makalah agama k.a.u.b 26904

24
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kerukunan beragama di tengah keanekaragaman budaya merupakan aset dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Berbagai macam kendala yang sering kita hadapi dalam mensukseskan kerukunan antar umat beragama, dari luar maupun dalam negeri kita sendiri. Namun dengan kendala tersebut warga Indonesia selalu optimis, bahwa dengan banyaknya agama yang ada di Indonesia, maka banyak pula solusi untuk menghadapi kendala-kendala tersebut. Dari berbagai pihak telah sepakat untuk mencapai tujuan kerukunan antar umat beragama di Indonesia seperti masyarakat dari berbagai golongan, pemerintah, dan organisasi-organisasi agama yang banyak berperan aktif dalam masyarakat. Keharmonisan dalam komunikasi antar sesama penganut agama adalah tujuan dari kerukunan beragama, agar terciptakan masyarakat yang bebas dari ancaman, kekerasan hingga konflik agama. Agama Islam mengakui keberagaman agama yang dianut oleh manusia, karena itu agama Islam tidak hanya 1

Upload: fau-rosi-s

Post on 29-Jan-2016

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kerukunan antar umat beragama

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Agama k.a.u.b 26904

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah

Kerukunan beragama di tengah keanekaragaman budaya merupakan aset

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Berbagai macam kendala

yang sering kita hadapi dalam mensukseskan kerukunan antar umat beragama,

dari luar maupun dalam negeri kita sendiri. Namun dengan kendala tersebut warga

Indonesia selalu optimis, bahwa dengan banyaknya agama yang ada di Indonesia,

maka banyak pula solusi untuk menghadapi kendala-kendala tersebut.

Dari berbagai pihak telah sepakat untuk mencapai tujuan kerukunan antar

umat beragama di Indonesia seperti masyarakat dari berbagai golongan,

pemerintah, dan organisasi-organisasi agama yang banyak berperan aktif dalam

masyarakat. Keharmonisan dalam komunikasi antar sesama penganut agama

adalah tujuan dari kerukunan beragama, agar terciptakan masyarakat yang bebas

dari ancaman, kekerasan hingga konflik agama.

Agama Islam mengakui keberagaman agama yang dianut oleh manusia,

karena itu agama Islam tidak hanya mengajarkan tata cara hubungan sesama umat

Islam, tetapi juga hubungan dengan umat beragama lain.

Kerukunan antar umat beragama ialah mengupayakan agar terciptanya

suatu keadaan yang tidak ada pertentangan intern dalam masing-masing umat

beragama, antar golongan-golongan agama yang berbeda satu sama lain, antara

pemeluk agama yang satu dengan pemeluk agama yang lainnya, antara umat-umat

beragama dengan pemerintah.

1

Page 2: Makalah Agama k.a.u.b 26904

1.2 Rumusan Masalah

1. .Apa pengertian dari kerukunan ?

2. Bagaimana pandangan islam terhadap agama lain ?

3. Apa faktor dari ketidakharmonisan antar umat beragama?

4. Bagaimana cara menciptakan kerukunan antar umat beragama ?

5. Bagaimana pluralisme agama sebagai suatu keniscayaan social ?

1.3  Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain:

1. Mengetahui pengertian kerukunan

2. Mengetahui pandangan islam terhadap agama lain

3. Mengetahui berbagai factor yang menyebabkan ketidakharmonisan antar

umat beragama

4. Mengetahui cara menciptakan kerukunan antar umat beragama

5. Mengetahui pluralisme agama sebagai keniscayaan social

2

Page 3: Makalah Agama k.a.u.b 26904

BAB II

PEMBAHASAN

2.1.      Pengertian Kerukunan

Kerukunan dalam Islam diberi istilah “tasamuh” atau toleransi. Sehingga

yang dimaksud toleransi adalah kerukunan sosial kemasyarakatan, bukan dalam

hal akidah Islamiyah (keimanan), karena akidah telah digariskan secara jelas dan

tegas dalam Alqur’an dan Hadits (Ahmad,1994).

Kerukunan adalah istilah yang dipenuhi oleh muatan makna “baik” dan

“damai”. Intinya, hidup bersama dalam masyarakat dengan “kesatuan hati” dan

“bersepakat” untuk tidak menciptakan perselisihan dan pertengkaran (Depdikbud,

1985:850) Bila pemaknaan tersebut dijadikan pegangan, maka “kerukunan”

adalah sesuatu yang ideal dan didambakan oleh masyarakat manusia. Kerukunan

[dari ruku, bahasa Arab, artinya tiang atau tiang-tiang yang menopang rumah;

penopang yang memberi kedamain dan kesejahteraan kepada penghuninya] secara

luas bermakna adanya suasana persaudaraan dan kebersamaan antar semua orang

walaupun mereka berbeda secara suku, agama, ras, dan golongan (imarah,1999).

Kerukunan juga bisa bermakna suatu proses untuk menjadi rukun karena

sebelumnya ada ketidakrukunan; serta kemampuan dan kemauan untuk hidup

berdampingan dan bersama dengan damai serta tenteram. Langkah-langkah untuk

mencapai kerukunan seperti itu, memerlukan proses waktu serta dialog, saling

terbuka, menerima dan menghargai sesama, serta cinta-kasih. Kerukunan

antarumat beragama bermakna rukun dan damainya dinamika kehidupan umat

beragama dalam segala aspek kehidupan, seperti aspek ibadah, toleransi, dan kerja

sama antarumat beragama (Ahmad,1994).

Kerukunan Antar Umat Beragama Menurut Islam

Kerukunan umat Islam dengan penganut agama lainnya telah jelas

disebutkan dalam Alqur’an dan Al-hadits. Hal yang tidak diperbolehkan adalah

dalam masalah akidah dan ibadah, seperti pelaksanaan sosial, puasa dan haji, tidak

dibenarkan adanya toleransi, sesuai dengan firman-Nya dalam surat Al Kafirun: 6,

yang artinya: “Bagimu agamamu, bagiku agamaku.”

3

Page 4: Makalah Agama k.a.u.b 26904

Pada era globalisasi sekarang ini, umat beragama dihadapkan kepada

serangkaian tantangan baru yang tidak terlalu berbeda dengan yang pernah

dialami sebelumnya. Pluralitas merupakan hukum alam (sunnatulah) yang mesti

terjadi dan tidak mungkin terelakkan. Hal itu sudah merupakan kodrat di dalam

kehidupan dalam QS. Al Hujarat: 13, Allah menggambarkan adanya indikasi yang

cukup kuat tentang pluralitas tersebut (Wahyuddin,1994).

”Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki

dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-

suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling

mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu.

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.

Namun, pluralitas tidak semata menunjukkan pada kenyataan adanya

kemajemukan, tetapi lebih dari itu adanya keterlibatan aktif terhadap kenyataan

adanya pluralitas tersebut. Pluralitas agama dapat kita jumpai dimana-mana,

seperti di dalam masyarakat tertentu, di kantor tempat bekerja dan di perguruan

tinggi tempat belajar dll. Seseorang baru dikatakan memiliki sikap keterlibatan

aktif dalam pluralitas apabila dia dapat berinteraksi secara positif dalam

lingkungan kemajemukan. Pemahaman pluralitas agama menuntut sikap pemeluk

agama untuk tidak hanya mengakui keberadaan dan hak agama lain,tetapi juga

harus terlibat dalam usaha memahami perbedaan dan persamaan guna mencapai

kerukunaan dan kebersamaan (Wahyuddin,1994).

Bila dilihat, eksistensi manusia dalam kerukunaan dan kebersamaan ini,

diperoleh pengertian bahwa arti sesungguhnya dari manusia bukan terletak pada

akunya, tetapi pada kitanya atau pada kebersamaannya. Kerukunan dan

kebersamaan ini bukan hanya harus tercipta intern seagama tetapi yang lebih

penting adalah ” antar umat beragama didunia ” (pluralitas Agama).

Kerukunan dan kebersamaan yang didambakan dalam islam bukanlah

yang bersifat semu, tetapi yang dapat memberikan rasa aman pada jiwa setiap

manusia. Oleh karena itu langkah pertama yang harus dilakukan adalah

mewujudkannya dalam setiap diri individu, setelah itu melangkah pada keluarga,

4

Page 5: Makalah Agama k.a.u.b 26904

kemudian masyarakat luas pada seluruh bangsa di dunia ini dengan demikian pada

akhirnya dapat tercipta kerukunan, kebersamaan dan perdamaian dunia.

Itulah konsep ajaran Islam tetang “Kerukunaan Antar Umat Beragama” ,

kalaupun kenyataannya berbeda dengan realita, bukan berarti konsep ajarannya

yang salah, akan tetapi pelaku atau manusianya yang perlu dipersalahkan dan

selanjutnya diingatkan dengan cara-cara yang hasanah dan hikmah (Daud,1998).

2.2 Pandangan Islam Tehadap Pemeluk Agama Lain

1.    Darul Harbi (daerah yang wajib diperangi)

Islam merupakan agama rahmatan lil-‘alamin yang memberikan makna

bahwa perilaku Islam terhadap nonmuslim dituntut untuk kasih sayang dengan

memberikan hak dan kewajiban yang sama seperti halnya penganut Islam sendiri

dan tidak saling mengganggu dalam hal kepercayaan. Islam membagi daerah

(wilayah) berdasarkan agamanya atas Darul Muslim dan Darul Harbi . Darul

Muslim adalah suatu daerah yang didiami oleh masyarakat muslim dan

diberlakukan hukum Islam. Sedangkan Darul Harbi adalah suatu wilayah yang

penduduknya memusuhi Islam. Penduduk Darul Harbi selalu mengganggu

penduduk Darul Muslim, menghalangi dakwah Islam, bahkan melakukan

penyerangan terhadap Darul Muslim.

Menghadapi penduduk Darul Harbi yang demikian, umat Islam wajib

melakukan jihad melawannya, seperti difirmankan dalam Alqur’an surat Al

Mumtahanah: 90 yang artinya: “Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu

menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama

dan mengusir kamu dari negarimu, dan membantu (orang lain) untuk

mengusirmu. Dan barang siapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka

itulah orang-orang yang zalim”.

2.    Kufur Zimmy

Dalam suatu perintah Islam, tidaklah akan memaksa masyarakat untuk

memeluk Islam dan Islam hanya disampaikan melalui dakwah (seruan) yang

5

Page 6: Makalah Agama k.a.u.b 26904

merupakan kewajiban bagi setiap muslim berdasarkan pemikiran wahyu yang

menyatakan : “Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam” 1 [3] .

Kufur Zimmy adalah sekelompok individu bukan Islam, akan tetapi mereka

tidak membenci Islam, tidak membuat kerusakan, dan tidak menghalangi dakwah

Islam. Mereka harus dihormati oleh pemerintah Islam dan diperlakukan seperti

umat Islam dalam pemerintahan serta berhak diangkat sebagai tentara dalam

melindungi daerah Darul Muslim. Adapun agama dan keyakinan Kufur Zimmy

adalah diserahkan kepada mereka sendiri dan umat Islam tidak diperbolehkan

mengganggu keyakinan mereka. Adapaun pemikiran Alqur’an mengenai Kufur

Zimmy seperti dalam surat Al Muntahanah: 8 yang artinya: “Allah tiada

melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang

tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari

negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”

3.    Kufur Musta’man

Kufur Musta’man adalah pemeluk agama lain yang meminta perlindungan

keselamatan dan keamanan terhadap diri dan hartanya. Kepada mereka

pemerintah Islam tidak memberlakukan hak dan hukum negara. Diri dan harta

kaum musta’man harus dilindungi dari segala kerusakan dan kebinasaan serta

bahaya lainya, selama mereka di bawah perlindungan pemerintah Islam.

4.    Kufur Mu’ahadah

Kufur Mu’ahadah adalah negara bukan Negara Islam yang membuat

perjanjian damai dengan pemerintah Islam, baik disertai perjanjian tolong-

menolong dan bela-membela atau tidak.

(Wahyuddin,2009).

2.3  Faktor Penyebab Ketidakharmonisan Kerukunan Antar UmaT

Beragama

Terdapat delapan faktor utama penyebab timbulnya ketidak harmonisan di

bidang kerukunan hidup umat beragama ditilik dari dampak kegiatan keagamaan

antara lain:

a. Pendirian Tempat Ibadah.

1

6

Page 7: Makalah Agama k.a.u.b 26904

Tempat ibadah yang didirikan tanpa mempertimbangkan situasi dan kondisi

lingkungan umat beragama setempat sering menciptakan ketidak-harmonisan

umat beragama yang dapat menimbulkan konflik antar umat beragama.

b. Penyiaran Agama.

Penyiaran agama, baik secara lisan, melalui media cetak seperti brosur,

pamflet, selebaran dsb, maupun media elektronika, serta media yang lain dapat

menimbulkan kerawanan di bidang kerukunan hidup umat beragama, lebih-lebih

yang ditujukan kepada orang yang telah memeluk agama lain.

c. Bantuan Luar Negeri.

Bantuan dari Luar negeri untuk pengembangan dan penyebaran suatu agama,

baik yang berupa bantuan materiil / finansial ataupun bantuan tenaga ahli

keagamaan, bila tidak mengikuti peraturan yang ada, dapat menimbulkan ketidak-

harmonisan dalam kerukunan hidup umat beragama, baik intern umat beragama

yang dibantu, maupun antar umat beragama.

d. Perkawinan Beda Agama.

Perkawinan yang dilakukan oleh pasangan yang berbeda agama, walaupun

pada mulanya bersifat pribadi dan konflik antar keluarga, sering mengganggu

keharmonisan dan mengganggu kerukunan hidup umat beragama, lebih-lebih

apabila sampai kepada akibat hukum dari perkawinan tersebut, atau terhadap harta

benda perkawinan, warisan, dsb.

e. Perayaan Hari Besar Keagamaan.

Penyelenggaraan perayaan Hari Besar Keagamaan yang kurang

mempertimbangkan kondisi dan situasi serta lokasi dimana perayaan tersebut

diselenggarakan dapat menyebabkan timbulnya kerawanan di bidang kerukunan

hidup umat beragama.

f.       Penodaan Agama.

Perbuatan yang bersifat melecehkan atau menodai agama dan keyakinan suatu

agama tertentu yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang, dapat

menyebabkan timbulnya kerawanan di bidang kerukunan hidup umat beragama.

7

Page 8: Makalah Agama k.a.u.b 26904

g. Kegiatan Aliran Sempalan.

Kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang

didasarkan pada keyakinan terhadap suatu agama tertentu secara menyimpang dari

ajaran agama yang bersangkutan dapat menimbulkan keresahan terhadap

kehidupan beragama, sehingga dapat pula menyebabkan timbulnya kerawanan di

bidang kerukunan hidup beragama.

h. Aspek Non Agama yang mempengaruhi.

Aspek-aspek non agama yang dapat mempengaruhi kerukunan hidup umat

beragama antara lain : kepadatan penduduk, kesenjangan sosial ekonomi,

pelaksanaan pendidikan, penyusupan ideologi dan politik berhaluan keras yang

berskala regional maupun internasional, yang masuk ke Indonesia melalui

kegiatan keagamaan.

Di tingkat budaya hukum masih terdapat isu-isu yang cenderung provokatif

yang terkadang berpengaruh pada sebagian masyarakat sehingga dapat

menimbulkan sikap saling curiga. Sementara itu, sikap memandang atau menilai

agama orang lain berdasarkan kriteria keyakinan agamnya sendiri, selain tidak

menghargai keyakinan orang lain, juga dapat memicu munculnya rasa kurang

senang atau bahkan antipati antar kelompok agama.

Pemberitaan pers kadang juga dipandang oleh sebagian masyarakat masih

mengeksploitasi permasalahan antar kelompok tanpa mempertimbangankan

dampak yang ditimbulkannya pada segi-segi keamanan dan keharmonisan

hubungan antar kelompok masyarakat.

Kebijakan Pemerintah yang dirasakan oleh sebagian masyarakat kurang

mencerminkan keadilan dan lemahnya penegakan hukum berpotensi terhadap

timbulnya ketidak harmonisan hubungan antar kelompok sosial dan umat

beragama, maupun hubungan antar umat beragama dengan pemerintah. Ketidak

adilan dan kesenjangan sosial, ekonomi, hukum dan politik sering menimbulkan

dan mempermudah elemen luar masuk sehingga dapat memicu terjadinya konflik

antar kelompok dalam masyarakat. Perebutan lahan antar pendatang dan

penduduk yang menetap lebih dulu merupakan potensi yang dapat berkembang

8

Page 9: Makalah Agama k.a.u.b 26904

menjadi marjinalisasi kelompok-kelompok sosial yang dan kemudian dapat

berpotensi menjadi konflik antar kelompok-kelompok sosial yang mungkin saja

kebetulan juga mewakili kelompok-kelompok keagamaan. Otonomi daerah

menimbulkan wajah ganda; di satu sisi sangat bermanfaat bagi warga setempat

dalam upaya mengembangkan diri, namun di sisi lain juga berpeluang bagi

tumbuhnya sikap primordialisme dan ketertutupan.

Kurangnya komunikasi antar tokoh/ pemuka agama, dipandang dapat

berpengaruh terhadap ketidak harmonisan hubungan antar kelompok masyarakat

dan kurang dapat berfungsinya peran antisipasi pencegahan kesalahpahaman antar

kelompok, terutama di tingkat kecamatan dan pedesaan. Persoalan pendirian

rumah ibadah yang kurang memenuhi prosedur, penyiaran agama, dan aliran-

aliran sempalan di lingkungan internal kelompok agama masih dirasakan sebagian

masyarakat sebagai gangguan dalam membangun hubungan umat yang harmonis.

Budaya kekerasan dengan dalih agama kerap kali muncul karena

implementasi doktrin agama secara tidak proporsional. Sementara itu masih sering

muncul isu-isu yang kurang berdasar, seperti isu Islamisasi atau isu Kristenisasi.

Isu-isu seperti ini terkadang berpengaruh pada sebagian masyarakat sehingga

dapat menimbulkan sikap saling curiga. Sikap memandang atau menilai agama

orang lain berdasarkan kriteria keyakinan agamanya sendiri, selain tidak

menghargai keyakinan orang lain, juga dapat memicu munculnya rasa kurang

senang atau bahkan antipati antar kelompok agama.Secara kultural masyarakat

kadang masing belum menerima jika pendirian rumah ibadah memerlukan

pengaturan oleh pemerintah dalam rangka fungsi ketertiban. Banyak orang

beranggapan bahwa pendirian rumah ibadah tidak perlu diatur oleh pemerintah,

karena sejak nenek moyang membuat rumah ibadah tidak perlu ijin dari siapapun.

Padahal, Peraturan Bersama 2006, khususnya tentang pendirian rumah ibadah

tidak dimaksudkan membatasi ibadah. Harus dibedakan antara mengatur pendirian

rumah ibadah dan membatasi kebebasan beribadah. Semangat peraturan tersebut

adalah menertibkan pendirian rumah ibadah dan menghindari konflik horizontal

antar pemeluk agama

9

Page 10: Makalah Agama k.a.u.b 26904

(Aziz,2007).

2.7  Solusi Atas Konflik Antar Umat Beragama Yang Terjadi Di

Indonesia

Berikut ada beberapa hal yang dapat dijadikan solusi atas pemasalahan tersebut:

a.      Dialog Antar Agama

Seperti yang disebutkan diatas untuk mengatasi hubungan yang tidak

harmonis antar umat beragama ini dan untuk mencari jalan keluar bagi pemecahan

masalahnya, maka H.A. Mukti Ali2[5] melontarkan gagasan untuk dilakukannya

dialog agama. Dalam dialog kita tidak hanya saling beradu argumen dan

mempertahankan pendapat kita masing-masing yang dianggap benar. Karena pada

dasarnya  dialog agama ini adalah suatu percakapan bebas,terus terang dan

bertanggung jawab yang didasari rasa saling pengertian dalam menanggulangi

masalah kehidupan bangsa baik berupa materil maupun spiritual. Diharapkan

dengan adanya dialog agama ini tidak terjadi kesalahpahaman yang nantinya

dapat memicu terjadinya konflik. Didalam artikel tersebut juga dikatakan bahwa

dialog antar umat beragama digunakan sebagai salah satu solusi untuk

menyelesaikan konflik yang terjadi antara umat Muslim dan umat Protestan

b.      Pendidikan Multikultural

Perlu ditanamkannya pemahaman mengenai pentingnya toleransi antar umat

beragama sejak dini. Hal ini dapat dilakukan melalui jalur pendidikan. Sebagai

Negara yang memiliki keanekaragaman kita harus saling menghormati dan

menghargai antar sesama. Apalagi di Indonesia yang memiliki keanekaragaman

dalam hal adat-istiadat,suku,ras/etnis,bahasa dan agama. Perbedaan yang ada

tersebut jangan sampai membuat kita tercerai berai. Namun sebaliknya perbedaan

yang ada tersebut kita anggap sebagai kekayaan bangsa yang menjadi ciri khas

bangsa kita. Perlunya ditanamkannya rasa nasionalisme dan cinta tanah air dalam

diri generasi penerus bangsa sejak dapat membuat mereka semakin memahami

dan akhirnya dapat saling menghargai setiap perbedaan yang ada.

c. Menonjolkan segi-segi persamaan dalam agama,tidak memperdebatkan segi-

segi perbedaan dalam agama.

2

10

Page 11: Makalah Agama k.a.u.b 26904

d. Melakukan kegiatan sosial yang melibatkan para pemeluk agama yang

berbeda.

e. Meningkatkan pembinaan individu yang mengarah pada terbentuknya pribadi

yang memiliki budi pekerti luhur dan akhlakul karimah

(Daud,1994).

2.5 Pluralisme Agama sebagai Suatu Keniscayaan Sosial

Pengertian pluralitas secara sederhana dapat dimaknai:  Kemajemukan,

keragaman dan keberbedaan, baik yang prinsip maupun tidak, yang meliputi

keberbedaan keyakinan, kehendak, pilihan status, eksistensi maupun perbedaan

yang bersifat kodrati dan alami.  Dengan demikian perbedaan bisa antar individu

dengan individu, antar individu dengan komunitas maupun antar komunitas

dengan komunitas. Sedangkan pluralisme agama adalah mengakui adanya

kemajemukan, keragaman dan keberbedaan, baik yang prinsip maupun tidak,

yang meliputi keberbedaan keyakinan atau agama.

a.    Islam dan Pluralisme

Sejak kelahirannya, Islam sudah berada di tengah-tengah budaya dan

agama-agama lain.  Kawasan Arabia pada waktu Nabi Muhammad SAW

menyiarkan Islam sudah mengenal banyak agama semisal Yahudi dan Kristen..

Dii dalam Al-Quran pun banyak dimuat rekaman kontak kaum muslimin dengan

komunitas keagamaan yang ada disana

Dalam Al-Qur’an terdapat beberapa teks yang mendukung sikap positif

terhadap keyakinan lain.  Misalnya yang menyiratkan bahwa pada dasarnya ajaran

agama-agama kaum muslimin seharusnya tidak membedakan ajaran para Rasul. 

Juga pada tempat-tempat ibadah dari agama yang berbeda-beda banyak disebut di

Al-Qur’an:

“Sesungguhnya kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat untuk

menyerukan, Sembahlah Allah dan jauhilah thagut (yakin setan atau apa saja

yang disembah selain Allah)” . (Q.S. An-Nahl (16):36).

Juga terdapat ayat-ayat yang bersifat netral semisal pernyataan bahwa

masing-masing akan berbuat sesuai dengan apa yang sesuai dengannya, bahwa

11

Page 12: Makalah Agama k.a.u.b 26904

masing-masing mendapat balasan sesuai dengan agamanya dan bahwa bentuk

lahiriah agama Rasul-rasul Allah dapat berbeda-beda:

“Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang

terang.   Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikanNya satu umat

saja, tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap apa yang diberikanNya

kepadamu, maka berlomba-lombalah dalam membuat kebaikan”. (Q.S. Al-

Maidah (5):48).  Dan masih banyak lagi ayat yang menerangkan tenang hal

seperti ini seperti dalam Al-Qur’an surat Al-Ira (17): 84, Ibrahim (14): 4, Al-

Kafirun (109): 6, dan Al Baqarah (2): 148.

(Wahyuudin,2009).

b.   Pluralisme Agama di Dalam Masyarakat

Konsekuensi dari pluralitas agama bagi setiap umat beragama adalah

kewajiban untuk mengakui sekaligus menghormati agama lain, sehingga sikap

keagamaan yang perlu dibangun dalam menghadapi pluralitas agama adalah

prinsip kebebasan dalam memeluk suatu agama.  Prinsip yang demikian antara

lain dibangun dari misi historis Islam bahwa “Tidak ada paksaan untuk memeluk

agama (Islam), sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang

sesat…” (Q.S. Al-Baqarah (2):256).

Kerukunan hidup umat beragama adalah suatu kondisi sosial ketika semua

golongan agama bisa hidup bersama tanpa mengurangi hak dasar masing-masing

untuk melaksanakan kewajiban agamanya.  Masing-masing hidup sebagai

pemeluk agama yang baik dalam keadaan rukun dan damai.  Kerukunan hidup

umat beragama yang didasari oleh kesadaran akan keniscayaan pluralitas agama

hanya akan bisa tercapai apabila masing-masing golongan bersikap lapang dada

satu sama lain.

Sikap lapang dada dalam kehidupan beragama akan mempunyai makna

bagi kehiduipan dan kemajuan masyarakat plural, apabila ia diwujudkan dalam:

1) Sikap saling menahan diri terhadap ajaran, keyakinan dan kebiasaan

golongan agama lain yang berbeda, yang mungkin berlawanan dengan ajaran,

keyakinan dan kebiasaan sendiri

12

Page 13: Makalah Agama k.a.u.b 26904

2) Sikap saling menghormati hak orang lain untuk menganut dengan

sungguh-sungguh ajaran agamanya

3) Sikap saling mempercayai atas itikad baik golongan agama lain

4) Usaha untuk memahami ajaran dan keyakinan agama orang lain.

5) Usaha untuk mengemukakan keyakinan agama sendiri dengan sebijaksana

mungkin untuk tidak menyinggung keyakinan agama lain

6) Untuk saling membantu dalam kegiatan-kegiatan sosial utnuk membatasi

keterbelakangan bersama

7) Usaha saling belajar dari keunggulan dan kelebihan pihak lain sehingga

terjadi saling tukar pengalaman untuk mencapai kemajuan bersama.

Adanya informasi dan kesadaran akan pluralitas keagamaan yang

menjangkau konsep ajaran dan praktek ajarannya dapat menciptakan kerukunan

hidup beragama, saling memahami dan menghormati antar pemeluk agama

menuju keharmonisan hidup beragama.

c.    Pluralisme Agama Untuk Membangun Perdamaian

Pluralitas merupakan realitas hidup manusia. Untuk membangun

perdamaian adanya kesadaran pluralisme agama merupakan hal yang mutlak.

        Hal yang harus dilakukan untuk menebarkan kesadaran pluralisme  agama di

masyarakat adalah:

a.     Sosialisasi kesadaran pluralisme agama harus ditebarkan pada berbagai

elemen yang ada di masyarakat.  Karena persoalan kurangnya kesadaran

pluralisme agama bisa terdapat pada siapa saja, maka tidak salah ketika

masyarakat umum mudah terprovokasi isu-isu yang bernuansa primordialisme3[7].

b.    Melakukan penguatan kesadaran pluralisme agama tidak hanya dalam bentuk

formal yang dilembagakan seperti atas nama Lembaga Kajian, Forum Dialog dan

semacamnya, karena akan menyebabkan tidak longgar bahkan terbatas dalam

ruang-ruang tertutup.  Tapi perlu membumi yang bersifat longgar dan dapat

berakses ke mana saja. 

3

13

Page 14: Makalah Agama k.a.u.b 26904

c.    Membuat tema dan program pluralisme agama yang akrab dengan kehidupan

masyarakat dimana kita tinggal jangan bersifat melangit seperti seminar, diskusi

yang dikonsumsi oleh kalangan terbatas, masyarakat luas tidak ikut mengakses.

      Ada hal yang perlu kita sadari dalam melakukan penyadaran pluralisme

agama, yaitu  kuatnya belenggu wacana yang abstrak di antara aktivis tentang

pluralisme agama, secara tidak sadar telah terjadi berbagai pemahaman yang

distortif mengenai kesadaran pluralisme agama di masyarakat versi aktivis atau

akademisi, sehingga tidak bisa membedakan mana persoalan interpretasi

kesadaran pluralisme agama di masyarakat dan mana persoalan kemasyarakatan

yang sesungguhnya.  Sehingga pemahaman pluralisme menjadi kering dan kaku

karena berada dalam tempurung formalisme.

Dengan penyadaran pluralisme agama, kita berupaya membebaskan

manusia dari keterasingan dan rasa kesendirian dalam hidup berkebangsaan serta

menghindari terjadinya berbagai konflik yang dapat terjadi di dalam

masyarakat. Penyadaran pluralisme agama penting dilakukan di Indonesia karena

masyarakatnya yang majemuk secara kepercayaan atau agama, dengan kesadaran

ini akan memberikan tempat yang sama bagi setiap individu maupun kelompok

masyarakat untuk mengembangkan potensi diri dan kreatifitasnya secara

maksimal melalui hidup yang bebas, jujur dan bertanggung jawab

(Wahyuddin,2009).

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kerukunan merupakan kebutuhan bersama yang tidak dapat dihindarkan di

Tengah perbedaan. Perbedaan yang ada bukan merupakan penghalang untuk

hidup rukun dan berdampingan dalam bingkai persaudaraan dan persatuan.

Agar terciptanya suatu kerukunan antar umat beragama maka setiap individu

harus memperhatikan dan melakukan hal-hal :

14

Page 15: Makalah Agama k.a.u.b 26904

a)      Sikap saling menahan diri terhadap keyakinan ajaran dan kebiasaan-

kebiasaan golongan arama lain yang berbeda atau mungkin berlawanan dengan

kayakinan, ajaran dan kebiasaan agamanya sendiri.

b)      Sikap saling menghormati hak orang lain untuk menganut keyakinan

agamanya.

c)      Sikap saling mempercayai niat baik golongan agama lain.

d)     Usaha saling membantu dalam kegiatan-kegiatan social untuk mengatasi

keterbelakangan bersama.

e)      Usaha untuk saling belajar dari keunggulan dan kelebihan pihak lain

sehingga terjadi saling tukar pengalaman untuk mencapai kemajuan bersama.

f)       Usaha untuk mengemukakan kepercayaan agama sendiri dengan

sebijaksana mungkin, dimaksudkan untuk tidak menyinggung kepercayaan agama

lain.

3.2  Saran

a)    Jalinlah persaudaraan sesama umat beragama dan antarumat beragama, yang

merupakan salah satu cara bertakwa kepada Allah SWT.

b)    Sebagai umat beragama, harus bisa memahami perbedaan untuk mencapai

kerukunan dan kebersamaan sebagai sesama manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Baharuddin.dkk.1994.Islam Dan Dialog Budaya.Jakarta: PT Penebar

Swadaya.

Aziz, Abdul.A.2007.Fikih Sosial : Tumtunan Dan Etika Hidup Di Masyarakat.

Jakarta: Qitshi Press.

Daud,Ali.1980. Pedoman Dasar Kerukunan Hidup Beragama.Jakarta: Rajawalu

Press.

Imarah, Muhammad, 1999. Islam dan Pluralitas, Jakarta, Gema Insani.

15

Page 16: Makalah Agama k.a.u.b 26904

Wahyuddin.dkk. 2009. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi.

Jakarta; PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

16