepada petani adalah solusi kedua yang dapat dilakukan. Petani sebagai pelaksana agroforestry harus diberikan peenyuluhan mengenai cara agroforestry dan kelebihannya. Dari penyuluhan dan berbagai intensif yang diberikan petani dapat mengetahui gambaran tentang agroforestry dan bisa mempertimbangkan untuk diterapkan. Kendala biaya yang dihadapi untuk akses mencapai hutan dan pemasaran dapat diatasi dengan pembangungan aksesibilitas jalan yang dapat dilewati kendaraan sebagai pengangkut untuk mencapai pasar. Petani juga dapat memasarkan hasil pertaniannya kepada tengkulak yang telah bekerja sama dengan pemilik kebijakan. Hal tersebut bertujuan untuk menjaga kestabilan harga pemasaran produk agar petani tidak dirugikan oleh tengkulak. Selain itu dapat diberikan kredit modal dengan bunga rendah. Kredit yang diberikan dapat dijadikan modal bagi petani untuk mengolah lahan pertanian dan merawat tanaman mereka. Hal ini juga bertujuan agar petani tidak merasa keberatan untuk menerapkan agroforestry.

BAB IIIPENUTUP3.1KesimpulanAgroforestry merupakan suatu upaya untuk mengembangkan potensi pertanian yang ada di Kota Batu khususnya Kecamatan Bumiaji. Agroferestry adalah sistem pertanian untuk menyandingkan tanaman pertanian dengan hutan tanpa menebang habis pohon di hutan. Upaya untuk pengembangan agroforestry adalah penyuluhan kepada pemilik kebijakan untuk memberikan ijin agroforestry. langkah selanjutnya adalah penyuluhan kepada petani tentang tata cara, kelebihan, dan intensif yang diberikan kepada petani. Kendala yang dihadapi yaitu sulitnya memperoleh ijin dari pemilik kebijakan, sulitnya meyakinkan petani tentang agroforestry, biaya untuk pemasaran dan menjangkau lahan hutan, ditakutkan dapat merusak ekosistem hutan dan hewan yang merusak tanaman petani. Solusi untuk mengatasinya yaitu dilakukan pendekatan persuasive kepada pemilik kebijakan dan petani. Untuk mengatasi biaya dapat dilakukan dengan pemberian kredit modal dengan bunga rendah. Agroforestry bukanlah satu-satunya cara pemecahan masalah lahan, namun dapat dijadikan sebagai salah satu cara mengatasi permasalahan lahan.3.2SaranAgroforestry adalah cara untuk menjaga daya dukung lingkungan seiring sejalan dengan pemaksimalan potensi pertanian yang ada. Agroforestry penting untuk dipertimbangkan sebagai upaya menmperkecil kerusakan lingkungan akibat penebangan pohon untuk pertanian. Dinas Kehutanan dan Dinas Pertanian harus saling bersinergi agar progam ini terlaksana dengan baik.

Daftar RujukanSumarmi. 2012. Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Malang: Aditya Media PublishingBadan Pusat Statistik Kota Batu. 2013. Kota Batu Dalam Angka 2013. Kota Batu: Badan Pusat Statistik Kota BatuMeilia, Inneke. Bambang Supriyono, dkk. 2013. Jurnal: Perencanaan pembangunan Pertanian Berkelanjutan (Kajian tentang Pengembangan Pertanian Organik di Kota Batu). Malang: Universitas BrawijayaRahayu, Ami. Azis Nur Bambang, dkk. 2013. Jurnal: Strategi Peningkatan Status Keberlanjutan Kota Batu Sebagai Kawasan Agropolitan. Semarang: Universitas DiponegoroWikipedia. 2013. Kota Batu. (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_batu), diakses 16 Maret 2014Sigit, Ridzky. 2013. Laporan Ketahanan Pangan: Pertanian Berkelanjutan Dapat Dikembangkan melalui Wanatani. (Online), (http://www.mongabay.co.id/2013/11/05/laporan-ketahanan-pangan-pertanian-berkelanjutan-dapat-dikembangkan-melalui-wanatani/), diakses 16 Maret 2014Anestasha, Citra. 2013. Pengertian dan Definisi Agroforestry/ Wanatani. (Online), (http://citraanestasha13049.blog.teknikindustri.ft.mercubuana.ac.id/?p=4), diakses 16 Maret 2014