makalah agama (keb.islam)

19
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan yang ada saat ini telah mengalami pergeseran dari nilai-nilai kebudayaan islam yang sebenarnya. Kebudayaan mengenai cara beribadah, cara berteman dengan antar lawan jenis dan masih banyak banyak lagi budaya yang tidak lagi sesuai dengan al- quran dan hadist. Islam disamping ajaran utama sebagai syari’ah, juga memotifasi umat Islam untuk mengembangkan kebudayaan Islam, yaitu yang mencerminkan nilai-nilai Islam. Kebudayaan Islam adalah hasil olah akal, budi, cipta, rasa, karsa dan karya manusia yang berlandaskan nilai-nilai Tauhid. Hasil olah akal, budi, cipta, rasa, karsa yang telah terseleksi oleh nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal berkembang menjadi sebuah peradaban. Agama berfungsi membimbing manusia dalam mengembangkan akal budinya sehingga menghasilkan kebudayaan yang beradab atau peradaban Islam. Kebudayaan Islam kurang diterapkan karena kurang selektif atau kurangnya filtrasi yang dilakukan oleh Indonesia dalam menyaring ataupun menyeleksi kebudayaan yang dari negara barat masuk Kebudayaan dalam Islam 1

Upload: nurul-ilmi

Post on 15-Nov-2015

218 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Pendidikan Agama Islam

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangKebudayaan yang ada saat ini telah mengalami pergeseran dari nilai-nilai kebudayaan islam yang sebenarnya. Kebudayaan mengenai cara beribadah, cara berteman dengan antar lawan jenis dan masih banyak banyak lagi budaya yang tidak lagi sesuai dengan al-quran dan hadist. Islam disamping ajaran utama sebagai syariah, juga memotifasi umat Islam untuk mengembangkan kebudayaan Islam, yaitu yang mencerminkan nilai-nilai Islam. Kebudayaan Islam adalah hasil olah akal, budi, cipta, rasa, karsa dan karya manusia yang berlandaskan nilai-nilai Tauhid. Hasil olah akal, budi, cipta, rasa, karsa yang telah terseleksi oleh nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal berkembang menjadi sebuah peradaban. Agama berfungsi membimbing manusia dalam mengembangkan akal budinya sehingga menghasilkan kebudayaan yang beradab atau peradaban Islam. Kebudayaan Islam kurang diterapkan karena kurang selektif atau kurangnya filtrasi yang dilakukan oleh Indonesia dalam menyaring ataupun menyeleksi kebudayaan yang dari negara barat masuk ke Indonesia. Oleh karena itu, latar belakang ditulisnya makalah mengenai kebudayaan dalam islam adalah untuk mengingatkan kembali bagaimana definisi kebudayaan dalam islam, sejarah intelektual islam, apa saja nilai-nilai islam yang terkandung dalam budaya Indonesia serta bagaimana peran masjid yang sebenarnya. Latar belakang penulisan makalah ini akan menyajikan dan membahas mengenai permasalahan-permasalahan yang erat kaitan dengan kebudayaan dalam islam. Penulisan makalah ini penting agar mahasiswa mampu memahami dengan benar dan baik mengenai kebudayaan islam. Penguasaan dan pemahaman mengenai kebudayaan dalam islam akan menjadi suatu dasar bagi mahasiswa maupun pembaca untuk mampu menerapkan kebudayan islam dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebutlah yang melatarbelakangi penulisan makalah ini.B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, diperoleh beberapa rumusan masalah, diantaranya yaitu :1. Apa definisi kebudayaan dalam islam ?2. Bagaimana sejarah intelektual islam ?3. Bagaimana nilai-nilai islam dalam budaya Indonesia?4. Apa peranan Masjid yang sebenarnya dalam pusat peradaban islam?C. Tujuan Penulisan Makalah Berdasarkan rumusan masalah tersebut, dapat diketahui beberapa tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :1. Untuk mengetahui definisi kebudayaan dalam islam.2. Untuk mengetahui sejarah intelektual islam.3. Untuk mengetahui nilai-nilai islam dalam budaya Indonesia.4. Untuk mengetahui peranan dari Masjid sebagai pusat peradaban Islam.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Definisi Kebudayaan Dalam IslamDi dalam Kamus Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa: budaya adalah pikiran, akal budi, adat istiadat. Sedang kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin ( akal budi ) manusia, seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat. Untuk memudahkan pembahasan, Ernst Cassirer membaginya menjadi lima aspek : 1. Kehidupan Spritual 2. Bahasa dan Kesustraan 3. Kesenian 4. Sejarah 5. Ilmu Pengetahuan.A.L Kroeber dan Clyde Kluckhonn, telah mengumpulkan kurang lebih 161 definisi tentang kebudayaan (Musa Asyarie, 1992: 93). Secara garis besarnya, definisi kebudayaan sebanyak itu dikelompokkan ke dalam enam kelompok sesuai dengn tinjauan dan sudut pandang masing-masing membuat definisi. Kelompok pertama menggunakan pendekatan deskriptif dengan menekankan pada sejumlah isi yang terkandung didalamnya seperti definisi yang dipakai oleh Tailor bahwa kebudayaan itu adalah keseluruhan yang amat kompleks meliputi ilmu pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat istiadat dan berbagai kemampuan serta kebiasaan yang diterima manusia sebagai anggota masyarakat.Kelompok kedua menggunakan pendekatan historis dengan menekankan pada warisan sosial dan tradisi kebudayaan seperti definisi yang diapakai oleh Park dn Burgess yang menyatakan bahwa kebudayaan adalah suatu masyarakat adalah sejumlah totalitas dari organisasi dan warisan sosial yang diterima sebagai sesuatu yang bermakna yang dipengaruhi oleh watak dan sejarah hidup suatu bangsa.Dari berbagai tujuan dan sudut pandangan tentang definisi kebudayaan, menunjukkan bahwa kebudayaan itu merupakan sesuatu persoalan yang sangat luas. Namun esensinya adalah bahwa kebudayaan itu melekat dengan diri manusia. Artinya bahwa manusialah sebagai pencipta kebudayaan itu. Kebudayaan itu lahir bersamaan dengan kelahiran manusia itu sendiri. Dari penjelasan diatas, kebudayaan dapat dilihat dari dua sisi, kebudayaan sebagai suatu proses dan kebudayaan sebagai suatu produk. Al-quran memandang kebudayaan itu merupakan itu merupakan suatu proses dan meletakkan kebudayaan sebagai eksistensi hidup manusia. Kebudayaan merupakan suatu totalitas kegiatan manusia yang meliputi kegiatan akal hati dan tubuh yang menyatu dalam suatu perbuatan. Karena itu secara umum kebudayaan dapat dipahami sebagai hasil oleh akal, budi, cipta, rasa, karsa dan karya manusia. Ia tidak mungkin terlepas dari nilai-nilai kemanusiaan, namun bisa jadi lepas dari nilai-nilai ketuhanan.Kebudayaan islam adalah hasil olah akal, budi, cipta, rasa, karsa dan karya manusia yang berlandaskan pada nilai-nilai tauhid. Islam sangat menghargai akal manusia untuk berkiprah dan berkembang. Hasil olah akal, budi, rasa dan karsa yang telah terseleksi oleh nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal berkembang menjadi sebuah peradaban.Islam adalah agama yang diturunkan kepada manusia sebagai rohmat bagi alam semesta. Ajaran-ajarannya selalu membawa kemaslahatan bagi kehidupan manusia di dunia ini. Allah swt sendiri telah menyatakan hal ini, sebagaimana yang tersebut dalam ( QS Toha : 2 ):

Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susahArtinya bahwa umat manusia yang mau mengikuti petunjuk Al Quran ini, akan dijamin oleh Allah bahwa kehidupan mereka akan bahagia dan sejahtera dunia dan akherat. Sebaliknya siapa saja yang membangkang dan mengingkari ajaran Islam ini, niscaya dia akan mengalami kehidupan yang sempit dan penuh penderitaan. Ajaran-ajaran Islam yang penuh dengan kemaslahatan bagi manusia ini, tentunya mencakup segala aspek kehidupan manusia. Tidak ada satupun bentuk kegiatan yang dilakukan manusia, kecuali Allah telah meletakkan aturan-aturannya dalam ajaran Islam ini. Kebudayaan adalah salah satu dari sisi pentig dari kehidupan manusia, dan Islampun telah mengatur dan memberikan batasan-batasannya.Islam telah membagi budaya menjadi tiga macam : Pertama : Kebudayaan yang tidak bertentangan dengan Islam. Dalam kaidah fiqh disebutkan : al adatu muhakkamatun artinya bahwa adat istiadat dan kebiasaan suatu masyarakat, yang merupakan bagian dari budaya manusia, mempunyai pengaruh di dalam penentuan hukum. Tetapi yang perlu dicatat, bahwa kaidah tersebut hanya berlaku pada hal-hal yang belum ada ketentuannya dalam syareat, seperti ; kadar besar kecilnya mahar dalam pernikahan, di dalam masyarakat Aceh, umpamanya, keluarga wanita biasanya, menentukan jumlah mas kawin sekitar 50-100 gram emas. Dalam Islam budaya itu syah-syah saja, karena Islam tidak menentukan besar kecilnya mahar yang harus diberikan kepada wanita. Menentukan bentuk bangunan Masjid, dibolehkan memakai arsitektur Persia, ataupun arsitektur Jawa yang berbentuk Joglo. Untuk hal-hal yang sudah ditetapkan ketentuan dan kreterianya di dalam Islam, maka adat istiadat dan kebiasaan suatu masyarakat tidak boleh dijadikan standar hukum. Sebagai contoh adalah apa yang di tulis oleh Ahmad Baaso dalam sebuah harian yang menyatakan bahwa menikah antar agama adalah dibolehkan dalam Islam dengan dalil al adatu muhakkamatun karena nikah antar agama sudah menjadi budaya suatu masyarakat, maka dibolehkan dengan dasar kaidah di atas. Pernyataan seperti itu tidak benar, karena Islam telah menetapkan bahwa seorang wanita muslimah tidak diperkenankan menikah dengan seorang kafir. Kedua : Kebudayaan yang sebagian unsurnya bertentangan dengan Islam , kemudian di rekonstruksi sehingga menjadi Islami.Contoh yang paling jelas, adalah tradisi Jahiliyah yang melakukan ibadah haji dengan cara-cara yang bertentangan dengan ajaran Islam , seperti lafadh talbiyah yang sarat dengan kesyirikan, thowaf di Kabah dengan telanjang. Islam datang untuk meronstruksi budaya tersebut, menjadi bentuk Ibadah yang telah ditetapkan aturan-aturannya. Contoh lain adalah kebudayaan Arab untuk melantukan syair-syair Jahiliyah. Oleh Islam kebudayaan tersebut tetap dipertahankan, tetapi direkonstruksi isinya agar sesuai dengan nilai-nilai Islam. Ketiga: Kebudayaan yang bertentangan dengan Islam. Seperti, budaya ngaben yang dilakukan oleh masyarakat Bali. Yaitu upacara pembakaran mayat yang diselenggarakan dalam suasana yang meriah dan gegap gempita, dan secara besar-besaran. Ini dilakukan sebagai bentuk penyempurnaan bagi orang yang meninggal supaya kembali kepada penciptanya. Upacara semacam ini membutuhkan biaya yang sangat besar. Hal yang sama juga dilakukan oleh masyarakat Kalimantan Tengah dengan budaya tiwah , sebuah upacara pembakaran mayat. Bedanya, dalam tiwah ini dilakukan pemakaman jenazah yang berbentuk perahu lesung lebih dahulu. Kemudian kalau sudah tiba masanya, jenazah tersebut akan digali lagi untuk dibakar. Upacara ini berlangsung sampai seminggu atau lebih. Pihak penyelenggara harus menyediakan makanan dan minuman dalam jumlah yang besar , karena disaksikan oleh para penduduk dari desa-desa dalam daerah yang luas. Di daerah Toraja, untuk memakamkan orang yan meninggal, juga memerlukan biaya yang besar. Biaya tersebut digunakan untuk untuk mengadakan hewan kurban yang berupa kerbau. Lain lagi yang dilakukan oleh masyarakat Cilacap, Jawa tengah. Mereka mempunyai budaya Tumpeng Rosulan , yaitu berupa makanan yang dipersembahkan kepada Rosul Allah dan tumpeng lain yang dipersembahkan kepada Nyai Roro Kidul yang menurut masyarakat setempat merupakan penguasa Lautan selatan ( Samudra Hindia ). Hal-hal di atas merupakan sebagian contoh kebudayaan yang bertentangan dengan ajaran Islam, sehingga umat Islam tidak dibolehkan mengikutinya. Islam melarangnya, karena kebudayaan seperti itu merupakan kebudayaan yang tidak mengarah kepada kemajuan adab, dan persatuan, serta tidak mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia, sebaliknya justru merupakan kebudayaan yang menurunkan derajat kemanusiaan. Karena mengandung ajaran yang menghambur-hamburkan harta untuk hal-hal yang tidak bermanfaat dan menghinakan manusia yang sudah meninggal dunia.B. Sejarah Intelektual Islam Perkembangan pemikirn islam mempunyai sejaraj yang panjang dalam arti seluas-luasnya. Tradisi pemikiran dikalangan umat islam berkembang seiring dengan kemunculan islam itu sendiri. Dalam kontek masyarakat Arab sendiri, dimana islam lahir dan pertama kali berkembang disana, kedatangannya lengkap dengan tradisi keilmuannya. Sebab, masyarakat Arab pra Islam belum mempunyai sistem pengembangan pemikiran secara sistematis belum terselenggara karena ajaran islam tidak diturunkan sekaligus. Namun demikian isyarat alquran sudah cukup jelas meletakkan fondasi yang kokoh terhadap pengembangan ilmu dan pemikiran, sebagaimanan terlihat pada ayat yang pertama diturunkan yaitu suatu perintah untuk membaca dengan nama Allah (Al-Alaq:1). Dalam kaitan itu dapat dipahami mengapa proses pendidikan Islam pertama kali berlangsung di rumah yaitu Darul Arqam. Ketika masyarakat islam telah terbentuk, maka pendidikan islam dapat diselenggarakan di masjid. Proses pendidikan pada kedua tersebut dilakukan dalam lingkaran besar atau disebut halaqah. Dalam menggunakan teori yang dikembangkan oleh Harun Nasution, dilihat dari segi perkembangannya, sejarah intelektual islam dapat dikelompokkan ke dalam tiga masa yaitu masa klasik, yaitu antara tahun 650-1250 M. Masa pertengahan yaitu tahun 1250-1800M. dan masa modern yaitu sejak tahun 1800-sampai sekarang. Pada masa klasik lahir para ulama madzhab seperti Iman Hambali, Hanafi, Iman Syafii dan Iman Malik. Selain itu, lahir pula para filosof muslim seperti Al-Kindi, tahun 801 M, seorang filosof muslim pertama. Selain Al-Kindi, pada abad itu lahir pula ara filosof muslim pertama. Selain Al-kindi, pada abad itu lahir pula para filsofuf besar seerti Al-Razi lahir tahun 865 M, Al-Farabi sistem filsafat. Pada abad berikutnya lahir pula filosuf agung Ibnu Miskawaih pada tahun 930 M, pemikirannya yang terkenal tentang pendidikan akhlak kemudian ibnu sina tahun 1037. IbnuBajjah, 1138 m, Ibnu Rasyid 1126 m dll. Pada masa pertengahan yaitu tahun 1250-1800 M. Dalam catatan sejarah pemikiran Islam masa ini merupakan fase kemunduran karena filsafat mulai dijauhkan dari umat Islam sehingga ada kecenderungan karena filsafat mulai dijauhkan dari umat Islam sehingga ada kecenderungan akal dipertentangkan dengan wahyu, iman dengan ilmu, dunia dengan akhirat. Pengaruhnya, masih terasa sampai sekarang. Pemikiran yang berkembang saat itu adalah pemikiran dikotomis antara agama dengan ilmu dan urusan dunia dengan urusan akhirat. Titik kulminasinya adalah ketika para ulama sudah mendekat kepada para penguasa, sehingga fatwa-fatwa mereka tidak lagi diikuti oleh umatnya dan kondisi umat menjadi carut marut kehilangan figure pemimpin yang dicintai umatnya.C. Nilai-Nilai Islam dalam Budaya IndonesiaDi zaman modern, ada satu fenomena yang menarik untuk kita simak bersama yaitu semangat dan pemahaman sebabahagian generasi muda umat islam khusunya mahasiswa PTU dalam mempelajari dan mengamalkan ajaran islam. Mereka berpandangan bahwa islam yang benar adalah segala sesuatu yang ditampilkan oleh Nabi Muhammad SAW, secara utuh termasuk nilai-nilai budaya Arabnya. Kita sepakat bahwa rasul Allah dalah rasul Allah. Kita tahu islam itu dari beliau dan yang mengingkari kerasulannya adalah kafir.Nabi Muhammad SAW adalah seorang rasul Allah dan harus diinat bahwa beliau adalah orang Arab. Dalam kajian budaya sudah barang tentu apa yang ditampilkan dalam perilaku kehidupannya terdapat nilai-nilai budaya local. Sedangkan nilai-nilai islam itu bersifat universal. Maka dari itu sangat dimungkinkan apa yang dicontoh oleh nabi dalam hal muamalah ada nuansa-nuansa budaya yang dapat kita aktualisasikan dalam kehidupan modern dan disesuaikan dengan muatan budaya local masing-masing. Contohnya dalam cara berpakaian dan cara makan. Dalam ajaran islam sendiri meniru budaya satu kaum boleh-boleh saja sepanjang tidak bertentangan dengan nilai-nilai dasar islam, apalagi yang ditirunya adalah panutan suci Nabi Muhammad SAW, namun yang tidak boleh adalah menganggap bahwa nilai-nilai budaya Arabnya dipandang sebagai ajaran islam.Dalam perkembangan dakwah Islam di Indonesia, para penyiar agama mendakwahkan ajaran islam melalui bahasa budaya, sebagaimana dilakukan oleh para wali di tanah Jawa. Karena kehebatan para wali Allah dalam mengemas ajaran Islam dengan bahasa budaya setempat, sehingga masyarakat tidak sadar bahwa nilai-nilai islam telah masuk dan menjadi tradisi dalam kehidupan sehari-hari mereka.D. Masjid Sebagai Pusat Peradaban IslamMasjid pada umumnya dipahami oleh masyarakat sebagai tempat ibadah khusus seperti shalat, padahal masjid berfungsi luas daripada sekedar tempat shalat. Sejak awal berdirinya masjid belum bergeser dari fungsi utamanya yaitu tempat shalat. Akan tetapi perlu diingat bahwa masjid di zaman nabi berfungsi sebagai pusat peradaban. Nabi SAW menyucikan jiwa kaum muslimin, mengajarkan al-quran dan al-hikmah, bermusyawarah untuk menyelesaikan berbagai persoalan kaum muslimin, membina sikap dasar kaum muslimin terhadap orang yang berbeda agama dan ras, hingga upaya-upaya meningkatkan kesejahteraan umat justru dari masjid. Masjid al-azhar di Mesir merupakan salah satu contoh yang sangat dikenal luas oleh kaum muslimin Indonesia. Masjid ini mampu memberikan beasiswa bagi para pelajar dan mahasiswa. Bahkan pengentasan kemiskinan merupakan program nyata masjid.Dalam syariat masjid, masjid memiliki dua fungsi utama yaitu, sebagai pusat ibadah ritual dan kedua sebagai pusat ibadah sosial. Dari kedua fungsi tersebut titik sentralnya bahwa fungsi utama masjid adalah sebagai pusat pembinaan umat islam.1. Pusat Pendidikan dan PelatihanProses menuju ke arah pemberdayaan umat dimulai dengan pendidikan dan pemberian pelatihan-pelatihan. Masjid seharusnya dapat dimanfaatkan sebagai tempat berlangsungnya proses pemberdayaan tersebut, bahkan sebagai pusat pembelajaran umat, baik dalam bentuk pengajian, pengkajian, seminar dan diskusi maupun pelatihan-pelatihan keterampilan, dengan peserta minimal jamaah disekitarnya.2. Pusat Perekonomian UmatSoko guru perekonomian Indonesia katanya koperasi, namun pada kenyataannya justru koperasi menjadi barang yang tidak laku. tidak ada salahnya bila masjid mengambil alih peran sebagai koperasi yang membawa dampak positif bagi umat di lingkungannya. Bila konsep koperasi digabungkan dengan konsep perdagangan ala pusat-pusat pembelanjaan yang diminati karena terjangkaunya harga barang, dan dikelola secara professional oleh dewan pengurus maka masjid akan dapat memakmurkan jamaahnya. Sehingga akhirnya jamaahnya pun akan memakmurkan masjidnya. 3. Pusat Penjaringan Potensi UmatMasjid dengan jamaah yang selalu hadir hanya sekedar untuk menggugurkan kewajibannya terhadap Tuhan bisa saja mencapai puluhan, ratusan bahkan ribuan orang jumlahnya. Masjid dengan jamaah yang selalu hadir sekedar untuk menggugurkan kewajibannya terhadap Tuhan bisa saja mencapai puluhan, ratusan bahkan ribuan orang jumlahnya. Dari berbagai macam usia, beraneka profesi dan tingkat (strata) baik ekonomi maupun intelektual, bahkan sebagai tempat berlangsungnya akulturasi budaya secara santun.4. Pusat Ke-PustakaanPerintah pertama Tuhan kepada Nabi terakhir adalah "Membaca", dan sudah sepatutnya kaum muslim gemar membaca dalam pengertian konseptual maupun kontekstual. Maka dengan sendirinya hampir menjadi kemutlakkan bila masjid memiliki perpustakaan sendiri.

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dan penjelasan mengenai kebudayaan dalam islam, maka dapat disimpulkan bahwa :1. Kebudayaan islam adalah hasil olah akal, budi, cipta, rasa, karsa dan karya manusia yang berlandaskan pada nilai-nilai tauhid. Islam sangat menghargai akal manusia untuk berkiprah dan berkembang. Hasil olah akal, budi, rasa dan karsa yang telah terseleksi oleh nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal berkembang menjadi sebuah peradaban.2. Sejarah Islam mencatat bahwa perkembangan kebudayaan dalam Islam diawali dari periode klasik dan mencapai masa kejayaan pada dinasti Abbassiyah dan kemudian mengalami masa kemunduran pada abad pertengahan, diantara penyebabnya adalah pada saat itu umat Islam terlena oleh kemewahan yang bersifat material dan tidak mau melanjutkan tradisi keilmuan yang diwariskan oleh para ulama besar masa klasik dan pertengahan.3. Masjid sebagai pusat peradaban umat Islam tidak hanya dijadikan sebagai pusat peribadahan (shalat) saja namun bisa sebagai pusat pendidikan dan pelatihan, pusat perekonomian umat, pusat penjaringan potensi umat, pusat ke-pustakaan.B. SaranBerdasarkan kesimpulan dan penjelasan mengenai kebudayaan dalam islam, maka penulis menyarankan agar penyusunan makalah selanjutnya menggunakan lebih banyak referensi yang terpercaya dan mengaitkannya dengan perkataan-perkataan Allah dalam Al-quran dan hadits sehingga ilmu yang dipaparkan lebih jelas kebenarannya dan dapat diterima oleh semua kalangan masyarakat Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Lorian, Nano. 2012. Kebudayaan dalam Islam. http://mutiaraberdebu.blogspot.com.

Tim Penyusun Buku PAI UNM. 2013. Pendidikan Agama Islam. Universitas Negeri Makassar: Makassar.

Uthman, Muhammad. 2012. Kebudayaan Dalam Pandangan Islam.

Zain, Ahmad. 2006. Relasi Antara Islam dan Kebudayaan. http://ahmadzain.wordpress.com.

Wallahu Allam.

Kebudayaan dalam Islam 12