makalah agama res
TRANSCRIPT
![Page 1: MAKALAH Agama Res](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082413/55cf9ada550346d033a3bac7/html5/thumbnails/1.jpg)
KATA PENGANTAR
Dengan rasa syukur Alhamdulillah atas Taufiq, Hidayah dan Inayahnya, sehingga
makalah dengan judul “QIYAS” ini dapat diselesaikan dengan baik, meskipun banyak
kekurangan didalamnya, karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan semata.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan atas junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang telah memberikan cahaya yang terang benderang kepada seluruh umat
manusia.
Dan tidak pula ucapan terima kasih kepada :
1. Segenap pengasuh Pondok-Pesantren Nurul Jadid
2. Ketua STTNJ Bapak KH. Najiburahman, M.Ag
3. Bapak Hefny Rozaq M.pd selaku Dosen Pembimbing
4. Dan semua pihak yang telah membantu secara moral ataupun material sehingga
penulisan makalah ini dapat diselesaikan
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan
kritik sangat penulis harapkan guna sempurnanya penyusunan makalah ini dan semoga rahmat
serta Ridho-Nya makalah ini dapat berguna bagi kita semua amin.
i
![Page 2: MAKALAH Agama Res](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082413/55cf9ada550346d033a3bac7/html5/thumbnails/2.jpg)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
a. Pengertian Qiyas.....................................................................2
b. Kelompok Qiyas.....................................................................3
c. Contoh Qiyas..........................................................................3
d. Syarat Qiyas............................................................................4
e. Rukun Qiyas...........................................................................5
BAB III PENUTUP................................................................................7
DAFTAR PUTAKA...............................................................................8
ii
![Page 3: MAKALAH Agama Res](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082413/55cf9ada550346d033a3bac7/html5/thumbnails/3.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pembahasan makalah yang membahas tentang Qiyas. Maka alangkah
baiknya kita mengenal makna Qiyas bail secara bahasa maupun menurut ulama ushul fiqh. Serta
menjelaskan hukum Qiyas, adapun hukum Qiyas adalah menyamakan sesuatu yang tidak ada
nash hukumnya dengan sesuatu yang ada nash hukumnya karena adanya persamaan illat hukum.
Adapun arti Qiyas menurut ulama ushul Fiqh adalah menerangkan sesuatu yang
tidak ada nashnya dalam Al Qur’an dan hadits dengan cara membandingkan dengan sesuatu
yang ditetapkan hukumnya berdasarkan nash. Diantara dalilnya yang berkaitan dengan
hukumnya nash yaitu Umpamanya hukum meminum khamar, nash hukumnya telah dijelaskan
dalam Al Qur’an yaitu hukumnya haram. Sebagaimana firman Allah Swt:
“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk)
berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah
perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (Qs.5:90)
Sedangkan pengertian Qiyas menurut istilah yaitu menyamakan sesuatu yang
tidak ada nash hukumnya dengan sesuatu yang ada nash hukumnya karena adanya persamaan
illat hukum.
1
![Page 4: MAKALAH Agama Res](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082413/55cf9ada550346d033a3bac7/html5/thumbnails/4.jpg)
BAB II
PEMBAHASAN
Qiyas
A. Pengertian Qiyas
Qiyas menurut ulama ushul Fiqh adalah menerangkan sesuatu yang tidak ada nashnya dalam
Al Qur’an dan hadits dengan cara membandingkan dengan sesuatu yang ditetapkan hukumnya
berdasarkan nash. Mereka juga membuat definisi lain, Qiyas adalah menyamakan sesuatu yang
tidak ada nash hukumnya dengan sesuatu yang ada nash hukumnya karena adanya persamaan
illat hukum.[16]
Dengan demikian qiyas itu penerapan hukum analogi terhadap hukum sesuatu yang serupa
karena prinsip persamaan illat akan melahirkan hukum yang sama pula.
Umpamanya hukum meminum khamar, nash hukumnya telah dijelaskan dalam Al Qur’an
yaitu hukumnya haram. Sebagaimana firman Allah Swt:
“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban
untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (Qs.5:90)
Haramnya meminum khamr berdasar illat hukumnya adalah memabukan. Maka setiap
minuman yang terdapat di dalamnya illat sama dengan khamar dalam hukumnya maka minuman
tersebut adalah haram.[17]
2
![Page 5: MAKALAH Agama Res](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082413/55cf9ada550346d033a3bac7/html5/thumbnails/5.jpg)
B. Kelompok Qiyas
Berhubung qiyas merupakan aktivitas akal, maka beberapa ulama berselisih faham dengan
ulama jumhur. Pandangan ulama mengenai qiyas ini terbagi menjadi tiga kelompok:
1. Kelompok jumhur, mereka menggunakan qiyas sebagai dasar hukum pada hal-hal yang
tidak jelas nashnya baik dalam Al Qur’an, hadits, pendapat shahabt maupun ijma ulama.
2. Mazhab Zhahiriyah dan Syiah Imamiyah, mereka sama sekali tidak menggunakan qiyas.
Mazhab Zhahiri tidak mengakui adalanya illat nash dan tidak berusaha mengetahui sasaran
dan tujuan nash termasuk menyingkap alasan-alasannya guna menetapkan suatu kepastian
hukum yang sesuai dengan illat. Sebaliknya, mereka menetapkan hukum hanya dari teks
nash semata.
3. Kelompok yang lebih memperluas pemakaian qiyas, yang berusaha berbagai hal karena
persamaan illat. Bahkan dalam kondisi dan masalah tertentu, kelompok ini menerapkan
qiyas sebagai pentakhsih dari keumuman dalil Al Qur’an dan hadits.[18]
C. Contoh Qiyas
1. Qiyâs keharaman extasy/pil koplo/narkotika.
Hukum mengkonsumsi extasy atau pil koplo tidak tertulis secara eksplisit di dalam al-
Qur’an ataupun hadist. Namun dalam al-Qur’an surat al-Mâidah ayat 90, Allah Swt
berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (minum) khamr; berjudi, menyembah
patung dan mengundi nasib dengan anak panah tidak lain hanyalah suatu yang kotor,
termasuk perbuatan syaitan, karena itu hendaklah kamu jauhi agar kamu mendapat
keberuntungan." (al-Mâidah: 90)
Pada ayat diatas, Allah menerangkan keharaman minum khamer. Maka metode qiyâs
dapat digunakan untuk menetapkan hukum mengkonsumsi extasy atau narkotika;
~ Al-Ashlu: minuman keras atau khamer
~ hukum asli: haram
~ Al-far’u: extasy
~ Al-‘illah: memabukkan
3
![Page 6: MAKALAH Agama Res](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082413/55cf9ada550346d033a3bac7/html5/thumbnails/6.jpg)
D. Syarat Qiyas
1. Syarat al-Ashlu
Menurut jumhur fuqaha, bahawa qiyâs harusalah dibangun diatas dalil nash ataupun ijma’, hanya saja terjadi perbedaan pendapat di antara mereka tentang bolehnya qiyâs yang didasarkan atas ijma’. Sebagian ulama yang tidak setuju mengatakan bahwa qiyâs didasarkan dari ‘illah yang menjadi dasar disyariatkannya hukum asli, dan hal ini tidak memungkinkan dalam ijma’, karena ijma’ tidak diharuskan disebutkan adanya wakil (al-far’u). Maka apabila tidak disebutkan al-far’u-nya, tidak mungkin untuk bisa diketahui ‘illah qiyâs-nya.
2. Syarat Hukmu al-Ashli
a. Harus merupakan hukum syar’i, karena tuntutan dari qiyâs adalah untuk menjelaskan hukum syar’i pada al-maqîs atau objek qiyâs.
b. Harus merupakan hukum syara’ yang tetap (tidak dihapus). Karena dalam penetapan hukum dari al-ashlu ke al-far’u, didasarkan dari ‘illat dalam nash syar’i. Maka apabila hukum asli dihapus, mengharuskan terhapusnya juga ‘illat yang akan digunakan dalam al-far’u.
c. Merupakan sesuatu yang logis yang bisa ditangkap oleh akal; ‘illat hukumnya bisa diketahui oleh akal. Karena asas qiyâs di antaranya adalah: ‘illat hukumnya bisa diketahui, dapat diterapkan pada al-far’u.
3. Syarat al-Far’u
a. ‘Illat yang terdapat pada al-ashlu memiliki kesamaan dengan ‘illat yang terdapat pada far’u, karena seandainya terjadi perbedaan ‘illat, maka tidak bisa dilakukan penyamaan (qiyâs) dalam keduanya. Adapun qiyâs yang tidak terdapat syarat ini, dikatakan oleh para ulama sebagai qiyâs ma’a al-fâriq.
b. Tetapnya hukum asal; hukum asal tidak berubah setelah dilakuakan qiyâs.
c. Tidak terdapat nash atau ijma’ pada al-far’u, yaitu berupa hukum yang menyelisihi qiyâs. Seandaiya terjadi hal ini, maka qiyâs itu dihukumi dengan qiyâs fâsid al-‘itibâr.
4. Syarat ‘illat
a. Sifat ‘illat hendaknya nyata; terjangkau oleh akal dan pancaindera. Hal ini diperlukan karena ‘illat merupakan isyarat adanya hukum yang menjadi dasar untuk menetapkan hukum pada far’u. Apabila ‘illat tidak bisa ditangkap pancaindera, maka tidak mungkin untuk bisa menunjukkan kepada suatu hukum, jadi ‘illat haruslah nyata, seperti ‘illat memabukkan dalam khamer
b. Sifat ‘illat hendaklah pasti, tertentu, terbatas dan dapat dibuktikan bahwa ‘illat itu ada pada far’u, karena asas qiyas adalah adanya persamaan ‘illat antara ashlu dan far’u’.
c. ‘Illat harus berupa sifat yang sesuai dengan kemungkinan-kemungkinan hikmah hukum, dalam arti bahwa kuat dugaan ‘illat itu sesuai dengan hikmah hukumnya. Seperti memabukkan sesuai dengan hukum haram minum khamar, karena dalam
4
![Page 7: MAKALAH Agama Res](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082413/55cf9ada550346d033a3bac7/html5/thumbnails/7.jpg)
hukum itu terkandung suatu hikmah hukum, yaitu memelihara akal dengan menghindarkan diri dari mabuk. Pembunuhan dengan sengaja adalah sesuai dengan keharusan adanya qishash, karena dalam qishash itu terkandung suatu hikmah hukum; memelihara kehidupan manusia
d. ‘Illat tidak hanya terdapat pada ashlu saja, tetapi harus berupa sifat yang dapat diterapkan juga pada masalah-masalah lain selain dari ashlu.
E. Rukun Qiyas
Qiyas memiliki rukun yang terdiri dari empat hal:
1. Asal (pokok), yaitu apa yang terdapat dalam hukum nashnya. Disebut dengan al-maqis alaihi.
2. Fara’ (cabang), yaitu sesuatu yang belum terdapat nash hukumnya, disebut pula al-maqîs.
3. Hukm al-asal, yaitu hukum syar’i yang terdapat dalam dalam nash dalam hukum asalnya.
Yang kemudian menjadi ketetapan hukum untuk fara’.
4. Illat, adalah sifat yang didasarkan atas hukum asal atau dasar qiyas yang dibangun atasnya.
[25]
[16] Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqh, hal 173.
[17] Abdul Wahhab al-Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, hal 53.
[18] Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqh, hal 175.
[19] Abdul Wahhab al-Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, hal 53.
[20] Wahbah al-Zuhaili, Ushul Fiqh al-Islami, hal 592.
[21] Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqh, hal 175.
[22] Abdul Wahhab al-Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, hal 56.
[23] Wahbah al-Zuhaili, Ushul Fiqh al-Islami, hal 597.
[24] Abdul Wahhab al-Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, hal 58.
[25] Abdul Wahhab al-Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, hal 60. Lebih lanjut lihat hal 60-78.
5
![Page 8: MAKALAH Agama Res](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082413/55cf9ada550346d033a3bac7/html5/thumbnails/8.jpg)
Dalam beberapa tulisan para wahabi/ salafi, mereka memasukkan “Masalihul-mursalah” sebagai
landasan dalil ketika membolehkan hal-hal baru. Ini terlihat dalam berbagai tulisan dan diskusi
mereka tentang Bid’ah.
“Masalihul-mursalah” adalah satu metode yang dipakai oleh Imam Maliki dalam madzabnya
(madzab maliki) untuk menentukan hukum, sebagaimana tercatat di sini. Rupanya mereka
berpegang pada imam Syatibi tentang definisi bid’ah itu, dan as Syatibi adalah seorang ulama
bermadzab maliki
Yang ganjil adalah seharusnya mereka memakai/ mendahulukan Qiyas pula untuk menentukan
hal-hal baru sebagaimana imam malik (dan imam-imam madzab lainnya), tidak dari Qur’an dan
Hadits langsung ke masalih mursalah. Dalam madzab maliki Qiyas lebih didahulukan daripada
masalihul mursalah. Lihat link kami di atas.
6
![Page 9: MAKALAH Agama Res](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082413/55cf9ada550346d033a3bac7/html5/thumbnails/9.jpg)
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah kita membahas tentang makna Qiyas,kita dapat mengetahui pengertian
Qiyas yaitu Qiyas adalah menyamakan sesuatu yang tidak ada nash hukumnya dengan sesuatu
yang ada nash hukumnya karena adanya persamaan illat hukum. Selain pengertian Qiyas di
dalam pembahasan Qiyas juga terdapat macam-macam kelompok Qiyas yang terdiri dari
Kelompok jumhur,Mazhab Zhahiriyah dan Syiah Imamiyah,Kelompok yang lebih memperluas
pemakaian qiyas.
Didalam pembahasan Qiyas juga terdapat rukun-rukun qiyas,yaitu :
1. Asal (pokok), yaitu apa yang terdapat dalam hukum nashnya. Disebut dengan al-maqis
alaihi.
2. Fara’ (cabang), yaitu sesuatu yang belum terdapat nash hukumnya, disebut pula al-maqîs
3. Hukm al-asal, yaitu hukum syar’i yang terdapat dalam dalam nash dalam hukum asalnya.
Yang kemudian menjadi ketetapan hukum untuk fara’.
4. Illat, adalah sifat yang didasarkan atas hukum asal atau dasar qiyas yang dibangun atasnya
7
![Page 10: MAKALAH Agama Res](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082413/55cf9ada550346d033a3bac7/html5/thumbnails/10.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Hudhari, Muhammad, Ushul al-Fiqh, Dâr al-Hadist, Kairo, 2003
Ibn Qudamah, Raudlah al-Nadkir wa Jannah al-Munadhir, Mu’assasah al-Risalah, Beirut, 1978
Tajuddin ‘Abdul Wahab al-Subki, Jam’u al-Jawani, Dar al-Fikr , Beirut, 1974.
Karîmah, Mahmûd, Dr., Ma’âlimu al-Syari‘ah al-Islamiyah, Umraniyah, Kairo, 2004
Zaidân, ‘Abdul Karim, Prof. Dr., al-Wajîz fiy Usuli al-Fiqh, Muassisatu al-Risalah, Beirut, 1996
Zuhaili, Wahbah, Dr., Usul al-Fiqh al-Islâmi, Dâr al-Fikr, Damsyiq, juz. II. 2005
Zaidân, Shaleh, Dr., Hujjiyatul Qiyâs, Dâr al-Shahwah, Hilwan, Kairo, cet. I. 1987
9
8