makalah agama i

34
TUGAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM IMPLEMENTASI IMAN DAN TAQWA DALAM KEHIDUPAN MODERN Dosen Pembimbing: Nur Buana, S.Ag. MPd.I Disusun oleh: KELOMPOK 3 Dessy Carmelia Dhita Amanda Mutia Agustria Arisita Firman Ardi Septiawan FAKULTAS KEDOKTERAN

Upload: mutia-agustria-nur-syifa

Post on 26-Dec-2015

62 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Agama i

TUGAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

IMPLEMENTASI IMAN DAN TAQWA

DALAM KEHIDUPAN MODERN

Dosen Pembimbing: Nur Buana, S.Ag. MPd.I

Disusun oleh:

KELOMPOK 3

Dessy Carmelia

Dhita Amanda

Mutia Agustria

Arisita Firman

Ardi Septiawan

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2014

Page 2: Makalah Agama i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya

kepada kita dan tak lupa pula kita mengirim salam dan salawat kepada baginda nabi besar

Muhammad SAW yang telah membawakan kita suatu ajaran yang benar yaitu agama Islam,

sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul“Implementasi Iman dan Takwa

dalam Kehidupan” ini dengan lancar.

Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang kami peroleh dari

berbagai sumber yang berkaitan dengan agama islam serta infomasi dari media massa yang

berhubungan dengan agama islam, tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pengajar

matakuliah Pendidikan Agama Islam atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini.

Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya

makalah ini.

Kami harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,

dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai implementasi iman dan takwa dalam

kehidupan, khususnya bagi penulis. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka

penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih

baik.

Palembang, 25 September 2014

Penulis

Page 3: Makalah Agama i

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I: PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 2

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan 2

BAB II: PEMBAHASAN 1

A. Pengertian Iman dan Taqwa 2

B. Wujud Iman dan Taqwa 2

C. Proses Terbentuknya Iman dan Taqwa2

D. Tanda Orang Beriman dan Bertaqwa 3

E. Korelasi Keimanan dan Ketaqwaan 3

F. Implementasi Iman dan Taqwa dalam Kehidupan 3

G. Problematika, Tantangan, dan Risiko dalam Kehidupan 3

H. Peran Iman dan Taqwa dalam Menjawab Problema dan Tantangan Kehidupan 3

BAB III: PENUTUP 1

A. Kesimpulan 2

B. Saran 2

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Makalah Agama i

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Iman adalah percaya dan meyakini bahwa Allah SWT adalah tuhan semesta alam.

Sedangkan taqwa adalah mematuhi perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Masalah iman dan taqwa ini sangat menarik untuk dibicarakan, terutama dalam

implementasi di kehidupan modern seperti saat ini. Semakin berkembangnya dunia saat ini

selain berdampak positif, juga berdampak negatif. Dalam kehidupan modern ini, iman dan

taqwa sangat diperlukan untuk menguatkan landasan hidup bagi manusia. Misalnya, dalam

hal pendidikan, pekerjaan, keluarga, masyarakat, pergaulan, dan sebagainya. Tetapi

kenyataannya saat ini banyak orang yang mengaku beriman tetapi mereka jarang sekali

menerapkan iman dan ketaqwaan mereka dalam kehidupan. Sedangkan mereka sendiri

mengaku sebagai umat Islam yang beriman dan bertaqwa terhadap Allah SWT.

Kehidupan modern telah membuat sebagian masyarakat lupa akan hakikat manusia

sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang wajib beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Mereka

sibuk mencari kepuasan dan kenikmatan duniawi. Mereka lebih mementingkan kebutuhan

materi dibandingkan dengan kebutuhan rohani. Semua rela mereka korbankan hanya untuk

memenuhi hawa nafsu mereka.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Iman dan Taqwa?

2. Bagaimana wujud serta proses terbentuknya iman dan taqwa pada diri seseorang?

3. Apa ciri-ciri orang beriman dan bertaqwa?

4. Bagaimana korelasi antara Keimanan dan Ketakwaan dalam kehidupan?

5. Bagaimana implementasi iman dan taqwa dalam Kehidupan?

6. Apa masalah-masalah manusia dalam kehidupan modern berdasarkan pandangan Islam ?

7. Bagaimanakah peran iman dan takwa dalam menjawab masalah dan tantangan kehidupan

modern ?

Page 5: Makalah Agama i

C. Tujuan

Tujuan dari pembahasan makalah ini adalah untuk mempelajari dan mengetahui apa yang

menjadi dasar dari pengimplementasian iman dan taqwa dalam kehidupan.

Page 6: Makalah Agama i

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Iman dan Taqwa

1. Iman

Perkataan iman berasal dari bahasa arab, asal kata dari ”amanu” yang artinya

percayaatau yakin. Secara harfiah iman dapat diartikan dengan rasa aman, keyakinan atau

kepercayaan.Menurut istilah kata iman dapat diartikan dengan “meyakini dalam hati,

diucapkan dengan lisandan diamalkan dengan perbuatan” hal ini sesuai dengan sabda

Rasullullah SAW :Artinya “Iman ialah bahwa engkau percaya kepada Allah, Malaikat-

Nya, Kitab-kitabNya, Rasul-rasulNya, hari akhir, kiamat dan engkau percaya kepada

qadar yang baik dan buruk”

Iman menurut ahlussunnah wal jama’ah adalah dilafazkan/diikrarkan pada

lisan/lidah,ditasdikkan dalam hati dan diamalkan dengan anggota badan, dengan kata lain

iman tersebut mencakup tiga hal yaitu ikrar, tasdik dan amal.

Iman dapat diartikan dengan aqidah karena bila kita membahas atau mempelajari

aqidah maka tidak terlepas dari keyakinan terhadap Tuhan, yang pegertian aqidah itu

sendiridijelaskan yaitu perkataan aqidah berasal dari bahasa Arab, yang asal katanya

adalah“aqada”artinya ikatan / jalinan (ikatan) dua orang yang mengadakan perjanjian.

Secara terminology“Aqidah” adalah suatu landasan yang mengikat yaitu keimanan,

sebabnya ilmu tauhid disebut juga dengan ilmu áqaid” (jamak dari aqodah) yang berarti

ilmu mengikat. Aqidah menurut syariat disebut “iman” yaitu keyakinan terhadap Allah

SWT dengansuatu ungkapan tanpa keraguan, aqidah Islam bukan hanya sekedar percaya

semata melainkan meyakini dengan sebenar-benarnya akan adanya Allah dan mendorong

bagi yang meyakininyauntuk selalu berperilaku yang baik sesuai dengan ajaran alqur’an

dan hadist.

2. Taqwa

Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi , wiqayah, yang berarti takut, menjaga,

memelihara dan melindungi.Sesuai dengan makna etimologis tersebut, maka taqwa dapat

Page 7: Makalah Agama i

diartikan sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama

Islam secara utuh dan konsisten ( istiqomah ).

Taqwa memiliki 3 (tiga) tingkatan yaitu

Pertama: Ketika seseorang melepaskan diri dari kekafiran dan mengadakan

sekutu-sekutu bagiAllah, dia disebut orang yang taqwa.

Kedua: Menjauhi segala hal yang tidak disukai Allah SWT dan Rasul-nya, ia

memiliki tingkattaqwa yang tinggi.

Ketiga: orang yang setiap saat selalu berupaya menggapai cinta Allah SWT, inilah

tingkattaqwa yang tertinggi.Allah berfirman lewat surat Ali Imran ayat 102;Artinya:

“Wahai orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa

dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim (beragama Islam).

B. Wujud Iman dan Taqwa

Iman dan taqwa adalah suatu kekuatan yang ada dalam diri manusia yang tidak

mudahuntuk diketahui atau dideteksi secara pasti tentang keadaan sebenarnya karena iman

tersebuttidak terlihat oleh pancaindra manusia itu sendiri, akan tetapi dapat dirasakan oleh

orang yangmenyakininya. Iman dapat dilihat atau diketahui dari gejala prilaku sehari-hari

secara lahiriyah.Ada 3 (tiga) konsep wujud iman dan taqwa dalam diri manusia yaitu ;

1. Melafazkan secara fashih kalimat syahadat, karena awal dari keimanan dan ketaqwaan

alahsyahadatain.

2. .Mendirikan shlat secara khusu’ dan tawadhu, indicator taqwa kedua memelihara

ibadahformal kepada Allah.

3. Mengeluarkan zakat, berinfaq, sedekah kepada yang berhak menerimanya sesuai

dengansyariat Islam yaitu 8 (delapan) asnab, indicator taqwa yang ketiga adalah

mencintai sesameumat manusia yang diwujudkan melalui kesanggupan untuk

mengorbankan harta benda.

4. Menepati janji, yang dalam pengertian lain adalah memelihara kehormatan diri manusia

itusendiri.

5. Sabar disaat kesusahan, kepayahan yang menimpa diri manusia itu sendiri artinya

semuaurusan diserahkan kepada Allh sambil berikhtiar dengan sesungguhnya untuk

mencapaikesuksesan hidup

Page 8: Makalah Agama i

6. Ridha dan ikhlas dalam keputusan Allah apabila itulah yang menjadi suatu ketentuan

bagidirinya.

C. Proses Terbentuknya iman dan Taqwa

Manusia lahir secara fitrah dalam keadaan suci dan mempunyai nafsu

sebagaimanamanusia lainnya. Ia terbentuk sesuai dengan sunnatullah. Iman dan taqwa pada

diri manusia bukanlah warisan dari kedua orang tua ayah dan ibu, akan tetapi benih-benih

iman dan taqwasudah ada pada diri manusia itu sendiri sejak ia dilahirkan. Berkembang

tidaknya fitrah iman dan taqwa tergantung dari pendidikan, pemahaman dan pengalaman

agama yang didapatnya padasaat manusia menginjak dewasa.Kefitrahan manusia dibawa

sejak ia dilahirkan, namun kenyataandalam hidupsetelahmanusia memahami arti hidup maka

kefitrahan yang dibawahnya sejak ia dilahirkan akan bergeser dibawa arus kehidupan.

Kefitrahan iman dan taqwa bias saja mantap apabila keduaorang tuanya berperan aktif untuk

mendidik atau membentuk kepribadian anak, karena orangtuanyalah yang menjadikan anak

itu yahudi, nasrani atau majusi. Fitrah bersifat potensial, iatidak dengan sendirinya

menjadikan manusia berakhlak atau berkepribadian mulia.Oleh sebab itu, fitrah haruslah

dijaga dirawat serta ditumbuhkembangkan agar manusiadapat tumbuh menjadi insane kamil

(manusia sempurna) penuh kemuliaan dan harapan, selainkedua orang tuanya juga

lingkungan (miliu) factor yang sangat dominant dapat mempengaruhidan turut berperan

dalam proses tumbuh dan berkembangnya fitrah iman dan taqwa.

D. Tanda-tanda orang beriman dan bertaqwa

1. Tanda-tanda orang beriman

Di dalam Al-Qur’an telah banyak menjelaskan tanda-tanda orang yang beriman:

Jika di sebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu Allah

tidak lepas dari syaraf memorinya, serta jika di bacakan ayat suci Al-Qur’an,

maka bergejolak hatinya untuk segera melaksanakannya (al-Anfal: 2)

Arti:

Page 9: Makalah Agama i

Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut

nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya

bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka

bertawakkal.

Senantiasa tawakal, yaitu kerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah, diiringi

dengan doa, yaitu harapan untuk tetap hidup dengan ajaran Allah menurut

6.sunnah Rasul (Ali Imran: 120, al-Maidah: 12, al-Anfal: 2, at- Taubah: 52,

Ibrahim: 11, Mujadalah: 10, dan at-Thaghabun: 13).

Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya (al- Anfal:

3, dan al-Mu’minun: 2,7)

(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari

rezeki yang Kami berikan kepada mereka. (Al-Anfal:3)

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman (Al-Mu'minun:1)

(yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya (Al-Mu'minun:2)

Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat (al- Mu’minun: 3)

dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada

berguna,

Menafkahkan rezki yang diterimanya (al-Anfal: 3 dan al-Mu’minun: 4).

dan orang-orang yang menunaikan zakat,

Page 10: Makalah Agama i

Menjaga kehormatannya diri dan keluarga

dan orang-orang yang menjaga kemaluannya

Memelihara amanah dan menepati janji (al-Mu’minun: 8)

Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan

janjinya.

Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (al-Anfal: 74)

Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan

orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada

orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman.

Mereka memperoleh ampunan dan rezeki (nikmat) yang mulia.

2. Tanda-tanda Orang Bertakwa :

Adapun tanda-tanda orang bertakwa, antara lain:

Beriman kepada ALLAH dan yang ghaib(QS. Al Baqarah:2-3)

Sholat, zakat, puasa(QS. Al Baqarah:3, 177 dan 183)

Infak disaat lapang dan sempit(QS.Ali Imran:133-134)

Menahan amarah dan memaafkan orang lain(QS. Ali Imron: 134)

Takut pada ALLAH(QS. Al Maidah(5):28)

Menepati janji (QS. At Taubah (9):4)

Berlaku lurus pada musuh ketika mereka pun melakkukan hal yang sama(QS.At-

Taubah(9):7)

Bersabar dan menjadi pendukung kebenaran (QS. Ali-Imran(3):146)

Tidak akan meminta ijin untuk tidak ikut berjihad (QS. At-Taubah(9):44)

Berdakwah agar terbebas dari dosa ahli maksiat (QS. Al-An'am(6):69)

Page 11: Makalah Agama i

E. Korelasi antara Keimanan dan Ketakwaan

Keimanan dan ketaqwaan tidak dapat dipisahkan dan pada hakikatnya keduanya saling

memerlukan. Artinya keimanan diperlukan manusia agar dapat meraih ketakwaan. Karena

setiap perbuatan atau amalan yang baik, akan diterima oleh Allah tanpa didasari oleh Iman.

Semua bentuk ketakwaan seperti salat, puasa, zakat, dan haji merupakan bagian dan

kesempurnaan iman seseorang. Amal saleh tersebut merupakan konsekuensi dari keimanan

seseorang harus menterjemahkan keyakinannya menjadi kongkret dan menjadi satu sikap

budaya untuk mengembangkan amal saleh.

Dalam Al-Qur’an ada ratusan ayat yang menggandengkan antara “orang yang beriman”

dengan “orang yang beramal saleh”. Iman dan amal saleh atau iman dan takwa sangat dekat.

Seolah hampa dan kosong iman seseorang kalau tanpa amal saleh yang menyertainya. Yang

secara kongkrit membuktikan bahwa ada iman dalam hatinya. Iman adalah pondasi dasar

seseorang hamba yang menghendaki bangunan kesempurnaan taqwa dirinya.

Keterkaitan antara iman dan taqwa ini, juga disampaikan oleh Rasulullah dalam

sabdanya: “Al imanu’uryanun walibasuhu at-taqwa” (iman itu telanjang dan pakaiannya

adalah taqwa). Maksud hadits ini adalah iman harus diikuti dengan melakukan amal saleh

(taqwa). Iman tanpa disertai amal saleh maka imannya masih telanjang tanpa pakaian

Oleh karenanya, seseorang baru dinyatakan beriman dan taqwa apabila telah punya

keyakinan yang mantap dalam hati, kemudian mengucapkan kalimat tauhid dan kemudian

diikuti dengan mengamalkan semua perintah dan meninggalkan segala larangan-Nya.

F. Implementasi Iman Dan Taqwa

1. Pemantapan Iman dan Taqwa

Masa depan ditentukan oleh umat yang memiliki kekuatan budaya yang dominan.

Generasi pelopor penyumbang dibidang pemikiran (aqliyah), dan pembaruan (inovator),

perlu dibentuk di era pembangunan.

Keunggulan generasi pelopor akan di ukur ditengah masyarakat dengan

pengetahuan dan pemahaman (identifikasi) permasalahan yang dihadapi umat,

denganequalisasi mengarah kepada kaderisasi (patah tumbuh hilang berganti).

Keunggulan ini di iringi dengan kemampuan penswadayaan kesempatan-kesempatan.

Page 12: Makalah Agama i

Pentingnya menumbuhkan generasi pelopor menjadi relevansi tuntutan agama dalam

menatap kedepan.

Mantapnya pemahaman agama dan adat budaya (tamaddun) dalam perilaku

seharian jadi landasan dasar kaderisasi re-generasi. Usaha kearah pemantapan metodologi

pengembangan melalui program pendidikan dan pelatihan, pembinaan keluarga, institusi

serta lingkungan mesti sejalin dan sejalan dengan pemantapan Akidah Agama pada

generasi mendatang. Political action berkenaan pengamalan ajaran Agama menjadi

sumber kekuatan besar menopang proses pembangunan melalui integrasi aktif, dimana

umat berperan sebagai subjek dalam pembangunan bangsa itu sendiri.

2. Melemahnya Jati Diri

Kelemahan mendasar ditengah perkembangan zaman adalah melemahnya jati diri,

dan kurangnya komitmen kepada nilai luhur agama yang menjadi anutan bangsa.Isolasi

diri karena tidak berkemampuan menguasai “bahasa dunia” (politik, ekonomi, sosial,

budaya, iptek), berujung dengan hilangnya percaya diri. Kurangnya kemampuan dalam

penguasaan teknologi dasar yang akan menopang perekonomian bangsa, dipertajam oleh

kurangnya minat menuntut ilmu, menjadikan isolasi diri masyarakat bertambah tertutup.

Kondisi ini akan menjauhkan peran serta di era-kesejagatan(globalisasi), dan akhirnya

membuka peluang menjadi anak jajahan di negeri sendiri.

Sosialisasi pembinaan jati diri bangsa mesti disejalankan dengan pengokohan

lembaga keluarga (extended family), dan peran serta masyarakat pro aktif menjaga

kelestarian adat budaya (hidup beradat, di masyarakat Minangkabau adat bersendikan

syarak, syarak bersendikan Kitabullah). Setiap generasi yang di lahirkan dalam satu

rumpun bangsa wajar tumbuh menjadi kekuatan yang peduli dan pro-aktif menopang

pembangunan bangsa.

Melibatkan generasi muda secara aktif menguatkan jalinan hubungan timbal balik

antara masyarakat serumpun di desa dalam tata kehidupan sehari-hari. Aktifitas ini

mendorong lahirnya generasi penyumbang yang bertanggung jawab, di samping

antisipasi lahirnya generasi lemah.

3. Arus Globalisasi

Page 13: Makalah Agama i

Menjelang berakhirnya alaf kedua memasuki millenium ketiga, abad dua puluh

satu ditemui lonjakan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan pesat.

Globalisasi sebenarnya dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau proses menjadikan

sesuatu mendunia (universal), baik dalam lingkup maupun aplikasinya. Era globalisasi

adalah era perubahan cepat. Dunia akan transparan, terasa sempit seakan tanpa batas.

Hubungan komunikasi, informasi, transportasi menjadikan jarak satu sama lain

menjadi dekat, sebagai akibat dari revolusi industri, hasil dari pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Arus globalisasi juga menggeser pola hidup masyarakat dari

agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern.

Arus kesejagatan (globalisasi) secara dinamik memerlukan penyesuaian kadaragar

arus kesejagatan tidak mencabut generasi dari akar budaya bangsanya. Sebaliknya arus

kesejagatan mesti di rancang bisa merobah apa yang tidak di kehendaki.

Membiarkan diri terbawa arus deras perubahan sejagat tanpa memperhitungkan

jati diri akan menyisakan malapetaka. Globalisasi menyisakan banyak tantangan (sosial,

budaya, ekonomi, politik, tatanan, sistim, perebutan kesempatan menyangkut banyak

aspek kehidupan kemanusiaan.

Globalisasi juga menjanjikan harapan dan kemajuan. Setiap Muslim harus‘arif

dalam menangkap setiap pergeser¬an dan tanda-tanda perubahan zaman. Kejelian dalam

menangkap ruh zaman (zeitgeist) mampu men- jaring peluang peluang yang ada,

sehingga memiliki visi jauh ke depan. Diantara yang menjanjikan itu adalah

pertumbuhan ekonomi yang pesat. Pesatnya pertumbuhan ekonomi menjadi alat untuk

menciptakan kemakmuran masyarakat.

4. Paradigma Tauhid

Paradigma tauhid, laa ilaaha illa Allah, mencetak manusia menjadi ‘abid, hamba

yang mengabdi kepada Allah dalam arti luas, berkemampuan melaksanakan ajaran

syar’iy mengikuti perintah Allah dan sunnah Rasul Allah, untuk menjadi manusia

mandiri (self help), sesuai dengan eksistensi manusia itu di jadikan.

Manusia pengabdi (‘abid) adalah manusia yang tumbuh dengan Akidah Islamiah

yang kokoh. Akidah Islamiah merupakan sendi fundamental dari dinul Islam, dan titik

dasar paling awal untuk menjadikan seorang muslim.

Page 14: Makalah Agama i

Akidah adalah keyakinan bulat tanpa ragu, tidak sumbing dengan kebimbangan,

membentuk manusia dengan watak patuh dan ketaatan yang menjadi bukti penyerahan

total kepada Allah. Akidah menuntun hati manusia kepada pembenaran kekuasaan Allah

secara absolut. Tuntunan Akidah membimbing hati manusia merasakan nikmat rasa aman

dan tentram dalam mencapai Nafsul Mutmainnah dengan segala sifat-sifat utama.

Apabila Akidah tauhid telah hilang, dapat dipastikan akan lahir prilakufatalistis

dengan hanya menyerah kepada nasib sambil bersikap apatis dan pesimis. Sikap negatif

ini adalah virus berbahaya bagi individu pelopor penggerak pembangunan. Keyakinan

tauhid secara hakiki menyimpan kekuatan besar berbentuk energi ruhaniahyang mampu

mendorong manusia untuk hidup inovatif.

G. Problematika, Tantangan dan Resiko Dalam Kehidupan

Problem-problem manusia dalam kehidupan modern adalah munculnya dampak negatif

(residu), mulai dari berbagai penemuan teknologi yang berdampak terjadinya pencemaran

lingkungan, rusaknya habitat hewan maupun tumbuhan, munculnya beberapa penyakit,

sehingga belum lagi dalam peningkatan yang makro yaitu berlobangnya lapisan ozon dan

penasan global akibat akibat rumah kaca.

Aktualisasi taqwa adalah bagian dari sikap bertaqwa seseorang. Karena begitu

pentingnya taqwa yang harus dimiliki oleh setiap mukmin dalam kehidupan dunia ini

sehingga beberapa syariat islam yang diantaranya puasa adalah sebagai wujud pembentukan

diri seorang muslim supaya menjadi orang yang bertaqwa, dan lebih sering lagi setiap khatib

pada hari jum’at atau shalat hari raya selalu menganjurkan jamaah untuk selalu bertaqwa.

Begitu seringnya sosialisasi taqwa dalam kehidupan beragama membuktikan bahwa taqwa

adalah hasil utama yang diharapkan dari tujuan hidup manusia (ibadah).

Taqwa adalah satu hal yang sangat penting dan harus dimiliki setiap muslim. Signifikansi

taqwa bagi umat islam diantaranya adalah sebagai spesifikasi pembeda dengan umat lain

bahkan dengan jin dan hewan, karena taqwa adalah refleksi iman seorang muslim. Seorang

muslim yang beriman tidak ubahnya seperti binatang, jin dan iblis jika tidak

mangimplementasikan keimanannya dengan sikap taqwa, karena binatang, jin dan iblis

mereka semuanya dalam arti sederhana beriman kepada Allah yang menciptakannya, karena

arti iman itu sendiri secara sederhana adalah “percaya”, maka taqwa adalah satu-satunya

Page 15: Makalah Agama i

sikap pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya. Seorang muslim yang beriman dan

sudah mengucapkan dua kalimat syahadat akan tetapi tidak merealisasikan keimanannya

dengan bertaqwa dalam arti menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala

laranganNya, dan dia juga tidak mau terikat dengan segala aturan agamanya dikarenakan

kesibukannya atau asumsi pribadinya yang mengaggap eksistensi syariat agama sebagai

pembatasan berkehendak yang itu adalah hak asasi manusia, kendatipun dia beragama akan

tetapi agamanya itu hanya sebagai identitas pelengkap dalam kehidupan sosialnya, maka

orang semacam ini tidak sama dengan binatang akan tetapi kedudukannya lebih rendah dari

binatang, karena manusia dibekali akal yang dengan akal tersebut manusia dapat melakukan

analisis hidup, sehingga pada akhirnya menjadikan taqwa sebagai wujud implementasi dari

keimanannya.

Taqwa adalah sikap abstrak yang tertanam dalam hati setiap muslim, yang aplikasinya

berhubungan dengan syariat agama dan kehidupan sosial. Seorang muslim yang bertaqwa

pasti selalu berusaha melaksanakan perintah Tuhannya dan menjauhi segala laranganNya

dalam kehidupan ini. Yang menjadi permasalahan sekarang adalah bahwa umat islam berada

dalam kehidupan modern yang serba mudah, serba bisa bahkan cenderung serba boleh.

Setiap detik dalam kehidupan umat islam selalu berhadapan dengan hal-hal yang dilarang

agamanya akan tetapi sangat menarik naluri kemanusiaanya, ditambah lagi kondisi religius

yang kurang mendukung. Keadaan seperti ini sangat berbeda dengan kondisi umat islam

terdahulu yang kental dalam kehidupan beragama dan situasi zaman pada waktu itu yang

cukup mendukung kualitas iman seseorang.

Adanya kematian sebagai sesuatu yang pasti dan tidak dapat dikira-kirakan serta adanya

kehidupan setelah kematian menjadikan taqwa sebagai obyek vital yang harus digapai dalam

kehidupan manusia yang sangat singkat ini. Memulai untuk bertaqwa adalah dengan mulai

melakukan hal-hal yang terkecil seperti menjaga pandangan, serta melatih diri untuk terbiasa

menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya, karena arti taqwa itu sendiri

sebagaimana dikatakan oleh Imam Jalaluddin Al-Mahally dalam tafsirnya bahwa arti taqwa

adalah “imtitsalu awamrillahi wajtinabinnawahih”, menjalankan segala perintah Allah dan

menjauhi segala laranganya.

Beberapa problem yang sering dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, misalnya:

Problem dalam Hal Ekonomi

Page 16: Makalah Agama i

Semakin lama manusia semakin menganggap bahwa dirinya merupakan homo

economicus, yaitu merupakan makhluk yang memenuhi kebutuhan hidupnya dan

melupakan dirinya sebagai homo religious yang erat dengan kaidah – kaidah moral.

Ekonomi kapitalisme materialisme yang menyatakan bahwa berkorban sekecil – kecilnya

dengan menghasilkan keuntungan yang sebesar – besarnya telah membuat manusia

menjadi makhluk konsumtif yang egois dan serakah.

Problem dalam Bidang Moral

Pada hakikatnya Globalisasi adalah sama halnya dengan Westernisasi. Ini tidak

lain hanyalah kata lain dari penanaman nilai – nilai Barat yang menginginkan lepasnya

ikatan – ikatan nilai moralitas agama yang menyebabkan manusia Indonesia pada

khususnya selalu “berkiblat” kepada dunia Barat dan menjadikannya sebagai suatu

symbol dan tolok ukur suatu kemajuan.

Problem dalam Bidang Agama

Tantangan agama dalam kehidupan modern ini lebih dihadapkan kepada faham

Sekulerisme yang menyatakan bahwa urusan dunia hendaknya dipisahkan dari urusan

agama. Hal yang demikian akan menimbulkan apa yang disebut dengan split personality

di mana seseorang bisa berkepribadian ganda. Misal pada saat yang sama seorang yang

rajin beribadah juga bisa menjadi seorang koruptor.

Problem dalam Bidang Keilmuan

Masalah yang paling kritis dalam bidang keilmuan adalah pada corak

kepemikirannya yang pada kehidupan modern ini adalah menganut faham positivisme

dimana tolok ukur kebenaran yang rasional, empiris, eksperimental, dan terukur lebih

ditekankan. Dengan kata lain sesuatu dikatakan benar apabila telah memenuhi criteria ini.

Tentu apabila direnungkan kembali hal ini tidak seluruhnya dapat digunakan untuk

menguji kebenaran agama yang kadang kala kita harus menerima kebenarannya dengan

menggunakan keimanan yang tidak begitu poluler di kalangan ilmuwan – ilmuwan

karena keterbatasan rasio manusia dalam memahaminya.

Perbedaan metodologi yang lain bahwa dalam keilmuan dikenal istilah falsifikasi.

Artinya setiap saat kebenaran yang sudah diterima dapat gugur ketika ada penemuan baru

yang lebih akurat. Sangat jauh dan bertolak belakang dengan bidang keagamaan.Jika

anda tidak salah lihat, maka akan banyak anda temukan banyak ilmuwan yang telah

Page 17: Makalah Agama i

menganut faham atheis (tidak percaya adanya tuhan) akibat dari masalah – masalah

dalam bidang keilmuan yang telah tersebut di atas.

Pengaruh Modernisasi dalam Kehidupan Islam

Dalam abad teknologi ultra moderen sekarang ini, manusia telah diruntuhkan

eksistensinya sampai ketingkat mesin akibat pengaruh morenisasi. Roh dan kemuliaan

manusia telah diremehkan begitu rendah. Manusia adalah mesin yang dikendalikan oleh

kepentingan financial untuk menuruti arus hidup yang materialistis dan sekuler. Martabat

manusia berangsur-angsur telah dihancurkan dan kedudukannya benar-benar telah

direndahkan. Modernisai adalah merupakan gerakan yang telah dan sedang dilakukan

oleh Negara-negara Barat Sekuler untuk secara sadar atau tidak, akan menggiring kita

pada kehancuran peradaban. Tak sedikit dari orang-orang Islam yang secara perlahan-

lahan menjadi lupa akan tujuan hidupnya, yang semestinya untuk ibadah, berbalik

menjadi malas ibadah dan lupa akan Tuhan yang telah memberikannya kehidupan.

Akibat pengaruh modernisasi dan globalisasi banyak manusia khususnya umat Islam

yang lupa bahwa sesungguhnya ia diciptakan bukanlah sekedar ada, namun ada tujuan

mulia yaitu untuk beribadah kepada Allah SWT.

Kondisi diatas meluaskan segala hal dalam aspek kehidupan manusia. Sehingga

tidak mengherankan ketika batas-batas moral, etika dan nilai-nilai tradisional juga

terlampaui. Modernisasi yang berladangkan diatas sosial kemasyarakatan ini juga tidak

bisa mengelak dari pergeseran negatif akibat modernisasi itu sendiri. Peningkatan

intensitas dan kapasitan kehidupan serta peradaban manusia dengan berbagai turunannya

itu juga meningkatan konstelasi sosial kemasyarakatan baik pada level individu ataupun

level kolektif. Moralitas, etika dan nilai-nilai terkocok ulang menuju keseimbangan baru

searah dengan laju modernisasi. Pegerakan ini tentu saja mengguncang perspektif

individu dan kolektif dalam tatanan kemasyarakatan yang telaha ada selama ini.

Perubahan kepercayaan, pemikiran, kebudayaan, dan peradaban merupakan

prasyarat bagi perubahan ekonomi, politik, dan sebagainya. Itulah sebabnya, ketika

masyarakat modern tak dapat mengakomodasikan apa yang tersedia di lingkungannya,

mereka memilih alternatif atau model dari negara imperialis yang menjadi pusat-pusat

kekuatan dunia. Secara politis, mereka berlindung pada negara-negara tersebut.

Terbukalah kemungkinan konfrontasi antara kekuatan eksternal dengan kekuatan internal

Page 18: Makalah Agama i

(kekuatan Islam) bila Islam hendak ditampilkan sebagai kekuatan nyata. Morernisasi bagi

umat Islam tidak perlu diributkan, diterima ataupun ditolak, namun yang paling penting

dari semua adalah seberapa besar peran Islam dalam menata umat manusia menuju

tatanan dunia baru yang lebih maju dan beradab. Bagi kita semua, ada atau tidaknya

istilah modernisasi dan globalisasi tidak menjadi masalah, yang penting ajaran Islam

sudah benar-benar diterima secara global, secara mendunia oleh segenap umat manusia,

diterapkan dalam kehidupan masing-masing pribadi, dalam berkeluarga, bertetangga,

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Sebagai umat Islam hendaknya nilai modern jangan kita ukur dari modernnya

pakaiannya, perhiasan dan penampilan. Namun modern bagi umat Islam adalah modern

dari segi pemikiran, tingkah laku, pergaulan, ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi,

sosial budaya, politik dan keamanan yang dijiwai akhlakul karimah, dan disertai

terwujudnya masyarakat yang adil, makmur, sejahtera dalam naungan ridha Allah SWT.

H. Peran Iman dan Takwa dalam Menjawab Problema dan Tantangan Kehidupan

Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia sangat besar. Berikut ini dikemukakan

beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan manusia:

1. Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda

Orang yang beriman hanya percaya pada kekuatan dan kekuasaan Allah. Kalau

Allah hendak memberikan pertolongan, maka tidak ada satu kekuatanpun yang dapat

mencegahnya. Sebaliknya,jika Allah hendak menimpakan bencana, maka tidak ada satu

kekuatanpun yang sanggup menahan dan mencegahnya. Kepercayaan dan keyakinan

demikian menghilangkan sifat mendewa-dewakan manusia yang kebetulan sedang

memegang kekuasaan, menghilangkan kepercayaan pada kesaktian benda-benda keramat,

mengikis kepercayaan pada khufarat, takhyul, jampi-jampi dan sebagainya. Pegangan

orang yang beriman adalah firman Allah surat Al Fatihah ayat 1-7

2. Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut

Takut menghadapi maut menyebabkan manusia menjadi pengecut. Banyak

diantara manusia yang tidak berani mengemukakan kebenaran, karena takut menghadapi

resiko. Orang yang beriman yakin sepenuhnya bahwa kematian di tangan Allah.

Pegangan orang beriman mengenai soal hidup dan mati adalah firman Allah:

Page 19: Makalah Agama i

Dimana saja kamu berada, kematian akan datang mendapatkan kamu kendatipun

kamu di benteng yang tinggi lagi kokoh.( An Nisa 4: 78)

3. Iman menanamkan sikap self help dalam kehidupan

Rezeki memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Banyak orang

yang melepaskan pendirian bahkan tidak segan-segan melepaskan prinsip,menjual

kehormatan,bermuka dua,menjilat dan memperbudak diri karena kepentingan materi.

Pegangan orang beriman dalam hal ini adalah firman Allah:

Dan tidak ada satu binatang melatapun dibumi melainkan Allah-lah yang

memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang dan tempat

penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (lauhul mahfud) (Hud, 11:6)

4. Iman memberikan kententraman jiwa

Acapkali manusia dilanda resah dan duka cita, serta digoncang oleh keraguan dan

kebimbangan. Orang yang beriman mempunyai keseimbangan , hatinya

tentram(mutmainah), dan jiwanya tenang(sakinah) yaitu orang-orang yang beriman dan

hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah,hanya dengan mengingat

Allah hati menjadi tentram (Ar-Ra’d,13:28)

5. Iman mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan tayyibah)

Kehidupan manusia yang baik adalah kehidupan orang yang selalu melakukan

kebaikan dan mengerjakan perbuatan yang baik. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah:

Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh baik laki-laki maupun perempuan dalam

keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang

baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahal yang lebih

baik dari apa yang mereka kerjakan. (An Nahl, 16:97)

6. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen

Iman memberi pengaruh pada seseorang untuk selalu berbuat ikhlas, tanpa

pamrih, kecuali keridaan Allah. Orang yang beriman senantiasa konsekuen dengan apa

yang telah diikrarkannya, baik dengan lidahnya maupun dengan hatinya. Ia senantiasa

berfirman pada firman Allah:

Katakanlah : Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah

untuk Allah, Tuhan semesta alam. (Al-An’aam, 6:162)

7. Iman memberikan keberuntungan

Page 20: Makalah Agama i

Orang yang beriman selalu berjalan pada arah yang benar karena Allah

membimbing dan mengarahkan pada tujuan hidup yang hakiki. Dengan demikian orang

yang beriman adalah orang yang beruntung dalam hidupnya. Hal ini sesuai dengan

firman Allah: Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan

merekalah orang-orang yang beruntung. (Al-Baqarah, 2:5)

8. Iman mencegah penyakit

Ahlak, tingkah laku, perbuatan fisik seorang mukmin, atau fungsi biologis tubuh

manusia mukmin dipengaruhi oleh iman.

Jika seseorang jauh dari prinsip-prinsip iman, tidak mengacuhkan azas moral dan

ahlak, merobek-robek nilai kemanusiaan dalam setiap perbuatannya, tidak pernah ingat

kepada Allah, maka orang yang seperti ini hidupnya akan dikuasai oleh kepanikan dan

ketakutan.

Hal itu akan menyebabkan tingginya hormon adrenalin dan persenyawaan kimia

lainnya. Selanjutnya akan menimbulkan pengaruh yang negatif terhadap biologi tubuh

serta lapisan otak bagian atas. Hilangnya keseimbangan hormon dan kimiawi akan

mengakibatkan terganggunya kelancaran proses metabolisme zat dalam tubuh manusia.

Pada waktu itulah timbullah gejala penyakit, rasa sedih, dan ketegangan psikologis, serta

hidupnya selalu dibayangi oleh kematian.

Demikianlah pengaruh dan manfaat iman pada kehidupan manusia, ia bukan

hanya sekedar kepercayaan yang berada dalam hati, tetapi menjadi kekuatan yang

mendorong dan membentuk sikap perilaku hidup. Apabila suatu masyarakat terdiri dari

orang-orang yang beriman, maka akan terbentuk masyarakat yang aman, tentram, damai,

dan sejahtera.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Page 21: Makalah Agama i

Perkataan iman berasal dari bahasa arab, asal kata dari ”amanu” yang artinya percayaatau

yakin. Secara harfiah iman dapat diartikan dengan rasa aman, keyakinan atau kepercayaan.

Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi , wiqayah, yang berarti takut, menjaga, memelihara

dan melindungi.Sesuai dengan makna etimologis tersebut, maka taqwa dapat diartikan sikap

memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama Islam secara utuh

dan konsisten ( istiqomah ).

Keimanan dan ketaqwaan tidak dapat dipisahkan dan pada hakikatnya keduanya saling

memerlukan. Artinya keimanan diperlukan manusia agar dapat meraih ketakwaan. Karena

setiap perbuatan atau amalan yang baik, akan diterima oleh Allah tanpa didasari oleh Iman.

Dengan adanya hubungan yang dinamis antara agama dan modernitas, maka diperlukan

upaya untuk menyeimbangkan pemahaman orang terhadap agama dan kehidupan

modrenisasi. Pemahaman orang terhadap agama akan melahirkan sikap keimananan dan

ketaqwaan (Imtaq), sedang penguasaan orang terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi

(Iptek) di era modernisasi dan industrialisasi mutlak diperlukan. Dengan demikian

sesungguhnya yang diperlukan di era modern ini tidak lain adalah penguasaan terhadap

Imtaq dan Iptek sekaligus. Salah satu usaha untuk merealisasikan pemahaman Imtaq dan

penguasaan Iptek sekaligus adalah melalui jalur pendidikan. Dalam konteks inilah

pendidikan sebagai sebuah sistem harus didesain sedemikian rupa guna memproduk manusia

yang seutuhnya. Yakni manusia yang tidak hanya menguasai Iptek melainkan juga mampu

memahami ajaran agama sekaligus mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Dari uraian pembahasan yang telah diutarakan, kiranya dapat diambil beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

Pertama, peranan agama dalam kehidupan dirasakan masih sangat penting, bahkan

menunjukkan gejala peningkatan. Fenomena kebangkitan agama di antaranya dapat diamati

dari maraknya kegiatan-kegiatan keagamaan dan larisnya buku-buku agama. Fenomena ini

setidaknya dipengaruhi oleh beberapa hal seperti adanya kesadaran providensi setiap

individu, ketidakberhasilan modernisasi dan industrialisasi dalam mewujudkan kehidupan

yang lebih bermakna (meaningful). Di samping itu, kegagalan organized religions dalam

mewujudkan agama yang bercorak humanistik, juga disinyalir turut mendorong praktik

spiritualitas era modern.

Page 22: Makalah Agama i

Kedua, agama tetap akan memegang peranan penting di masa mendatang, terutama

dalam memberikan landasan moral bagi perkembangan sains dan teknologi. Dalam kaitan ini

perlu ditekankan pentingnya usaha mengharmoniskan ilmu pengetahuan dan teknologi

(Iptek) dengan agama (Imtaq). Iptek harus selalu dilandasi oleh nilai-nilai moral-agama agara

tidak bersifat destruktif terhadap nilai-nilai kemanusiaan (dehumanisasi). Sedangkan ajaran

agama harus didekatkan dengan konteks modernitas, sehingga dapat bersifat kompatibel

dengan segala waktu dan tempat.

Pada dasarnya dalam kehidupan modern, kita sebagai manusia tidak bisa terlepas dari

iman dan taqwa. Karena dengan kita beriman dan bertaqwa, kita dapat mencegah dan

menyelamatkan diri dari hal-hal yang menyesatkan atau dari segala sesuatu yang tidak baik.

Selain itu, kita juga dapat menentukan apakah modernisasi tersebut dianggap sebagai suatu

kemajuan atau tidak, dipandang bermanfaat atau tidak, diperlukan atau sebaliknya perlu

dihindari.

B. Saran

Permasalahan-permasalahan yang ada di era globalisasi sekarang yang banyak

menyimpang dari aturan agama khususnya di Indonesia.jadi, yang diperlukan sekarang

adalah generasi muda yang handal, dengan daya kreatif, inno¬vatif, kritis, dinamis, tidak

mudah terbawa arus, memahami nilai nilaii budaya luhur, siap bersaing dalam knowledge

based society, punya jati diri yang jelas, memahami dan mengamalkan nilai nilai ajaran Islam

sebagai kekuatan spritual. Kekuatan yang memberikan motivasii emansipatoris dalam

mewujudkan sebuah kemajuan fisik material, tanpa harus mengorbankan nilai nilai

kemanusiaan.

DAFTAR PUSTAKA

Page 23: Makalah Agama i

Anshari,Endang Saifuddin.1980.Kuliah Agama Islam, Pendidikan Agama Islam Di

PerguruanTinggi.Bandung: Salman ITB.

Mansoer, Hamdan.2004.Pendidikan Agama Islam.Jakarta:Direktorat Pendidikan Agama Islam

DepartemenAgama RI.

Abdiansyah,Septian.2010.

KeimanandanKetaqwaan.http://tugaskuliahseptian.blogspot.com/2010/06/keimanan-dan-

ketakwaan.html

Abr26. 2011. Pengertian iman dan taqwa. http:// tugas agama/imtaq.html

Nainayn Nurmala, 2012. Implementasi iman dan taqwa. http://implementasi-iman-dan-takwa-

dalam.html

Punya papinka. 2011. Implementasi iman dan takwa. http://IMPLEMENTASI IMAN DAN

TAQWA DALAM KEHIDUPAN MODERN _ punyanyavika.html