makalah agama makrifat

42
MAKALAH MA’RIFATULLAH Disusun sebagai Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam Disusun Oleh : Sonny Arfan 12040005

Upload: sonny-arfan

Post on 20-Oct-2015

112 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Agama Makrifat

MAKALAH

MA’RIFATULLAH

Disusun sebagai Tugas Mata KuliahPendidikan Agama Islam

Disusun Oleh :

Sonny Arfan

12040005

FAKULTAS TEKNIKINSTITUT TEKNOLOGI PEMBANGUNAN SURABAYA

2014

Page 2: Makalah Agama Makrifat
Page 3: Makalah Agama Makrifat

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................2

1.1 Latar Belakang....................................................................................2

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................4

1.3  Tujuan Penulisan................................................................................5

1.4  Sistematika Penulisan.........................................................................5

BAB II PEMBAHASAN................................................................................4

2.1 Pengertian Makrifatullah....................................................................4

2.2 Cara Bermakrifat................................................................................5

2.3 Dzat Ilahiyah.......................................................................................8

2.4. Sifat-Sifat Allah..................................................................................9

2.5 Hakikat Iman dan Buahnya..............................................................13

2.6 Yang Menjadi Kekhawatiran Orang-orang makrifat........................15

2.7 Ma’rifat Kepada Allah Bererti Menemukan Puncak Kebesaran

Nikmat......................................................................................................16

2.8 Ciri-ciri Orang Yang Ma’rifat Kepada Allah, yaitu :.......................18

2.9 Pandangan Para Ulama’ tentang Ma’rifat........................................19

BAB III PENUTUP......................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................23

ii

Page 4: Makalah Agama Makrifat

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada Nabi

Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam, dan intinya adalah iman dan

amal. Iman dan amal, atau aqidah dan syari’ah kedua-duanya berkaitan

satu sama lainnya seperti keterkaitan antara buah dan pohonnya.

Iman mencerminkan aqidah dan pokok-pokok yang menjadi

landasan syari’at Islam. Dan dari dasar-dasar ini keluarlah cabang-

cabangnya. Amal mencerminkan syari’ah dan cabang-cabang yang

dianggap sebagai tindak lanjut dari iman dan aqidah.

Pengertian iman atau Aqidah meliputi enam perkara :

1) Ma’rifat kepada Allah, ma’rifat kepada nama-nama-Nya yang baik

dan sifat-sifat-Nya Yang Tinggi, ma’rifat kepada dalil-dalil wujud-

Nya dan fenomena-fenomena keagungan-Nya di alam semesta ini.

2) Ma’rifat kepada alam yang ada dibalik alam semesta ini atau alam

yang tidak dapat dilihat (alam ghaib).

3) Ma’rifat kepada Kitab-kitab Allah yang diturunkan untuk

menentukan rambu-rambu kebenaran dan kebathilan, kebaikan dan

kejahatan, halal dan haram, yang baik dan yang  buruk.

4) Mar’rifat kepada para nabi dan rasul Allah yang telah dipilih untuk

menjadi penunjuk jalan dan pembimbing makhluk untuk mencapai

kebenaran.

5) Ma’rifat kepada hari akhir dan hal-hal yang ada didalamnya.

6) Ma’rifat terhadap qadar (takdir).

Pemahaman tentang iman ini adalah aqidah yang menjadi muatan

kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah, ajaran yang dibawa oleh para

Rasul-Nya, dan wasiat-Nya kepada umat-umat terdahulu maupun umat

belakangan. Sesungguhnya Allah menjadikan aqidah ini berlaku umum

2

Page 5: Makalah Agama Makrifat

bagi seluruh manusia dan kekal sepanjang masa karena ia mempunyai

dampak yang jelas dan manfaat yang tampak dalam kehidupan individu

maupun masyarakat.  Ma’rifat kepada Allah, membangkitkan kebaikan-

kebaikan, membina rasa senantiasa diawasi oleh Allah (muroqobah),

memotivasi untuk mencari hal-hal yang luhur dan mulia, menjauhkan

manusia dari sifat nista dan hina. Ma’rifat kepada para malaikat,

mendorong sesorang untuk mencontoh sifat-sifat mereka (dlm hal

kesucian) dan tolong menolong mereka dalam kebenaran dan kebaikan,

sehingga mendorong manusia kepada kesadaran dan kewaspadaan yang

sempurna sehingga yang timbul dari diri manusia adalah hal-hal yang

mulia. Ma’rifat kepada kitab-kitab Allah, mendorong manusia untuk

mengetahui manhaj (sistem kehidupan) yang digariskan Allah untuk

umat manusia agar menempuh manhaj tersebut untuk mencapai

kesempurnaan materi maupun etika. Ma’rifat kepada para

Rasul,dimaksudkan untuk mengetahui langkah-langkah mereka dan

meneladani apa yang mereka lalukan sebagaimana yang dikehendaki

Allah untuk setiap umat manusia. Ma’rifat kepada hari akhir, sebagai

pendorong yang paling kuat untuk mengerjakan kebaikan dan

meninggalkan keburukan. Ma’rifat terhadap qadar, dapat memberikan

bekal kepada seseorang dengan berbagai potensi dan kekuatan yang

mampu menghadapi berbagai hambatandan kesulitan, dan dihadapannya

persoalan-persoalan besar menjadi kecil. Hal yang demikian (aqidah)

dimaksudkan untuk membersihkan perilaku, menyucikan jiwa dan

mengarahkan kepada nilai-nilai yang paling luhur, disamping ia

merupakan kebenaran yang kokoh dan tidak berubah-ubah. Sehingga

menanamkan aqidah kepada jiwa, merupakan cara yang paling tepat

untuk mewujudkan unsur-unsur yang baik. Karena sesungguhnya aqidah

merupakan sumber berbagai perasaan yang muia, lahan untuk

menanamkan berbagai perasaan yang baik, dan tempat tumbuhnya

perasaan yang luhur.

3

Page 6: Makalah Agama Makrifat

Para Rasul menyampaikan aqidah kepada umatnya dengan cara

yang seluruhnya mudah dipahami, sederhana dan logis. Para Rasul

mengajak mereka untuk memperhatikan kerajaan langit dan bumi,

membangkitkan akal mereka untuk berpikir tentang ayat-ayat Allah,

mengingatkan fitrah mereka kepada perasaan beragama yang telah

ditanamkan kepadanya, dan menumbuhkan kesadaran akan adanya alam

dibalik alam materi ini. Dengan cara-cara tersebut Rasulullah

membangkitkan aqidah dalam jiwa umatnya, mengarahkan pandangan

dan pikiran mereka, membangkitkan akal dan mengingatkan fitrah

mereka, seraya merawatnya dengan pendidikan dan pengembangan

hingga mencapai puncak kesuksesan.

Penyimpangan dari manhaj para nabi disebabkan oleh berbagai

perselisihn politik, kontak dengan berbagai aliran pemikiran dan

keagamaan, dan menjadikan akal sebagai hakim tentang masalah yang

berada di luar kemampuannya. Hal tersebut menjadi sebab bergesernya

iman. Pada dasarnya aqidah itu semuanya sama (tidak berbeda), namun

ketika akal menjadi ‘hakim’ yang terjadi adalah para pengemban akidah

terpecah belah menjadi berbagai aliran dan masing-masing mengklaim

diri sebagai kelompok yang paling benar. Berbagai perdebatan muncul

sehingga kedudukan aqidah menjadi melemah. Kelemahan aqidah ini

diikuti oleh kelemahan umum yang melanda individu, keluarga,

masyarakat dan negara, bahkan pada setiap segi kehidupan.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam penuluisan makalah ini, penulis merumuskan beberapa masalah

diantaranya sebagai berikut:

1.      Pengertian Ma’rifatullah

2.      Cara Bermakrifat

3.      Dzat Ilahiyah

4.      Sifat-Sifat Allah

4

Page 7: Makalah Agama Makrifat

5.      Hakikat Iman dan Buahnya

6.      Yang Menjadi Kekhawatiran Orang-orang makrifat

7.      Ma’rifat Kepada Allah Bererti Menemukan Puncak Kebesaran Nikmat

8.      Ciri-ciri Orang Yang Ma’rifat Kepada Allah

9.      Pandangan Para Ulama’ tentang Ma’rifat

1.3  Tujuan Penulisan

1.      Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Guru Madrasah

Ibtida’iyah

2.      Menambah wawasan penulis dan pembacanya mengenai Ma’rifat Allah

1.4  Sistematika Penulisan

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.    LatarBelakang,

2.    RumusanMasalah

3.    Tujuan Penulisan

4.    SistematikaPenulisan

BAB II PEMBAHASAN

1.    Pengertian Ma’rifatullah

2.    Cara Bermakrifat

3.    Dzat Ilahiyah

4.    Sifat-Sifat Allah

5.    Hakikat Iman dan Buahnya

6.    Yang Menjadi Kekhawatiran Orang-orang makrifat

7.    Ma’rifat Kepada Allah Bererti Menemukan Puncak Kebesaran Nikmat

8.    Ciri-ciri Orang Yang Ma’rifat Kepada Allah

9.    Pandangan Para Ulama’ tentang Ma’rifat

BAB III PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

5

Page 8: Makalah Agama Makrifat

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Makrifatullah

Ma’rifatullah merupakan puncak pengetahuan bahkan merupakan

pengetahuan yang paling agung. Ia merupakan asas yang menjadi

landasan kehidupan rohani seluruhnya.

Definisi dan maksud makrifat dalam pandangan ulama' tasawuf :

Sheikh Abdus Samad Al-Palembangi berkata makrifat adalah

tujuan terakhir yang ingin diperolehi oleh ulama’ tasawuf, karena

perkara itu, baginya, adalah syurga, ”barangsiapa masuk akan ia

(makrifat) tiada ingat ia akan syurga di akhirat“. Oleh itu, beliau

berpendapat seluruh maqamat yang terdapat diperingkat mujahadah al-

maqamat dikatakan sebagai “jalan yang menyampaikan kepada makrifat

Allah swt.” Allah swt berfirman,

Artinya, ”barangsiapa takut kepada maqam tuhan nya akan dapat

dua syurga.”(al-Rahman:46)

Ahli Tafsir berpendapat yang dimaksudkan dua syurga di sini ialah

syurga dunia dan syurga akhirat. Syurga akhirat (taman indah) yang

akan didiami oleh orang mukmin diakhirat kelak, manakala syurga

dunia ialah makrifat dengan matahati (syuhud), yang sangat lazat, sedap,

manis sehingga tidak hendak lagi akan syurga akhirat itu seperti

bidadari-bidadari, makanan-makanan syurga, kota-kota, mahligai-

mahligai, pelayan-pelayan muda beliau dan lain-lain lagi. Begitulah

seperti dikatakan tuan guru Haji Daud, Bukit Abal, syurga makrifat

tersangatlah lazat dan sedapnya.

Sheikh Al-Jurjani berkata, al-Makrifat bermaksud “Mengetahui

hakikat sesuatu dan tujuan kewujudan nya, ialah makrifat didahului

4

Page 9: Makalah Agama Makrifat

dengan sifat al-jahil, berbeza dengan sifat al-ilm”. Oleh kerana itu

dinamakan Allah swt sebagai al-‘Alim bukan al-‘Arif.1[1]

Sheikh Ibnu ‘Athaillah berkata, ”Makrifat ialah mengetahui

hakikat sesuatu dari sudut zat dan sifat serta mengetahui fungsinya”2[2]

Tuan guru Haji Daud Umar, Bukit Abal, mengatakan, makrifat

tasauf ialah mengenal Allah swt melalui musyahadah matahati dan

bukan melalui dalil akli dan nakli.

Makrifat manusia terhadap Allah swt yang telah dialami semenjak

di alam arwah itu boleh menjadi terlupa dan terhijab dengan sifat-sifat

kemanusiaan yang terdapat pada diri seorang yang salik dan dosa-dosa

yang mereka lakukan. Ruh berasal dari alam arwah, seni, halus, bebas

dan cemerlang. Setelah dimasukkan kedalam jasad, maka ia menjadi

terlupa karena memasuki jasad yang gelap, terbelenggu dan kasar.

Untuk mengingatinya kembali, seorang itu perlu bermujahadah bagi

membersihkan hatinya, seperti firman Nya, “Dan orang yang berkerja

keras didalam agama kami, sesungguhnya kami akan pimpin mereka

dijalan-jalan kami dan sesunggohnya Allah berserta orang-orang yang

berbuat kebaikan.”(al-Ankabut:69).

2.2 Cara Bermakrifat

Ada dua sarana untuk melakukan ma’rifatullah yaitu :

1)      Memikirkan dan memperhatikan segala sesuatu yang diciptakan

oleh Allah.

Menggunakan akal fikiran untuk berma'rifat kepada Allah SWT

begitu banyak disinggung dalam Al-Quran :

Berbagai ayat Mengenai hal ini dapat dibaca pada bab Quran &

Sains. Beberapa contoh ayat yang menjelaskan hal ini:

ر�ض� � و�األ� م�او�ات� الس� ف�ي م�اذ�ا وا �ظ�ر� ان ق�ل�

12

5

Page 10: Makalah Agama Makrifat

Katakanlah: Periksalah olehmu semua apa-apa yang ada di langit dan

bumi...(Q.S. Yunus: 101)

م�ع�ر�ض�ون� �ه�ا ع�ن و�ه�م� �ه�ا �ي ع�ل ون� �م�ر$ ي ر�ض�� و�األ� م�او�ات� الس� ف�ي �ة& ي

� آ م�ن� *ن� ي� �أ و�ك

"Alangkah Banyaknya ayat (tanda kekuasaan Allah) di langit dan bumi

yang mereka lalui, tetapi mereka itu semua membelakanginya saja (tidak

memperhatikannya)." (Q.S. Ysuf: 105).

2)      Mengenal nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya.

Nama-nama dan sifat-sifat Allah merupakan perantara yang

digunakan Allah Ta'ala agar Makhluknya dapat berma'rifat kepadaNya.

ن�ى �ح�س� ال م�اء� �س� األ� �ه� ف�ل �د�ع�وا ت م�ا 4ا ي� أ ح�م�ن� الر� اد�ع�وا و�

� أ �ه� الل اد�ع�وا ق�ل�

Katakanlah: Serulah Allah atau serulah Rahman, mana saja nama

Tuhan yang kamu seru, Dia adalah mempunyai nama-nama yang baik..."

(Q.S. Al-Ira': 110)

Jumhur ulama bersepakat bahwa nama-nama Allah yang baik

(Asmaul Husna) itu ada 99 nama. Hal ini berlandaskan pada hadis riwayat

Bukhari, muslim dan Tirmidzi yang menjelaskan hadis dari Abu Hurairah

Rasulullah saw bersabda yang artinya: Allah itu mempunyai sembilan puluh 3[3]sembilan nama. Barangsiapa yang menghafalnya (mengingatnya dan

menghadirkan dalam kalbu), ia masuk surga. Sesungguhnya Allah itu Maha

Ganjil dan cinta kepada hal yang ganjil".

3

6

Page 11: Makalah Agama Makrifat

Ma’rifatullah dapat dilakukan dengan bertafakur. Sesungguhnya tiap

organ tubuh mempunyai tugas, sedangkan tugas akal adalah merenungkan,

memperhatikan dan memikirkan. Jika potensi ini tidak difungsikan maka

hilanglah kerja akal dan tidak berfungsi pula tugasnya. Islam menghendaki

agar akal bangkit melepaskan diri dari belenggunya dan bangun dari

tidurnya.

Tidak memfungsikan akal dapat menurunkan derajat manusia ke

tingkatan yang lebih rendah dari derajat binatang. Taqlid (mengikuti orang

lain tanpa mengetahui alasan dan tujuannya) menjadi penghalang

bagikemerdekaanakal dan pengekang akal untuk berpikir. Oleh karena itu

Allah memuji orang-orang yang bersikap objektif terhadap berbagai fakta

dan dapat membedakan antara yang satu dengan yang lain, sesudah diteliti,

diperiksa, dan dicermati lalu mereka mengambil yang terbaik dan

meninggalkan yang lain. Allah mencela orang-orang yang bertaqlid yang

tidak mau berpikir kecuali mengikuti pikiran orang lain. Ketika Islam

mengajak manusia untuk berpikir, sesungguhnya apa yang dikehendakinya

adalah berpikir dalam batas kemampuandan jangkauan akal.

“Berpikirlah kamu tentang ciptaan Allah dan jangalah kamu

memikirkan tentang dzat Allah, sebab kamu tidak akan dapat memikirkan

kadar kedudukan-Nya(sebagai mana mestinya).” (Diriwayatkan oleh Abu

Nu’aim dalam alHilyh secara marfu’ kepada Nabi dengansanad yang

lemahtetapi maknanya shahih).

Diantara tujuan paling mulia yang dikehendaki Islam dari upayanya

membangkitkan akal dan memfungsikannya untuk merenung dan

memikirkan sesuatu adalah memberi petunjuk kepada manusia agar

memahami dan kemudian membimbingnya dengan lembut kepada hakikat

yang besar yakni mengenal Allah. Sesungguhnya ma’rifatullah itu

hanyalahhasil kerja akal pikiran yang cerdas dan memperoleh ilham, dan

buah pemikiran yang mendalam dan cemerlang. Sarana lain yang

dipergunakan Islam untuk mengenalkan manusia kepada Allah dengan

7

Page 12: Makalah Agama Makrifat

menjelaskan nama-nama Allah yang baik (al-Asma’ al-Husna) dan sifat-

sifat-Nya yang luhur.

“Katakanlah: serulah Allah dan serulah Ar-Rahmaan. Dengan

nama yang mana saja yang kamu seru, Dia mempunyai Al-Asmaul-Husna

(nama-nama yang terbaik)” (Al-Israa’ : 110)

“Dan bagi Allah-lah nama-nama yang terbaik, maka bermohonlah

kepada-Nya dengan menyebut Asmaul-Husna itu.” (Al-A’raaf : 180)

2.3 Dzat Ilahiyah

Sesungguhnya hakikat Dzat Tuhan tidak dapat diketahui oleh akal. 

Sebab Dzat tuhan memang tidak dapat dijangkau oleh akal, dan

sesungguhnya meskipun akal manusia itu cerdas dan kemampuan untuk

mengetahui sesuatu telah mencapai puncaknya namun ia sangat terbatas dan

sangat lemah untuk mengetahui 4[4]hakikat berbagai hal. Akal pun tidak

mampu mengetahui (hakikat) jiwa manusia itu sendiri. Padahal jiwa

manusia itu bukanlah suatu hal yang asing. Persoalan tentang jiwa masih

merupakan 5[5]salah satu persoalan yang sulit dipecahkan oleh ilmu

pengetahuan maupun fisafat. Akal juga tidak dapatmengetahui hakikat

cahaya. Padahal cahaya merupakan barang yang paling tampak dengan

sangat jelas. Ilmu manusia sampai sekarang ini masih tidak mampu

menguak banyak hal tentang hakikat alam semesta ini, dan tidak mampu

berbicara tentang hal itu secara pasti. Seorang ahli falak terkenal, Kamikl

Flamaryun dalam btkunya “Kekuatan Alam Yang Misteri” berkata : “Kami

melihat diri kami sedang berfikir. Namun apa itu berpikir? Tidak seorang

pun dapat menjawab pertanyaan ini, dan kami melihat diri kami sedang

berjalan. Akantetapi apa sebenarnya kerja oto itu? Tidak seorang pun

mengetahui hal itu.” Keterbatasan akal pikiran, kelemahan untuk

mengetahui hakikat sesuatu, dan ketidakmampuan akal untuk mengetahui

45

8

Page 13: Makalah Agama Makrifat

hakikat jiwa manusia tidaklah berarti menafikan keberadaannya. Kelemahan

akal untuk mengetahui hakikat cahaya tidak berarti menafikan adanya

cahaya yang memancar diberbagai ufuk. Demikian pula mengenai dzat

Tuhan. Bila manusia tidak mampu mengetahui hakikatnya, maka tidak

berarti bahwa Dia tidak ada,bahkan Dia ada dan keberadaan-Nya jauh lebih

kuat dari segala yang ada. Orang yang meminta pembuktian atas adanya

Tuhan bagaikan orang buta yang menuntut bukti atas adanya matahari di

siang hari bolong.

2.4. Sifat-Sifat Allah

Sifat-sifat yang dimiliki Allah yang diantaranya disebut sifat

salsabiyah dan di antaranya ada yang disebut sifat tsubutiyah. Sifat

salsabiyah adalah sifat yang meniadakan  segala sesuatu yang tidak layak

bagi kesempurnaan Allah.

Sifat salsabiyah tersebut adalah Al-Awwal dan Al-Akhir. Allah adalah

dzat yang maha dahulu, artinya bahwa tiada permulaan bagi wujud-Nya dab

bagwa wujud Allah tanpa didahului dengan tahap tiada. Allah adalah dzat

yang Maha Akhir.  Artinya bahwa Allah itu dzatnya tiada akhir, kekal tanpa

batas, dan tanpa berkesudahan. Dia itu Azali (Maha dahulu) dan abadi, tidak

didahului oleh siapapun.

“Dialah yang Awwal dan yang Akhir, yang Dhahir dan yang Bathin

dan Dia mengetahui segala sesuatu.”(Al-Hadiid : 3)

“Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah”(Al-Qashash :88)

Menurut keterangan hadits-hadits yang ada tampak bahwa ‘Arasy

merupakan makhluk bagian atas yangpertama kali diciptakan dan

bahwasanya air merupakan makhluk berupa benda yang pertama kali

diciptakan. Dan air ini diciptakan sebelum penciptaan ‘Arasy sebagaimana

yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Tirmidzi. Sesudah penciptaan

‘Arasy dan air barulah kemudian Allah menciptakan langit dan bumi. Begitu

9

Page 14: Makalah Agama Makrifat

juga tampak dari hadist shahih yang diriwayatkan Imam Ahmad dan

Tirmidzi bahwa makhluk ma’nawi yang pertama kali diciptakan adalah

Qalam (pena).

“Diriwayatkan dari Ubadah bin ash-Shamit radhiyallahu ‘anhu

bahwasanya Nabi bersabda: Sesuatu yang pertama kali diciptakan oleh

Allah adalah qolam(pena). Kemudian Allah berfirman

kepadanya :’Tulislah’. Kemudian qalam itu terus berjalan mencatat apa

yang ada (segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini) sampai

datangnya hari kiamat.” (HR Bukhari)

Perlu diketahui tidaklah benar seseorang yang berkata: “Allah telah

menciptakan makhluk-makhluk, lantas siapa yang menciptakan Allah?” Hal

ini disebabkan pertanyaannya keliru. Pencipta itu bukan makhluk. Sebab

andaikata Dia makhluk niscaya memerlukan pencipta. Bagaimana mungkin

seseorang bisa mengetahui dzat Tuhan, sedangkan mengetahui hakikat

dirinya pun tidak tahu.

“Orang akan selalu bertanya, sehingga ditanyakan juga hal yang

berikut: “Allah telah menciptakan makhluk lalu siapa yang menciptakan

Allah?” Maka barang siapa menjumpai pertanyaan seperti itu hendaklah ia

berkata: Aku beriman kepada Allah (Yang Maha Pencipta).” (HR. Imam

Muslim)6[6]

Allah yang Maha Suci tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia

dan Dia tidak sama dengan apapun. Segala sesuatu yang terlintas dibenak

anda maka Dia tidaklah seperti itu.

“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah Yang

Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Asy-Syuura : 11)

Manusia diciptakan oleh Allah dalam keadaan lemah, sedangkan

Allah Maha Kuat dan Maha Perkasa. Manusia diciptakan dalam keadaan

memerlukan pertolongan orang lain, sedangkan Allah Maha Kaya dan Maha

Terpuji. Manusia beranak dan diperanakkan, sedangkan Allah tidak beranak

6

10

Page 15: Makalah Agama Makrifat

dan tidak diperanakkan. Manusia pelupa, sedangkan Allah tidak pernah

keliru dan tidak pula lupa. Manusia serba berkekurangan sedangkan Allah

Maha Sempurna secara mutlak.

“Katakanlah,Dialah Allah yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang

bergantung kepada-Nyasegala sesuatu, yang tiada beranak dan tiada

diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan-Nya” (Al-

Ikhlas : 1-4)

Allah Maha Esa di dalam Dzat-Nya, sifat-sifat-Nya dan perbuatan-

perbuatan-Nya. Keesaan  Dzat, maksudnya adalah bahwasanya Allah itu

tiada sekutu bagi-Nya di dalam kerajaan-Nya.

“Maha Suci Allah, Dialah yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan”

(Az-Zumar : 4)

Adapun sifat Allah berikutnya adalah sifat-sifat yang tsubutiyah.

Allah itu Maha Kuasa, tidak lemat sedikitpun untuk mengerjakan sesuatu.

Allah itu Maha Berkehendak(Iradah), yakni Allah menentukan sesuatu yang

mungkin ada dengan sebagian apa yang pantas berlaku untuknya. Allah

bebas berkehendak menjadikannya tinggi atau pendek, baik atau buruk,

berilmu atau bodoh, dll. Allah itu Maha Mengetahui (Ilmu), yakni

mengetahui segala sesuatu, dan ilmu-Nya meliputi segala sesuatu yang ada,

baik yang terjadi di masa lampau atau yang sedang terjadi atau yang akan

terjadi. Allah itu Dzat yang Maha Hidup (Hayat), yakni sifat hidup inilah

yang membuat pihak yang disifatinya menjadi layak menerima sifat qudrah,

iradah, ilmu, sama’, dan bashar. Andaikata Dia tidak hidup maka sifat-sifat

tersebut tidak aka nada pada-Nya. Allah itu Maha Berbicara (Kalam), yakni

tidak dengan huruf dan tidak pula dengan suara. Allah telah menetapkan

sifat ini kepada diri-Nya sendiri. Allah itu Maha Mendengar, yakni dapat

mendengar segala sesuatu sehingga Dia benar-benar, dapat mendengar

langkah-langkah semut hitam yang berjalan di atas batu licin diwaktu

malam yang gelap gulita. Sebagaimana Dia mampu mendegar segala

sesuatu, Dia-pun Maha Melihat, yakni melihat segala sesuatu dengan

11

Page 16: Makalah Agama Makrifat

penglihatan menyeluruh mencakup segala yang a7[8]da. Penglihatan

Allahtidaklah menggunakan mata seperti cara melihat makhluknya.

Sifat-sifat Allah diantaranya ada yang disebut sifat Dzat, dan ada juga

yang disebut sifat-sifat af’al (perbuatan). Sifat Dzat adalah tsubutiyah atau

sifat-sifat ma’ani sebagaimana yang diuraikan sebelumnya. Adapun sifat-

sifat af’al (perbuatan) adalah seperti mencipta dan memberi rezeki.

Sesungguhnya kita wajib berjalan mengikuti petunuk sifat-sifat Allah itu,

menggunakannya sebagai cahaya penerang jalan, menjadikan sebagai

contoh tauladan teritinggi, dan mencapai puncak ketinggian jiwa dan

peningkatan ruhani yang sempurna. Allah “Rabbul-‘Alamin” merupakan

teladan tertinggi yang wajib diteladani oleh orang beriman, Allah “Maha

Pemurah” mengaruniakan nikmat pada makhluk-makhluk-Nya, dan

menampakkan cinta-Nya kepada mereka, sekalipun mereka tidak

mengerjakan suatu amal yang menyebabkan mereka berhak menerima hal

itu. Allah “Maha Pengasih” memberikan balasankepada manusia atas amal

perbuatanya. Ini juga merupakan contoh yang sangat tinggi, yang

mengharuskan umat manusia membalas kebaikan orang lain dengan

kebaikan pula. Allah “Yang menguasai hari pembalasan” menghitung amal

perbuatan manusia, lalu memberikan balasan kepada orang yang berbuat

buruk dengan balasan setimpal, bukan karena senang menyiksa, melainkan

dengan semangat toleransi (bersediamemberi maaf). Sebagaimana seorang

pemimpin yang penyayang wajib bersikap seperti itu terhadap yang

dipimpinnya. Keempat sifat-sifat Allah tertinggi yang palinng utama, serta

keteladanan-Nya yng sangat tinggi. Apa saja pelajaran yang dapat diambil

dari sifat-sifat ini juga berlaku untuk sifat-sifat yang lain. Dari keempat sifat

Allah ini dapat diambil pelajaran untuk dijadikan tauladan. Demikian pula

halnya dari sifat yang lain. Misalnya sifat cinta dan sayang merupakan

cerminan dari sifat-sifat Allah berikut : 1) Ar-Rauf (Maha Belas Kasihan),

2) Al-Wadud (Maha Mencintai), 3) At-Tawwab (Maha Menerima Taubat),

7

12

Page 17: Makalah Agama Makrifat

4) Al-‘Afuw (Maha Memaafkan), 5)Asy-Syakur (Maha Pemberi Balasan),

6) As-Salaam (Maha Damai), 7)Al-Mu’min (Maha Pemberi Rasa Damai),

8)Al-Baar (Maha Baik Dalam Tindakan Dan Pemberian), 9)Rafi’ud

Darajaat (Maha Meninggikan Derajat), 10)Ar-Razaq (Maha Pemberi

Rezeki), 10) Al-Wahhab (Maha Pemberi Karunia), 11) Al-Wasi’ (Maha

Luas Anugrah-Nya). Demikian pula halnya dengan sifat-sifat yang

mempunyai makna ‘mengetahui’ yang tercermin dalam sifat-sifat-Nya

sebagai berikut: 1) Al-‘Alim (Maha Mengetahui), 2) Al-Hakim (Maha

Bijaksana), 3)As-Sami’ (Maha Mendengar), 4) Al-Bashir (Maha Melihat),

5) Asy-Syahid (Maha Menyasikan), 6)Ar-Raqib (Maha Mengawasi), 7) Al-

Bathin (Maha Mengetahui Rahasia).

2.5 Hakikat Iman dan Buahnya

Iman kepada Allah mencermikan hubungan paling mulai antara

manusia dengan Penciptanya. Hal ini dikarenakan makhluk yang paling

mulia di muka bumi adalah manusia, dan sesuatu yang ada di dalam diri

manusia yang paling mulia adalah hatinya, sedangkan sesuatu yang ada di

dalam hati yang paling mulia adalah keimanan. Diantara manifestasi iman

adalah ahwa Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai oleh orang yang beriman

dari pada apapun juga, dan hal itu tampak dalam ucapan, perbuatan dan

perilakunya. Jika di sana masih ada sesuatu yang lebih dicintainya dari pada

Allah dan Rasul-Nya berarti imannanya tidak murni lagi, dan akidahnya

tergoncang. Nabi Muhammad bersabda :

“Ada tiga hal; barangsiapa dalam dirinya terdapat tiga hal tersebut

maka ia benar-benar telah mendapatkan manisnya iman, yaitu: 1. Allah dan

Rasul-Nyalebih dicintai dari ada selain keduanya. 2. Ia mencintai

seseorang semata-mata karena Allah. 3. Ia benci kembali kepada kekufuran

sebagaimana ia benci untuk dilempar ke dalam neraka.”

Nabi juga bersabda :

13

Page 18: Makalah Agama Makrifat

“Tidaklah beriman salah seorang dari kamu sehingga aku lebih

dicintai dari pada orang tuanya, anaknya, dirinya sendiri, dan manusia

seluruhnya” (HR. Bukhari).

Sebagaimana iman tercermin dalam bentuk cinta (kepada Allah dan

Rasul-Nya), maka keimanan juga tercermin di dalam jihad meninggikan

kalimat Allah dan berjuang meninggikan bendera kebenaran,  menghentikan

kezaliman dan kerusakan di bumi. Pengaruh dan dampak iman akan tampak

dengan jelas dalam rasa takut kepada Allah.

“Sesungguhnya yang taku kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya

hanyalah ulama.” (Fathir :28)8[9]

Bila ma’rifat seseorang kepada Allah semakin sempurna maka

sempurna pula rasa takutnya kepada Allah. Manifestasi keimanan yang

paling besar adalah berpegang teguh kepada wahyu Allah. Iman dapat

menumbuhkan hubungan yang beraneka macam. Ia dapat mengikat

hubungan antara orang-orang beriman dn Allah, dengan ikatan kasih saying

dan cinta. Iman juga dapat mempererat hubungan antar sesame kaum

mukminin atas dasar kasih sayang. Apabila manusia telah mengenal

Tuhannya melalui akal dan hati maka ma’rifat ini akan menghasikan buah

yang masak baginya dan meninggalkan dampak yang bagus  dalam dirinya.

Ma’rifat ini juga akan mengarahkan perilakunya menuju kebaikan dan

kebeneran, keluhuran dan keindahan. Buah keimanan dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1.    Kemerdekaan jiwa dari kekuasaan orang lain.

2.    Iman dapat membangkitkan keberanian di dalam jiwa dan keinginan

untuk terus maju, menganggap enteng kematiandan menggandrungi mati

syahid demi membela kebenaran.

3.    Keimananmenetapkan keyakinan bahwa Allah-lah yang Maha Pemberi

rezeki, dan bahwasanya rezeki tidak dapat dipercepat karena kerakusan

8

14

Page 19: Makalah Agama Makrifat

orang yang rakus, dan tidak pula dapat ditolak oleh kebencian orang

yang benci.

4.    Rasa tenang dan tentram.

5.    Keimanan dapat meningkatkan kekuatan maknawiyah manusia dan

menghubungkan dirinya dengan contoh taulan tertinggi.

6.    Kehidupan yang baik.10

2.6 Yang Menjadi Kekhawatiran Orang-orang makrifat

“Orang-orang makrifat jika dalam keadaan lapang itu lebih kerasa

kekhawatirannya, daripada ia dalam keadaan kesempitan, serta ia tidak

dapat tetap dalam berdiri diatas batas-batas adab dalam keadaan lapang

kecuali sedikit”.9[10]

Memang kebanyakan manusia dalam keadaan lapang itu ia lupa

daratan akan hal yang harus diingat pada setiap saat, yaitu Allah yang

memberi kelapangan itu.

Dari keterlupaannya ia menjadi orang yang berperilaku semau gue

tanpa mengenal batas-batas yang menjadi ketent10[11]uan dalam agama.

Ketahuilah bahwa dalam keadaan lapang itu hawa nafsu yang tadinya

terkuasai ini terbalik menguasai, sebagaimana telah diterangkan di bab

sebelumnya bahwa hawa nafsu itu mengajak kepada perbuatan tercela.

Sebenarnya dalam keadaan bagaimanapun orang harus ingat dan takut

kepada Allah baik dalam keadaan lapang maupun dalam keadaan sempit.

Perhatikan sabda Rasulullah SAW :

“ITTAQILLAAHA HAITSU MAA KUNTA”

“Takutlah kepada Allah dimana kau berada”

Akan tetapi menurut orang-orang makrifat dalam keadaan lapang ia

banyak kekhawatirannya daripada dalam keadaan sempitnya. Sebab

menurut mereka dalam keadaan lapang itu suatu kesempatan bagi hawa

910

15

Page 20: Makalah Agama Makrifat

nafsu. Nah, dari sinilah mereka khawatir kalau nanti tertarik oleh ajakan

hawa nafsu. Misalnya : selalu mempercaturkan tentang berbagai kebendaan

dunia, dan berbagai kekeramatan yang membikin aib dan risaunya hati dalm

mengingat kapada Allah padahal bagi orang yang berma’rifat dia harus

menghindar dari sifat tersebut untuk menjernihkan hati didalam menghadap

Allah. Memang dalam keadaan lapang itu biasanya banyak manusia

tergelincir olehnya, demikian sebaliknya dalam keadaan sempit bagi orang

ma’rifat lebih mendekatkan kepada keselamatan.11

2.7 Ma’rifat Kepada Allah Bererti Menemukan Puncak Kebesaran Nikmat

Manusia diberi fitrah oleh Allah sejak ia dilahirkan dalam kandungan

ibunya. Dari fitroh itu manusia dituntut supaya mengenal Tuhannya.

Sebagai pencipta dan pelindung dirinya. Walaupun ia sudah diberi fitroh

oleh Allah tapi nia tidak mendapat anugerah dari-Nya tentu ia tidak akan

bisa mengenal Allah secara hakiki.

Oleh sebab itu manusia yang tidak mendapat anugerah dari Allah,

mereka akan menemui bermacam-macam pandapat dalam mengenal Tuhan

ini, antara lain : ada manusia yang menuhankan dirinya, seperti Fir’aun,

hidup di masa Nabi Musa, dan ada juga yang munuhankan kepada batu

(patung) seperti Raja Namrud beserta pengikutnya yang hidup pada zaman

Nabi Ibrahim.11[12]

Jika Allah telah menunjukkan kepada hambanya dengan sebagian

sebab-sebab sehingga ia jadi orang yang ma’rifat, kemudian kepadanya

dibukakan pintu kema’rifatan sehingga ia mendapat ketenangan yang luar

biasa, dan ini adalah merupaka ma’rifat yang paling besar.

“Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda

keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan di bumi, dan (Kami

memperlihatkannya) agar dia termasuk orang-orang yang yakin. Ketika

malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata:

11

16

Page 21: Makalah Agama Makrifat

`Inilah Tuhanku`. Tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: `Saya

tidak suka kepada yang tenggelam`. Kemudian tatkala dia melihat bulan

terbit dia berkata: `Inilah Tuhanku`. Tetapi setelah bulan itu terbenam dia

berkata: `Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku,

pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat`. Kemudian tatkala dia

melihat matahari terbit, dia berkata: `Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar`,

maka tatkala matahari itu telah terbenam, dia berkata: `Hai kaumku,

sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.

Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada tuhan yang menciptakan

langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku

bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan” (Al-

An’am 75-79)

Demikianlah liku-liku Ibrahim dalam mencari Tuhan yang

sebenarnya. Akhirnya ia menjumpai tuhan yang sebenarnya yaitu Allah.

Inilah ma’rifatnya Ibrahim kepada Allah yang merupakan anugerah

dari-Nya sehingga ia mendapatkan kenikmatan yang besar dan ketenangan

yang luar biasa.

Apabila kamu mendapat jalan ma’rifat yang hakiki maka janganlah

kamu hiraukan amalmu yang sedikit. Sebab diatas telah diterangkan bahwa

ma’rifat itu adalah anugerah dari Allah yang datangnya tidak

menggantungkan akan banyak atau sedikitnya amal kebaikan.

Ketauhilah bahwa sesungguhnya maksud dan tujuan manusia

memperbanyak amal kebaikan itu adalah agar dia dapat mentaqorubkan

(mendekatkan) diri kepada Allah. Maka dari itu amal yang sedikit tapi

disertai ma’rifat kepada Allah, itu lebih baik dibandingkan dengan amal

yang banyak tapi tidak disertai ma’rifat kepada Allah.

Dalam hal ini dapat dimisalkan seperti orang menderita sakit,

disebabkan penyakit yang dideritanya ini maka menjadi berkuranglah

ibadanya kepada Allah. Bahkan penyakit yang dideritanya itu dapat

menimbulkan salah satu pintu kema’rifatan kepada Allah.13

17

Page 22: Makalah Agama Makrifat

2.8 Ciri-ciri Orang Yang Ma’rifat Kepada Allah, yaitu :

      Orang yang berma’rifat kepada allah selalu mengesakan Allah,

memuliakan dan mengutamakan Allah, Selalu mendekatkan diri

kepada Allah pada waktu susah maupun senang. Begitu juga dalam

pandangan mata hatinya, sepenuhnya tertuju pada kekuasaan Allah.

      Orang yang berma’rifat kepada Allah, merasa dirinya selalu diawasi

dan di saksikan oleh Allah, selalu berusaha menjaga hatinya, fikiran

maupun tingkah lakunya dari maksiat.

      Didalam hati orang yang berma’rifat harus bersih dari sifat kikir, hawa

nafsu dan sifat suka membanggakan dirinya sendiri.

      Orang-orang ma’rifat, hidupnya sederhana tapi semangat untuk

berjuang, beramar ma’ruf nahi munkar, dalam arti nyata misalnya:

Dia bersedekah atau menolong fakir miskin dengan ikhlas, tanpa ingin

di puji, tanpa ingin mengharap imbalan dan semata-mata mencari

ridho Allah.

18

Page 23: Makalah Agama Makrifat

Batasan tingka laku orang ahli ma’rifat :

         Orang ahli ma’rifat mengenal Allah, sehinnga antar manusia dan Allah

tidak ada perantara. Sehingga seolah-olah mampu berkomunikasi

langsung.

         Semua dasar dan tuntunan hidup adalah berdasar ajaran rosululloh

SAW, dan berusaha meninggalkan akhlak yang rendah atau tercelah.

         Menyerahkan hawa nafsu ( emosi ) menurut kehendak Allah yang

dijelaskan dalam Al-Qur’an.

         Kita ini dan semua ini milik Allah dan hanya kepadanyalah kita semua

ini akan kembali.

2.9 Pandangan Para Ulama’ tentang Ma’rifat

1)      Pandangan Al-muhasibih tentang ma’rifat

Al-muhasibih mengatakan bahwa ma’rifat harus di tempuh melalui jalan

taswuf yang didasarkan pada kitab dan sunnah.

Al-Muhasibih menjelaskan tahapan-tahapan ma’rifat sebagai berikut :

a.      Taat. Awal dari kecintaan kepada Allah, menurut Al-Muhasibih adalah

taat. Taat tiada lain adalah wujud konkret ketaatan hambahnya kepada

Allah.Kecintaan kepada Allah hanya dapat di buktikan dengan jalan

ketaatan, bukan sekedar mengungkapkan ungkapan-ungkapan kecintaan

semata sebagaimana dilakukan oleh sebagaian orang. Mengekspresikan

kecintaan kepada Allah hanya dengan ungkapan-ungkapan, tanpa

pengalaman merupakan kepalsuan semata. Diantara implementasi

kecintaan kepada Allah adalah memenuhi hati dengan sinar. Sinar ini

kemudian melimpah pada lidah dan anggota tubuh yang lain.

b.     Aktivitas anggota tubuh yang telah disinari oleh cahaya yang memenuhi

hati merupakan tahap ma’rifat selanjutnya.

c.      Pada tahap ketiga ini, Allah menyingkapkan khazanah-khazanah

keilmuan keghaiban kepada setiap orang yang telah menempuh kedua

19

Page 24: Makalah Agama Makrifat

tahap diatas. Ia akan menyaksikan berbagai rahasia yang selama ini

disimpan Allah.

d.      Tahap keempat adalah apa yang dikatakan oleh semata sufi dengan fana

yang menyebabkan baqa.

2)      Pandangan Dzun nun Al-mishri tentang ma’rifat

a.      Sesungguhnya Al-ma’rifah yang hakiki adalah bukan ilmu tentang

keesaan tuhan sebagaimana yang telah di percayai oleh orang-orang

mukmin. Ia juga bukan ilmu-ilmu burhan dan nazhar milik para hakim,

mutakalimin ahli balaghah. Akan tetapi , ia adalah al-ma’rifah kepada

keesaan tuhan yang khusus dimiliki para wali Allah sebab mereka

adalah sebab mereka adalah orang yang menyaksikan Allah dengn mata

hatinya, maka terbukalah baginya apa yang tidak di bukakan untuk

hambah-hambahnya yang lain.

b.     Al-ma’rifah yang ia pahami adalah bahwa allah menyinari hatimu

dengan cahaya al-ma’rifah yang murni, Seperti mata hari tak dapat

dilihat kecuali dengan cahayanya. Senantiasa salah seorang hambah

mendekat kepada Allah sehingga terasa hilang darinya. Lebur (fanah)

dalam kekuasaannya, mereka merasa hambah berbicara dengan ilmu

yang telah diletakkan Allah pada lidah mereka, Melihat dengan

penglihatan Allah, dan berbuat dengan pebuatan Allah.

3)      Pandangan Al-ghozali tentang ma’rifat

Menurut Al-ghozali ma’rifat adalah mengetahui rahasia Allah dan

mengetahui peraturan-peraturan Allah tentang segala yang ada. Dalam kitab

ihya ulum ad-din, Al-ghozalih membedakan jalan pengetahuan sampai

kepada tuhan bagi oarang awam, ulama’ dan orang sufi. Oleh karena itu ia

membuat perumpamaan tentang keyakinan bahwa si fulan ada di dalam

rumah, dengan mengikuti perkataan seorang bahwa si fulan berada di

rumah tanpa menyelidiki lagi. Bagi para ulma’ keyakinan adalh ibarat si

fulan dirumah, di bangun atas dasar ada tanda-tandanya seperti ada suara si

20

Page 25: Makalah Agama Makrifat

fulan walaupun tidak kelihatan orangnya. Sementara orang arif tidak hanya

melihat tanda-tandanya melalui suara di balik dinding lebih jauh dari itu,

iapun memasuki rumah dan menyaksikan  dengan mata kepalanya, bahwa si

fulan benar-benar berada di rumah.

Ma’rifat seorang sufi tidak dihalangi hijab, sebagaimana ia melihat si

fulan berada di rumah dengan mata kepalanya sendiri.

Ringkasnya, Ma’rifat menurut Al-ghozali tidak seperti ma’rifat menurut

orang awam maupun ma’rifat para ulama’, tetapi ma’rifat sufi dibangun atas

dasardzuq rohani dan kasyif ilahi. Ma’rifat semacam ini dapat di capai oleh

para khawash auliah tanpa melalui perantara langsung dari Allah,

sebagaimana ilmu kenabian yang langsung di perolah dari Allah, walaupun

dari segi perolehan ilmu ini berbeda antara nabi dan wali. Nabi mendapat

ilmu Allah melalui perantara malaikat allah, sedangkan para wali

mendapatkan ilmu dari ilham. Meskipun demikian, kedua-duanya sama-

sama memperoleh ilmu dari Allah.

21

Page 26: Makalah Agama Makrifat

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Kita yang telah mengenal dan mengetahui keberadaan Allah sudah

sepatutnya apabila kita senantiasa mengabdikan diri secara bulat dan utuh

semata-mata demi mengharapkan Keridoannya. Salah satu tanda bagi orang

yang berma’rifat kepada allah adalah, bahwa ia senantiasa bersandar dan

berserah diri kepada Allah semata. Apapun yang telah dan akan terjadi pada

dirinya selalu diterima dengan baik. Apabila ia diberi kenikmatan ia

bersyukur, sedang apabila ia mendapatkan musibah ia terima dengan sabar.

Selain itu orang yang berma’rifat kepada Allah tidak pernah

menyombongkan diri. Sebagi mahluk yang lemah dan tampa daya, manusia

tidak bisa berbuat paa-apa kecuali atas pertolongan dan ijin-Nya. Menurut

seorang ahli ma’rifat bernama al Junaid, bahwa seorang belum bisa disebut

sebagai ahli ma’rifat sebelum dirinya mempunyai sifat-sifat :

a.    Mengenal Allah secara mendalam, hingga seakan-akan dapat

berhubungan secara langsung dengan-Nya.

b.    Dalam beramal selalu berpedoman kepada petunjuk-petunjuk

Rasulullah SAW.

c.    Berserah diri kepada Allah dalm hal mengendalikan hawa nafsu.

d.   Merasa ahwa dirinya adalah kepunyaan Allah dan kelak pasti akan

kembali kepadanya.

22

Page 27: Makalah Agama Makrifat

DAFTAR PUSTAKA

http://teknologiforever.wordpress.com/2012/09/14/resume-aqidah-

islamiyah-sayyid-sabiq/

http://pienotes.blogspot.com/2010/12/al-makrifat-mengenal-allah-swt.html

Sabiq, sayyid. Aqidah Islamiyah : Pola Hidup Sederhana. Dipponegoro:

Robbani Press, 2008

Mz, Labib dan Maftuh Ahnan. Kuliah Ma’rifat. CV. Bintang Pelajar

Solihin, M. Tokoh-tokoh Sufi. Bandung : Pustaka Setia, 2003

http://islamwiki.blogspot.com/2011/04/marifat-kepada-allah.html

23