makalah agama akeh.docx

52
Rukun Iman Keempat: Iman kepada PARA NABI dan RASUL Bilangan para Nabi itu banyak, dan kita tidak mengetahui, hanya Tuhanlah yang mengetahui bilangan pastinya, sebagaimana tertera di dalam ayat Al-Qur'an sebagai berikut: "Walaqad arsalna rusulan min qablika minhum man qasasna 'alayka waminhum man lam naqsus 'alayka..." Artinya: “Kami telah mengutus beberapa utusan sebelum engkau di antara mereka itu ada yang telah Kami ceritakan kepadamu, dan ada pula yang tidak Kami ceritakan kepadamu”. (al-Mu’min (40): 78). Adapun yang diceritakan di dalam Al-Qur'an dengan riwayatnya masing-masing ada 25 orang. Itulah yang wajib kita percayai dengan pasti. NAMA-NAMA PARA NABI 1. Adam 2. Idris 3. Nuh 4. Hud 5. Shaleh 6. Ibrahim 7. Luth 8. Ismail 9. Ishaq 10. Ya’qub 11. Yusuf 12. Ayub 13. Syu’aib 14. Musa 15. Harun 16. Dzulkifli 17. Dawud 18. Sulaiman 19. Ilyas 20. Ilyasa 21. Yunus 22. Zakaria

Upload: geby-winanda

Post on 25-Oct-2015

59 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah agama akeh.docx

Rukun Iman Keempat: Iman kepada PARA NABI dan RASUL

Bilangan para Nabi itu banyak, dan kita tidak mengetahui, hanya Tuhanlah yang mengetahui bilangan pastinya, sebagaimana tertera di dalam ayat Al-Qur'an sebagai berikut:

"Walaqad arsalna rusulan min qablika minhum man qasasna 'alayka waminhum man lam naqsus 'alayka..."

Artinya:“Kami telah mengutus beberapa utusan sebelum engkau di antara mereka itu ada yang telah Kami ceritakan kepadamu, dan ada pula yang tidak Kami ceritakan kepadamu”. (al-Mu’min (40): 78).

Adapun yang diceritakan di dalam Al-Qur'an dengan riwayatnya masing-masing ada 25 orang. Itulah yang wajib kita percayai dengan pasti.

NAMA-NAMA PARA NABI

1. Adam2. Idris3. Nuh4. Hud5. Shaleh6. Ibrahim7. Luth8. Ismail9. Ishaq10. Ya’qub11. Yusuf12. Ayub13. Syu’aib14. Musa15. Harun16. Dzulkifli17. Dawud18. Sulaiman19. Ilyas20. Ilyasa21. Yunus22. Zakaria23. Yahya24. Isa25. Muhammad SAW

Selanjutnya di antara 25 orang itu ada 5 orang Rasul yang mempunyai kelebihan yang istimewa, dinamakan Ulul-‘Azmi. Artinya para Nabi dan Rasul yang mempunyai ketabahan, mereka itu adalah:

1. Nabi Muhammad SAW2. Nabi Isa a.s.

Page 2: makalah agama akeh.docx

3. Nabi Musa a.s.4. Nabi Ibrahim a.s.5. Nabi Nuh a.s.

Mengingat pekerjaan para Rasul, sebagai pesuruh Allah untuk memberi petunjuk kepada segenap manusia dan untuk memperbaiki masyarakat, maka para Rasul itu harus memiliki sifat-sifat:

a. SIFAT-SIFAT WAJIB:

1. Benar/Jujur (Shiddiq)2. Boleh dipercaya (Amanah)3. Menyampaikan perintah dan larangan (Tabligh)4. Cerdas (Fathonah)

b. SIFAT-SIFAT MUSTAHIL (artinya TAK MUNGKIN Nabi/Rasul bersifat seperti di bawah ini):

1. Suka bohong (Kidzib)2. Berkhianat (Khianat)3. Menyembunyikan (Kitman)4. Bodoh/pelupa (Ghoflah)

c. SIFAT-SIFAT JAIZ (MUNGKIN):

Para Rasul itu adalah manusia juga, bahkan dijadikan contoh bagi sekalian manusia; maka merekapun mempunyai sifat-sifat sebagai manusia biasa yang disebut:

AL-A’RAADLUL-BASYARIYAH.

Seperti makan, minum, berkeluarga, penat, mati, merasa enak dan tidak enak, sehat juga menderita sakit yang tidak mengurangi kedudukannya sebagai Rasul.

ASSAM’IYAAT (perkara-perkara yang kita dengar keterangan).

Assamiyaat adalah hal-hal yang tidak di capai dengan akal semata-mata, dan hanya dapat diketahui dari keterangan yang kita terima dari sumber agama sendiri, yakni dari kitab-kitab Tuhan Allah dan keterangan-keterangan para Rasul.

Di antara hal-hal yang termasuk di dalam Assam’iyaat adalah:

1. Malaikat2. Kitab-kitab Tuhan Allah3. Hari kemudian4. Hinggaan Allah (Qadla dan Qadar)

Termasuk soal-soal di atas, tentang jin, surga, neraka, hal ikhwal kubur, dan lain sebagainya.

Page 3: makalah agama akeh.docx

IMAN KEPADA HARI AKHIR (Contoh pembelajaran Agama Islam SMA Kelas XII)

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator 3. Meningkatkan keimanan kepada hari akhir 3.1. Menampilkan perilaku yang mencerminkan keimanan terhadap hari akhir ◊ Mampu menjelaskan pengertian beriman kepada hari akhir. ◊ Mampu menjelaskan dalil naqli mengenai pentingnya beriman kepada hari akhir. ◊ Mampu menjelaskan perilaku yang mencerminkan keimanan terhadap hari akhir ◊ Mampu menampilkan perilaku yang mencerminkan keimanan terhadap hari akhir 3.2. Menerapkan hikmah beriman kepada hari akhir ◊ Menjelaskan hikmah beriman kepada hari akhir. ◊ Mendeskripsikan hikmah beriman kepada hari akhir. ◊ Menerapkan hikmah beriman kepada hari akhir .

A. Dalil Naqli tentang Hari Akhir Iman kepada hari akhir adalah salah satu rukun iman yang utama selain iman kepada Allah swt. Menurut Prof. Dr. Quraisy Syihab, dalam bukunya Wawasan Al-Quran halaman 80, dua rukun iman inilah yang paling banyak disebutkan dalam Al-Quran. Terbukti al-Quran selalu menyebutkan Iman kepada Hari Akhir dan Iman kepada Allah selalu bersamaan dan berurutan. Diantaranya adalah ayat-ayat berikut !

a. Al-Quran surat al-Baqarah (2) ayat 8 : Artinya:

Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian", padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. (Q.S. al Baqarah ayat 8)

b. Al-Quran surat al-Taubah (9) ayat 8 : Artinya : Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada

Page 4: makalah agama akeh.docx

Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan salat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. al Taubah ayat 8)

c. Al-Quran surat al-Maidah (5) ayat 69 :

Artinya : Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja (di antara mereka) yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.(Q.S. al Maidah ayat 69)

d. Al-Quran surat al-Baqarah (2) ayat 177 : Artinya : Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan salat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (Q.S. al Baqarah ayat 177)

Dengan demikian terlihat bahwa keimanan kepada Allah berkaitan erat dengan iman kepada hari akhir. Menurut Prof.Quraisy Syihab keimanan kepada Allah tidak sempurna kecuali dengan keimanan kepada hari akhir. keimanan kepada Allah menuntut adanya amal perbuatan, sedangkan amal perbuatan baru sempurna motivasinya dengan adanya keimanan tentang adanya hari akhir. Karena kesempurnaan ganjaran dan balasannya hanya ditemukan di akhirat nanti. Untuk memperkuat argumennya, beliau menyatakan bahwa kata “yaumul akhir” saja terulang 24 kali, disamping kata "akhirat” terulang 115 kali dalam Al-Quran. Selain itu Al-Quran selalu menggugah hati dan pikiran manusia dengan menggambarkan peristiwa-peristiwa hari akhirat, dengan nama-nama yang unik, misalnya “al-Zalzalah”, “al-Qari’ah”, an-Naba’, al-Qiyamah”. Istilah-istilah (yang menjadi nama surat Al-Quran) itu mencerminkan peristiwa dan keadaan yang bakal dihadapi oleh manusia pada saat itu, dengan tujuan agar manusia beriman kepada Allah dan hari akhirat, karena manusia akan bertemu Allah, dan manusia pasti akan mati, karenanya manusia jangan lengah, lupa diri, jangan terpesona dengan kehidupan dunia yang temporal dan menipu, manusia jangan mempertuhankan harta, karena harta tidak dapat menolong pemiliknya dari siksa Allah di hari akhirat. Disamping itu banyak hadis-hadis rasulullah dengan kwalitas yang berbeda selalu mengkaitkan kesalehan sosial seseorang dengan kemantapan iman kepada Allah dan hari akhir. Diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Hadis tentang kemampuan seseorang untuk selalu bertutur kata yang baik, atau lebih baik diam jika tidak mampu melakukannya, adalah :

Page 5: makalah agama akeh.docx

( ة ( �ر� ي ه�ر� ى �ب ا ع�ن� لم و�م�س� �خ�اري �ب ال و�اه� ر� �ص�م�ت� ي ل �و� ا ا ��ر ي خ� �ق�ل� �ي ف�ل �آلخر ا �و�م �ي و�ال الله ب �ؤ�من� ي �ان� ك م�ن�Artinya : Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia selalu bertutur kata yang baik atau lebih baik diam”.(H.R.Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)

2. Ketulusan seseorang dalam menghormati tamu adalah cermin imannya.

( ة ( �ر� ي ه�ر� ى �ب ا ع�ن� لم و�م�س� �خ�اري �ب ال و�اه� ر� �ف�ه� ض�ي �رم� �ك �ي ف�ل �آلخر ا �و�م �ي و�ال الله ب �ؤ�من� ي �ان� ك م�ن�Artinya : Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya. ”.(H.R.Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)

3. Manisnya iman adalah lari dari fitnah.

م�ال : �ر� ي خ� �و�ن� �ك ي �ن� ا �و�شك� ي 0م� ل و�س� �ه �ي ع�ل الله� ص�ل0ى الله و�ل� س� ر� ق�ال� ق�ال� 0ه� ن� أ رى الخ�د� �د عي س� ي� �ب ا ع�ن�

�ن �فت ال من� ه �ن دي ب �فر> ي �قط�ر ال و�م�و�اقع� �ال ب �ج ال ع�ف� ش� ه�ا ب ع� 0ب �ت ي Bم� غ�ن م ل �م�س� الArtinya : Dari Abu Sa’id Al-Khudry ra. Bahwasanya ia berkata : Rasulullah saw bersabda : Hampir-hampir sebaik-baik harta orang Islam adalah kambing yang mana ia mengikutinya di pucuk gunung dan tempat yang mendapat hujan dimana ia melarikan agamanya dari fitnah.

Perilaku yang tercermin dari ketiga hadis tersebut, tercapai apabila seseorang memiliki kemantapan iman kepada Allah dan hari akhirat.

B. Dalil ‘Aqli tentang Hari Akhir Dalil ‘aqli merupakan argumen untuk memperkuat dalil naqli yang bersumber dari al-Quran dan Sunnah, karena argumen al-Quran sendiri sudah sangat mampu mengatasi keragu-raguan manusia tentang adanya hari kiamat tersebut. Mari kita tampilkan kemungkinan datangnya hari akhir menurut teori para ahli pada bidangnya masing-masing.

a. Menurut Ahli Astronomi Bumi dan planet-planet lainnya berputar mengelilingi matahari secara teratur dan sempurna masing-masing planet mempunyai daya tarik-menarik sehingga beredar dan bergerak seimbang/serasi. Namun daya tarik menarik itu semakin lama akan semakin berkurang bahkan hilang sama sekali, akhirnya akan saling bertabrakan dan hancur, (bandingkan surat at-Takwir 2 dan al-Infiëãr 2).

b. Menurut ahli Geologi Di dalam perut bumi terdapat gas yang panas yang berkembang dan terus menerus menekan kearah luar bumi. Akan tetapi bumi itu sendiri mendapat tekanan (atmosfir) dari luar atau permukaannya, sehingga terjadilah keseimbangan. Namun diperkirakan bahwa tekanan dari luar semakin lama semakin lemah, bahkan tak berdaya lagi akhirnya mengakibatkan gas bumi akan meledak dengan ledakan yang sangat dahsyat dan akan mengeluarkan bola api raksasa yang membawa kehancuran. (bandingkan dengan surat al-Zalzalah).

Page 6: makalah agama akeh.docx

c. Menurut Ahli Fisika Menurut Teori Ilmu Alam bahwa sumber energi terbesar yang dapat memenuhi kebutuhan semua kehidupan di dunia ini adalah matahari. Begitu juga daya tarik antara benda-benda angkasa (planet) itu ada ketergantungan dengan energi matahari. Namun lambat laun sinar matahari semakin melemah, akibatnya mempengaruhi daya tarik diantara planet-planet tersebut akhirnya tidak ada keseimbangan, maka terjadilah tabrakan diantara mereka. (bandingkan at-Takwir 1-3)

d. Pendapat lain dari Sarjana Astronomi Jh. Van Vierngen dan kawan-kawannya. Mereka memperkirakan bahwa alam semesta ini akan meletus akibat dari pengembangan yang terus menerus tanpa batas. Diumpamakan seseorang yang meniup balon terus menerus tanpa henti maka balon tersebut akan meledak. Sampai saat ini alam ini sedang terus mengalami pengembangan, sehingga akan melebihi kapasitas maksimal, akibatnya langit yang membentang luas itu akan pecah dan hancur berantakan. (Bandingkan surat al-Ahqãf ;3, at-Tur ;9,ar-Rahmãn ; 37, al-Hãqqah ; 16, al-Maãrij ; 8 ). Dengan adanya kesadaran demikian terdoronglah manusia untuk beriman dan beramal saleh itulah sebabnya, mengapa keimanan kepada hari akhir itu sangat penting.

C. Tanda-tanda Hari Akhir (kiamat) Kapan hari kiamat akan tiba memang rahasia Allah, pengetahuan kita hanya terbatas pada tanda-tanda akan kedatangannya. Sebagaimana firman Allah berikut ini : 1. Q.S. an-Nãzi’at (79) ayat : 42-44 Artinya : (Orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari berbangkit, kapankah terjadinya?. Siapakah kamu (sehingga) dapat menyebutkan (waktunya)? Kepada Tuhanmulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktunya). (Q.S. an Nãzi’at ayat 42-44) 2. Q.S. al-Isra (17) ayat 51, dialog antara kaum musyrik dengan Rasulullah tentang kapan hari kiamat (hari kebangkitan). Artinya : Atau suatu makhluk dari makhluk yang tidak mungkin (hidup) menurut pikiranmu". Maka mereka akan bertanya: "Siapa yang akan menghidupkan kami kembali?" Katakanlah: "Yang telah menciptakan kamu pada kali yang pertama". Lalu mereka akan menggeleng-gelengkan kepala mereka kepadamu dan berkata, "Kapan itu (akan terjadi)?" Katakanlah: "Mudah-mudahan waktu berbangkit itu dekat". (Q.S. al Isra ayat 51)

Orang-orang kafir dan musyrik suka ragu, tentang kemungkinan manusia dibangkitkan kembali dan kalaupun itu mungkin kapankah hal itu terjadi. Jawabannya adalah mudah-mudahan dalam waktu dekat. Artinya waktu hari kiamat tetaplah menjadi rahasia Allah swt. Prof. Bey Arifin dalam bukunya Hidup Sesudah Mati (hal.182-196) setelah mengutip beberapa hadis rasulullah melukiskan tanda-tanda hari Kiamat ada 15 peristiwa yang mendahuluinya. Dari 15 peristiwa itu menurut beliau 3 diantaranya adalah paling penting.

Page 7: makalah agama akeh.docx

1. Munculnya Dajjal Dajjal artinya pembohong yang kerjanya cuma menyesatkan manusia. Dajjal ada 2 macam. Dajjal kecil dan Dajjal besar. Dajjal-Dajjal menyebabkan kerusakan-kerusakan dalam masyarakat. Kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan oleh Dajjal kecil itu dinamakan Kiamat Kecil. Dan Dajjal-Dajjal kecil itu telah lahir dan mungkin dapat kita temukan disekitar kita. Sedangkan Dajjal besar adalah pembohong kaliber besar yang kerjanya membohongi dan menyesatkan umat manusia dan mereka akan muncul menjelang Kiamat kubra (kiamat besar) tiba. Coba perhatikan do’a Rasulullah berikut, yang dikutip oleh Bay Arifin dari kitab Jami’ Shaghir. �ة �ن فت و�من� �ر �ق�ب ال و�ع�ذ�اب �ر �ق�ب ال �ة �ن فت و�من� م �م�غ�ر� و�ال �م �ث �م�أ و�ال �ه�د�م و�ال �س�ل �ك ال من� ك� ب �ع�و�ذ� ا Kى ن إ �لله�م0 ا�ح ي �م�س ال �ة �ن فت من� ك� ب �ع�و�ذ� و�ا �ف�ق�ر ال �ة �ن فت من� ك� ب �ع�و�ذ� و�ا �ى �غن ال Kر ش� �ة �ن فت و�من� 0ار الن و�ع�ذ�اب 0ار الن0و�ب� الث �قKى �ن ي �م�ا ك �ا �خ�ط�اي ال من� ى �ب ق�ل Kق� و�ن د �ر� �ب و�ال �ج 0ل و�الث �م�اء ال ب �اي� خط�اي Kى ع�ن اغ�سل� الله�م0 الد0ج0ال

�م�غ�رب و�ال رق �م�ش� ال �ن� �ي ب �اع�د�ت� ب �م�ا ك �اي� خ�ط�اي �ن� �ي و�ب ى �ن �ي ب �اعد� و�ب الد0ن�س من� �ض� �ي �ب األ

Artinya : Ya Allah aku mohon berlindung kepada Mu dari sifat malas dan umur kelewat tua, dari segala dosa hutang, dari fitnah kubur dan azab kubur, dari fitnah neraka dan azab neraka, dari bahaya fitnah kekayaan, aku berlindung dengan Engkau dari fitnah (bahaya) kemiskinan. Dan aku berlindung kepada Engkau dari fitnah al-Masih Dajjal. Ya Allah bersihkanlah diriku dari kesalahan-kesalahanku dengan air, dengan salju, dan air mawar, bersihkan pula jiwaku dari kesalahan seperti bersihnya kain putih dari daki dan jauhkan aku dari kesalahan-kesalahanku seperti jauhnya jarak antara timur dan barat. (hadis shahih, diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Nasa’i, dan Ibnu Majah dari ‘Aisyah).

Dalam hadis lain Rasulullah bersabda : “Tidak terjadi Kiamat, sehingga muncul hampir 30 orang Dajjal, masing-masing mengakui bahwa ia Rasul Allah.” (H.R.Abu Dawud, Turmuzi, Nasai dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah)

Dalam sejarah Islam Dajjal-Dajjal yang mengaku nabi palsu itu telah muncul sejak zaman rasulullah. Tercatat ada 3 nabi palsu pada masa rasulullah, yaitu Al-‘Unsy dari Yaman, Musailamah Al-Kazzab dari Yamamah dan Ibnu Syayyad dari Madinah. Ketiga Dajjal itu dapat ditumpas pada masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq. Beberapa puluh tahun kemudian, muncul lagi di Irak yang mengaku sebagai nabi, namanya Mukhtar As Tsaqafy namun dia dapat ditumpas dan terbunuh. Namun masih banyak lagi dalam sejarah yang mungkin tidak tercatat. Akhirnya di abad ke 20 masehi tepatnya tahun 1839 masehi lahirlah di Qadyan India seorang yang bernama Mirza Gulam Ahmad yang dalam masa hidupnya berkhutbah dan mengarang. Pada tahun 1900 ia mendirikan perkumpulan yang dinamai Ahmadiyah. Yang pada akhirnya ia pun menganggap dirinya nabi dan begitupun pengikutnya menghormatinya sebagai nabi. Di Indonesia baru-baru ini muncul Lia Aminuddin mengaku sebagai nabi dan rasul dan kemudian tahun 1997 MUI memfatwakannya sebagai nabi palsu, sesat dan menyesatkan. Kemudian tahun 2007 muncul juga di Bogor seorang bernama Ahmad Mushaddiq yang nama aslinya adalah H. Salam mengaku sebagai nabi dan rasul. Dan kita tidak tahu sudah berapa banyak Dajjal-Dajjal yang lahir ke dunia ini.

Page 8: makalah agama akeh.docx

2. Turunnya Isa ibnu Maryam A.S. Menurut A.Hasan dalam bukunya Verslag Debat Pembela Islam menerangkan bahwa ada lebih kurang 30 buah hadis yang menerangkan akan turunnya Isa ibnu Maryam AS. Kedatangannya adalah untuk membunuh semua babi dan menghancurkan semua salib. Ulama mentakwilkan sebagai kehancuran dan lenyapnya agama Kristen dan memperkuat agama Islam. Dan kedatangan Isa anak Maryam itu adalah sesudah munculnya Dajjal.

3. Turunnya Imam Mahdi Kepercayaan akan kehadiran Imam Mahdi pada akhir zaman telah merata dikalangan kaum muslimin. Mahdi artinya yang mendapat petunjuk. Kata Mahdi tidaklah terdapat dalam Al-Quran.

Kami kemukakan beberapa pendapat para ulama mengenai Imam Mahdi : a. Pendapat Ibnu Khaldun : “…semua hadis-hadis itu tidak ada yang terlepas dari bantahan, kecuali sedikit sekali”. b. Pendapat Syaikh Muhammad Darwisy : “Hadis-hadis tentang Mahdi semuanya lemah, tidak satupun yang dapat jadi pegangan. Janganlah kamu terpedaya oleh omongan orang yang mengumpulkannya dalam beberapa karangan”. c. Pendapat Sayid Rasyid Ridha : “Masalah Mahdi yang ditunggu-tunggu kedatangannya itu adalah masalah suatu dasar aliran politik yang diberi pakaian agama”. Dari tiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa keyakinan akan hadirnya Imam Mahdi menjelang hari kiamat (sebagai salah satu tanda hari kiamat), tidak dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian waktu datangnya hari kiamat tetaplah menjadi rahasia Allah, yang paling penting kita memperbanyak amal saleh sebagai bekal diakhirat, karena sebaik-baik bekal adalah taqwa.

D. Macam-Macam Kiamat 1. Kiamat Sughra atau Kiamat Kecil Yaitu berupa kejadian atau musibah yang terjadi di alam ini, seperti kematian setiap saat, banjir bandang, angin beliung, gunung meletus, gempa bumi, peperangan, kecelakaan kendaraan, kekeringan yang kepanjangan, hama tanaman yang merajalela. Keseluruhan rangkaian kejadian tersebut di atas ditinjau dari segi aqidah merupakan peringatan dari Allah. Bagi umat yang beriman hal ini merupakan peringatan dan ujian. Sedangkan bagi umat yang ingkar/kafir merupakan siksaan atau azab Allah swt. Allah berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 155-156 : Artinya : “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun". (Q.S. al Baqarah ayat 155-156) Firmannya Allah surat ali-Imran ayat 137: “Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah; karena itu berjalanlah

Page 9: makalah agama akeh.docx

kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).”(Q.S. ali Imran ayat 137)

2. Kiamat Kubra Yaitu masa kehancuran seluruh alam semesta secara masal dan berakhirnya kehidupan alam dunia serta hari mulai dibangkitkannya semua manusia yang sudah mati sejak zaman Nabi Adam sampai manusia terakhir, untuk menjalankan proses kehidupan berikutnya, sebagaimana dijelaskan dalam al-Quran surat al-Zalzalah ayat 1-5. Artinya : Apabila bumi digoncangkan dengan goncangannya (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung) nya, dan manusia bertanya: "Mengapa bumi (jadi begini)?", pada hari itu bumi menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya. (Q.S. al Zalzalah :1-5)

Firmannya Allah surat al-Qari’ah ayat 1-5 :

Artinya : Hari Kiamat, apakah hari Kiamat itu? Tahukah kamu apakah hari Kiamat itu? Pada hari itu manusia seperti anai-anai yang bertebaran, dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan. (Q.S. al Qari’ah ayat 1-5)

Firmannya Allah surat al-Waqi’ah ayat 1-7 : Artinya : Apabila terjadi hari kiamat, terjadinya kiamat itu tidak dapat didustakan (disangkal). (Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain), apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya, dan gunung-gunung dihancur luluhkan sehancur-hancurnya, maka jadilah dia debu yang beterbangan, dan kamu menjadi tiga golongan.(Q.S.al Waqi’ah ayat 1-7) Kiamat Kubra ini tidak ada yang tahu tentang waktu kejadiannya, sebagaimana firman Allah swt. dalam surat al-A’raf ayat 187. Artinya : Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?" Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba". Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui". (Q.S. al A’raf ayat 187)

E. Proses Menuju Fase-fase Kehidupan Akhirat Pada hari kiamat nanti manusia mengalami beberapa proses tahapan yang antara lain sebagai berikut ; 1. Yaumul Barzakh ( ز�خ �ر� �ب ال �و�م� yaitu masa penantian sebelum terjadinya hari kiamat besar ( ي(kiamat kubra)

Page 10: makalah agama akeh.docx

Firman Allah dalam surat al-Mukminun ayat 100 : Artinya : Dan di hadapan mereka ada barzakh sampai hari mereka dibangkitkan (Q.S.al-Mukminun : 100)

2. Yaumul Ba’ats (Hari kebangitan dari Alam Kubur) ع�ث� �ب ال �و�م� يFirman Allah dalam surat al-Mujadalah ayat 6 Artinya : Pada hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu diberitakan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.(Q.S. al-Mujadalah :6) 3. Yaumul Hasyr (Hari Berkumpul di padang Mahsyar). ر �ح�ش� ال �و�م� يFirman Allah dalam surat al-An’am ayat 22 Artinya : Dan (ingatlah), hari yang di waktu itu Kami menghimpun mereka semuanya kemudian Kami berkata kepada orang-orang musyrik: "Di manakah sembahan-sembahan kamu yang dahulu kamu katakan (sekutu-sekutu Kami)?". (Q.S. al An’am :22) 4. Yaumul Hisãb (Hari Perhitungan/Pemeriksaan) اب �حس� ال �و�م� يFirman Allah dalam surat al-Insyiqãq ayat 8 Artinya : Maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah. (Q.S. al Insyiqaq :8) 5. Yaumul Mîzan (Hari Pertimbangan Amal) ان �ز� �مي ال �و�م� يFirman Allah dalam surat al-Anbiya’ : 87 Artinya : Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: "Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim”. (Q.S.al Anbiya’ : 87)

6. Yaumul Jaza (Hari Pembalasan) اء �ج�ز� ال �و�م� يFirman Allah dalam surat al-Mukmin : 17 Artinya : Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya. (Q.S. al Mukmin : 17)

F. Surga dan Neraka 1. Surga Surga itu adalah tempat kehidupan di akhirat yang penuh dengan kenikmatan yang hakiki dan abadi sebagai balasan bagi orang yang bertakwa, beriman dan beramal saleh , yang telah dijanjikan oleh Allah swt. Surga itu sesuatu yang belum pernah dialami selama di dunia oleh siapapun dan tidak dibayangkan keadaannya oleh pikiran dan gambaran dalam hati.

Page 11: makalah agama akeh.docx

Sebagaimana disebutkan dalam hadis qudsi sebagai berikut : " : �ادى : : عب ل �ع�د�د�ت� ا �ع�ال�ى ت الله� ق�ال� صلم الله و�ل� س� ر� ق�ال� ق�ال� �ه� ع�ن الله� ضي� ر� ة� �ر� ي ه�ر� ى �ب ا ع�ن�( ) " م� ل م�س� و� �خ�ارى �ب ال و�اه� ر� ر` �ش� ب ق�ل�ب ع�ل�ى خ�ط�ر� � و�ال مع�ت� س� Bذ�ن� أ � و�ال ت�

� أ ر� Bن� ع�ي � �ال ما �ن� ي ح الص0الArtinya : Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a Rasulullah saw bersabda : Allah Ta’ala berfirman “ Aku telah menyediakan untuk hambaku yang saleh sesuatu yang belum pernah dilihat mata dan belum pernah didengar telinga serta belum pernah tergoreskan dalam hati manusia (HR.Bukhari Muslim)

Surga itu tempat yang telah dijanjikan Allah untuk orang-orang yang bertakwa, sebagaimana firmannya dalam surat ali Imrãn ayat 133 : Artinya : Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.(Q.S. ali Imran :133) Surga dijanjikan Allah untuk orang-orang beriman dan beramal saleh, sebagaimana firmannya dalam surat al-Baqarah ayat 25 Artinya : Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: " Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu". Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.(Q.S. al Baqarah :25)

Adapun nama-nama surga disebutkan dalam al-Quran sebagai berikut : a. Surga ‘Adn (lihat Q.S. ar-Ra’d (13) : 22-24) b. Surga Na’îm (lihat Q.S.al-Waqi’ah (56) : 12) c. Surga Ma’wa (lihat Q.S.as-Sajdah (32) : 19 ) d. Surga Firdaus (lihat Q.S.al-Kahfi (18) : 107) e. Dãrus-Salãm (lihat Q.S.al-An’am (6) : 127) f. Surga Dãrul Khulud (lihat Q.S.al-Qaf (50) : 34) g. Dãrul Muqomah (lihat Q.S.al-Fatir (35) : 35) h. Maqam Amîn ((lihat Q.S.ad-Dukhan (44) : 51)

2. Neraka Neraka adalah sesuatu tempat kehidupan di akhirat yang merupakan tempat penyiksaan yang sangat hebat dan dahsyat, yang dijanjikan Allah bagi orang-orang kafir (ingkar kepada Allah swt), orang-orang musyrik dan orang-orang munafik. Firman Allah surat al-Baqarah ayat 24 : Artinya : Maka jika kamu tidak dapat membuat (nya) dan pasti kamu tidak akan dapat membuat (nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir. (Q.S. al Baqarah : 24)

Page 12: makalah agama akeh.docx

Firman Allah surat al-Baqarah ayat 39 : Artinya : Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (Q.S. al Baqarah : 39) Firman Allah surat al Bayyinah ayat 6: Artinya : Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. (Q.S. al Bayyinah :6) Firman Allah surat an-Nisa’ ayat 145: Artinya : Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka. (Q.S. an-Nisa’ : 145)

Adapun nama-nama neraka disebutkan dalam al-Quran sebagai berikut : a. Neraka Jahîm (lihat Q.S. al-Infiëar ayat 14 -16) b. Neraka Jahannam (lihat Q.S. at-Takasur ayat 6) c. Neraka Hawiyah (lihat Q.S. al-Qari’ah ayat 8-10) d. Neraka Huëamah (lihat Q.S. al-Humazah ayat 1-9) e. Neraka Saqar (lihat Q.S. al-Mudatsir ayat 26-54) f. Neraka Sa’îr (lihat Q.S. al-Mulk ayat 7-11) g. Neraka Laìa (lihat Q.S. al-Lail ayat 12-16)

G. Fungsi Iman Kepada Hari Akhir 1. Menambah keyakinan bahwa perbuatan di dunia sebagai bekal kehidupan di akhirat. 2. Meyakini bahwa Allah swt akan memberikan balasan kepada hambanya sesuai dengan amal perbuatannya masing-masing. 3. Dengan meyakini adanya hari akhir, maka seseorang akan memiliki sifat optimis dalam menjalani kehidupan di dunia ini untuk menyongsong kehidupan yang hakiki dan abadi kelak di akhirat. 4. Menumbuhkan sifat ikhlas dalam beramal, istiqomah dalam pendirian dan khusuk dalam beribadah. 5. Senantiasa melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar untuk mencapai ridha Allah swt. 6. Meyakini bahwa segala perbuatan selama hidup di dunia ini yang baik maupun yang buruk harus dipertanggung jawabkan dihadapan Allah swt kelak di akhirat.

Page 13: makalah agama akeh.docx

Pengertian Qadha dan Qadar Menurut bahasa  Qadha memiliki beberapa pengertian yaitu: hukum, ketetapan,pemerintah, kehendak, pemberitahuan, penciptaan. Menurut istilah Islam, yang dimaksud dengan qadha adalah ketetapan Allah sejak zaman Azali sesuai dengan iradah-Nya tentang segala sesuatu yang berkenan dengan makhluk. Sedangkan Qadar arti qadar menurut bahasa adalah: kepastian, peraturan, ukuran. Adapun menurut Islam qadar perwujudan atau kenyataan ketetapan Allah terhadap semua makhluk dalam kadar dan berbentuk tertentu sesuai dengan iradah-Nya.

Beriman kepada qadha dan qadar merupakan salah satu rukun iman, yang mana iman seseorang tidaklah sempurna dan sah kecuali beriman kepadanya. Ibnu Abbas pernah berkata, “Qadar adalah nidzam (aturan) tauhid. Barangsiapa yang mentauhidkan Allah dan beriman kepada qadar, maka tauhidnya sempurna. Dan barangsiapa yang mentauhidkan Allah dan mendustakan qadar, maka dustanya merusakkan tauhidnya” (Majmu’ Fataawa Syeikh Al-Islam, 8/258).

Untuk memperjelas pengertian qadha dan qadar, berikut ini dikemkakan contoh. Saat ini Abdul latif jatuh dari sepeda motor. Sebelum Abdul latif lahir, bahkan sejak zaman azali Allah telah menetapkan, bahwa seorang anak bernama Abdul latif akan jatuh dari sepeda motor. Ketetapan Allah di Zaman Azali disebut Qadha. Kenyataan bahwa saat terjadinya disebut qadar atau takdir. Dengan kata lain bahwa qadar adalah perwujudan dari qadha.

Hubungan antara qadha dan qadar selalu berhubungan erat. Qadha adalah ketentuan, hukum atau rencana Allah sejak zaman azali. Qadar adalah kenyataan dari ketentuan atau hukum Allah. Jadi hubungan antara qadha qadar ibarat rencana dan perbuatan. Perbuatan Allah berupa qadar-Nya selalu sesuai dengan ketentuan-Nya.Di dalam surat Al-Hijr ayat 21 Allah berfirman, yang artinya sebagai berikut :

” Dan tidak sesuatupun melainkan disisi kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.”

Diriwayatkan bahwa suatu hari Rasulullah SAW didatangi oleh seorang laki-laki yang berpakaian serba putih , rambutnya sangat hitam. Lelaki itu bertanya tentang Islam, Iman dan Ihsan. Tentang keimanan Rasulullah menjawab yang artinya: Hendaklah engkau beriman kepada Allah, malaekat-malaekat-Nya, kitab-kitab-Nya,rasul-rasulnya, hari akhir dan beriman pula kepada qadar(takdir) yang baik ataupun yang buruk. Lelaki tersebut berkata” Tuan benar”. (H.R. Muslim)

Lelaki itu adalah Malaekat Jibril yang sengaja datang untuk memberikan pelajaran agama kepada umat Nabi Muhammad SAW. Jawaban Rasulullah yang dibenarkan oleh Malaekat Jibril itu berisi rukun iman. Salah satunya dari rukun iman itu adalah iman kepada qadha dan qadar. Dengan demikian , bahwa mempercayai qadha dan qadar itu merupakan hati kita. Kita harus yakin dengan sepenuh hati bahwa segala sesuatu yang terjadi pada diri kita, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan adalah atas kehendak Allah.

Sebagai orang beriman, kita harus rela menerima segala ketentuan Allah atas diri kita. Di dalam sebuah hadits qudsi Allah berfirman yang artinya: ” Siapa yang tidak ridha dengan qadha-Ku dan qadar-Ku dan tidak sabar terhadap bencana-Ku yang aku timpakan atasnya, maka hendaklah mencari Tuhan selain Aku. (H.R.Tabrani)

Page 14: makalah agama akeh.docx

Takdir Allah merupakan iradah (kehendak) Allah. Oleh sebab itu takdir tidak selalu sesuai dengan keinginan kita. Tatkala takdir atas diri kita sesuai dengan keinginan kita, hendaklah kita beresyukur karena hal itu merupakan nikmat yang diberikan Allah kepada kita. Ketika takdir yang kita alami tidak menyenangkan atau merupakan musibah, maka hendaklah kita terima dengan sabar dan ikhlas. Kita harus yakin, bahwa di balik musibah itu ada hikmah yang terkadang kita belum mengetahuinya. Allah Maha Mengetahui atas apa yang diperbuatnya.

Iman kepada qadha dan qadar artinya percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT telah menentukan tentang segala sesuatu bagi makhluknya. Berkaitan dengan qadha dan qadar, Rasulullah SAW bersabda yang artinya sebagai berikut yang artinya

”Sesungguhnya seseorang itu diciptakan dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk nuthfah, 40 hari menjadi segumpal darah, 40 hari menjadi segumpal daging, kemudian Allah mengutus malaekat untuk meniupkan ruh ke dalamnya dan menuliskan empat ketentuan, yaitu tentang rezekinya, ajalnya, amal perbuatannya, dan (jalan hidupny) sengsara atau bahagia.” (HR.Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mas’ud).

Dari hadits di atas dapat kita ketahui bahwa nasib manusia telah ditentukan Allah sejak sebelum ia dilahirkan. Walaupun setiap manusia telah ditentukan nasibnya, tidak berarti bahwa manusia hanya tinggal diam menunggu nasib tanpa berusaha dan ikhtiar. Manusia tetap berkewajiban untuk berusaha, sebab keberhasilan tidak datang dengan sendirinya.

Janganlah sekali-kali menjadikan takdir itu sebagai alasan untuk malas berusaha dan berbuat kejahatan. Pernah terjadi pada zaman Khalifah Umar bin Khattab, seorang pencuri tertangkap dan dibawa kehadapan Khalifah Umar. ” Mengapa engkau mencuri?” tanya Khalifah. Pencuri itu menjawab, ”Memang Allah sudah mentakdirkan saya menjadi pencuri.”

Mendengar jawaban demikian, Khalifah Umar marah, lalu berkata, ” Pukul saja orang ini dengan cemeti, setelah itu potonglah tangannya!.” Orang-orang yang ada disitu bertanya, ” Mengapa hukumnya diberatkan seperti itu?”Khalifah Umar menjawab, ”Ya, itulah yang setimpal. Ia wajib dipotong tangannya sebab mencuri dan wajib dipukul karena berdusta atas nama Allah”.

Mengenai adanya kewajiban berikhtiar , ditegaskan dalam sebuah kisah. Pada zaman nabi Muhammad SAW pernah terjadi bahwa seorang Arab Badui datang menghadap nabi. Orang itu datang dengan menunggang kuda. Setelah sampai, ia turun dari kudanya dan langsung menghadap nabi, tanpa terlebih dahulu mengikat kudanya. Nabi menegur orang itu, ”Kenapa kuda itu tidak engkau ikat?.” Orang Arab Badui itu menjawab, ”Biarlah, saya bertawakkal kepada Allah”. Nabi pun bersabda, ”Ikatlah kudamu, setelah itu bertawakkalah kepada Allah”.

Dari kisah tersebut jelaslah bahwa walaupun Allah telah menentukan segala sesuatu, namun manusia tetap berkewajiban untuk berikhtiar. Kita tidak mengetahui apa-apa yang akan terjadi pada diri kita, oleh sebab itu kita harus berikhtiar. Jika ingin pandai, hendaklah belajar dengan tekun. Jika ingin kaya, bekerjalah dengan rajin setelah itu berdo’a. Dengan berdo’a kita kembalikan segala urusan kepada Allah kita kepada Allah SWT. Dengan demikian apapun yang terjadi kita dapat menerimanya dengan ridha dan ikhlas.

Page 15: makalah agama akeh.docx

Mengenai hubungan antara qadha dan qadar dengan ikhtiar ini, para ulama berpendapat, bahwa takdir itu ada dua macam :

1.Takdir mua’llaq: yaitu takdir yang erat kaitannya dengan ikhtiar manusia. Contoh seorang siswa bercita-cita ingin menjadi insinyur pertanian. Untuk mencapai cita-citanya itu ia belajar dengan tekun. Akhirnya apa yang ia cita-citakan menjadi kenyataan. Ia menjadi insinyur pertanian. Dalam hal ini Allah berfirman:

Artinya: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. ( Q.S Ar-Ra’d ayat 11)

2.Takdir mubram; yaitu takdir yang terjadi pada diri manusia dan tidak dapat diusahakan atau tidak dapat di tawar-tawar lagi oleh manusia. Contoh. Ada orang yang dilahirkan dengan mata sipit , atau dilahirkan dengan kulit hitam sedangkan ibu dan bapaknya kulit putih dan sebagainya.

Dengan beriman kepada qadha dan qadar, banyak hikmah yang amat berharga bagi kita dalam menjalani kehidupan dunia dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat. Hikmah tersebut antara lain:

1.Melatih diri untuk banyak bersyukur dan bersabar

Orang yang beriman kepada qadha dan qadar, apabila mendapat keberuntungan, maka ia akan bersyukur, karena keberuntungan itu merupakan nikmat Allah yang harus disyukuri. Sebaliknya apabila terkena musibah maka ia akan sabar, karena hal tersebut merupakan ujian Firman Allah:

Artinya:”dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah( datangnya), dan bila ditimpa oleh kemudratan, maka hanya kepada-Nya lah kamu meminta pertolongan. ”( QS. An-Nahl ayat 53).

2.Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa

Orang yang tidak beriman kepada qadha dan qadar, apabila memperoleh keberhasilan, ia menganggap keberhasilan itu adalah semata-mata karena hasil usahanya sendiri. Ia pun merasa dirinya hebat. Apabila ia mengalami kegagalan, ia mudah berkeluh kesah dan berputus asa , karena ia menyadari bahwa kegagalan itu sebenarnya adalah ketentuan Allah. Firman Allah SWT :

Artinya: Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. (QS.Yusuf ayat 87)

Sabda Rasulullah: yang artinya” Tidak akan masuk sorga orang yang didalam hatinya ada sebiji sawi dari sifat kesombongan.”( HR. Muslim)

Page 16: makalah agama akeh.docx

3.Memupuk sifat optimis dan giat bekerja

Manusia tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada dirinya. Semua orang tentu menginginkan bernasib baik dan beruntung. Keberuntungan itu tidak datang begitu saja, tetapi harus diusahakan. Oleh sebab itu, orang yang beriman kepada qadha dan qadar senantiasa optimis dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan dan keberhasilan itu. Firaman Allah :

Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS Al- Qashas ayat 77)

4.Menenangkan jiwa

Orang yang beriman kepada qadha dan qadar senangtiasa mengalami ketenangan jiwa dalam hidupnya, sebab ia selalu merasa senang dengan apa yang ditentukan Allah kepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia bersyukur. Jika terkena musibah atau gagal, ia bersabar dan berusaha lagi

Artinya : Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang tenang lagi diridhai-Nya. Maka masuklah kedalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah kedalam sorga-Ku.( QS. Al-Fajr ayat 27-30)

Page 17: makalah agama akeh.docx

A.    Pengertian Sunah

1.      Pengertian Sunah

Secara etimologis sunah (Arab ; sunnah) berarti jalan, tradisi, adat

kebiasaan, model atau pola bertindak dalam menjalani hidup secara

umum mencakup  yang baik atau pun  yang buruk.  Misalnya penggunaan

kata sunah di dalam hadis Nabi saw man sanna sunnatan

sayyiatanSebagian ahli bahasa seperti al-Azharī menghususkan

pemakaian kata sunah kepada tradisi yang baik atau jalan yang lurus

saja.

Dalam Al-Qur’an, kata sunnah dan sunan (yang kedua, dalam bahasa

Arab, jamak dari yang pertama) digunakan sebanyak enam belas kali.

Dalam seluruh kasus ini, kata ini digunakan dalam pengertian “aturan,

model kehidupan, dan garis perilaku yang baku.”Di dalam literatur bahasa

Arab awal hingga kitab-kitab hadis yang disusun berdasarkan bab-bab

fikih pada masa awal kata sunah digunakan dalam pengertian yang

beragam, misalnya (1) praktik keagamaan non-wajib yakni yang

dibuktikan melalui sunah, salah satu dari empat sumber hukum; (2) model

perilaku Nabi saw.

Abu al-Bāqi menyatkan bahwa kata sunah juga digunakan untuk

tradisi-tradis lain selain yang berasal dari Nabi saw dan para sahabatnya.

Sedangan menurut asy-Syāfi’ī, kata sunah memang dihusukan

pemakaiannya kepada apa yang berasal dari Rasulullah. Karena sunah

sebagaimana telah kita lihat tadi berarti ‘model kehidupan’ dan

seterusnya. Maka ketika Allah swt memerintahkan orang-orang yang

beriman untuk menjadikan Rasullah saw sebagai suri teladan, ungkapan

Page 18: makalah agama akeh.docx

‘sunah Nabi’ pun mulai digunakan. Hal ini telah dimulai sejak masa

hidupnya Nabi dan dilakukan oleh Nabi sendiri yang bisa dilihat di dalam

beberapa  hadisnya. Argumen untuk itu juga tersirat di dalam riwayat al-

Bukhārī  dari Ibn Syīhab ketika ia bertanya kepada Sālim bin ‘Abdullah bin

‘Umar, mengenai makna kata as-sunnah di dalam perkataan Sālim

ان تريد السنة فهجر بالصالة 

Sālim menjawab bahwa yang diikuti di dalam perkara tersebut adalah

sunah Rasulullah. As-Suyūthi ketika mengomentari riwayat ini

menyatakan bahwa perkataan Sālim yang merupakan salah satu dari

tujuh ahli fikih Madinah menunjukan bahwa penggunaak kata sunah bagi

mereka (ulama awal) dikhususkan kepada sunah Nabi saw

Kedua pendapat di atas dapat dijembatani oleh kesimpulan M. M.

Azami, bahwa untuk menunjukan sunah yang berasal dari Nabi digunakan

kata as-sunnah dengan ditambahkan huruf alif lam. Dua pola penggunaan

kata sunah ini terus berlangsung kedati penggunaan sunah dalam artian

umum semakin hari semakin berkurang. Pada akhir abad ke-2 Hijriyah

penggunaan kata sunah sudah hampir secara khusus untuk norma-norma

yang berasal dari Nabi saw atau hadis deduksi dari petunjuk Nabi saw.

Secara umum ulama telah mereduksi makna tradisi atau model

kehidupan yang terkandung di dalam sunah, menjadi makana yang lebih

khusus dari pengertian kebahasaannya. Mereka menggunakannya untuk

perbuatan-perbuatan yang membentuk tradisi dalam kehidupan

keagamaan yang berasal dari Nabi saw atau para sahabatnya.Namun

Page 19: makalah agama akeh.docx

demikian terdapat perberdaan pengertian sunah secara terminologis di

antara ulama ushul fikih, fikih, dan ulama hadis sendiri.

Bagi ulama usuhul fikih sunah adalah sumber tasyrī’ kedua setelah

Al-Qur’an, mereka mendefenisikan sunah sebagai segala sesuatu yang

berasal dari Nabi saw berupa perkataan, perbuatan, atau ketetapan atas

suatu perkara. Asmsi mereka adalah segala sesuatu yang berasal dari

Nabi saw merupakan petunjuk atas cara Nabi saw mengamalkan

Islam.Oleh karena itu mereka menyatakan bahwa asal (ushūl) syariat

adalah al-Kitāb dan as-Sunnah.  

Penggunaan kata sunah yang lain ada pada terminologi ulama fikih.

Bagi mereka sunah merupakan sifat syar’i dari amalan-amalan agama

yang diperintahkan oleh syāri’ tanpa keharusan. Dimana orang yang

mengerjakannya mendapatkan pahal sedangkan yang meninggalkannya

tidak mendapatkan hukuman. Sunah adalah kebalikan dari wajib, dalam

pengertain ini sunah berarti sesuatu yang dianjurkan (al-mandūb atau al-

mustahab).  

Para ulama hadis mendefinisikan sunah sebagai segala hal yang

disandarkan kepada Nabi saw, baik berupa perkataan, perbuatan,

persetujuan, sifat, atau pun perilaku hidupnya. Sunah bagi ulama hadis

mencakup kelima aspek ini.  

2.      Sunah dan Hadis

Pengertian sunah secara bahasa telah dijelaskan di atas. Adapun

hadis (Arab: hadits), secara etimologis berarti ‘komunikasi’, ‘kisah’,

‘percakapan’ ; baik yang religius, sekular, historis, maupun kontemporer.

Bila dgunakan sebagai sifat, hadits berarti baru. Di dalam Al-Qur’an kata

Page 20: makalah agama akeh.docx

ini digunakan sebanyak 23 kali dengan pengertian beragam sebagaimana

arti etimologisnya, begitu pula penggunaannya di dalam hadis-hadis Nabi

saw.M. M. Azami menyimpulkan bahwa kata hadis dalam pemakaiannya

di dalam riwayat-riwayat mengandung arti ‘kisah’ atau ‘komunikasi’. Pada

masa awal-awal Islam , kisah dan komunikasi Nabi saw mendominasi

seluruh komunikasi saat itu, maka kata hadis pun mulai digunakan hampir

secara khusus untuk riwayat tentang atau dari Nabi saw

Ulama hadis terutama kalangan mutaakhirīn dominana

menggunakan kata sunah dan hadis dalam pengertian yang sama, yang

satu dapat menggantikan tempat yang lainnya. Mereka menggunakan

kedua kata ini jika merujuk pada ucapan, perbuatan, atau ketetapan

yang khusus untuk Nabi saw.Sedangkan ulama hadis yang lain

menggunakan kata sunah secara khusus yakni meliputi perbuatannya

saja, atau aplikasi syariat sejak masa Rasulullah hingga akhit periode

sahabat.  Di dalam penelitan ini, kata sunah dan hadis digunakan dengan

makna yang sama mengikuti penggunaan ulama hadis mutakhirīn.

Kehujahan Sunah

Para ulama muhaqqiq telah menetapkan banyak hukum-hukum

syariat dengan berlandaskan sunah, hal itu karena mereka telah

menetapkan sunah sebagai salah satu sumber hukum Islam dan sah

dijadikan hujah.Memang ada kelompok yang disebut inkaār as-sunnah

yaitu mereka yang tidak mengkui status kehujahan sunah sebagai salah

satu sumber hukum Islam. Namun kelompok yang cikal bakalnya telah

Page 21: makalah agama akeh.docx

ada sejak periode tābi’īn ini adalah kelompok yang kecil, argumen-

argumen mereka lemah dan telah dibantah oleh para ulama

Kehujahan sunah ditetapkan  berdasarkan otoritas yang dibrikan

Allah swt kepada Rasul-Nya yang diekspresikan di dalam banyak ayat Al-

Qur’an. Allah mewajibkan umat Islam untuk taat kepada Rasul-Nya,

bahkan menyertakan ketaatan kepada diri-Nya sendiri misalnya di dalam

ayat berikut ;

�م�ر �ولي األ� س�ول� و�أ �طيع�وا الر0 0ه� و�أ �طيع�وا الل �وا أ 0ذين� آم�ن >ه�ا ال ي� �ا أ ي

�م� ن منك ول إ س  � ه و�الر0 ل�ى الل  0 د>وه� إ ي�ء ف�ر� �م� في ش� ع�ت �از� �ن ن ت ف�إخر اآل� �و�م �ي 0ه و�ال الل �ون� ب �ؤ�من �م� ت �نت ويال� ك

� �أ �ح�س�ن� ت �رB و�أ ي ذ�£لك� خ�

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”

Allah memerintahkan kita untuk mejawab dan tidak menyalahi

seruan Rasul-Nya :

�ا �م�ي يك ي �ح� م�ا ي �م� ل ذ�ا د�ع�اك س�ول إ لر0 0ه و�ل ل �وا ل يب �ج ت �وا اس� 0ذين� آم�ن >ه�ا ال ي� أ

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu”

Tidak boleh bagi setiap mukmin, baik laki-laki maupun perempuan,

memilih dan memilah hukum yang telah ditetapkam oleh Rasululah ;

�ون� �ك �ن ي ا أ �م�ر� �ه� أ ول س� 0ه� و�ر� ذ�ا ق�ض�ى الل �ة إ م�ؤ�من و�ال� م�ؤ�من �ان� ل و�م�ا ك

ة� �ر� ي �خ �ه�م� ال رهم�ل م  �� ل0 �من� أ د� ض  � �ه� ف�ق  � ول س  � ه� و�ر� �ع�ص الل  0 و�م�ن ي

�ا ين ال� م>ب ض�ال�

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan

Page 22: makalah agama akeh.docx

suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.”

Allah swt bersumpah bahwa tidak ada keimanan bagi siapa saja

yang berpaling dari hukum yang telah ditetapkan oleh Rasul-Nya. Begitu

juga mereka yang tidak mau menerimanya secara sukarela dan penuh

ketundukan. Lebih dari itu, menerima atau menolak ketetapan hukum dari

Rasulullah merupakan garis pemisah antara keimanan dan kemunafikan :

�م0 �ه�م� ث �ن �ي ج�ر� ب ا ش  � Kم�وك� فيم  � �ح�ك 0ى£ ي ت �ون� ح� �ؤ�من Kك� ال� ي ب ف�ال� و�ر�يم�ا ل �س� Kم�وا ت ل �س� �ت� و�ي ج�ا مKم0ا ق�ض�ي هم� ح�ر� �نف�س �جد�وا في أ ال� ي

“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”

Bيق0ى£ ف�ر �و�ل �ت �م0 ي �ا ث �ط�ع�ن س�ول و�أ الر0 0ه و�ب الل 0ا ب �ون� آم�ن �ق�ول و�يك� �ع�د ذ�£ل �ه�م مKن ب ين��مKن �م�ؤ�من ال ك� ب   �£ئ �ول وا  و�م�ا أ ذ�ا د�ع  � و�إ

�ه�م ذ�ا ف�ري    قB مKن �ه�م� إ �ن �ي �م� ب �ح�ك ي ه ل ول س    � ه و�ر� ل�ى الل    0 إم>ع�رض�ون�

“Dan mereka berkata: "Kami telah beriman kepada Allah dan rasul, dan kami mentaati (keduanya)". Kemudian sebagian dari mereka berpaling sesudah itu, sekali-kali mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman. Dan apabila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya, agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka menolak untuk datang.”

Selain dalil-dalil dari Al-Qur’an di atas, juga terdapat banyak hadis

yang menunjukan kehujahan sunah. Salah satu hadis yang cukup terkenal

adalah hadis mengenai wejangan Rasulullah saw kepada sahabat Muadz

bin Jābal ketika hendak mengutusnya ke Yaman. Di dalam hadis tersebut

Rasulullah saw meridhai jawaban Muadz bahwa ia akan menjadikan sunah

sebagai sumber menetapkan hukum setelah Al-Qur’ān.

Page 23: makalah agama akeh.docx

Kehujahan sunah juga ditunjukan oleh ijma’ atau konsensus dari

para sahabat, dan hal itu terlihat dari cara mereka menetapkan hukum

sepeninggal Rasulullah saw dimana mereka melaksanakan perintah-

perintah serta menjauhi larangan-larangan yang diajarkan Rasulullah baik

yang tertulis di dalam Al-Qur’an maupun yang bersumber dari Rasulullah

sendiri. Para Khalifah Rāsyidīn bila menghadapi persoalan yang tidak

mereka temui penjelasannya secara eksplisit di dalam Al-Qur’an akan

merujuk kepada sunah Rasulullah. Misalnya ketika Khalifah Abu Bakar

dihadapkan pada persoalan kewarisan seorang nenek yang tidak

disebutkan di dalam Al-Qur’an, Abu Bakar akhirnya memberikan nenek itu

satu per enam sesuai dengan sunah yang disampaikan oleh al-Mughīrah

dan Muhammad bin Maslamah.

Fungsi dan Kedudukan Sunah Terhadap Al-Qur’an

Secara umum, sunah dapat dikatan sebagai sumber kedua ajaran

Islam di dalam semua aspeknya dari akidah, ibadah, akhlak hingga

muamalah. Sunah menduduki kedudukan yang istimewa terhadapa Al-

Qur’an.,  Sayyidah ‘Aisyah ra menyatakan bahwa akhlak Rasulullah saw

adalah Al-Qur’an, dan Rasulullah adalah sumber dari sunah. Sehingga

sunah dapat dikatakan sebagai   tafsiran praktis dari nilai-nilai yang

terkandung di dalam Al-Qur’an. Selain itu sunah juga menjelaskan hal-hal

yang masih samar di dalam Al-Qur’an, menjabarkan yang masih global,

dan menunjukan maksud dari lafal-lafal yang maknanya tidak dijelskan.

Bahkan sunah juga punya otoritas menetapkan hukum-hukum serta

Page 24: makalah agama akeh.docx

kaidah-kaidah sendiri yang tidak ditetapkan di dalam Al-Qur’an namun

tetap sejalan dengannya.

Para ulama telah menjelaskan kedudukan suhan terhadap Al-Qur’an

di dalam tiga bentuk. Pertama : sunah menetapkan kembali untuk

menguatkan ketetapan-ketetapan hukum yang telah diletakan oleh Al-

Qur’an, misalnya hadis-hadis yang menjelaskan lima kewajiban yang

merupakan rukun agama Islam. Di dalam hadis-hadis seperti itu

ditegaskan kembali kewajiban salat, puasa, zakat, dan haji. Padalah

ketetapan wajibnya perkara-perkara tersebut telah dijelaksan di dalam

ayat-ayat Al-Qur’an.

Kedua :  sunah adalah penjelas bagi ayat-ayat Al-Qur’an. Hal ini

sesuai dengan salah satu fungsi diutusnya Rasulullah saw sebagaimana

yang disebutan di dalam ayat :

0ه�م� �ع�ل �هم� و�ل �ي ل ل� إ Kز 0اس م�ا ن  � لن Kن� ل �ي �ب ت �ر� ل �ك� الذKك �ي ل �ا إ �ن ل �نز� و�أ

ون� 0ر� �ف�ك �ت ي

“Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.”

Sunah menjelaskan Al-Qur’an di dalam beberapa segi; (1)

memerinci ketentuan yang masih global. Di dalam Al-Qur’an ada banyak

amalan-amalan ibadah yang wajib namun tidak dijelaskan secara rinci

mengenai tata cara atau waktu pelaksaannya misalnya salat, haji atau

zakat. Ketentuan rinci dan praktis dari ibadah-ibadah tersebut dapat

diketahui dari sunah ; (2) menghususkan ketentuan-ketentuan yang

Page 25: makalah agama akeh.docx

masih umum. Misalnya Al-Qur’an menghalalkan jual beli secara umum di

dalam ayat 275 surah al-Baqarah, kemudian sunah mengeluarkan jenis-

jensi jual berli tertentu yang terlarang dari kehalalan jual beli; (3)

memberikan batasan (taqyīd) kepada ketentuan yang masih mutlak,

misalnya ketentuan tentang wasiat di dalam Al-Qur’an tidak dibatasi

jumlah tertentu, sunah lalu memberikan batasan bahwa harta yang

diwasiatkan maksimal sepertiga ; (4) menerangkan ayat-ayat yang

problematis. Misalnya ayat 82 surah al-An’ām yang berbunyi :

�م�ن� �ه�م� األ� ك� ل �£ئ   �ول �م أ ظ�ل �ه�م ب ان يم  � وا إ س� �ب �ل �م� ي �وا و�ل 0ذين� آم�ن ال

�د�ون� و�ه�م م>ه�ت

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman, mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Pernyataan dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan

kezaliman di dalan ayat tersebut sulit dipahami oleh para sahabat karena

mereka merasa bahwa mereka pasti pernah berbuat zalim di dalam hidup

mereka. Rasulullah kemudian menjelaskan bahwa makna kata di ظ�ل�م

dalam ayat tersebut adalah kesyirikan (5) sunah menjabarkan hal-hal

yang dibahasa secara ringkas di dalam Al-Qur’an. Kisah sekelompok

orang-orang beriman yang disiksa di dalam parit yang disebut Ashāb al-

Ukhdūd hanya disampaikan secara ringkas di dalam Al-Qur’an, sunah

kemdian menceritakan panjang lebar peristiwa tersebut (6) sunah

menasakh hukum-hukum tertentu yang telah ditetapkan Al-Qur’an. An-

naskh adalah menghilangkan hukum syariat dengan perintah syariat yang

Page 26: makalah agama akeh.docx

datang belakangan.Permasalahan menasakh Al-Qur’an dengan sunah

masih diperselisihkan oleh para ulama, namun salah satu contoh yang

dapat diajukan adalah persoalan wasiat kepada ahli waris. Di dalam Al-

Qur’an disebutkan bahwa Allah swt memerintahkan untuk  mewasiatkan

harta termasuk kepada orang tua yang termasuk ahli waris,hukum ini

kemudian dinasakh oleh hadis Rasulullah saw bahwa seorang ahli waris

tidak boleh mendapatkan harta wasiat; (7) sunah menetapkan cabang-

cabang hukum (al-furū’) bagi pokok-pokok hukum (al-ushūl) yang

ditetapkan oleh Al-Qur’an. Misalnya hukum haramnya jual beli ijon yang

ditetapkan oleh sunah adalah hukum cabang dari haramnya jual beli

dengan zalim dan tanpa keridhaan yang tertera di dalam Al-Qu’an.    

Sebagaiana yang dijelakan oleh asy-Syāfi’ī, dua fungsi sunah di atas

yakni sebagai penguat dan penjelas Al-Qur’an adalah fungsi sunah yang

telah disepakati oleh para ulama . Fungsi ketiga yakni sunah sebagai

pembuat ketetapan baru yang belum ditetapkan oleh Al-Qur’an

merupakan fungsi sunah yang masih diperselisihkan. Ada empat pendapat

ulama dalam hal ini, namun menurut as-Sibā’ī, perbedaan pendapat

bukanlah tentang keberadaan sunah yang menetapkan ketentuan yang

tidak disebutkan secara eksplisit di dalam Al-Qur’an. Perbedaan  tersebut

sebenarnya mengerucut kepada satu pertanyaan ; mungkinkah sunah

menetapkan suatu ketentuan syariat secara independen ataukah

ketentuan-ketentuan tersebut sebenarnya masih merupakan kandungan

dari ayat-ayat Al-Qur’an?

Para ulama yang menyatakan bahwa sunah dapat menetapkan

suatu ketetapan syariat secara independen bergargumen bahwa hal itu

Page 27: makalah agama akeh.docx

sangat rasional karena Rasulullah saw adalah seorang yang maksum, jadi

tidak mungkin beliau berbuat salah. Allah swt memerintahkan kepada

Rasul-Nya untuk menyampaikan risalah kenabian dengan metode apa

saja yang baik, entah itu dengan menyampaikan kandungan Al-Qur’an

atau beliau memberikan ketentuan sendiri. Disamping itu ada banyak

sekali ayat-ayat yang menyertakan ketaatan kepada Allah dengan

ketaatan kepada Rasul-Nya, ketaatan kepada Allah swt adalah taat

kepada Al-Qur’an sedangkan ketaatan keada Rasulullah berarti mematuhi

sunah-sunahnya. Jika sunah tidak independen dalam beberapa penetapan

syariat, tentu yang disebutkan hanya ketaatan kepada Allah saja. Ada

banyak hadis yang menunjukan bahwa  syariat Islam dibangun di atas dua

pondasi secara bersama-sama yaitu Al-Qur’an dan sunah.

Ulama yang berpendapat bahwa sunah tidak bisa menetapkan

sesuatu secara independen juga memiliki argumen mereka sendiri. Asy-

Syāthibī  sebagai salah satu ulama yang berpendapat demikian

menyatakan bahwa makna sunah akan selalu kembali kepada ketentuan

Al-Qur’an.  Karena sunah adalah penjelas bagi Al-Qur’an sesuai tugas

Rasulullah yang disebutkan di dalam surah an-Nahl : 44. Maka tidak akan

ditemukan suatu ketetapan di dalam sunah yang tidak ditunjukan

maknanya oleh Al-Qur’an, meskipun hanya ditunjukan secara tersirat saja.

Pembesar mazhab Mālikiyah di Andalusia ini juga berdalil dengan

keterangan singkat yang padat dari ‘Aisyah bahwa akhlak Rasulullah

adalah Al-Qur’an. Akhlak mencakup perbuatan, perkataan, dan ketetapan

yang meruapakan komponen sunah. Jadi semua yang ada di dalam sunah

telah terckup oleh Al-Qur’an. Dalil lainnya adalah ayat-ayat yang

Page 28: makalah agama akeh.docx

menunjukan bahwa Al-Qur’an menerangkan segala sesuatu misalnya

surah al-An’ām ayat 38 atau al-Māidah ayat 3 mengenai telah

sempurnanya pewahyuan Al-Qur’an. Jadi sunah pun dicakup oleh Al-

Qur’an

Menurut Musthāfa as-Sibāb’ī perbedaan yang terjadi di antara kedua

kelompok ulama di atas hanyalah perdebatan lafdzī. Karena pada

hakikatnya kedua kelompok itu mengakui adanya fungsi sunah untuk

meletakan hukum-hukum yang tidak disebutkan di dalam Al-Qur’an. Akan

tetapi kelompok pertama menyebut penetapan tersebut sebagai

penetapan yang independen, sedangkan yang lainnya menganggap

hukum-hukum tersebut sebenarnya telah disinggung oleh Al-Qur’an

secara implisit.

Penyebutan secara implisit yang dimasudkan di atas bisa dilihat dari

lima sisi. (1) Al-Qur’an menunjukan wajibnya menaati Rasulullah saw yang

berarti mengamalkan sunahnya, jadi setiap pengamalan terhadap sunah

secara tidak langsung juga merupakan pengamalan terhadap Al-Qur’an ;

(2) Al-Qur’an mnyebutkan sesuatu secara global dan sunah

menjabarkannya. Segi ini telah masyhur di kalangan ulama; (3) Al-Qur’an

menetapkan maksud-maksud umum syariat (maqāshid asy-syar’iyyah),

hukum-hukum yang ditetapkan sunah adalah untuk mewujudkan

makdsud-maksud tersebut ; (4) Al-Qur’an menetakan hukum-hukum yang

mengandung illat tertentu, kemudian sunah menetapkan suatu hukum

berdasarkan illat tersebut dengan cara ‘qiyas’ ; (5) hukum-hukum

terperinci yang ditetapkan sunah kembali kepada ketetapan tertentu di

dalam Al-Qur’an. Misalnya ketika Ibn ‘Umar menceraikan istrinya dalam

Page 29: makalah agama akeh.docx

keadaan haid kemudian Rasulullah saw memerintahkannya rujuk kembali

dan menunggu sampai tiga kali quru’ sebelum ia mengambil keputusan

apakah diceraikan atau dipertahankan. Tuntunan Rasul tersebut kembali

kepada nas Al-Qur’an yaitu ayat pertama surah at-Thalāq ayat.

Toleransi dalam Islam dan kebebasan beragama adalah topik yang penting ketika dihadapkan pada situasi saat ini ketika Islam dihadapkan pada banyaknya kritikan bahwa Islam adalah agama intoleran, diskriminatif dan ekstrem. Islam dituduh tidak memberikan ruang kebebasan beragama, kebebasan berpendapat, sebaliknya Islam sarat dengan kekerasan atas nama agama sehingga jauh dari perdamaian, kasih sayang dan persatuan.

Memang tidak dapat dipungkiri kesimpulan keliru oleh para pengkritik Islam tersebut terbentuk dari fakta-fakta sebagian kecil umat Islam yang melakukan tindakan yang mengatasnamakan jihad Islam yang tidak tepat. Tetapi meski demikian kita akui juga bahwa kekuasaan yang sewenang-wenang yang diterapkan oleh negara-negara adidaya terhadap negara-negara miskin dan negara berkembang serta standar ganda yang mereka terapkan ketika terjadi kesepakatan antara mereka dengan negara-negara berkembang yang juga termasuk negara-negara Islam- adalah penyebab alami reaksi kekerasan yang timbul. Tentu saja ini bukanlah cara-cara Islam dan benar-benar bertentangan dengan ajaran Islam. 

Islam adalah agama yang mengajarkan untuk menghormati para utusan Allah, meyakini bahwa mereka adalah para utusan Allah yang benar yang bertugas menyampaikan ajaran-ajaran yang benar sesuai dengan situasi pada masing-masing zaman. Dari hal ini bagaimana mungkin bisa dikatakan bahwa agama seperti ini tidak mengajarkan toleransi terhadap agama lain? Bagaimana bisa dikatakan agama Islam tidak mengajarkan persatuan dan kerukunan dengan agama lain? Bagaimana bisa agama Islam mengajarkan kebiasaan intoleransi agama dan menganjurkan hidup dengan orang lain tanpa cinta dan kasih sayang? Tidak mungkin. Menyatakan bahwa dalam agama Islam tidak ada nilai-nilai kesabaran dan kebebasan berpendapat atau berbicara adalah suatu tuduhan yang tidak berdasar.

Page 30: makalah agama akeh.docx

Kata makna Islam sendiri mengandung makna antidote dari kekejaman, disharmonisasi dan intoleransi. Salah satu artinya adalah damai, penyerahan diri dan ketataatan, dan juga berarti menciptakan kerukunan dan perdamaian. Salah satu makna lainnya adalah menghindari orang yang menyakiti, arti lainnya adalah hidup bersama secara harmonis. Tujuan dari penjelasan tentang kata Islam yang diberikan oleh Allah taala pada agama Islam ini adalah karena seluruh ajaran-ajaran dan hukum-hukum yang dibawa oleh Rasulullah saw penuh dengan cinta, Toleransi, kesabaran, dan kebebasan hati nurani dan berbicara dan hak untuk mengungkapkan pendapat.

Selanjutnya lihatlah bagaimana Rasulullah saw mengajarkan kepada kita semua tentang semangat toleransi, kebebasan beragama dan berkeyakinan

Ketika Rasulullah (saw) mengklaim bahwa beliau adalah utusan Allah dan atas bimbingan Allah taala menyatakan bahwa beliau adalah seorang nabi dengan membawa syariat terakhir dan satu-satunya sarana keselamatan adalah dengan menerima Islam dan menyesuaikan diri dengan perintah-perintah Allah yang Mahakuasa - pengumuman ini kemudian dibuat oleh Allah yang Mahakuasa:

Dan katakanlah, “Inilah kebenaran dari Tuhan-mu; maka barangsiapa menghendaki, maka berimanlah, dan barangsiapa menghendaki, maka ingkarlah.” ( Q.S 18: 30 ) Selanjutnya, adalah urusan Allah taala sendiri untuk memberi balasan pada orang yang tidak beriman, di dunia maupun diakhirat. Oleh karena itu, wahai Nabi dan wahai orang-orang yang beriman pada nabi ini, tugas kalian hanyalah menyampaikan pesan tersebut.  Untuk kepentingan menciptakan lingkungan yang penuh cinta dan kasih sayang serta toleransi, kalian harus menyebarkan pesan ini dengan penuh kebaikan. Karena Anda yakin bahwa dengan ajaran Tuhan yang diberikan kepadamu, agama kalian adalah benar dan berdasarkan pada kebenaran, Ini adalah persyarakat bagi terciptanya kebaikan bagi orang lain, bahwa apa yang kalian anggap benar untuk diri kalian, kalian harus menyebarkannya juga pada seluruh umat manusia dan juga melibatkan mereka dalam perintah ini.

Mungkin bisa saja orang lain akan mengajukan keberatanan seperti ini bahwa pilihan untuk beriman atau tidak beriman yang diberikan kepada orang-orang Mekah itu diberikan pada saat posisi umat Islam masih sangat lemah. Maka kalimat itulah yang dipergunakan sehingga orang-orang kafir Mekkah tidak membinasakan umat Islam secara kejam.

Keberatan ini adalah argumen yang lemah. Walaupun adanya perintah ini, Kaum kafir Makkah tidak berhenti dalam hal kekejaman mereka terhadap umat Islam. Mereka menganiaya orang Islam disebabkan karena keimanan umat Islam. Beberapa diletakkan diatas batu yang membara, beberapa lainnya disuruh berbaring diatas pasir yang panas dibawah terik matahari siang. Beberapa mereka diikat kakinya pada dua unta dan unta tersebut ditunggangi ke arah yang berlawanan yang menyebabkan kaki orang Islam terpotong menjadi dua bagian. Bahkan wanita-wanita yang dipukuli tidak terhindar dari penyiksaan ini. Jadi jika ayat sebelumnya yang saya kutip dimaksudkan untuk menyelamatkan umat Islam dari kekejaman, maka sejarah membuktikan bahwa hal itu tidak mengarah pada tujuan itu. Perintah ini tidak terbatas pada saat itu saja tapi hal itu juga berlaku dalam Quran Suci untuk saat ini.

    Tidak tahan dengan kekejaman yang ditimbulkan oleh orang-orang sebangsa sendiri, kaum Muslim hijrah ke Madinah. Setelah kedatangan mereka perjanjian dibuat dengan orang-orang Yahudi Madinah yang bukan Islam pada saat itu, yang menunjukkan bagaimana masyarakat

Page 31: makalah agama akeh.docx

bisa hidup bersama dan tetap bebas, dan menunjukkan bagaimana hak-hak satu sama lain diperhatikan.

Namun sebelum itu ajaran Alquran suci menyatakan:

'Tidak boleh ada paksaan dalam agama.” ( Q.S 2: 257 )

Perintah ini diturunkan di Madinah. Pada saat itu mayoritas penduduk Madinah telah menjadi Muslim, sebagian lagi adalah orang-orang yang tidak tertarik pada agama dan mereka bergabung dengan kaum Muslim seperti burung-burung pada kawanan yang sama. Bila dilihat dari sudut pandang ini, penduduk Muslim mewakili mayoritas. Di sisi lain orang-orang Yahudi yang berkuasa sebelum kedatangan Rasulullah ke madinah sekarang mereka telah berkurang dan menjadi minoritas. Sebagai konsekuensinya, dengan menjadi Kepala Negara, pemerintahan Rasulullah (saw) telah terbentuk dengan kuat. Meskipun demikian perintah tersebut menyatakan bahwa "Kalian tidak akan menggunakan paksaan dalam agama, juga tidak akan menggunakan kekuatan terhadap orang-orang lemah walaupun mereka bukan Islam yang telah bergabung dengan kalian sebagai kawan dan saudaramu, atau tidak akan menggunakan kekuatan terhadap orang Yahudi yang hidup di bawah wilayah kalian. ’

Anda sekalian dapat melihat dari Perjanjian yang disusun, bagaimana suasana cinta dan kasih sayang, kebebasan beragama dan toleransi tercipta. Perjanjian itu berbunyi sebagai berikut:

 Umat Islam dan Yahudi akan hidup bersama satu sama lain dalam kebaikan dan ketulusan dan tidak akan melakukan perbuatan yang berlebihan atau kekejaman apapun terhadap satu sama lain.

Orang-orang Yahudi akan terus menjaga iman mereka sendiri dan umat Islam dengan imannya;

Kehidupan dan hak milik semua warga negara harus dihormati dan dilindungi keamanannya dalam kasus kejahatan yang dilakukan oleh seseorang

Semua perselisihan akan mengacu keputusan Nabi Allah karena dia memiliki otoritas yang menentukan, tetapi semua keputusan yang menyangkut pribadi akan didasarkan pada aturan masing-masing.

Dan, tentu saja, ada poin-poin lainnya dalam perjanjian ini selain keempat poin yang dikutip tersebut. Sekarang coba lihat upaya apa yang telah digunakan untuk membangun keadaan masyarakat yang penuh kebebasan dan kasih sayang. Pada waktu itu tidak ada hukum nasional. Setiap orang hidup sesuai dengan tradisi dan hukum klan atau suku. Nabi Muhammad (saw)  tidak mengatakan bahwa Anda adalah minoritas, tetapi memang benar bahwa, Anda harus mematuhi undang-undang mayoritas Islam. Sebaliknya, kondisi dari Perjanjian itu adalah bahwa urusan Anda akan ditentukan berdasarkan undang-undang Anda sendiri. Ini adalah Piagam pertama kebebasan hati nurani dan berkeyakinan dalam Islam.

Standar Toleransi Islam

Contoh lain yang sangat baik tentang toleransi, AlQuran Suci menjelaskan bahwa bagaimanapun keadaannya, Anda tidak boleh meninggalkan toleransi. Terlepas dari kekejaman yang ditimbulkan pada kalian, kalian jangan bertindak selain dengan keadilan dan tidak membalas dendam dengan cara yang sama kejamnya. Jika kalian melakukannya, maka kalian adalah sesat, kata lain untuk sebutan keislaman kalian menjadi tidak berarti. AlQuran Suci menyatakan:

Page 32: makalah agama akeh.docx

”...janganlah kebencian sesuatu kaum mendorong kamu bertindak tidak adil. Berlakulah adil; itu lebih dekat kepada takwa.” (Q.S 5: 9)

Ini adalah standar toleransi dan keadilan dalam Islam. Islam menganjurkan untuk tidak menanggapi tuduhan rendah dan hina dari lawan,  karena dengan melakukan itu maka akan membuat kita sendiri menjadi kejam. Sebaliknya memaafkan adalah tindakan yang lebih baik dan kalaupun diharuskan untuk membalas maka kita balas dengan catatan tidak melebihi luka yang telah ditimbulkan kepada kita.

Sebuah contoh luar biasa tentang toleransi dan pengampunan adalah seperti yang diperlihatkan oleh Rasulullah saw yang yang mengampuni semua penganiaya pada saat Fattah Mekkah. Sejarah telah mencatat peristiwa ini. Ikramah adalah musuh terbesar Islam. Meskipun amnesti umum telah diproklamasikan oleh Rasulullah saw pada hari kemenangan tersebut, Ikramah memilih melawan kaum muslimin, ia akhirnya kalah dan kemudian melarikan diri. Ketika istri Ikramah memohon pengampunan, Rasulullah saw pun mengampuni. Segera setelah pengampunan, ketika Ikramah muncul ke hadapan Rasulullah saw, Ikrimah berkata kepada Rasulullah saw dengan sombongnya bahwa 'Jika Engkau berpikir bahwa karena pengampunan Engkau saya juga akan menjadi seorang Muslim, maka biarkan hal ini jelas bahwa saya tidak menjadi Muslim. Jika Anda dapat memaafkan saya sementara saya tetap teguh pada keimanan saya, maka itu baik, tetapi jika sebaliknya saya akan pergi. Rasulullah (saw) bersabda: Tidak diragukan lagi Engkau bisa tetap teguh dengan keimanan Engkau. Engkau bebas dalam segala hal. Tambahan pula, ribuan orang-orang Mekkah pada waktu itu juga belum menerima Islam dan meskipun kalah mereka tetap mendapatkan hak kebebasan mereka dalam beragama. Jadi ini adalah ajaran AlQuran Suci dan contoh yang diberikan oleh Rasulullah saw mengenai hal ini.

Kemudian beberapa contoh lain dari kebebasan berbicara dan toleransi. Suatu ketika Rasulullah saw membeli unta dari seorang Badui yang ditukar dengan sekitar 90 kilo kurma kering. Ketika Rasulullah saw sampai dirumah, ia menemukan bahwa semua kurma telah hilang. Dengan penuh kejujuran dan kesederhanaan, beliau mendatangi orang Badui tersebut dan berterus terang padanya, Wahai hamba Allah! Saya telah membeli unta dengan ditukar dengan kurma kering dan saya merasa bahwa saya memiliki banyak kurma tetapi ketika saya sampai dirumah, saya menemukan bahwa saya tidak memiliki kurma yang banyak. Orang Badui itu berkata: Dasar penipu! Orang-orang mulai memberitahu Badui untuk berhenti berbicara seperti itu terhadap Rasulullah saw, tetapi Rasulullah saw bersabda: Biarkan dia. (Masnad Ahmad bin Hanbal Vol.6 p.268 diterbitkan di Beirut)

Sekarang lihatlah, bagaimana cara seorang penguasa waktu tu berurusan dengan orang biasa. Ini adalah standar jaminan kebebasan berbicara dan standar kesabarannya.

Kemudian contoh toleransi dan kebebasan beragama mengacu pada orang-orang dari agama lain. Suatu ketika delegasi Kristen dari Najaran datang kepada Nabi Suci (saw). Dalam pertemuan dengan Rasulullah saw di Masjid Nabi di Madinah itu, waktu bagi peribadatan Kristen telah tiba dan mereka ingin segera berangkat. Rasulullah saw menawarkan kepada mereka untuk beribadah di masjid. Kemudian Setelah itu  terbentuklah persetujuan dengan orang-orang Kristen Najran yang menjamin kebebasan mereka dalam beragama dan menetapkan kewajiban bagi umat Islam untuk melindungi gereja-gereja mereka. Tidak ada

Page 33: makalah agama akeh.docx

gereja yang harus dihancurkan dan juga tidak akan ada satupun imam yang akan diusir atau dikeluarkan. Hak-hak mereka juga tidak akan dikurangi dan takkan ada satupun orang Kristen yang diminta untuk mengubah imannya. Pernyataan ini menyatakan bahwa Nabi (saw) memberikan jaminan pribadinya. Perjanjian ini selanjutnya menyatakan bahwa jika umat Islam ingin membantu membiayai perbaikan gereja-gereja Kristen, itu akan menjadi tindakan kebajikan bagi mereka.

Berkenaan dengan keadilan, kebenaran dan kebebasan beragama, pendiri Jemaat Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad(as) menyatakan bahwa terbukti bahwa setelah perselisihan antara seorang Muslim dengan seorang Yahudi di bawa ke hadapan Rasulullah saw. Rasulullah saw)  memutuskan bahwa orang Yahudi yang benar dan  menolak pernyataan seorang muslim. Kemudian mengutip sebuah ayat Alquran, beliau menyatakan bahwa ayat ini berarti 'Wahai nabi, Ajaklah orang-orang ahli kitab dan orang-orang yang tidak tahu ke dalam Islam. jika mereka masuk Islam, mereka akan mendapatkan bimbingan tetapi jika mereka berpaling maka pekerjaan mu hanyalah menyampaikan pesan dari Allah taala. di dalam ayat ini tidak tertulis bahwa tugas kalian adalah berperang melawan mereka.

Jelas dari ayat ini bahwa perang hanya diizinkan terhadap musuh yang membunuh orang Islam atau mengganggu terciptanya perdamaian dan sibuk dalam pencurian dan perampokan. Dan perang ini adalah dilakukan dari kapasitas beliau sebagai seorang panglima dan bukan karena kenabiannya. Allah berfirman 'berperanglah di jalan Allah terhadap mereka yang memerangimu', hal itu menyatakan bahwa 'tidak ada kepentingan pada hal lainnya dan tidak melampaui batas' karena Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.

Jadi ini adalah ajaran yang indah dari Islam dan contoh yang sempurna dari Nabi Muhammad saw, contoh-contoh yang telah saya gambarkan sebelumnya. Adalah cemoohan yang besar dengan menuduh bahwa tidak ada konsep toleransi kebebasan beragama berkeyakinan dalam Islam. Kita tidak boleh menafsirkan kepentingan beberapa kepentingan dari beberapa individu Islam dan juga tidak tidak bisa ditafsirkan seperti itu.

Dalam kasus apapun, hal ini akan menjadi sangat jelas bahwa sementara ada kebebasan berbicara dan toleransi dalam Islam, ada juga rasa hormat bagi umat manusia dan kesabaran

Page 34: makalah agama akeh.docx

BERTINGKAT-TINGKAT

Sebagaimana maksiat, bid’ah juga bertingkat-tingkat. Menurut kesepakatan ulama, maksiat itu terbagi dalam kemaksiatan yang bisa membuat pelakunya kafir, dan kemaksiatan yang sifatnya kaba’ir (dosa-dosa besar) dan shagha’ir (dosa-dosa kecil) begitu juga bid’ah terbagi menjadi bid’ah yang membuat pelakunya kafir, bid’ah yang sifatnya kaba’ir, bid’ah yang sifatnya shaga’ir.

Pembagian bid’ah besar dan bid’ah kecil harus dipahami dengan dasar perbandingan antara bid’ah itu sendiri. Namun jika dipandang bahwa bid’ah itu adalah dosa atau bagian dari kemaksiatan, maka sesungguhnya seluruh bid’ah, baik besar atau kecil, adalah termasuk dosa besar (al-kaba’ir).

BEDA SIFAT DALIL PELARANGANNYA

Walaupun bid’ah dan maksiat mempunyai persamaan, keduanya juga mempunyai perbedaan.

Dasar larangan maksiat biasanya berupa dalil-dalil yang khusus, baik teks Al-Quran , As-Sunnah, atau ijma’ atau qiyas. Berbeda dengan bid’ah, dasar larangannya biasanya berupa dalil-dalil yang umum dan tujuan-tujuan syari’at serta cakupan sabda Rasulullah bahwa setiap bid’ah itu sesat.

Page 35: makalah agama akeh.docx

Mudahnya, jika kita biasa mendapatkan larangan, “Dan janganlah kamu mendekati perbuatan zina…” maka tidak akan kita dapatkan larangan, “Janganlah kamu melakukan peringatan kematian 7 hari, 40 hari, dan seterusnya…” Tidak ada teks khusus dari Al-Quran dan As-Sunnah tentang larangan terhadap bid’ah ini atau bid’ah itu. Larangan bid’ah adalah berdasar dalil umum semacam hadits, “Setiap perbuatan baru yang diada-adakan adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah sesat, dan setiap yang sesat tempatnya di neraka.”

BEDA SIKAP TERHADAP SYARIAT

Bid’ah itu menyerupai hal-hal yang disyari’atkan, karena bid’ah itu disandarkan dan dinisbatkan kepada agama. Berbeda dengan maksiat, ia bertentangan dengan hal yang disyariatkan, karena maksiat itu berada di luar agama, serta tidak dinisbatkan padanya, kecuali jika maksiat ini dilakukan dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah. Jika suatu maksiat diniatkan sebagai taqarrub, maka maksiat ini menjadi bid’ah juga dalam waktu yang sama.

Bid’ah merupakan pelanggaran yang sangat besar dari sisi melampaui batasan hukum Allah dalam membuat syariat. Alasannya, berbuat bid’ah berarti tidak meyakini kesempurnaan syari’at, menuduh syari’at masih kurang, belum sempurna, dan membutuhkan tambahan. Sedangkan pada perbuatan maksiat, tidak ada keyakinan bahwa syari’at belum sempurna. Bahkan pelaku maksiat meyakini dan mengakui bahwa ia melanggar dan menyalahi syariat.

Maksiat merupakan pelanggaran yang sangat besar ditinjau dari sisi melanggar batas-batas hukum Allah, karena pada dasarnya dalam jiwa pelaku maksiat tidak ada penghormatan terhadap Allah, terbukti dengan tidak tunduknya dia pada syari’at.

Berbeda dengan bid’ah. Sesungguhnya pelaku bid’ah menyangka bahwa dia dengan perbuatan bid’ahnya telah memuliakan Allah, mengagungkan syari’at dan agamanya. Ia meyakini bahwa ia dekat dengan Rabbnya dan melaksanakan perintahNya. Oleh sebab itu, ulama Salaf masih menerima riwayat hadits ahli bid’ah, dengan syarat ia tidak mengajak orang lain untuk melakukan bid’ah tersebut dan tidak menghalalkan berbohong. Sedangkan pelaku maksiat adalah fasik, gugur keadilannya, ditolak riwayat haditsnya dengan kesepakatan ulama.

BEDA DALAM HAL TAUBAT

Pelaku maksiat terkadang ingin taubat dan kembali ke jalan yang benar. Ini berbeda dengan ahli bid’ah. Ahli bid’ah meyakini bahwa amalan bid’ahya sebagai ibadah yang mendekatkan kepada Allah, sebagaimana firman Allah,

“Maka apakah orang yang dijadikan (syaithan) menganggap baik pekerjaan yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik…” (Faathir: 8 )

Karena persangkaannya bahwa bid’ahnya itu adalah ibadah, maka ia sulit bertobat. Bagaimana bisa bertobat sedangkan ia sendiri mengira perbuatan jeleknya sebagai perbuatan baik? Maka, banyak para salaf yang berkata dengan inti bahwa taubat ahli bid’ah itu sulit diharapkan daripada taubat ahli maksiat.

Page 36: makalah agama akeh.docx

Sufyan At-Tsauri berkata, “Bid’ah itu lebih disukai Iblis daripada maksiat, karena maksiat bisa ditaubati dan bid’ah tidak (diharapkan) tobat darinya.”

Sa’id bin Jubair pernah berkata, “Sungguh bila anakku berkawan dengan orang fasik dan tukang begal, tetapi ia pengikut sunnah adalah lebih kusukai daripada dia berkawan dengan orang yang tekun ibadah tapi ahli bid’ah.”

Dalam satu riwayat diceritakan bahwa Iblis berkata, “Saya mencelakakan Bani Adam dengan dosa dan mereka membinasakanku dengan istighfar dan Laailaha illalah. Tatkala saya melihat itu, maka saya menebar hawa nafsu di antara mereka. Maka mereka berbuat dosa dan tidak bertobat, karena mereka beranggapan bahwa mereka berbuat baik.”

Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Fatawa (X/9) menjelaskan, “Arti ungkapan ‘bid’ah tidak akan ditaubati’ adalah bahwa orang yang melakukan bid’ah, mengambil agama yang tidak disyariatkan Allah dan Rasul-Nya, dihiasi oleh keburukan amalnya dan dia menilainya sebagai kebaikan, sehingga dia tidak tobat darinya karena selalu melihat amalnya sebagai kebaikan. Sebab, awal tobat adalah mengetahui bahwa perbuatan yang dilakukannya adalah buruk dan harus ia tobati, atau dia meninggalkan kebaikan yang diperintahkan, baik yang wajib atau sunnah, lalu dia tobat dan melakukannya. Maka selama dia melihat perbuatannya baik, padahal semestinya buruk, maka dia tidak akan tobat darinya.

Tetapi, tobat orang yang melakukan bid’ah adalah mungkin dan dapat terjadi, yaitu bila Allah memberikan petunjuk dan bimbingan kepadanya, sehingga tampak jelas baginya kebenaran, sebagaimana Allah memberikan petunjuk kepada sebagian orang kafir, orang munafik, dan kelompok ahli bid’ah serta kesesatan dan lain-lain, dengan mengikuti kebenaran yang diketahuinya.”

KADAR BAHAYA BISA BERUBAH

Pada dasarnya, bahaya bid’ah lebih besar dari maksiat, karena fitnah ahli bid’ah terdapat dalam dasar agama, sedangkan fitnah pelaku dosa terdapat dalam syahwat. Ini merupakan sebuah kaidah dasar, jika tak ada tanda-tanda atau keadaan yang mengubah kondisi asal bid’ah atau maksiat itu.

Maksudnya adalah, bahaya pelanggaran –baik bid’ah atau maksiat- bisa membesar jika dilakukan terus-menerus, diremehkan bahayanya, dilakukan terang-terangan, dengan mengajak orang lain, sampai menghalalkan pelanggaran itu. Bahaya pelanggaran itu juga bisa mengecil jika misalnya dilakukan dengan sembunyi, tidak terus menerus, diikuti dengan penyesalan, dan berusaha taubat.

Juga, pelanggaran itu dengan sendirinya bisa membesar dengan besarnya kerusakan yang ditimbulkan.

Jika bahayanya mengancam dasar-dasar pokok agama, maka hal ini lebih besar daripada penyimpangan yang bahayanya hanya mengancam hal-hal parsial dalam agama. Begitu pula pelanggaran yang bahayanya berhubungan dengan agama lebih besar daripada pelanggaran yang bahayanya berhubungan dengna jiwa.

Page 37: makalah agama akeh.docx

Jadi sebenarnya untuk mengkomparasikan antara bid’ah dengan maksiat, kita harus memperhatikan situasi dan kondisi, maslahat dan bahayanya, serta akibat yang ditimbulkan sesudahnya, karena memperingatkan bahaya bid’ah tidak seyogyanya menimbulkan sikap meremehkan dan menganggap enteng keberadaan maksiat itu sendiri. Sebagaimana ketika kita memperingatkan bahwa maksiat tidak seyogyanya mengakibatkan sikap meremehkan dan menganggap enteng keberadaan bid’ah itu sendiri. (abu ibnihi)