makalah agama muamalah

27

Upload: anandadianz

Post on 22-Nov-2015

125 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

LEMBAR PENGESAHAN

Telah diterima dan disetujui oleh:Pada Hari dan Tanggal:Tempat:

Guru Pembimbing Kepala Sekolah SMPN 4 Kedondong

( ) ( )

DAFTAR ISI

Lembar PengesahanIKata PengantarIIDaftar isiIIIBAB I PendahuluanA.Latar Belakang1B.Rumusan MasalahC.TujuanBAB II Pembahasan21.1 Jual Beli 2-51.2 QIRAD ATAU SYIRKAHMUDARABAH 6-91.3 Riba 10-141.4 BANK SYARIAH 15-16BAB III PenutupA.Kesimpulan 17B.Saran 17Daftar Pustaka 18

Kata Pengantar

Alhamdulillah segala puji bagi Allah Swt, yang telah melimpahkan rahmat taufik dan hidayahnya kepada kita semua. Dan tak lupa pula salawat serta salam kami haturkan kepangkuan baginda nabi besar Muhammad Saw, karena berkat perjuangan dan usaha beliau kita semua dapatmenik mati islam dengan sebaik-baiknya agama.Syukur alhamdulillah makalah ini bisa selesai tepat pada waktunya. Didalam makalah ini kami akan membahas tentang Muamalah. Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Guru Pembimbingr Ilmu Fiqh yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada kami untuk membuat makalah ini. Dengan rendahhati, kami ingin menyampaikan beribu maaf apabila terjadi kesalahan dan kekeliruan pada penulisan makalah ini. Kami juga mohon kritik dan sarannya dalam penyempurnaan makalah ini.

( Penyusun )

BAB IPENDAHULUANA.Latar BelakangSebagai bagian dari hukum Islam yang mana merupakan suatu prinsip yang sangat besar dan terdapat pijakan berupa keadilan dalam memperhatikan kemaslahatan manusiaseluruhnya. Berdasarkan prinsip-prinsip agung yang diuraikan dalam buku ini, dapatdiketahui bahwa muamalah dalam jual beli tidak dapat dikeluarkan dari mubah kepada haramkecuali jika ada sesuatu yang diperingatkan, misalnya karena menjurus kepadaakedzalimanterhadap salah satu pihak, berupa riba, kedustaan, penipuan, dengan berbagai ragamnya,ketidak tahuan dan pengecohan dengan segala jenisnya. Semua itu adalah contoh kedzalimanterhadap salah satu pihak.Uraian dalam makalah ini hanyalah sekedar mengantarkan pada pemahaman pembacadan sebagai alat bantu dalam memudahkan pembaca dalam mendapatkan suatu informasi danreferensi baru terkait permasalahan tentang mualah baik itu yang nantinya dapat berhubungan dengan jual beli, qiradh ataupun riba.B.Rumusan Masalah1.Apa ruang lingkup dari muamalah yang berhubungan dengan jual beli?2.Bagaimana gambaran tentang qiradh dalam kehidupan sehari-hari?3.Apa saja bentuk perbuatan riba terkait dalam transaksi jual beli?C.Tujuan1.Dapat mengetahui ruang lingkup tentang muamalah yang berhubungan dengan jual beli.2.Dapat memahami gambaran nyata tentang qiradh dalam kehidupan sehari-hari.3.Dapat memahami tentang bentuk perbuatan riba yang terkait dalam transaksi jual beli

BAB II PEMBAHASAN

1.1 Jual Beli1.Pengertian Jual beliJual beli menurut bahasa artinya pertukaran atau saling menukar. Sedangkan menurut pengertian fikih, jual beli adalah menukar suatu barang dengan barang yang lain dengan rukun dan syarat tertentu. Jual beli juga dapat diartikan menukar uang dengan barang yang diinginkan sesuai dengan rukun dan syarat tertentu. Setelah jual beli dilakukan secara sah, barang yang dijual menjadi milik pembeli sedangkan uang yang dibayarkan pembeli sebagai pengganti harga barang, menjadi milik penjual.Suatu ketika Rasulullah Muhammad SAW ditanya oleh seorang sahabat tentang pekerjaan yang paling baik. Beliau menjawab, pekerjaan terbaik adalah pekerjaan yang dilakukan dengan tangannya sendiri dan jual beli yang dilakukan dengan baik. Jual beli hendaknya dilakukan oleh pedagang yang mengerti ilmu fiqih. Hal ini untuk menghindari terjadinya penipuan dari ke dua belah pihak. Khalifah Umar bin Khattab, sangat memperhatikan jual beli yang terjadi di pasar. Beliau mengusir pedagang yang tidak memiliki pengetahuan ilmu fiqih karena takut jual beli yang dilakukan tidak sesuai dengan hukum Islam.Pada masa sekarang, cara melakukan jual beli mengalami perkembangan. Di pasar swalayan ataupun mall, para pembeli dapat memilih dan mengambil barang yang dibutuhkan tanpa berhadapan dengan penjual. Pernyataan penjual (ijab) diwujudkan dalam daftar harga barang atau label harga pada barang yang dijual sedangkan pernyataan pembeli (kabul) berupa tindakan pembeli membayar barang-barang yang diambilnya.

2.Hukum jual beliJual beli sudah ada sejak dulu, meskipun bentuknya berbeda. Jual beli juga dibenarkan dan berlaku sejak zaman Rasulullah Muhammad SAW sampai sekarang. Jual beli mengalami perkembangan seiring pemikiran dan pemenuhan kebutuhan manusia. Jual beli yang ada di masyarakat di antaranya adalah: a) jual beli barter (tukar menukar barang dengan barang); b) money charger (pertukaran mata uang); c) jual beli kontan (langsung dibayar tunai); d) jual beli dengan cara mengangsur (kredit); e) jual beli dengan cara lelang (ditawarkan kepada masyarakat umum untuk mendapat harga tertinggi).Berbagai macam bentuk jual beli tersebut harus dilakukan sesuai hukum jual beli dalam agama Islam. Hukum asal jual beli adalah mubah (boleh). Allah SWT telah menghalalkan praktik jual beli sesuai ketentuan dan syariat-Nya. Dalam Surah al-Baqarah ayat 275 Allah SWT berfirman:

Artinya :Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba(Q.S. al-Baqarah: 275)

Jual beli yang dilakukan tidak boleh bertentangan dengan syariat agama Islam. Prinsip jual beli dalam Islam, tidak boleh merugikan salah satu pihak, baik penjual ataupun pembeli. Jual beli harus dilakukan atas dasar suka sama suka, bukan karena paksaan. Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam surat an-Nisa ayat 29.yang Artinya :Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan batil melainkan dengan jalan jual beli suka sama suka di antara kamu. (QS. An-Nisa : 29)

Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda:

Artinya :Dari Abi Said al-Khudri berkata, Rasulullah SAW bersabda: sesungguhnya jual beli itu didasarkan atas saling meridai.(H.R. Ibnu Maajah).

Hukum jual beli ada 4 macam, yaitu:(1)Mubah (boleh), merupakan hukum asal jual beli;(2)Wajib, apabila menjual merupakan keharusan, misalnya menjual barang untuk membayar hutang;(3)Sunah, misalnya menjual barang kepada sahabat atau orang yang sangat memerlukan barang yang dijual;(4)Haram, misalnya menjual barang yang dilarang untuk diperjualbelikan. Menjual barang untuk maksiat, jual beli untuk menyakiti seseorang, jual beli untuk merusak harga pasar, dan jual beli dengan tujuan merusak ketentraman masyarakat.

3.Rukun jual beliJual beli dinyatakan sah apabila memenuhi rukun dan syarat jual beli. Rukun jual beli berarti sesuatu yang harus ada dalam jual beli. Apabila salah satu rukun jual beli tidak terpenuhi, maka jual beli tidak dapat dilakukan. Menurut sebagian besar ulama, rukun jual beli ada empat macam, yaitu:a)Penjual dan pembelib)Benda yang dijualc)Alat tukar yang sah (uang)d)Ijab KabulIjab adalah perkataan penjual dalam menawarkan barang dagangan, misalnya: Saya jual barang ini seharga Rp 5.000,00. Sedangkan kabul adalah perkataan pembeli dalam menerima jual beli, misalnya: Saya beli barang itu seharga Rp 5.000,00. Imam Nawawi berpendapat, bahwa ijab dan kabul tidak harus diucapkan, tetapi menurut adat kebiasaan yang sudah berlaku. Hal ini sangat sesuai dengan transaksi jual beli yang terjadi saat ini di pasar swalayan. Pembeli cukup mengambil barang yang diperlukan kemudian dibawa ke kasir untuk dibayar.

4.Syarat sah jual beliJual beli dikatakan sah, apabila memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. Persyaratan itu untuk menghindari timbulnya perselisihan antara penjual dan pembeli akibat adanya kecurangan dalam jual beli. Bentuk kecurangan dalam jual beli misalnya dengan mengurangi timbangan, mencampur barang yang berkualitas baik dengan barang yang berkualitas lebih rendah kemudian dijual dengan harga barang yang berkualitas baik. Rasulullah Muhammad SAW melarang jual beli yang mengandung unsur tipuan. Oleh karena itu seorang pedagang dituntut untuk berlaku jujur dalam menjual dagangannya. Adapun syarat sah jual beli adalah sebagai berikut:a)Penjual dan pembeli(1)Jual beli dilakukan oleh orang yang berakal agar tidak tertipu dalam jual beli. Allah swt.berfirman dalam surah an-Nisaa ayat 5 :

Artinya:Dan janganlah kamu serahkan kepada orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaan) kamu yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupanmu.(Q.S.an-Nisaa:5)

(2)Jual beli dilakukan atas kemauan sendiri (tidak dipaksa). Dalam Surah an-Nisaa ayat 29 Allah berfirman:

Artinya:Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar) kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. (Q.S. an-Nisaa: 29)

(3)Barang yang diperjualbelikan memiliki manfaat (tidak mubazir)(4)Penjual dan pembeli sudah balihg atau dewasa, akan tetapi anak-anak yang belum baligh dibolehkan melakukan jual beli untuk barang-barang yang bernilai kecil, misalnya jual beli buku dan koran.

b)Syarat uang dan barang yang dijual(1)Keadaan barang suci atau dapat disucikan.(2)Barang yang dijual memiliki manfaat.(3)Barang yang dijual adalah milik penjual atau milik orang lain yang dipercayakan kepadanya untuk dijual. Rasulullah bersabda:Artinya :Tidak Sah jual beli kecuali pada barang yang dimiliki.(H.R. Abu Daud dari Amr bin Syuaib)

(4)Barang yang dijual dapat diserahterimakan sehingga tidak terjadi penipuan dalam jual beli.(5)Barang yang dijual dapat diketahui dengan jelas baik ukuran, bentuk, sifat dan bentuknya oleh penjual dan pembeli.

c)Ijab kabulIjab adalah pernyataan penjual barang sedangkan Kabul adalah perkataan pembeli barang. Dengan demikian, ijab kabul merupakan kesepakatan antara penjual dan pembeli atas dasar suka sama suka. Ijab dan kabul dikatakan sah apabila memenuhi syarat sebagai berikut:(1)Kabul harus sesuai dengan ijab;(2)Ada kesepakatan antara ijab dengan kabul pada barang yang ditentukan mengenai ukuran dan harganya;(3)Akad tidak dikaitkan dengan sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan akad, misalnya: Buku ini akan saya jual kepadamu Rp 10.000,00 jika saya menemukan uang.(4)Akad tidak boleh berselang lama, karena hal itu masih berupa janji.5.Membedakan jual beli yang diperbolehkan dan jual beli yang dilarang

5.Jual beli yang diperbolehkan dalam Islam adalah :a. telah memenuhi rukun dan syarat dalam jual belib. jenis barang yang dijual halalc. jenis barangnya sucid. barang yang dijual memiliki manfaate. atas dasar suka sama suka bukan karena paksaanf. saling menguntungkan

6.Adapun bentuk-bentuk jual beli yang terlarang dalam agama Islam karena merugikan masyarakat di antaranya sebagai berikut:a. memperjualbelikan barang-barang yang haramb. jual beli barang untuk mengacaukan pasarc. jual beli barang curiand. jual beli dengan syarat tertentue. jual beli yang mengandung unsur tipuanf. jual beli barang yang belum jelas misalnya menjual ikan dalam kolamg. jual beli barang untuk ditimbun

7. Khiyar dan jual beli Khiyar dalam jual beli merupakan proses pemindahan hak milik dari satu orang kepada orang lain.Pengertian khiyar dan hokum khiyarKhiyar dalam jual beli adalah pilihan untuk meneruskan atau membatalkan jual beli,Hukum khiyar adalah mubah dan disyaratkan agama

Dalam jual beli sering terjadi penyesalan di antara penjual dan pembeli. Penyesalan ini terjadi karena kurang hati-hati, tergesa-gesa atau sebab lainnya. Untuk menghindari penyesalan dalam jual beli, maka Islam memberikan jalan dengan khiyar. Khiyar adalah hak untuk meneruskan jual beli atau membatalkannya. Maksudnya, baik penjual atau pembeli mempunyai kesempatan untuk mengambil keputusan apakah meneruskan jual beli atau membatalkannya dalam waktu tertentu atau karena sebab tertentu. Khiyar dalam jual beli ada tiga macam yaitu:

(1)Khiyar majlisKhiyar majlis adalah hak bagi penjual dan pembeli yang melakukan akad jual beli untuk membatalkan atau meneruskan akad jual beli selama mereka masih belum berpisah dari tempat akad. Apabila keduanya telah berpisah dari satu majlis, maka hilanglah hak khiyar majlis ini. Rasulullah SAW bersabda:

Artinya:Dua orang yang berjual beli, boleh memilih (akan meneruskan jual beli atau tidak) selama keduanya belum berpisah dari tempat akad. (H.R. Bukhori dari Hakim bin Hizam)

(2)Khiyar syaratKhiyar syarat adalah suatu keadaan yang membolehkan salah seorang atau masing-masing orang yang melakukan akad untuk membatalkan atau menetapkan jual belinya setelah mempertimbangkan dalam 1, 2, atau 3 hari. Setelah waktu yang ditentukan tiba, maka jual beli harus segera ditegaskan untuk dilanjutkan atau dibatalkan. Waktu khiyar syarat selama 3 hari 3 malam terhitung waktu akad. Sabda Rasulullah Muhammad SAW:

Artinya:Engkau boleh berkhiyar pada semua barang yang telah engkau beli selama tiga hari tiga malam.(H.R. Ibnu Majah dari Muhammah bin Yahya bin Hibban)

(3)Khiyar aibiKhiyar aibi adalah hak untuk memilih meneruskan atau membatalkan jual beli karena ada cacat atau kerusakan pada barang yang tidak kelihatan pada saat ijab kabul. Pada masa sekarang, untuk memberikan pelayanan yang memuaskan kepada pembeli, para produsen dan penjual barang biasanya memberikan jaminan produk atau garansi. Pemberian garansi juga dimaksudkan untuk menghindari adanya kekecewaan pembeli terhadap barang yang dibelinya. Berkaitan dengan khiyar aibi ini, Rasulullah SAW memberikan tuntunan dengan sabdanya :

Artinya:Dari Aisyah r.a. berkata bahwasanya seorang laki-laki telah membeli seorang budak, budak itu tinggal beberapa lama dengan dia, kemudian kedapatan bahwa budak itu ada cacatnya, terus dia angkat perkara itu dihadapan Rasulullah saw. Putusan dari beliau, budak itu dikembalikan kepada penjual (H.R. Abu Dawud)

Khiyar diperbolehkan oleh Rasulullah Muhammad SAW karena memiliki manfaat. Di antara manfaat khiyar adalah untuk menghindari adanya rasa tidak puas terhadap barang yang dibeli, menghindari penipuan, dan untuk membina ukhuwah antara penjual dan pembeli. Dengan adanya khiyar, penjual dan pembeli merasa puas.

1.2 QIRAD ATAU SYIRKAHMUDARABAHQirad merupakan salah satu jenis muamalah yang juga sering terjadi dalam masyarakat. Berikut akan di bahas beberapa masalah,yang meliputi pengertian qirad,hukum qirad,qirad sebagai bentuk kepedulian terhadap masyarakat miskin,rukun dan syarat qirad, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam qirod, dan macam-macam qirod.A. Pengertian QirodQirad ialah kerja sama dalam bentuk pinjaman modal tanpa bunga dengan perjanjian bagi hasil. Biasanya qirad dilakukan pemilik modal ( baik perorangan maupun lembaga ) dengan orang lain yang memiliki kemampuan dan kemauan untuk menjalankan suatu usaha. Besar atau kecilnya bagian tergantung pada pemufakatan kedua belah pihak,yang penting tidak ada pihak-pihak yang dirugikan. Apabila qirad menyangkut uang yang cukup besar,sebaiknya diadakan perjanjian tertulis dan dikuatkan dua orang saksi yang disetujui oleh kedua belah pihak.B. Hukum QiradHukum qirad adalah Mubah. Rasulullah sendiri pernah mengadakan qirad dengan siti Khadijah ( sebelum menjadi istri beliau ) sewaktu berniaga ke negri Syam. Dalam kenyataan hidup, aa beberapa orang yang memiliki modal, tetapi tidak mampu atau tidak sempat mengembangkannya. Sementara itu, ada yang memiliki kesempatan dan kemampuan berusaha,tetapi tidak memiliki modal. Islam memberi kesempatan kepada keduanya untuk mengadakan kerja sama dalam bentuk qirad.C. Qirad sebagai salah satu bentuk peduli terhadap masyarakat miskinDalam kenyataan hidup sehari-hari,qirad dapat membantu sebagian masyarakat miskin dalam upaya mencukupi kebutuhan hidupnya. Modal yang dipinjam tersebut dapat digunakan untuk usaha sesuai bakat dan kemampuan peminjam. Bagi pemilik modal,qirod merupakan bukti kepedulian kepada masyarakat miskin. Rasulullah bersabda Tidaklah seorang muslim memberi pinjaman kepada muslim yang lain dengan dua kali pinjaman,kecuali perbuatan itu seperti sedekah satu kali.(H.R.Ibnu Majah ).D. Rukun dan Syarat QiradQirad bisa berlangsung apabila terpenuhi Rukun dan Syarat.1. Rukuna. Pemilik dan penerima modalb. Modalc. Pekerjaand. Keuntungan2. SyaratAdapun syarat-syaratnya adalah harus dewasa,sehat akal, dan sama-sama rela,harus diketahui secara jelas (jumlahnya) baik oleh pemilik maup[un penerima modal, sesuai bakat dan kemampuannya. Pemilik modal perlu mengetahui jenis pekerjaan tersebut. Besar atau kecilnya bagian keuntungan hendaknya dibicarakan saat mengadakan perjanjian.E. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam qiradBeberapa hal yang perlu diperhatikan dalam masalah qirad antara lain sebagai berikut:1. Penerima dan pemilik modal harus saling mempercayai dan dapat dipercaya.2. penerima modal harus bekerja secara hati-hati.dalam mencukupi kebutuhan pribadi,hendaknya tidak menggunakan modal.3. perjanjian antara pemilik dan penerima modal hendaknya dibuat sejelas mungkin.jika dipandang perlu,dicarikan saksi yang disetujui oleh kedua belah pihak.4. jika terjadi kehilangan atau kerusakan diluar kesengajaan penerima modal,hendaknyaditanggung oleh sipemilik modal.5. jika terjadi kerugian, hendaknya ditutyp dengan keuntungan yang lalu. Jika tidak ada, hendaknya kerugian itu ditanggung oleh pemilik modal.F. Macam-macam qiradQirad dapat dilakukan oleh perorangan,dapat pula dilakukan oleh organisasi atau lembaga lain dengan nasabahnya. Dalam kehidupan modern,qirad dapat berupa kredit candak kulak,KPR,dan KMKP.1. Kredit Candak KulakKredit candak kulak ialah pinjaman modal yang diberikan kepada para pedagang kecil dengan sistem pengembalian sekali dalam seminggu dan tanpa tanggungan atau jaminan.biasanya kredit candak kulak dilakukan oleh KUD. Kredit jenis ini bertujuan untuk membantu masyarakat kecil agar dapat memiliki jenis usaha tertentu, misalnya berjualan makanan ringan,membuat tempe kedelai,atau usaha lain yang memerlukan biaya relatif ringan. Dengan cara seperti ini, diharapkan mereka pada saat nanti dapat terangkat dari masyarakat prasejahtera menjadi sejahtera dan tidak menggantungkan nasibnya kepada orang lain.2. Kredit Pemilikan Rumah (KPR)KPR bertujuan untuk membantu masyarakat yang belum memiliki rumah. Bank menyediakan fasilitas berupa perumahan,dari yang bertipe sederhana hingga mewah.Masyarakat yang berminat untuk memiliki rumah tersebut diwajibkan membayar uang muka yang besarnya bervariasi, sesuai dengan tipe rumahyang diinginkan. Selanjutnya,pada jangka waktu tertentu orang itu membayar angsuran sesuai dengan perjanjian yang dibuat kedua belah pihak. Dengan demikian, diharapkan masyarakat tidak terlalu berat untuk memiliki rumah.3. Kredit Modal Karya Permanen (KMKP)KMKP dilaksanakan baik oleh bank negara maupun bank swasta. Pada saat ini, kredit jenis ini sudah tidak ada, yang ada sekarang adalah KUK (Kredit Usaha kecil). Kredit ini hanya melayani masyarakat yang sudah mampu sehingga lebih bersifat pengembangan usaha yang sudah ada. Oleh sebab itu sasaran yang dibina juga terbatas.

G. Hikmah QiradAntara lain:a. Terwujudnya tolong menolong sebab tidak jarang orang yang punya modal Tetapi tidak punya keahlian berdagang atau sebaliknya punya keahlian berdagang tetapi tidak punya modal.b. Salah satu perilaku ibadah yang lebih mendekatkan diri pada rahmat Allah karena dapat melepaskan kesulitan orang lain yang sangat membutuhkan pertolongan.c. Bagi yang mengqiradkan akan diberikan pahala dan kemudahan oleh Allah baik urusan dunia maupunurusan akhirat.d. Terciptanya kerjasama antara pemberi modal dan pelaksanaan yang pada akhirnya dapat menumbuhkan dan memperkembangkan perekonomian ummat.e. Terbinanya pribadi-pribadi yang taaluf (rasa dekat) antara keduanyaf. Yang memberikan pinjaman modal akan mendapat unggulan pahala hingga delapan belas kali lipat bisa dibandingkan dengan sedekah hanya sepuluh kali.

1.3 RibaPengertian RibaDalam pengertian bahasa, riba berarti az-ziyadah 'tambahan'. Menurut istilah, riba adalah pengambilan tambahan dari harta pokok (modal) dengan cara yang batil. Riba diharamkan dalam keadaan apapun dan dalam bentuk apapun.Diharamkan atas pemberi piutang & juga atas org yg berhutang darinya dengan memberikan bunga,baik yg berhutang itu adalah orang miskin/orang kaya. Tidak boleh bagi seorang muslim,baik kaya/fakir untuk berhutang kepada bank atau lainnya dengan bunga 5%/15% atau lebih atau kurang dari itu.Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah melaknati pemakan riba (rentenir), orang yang memberikan atau membayar riba (nasabah), penulisnya (sekretarisnya) & juga dua orang saksinya. Dan beliau juga bersabda, Mereka itu sama dalam hal dosanya. (HR. Muslim).Jauhilah tujuh perkara yang menghancurkan diantaranya memakan riba. (Muttafaqun alaih).Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut)jika kamu orang-orang yang beriman. Surah Al-Baqarah (2): 278Riba ada dua macam yaitu riba nasiah dan riba fadhl.

Riba nasiah yaitu utang yang harus dibayar lebih dari pokoknya karena si peminjam tidak mampu membayar utangnya pada waktu yang ditentukan, semakin lama waktunya maka semakin besar pula tambahannya, demikian seterusnya hingga berlipat ganda.Riba fadhl adalah tukar menukar barang yang sejenis dengan ada tambahan, misalnya tukar menukar uang dengan uang, disertai dengan adanya tambahan.Dari Abu Said Al-Khudari, katanya, "Bilal datang kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dengan membawa kurma kualitas Barni. Lalu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bertanya kepadanya, "Dari mana kurma itu ?". Ia menjawab , "Kami punya kurma yang buruk lalu kami tukar beli dua liter dengan satu liter". Maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: "Masya Allah, itu juga adalah perbuatan riba. Jangan kau lakukan. Jika kamu mau membeli, juallah dahulu kurmamu itu kemudian kamu beli kurma yang kamu inginkan (Muttafaq 'alaih)Jenis riba yang pertama sudah jelas, sedangkan jenis yang kedua hanya terdapat pada perbedaan kualiti barang sejenis yang dipertukarkan sehingga jual beli tersebut digolongkan sebagai riba. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan untuk menjual dulu kurma yang hendak dipertukarkan dan wangnya digunakan untuk membeli kurma yang lebih bagus. Ini semua diamanatkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam untuk menjauhkan ummatnya sejauh mungkin dari bayangan riba.Begitu pekanya perasaan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dari bayangan riba dalam sistem ekonomi masyarakat. Beliau berhasil memecah penyakit riba yang telah mendarah daging di zaman jahiliyyah.

Bunga Dalam PerbankanBerikut di kemukakan beberapa pendapat tentang bunga :Muhammad abu zahrahmenegaskan bahwa rente (bunga) bank termasuk Riba nasiah yang diharamkan dalam agama Islam oleh Allan dan Rasul-Nya.Anwar Iqbal Qureshi dalam buku Islam dan teori pembungaan uang, menegaskan bahwa beliau sepakat dengan pendapat Muhammad al-Fakhri yang menyatakan bahwa:

Bunga pada dasarnya bertentangn dengan prinsip liberal Islam yang merupakan dasar pokok susunan masyarakat islam; Sanagat salah suatu pandangan yang mengatakan bahwa Islam tidak melarang bunga bias, tetapi hanya melarang bunga yang berlipat ganda. Sebetulnya dalam ajaran Islam setiap jenis bunga betapapun kecilnya dinyatakan terlarang; Sebagian masyarakat berpendapat bahwa bank menolong industri dan transaksi-transaksi dagang sehingga pemungutan bunga diijiankan pendapat ini ternyata keliru, yang jelas bunga bank sama dengan bunga yangdiambil oleh sahukar, yaitu seorang yahudi tua yang pekerjaannyamemberikan pinjaman uang dan mengambil bunganya; Untuk mencoba membenarkan bahwa bunga bank bertentangan dengan pandangan islam, maka kewajiban umat islam untuk mengemukakan perinsip-prinsip dasar ajaran islam yang berhubungan dengan hal itu dan bukan menyembunyikan kelemahan-kelemahan dengan cara membenarkan pengambilan bunga bank tersebut.Alasan-alasan yang dikemukakan imam pachrudin razi tentang larangan pembungaan uang yang dikemukakan dalam kitabnya mafatih al-Ghoib atau terkenal dengan tafsir kabir adalah sebagai berikut:

setiap perubahan atau penambahan disebut riba nasyiah dan riba nasyiah diharamkan oleh agama. Bunga memungkinkan seseorangmemaksakan pemilihan harta benda orang lain tanpa alasan-alasan yang diijinkan oleh aturan-aturan sehingga perampas tidak memperdulikan haka-hak orang lain. Secara nyata pengahasilan yang diterma dari bunga uang menghamabat pemberi utang untuk berusaha memasuki suatu jaban atau pekerjaan dimasyarakat karna dia tidak berusahapun kebutuhan hidupnya sudah terpenuhi. Hutang selalu menurunkan harga diri dan kehormatan seseorang dimasyarakat. Apabila pembayaran ditambah dengan bunga, maka akan menghasilkan perasaan akan saling menghormati sfat-sifat yang baik dan perasaan berhutang budi. Apabila dalam transaksi pijam-memijam diijinkan pembungaan maka akan terjadi kesenjangan sosial, yakni yang meminjamkan akan semakin kaya dan yang meminjam akan semakin tercekik. Alasan terakhir bunga bank dilarang ialah karena bunga bank bertentangan dengan frinsif-prinsip ajaran Allah yang terdapat dalam Al-Quran dan Rasull-Nya.Ulama Muhammadiyahdalammutamar Tarjihdi Sidoarjo Jawa Timur pada tahun 1968 memutuskan bahwa bynga bank yang diberikan oleh bank-bank milik negara kepada para nasabahnya dan sebaliknya termasuk masalah musytabihat. Masalah musytabihat adalah perkara yang belum ditemukan kejelasan hukum halal atau haramnya, sebab mengandung unsur-unsur yang mungkin dapat disimpulkan sebagai perkara yang haram. Namun, ditinjau dari lain, ada pula unsur-unsur lain yang meringankan keharamannya. Di pihak lain bunga masih termasuk riba sebab merupakan tambahan dari pinjaman pokok. Meskipun tidak terlalu besar, tetapi disisi lain bunga yang relatif kecil itu bukan merupakan keuntungan perorangan, melainkan keuntungan yang digunakan untuk kepentingan umum. Pertimbangan besar kecilnya bunga dan segi penggunaannya dirasakan agak meringankan sifat larangn riba yang unsur utamanya adalah pemerasan dari orang-orang kaya terhadap orang-orang miskin meskipun bunga bank dianggap musytabihat tidak berarti umat Islam diberikan kebebasan untuk mengembangkan bunga. Nabi Saw. Memerintahkan umat Islam hati-hati terhadap perkara subhat dengan cara mejauhinya.

Menyimak pendapat Musthafa Ahmad al-zarqa dan ulama muhammadiyah di atas, kiranya dapat dipahami bahwa umat Islam diperbolehkan bermuamalah dengan bank negara karna bunga juga kecil dan penggunaan keuntungan dari bank tersebut untuk kepntingan umum. Permasalahnnya ialah bagaimana dengan bank swasta, apakah boleh bermuamalah dengannya atau tidak. Musthafa Ahmad al-zarqa dan ulama Muhammadiyah menekankan segi darurat dan suku bunga yang relatif kecil. Bermuamalah dengan bank suasta dibolehkan, karena keadaan darurat dan bank swasta bunganya relatif sama dengan bank negara, akan tetapi, apabila yang ditekankan segi pengunaan,umat islam tiak boleh bermuamalah dengan bank swasta sebab keuntungan dari bunga bank negara digunakan untuk kepentingan umum, sedangkan pengunaan keuntungan dari bank swasta adalah hanya orang-orang tertentu, yaitu para penanam modal (saham) dan para pekerjanya.

Pendapat yang ketiga adalah pendapat yang menghalalkan pengambilan atau pembayaran bunga di bank yang ada dewasa ini, baik bank negara maupun bank swasta. Pendapat ini dipelopori oleh A.Hassan yang juga dikenal dengan Hasan Bandung, meskipun sudah bertahun-tahun tingal di Pesantren Bngil (persis). Alasan yang digunakan adalah firman Allah Swt.

AYAT.....Janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda (Ali-imran: 130)

Jadi, yang termasuk riba menurut A. Hassan adalah bunga yang berlipat ganda. Bila bunga hanya dua persen dari modal pinjaman itu, itu tidak berlipat ganda sehingga tidak termasuk riba yang diharamkan oleh agama islam.Pendapat A Hasan ini dibantah oleh fuad mohd. Fachruddin dalam bukunya yang berjudul riba dalam bank, koperasi, perseroan dan asuransi. Menurut fuad mohd. Fachruddin dalam surat al-imran ayat 130 dijelaskan riba yang berlipat ganda atau riba jahiliyah, sedangkan bunga tidak berlipat ganda. Hal ini tidak berarti bahwa bunga yang berlipat ganda itu boleh, adhafah mudhaafah adalah sebagai qayid, mafhum mukhalafah ditolak apa biala ada qayid yang mengatakan suatu kejadian. Jadi, adhafan mudhaafah adalah menjelaskan kejadian yang sedemikian hebatnya riba di Zaman Jahiliyah. Hal ini sesuai dengan kaidah.Manfaat diharamkannya ribaDiantara manfaat diharamkannya riba selain hikmah-hikmah umum di seluruh perintah-perintah syar'i yaitu menguji keimanan seorang hamba dengan taat, mengerjakan perintah atau meninggalkannya adalah sebagai berikut:Melindungi harta orang Muslim agar tidak termakan dengan batil.Memotivasi orang Muslim untuk menginvestasikan hartanya pada usaha-usaha yang bersih dari penipuan, jauh dari apa saja yang menimbulkan kesulitan dan kemarahan di antara kaum Muslimin, misalnya dengan cocok tanam, industri, bisnis yang benar, dan lain sebagainya.Menutup seluruh pintu bagi orang Muslim yang membawa kepada memusuhi dan menyusahkan saudaranya, serta membuat benci dan marah kepada saudaranya.Menjauhkan orang Muslim dari sesuatu yang menyebabkan kebinasaannya, karena pemakan riba adalah orang yang zhalim dan akibat kezhalimannya adalah kesusahan. Allah Ta'ala berfirman,"Hai manusia, sesungguhnya (bencana) kezhaliman kalian akan menimpa diri kalian sendiri." (Yunus:23).Rasulullah Alaihi wa Sallam bersabda,"Takutlah kalian kepada kezhaliman, karena kezhaliman adalah kegelapan pada hari kiamat. dan takutlah kalian kepada kikir, karena kikir membawa orang-orang sebelum kalian kepada menumpahkan darah mereka dan menghalalkan apa-apa yang diharamkan kepada mereka." (Diriwayatkan Muslim).Membuka pintu-pintu kebaikkan didepan orang Muslim agar ia mencari bekal untuk akhiratnya, Misalnya dengan memberi pinjaman kepada saudara seagamanya tanpa meminta uang tambahan aas hutangnnya (riba), memberi tempo waktu kepada peminjam hingga bisa membayar hutangnya, memberi kemudahan kepadanya dan menyayanginya karena ingin mendapatkan keridhoan Allah Ta'ala. itu semua bisa menebarkan kasih sayang sesama kaum Muslimin dan menumbuhkan jiwa persaudaraan sesama mereka1.4 BANK SYARIAHPerbankan syariah atau perbankan Islam (Arab: -Mashrafiyah al-Islamiyah) adalah suatu sistem perbankan yang pelaksanaannya berdasarkan hukum Islam (syariah). Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk meminjamkan atau memungut pinjaman dengan mengenakan bunga pinjaman (riba), serta larangan untuk berinvestasi pada usaha-usaha berkategori terlarang (haram). Sistem perbankan konvensional tidak dapat menjamin absennya hal-hal tersebut dalam investasinya, misalnya dalam usaha yang berkaitan dengan produksi makanan atau minuman haram, usaha media atau hiburan yang tidak Islami, dan lain-lain.Prinsip perbankan syariah[Perbankan syariah memiliki tujuan yang sama seperti perbankan konvensional, yaitu agar lembaga perbankan dapat menghasilkan keuntungan dengan cara meminjamkan modal, menyimpan dana, membiayai kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai. Prinsip hukum Islam melarang unsur-unsur di bawah ini dalam transaksi-transaksi perbankan tersebut:[4]1.Perniagaan atas barang-barang yang haram,2.Bunga ( riba),3.Perjudian dan spekulasi yang disengaja (maisir), serta4.Ketidakjelasan dan manipulatif (gharar).Afzalur Rahman dalam bukunya Islamic Doctrine on Banking and Insurance (1980) berpendapat bahwa prinsip perbankan syariah bertujuan membawa kemaslahatan bagi nasabah, karena menjanjikan keadilan yang sesuai dengan syariah dalam sistem ekonominya.[10]Produk perbankan syariah=Beberapa produk jasa yang disediakan oleh bank berbasis syariah antara lain:Titipan atau simpanan=Al-Wadi'ah (jasa penitipan), adalah jasa penitipan dana dimana penitip dapat mengambil dana tersebut sewaktu-waktu. Dengan sistem wadiah Bank tidak berkewajiban, namun diperbolehkan, untuk memberikan bonus kepada nasabah. Bank Muamalat Indonesia-Shahibul Maal.Deposito Mudharabah, nasabah menyimpan dana di Bank dalam kurun waktu yang tertentu. Keuntungan dari investasi terhadap dana nasabah yang dilakukan bank akan dibagikan antara bank dan nasabah dengan nisbah bagi hasil tertentu.Bagi hasilAl-Musyarakah (Joint Venture), konsep ini diterapkan pada model partnership atau joint venture. Keuntungan yang diraih akan dibagi dalam rasio yang disepakati sementara kerugian akan dibagi berdasarkan rasio ekuitas yang dimiliki masing-masing pihak. Perbedaan mendasar dengan mudharabah ialah dalam konsep ini ada campur tangan pengelolaan manajemennya sedangkan mudharabah tidak ada campur tanganAl-Mudharabah, adalah perjanjian antara penyedia modal dengan pengusaha. Setiap keuntungan yang diraih akan dibagi menurut rasio tertentu yang disepakati. Resiko kerugian ditanggung penuh oleh pihak Bank kecuali kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan pengelolaan, kelalaian dan penyimpangan pihak nasabah seperti penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan.Al-Muzara'ah, adalah bank memberikan pembiayaan bagi nasabah yang bergerak dalam bidang pertanian/perkebunan atas dasar bagi hasil dari hasil panen.Al-Musaqah, adalah bentuk lebih yang sederhana dari muzara'ah, di mana nasabah hanya bertanggung-jawab atas penyiramaan dan pemeliharaan, dan sebagai imbalannya nasabah berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen.Jual beliBai' Al-Murabaah, adalah penyaluran dana dalam bentuk jual beli. Bank akan membelikan barang yang dibutuhkan pengguna jasa kemudian menjualnya kembali ke pengguna jasa dengan harga yang dinaikkan sesuai margin keuntungan yang ditetapkan bank, dan pengguna jasa dapat mengangsur barang tersebut. Besarnya angsuran flat sesuai akad diawal dan besarnya angsuran=harga pokok ditambah margin yang disepakati. Contoh: harga rumah 500 juta, margin bank/keuntungan bank 100 jt, maka yang dibayar nasabah peminjam ialah 600 juta dan diangsur selama waktu yang disepakati diawal antara Bank dan Nasabah.Bai' As-Salam, Bank akan membelikan barang yang dibutuhkan di kemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan di muka. Barang yang dibeli harus diukur dan ditimbang secara jelas dan spesifik, dan penetapan harga beli berdasarkan keridhaan yang utuh antara kedua belah pihak. Contoh: Pembiayaan bagi petani dalam jangka waktu yang pendek (2-6 bulan). Karena barang yang dibeli (misalnya padi, jagung, cabai) tidak dimaksudkan sebagai inventori, maka bank melakukan akad bai' as-salam kepada pembeli kedua (misalnya Bulog, pedagang pasar induk, grosir). Contoh lain misalnya pada produk garmen, yaitu antara penjual, bank, dan rekanan yang direkomendasikan penjual.Bai' Al-Istishna', merupakan bentuk As-Salam khusus di mana harga barang bisa dibayar saat kontrak, dibayar secara angsuran, atau dibayar di kemudian hari. Bank mengikat masing-masing kepada pembeli dan penjual secara terpisah, tidak seperti As-Salam di mana semua pihak diikat secara bersama sejak semula. Dengan demikian, bank sebagai pihak yang mengadakan barang bertanggung-jawab kepada nasabah atas kesalahan pelaksanaan pekerjaan dan jaminan yang timbul dari transaksi tersebut.SewaAl-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri.Al-Ijarah Al-Muntahia Bit-Tamlik sama dengan ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa melalui pembayaran upah sewa, namun dimasa akhir sewa terjadi pemindahan kepemilikan atas barang sewa.JasaAl-Wakalah adalah suatu akad pada transaksi perbankan syariah, yang merupakan akad (perwakilan) yang sesuai dengan prinsip prinsip yang di terapkan dalam syariat islam.Al-Kafalah adalah memberikan jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung, dengan kata lain mengalihkan tanggung jawab seorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai jaminan.Al-Hawalah adalah akad perpindahan dimana dalam prakteknya memindahkan hutang dari tanggungan orang yang berhutang menjadi tanggungan orang yang berkewajiban membayar hutang (contoh: lembaga pengambilalihan hutang).Ar-Rahn, adalah suatu akad pada transaksi perbankan syariah, yang merupakan akad gadai yang sesuai dengan syariah.Al-Qardh adalah salah satu akad yang terdapat pada sistem perbankan syariah yang tidak lain adalah memberikan pinjaman baik berupa uang ataupun lainnya tanpa mengharapkan imbalan atau bunga ( riba . secara tidak langsung berniat untuk tolong menolong bukan komersial.

BAB IIIPENUTUP

A.KesimpulanRuang lingkup dari muamalah yang berhubungan dengan jual beliBahwa pada hakikatnya jual beli adalah dengan memiliki suatu harta dan menggantisesuatu atas dasar izin syara atau sekedar memiliki manfaatnya saja dengandiperbolehkannya syara dengan melelui pembayaran yang berupa uang atau yangsejenisnya. Sehingga suatu transaksi jual beli tidak akan sah apabila tidak terdapat rukun-rukun yang harus dijalankan seperti halnya dengan adanya: (1) Bai (Penjual); (2) Mustari(pembeli); (3) Shighat (ijab dan qabul); (4) Maqud alaih (benda atau barang).2.Bagaimana gambaran tentang qiradh dalam kehidupan sehari-hari?Qiradh sangat disukai dalam Islam. Demikian menurut kesepakatan para Imam Madzhab.Qiradh dapat dilakukan kapan saja ketika dikehendaki. Apabila tidak ditentukan waktunya,tidak harus ditunda pembayarannya.3.Apa saja bentuk perbuatan riba terkait dalam transaksi jual beli?Bentuk riba yang tergolong pada bentuk transaksi jual beli adalah Riba Al-Fadhl , RibaAl-Yadd, Riba An-NasiahB.SaranDengan disusunnya makalah ini mudah-mudahan bisa menjadi tolak ukur hidup khususnya bagi penulis dan pembaca dan mudah-mudahan syariat islam dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari

DAFTAR PUSTAKA

Rifin, Muhammad. Riba dan Tinjauan Kritis Perbankan Syariah. Pustaka Darul Ilmi. Jakarta:2009Asad, Ali.Terjemah Fathul Muin. Menara Kudus. Yogyakarta: 1979Azam, Muhammad. Fiqih Muamalat Sistem Transaksi dalam Fiqih Islam. Sinar Grafika Offset.Jakarta: 2010.Masadi, A.Fiqh Muamalah Kontekstual . PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta: 2002Muhammad. Al-Allamah.Fiqih Emapat Madzhab. Hasyimi Press.2001SyafiI, Rahmat.Fiqih Muamalah Untuk IAIN, STAIN, PTAIS, dan Umum. Pustaka Setia.Bandung: 2001.Sunarto, Ahmad.Terjemah Fathul Qarib. Al-Hidayah. Surabaya: 1991