makalah agama res

12
KATA PENGANTAR Dengan rasa syukur Alhamdulillah atas Taufiq, Hidayah dan Inayahnya, sehingga makalah dengan judul “QIYAS” ini dapat diselesaikan dengan baik, meskipun banyak kekurangan didalamnya, karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan semata. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan cahaya yang terang benderang kepada seluruh umat manusia. Dan tidak pula ucapan terima kasih kepada : 1. Segenap pengasuh Pondok-Pesantren Nurul Jadid 2. Ketua STTNJ Bapak KH. Najiburahman, M.Ag 3. Bapak Hefny Rozaq M.pd selaku Dosen Pembimbing 4. Dan semua pihak yang telah membantu secara moral ataupun material sehingga penulisan makalah ini dapat diselesaikan Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik sangat penulis harapkan guna sempurnanya penyusunan makalah ini dan semoga rahmat serta Ridho-Nya makalah ini dapat berguna bagi kita semua amin. i

Upload: muhammad-arliandi

Post on 29-Nov-2015

13 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH Agama Res

KATA PENGANTAR

Dengan rasa syukur Alhamdulillah atas Taufiq, Hidayah dan Inayahnya, sehingga

makalah dengan judul “QIYAS” ini dapat diselesaikan dengan baik, meskipun banyak

kekurangan didalamnya, karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan semata.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan atas junjungan kita Nabi

Muhammad SAW yang telah memberikan cahaya yang terang benderang kepada seluruh umat

manusia.

Dan tidak pula ucapan terima kasih kepada :

1. Segenap pengasuh Pondok-Pesantren Nurul Jadid

2. Ketua STTNJ Bapak KH. Najiburahman, M.Ag

3. Bapak Hefny Rozaq M.pd selaku Dosen Pembimbing

4. Dan semua pihak yang telah membantu secara moral ataupun material sehingga

penulisan makalah ini dapat diselesaikan

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan

kritik sangat penulis harapkan guna sempurnanya penyusunan makalah ini dan semoga rahmat

serta Ridho-Nya makalah ini dapat berguna bagi kita semua amin.

i

Page 2: MAKALAH Agama Res

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2

a. Pengertian Qiyas.....................................................................2

b. Kelompok Qiyas.....................................................................3

c. Contoh Qiyas..........................................................................3

d. Syarat Qiyas............................................................................4

e. Rukun Qiyas...........................................................................5

BAB III PENUTUP................................................................................7

DAFTAR PUTAKA...............................................................................8

ii

Page 3: MAKALAH Agama Res

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam pembahasan makalah yang membahas tentang Qiyas. Maka alangkah

baiknya kita mengenal makna Qiyas bail secara bahasa maupun menurut ulama ushul fiqh. Serta

menjelaskan hukum Qiyas, adapun hukum Qiyas adalah menyamakan sesuatu yang tidak ada

nash hukumnya dengan sesuatu yang ada nash hukumnya karena adanya persamaan illat hukum.

Adapun arti Qiyas menurut ulama ushul Fiqh adalah menerangkan sesuatu yang

tidak ada nashnya dalam Al Qur’an dan hadits dengan cara membandingkan dengan sesuatu

yang ditetapkan hukumnya berdasarkan nash. Diantara dalilnya yang berkaitan dengan

hukumnya nash yaitu Umpamanya hukum meminum khamar, nash hukumnya telah dijelaskan

dalam Al Qur’an yaitu hukumnya haram. Sebagaimana firman Allah Swt:

“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk)

berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah

perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (Qs.5:90)

Sedangkan pengertian Qiyas menurut istilah yaitu menyamakan sesuatu yang

tidak ada nash hukumnya dengan sesuatu yang ada nash hukumnya karena adanya persamaan

illat hukum.

1

Page 4: MAKALAH Agama Res

BAB II

PEMBAHASAN

Qiyas

A. Pengertian Qiyas

Qiyas menurut ulama ushul Fiqh adalah menerangkan sesuatu yang tidak ada nashnya dalam

Al Qur’an dan hadits dengan cara membandingkan dengan sesuatu yang ditetapkan hukumnya

berdasarkan nash. Mereka juga membuat definisi lain, Qiyas adalah menyamakan sesuatu yang

tidak ada nash hukumnya dengan sesuatu yang ada nash hukumnya karena adanya persamaan

illat hukum.[16]

Dengan demikian qiyas itu penerapan hukum analogi terhadap hukum sesuatu yang serupa

karena prinsip persamaan illat akan melahirkan hukum yang sama pula.

Umpamanya hukum meminum khamar, nash hukumnya telah dijelaskan dalam Al Qur’an

yaitu hukumnya haram. Sebagaimana firman Allah Swt:

“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban

untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka

jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (Qs.5:90)

Haramnya meminum khamr berdasar illat hukumnya adalah memabukan. Maka setiap

minuman yang terdapat di dalamnya illat sama dengan khamar dalam hukumnya maka minuman

tersebut adalah haram.[17]

2

Page 5: MAKALAH Agama Res

B. Kelompok Qiyas

Berhubung qiyas merupakan aktivitas akal, maka beberapa ulama berselisih faham dengan

ulama jumhur. Pandangan ulama mengenai qiyas ini terbagi menjadi tiga kelompok:

1. Kelompok jumhur, mereka menggunakan qiyas sebagai dasar hukum pada hal-hal yang

tidak jelas nashnya baik dalam Al Qur’an, hadits, pendapat shahabt maupun ijma ulama.

2. Mazhab Zhahiriyah dan Syiah Imamiyah, mereka sama sekali tidak menggunakan qiyas.

Mazhab Zhahiri tidak mengakui adalanya illat nash dan tidak berusaha mengetahui sasaran

dan tujuan nash termasuk menyingkap alasan-alasannya guna menetapkan suatu kepastian

hukum yang sesuai dengan illat. Sebaliknya, mereka menetapkan hukum hanya dari teks

nash semata.

3. Kelompok yang lebih memperluas pemakaian qiyas, yang berusaha berbagai hal karena

persamaan illat. Bahkan dalam kondisi dan masalah tertentu, kelompok ini menerapkan

qiyas sebagai pentakhsih dari keumuman dalil Al Qur’an dan hadits.[18]

C. Contoh Qiyas

1. Qiyâs keharaman extasy/pil koplo/narkotika.

Hukum mengkonsumsi extasy atau pil koplo tidak tertulis secara eksplisit di dalam al-

Qur’an ataupun hadist. Namun dalam al-Qur’an surat al-Mâidah ayat 90, Allah Swt

berfirman:

"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (minum) khamr; berjudi, menyembah

patung dan mengundi nasib dengan anak panah tidak lain hanyalah suatu yang kotor,

termasuk perbuatan syaitan, karena itu hendaklah kamu jauhi agar kamu mendapat

keberuntungan." (al-Mâidah: 90)

Pada ayat diatas, Allah menerangkan keharaman minum khamer. Maka metode qiyâs

dapat digunakan untuk menetapkan hukum mengkonsumsi extasy atau narkotika;

~ Al-Ashlu: minuman keras atau khamer

~ hukum asli: haram

~ Al-far’u: extasy

~ Al-‘illah: memabukkan

3

Page 6: MAKALAH Agama Res

D. Syarat Qiyas

1. Syarat al-Ashlu

Menurut jumhur fuqaha, bahawa qiyâs harusalah dibangun diatas dalil nash ataupun ijma’, hanya saja terjadi perbedaan pendapat di antara mereka tentang bolehnya qiyâs yang didasarkan atas ijma’. Sebagian ulama yang tidak setuju mengatakan bahwa qiyâs didasarkan dari ‘illah yang menjadi dasar disyariatkannya hukum asli, dan hal ini tidak memungkinkan dalam ijma’, karena ijma’ tidak diharuskan disebutkan adanya wakil (al-far’u). Maka apabila tidak disebutkan al-far’u-nya, tidak mungkin untuk bisa diketahui ‘illah qiyâs-nya.

2. Syarat Hukmu al-Ashli

a. Harus merupakan hukum syar’i, karena tuntutan dari qiyâs adalah untuk menjelaskan hukum syar’i pada al-maqîs atau objek qiyâs.

b. Harus merupakan hukum syara’ yang tetap (tidak dihapus). Karena dalam penetapan hukum dari al-ashlu ke al-far’u, didasarkan dari ‘illat dalam nash syar’i. Maka apabila hukum asli dihapus, mengharuskan terhapusnya juga ‘illat yang akan digunakan dalam al-far’u.

c. Merupakan sesuatu yang logis yang bisa ditangkap oleh akal; ‘illat hukumnya bisa diketahui oleh akal. Karena asas qiyâs di antaranya adalah: ‘illat hukumnya bisa diketahui, dapat diterapkan pada al-far’u.

3. Syarat al-Far’u

a. ‘Illat  yang terdapat pada al-ashlu memiliki kesamaan dengan ‘illat yang terdapat pada far’u, karena seandainya terjadi perbedaan ‘illat, maka tidak bisa dilakukan penyamaan (qiyâs) dalam keduanya. Adapun qiyâs yang tidak terdapat syarat ini, dikatakan oleh para ulama sebagai qiyâs ma’a al-fâriq.

b. Tetapnya hukum asal; hukum asal tidak berubah setelah dilakuakan qiyâs.

c. Tidak terdapat nash atau ijma’ pada al-far’u, yaitu berupa hukum yang menyelisihi qiyâs. Seandaiya terjadi hal ini, maka qiyâs itu dihukumi dengan qiyâs fâsid al-‘itibâr.

4. Syarat ‘illat

a. Sifat ‘illat hendaknya nyata; terjangkau oleh akal dan pancaindera. Hal ini diperlukan karena ‘illat merupakan isyarat adanya hukum yang menjadi dasar untuk menetapkan hukum pada far’u. Apabila ‘illat tidak bisa ditangkap pancaindera, maka tidak mungkin untuk bisa menunjukkan kepada suatu hukum, jadi ‘illat haruslah nyata, seperti ‘illat memabukkan dalam khamer

b. Sifat ‘illat hendaklah pasti, tertentu, terbatas dan dapat dibuktikan bahwa ‘illat itu ada pada far’u, karena asas qiyas adalah adanya persamaan ‘illat antara ashlu dan far’u’.

c. ‘Illat harus berupa sifat yang sesuai dengan kemungkinan-kemungkinan hikmah hukum, dalam arti bahwa kuat dugaan ‘illat itu sesuai dengan hikmah hukumnya. Seperti memabukkan sesuai dengan hukum haram minum khamar, karena dalam

4

Page 7: MAKALAH Agama Res

hukum itu terkandung suatu hikmah hukum, yaitu memelihara akal dengan menghindarkan diri dari mabuk. Pembunuhan dengan sengaja adalah sesuai dengan keharusan adanya qishash, karena dalam qishash itu terkandung suatu hikmah hukum; memelihara kehidupan manusia

d. ‘Illat tidak hanya terdapat pada ashlu saja, tetapi harus berupa sifat yang dapat diterapkan juga pada masalah-masalah lain selain dari ashlu.

E. Rukun Qiyas

Qiyas memiliki rukun yang terdiri dari empat hal:

1. Asal (pokok), yaitu apa yang terdapat dalam hukum nashnya. Disebut dengan al-maqis alaihi.

2. Fara’ (cabang), yaitu sesuatu yang belum terdapat nash hukumnya, disebut pula al-maqîs.

3. Hukm al-asal, yaitu hukum syar’i yang terdapat dalam dalam nash dalam hukum asalnya.

Yang kemudian menjadi ketetapan hukum untuk fara’.

4. Illat, adalah sifat yang didasarkan atas hukum asal atau dasar qiyas yang dibangun atasnya.

[25]

[16] Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqh, hal 173.

[17] Abdul Wahhab al-Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, hal 53.

[18] Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqh, hal 175.

[19] Abdul Wahhab al-Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, hal 53.

[20] Wahbah al-Zuhaili, Ushul Fiqh al-Islami, hal 592.

[21] Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqh, hal 175.

[22] Abdul Wahhab al-Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, hal 56.

[23] Wahbah al-Zuhaili, Ushul Fiqh al-Islami, hal 597.

[24] Abdul Wahhab al-Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, hal 58.

[25] Abdul Wahhab al-Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, hal 60. Lebih lanjut lihat hal 60-78.

5

Page 8: MAKALAH Agama Res

Dalam beberapa tulisan para wahabi/ salafi, mereka memasukkan “Masalihul-mursalah” sebagai

landasan dalil ketika membolehkan hal-hal baru. Ini terlihat dalam berbagai tulisan dan diskusi

mereka tentang Bid’ah.

“Masalihul-mursalah” adalah satu metode yang dipakai oleh Imam Maliki dalam madzabnya

(madzab maliki) untuk menentukan hukum, sebagaimana tercatat di sini. Rupanya mereka

berpegang pada imam Syatibi tentang definisi bid’ah itu, dan as Syatibi adalah seorang ulama

bermadzab maliki

Yang ganjil adalah seharusnya mereka memakai/ mendahulukan Qiyas pula untuk menentukan

hal-hal baru sebagaimana imam malik (dan imam-imam madzab lainnya), tidak dari Qur’an dan

Hadits langsung ke masalih mursalah. Dalam madzab maliki Qiyas lebih didahulukan daripada

masalihul mursalah. Lihat link kami di atas.

6

Page 9: MAKALAH Agama Res

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah kita membahas tentang makna Qiyas,kita dapat mengetahui pengertian

Qiyas yaitu Qiyas adalah menyamakan sesuatu yang tidak ada nash hukumnya dengan sesuatu

yang ada nash hukumnya karena adanya persamaan illat hukum. Selain pengertian Qiyas di

dalam pembahasan Qiyas juga terdapat macam-macam kelompok Qiyas yang terdiri dari

Kelompok jumhur,Mazhab Zhahiriyah dan Syiah Imamiyah,Kelompok yang lebih memperluas

pemakaian qiyas.

Didalam pembahasan Qiyas juga terdapat rukun-rukun qiyas,yaitu :

1. Asal (pokok), yaitu apa yang terdapat dalam hukum nashnya. Disebut dengan al-maqis

alaihi.

2. Fara’ (cabang), yaitu sesuatu yang belum terdapat nash hukumnya, disebut pula al-maqîs

3. Hukm al-asal, yaitu hukum syar’i yang terdapat dalam dalam nash dalam hukum asalnya.

Yang kemudian menjadi ketetapan hukum untuk fara’.

4. Illat, adalah sifat yang didasarkan atas hukum asal atau dasar qiyas yang dibangun atasnya

7

Page 10: MAKALAH Agama Res

DAFTAR PUSTAKA

Hudhari, Muhammad, Ushul al-Fiqh, Dâr al-Hadist, Kairo, 2003

Ibn Qudamah, Raudlah al-Nadkir wa Jannah al-Munadhir, Mu’assasah al-Risalah, Beirut, 1978

Tajuddin ‘Abdul Wahab al-Subki, Jam’u al-Jawani, Dar al-Fikr , Beirut, 1974.

Karîmah, Mahmûd, Dr., Ma’âlimu al-Syari‘ah al-Islamiyah, Umraniyah, Kairo, 2004

Zaidân, ‘Abdul Karim, Prof. Dr., al-Wajîz fiy Usuli al-Fiqh, Muassisatu al-Risalah, Beirut, 1996

Zuhaili, Wahbah, Dr., Usul al-Fiqh al-Islâmi, Dâr al-Fikr, Damsyiq, juz. II. 2005

Zaidân, Shaleh, Dr., Hujjiyatul Qiyâs, Dâr al-Shahwah, Hilwan, Kairo, cet. I. 1987

9

8