makalah agama
DESCRIPTION
fhcgbTRANSCRIPT
MAKALAHAliran-Aliran Ilmu Kalam
“Murji’ah”
Disusun Oleh:
1. Alfianah Lailiah ( 03 )
2. M. Firman ( 00 )
3. Umi Masla A . ( 31 )
4. Yullia Susilaningtyas ( 35 )
Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo
Tahun Ajaran 2011 / 2012
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
PENDAHULUAN .............................................................................................. iv
BAB I
Arti Aliran Murji’ah ............................................................................................ 1
Asal Usul AliranMurji’ah ................................................................................... 1
Tokoh-Tokoh Aliran Murji’ah ............................................................................ 2
BAB II
Ajaran Dalam Aliran Murji’ah ............................................................................ 3
BAB III
Perkembangan di Zaman Modern ....................................................................... 6
BAB IV
Kesimpulan ......................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 8
iii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persoalan politik yang timbul sepeninggalan usman Ibn Affan
membawa perpecahan di kalangan umat Islam. Persoalan-persoalan politik
yang terjadi dalam lapangan politik ini membawa timbulnya persoalan siapa
yang kafir dan siapa yang bukan kafir. Dalam persoalan pertentangan ini,
timbul suatu golongan baru yang bersifat netral, yaitu golongan Murji’ah.
Dalam perjalanan sejarahnya, kaum Murji’ah mulai menanggapi persoalan-
persoalan teologis yang mencakup iman, kufur, dosa besar dan ringan,
hukuman atas dosa. Hal ini nampaknya memicu perbedaan pendapat di
kalangan para pendukung Murji’ah sendiri, akhirnya kaum Murji’ah pecah
menjadi beberapa golongan, yaitu Golongan Murji’ah Moderat yang
berpendapat bahwa iman itu terdiri dari tasdiq bi al-qalb dan iqrar bi al-lisan
dan Golongan Murji’ah Ekstrim yang berpendapat bahwa iman hanya
pengakuan hati (tasdiq bi al-qalb). Murji’ah Ekstrim dan Murji’ah Moderat di
mana mereka berpendapat bahwa orang yang melakukan dosa besar tetap
mukmin. Adapun soal dosa besar yang mereka lakukan ditunda
penyelesaiannya.
B. Tujuan
Dengan adanya makalah ini, diharapkan para pembaca dapat
mengetahui sedikit banyak mengenai apa itu Murji’ah. Selain itu dapat juga
membedakan antara aliran yang satu dengan aliran yang lain.
iv
BAB I
A. Arti Murji’ah
Murji’ah berasal dari kata bahasa Arab arja’a yarji’u yang berarti
menunda atau menangguhkan. Kata arja’a mengandung pula arti memberi
harapan, yakni memberi harapan pada pelaku dosa besar untuk memperoleh
pengampunan dan rahmat Allah. Selain itu, arja’a berarti pula melakukan di
belakang atau mengemudikan, yaitu oran yang mengemudikan amal dan iman.
Oleh karena itu, murji’ah artinya orang yang mengemudikan amal kedudukan
seseorang yang bersengketa yakni Ali dan Mu’awiyah serta pasukannya di
hari kiamat kelak.
B. Asal Usul Murji’ah
Golongan Murji’ah pertama kali muncul di damaskus pada penghujung
abad pertama hijriah. Pendirinya tidak diketahui dengan pasti, tetapi
Syahristani menyebutkan dalam bukunya Al-Milal wa An-Nihal (buku tentang
perbandingan agama serta sekte-sekte keagamaan dan filsafat) bahwa orang
pertama yang membawa paham Murji’ah adalah Bailah ad-Dimasyq.
Munculnya aliran ini dilatarbelakangi oleh persoalan politik, yaitu
persoalan khilafah (kekhalifahan). Setelah terbunuhnya Khalifah Usman bin
Affan, umat Islam terpecah ke dalam dua kelompok besar, yaitu kelompok Ali
dan Mu’awiyah. Kelomopk Ali lalu terpecah pula ke dalam dua golongan,
yaitu golongan yang setia membela Ali (disebut Syiah) dan golongan yang
keluar dari barisan Ali (disebut Khawarij). Ketika berhasil mengungguli dua
kelompok lainnya, yaitu Syiah dan Khawarij, dalammerebut kekuasaan,
kelompok Mu’awiyah lalu membentuk Dinasti Umayyah. Syi’ah dan
Khawarij bersama-sama menentang kekuasaannya. Syi’ah menentang
Mu’awiyah karena menuduh Mu’awiyah merebut kekuasaan yang seharusnya
milik Ali dan keturunannya. Sementara itu Khawarij tidak mendukung
Mu’awiyah karena ia dinilai menyimpang dari ajaran Islam. Dalam pertikaian
1
antara ketiga kelompok tersebut terjadi saling mengafirkan. Di tengah-tengah
suasana pertikaian ini muncul sekelompok orang yang menyatakan diri tidak
ingin terlibat dalam pertentangan politik yang terjadi. Kelompok inilah yang
kemudian berkembang menjadi golongan Murji’ah.
C. Tokoh Aliran Murji’ah
Dalam perjalanan sejarah, aliran ini terpecah menjadi 2 kelompok yakni
Murji’ah Moderat & Murji’ah Ekstrim. Tokoh yang termasuk Murji’ah
Moderat ialah Hasan bin Muhammad bin Ali bin Abi Thalib, Abu Hanifah &
Abu Yusuf. Tokoh yang termasuk Murji’ah Ekstrim ialah Al-Jahamiyah, Ash-
Shalihiyah, Al-Yunusiyah, Al-Ubaidiyah, Al-Ghailaniyah, As-Saubaniyah,
Al-Marisiyah, dan Al-Karamiyah.
2
BAB II
Ajaran Aliran Murji’ah
Kaum Murji’ah pecah menjadi beberapa golongan kecil. Namun, pada
umumnya Aliran Murji’ah terbagi kepada dua kelompok besar, yakni “Golongan
Moderat” dan “Golongan Ekstrim”. Golongan Murji’ah Moderat berpendapat
bahwa orang yang berdosa besar bukanlah kafir dan tidak kekal dalam neraka,
tetapi akan dihukum sesuai dengan besar kecilnya dosa yang dilakukan.
Sedangkan Murji’ah Ekstrim, yaitu pengikut Jaham Ibn Safwan, berpendapat
bahwa orang Islam yang percaya kepada Tuhan kemudian menyatakan kekufuran
secara lisan, tidaklah menjadi kafir, karena iman dan kufur tempatnya dalam hati.
Bahkan, orang yang menyembah pahala, menjalankan Yahudi dan Kriste sehingga
ia mati, tidaklah menjadi kafir. Orang yang demikian, menurut pandangan Allah,
tetap merupakan seorang mukmin yang sempurna imannya.
Pandangan Aliran Murji’ah Ekstrim dan Moderat tentang status pelaku dosa
besar dapat ditelusuri dari definisi iman yang dirumuskan oleh masing-masing
aliran.
1. Murji’ah Ekstrim
Murji’ah Ekstrim mengatakan, bahwa iman hanya pengakuan atau
pembenara dalam hati (tasdiq bi al-qalb). Artinya, mengakui dengan hati
bahwa tidak ada Tuhan selain Allah SWT dan Muhammad Rasul-Nya.
Berangkat dari konsep ini, Murji’ah berpendapat bahwa seseorang tidak
menjadi kafir karena melakukan dosa besar, bahkan mengatakan kekufurannya
secara lisan. Oleh karena itu, jika seseorang telah beriman dalam hatinya, ia
tetap dipandang sebagai seorang mukmin sekalipun menampakkan tingkah
laku seperti Yahudi atau Nasrani. Menurut mereka, iqrar dan amal bukanlah
bagian dari iman, karena yang penting menurut mereka adalah tasdiq dalam
hati. Alasannya bahwa iman dalam bahasa adalah tasdiq sedangkan perbuatan
dalam bahasa tidak dinamakan tasdiq. Tasdiq itu merupakan persoalan dalam
3
hati sedangkan perrbuatan urusan anggota tubuh (al-arkam) dan diantara
keduanya tidak saling mempengaruhi. Iman letaknya dalam hati dan apa yang
ada dalam hati seseorang tidak diketahui manusia lain. Sedangkan perbuatan-
perbuatan seseorang tidak selamanya menggambarkan apa yang ada dalam
hatinya. Oleh karena itu, ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan seseorang
tidak mesti mengandung arti bahwa ia tidak mempunyai iman. Kelompok
Murji’ah Ekstrim yang terkenal adalah perbuatan maksiat tidak dapat
menggugurkan keimanan sebagaimana ketaatan tidak dapat membawa
kekufuran. Dapat disimpulkan bahwa Murji’ah Ekstrim memandang pelaku
dosa besar tidak selamanya akan disiksa di neraka.
2. Murji’ah Moderat
Golongan Murji’ah Moderat berpendapat bahwa iman itu terdiri dari
tasdiq bi al-qalb dan iqrar bi al-lisan. Pembenaran hati saja tidak cukup
ataupun dengan pengakuan dengan lidah saja, maka tidak dapat dikatakan
iman. Kedua unsur iman itu tidak dapat dipisahkan. Iman adalah kepercayaan
dalam hati yang dinyatakan dengan lisan. Jadi pelaku dosa besar menurut
mereka bukanlah kafir dan tidak kekal dalam neraka sungguhpun ia meninggal
dunia sebelum sempat bertaubat dari dosa-dosanya. Nasibnya di akhirat
terletak pada kehendak Allah, kalau Allah mengampuninya maka ia terbebas
dari neraga dan masuk surga, namun jika ia tidak mendapat ampunan ia masuk
neraka dan kemudian baru dimasukkan surga. Adapun orang yang berdosa
kecil, dosa-dosanya akan dihapus oleh kebaikan, sembahyang dan kewajiban-
kewajiban lainnya yang dijalankannya. Dengan demikian dosa-dosa besar
apalagi dosa-dosa kecil tidak membuat seseorang keluar dari iman.
Ciri-ciri faham Murji’ah antara lain:
1. Rukun iman ada dua yaitu: iman kepada Allah dan iman kepada
utusan Allah.
4
2. Orang yang berbuat dosa besar tetap mukmin selama ia telah
beriman, dan bila meninggal dunia dalam keadaan berdosa tersebut ketentuan
tergantung Allah di akhirat kelak.
3. Perbuatan kemaksiatan tidak berdampak apapun terhadap
seseorang bila telah beriman. Dalam artian bahwa dosa sebesar apapun tidak
dapat mempengaruhi keimanan seseorang dan keimanan tidak dapat pula
mempengaruhi dosa. Dosa ya dosa, iman ya iman.
4. Perbuatan kebajikan tidak berarti apapun bila dilakukan disaat
kafir. Artinya perbuatan tersebut tidak dapat menghapuskan kekafirannya
dan bila telah muslim tidak juga bermanfaat, karena melakukannya sebelum
masuk Islam.
5
BAB III
Perkembangan di Zaman Modern
Dalam perkembangannya di zaman modern ini, aliran Murji’ah sudah
jarang ditemui. Karena mereka (khususnya orang muslim) sudah memiliki
keyakinan bahwa iman itu letaknya di hati dan akan lebih sempurna apabila
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Apabila aliran Murji’ah tetap dilaksanakan pada zaman yang modern ini,
maka akan semakin banyak kejahatan-kejahatan yang terjadi mengingat bahwa
manusia tidak akan menanggung dosa di dunia dan akan menanggungnya di
akhirat nanti.
Dan akibatnya ajaran agama Islam banyak dipersalahgunakan oleh orang
yang tidak bertanggung jawab.
6
BAB IV
Kesimpulan
Ajaran-ajaran pokok yang terdapat dalam aliran Murji’ah ini adalah:
- Iman hanya membenarkan (pengakuan) di dalam hati.
- Orang Islam yang melakukan dosa besar tidak dihukumkan kafir. Muslim
tersebut tetap mukmin selama ia mengakui dua kalimat syahadat.
- Hukum terhadap perbuatan manusia ditangguhkan hingga hari kiamat.
7