makalah agama
DESCRIPTION
makaTRANSCRIPT
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi ekonomi islam
Istilah ekonomi islam dalam terminologiislam diidentikan dengan kata
iqtishad. Istilah tersebut merujuk dalam Al-Qur’an QS. Al Maidah (5): 66
yang artinya “umat pertengahan”, atau bisa diartikan menggunakan rezeki
yang ada disekitar kita dengan cara berhemat agar kita bisa menjadi manusia-
manusia yang baik dan tidak merusaknikmat apapun yang diberikan
kepadanya.
Ekonomi Islam juga merupakan ilmu yang mempelajari perilaku
ekonomi manusia yang perilakunya diatur berdasarkan aturan agama Islam
dan didasari dengan tauhid sebagaimana dirangkum dalam rukun iman dan
rukun Islam. Bekerja merupakan suatu kewajiban karena Allah swt
memerintahkannya, sebagaimana firman-Nya dalam QS.At-Taubah ayat 105:
“ Dan katakanlah, bekerjalah kamu, karena Allah dan Rasul-Nya serta
orang-orang yang beriman akan melihat pekerjaan itu.
Karena kerja membawa pada keampunan”. Sebagaimana sabada Rasulullah
Muhammad saw: “Barang siapa diwaktu sorenya kelelahan karena kerja
tangannya, maka diwaktu sore itu ia mendapat ampunan”. (HR.Thabrani dan
Baihaqi)
B. Prinsip – Prinsip Dasar Ekonomi Islam
1. Kepemilikan Pribadi dan Batasannya (Private Properti and Its Limits)
Dalam hal ini, islam tidak membagi harata kepemilikan kepada
produksi dan konsumen dan konsunsi atau menghasilkan atau tidak
menghasilkan. Tetapi, dibedakan berdasarkan kriteria diperoleh secara
halal atau haram, dan dikeluarkan kepada jalur yang halal dan haram.
3
2. Keadilan Distribusi (Equetable Distribotion)
Peraturan penting lainya dalam ekonomi islam ialah membangun suatu
sistem distribusi yang adil daripada distribusi yang sama terhadap kekayaan.
Bahwasanya tidak ada didalam alam semesta ini dua hal yang sangat sama
persamaan distribusi dalam ekonomi, tetapi memerintahkan keadilan
distribusi dan menetukan regulasi yang jelas untuk memelihara keadilan.
Regulasi pertama ialah mengenai pendapatan secara halal atau haram.
Dalam islam, setiap individu benar-benar bebas menentukan segala kegiatan
ekonomi untuk menghasilkan kekayaan bagi kehidupannya dengan segala
metode, asalkan metode tersebut sesuai dengan hukum. Dalam hal ini, tidak
ada ketentuan mengenai jumlah kekayaan, dan juga individu memounyai
hak penuh atas kekayaanya yang diperoleh secara halal. Dan apabila ada
yang memperoleh kekayaan secara haram, maka ia akan dipaksa untuk
menghindari cara tersebut serta dia juga tidak sama sekali berhak atas harta
yang diperoleh secara haram. Dan tentunya dia akan mendapat sanksi atas
perbuatanya.
3. Hak-Hak Sosial
Islam kemudian menghubungkan kembali hak sosial kepada kekayaan
individu dalam berbagai bentuk salah satunya yaitu seprang yang memiliki
harta lebih, maka mempunyai kewajiban untuk memberikan bantuan
kepadakerabatnya yang tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup. Jika hal ini
terlaksana dan didasari oleh setiap keluarga yang kaya, maka setiap keluarga
yang membutuhkan bantuan dari luar akan jarang ditemukan. Kemudian
fakir miskin yang tinggal disekitar lingkungan seorang yang kaya, juga
memiliki atas hak kekayaan tersebut.
Kewajiban kedua adalah orang yang kaya harus memberi bantuan
kepada mereka yang memerlukan bantuan. Sebelum memberikan
bantuannya, tentunya individu tersebut harus menverifikasi kelayakan
4
seseorang yang mencari bantuan, dan apabila layak ia berhak atas kekayaan
yang dimiliki sikaya.
Semua ini bertujuan untuk menanamkan kepada setiap muslim moral
kedermawanan, lapang dada, dan mencegah sifat egoisme, dan kikir. Semua
ini merupakan pembentukan moral yang sangat hebat yang diterapkan
melalui pendidikan dan pelatihan serta lingkungan masyarakat islami.
4. Zakat dan Kesejahteraan Sosial (Zakat and Social Welfare)
Berlanjut kepada kepengeluaran, terdapat suatu pungutan wajib yang
ditentukan oleh islam, yaitu zakat. Zakat adalah pungutan yang ditarik
melalui harta yang diakumulasi, perdagangan, macam-macam
bisnis,pertanian, produksi, dan ternak. Tujuanya adalah menciptakan dana
membantu secara ekonomi kepada golongan mustahiq.
Dalam landasan dasarnya, zakat benar-benar tidak seperti seperti
pajak. Dana zakat tidak bisa disalurkan untuk pembanguan jalan, gedung,
dan lain-lain, tetapi tujuanya ialah untuk memenuhi hak-hak orang yang
telah ditentukan oleh Allah (mustahiq). Dan zakat tidak ada keuntungan di
dalamnya melainkan penghargaan yang diberikan di hari akhir.
Pendapatan dari zakat dan shodaqah memang diperuntuhkan untuk
kesejahteraan sosial. Tujuan dari zakat sebenarnya ialah untuk menyediakan
kebutuhan hidup, seperti makanan, pakaian, rumah, bantuan medis,
pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak bisa mencukupi
kebutuhan hidupnya, seperti yatim, fakir miskin, dan yang tidak mampu.
Maka, zakat telah ditetapkan untuk membantu kategori yang disebutkan di
atas. Untuk membangun ekonomi suatu negara harus mencari pendapatan
lain.
5
5. Hukum Waris (Law Of Inheritance)
Islam juga telah membuat suatu hukum waris yang intinya untuk
mendistribusikan kekayaan yang dimilki oleh almarhum. Barisan pertama
dari pewaris ialah ibu, bapak, istri, anak. Selanjutnya saudara pria dan
wanita. Yang ketiga ialah kerabat dekat almarhum. Maka, harta almarhum
akan didistribusikan menurut hukum waris islam.
6. Peran Tenaga Kerja, Modal, dan Pengelola (Role of Labour, Capital,
Managemen)
Mengenal hal ini, sebenarnya telah dibahas dalam berbagai bab oleh
kitab-kitab fiqih dalam termologi yang berbeda dalam ilmu ekonomi
moderen. Bekerja adalah kekuatan penggerak utama kegiatan ekonomi
Islam. Islam mendorong manusia untuk bekerja dan berjuang mendapatkan
materi/harta dengan berbagai cara, asalkan mengikuti aturan yang telah
ditetapkan. Hal ini dijamin oleh Allah bahwa Allah telah menetapkan rizki
setiap makhluk yang diciptakan-Nya.
7. Ekonomi Bebas Riba (Interset-Free Economy)
Sistem ekonomi ini sebenarnya sudah tercipta pada masa lalu ketika
pertama kali riba dilarang di wilayah Arab, dan setelah itu wilayah islam
berkuasa. Karena riba telah diharamkan terhadap seluruh operasi pada
sistem ekonomi. Maududi telah menjelaskan bahwa tidak ada kesulitan yang
berat untuk mencapai tujuan ini. Masalahnya jelas dan praktis, modal tidak
punyahak untuk memungut bunga yang tetap, meskipun peminjam untung
atau rugi. Kreditur tidak punya urusan mengenai untung rugi, dia tetap
menentukan bunga yang tetap dan diambil tiap bulan atau tahun. Karena itu
tidak seorangpun mempunyai alasan yang rasional terhadap hal ini. Dan
tidak ada argumen yang dapat membuktikan kebenaranya.
6
8. Hubungan Antara Ekonomi, Politik, dan Aturan Sosial
Hubungan diantara hal tersebut ialah sama bagian akar, batang,
cabang, dan daun dari suatu pohon. Hal itu merupakan satu sistem yang
timbul dari iman kepada Allah dan utusa-Nya. Sistem ahklak, ibadah, atau
disebut aqidah, kemudian sumber sosial, ekonomi, dan kemasyarakan semua
sistem ini berada pada satu sumber. Sistem ini dapat dipisahkan dan
membentuk satu bentuk kesatuan. Dalam islam, politik, ekonomi dan sosial,
tidak dipisahkan secara terang-terangan, tetapi merupakan satu kesatuan.
Siapapun yang pernah mempelajari islam dan memiliki keyakinan yang
tinggi terhadap doktrinya tidak akan bisa membayangkan untuk saat-saat
sekalipun bahwa kehidupan ekonomi atau apapun dari hidupnya untuk bisa
dipisahkan dari aturan agama, maka hal itu tidak bisa disebut islami.
Dalam pelaksanaannya, prinsip-prinsip tersebut menimbulkan hal-hal sebagai
berikut yang kemudian menjadi ciri ekonomi Islam :
1. Pemilikan. Oleh karena manusia itu berfungsi sebagai khalifah yang
berkewajiban untuk mengelola ala mini guna kepentingan umat manusia
maka ia berkewajiban mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber
daya alam. Dalam menjalankan tugasnya, lambat laun ia dapat membentuk
kekayaan yang menjadi miliknya. Miliknya ini dipergunakan untuk
bekerja guna memenuhi kebutuhannya dan keluarganya, dan sebagian lagi
untuk kepentingan masyarakat. Meskipun ia memilikinya, namun ia tidak
diperkenankan untuk merusaknya atau membakarnya, ataupun
menelantarkannya, mengingat bahwa kepemilikan ini adalah relative dan
juga merupakan titipan dari Allah SWT.
Pemilikan ini, meskipun relative, membawa kewajiban yang harus
dipenuhi manakala sudah sampai batas tertentu, untuk membayar
zakatnya. Pada waktu tertentu, pemilikan ini, harus diwariskan pada sanak
keluarganya dengan aturan tertentu. Pemilikan ini meskipun relative dapat
dipindahtangankan kepada institusi islam untuk menjadi barang wakaf.
7
Barang wakaf ini dengan demikian menjadi milik masyarakat yang harus
dihormati oleh siapa pun juga (Mohammad, 1992;62-65).
2. dijadikan modal untuk suatu perusahaan swasta, atau ikut ambil bagian
dari modal yang ditawarkan untuk investasi. Bisa saja perusahaan
memberi keuntungan bahkan mungkin kerugian. Karena tidak mau
memikul bersama kerugian, maka pemilik memikulkan bunga modal
perusahaan. Jelas dalam islam tidak diperkenankan. Sama halnya jika kita
meminjam uang ke bank kita harus membayar bunga modal, tetapi kalau
modalnya dipergunakan untuk perusahaan sendiri, dengan dalih “cost of
money” ia memperhitungkan bunga (Mohammad, 1992;62-65).
Karena diperkenankan memiliki sesuatu sebagai milik pribadi, pemilik
ingin menimbunnya untuk kebutuhan sewaktu-waktu atau juga untuk
spekulasi di pasar. Ini tidak diridhoi Allah yang memerintahkan untuk
membelanjakannya agar tercipta pendapatan baru bagi kalangan
masyarakat.
3. pelaksanaan perintah untuk berlomba-lomba berbuat baik. Ini dapat
dimengerti dalam dua hal. Pertama berbuat baik atau amal shaleh dan
kedua perbaikan mutu atau kualitas.
4. Thaharah atau bersuci (menjaga kebersihan).
5. Produk barang dan jasa harus halal.
6. keseimbangan. Allah tidak menghendaki seseorang menghabiskan tenaga
dan waktunya untuk beribadah dalam arti sempit, akan tetapi juga harus
mengusahakan kehidupannya di dunia. Dalam mengusahakan
kehidupannya di dunia juga tidak boleh boros, akan tetapi juga tidak boleh
kikir.
7. Upah tenaga kerja, keuntungan dan bunga. Upah tenaga kerja diupayakan
agar sesuai dengan prestasi dan kebutuhan hidupnya.
8. upah harus dibayarkan sebelum keringat mereka kering.
9. bekerja dengan baik adalah ibadah dalam arti luas.
10. kejujuran dan tepat janji.
8
11. kelancaran pembangunan. Ciri tersebut di atas dapat menjamin bahwa
pembangunan dapat dilaksanakan dengan lancer.
Pada dasarnya, manusia memiliki 2 prinsip ekonomi, yaitu :
1. Prinsip Zhulumar/ syi’ar ( non muslim)
Prinsip ekonomi zhulumat adalah prinsip ekonomi yang
melandaskan pada pola piker materialism yang menempatkan manusia
sebagai segala-galanya, baik secara kolektif maupun komunal maupun
individual atau liberal. Tata aturan yang berhubungan dengan kegiatan
ekonomi ditetapkan berdasarkan aturan manusia dan menolah ajarah
tuhan.
2. Prinsip Nur ( Khair)
Yaitu prinsip ekonomi yang didasarkan atas konsep ketuhanan
secara fungsional. Maksudnya, hal yang berkaitan dengan kegiatan
ekonomi ditetapkan berdasarka aturan Allah dalam Al-Qur’an
sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah, dimana diantara prinsip-
prinsip tersebut adalah :
a. Alam ini milik Allah SWT ( Thaha:6)
b. Alam merupakan kurnia Allah, yang diperuntukan bagi
manusia ( QS. Lukman: 20)
c. Alam kurnia Allah ini untuk dinikmati dan dimanfaatkan
dengan tidak melampaui batas-batas ketentuan (QS. Al-
A’raf:31)
d. Hak milik perorangan diakui sebagai hasil jerih payah usaha
yang halal dan hanya boleh dipergunakan untuk hal-hal yang
halal pula dasar dalam ekonomi
9
C. Bentuk-Bentuk Transaksi Ekonomi Islam
Pada dasarnya semua bentuk transaksi ekonomi dalam islam adalah
boleh, kecuali terdapat dalil yang mengharamkannya. Separti transaksi yang
mengandung riba, garar dan barang-barang najis. Adapun bentuk-bentuk
transaksi dalam islam yaitu :
1. Bank syariah: Merupakan satu institusi kewangan yang menjalankan operasi
mengikut prinsip-prinsip syariah.
2. Mudharabah: Satu bentuk kerjasama antara dua pihak dimana pemilik modal
menyumbangkan modal kepada orang yang melakukan kerja dengan
persepakatan pembahagian untung. Kerugian pula ditanggung oleh pemilik
modal.
3. Musyarakah: Satu perjanjian usaha kerja sama antara dua pihak untuk
melakukan atau terlibat dalam aktiviti perniagaan atau projek tertentu dengan
tujuan untuk mendapatkan keuntungan. Modal dikeluarkan oleh kedua-dua pihak.
Pembahagian untung dan rugi mengikut kadar yang telah disepakati oleh kedua
belah pihak.
4. Murabahah: Satu transaksi antara dua pihak di mana kedua-duanya bersetuju
pada suatu paras harga yang meliputi harga kos barangan dan juga keuntungan
yang diambil.
5. Ijarah: Kontrak untuk mendapatkan khidmat atau manfaat tertentu yang boleh
dibayar dan dihalalkan dengan barangan tertentu.
6. Wadiah: Barang atau simpanan yang diserahkan kepada seseorang atau bank
untuk menjaganya.
7. Ar-rahnu: Meletakkan harta benda sebagai jaminan atas hutang. Maksudnya,
menjadikan sesuatu barang sebagai cagaran bagi sesuatu hutang dan menjadi
bayaran sekiranya tidak berkemampuan untuk membayar hutang itu nanti.
8. Ujrah: Perkataan yang diambil dari perkataan bahasa arab yang artinya bayaran
yang diberikan kepada orang yang melakukan kerja sebagai satu ganjaran atau
upah atas apa yang dikerjakannya.
9. Qard Hassan: Pinjaman tanpa faedah. Ia merupakan pinjaman kebajikan dimana
peminjam hanya perlu membayar sejumlah uang yang dipinjamnya.
10
10. Hiwalah: Bermaksud pemindahan. Merujuk kepada proses pemindahan uang atau
hutang daripada satu pihak ke pihak yang lain atau dari satu akun ke akun yang
lain dan bank dapat mendapat bayaran kerana perkhidmatan yang diberikannya.
11. Bai’ salam: Transaksi jual beli yang mana perjanjian dibuat antara dua pihak
(pembeli dan penjual). Dalam perjanjian ini pembeli bersetuju membeli dengan
membayar secara tunai barangan yang akan dihantar pada kemudian hari. Bahasa
mudahnya, bayar dahulu tapi barang atau perkhidmatan belum diperolehi.
12. Bai’ bithaman ajil: Jualan bayaran tertangguh (tertunda). Jualan dengan harga
tangguh atau jualan dengan bayaran ansuran ialah menjual sesuatu dengan
disegerakan penyerahan barang yang dijual kepada pembeli dan di tangguhkan
bayaran harganya sehingga ke satu masa yang di tetapkan atau dengan bayaran
beransur-ansur.
13. Bai’ musawamah: Transaksinya sama seperti mudarabah. Tetapi pembeli tidak
mengetahui harga kos barangan yang dibeli dan penjual sememangnya tidak
berniat untuk memberitahu pembeli.
14. Kafalah: Jaminan yang diberikan oleh seseorang kepada tuan punya barangan
yang meletakkan barangan itu kepada pihak ketiga. Sekiranya berlaku sebarang
kerosakan, penjamin yang akan menanggung segalanya.
15. Wakalah: Seseorang wakil yang merujuk kepada keadaan di mana seseorang
melantik orang lain untuk mewakilinya di dalam sesuatu urusan.
16. Tawarruq: Prinsip ini melibatkan dua peringkat urusniaga yang mana melibatkan
belian secara kredit antara pembeli dengan penjual asal barangan. Kemudian
pembeli akan menjual semula barangan tersebut secara tunai kepada pihak ketiga.
17. Sarf: Merupakan kontrak tukaran wang iaitu tukaran daripada satu matawang
kepada matawang yang lain. Samada dari jenis yang sama atau kepada jenis yang
berlainan. Tetapi ada diantara mazhab yang tidak membenarkan tukaran wang
sekiranya melibatkan urusan kontrak di masa hadapan.
18. Istisna’: Prinsip jual beli yang mana perjanjian dibuat antara pembeli dan penjual
yang bersetuju membeli sesuatu barangan sebelum barangan itu berada di
pasaran. Pembeli barangan boleh membayar samada pada awal kontrak ataupun
apabila barangan yang dipesan sudah siap untuk dihantar. Kontrak ini tidak boleh
ditamatkan sewaktu proses pembuatan.
19. Bai’ al-dayn: Pembiyaan hutang. Dalam prinsip ini, pembiayaan dibuat
berdasarkan jual beli dokumen-dokumen perdagangan dan pembiyaan digunakan
11
untuk membiayai keprluan kewangan bagi tujuan pengeluaran, perdagangan dan
perkhidmatan.
20. Bai’ istijar: Prinsip ini merupakan transaksi jual beli dimana perjanjian dibuat
oleh pihak pembeli dan penjual yang mana bersetuju membeli kaedah yang
berterusan dan tidak aka nada lagi proses tawar-menawar antara pembeli dan
penjual setelah perjanjian awal disempurnakan.
D. Basis Kebijakan Ekonomi Islam
Yang termasuk dalam basis kebikjakan ekonomi islam yaitu
penghapusan riba, pelembangan zakat, pelarangan gharar, dan pelarangan
yang haram.
Oleh karena kerja sama dan keadilan ekonomi merupakan spirit
ekonomi Islam, atau merupakan jiwa ajaran tauhid, maka perlu disusun suatu
tipe rancangan structural guna menerjemahkan spirit ini menjadi kenyataan
dan terutama agar mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan di mana saja dan
kapan saja.
Sejumlah unsur dapat memberi sumbangan bagi penyusunan rancangan
structural samacam ini. Unsur-unsur itu adalah sebagai berikut:
1. Semenjak awal Islam mengakui posisi pemerintah dalam pengelolaan
ekonomi. Pada setiap maasyarakat yang terorganisasi terdapat
penguasa/otoritas yang mengawasi, mengkoordinasikan perekonomian dan
memberi arah baginya untuk bergerak. Pemerintah dituntut untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran tertentu sebagaimana telah
ditetapkan syariah. Dalam lingkungan ekonomi yang lebih kompleks
seperti dewasa ini, tugas utama pemerintah adalah memenuhi kebutuhan-
kebutuhan public tertentu, dan untuk ini pemerintah dituntut untuk
menjamin kelancaran kegiatan-kegiatan ekonomi. Prinsip ini dapat
dideduksikan dari syariah dalam kaitannya dengan kebutuhan-kebutuhan
pada waktu dan tempat tertentu. Misalnya, dalam hal pengelolaan moneter
12
menyangkut pasok dan alokasi uang, partisipasi dalam produksi barang-
barang public dan lain-lain.
2. Sector swasta, dipandang sangat penting dalam kegiatan-kegiatan ekonomi
masyarakat. Kreatifitas dan inisiatif inidividu sangat dihargai dalam skema
organisasi ekonomi menurut Islam. Individu sepenuhnya diakui untuk
memiliki dan memutuskan kegiatan-kegiatan ekonomi menurut pilihan
mereka dalam kerangka aturan-aturan syariah.
Pendekatan Islam terhadap peran serta individu dalam perekonomian
adalah melalui dorongan religius yang melekat dalam system ekonomi.
Aturan-aturan hukum diterapkan secara minimal, sebab Islam menghargai
kemampuan dan hak istimewa dari sifat manusia yang terarah untuk
menemukan jalannya sendiri.
Pada dasarnya, peran pemerintah adalah untuk melengkapi inisiatif
yang diambil sector swasta. System Islam membuka peluang yang luas
bagi individu untuk bergerak dalam kegiatan ekonomi.
3. Islam mengakui pentingnya perdagangan internasional.
Segala macam hambatan perdagangan(trade-barriers) tidak dianjurkan
menurut Islam. Keterbukaan dalam masalah ini tidak diperkenankan jika
harus mengorbankan ketentuan agama. Segala bentuk imperialisme
ekonomi harus dihentikan. Sebagai agama bagi seluruh umat manusia,
Islam menggarisbawahi pandangan bahwa praktik-praktik perdagangan
internasional secara langsung dapat menjadi cerminan dari praktik-praktik
ekonomi Islam bagi umat lain.
Adapun paradigma ekonomi islam, yaitu :
1. Paradigma berfikir dan berperilaku ( behavior paradigm) merupakan spirit
dan pedoman masyarakat dalam berperilaku, yaitu nilai-nilai ekonomi
islam.
2. Paradigma umum (grand pattern) merupakan paradigma yang
mencerminkan keadaan suatu masyarakat yang berpegang teguh pada
13
paradigm berperilaku, yang memunculkan grang pattern dari setiap
aktivitas.
E. Nilai-Nilai Dasar Ekonomi Islam
1. Sistem ekonomi dunia
Secara umum mainstreamsistem ekonomi di dunia saat ini terdiri atas
dua system, yaitu kapitalisme dan sosialisme. Dalam konteks ekonomi
kedua system ini terbukti mampu meningkatkan kemakmuran rakyat di
negara yang menggunakan kedua system tersebut, seperti Amerika Serikat
dan bekas negara Uni Soviet. Kedua system ini diambil sebagai bahan
rujukan berbagai negara untuk meningkatkan pembangunan. Praktek
kedua system ini dalam setiap negara bersentuhan dengan masalah riil di
negara-negara dari asal system itu berada. Oleh karenanya menimbulkan
pergesekan yang mengarahkan pada bagaimana suatu system tersebut
mampu mengoptimalkan sumber daya yang ada.
Karena adanya fenomena pengaruh dari berbagai unsur yang ada
dalam suatu negara seperti pengaruh tata pergaulan ekonomi dunia dan
politik luar negeri negara tersebut, maka system kapitalis dan social dalam
prakteknya di negara tersebut tidak sesuai dengan Negara yang
menggunakannya seperti Amerika dan bekas Negara Uni Soviet. Ahkirnya
muncul nama baru dalam kapitalisme dan sosialisme, seperti system
kapitalisme negara, system kapitalisme campuran demikian juga system
sialisme berkembang menjadi system sosialisme pasar.
Pada sistem ekonomi sosialis sektor publik semuanya dikuasai oleh
pemerintah. Pada sistem kapitalis peranan sektor publik relatif kecil tetapi
sangat penting. Aliran ekonomi kapitalis modern berusaha untuk
mempelajari kegiatan ekonomi secara keseluruhan, oleh sebab itu kajian
mereka juga terarah pada variable-variabel ekonomi makro, seperti
pendapatan, total produksi, konsumsi, investasi dan tabungan. Analisis
ekonomi makro mencoba menjelaskan hubungan antara setiap variable
dengan unsur-unsur yang memengaruhi atas variable tersebut dalam
14
kerangka ekonomi makro yang kemudian melahirkan dimensi pemahaman
baru atas peranan pemerintah dalam kegiatan ekonomi, bahkan
menempatkan sector pemerintah pada posisi penting dalam kegiatan
ekonomi bahakan dipelajari secara khusus. Paradigma bahwa pemerintah
hanyalah merupakan institusi yang melayani kepentingan public yang
terbatas tanpa mengganggu kestabilan pasar telah berubah menjadi
institusi yang memiliki peran ekonomi yang sangat menentukan. Bahkan
kalau dulu pemerintah hanya boleh menganggarkan pembelanjaan pada
sektor konsumsi saja, maka dalam terminologiekonomi kapitalis modern,
pemerintah dapat menyalurkan pada sektor produksi dan dalam kegiatan
ekonomi. Kalau dalam pandangan ekonomi klasik pendapatan merupakan
usaha pemerintah untuk menutupi kebutuhannya, maka dalam ekonomi
modern pendapat merupakan alat yang efektif dalam mencapai tujuan
ekonomi.
Dengan demikian, tujuan ekonomi sangat bergantung pada sejauh
mana pengaruh yang diberikan oleh kebijakan pemerintah terhadap
variablel-variabel ekonomi makro. Tapi pencapaian tujuan tersebut bukan
melalui mekanisme yang otomatis berjalan dengan sendirinya
sebagaimana yang diyakini oleh kaum klasik dengan mekanisme pasarnya
melainkan dengan rancangan-rancangan kebijakan-kebijakan ekonomi
yang beragam yang dibuat oleh pemerintah.
System ekonomi kapitalis, baik kapitalis negara maupun kapitalis
campuran cenderung mempunyai karakteristik sama. Kesamaan karakter
ini dikarenakan keberadaan system baru lebih dikarenakan sebagai kritik,
pelengkap atau memperbaiki.
2. Sistem ekonomi islam
Ekonomi rabbani menjadi cirri khas utama dan model ekonomi
ialam, secara umum dapat dikatakan sebagai divine economics. Cermin
watak “ketuhanan” ekinomi islam bukan pada aspek pelaku ekonominya,
tetapi pada aspek aturan atau system yang harus dipedomani oleh para
pelaku ekonomi. Ini didasarkan pada keyakinan bahwa semua factor
15
ekonomi termasuk diri manusia pada dasarnya adalah kepunyaan Allah,
dan hanya kepada-Nya dikembalikan segala urusan ( QS. Ali Imran; 109).
Melalui aktivitas ekonomi, manusia dapat mengumpulkan nafkah
sebanyak mungkin, tetapi tetap dalam batas koridor amin. “ Dia yang
member memberi kelapangan atau membatasi rezeki orang yang Dia
kehendaki” ( QS.Al-Syura :12. Al-Rad :26). Karena hikmah illahiyah,
untuk setiap makhluk hidup telah dia sediakan rezekinya selama ia tidak
menolak untuk mendapatkannya ( QS. Hud :6 ). Namun Allah tidak akan
menjamin kesejahteraan ekonomi tanpa manusia tadi melakukan usaha.
Ekonomi Islam diupayakan untuk membantu atau mendukung
ekonomi masyarakat Muslim terbelakang dan menyebarkan pesan-pesan
ajaran Islam. Jadi, pengeluaran pemerintah akan diarahkan pada kegiatan-
kegiatan peningkatan pemahaman terhadap Islam dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Muslim yang masih terbelakang. Pembayaran
pajak dalam ekonomi Islam jelas sebagai bagian dari upaya-upaya
mengembangkan Islam.
Sebagai ekonomi illahiyah, maka ekonomi islam mempunyai sumber
“ nilai-nilai normatif-imperatif” sebagai acuan yang mengikat. Dengan
mengakses kepada aturan illahiyah, setiap perbuatan manusia mempuyai
nilai moral dan ibadah. Setiap tindakan manusia tidak boleh terlepas dari
nilai, yang secara vertical merefleksikan moral yang baik, dan secara
horizontal member manfaat bagi manusia dan makhluk lainya. Nilai
lapang dada, lebar tangan dan murah hati merupakan persyaratan bagi
pelaku ekonomi untuk mendapatkan rahmat illahi, baik selaku pedagang,
konsumen, debitor dan kreditor. Dengan demikian posisi ekonomi islam
terhadap nilai-nilai moral adalah sart nilai, bukan sekedar memberi nilai
tambahan apalagi bebas nilai.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Prinsip dasar ekonomi ada 9 yakni :
1. Kepemilikan Pribadi dan Batasannya (Private Properti and Its Limits)
2. Keadilan Distribusi (Equetable Distribotion)
3. Hak-Hak Sosial
4. Zakat
5. Hukum Waris (Law Of Inheritance)
6. Peran Tenaga Kerja, Modal, dan Pengelola (Role of Labour, Capital,
Management)
7. Zakat dan Kesejahteraan Sosial (Zakat and Social Welfare)
8. Ekonomi Bebas Riba (Interset-Free Economy)
9. Hubungan Antara Ekonomi, Politik, dan Aturan Sosial
Pada dasarnya, manusia memiliki 2 prinsip ekonomi, yaitu :
1. Prinsip Zhulumar/ syi’ar ( non muslim)
2. Prinsip Nur ( Khair)
17
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, taufik, dkk. 2010. Pendidikan Agama Islam. Samarinda: MPK-UNMUL.
Cetakan pertama.
Al-Harisi, DR. Jaribah bin Ahmad. 2006. Fikih Ekonomi Umar bin Al-Khatab.
Jakarta: Khalifa.
18