makalah agama

36
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam keseluruhan ajaran Islam, Akhlak menempati kedudukan yang istimewa dan sangat penting. Ajaran akhlak dalam Islam sesuai dengan fitrah manusia. Manusia akan mendapatkan kebahagiaan yang hakiki, bukan semu bila mengikuti nilai- nilai kebaikan yang diajarkan oleh Al-Qur’an dan sunnah, dua sumber akhlak dalam Islam. Akhlak Islam benar- benar memelihara eksistensi manusia sebagai makhluk terhormat, sesuai dengan fitrahnya itu. Ajaran akhlak menemukan bentuknya yang sempurna pada agama Islam dengan titik pangkalnya pada Tuhan dan akal manusia. Agama Islam pada intinya mengajak manusia agar percaya kepada Tuhan dan mengakuinya bahwa Dialah Pencipta, Pemilik, Pemelihara, Pelindung , Pemberi Rahmat, Pengasih dan Penyayang terhadap segala makhlukNya. Segala apa yang ada di dunia ini, dari gejala-gejala yang bermacam-macam dan segala makhluk yang beraneka warna, dari biji dan binatang yang melata di bumi sampai kepada langit yang berlapis semuanya milik Tuhan, dan diatur oleh-Nya. Akhlak merupakan sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berapa perbuatan baik yang disebut akhlak yang mulia dan perbuatan buruk yang disebut akhlak tercela. Jatuh bangunnya suatu masyarakat pun tergantung 1

Upload: dheanirac

Post on 17-Sep-2015

26 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

akhlak

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Dalam keseluruhan ajaran Islam, Akhlak menempati kedudukan yang istimewa dan sangat penting. Ajaran akhlak dalam Islam sesuai dengan fitrah manusia. Manusia akan mendapatkan kebahagiaan yang hakiki, bukan semu bila mengikuti nilai- nilai kebaikan yang diajarkan oleh Al-Quran dan sunnah, dua sumber akhlak dalam Islam. Akhlak Islam benar- benar memelihara eksistensi manusia sebagai makhluk terhormat, sesuai dengan fitrahnya itu.Ajaran akhlak menemukan bentuknya yang sempurna pada agama Islam dengan titik pangkalnya pada Tuhan dan akal manusia. Agama Islam pada intinya mengajak manusia agar percaya kepada Tuhan dan mengakuinya bahwa Dialah Pencipta, Pemilik, Pemelihara, Pelindung , Pemberi Rahmat, Pengasih dan Penyayang terhadap segala makhlukNya. Segala apa yang ada di dunia ini, dari gejala-gejala yang bermacam-macam dan segala makhluk yang beraneka warna, dari biji dan binatang yang melata di bumi sampai kepada langit yang berlapis semuanya milik Tuhan, dan diatur oleh-Nya.Akhlak merupakan sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berapa perbuatan baik yang disebut akhlak yang mulia dan perbuatan buruk yang disebut akhlak tercela. Jatuh bangunnya suatu masyarakat pun tergantung kepada bagaimana akhlaknya. Apabila akhlaknya baik maka sejahteralah lahir batinnya sedangkan apabila akhlaknya rusak maka rusaklah lahir dan batinnya. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai Pengertian Akhlak, Akhlak sebagai Misi Utama Ajaran Islam, Cakupan dan Ruang Lingkup Akhlak (Akhlak Kepada Allah, Akhlak Kepada Diri Sendiri, Akhlak Kepada Sesama , Akhlak Kepada Lingkungan), Sumber Akhlaq, Akhlak dan Tasawuf, Konsep dalam Ilmu Tasawuf (Maqamat, Ahwal)

1.2. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka identifikasi masalah nya adalah sebagai berikut: 1. Apakah yang dimaksud dengan Akhlak?2. Bagaimanakah Akhlak sebagai Misi Utama Ajaran Islam?3. Bagaimanakah Cakupan dan Ruang Lingkup Akhlak yang meliputi:a. Akhlak Kepada Allahb. Akhlak Kepada Diri Sendiric. Akhlak Kepada Sesama d. Akhlak Kepada Lingkungan1. 2. 3. 4. Apa sajakah yang menjadi Sumber Akhlak?5. Bagaimanakah hubungan antara Akhlak dan Tasawuf?6. Bagaimanakah Konsep Akhlak dalam Ilmu Tasawuf yang meliputi:a. Maqamatb. Ahwal

1.3. Tujuan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:1. Mengetahui Pengertian Akhlak2. Mengetahui Akhlak sebagai Misi Utama Ajaran Islam3. Mengetahui Cakupan dan Ruang Lingkup Akhlak yang meliputi:a. Akhlak Kepada Allahb. Akhlak Kepada Diri Sendiric. Akhlak Kepada Sesama d. Akhlak Kepada Lingkungan4. Mengetahui Sumber Akhlak5. Mengetahui Akhlak dan Tasawuf6. Mengetahui Konsep dalam Ilmu Tasawuf yang meliputi:a. Maqamatb. Ahwal

BAB II PEMBAHASAN

1. 2. 2.1 Pengertian Akhlak

2.1.1 Menurut BahasaAkhlak berasal dari bahasa arab, yaitu jama dari kata khuluq ( ) secara bahasa kata ini memiliki arti perangai atau yang mencakup diantaranya: sikap, prilaku, sopan, tabiat, etika, karakter, kepribadian, moral dll. timbang. Sedangkan menurut Mukhtar Ash Shihah akhlak adalah berarti watak. Sedangkan menurut Al Firuzabadi akhlak adalah watak, tabiat, keberanian, dan agama. (Kamus Al Muhith)Kemudian, dalam Bashaa-ir Dzawi Al Tamyiz fi Lathaa- if Al Kitab Al Aziz Baashiroh fi Akhlak adalah pikiran yang lurus. Kata al-khuluqu digunakan pula dalam menciptakan sesuatu yang tanpa perrmulaan dan tanpa meniru. Pada dasarnya al khulqu dan al kholqu sama hanya saja al kholqu itu khusus tertuju pada tingkah tingkah atau keadaan dan bentuk bentuk yang bisa dilihat dengan mata, sedangkan khulqu khusus pada kekuatan dan tabiat yang ditembus dengan hati. Ibnu Abbas r.a berkata maksudnya benar benar berragama yang agung, agama yang paling kucinta dan tak ada agam yang Aku ridhoi selain selainna.agama itu adalah islam kemudian, Alhasan berkata, maksudnya etika Al-Quran kemudian Qotadah berrkata maksudnya sesuatu yang diperintahkan Allah dan yang dilarang-Nya. Adapun maknanya adalah sesungguhnya kamu benar benar berakhlak yang telah dipilih Allah untukmu dalam Al Quran. (Robi Muhammad Jauhari: 86)

2.1.2 Menurut TerminologiProf.Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasaan kehendak. Ini berarti bahwa kehendak itu bila dibiasakan akan sesuatu maka kebiasaannya itu di sebut akhlak. Contohnya bila kehendak itu dibiasakan memberi, maka kebiasaan itu ialah akhlak dermawan. ( Asmaran, 1994: 1-2) Sedangkan menurut syekh Muhammad Nawawi Al Jawiyydalam kitabnya Murooqiyul Ubudiyah Akhlak adalah akhlak adalah kedaan didalam jiwa yang mendorong prilaku yang tidak terpikir dan tidak ditimbang. (Muroqiyul Ubudiyah)Dalam buku lain dijelaskan bahwasanya akhlak menurut terminologi akhlak adalah sebagaimana yang diungkapkan oleh para ulama: Gambaran batin seseorang . Karena pada dasarnya manusia itu mempunyai dua gambaran : (Muhammad bin Sholih Ustmani: 3)1. Gambaran zhahir (luar): Yaitu bentuk penciptaan yang telah Allah jadikan padanya sebuah tubuh. Dan gambaran zhahir tersebut di antaranya ada yang indah dan bagus, ada yang jelek dan buruk, dan ada pula yang berada pada pertengahan di antara keduanya atau biasa-biasa saja.2. Gambaran batin (dalam): Yaitu suatu keadaan yang melekat kokoh dalam jiwa, yang keluar darinya perbuatan- perbuatan, baik yang terpuji maupun yang buruk (yang dapat dilakukan) tanpa berfikir atau kerja otak.Menurrut Imam Maskawaih akhlak adalah suatu keadaan bagi jiwa yang mendorong seseorang melakukan tindakan tindakan dari keadaan itu tanpa melalui pikiran dan pertimbangan. Keadaan ini terbagi menjadi dua: ada yang berasal dari tabiat aslinya, dan ada pula yang diperoleh dari kebiasaan yang berulang ulang. Boleh jadi pada mulanya tindakan tindakan itu melalui pikiran dan pertimbangan, kemidian dilakukan terum menerus maka jadilah suatu bakat dan akhlak. (Tahdzibul akhlak wa tahdzibul arok: 31)Kemudian Al Ghozali mendifinisikan akhlak sebagai suatu ungkapan tentang keadaan pada jiwa bagian dalam yang melahirkan macam macam tindakan dengan mudah, tanpa memerlukan pikiran dan pertimbangan terlebih dahulu. Dari dua devinisi diatas, kita dapat memahami beberapa hal, diantaranya: Akhlak itu suatu keadaan bagi diri, maksudnya ia merupakan suatu sifat yang dimiliki aspek jiwa manusia, sebagaimana tindakan merupakan suatu sifat bagi aspek tubuh manusia Sifat kejiwaan mesti menjadi bagian terdalam, maksudnya keberadaan sifat itu tida terlihat. Ia diwujudkan pad orangnya sebagai kebiasaan yang terus meenerus selama ada kesempatan. Oleh karena itu, orang kikir yang hanya bersedekah sekali selama hidupnya belum disebut pemurah. Sifat kewajiban yang merupakan bagian terdalam itu melahirkan tindakan tindakan dengan mudah. Maksudnya, tindakan itu tidak sulit dilakukan. Oleh karena itu, orang jahat yang bersikap malu, tidak disebut pemalu. Munculnya tindakan tindakan dari keadaan jiwa atau bakat kejiwaan itu tanpa dipikir atau dipertimbangkan lebih dahulu. Maksudnya, tanpa ragu ragu dan tanpa memilih waktu yang cocok. Akhlak itu sudah menjadi adat dan kebiasaan maka tindakan itu lakukan tanpa berpikir, meskipun pemikirannya aktif dalam mempertimbangkan dari berbagai segi. Orang dermawan misalnya, ia tidak ragu ragu untuk memberi dan berkorban, tetapi ia hanya mempertimbangkan dari segi kebaikan, jenis kebaikan itu atau sifat pribadi yang suka memberi. Jadi pemikirannya itu hanya diarahkan pada segi kebaikan dan aspek aspeknya saja. Dari akhlak itu ada yang bersifat dan tabiat dan alami. Maksudnya, bersifat fitroh sebagai pembawaan sejak lahir, misalnya sabar, inta, dan malu. Dari akhlak juga ada hasil yang diupayakan, yakni lahir dari kebiasaan, latihan dan lingkungan, misalnya takut dan berani. Kata akhlak dipakai untuk perbuatan terpuji dan perbuatan tercela. Oleh karena itu, akhlak memerlukan batasan, agar dikatan akhlak terpuji dan akhlak tercela. Akhlak yang didahului tindakan tindakan kejiwaan, ia menjadi langkah terakhir dari tindakan tindakan itu.Yang pertama kali datang pada hati manusia adalah ide yakni perkataan diri. Setelah itu, diri manusia berbicara kepada hati tentang berbagi hal, maka hati itu cenderung pada salah satu hal tersebut. Kecendrungan adalah tujuannya seseorang pada salah satu ide yang tergambar dalam hati dan ingin mencapai tujuan dan ide tersebut. Jikia salah kecendrungan mengalahkan kecendrungan kecendrungan yang lainnya, kecendrungan itu menjadi harapan. Harapan adalah menangnya salah satu kecendrungan atas semua kecendrngan atas semua kecendrungan dalam hati seseorang. Jika orang itu memikirkan dan mempertimbangkan harapan ini secara matang, lalu membulatkan tekad kepadanya, harapan ini menjadi suatu keinginan. Keinginan adalah sifat diri yang telah membulatkan tekad terhdap salah satu harapan diatas untuk dapat dibuktikan. Jika keinginan itu terus menerus dan berulang ulang maka jadilah suatu adat dan kebiasaan. (Robi Muhammad Jauhari: 90)

2.1.3 Menurut para AhliMenurut Abu Hamid Al Ghazali, Akhlak adalah satu sifat yang terpatri dalam jiwa yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memikirkan dirinya dan merenung terlebih dahulu.Menurut Muhammad bin Ali Asy Syariif Al Jurjani, Akhlak adalah sesuatu sifat (baik atau buruk) yang tertanam kuat dalam diri yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah dan ringan tanpa perlu berpikir dan merenung.Menurut Ahmad bin Mushthafa, Akhlak adalah ilmu yang darinya dapat diketahui jenis-jenis keutamaan dan keutamaan itu adalah terwujudnya keseimbangan antara tiga kekuatan; kekuatan berpikir, kekuatan marah, dan kekuatan syahwat.Menurut Ibnu Maskawaih, Akhlak adalah 'hal li an-nafsi daa'iyatun lahaa ila af'aaliha min goiri fikrin walaa ruwiyatin' yakni sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

2.2 Akhlak sebagai Misi Utama Ajaran IslamMisi utama Islam adalah menyempurnakan akhlaq yang mulia. Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia (HR Al-Hakim)Akhlak sebagai salah satu ajaran inti dalam Islam mendapat perhatian sangat besar. Akhlak merupakan sisi yang mempengaruhi penilaian seorang di mata Allah. Masyarakat Islam tidak boleh rusak tatanannya, sebagaimana halnya umat-umat terdahulu, maka Rasulullah SAW diutus untuk menyempurnakan akhlaq mulia, sebagai suatu ajaran dalam Islam yang bermaksud untuk memperbaiki kepribadian manusia. Akhlak mulia selalu melengkapi sendi keimanan untuk menuju kepada kesempurnaan kepribadian manusia. (Mahjuddin, 991: 139-141). Akhlak mempunyai kedudukan yang paling penting dan istimewa dalam agama Islam. Hal ini dapat dilihat dari penjelasan berikut ini: (Ilyas, 2007: 6-11)1. Rasulullah SAW menempatkan penyempurnaan akhlak yang mulia sebagai misi pokok risalah Islam.2. Akhlak merupakan salah satu ajaran pokok agama Islam.3. Akhlak yang baik akan memberatkan timbangan kebaikan seseorang nanti pada hari kiamat.4. Rasulullah SAW menjadikan baik buruknya akhlak seseorang sebagai ukuran kualitas imannya.5. Islam menjadikan akhlak yang baik sebagai bukti dan buah dari ibadah kepada Allah SWT.6. Nabi Muhammad SAW selalu berdoa agar Allah SWT membaikkan Akhlak beliau.7. Di dalam Al-Quran banyak terdapat ayat-ayat yang berhubungan dengan Akhlak.Perhatian ajaran Islam terhadap pembinaan akhlak ini lebih lanjut dapat dilihat dari kandungan Al-Quran yang banyak sekali berkaitan dengan perintah untuk melakukan kebaikan, berbuat adil, menyuruh berbuat baik dan mencegah melakukan kejahatan dan kemungkaran. Perintah tersebut sasarannya antara lain agar yang melakukannya memiliki akhlak yang mulia.Selanjutnya perhatian Islam terhadap pembinaan akhlak dapat pula dijumpai dari perhatian Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana terlihat dalam ucapan dan perbuatannya yang mengandung akhlak. Di dalam haditsnya misalnya ditemukan pernyataan bahwa beliau diutus ke muka bumi ini untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Orang yang paling berat timbangan amal baiknya di akhirat adalah orang yang paling mulia akhlaknya. Orang yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya. (Nata, 2009: 76)Umat Islam yang dipersiapkan untuk benar-benar menjadi ummatan wasathan, harus dilengkapi dengan tuntunan itu berupa ajaran akhlak mulia, yang diharapkan untuk mewarnai segala aspek kehidupan manusia. Karena itu, sesungguhnya ilmu komunikasi yang paling hebat adalah ilmu yang didasarkan atasAl-Akhlaqul Karimah, yang menjadi pegangan bagi umat Islam. (Mahjuddin: 76)Akhlak dalam Islam ialah mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat bagi individu dan kebaikan bagi masyarakat. Orang Islam dengan petunjuk agamanya , mengikat akhlak dengan agama dengan ikatan yang kukuh. Ia memandang akhlak sebagai bagian yang tidak dapat terpisah dari agama. Akhlak yang baik yang menggambarkan kebaikan dalam tingkah laku dan muamalah, sehingga ia menjadi sumber pokok bagi tingkah laku yang utama dan akhlak yang mulia dalam Islam. (Al-Syaibany: 346-355)

2.3 Cakupan dan Ruang Lingkup AkhlakCakupan akhlak meliputi semua aspek kehidupan manusia, sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk Allah, makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk yang menghuni alam dan mendapatkan bahan kehidupan darinya. Dengan kata lain, akhlak meliputi; akhlak pribadi, akhlak keluarga, akhlak sosial, akhlak politik, akhlak jabatan, akhlak terhadap alam dan akhlak terhadap Allah.Akhlak secara global juga dapat dipilah menjadi akhlak mulia (al-akhlaq al-karimah) dan akhlak yang tercela (al-akhlaq al-madzmumah).

2.3.1 Akhlak kepada AllahKita adalah makhluk ciptaannya maka sebagai makhluk yang taat kita harus berakhlak dengan akhlak yang baik kepada Tuhan kita, maka kita harus menuruti semua perintahnya dan menjadi larangan itu. Pada dasarnya kita harus bertaqwa. Missal, kita sebagai makhluk diwajibkan untuk menuntut ilmu dan kita melakukannya maka disitu kita menjalankan perintah-Nya. Jika kita patuh dan taat insyaAllah kita telah membangun hubungan akhlak yang baik dengan Sang Kholik. Berikut ini merupakan Akhlak kepada Allah:a) Mengabdi hanya kepada AllahBertaqwa dan mengabdi hanya kepada Allah, tidak akan mempersekutukan-Nya dengan apa pun dalam bentuk apa pun, serta dalam keadaan situasi dan kondisi yang bagaimanapun. Dan Aku (Allah) tidak ciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah kepada-Ku.(QS. Adz-Dzariyat: 56).b) Tunduk dan patuh kepada Allah Taatlah kepada (perintah) Allah dan (perintah) Rasul-Nya supaya kalian mendapat rahmat.(QS. Ali Imran: 132(c) Tawakkal Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal."(QS. At-Taubah: 51)

d) Bersyukur kepada Allah Dan (ingatlah), tatkala Tuhan kamu memberitahu; jika kamu berterima kasih, niscaya Aku tambah nikmat bagi kamu, apabila kamu tidak bersyukur, maka adzab-Ku itu sangat pedih.(QS. Ibrahim: 7)e) Penuh harap kepada Allah Sesungguhnya ummat yang beriman dan berhijrah serta bekerja keras (berhijrah) di jalan Allah, mereka itu (ummat yang) berharap rahmad Allah; dan Allah itu Pengampun, Penyayang.(QS. Al-Baqarah: 218) f) Ikhlas menerima keputusan Allah Dan alangkah baik jika mereka ridha dengan apa yang Allah dan Rasul-Nya berikan kepada mereka, sambil mereka berkata: cukuplah Allah bagi kami, sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya akan memberi kepada kamu karunia-Nya, sesungguhnya kami mencintai Allah.(QS. At-Taubah: 59)g) Tadlarru dan khusyu Beruntunglah orang-orang yang beriman. Mereka yang khhusyu dalam shalatnya. (QS. Al-Mukminun: 1-2)h) Husnud-dhanJanganlah mati salah seorang dari kalian, melainkan dalam keadaan baik sangka kepada Allah.(H.R. Muslim)i) Taubat dan istighfar Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu". (QS. At-Tahrim: 8)

2.3.2 Akhlak kepada Diri SendiriYang dimaksud dengan akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri pribadinya baik itu jasmani sifatnya atau ruhani. Kita harus adil dalam memperlakukan diri kita, dan jangan pernah memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu yang tidak baik atau bahkan membahayakan jiwa. Sesuatu yang membahayakan jiwa bisa bersifat fisik atau psikis. Misalnya kita melakukan hal-hal yang bisa membuat tubuh kita menderita. Seperti; terlalu banyak bergadang, sehingga daya tahan tubuh berkurang, merokok, yang dapat menyebabkan paru-paru kita rusak, mengkonsumsi obat terlarang dan minuman keras yang dapat membahyakan jantung dan otak kita. Untuk itu kita harus bisa bersikap atau beraklak baik terhadap tubuh kita. Selain itu sesuatu yang dapat membahayakan diri kita itu bisa bersifat psikis. Misalkan iri, dengki, munafik dan lain sebagainya. Hal itu semua dapat membahayakan jiwa kita, semua itu merupakan penyakit hati yang harus kita hindari. Hati yang berpenyakit seperti iri dengki munafiq dan lain sebagainya akan sulit sekali menerima kebenaran, karena hati tidak hanya menjadi tempat kebenaran, dan iman, tetapi hati juga bisa berubah menjadi tempat kejahatan dan kekufuran.Untuk menghindari hal tersebut di atas maka kita dituntut untuk mengenali berbagai macam penyakit hati yang dapat merubah hati kita, yang tadinya merupakan tempat kebaikan dan keimanan menjadi tempat keburukan dan kekufuran. Seperti yang telah dikatakan bahwa diantara penyakit hati adalah iri dengki dan munafik. Maka kita harus mengenali penyakit hati tersebut.

2.3.2.1 Macam-macam Akhlak terhadap Diri Sendiri1) Berakhlak terhadap jasmani.a. Menjaga kebersihan dirinya.Islam menjadikan kebersihan sebagian dari Iman. Ia menekankan kebersihan secara menyeluruh meliputi pakaian dan juga tubuh badan. Rasulullah memerintahkan sahabat-sahabatnya supaya memakai pakaian yang bersih, baik dan rapi terutamanya pada hari Jumat, memakai wewangian dan selalu bersugi.b. Menjaga makan minumnya.Bersederhanalah dalam makan minum, berlebihan atau melampau di tegah dalam Islam. Sebaiknya sepertiga dari perut dikhaskan untuk makanan, satu pertiga untuk minuman, dan satu pertiga untuk bernafas.c. Tidak mengabaikan latihan jasmaninya.Riyadhah atau latihan jasmani amat penting dalam penjagaan kesehatan, walau bagaimnapun ia dilakukan menurut etika yang ditetapkan oleh Islam tanpa mengabaikan hak-hak Allah, diri, keluarga, masyarakat dan sebagainya, dalam artikata ia tidak mengabaikan kewajiban sembahyang, sesuai kemampuan diri, menjaga muruah, adat bermasyarakat dan seumpamanya.d. Rupa diri.Seorang muslim mestilah mempunyai rupa diri yang baik. Islam tidak pernah mengizinkan budaya tidak senonoh, compang-camping, kusut, dan seumpamanya. Islam adalah agama yang mempunyai rupa diri dan tidak mengharamkan yang baik. Sesetengah orang yang menghiraukan rupa diri memberikan alasan tindakannya sebagai zuhud dan tawadhuk. Ini tidak dapat diterima karena Rasulullah yang bersifat zuhud dan tawadhuk tidak melakukan begitu. Islam tidak melarang umatnya menggunakan nikmat Allah kepadanya asalkan tidak melampau dan takabbur.2) Berakhlak terhadap akalnyaa. Memenuhi akalnya dengan ilmu.Akhlak Muslim ialah menjaganya agar tidak rusak dengan mengambi sesuatu yang memabukkan dan menghayalkan. Islam menyuruh supaya membangun potensi akal hingga ke tahap maksimum, salah satu cara memanfaatkan akal ialah mengisinya dengan ilmu. Ilmu fardh ain yang menjadi asas bagi diri seseorang muslim hendaklah diutamakan karena ilmu ini mampu dipelajari oleh siapa saja, asalkan dia berakal dan cukup umur. Pengabaian ilmu ini seolah-olah tidak berakhlak terhadap akalnya.b. Penguasaan ilmu.Sepatutnya umat Islamlah yang selayaknya menjadi pemandu ilmu supaya manusia dapat bertemu dengan kebenaran. Kekufuran (kufur akan nikmat) dan kealfaan ummat terhadap pengabaian penguasaan ilmu ini. Perkara utama yang patut diketahui ialah pengetahuan terhadap kitab Allah, bacaannya, tajwidnya, dan tafsirnya. Kemudian hadits-hadits Rasul, sirah, sejarah sahabat, ulama, dan juga sejarah Islam, hukum hakam ibadat serta muamalah.Sementara itu umat islam hendaklah membuka tingkap pikirannya kepada segala bentuk ilmu, termasuk juga bahasa asing supaya pemindahan ilmu berlaku dengan cepat. Rasulullah pernah menyuruh Zaid bin Tsabit supaya belajar bahasa Yahudi dan Syiria. Abdullah bin Zubair adalah antara sahabat yang memahami kepentingan menguasai bahasa asing, beliau mempunyai seratus orang khadam yang masing-masing bertutur kata berlainan, dan apabila berhubungan dengan mereka, dia menggunakan bahasa yang dituturkan oleh mereka.3) Berakhlak Terhadap Jiwa.Manusia pada umumnya tahu sadar bahwa jasad perlu disucikan selalu, begitu juga dengan jiwa. Pembersihan jiwa beda dengan pembersihan jasad. Ada beberapa cara membersihkan jiwa dari kotorannya, antaranya:a. Bertaubatb. Bermuqarabahc. Bermuhasabahd. Bermujahadahe. Memperbanyak ibadahf. Menghadiri majlis Iman

2.3.2.2 Cara Memelihara Akhlak terhadap Diri Sendiri1) Sabar, yaitu perilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya.Sabar diungkapkan ketika melaksanakan perintah, menjauhi larangan dan ketika ditimpa musibah.2) Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Syukur dengan ucapan adalah memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah, sedangkan syukur dengan perbuatan dilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya.3) Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya, orang tua, muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan dari sifat iri dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan orang lain.4) Shidiq, artinya benar atau jujur. Seorang muslim harus dituntut selalu berada dalam keadaan benar lahir batin, yaitu benar hati, benar perkataan dan benar perbuatan.5) Amanah, artinya dapat dipercaya. Sifat amanah memang lahir dari kekuatan iman. Semakin menipis keimanan seseorang, semakin pudar pula sifat amanah pada dirinya. Antara keduanya terdapat ikatan yang sangat erat sekali. Rosulullah SAW bersabda bahwa tidaj (sempurna) iman seseorang yang tidak amanah, dan tidak (sempurna) agama orang yang tidak menunaikan janji. ( HR. Ahmad )6) Istiqamah, yaitu sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman sekalipun menghadapi berbagai macam tantangan dan godaan. Perintah supaya beristiqamah dinyatakan dalam Al-Quran pada surat Al- Fushshilat ayat 6 yang artinya Katakanlah bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, maka istiqamahlah menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya. Dan kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang bersekutukan-Nya.7) Iffah, yaitu menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik dan memelihara kehormatan diri dari segala hal yang akan merendahkan, merusak, dan menjatuhkannya. Nilai dan wibawa seseorang tidak ditentukan oleh kekayaan dan jabatannya dan tidak pula ditentukan oleh bentuk rupanya, tetapi ditentukan oleh kehormatan dirinya.8) Pemaaf, yaitu sikap suka member maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa ada sedikitpun rasa benci dan keinginan untuk membalas. Islam mengajarkan kita untuk dapat memaafkan kesalahan orang lain tanpa harus menunggu permohonan maaf dari yang bersalah.

2.3.2.3 Manfaat Akhlak terhadap Diri Sendiri1) Berakhlak terhadap jasmani: jauh dari penyakit karena sering menjaga kebersihan tubuh menjadi sehat dan selalu bugar menjadikan badan kuat dan tidak mudah lemah2) Berakhlak terhadap akalnya: memperoleh banyak ilmu dapat mengamalkan ilmu yang kita peroleh untuk orang lain membantu orang lain mendapat pahala dari Allah SWT3) Berakhlak terhadap jiwa: selalu dalam lindungan Allah SWT jauh dari perbuatan yang buruk selalu ingat kepada Allah SWT

2.3.3 Akhlak kepada SesamaManusia adalah makhluk social, yang saling membutuhkan, maka dari itu perlulah kita bangun dan perbaikai kerusakan-kerusakan dalam Islam termasuk kewajiban memperhatikan kehidupan antara sesama orang-orang beriman. Kedudukan seorang muslim dengan muslim lainnya adalah ibarat satu jasad, dimana satu anggaota badan dengan anggota badan lainnya mempunyai hubungan yang erat. Hak orang Islam atas Islam lainnya ada 6 perkara :a. Apabila bertemudengan sesama maka ucapkanlah salamb. Apabila mendapat undangan maka hadirilahc. Apabila meminta nasihat maka berilah nasihatd. Apabila bersin maka doakanlahe. Apabila ada yang sakit maka jenguklahf. Apabila ada yang meninggal dunia maka kuburkanlahAkhlak terhadap sesama manusia ini berlaku untuk setiap manusia, saling tolong-menolong. Karena dengan kondisi masyarakat yang mayoritas berakhlak dengan akhlak yang baik, maka ketentraman, kenyamanan, ketenangan dan sebagainya akan tercapai dan itulah sebuah persatuan.

2.3.3.1 Akhlak Terpuji (Mahmudah)1) HusnuzanBerasal dari lafal husnun (baik) dan Adhamu (Prasangka). Husnuzan berarti prasangka, perkiraan, dugaan baik. Lawan kata husnuzan adalah suuzan yakni berprasangka buruk terhadap seseorang . Hukum kepada Allah dan rasul nya wajib, wujud husnuzan kepada Allah dan Rasul-Nya antara lain: Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua perintah Allah dan Rasul Nya Adalah untuk kebaikan manusia. Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua larangan agama pasti berakibat buruk.Hukum husnuzan kepada manusia mubah atau jaiz (boleh dilakukan). Husnuzan kepada sesama manusia berarti menaruh kepercayaan bahwa dia telah berbuat suatu kebaikan. Husnuzan berdampak positif berdampak positif baik bagi pelakunya sendiri maupun orang lain.2) TawadukTawaduk berarti rendah hati. Orang yang tawaduk berarti orang yang merendahkan diri dalam pergaulan. Lawan kata tawaduk adalah takabur.3) TasamuArtinya sikap tenggang rasa, saling menghormati dan saling menghargai sesama manusia.4) TaawunTaawun berarti tolong menolong, gotong royong, bantu membantu dengan sesama manusia.

2.3.3.2 Akhlak Tercela (Mazmumah)1) HasadArtinya iri hati, dengki. Iri berarti merasa kurang senang atau cemburu melihat orang lain beruntung..2) DendamDendam yaitu keinginan keras yang terkandung dalam hati untuk membalas kejahatan.3) Gibah dan FitnahMembicarakan kejelekan orang lain dengan tujuan untuk menjatuhkan nama baiknya. Apabila kejelekan yang dibicarakan tersebut memang dilakukan orangnya dinamakan gibah. Sedangkan apabila kejelekan yang dibicarakan itu tidak benar, berarti pembicaraan itu disebut fitnah.4) NamimahAdu domba atau namimah, yakni menceritakan sikap atau perbuatan seseorang yang belum tentu benar kepada orang lain dengan maksud terjadi perselisihan antara keduanya.

2.3.4 Akhlak kepada LingkunganAkhlaq terhadap alam lingkungan adalah bahwa manusia tidak dibolehkan memanfaatkan sumber daya alam dengan jalan mengeksploitasi secara besar-besaran,sehingga timbul ketidak seimbangan alam dan kerusakan bumi. Misalnya,hutan merupakan faktor yang penting untuk menopang kehidupan dibumi.Ia memberikan kesetabilan tanah,menyerap pemanasan global.Selain itu,hutan juga menjadi pusat kehidupan beragam jenis flora dan fauna.Adanya hutan membuat air hujan akan terdistribusikan secara merata dan mencegah terjadinya penumpukan air yang dapat menyebabkan banjir dan longsor.Namun,dengan semakin mengikisnya lahan hutan,maka daya serap tanah terhadap air juga semakin berkurang,sehingga air yang melewati permukaannya berpotensi mengalir menuju satu titik (yang rendah) sekaligus menyebabkan tanah tersebut rapuh dan rawan terjadi kelongsoran.Kesadaran manusia dalam peranannya sebagai khalifah yang telah di tunjuk oleh Allah di muka bumi seyogyanya mulai bertindak arif dan bijaksana dalam mengelola kekayaan alam dan bumi,sehingga terhindar dari kerusakan. Berkenaan dengan betapa pentingnya sumber daya alam bagi kehidupan, maka kita menjadi tahu dan sadar tentang bagaimana memperlakukan alam dengan sewajarnya. Dalam hal ini, Allah telah mempermudah manusia dengan memberikan petunjuk dalam Al-quran tentang apa yang harus dilakukan oleh manusia terhadap alam lingkungan, yaitu; merenungkan, mempelajari, memanfaatkan, dan memelihara.

2.4 Sumber AkhlakSumber akhlak adalah wahyu (al-Quran dan al-Hadits). Sebagai sumber akhlak wahyu menjelaskan bagaimana berbuat baik. al-Quran bukanlah hasil renungan manusia, melainkan firman Allah SWT yang Maha pandai dam Maha bijaksana. Oleh sebab itu, setiap muslim berkeyakinan bahwa isi al-Quran tidak dapat dibuat dan ditandingi oleh bikinan manusia. Sumber akhlak yang kedua yaitu al-Hadits meliputi perkataan, ketetapan dan tingkah laku Rasulullah SAW. 1) Al-QuranDasar akhlak yang dijelaskan dalam al-Quran yaitu: Artinya :Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S.al-Ahzab : 21)

Al-Quran sebagai dasar (rujukan) Ilmu Akhlak yang pertama, hal ini dinilai karena keontetikannya yang lebih tinggi, dibandingkan dengan dasar-dasar yang lain. Mengingat al-Quran merupakan firman Tuhan, sehingga tidak ada keraguan baginya untuk dijadikan sebagai dasar atau asas. Walau nantinya ada beberapa perangkat yang diperlukan untuk mendukungnya. Dan tidak akan dibahas di sini, karena ada ilmu khsusus yang membahasnya.Nilai-nilai yang ditawarkan oleh al-Quran sendiri sifatnya komprehensif. Perbuatan baik dan buruk sudah dijelaskan di dalamnya. Hanya saja, ada yang perlu diperhatikan. Mengingat ada banyak ayat-ayat al-Quran yang membutuhkan penafsiran. Sehingga untuk mememudahkan, orang-orang akan merujuk kepada Al-Hadits ( sebagai Asbabun Nuzul suatu ayat) dan al-Aqlu (penalaran akal). Sejauh manakah campur tangan kedua dasar tersebut pada persoalan Ilmu Akhlak. Pastinya al-Hadits dan al-Aqlu tidak akan merubah pesan yang ingin disimpaikan oleh al-Quran.2) Al-HaditsDasar akhlak dari hadits yang secara eksplisit menyinggung akhlak tersebut yaitu sabda Nabi: Artinya : Bahwasanya aku (Rasulullah) diutus untuk menyempurnakan keluhuran akhlak.

Jika telah jelas bahwa al-Quran dan hadits rasul adalah pedoman hidup yang menjadi asas bagi setiap muslim, maka teranglah keduanya merupakan sumber akhlaqul karimah.Asbabul Wurud suatu hadits berbeda-beda. Ada hadits yang dikeluarkan oleh Nabi karena seorang sahabat bertanya kepadanya, karena Nabi menegur seorang sahabat, karena peringatan dan penjelasan Nabi terhadap al-Quran.Dalam riwayat Aisyah pernah ditanya oleh seseorang tentang akhlak Nabi. Aisyah menjawab akhlak Nabi adalah al-Quran. Dengan demikian, Nabi merupakan interpretasi yang hidup terhadap al-Quran. Karena segala ucapan (Qauliyah), perbuatan (Filiyah), dan penetapan (Taqririyah) merupakan sebuah wahyu dari Allah, dan apa-apa yang datang dari Nabi senantiasa terjaga. Dapat disimpulkan bahwa al-Quran dan al-Hadits berasal dari sumber yang sama, yaitu Allah SWT.Di dalam al-Quran terlah dijelaskan bahwa Nabi itu peribadi yang agung. Karena memang pada dirinya terdapat sebuah suri tauladan yang baik. Keistimewaan tersebut, tidak hanya diakui oleh umat Islam saja, akan tetapi non-muslimpun mengakui hal tersebut. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Machael H. Hart tentang 100 tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah, dia menyatakan bahwa Nabi Muhammad menduduki posisi pertama. Jelaslah bahwa tidak ada kecacatan dalam peribadi Nabi, karena memang tugas diutusnya beliau adalah untuk menyempurnakan akhlak.

2.5 Akhlak dan TasawufAntara Ilmu Akhlak dan Ilmu Tasawuf memiliki hubungan yang berdekatan. Akhlak dalam pelaksanaannya mengatur hubungan horizontal antara sesama manusia, sedangkan tasawuf mengatur jalinan komunikasi vertical antara manusia dengan Tuhannya. Akhlak menjadi dasar dari pelaksanaan tasawuf, sehingga dalam prakteknya tasawuf mementingkan akhlak. Pengertian Ilmu Tasawuf adalah Ilmu yang dengannya dapat diketahui hal-hal yang terkait dengan kebaikan dan keburukan jiwa.Para ahli ilmu tasawuf membagi tasawuf menjadi tiga bagian, yaitu tasawuf falsafi, tasawuf akhlaki dan tasawuf amali. Ketiga macam ini mempunyai tujuan sama yaitu untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan cara membersihkan diri dari perbuatan yang tercela dan menghias diri dengan perbuatan yang terpuji. Dengan demikian dalam proses pencapaian tujuan bertasawuf seseorang harus terlebih dahulu berakhlak mulia .Menurut Ibrahim Hilal; Tasawuf adalah memilih jalan hidup secara zuhud, menjauhkan diri dari perhiasan hidup dalam segala bentuknya. Ibrahim lebih lanjut menambahkan bahwa cara tasawuf bermacam-macam yaitu, ibadah, wirid, lapar, berjaga diwaktu malam dengan memperbanyak shalat dan ibadah lainnya. Cara ini dilakukan agar sahwat jasmaniyah lemah sedangkan semangat ruhaniyah tinggi. Pada initinya seseorang yang masuk dunia tasawuf harus menundukkan jasmani dan rohani dengan cara-cara tersebut diatas, agar dapat mencapai hakikat kesempurnaan rohani dan mengenal zat Tuhan dengan segala kesempurnaan-Nya.

2.6 Konsep dalam Ilmu Tasawuf2.6.1 MaqamatSecara harfiah, maqamat merupakan jamak dari kata maqam yang berarti tempat berpijak atau pangkat mulia. Dalam Bahasa Inggris maqamat dikenal dengan istilah stages yang berarti tangga. Sedangkan dalam ilmu Tasawuf, maqamat berarti kedudukan hamba dalam pandangan Allah berdasarkan apa yang telah diusahakan, baik melalui riyadhah, ibadah, maupun mujahadah. Di samping itu, maqamat berarti jalan panjang atau fase-fase yang harus ditempuh oleh seorang sufi untuk berada sedekat mungkin dengan Allah. Maqam dilalui seorang hamba melalui usaha yang sungguh-sungguh dalam melakukan sejumlah kewajiban yang harus ditempuh dalam jangka waktu tertentu. Seorang hamba tidak akan mencapai maqam berikutnya sebelum menyempurnakan maqam sebelumnya.Penjelasan atas masing-masing istilah tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:1) TaubatTaubat berasal dari Bahasa Arab taba-yatubu-taubatan yang berarti kembali dan penyelesalan. Sedangkan pengertian taubat bagi kalangan sufi adalah memohon ampun atas segala dosa yang disertai dengan penyesalan dan berjanji dengan sungguh-sungguh untuk tidak mengulangi perbuatan dosa tersebut dan dibarengi dengan melakukan kebajikan yang dianjurkan oleh Allah.2) ZuhudSecara etimologis, zuhud berarti ragaba ansyaiin wa tarakahu, artinya tidak tertarik terhadap sesuatu dan meninggalkannya. Zuhada fi al-dunya, berarti mengosongkan diri dari kesenangan dunia untuk ibadah.3) SabarSabar, secara harfiah , berarti tabah hati. Secara terminologi, sabar adalah suatu keadaan jiwa yang kokoh, stabil dan konsekuen dalam pendirian. Sedangkan menurut pandangan Dzun Nun al-Misri, sabar berarti menjauhkan diri dari hal-hal yang bertentangan dengan kehendak Allah, tetap tenang ketika mendapat cobaan dan menampakkan sikap cukup, walaupun sebenarnya berada dalam kefakiran. 4) WaraWara, secara harfiah, berarti saleh, menjauhkan diri dari perbuatan dosa atau maksiat. Sedangkan pengertian wara dalam pandangan sufi adalah meninggalkan segala sesuatu yang tidak jelas hukumnya, baik yang menyangkut makanan, pakaian, maupun persoalan lainnya.5) FaqrSecara harfiah fakir biasanya diartikan sebagai orang yang berhajat, butuh atau orang miskin. Sedangkan dalam pandangan sufi fakir adalah tidak meminta lebih dari apa yang telah ada pada diri kita.6) TawakkalSecara harfiah tawakkal berarti menyerahkan diri. Menurut Sahal bin Abdullah bahwa awalnya tawakkal adalah apabila seorang hamba di hadapan Allah seperti bangkai di hadapan orang yang memandikannya, ia mengikuti semaunya yang memandikan, tidak dapat bergerak dan bertindak. Hamdun al-Qashshar mengatakan tawakkal adalah berpegang teguh pada Allah.7) RidhaRidha, secara harfiah, berarti rela, senang dan suka. Sedangkan pengertiannya secara umum adalah tidak menentang qadha dan qadar Allah, menerima qadha dan qadar dengan hati senang.8) MahabbahMahabbah berasal dari kata ahabba-yuhibbu-mahabbatan yang berarti mencintai secara mendalam. Mahabbah pada tingkatan selanjutnya dapat diartikan suatu usaha sungguh-sungguh dari seseorang untuk mencapai tingkat rohaniah tertinggi dengan terwujudnya kecintaan yang mendalam kepada Allah.9) MarifatMarifat berasal dari kata arafa-yarifu-irfan-marifat yang berarti pengetahuan atau pengalaman. Marifat dapat pula berarti pengetahuan rahasia hakikat agama, yaitu ilmu yang lebih tinggi daripada ilmu yang didapat pada umumnya, dan merupakan pengetahuan yang objeknya bukan hal-hal yang bersifat zhahir, tetapi bersifat batin, yaitu pengetahuan mengenai rahasia-rahasia Tuhan melalui pancaran cahaya Ilahi.

2.6.2 AhwalSecara bahasa, ahwal merupakan jamak dari kata tunggal hal yang berarti keadaan sesuatu (keadaan rohani). Menurut Syeikh Abu Nashr as-Sarraj, hal adalah sesuatu yang terjadi secara mendadak yang bertempat pada hati nurani dan tidak mampu bertahan lama, sedangkan menurut al-Ghazali, hal adalah kedudukan atau situasi kejiwaan yang dianugerahkan Allah kepada seseorang hamba pada suatu waktu, baik sebagai buah dari amal saleh yang mensucikan jiwa atau sebagai pemberian semata. Sehubungan dengan ini, Harun Nasution mendefinisikan hal sebagai keadaan mental, seperti perasaan senang, persaan sedih, perasaan takut, dan sebagainya.Penjelasan tentang ahwal tersebut adalah sebagai berikut:1) MuraqabahMuraqabah artinya merasa selalu diawasi oleh Allah SWT sehingga dengan kesadaran ini mendorong manusia senantiasa rajin melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya.2) KhaufKhauf adalah suatu sikap mental yang merasa takut kepada Allah karena kurang sempurna pengabdianya. Takut dan kawatir kalau Allah tidak senang kepadanya. Menurut Ghozali Khauf adalah rasa sakit dalam hati karena khawatir akan terjadi sesuatu yang tidak disenagi dimasa sekarang.3) RajaRaja dapat berarti berharap atau optimisme, yaitu perasaan senang hati karena menanti sesuatu yang diinginkan dan disenangi.4) ThumaninahThumaninah adalah rasa tenang, tidak ada rasa was-was atau khawatir, tak ada yang dapat mengganggu perasaan dan pikiran, karena ia telah mencapai tingkat kebersihan jiwa yang paling tinggi.5) UnsUns (suka cita) dalam pandangan sufi adalah sifat merasa selalu berteman, tak pernah merasa sepi.6) MusyahadahMusyahadah secara harfiah adalah menyaksikan dengan mata kepala. Secara terminologi, tasawuf adalah menyaksikan secara jelas dan sadar apa yang dicarinya (Allah) atau penyaksian terhadap kekuasaan dan keagungan Allah.

BAB IIIPENUTUP

1. 2. 3. 3.1. KesimpulanAkhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup segala pengertian tingkah laku, tabi'at, perangai, karakter manusia yang baik maupun yang buruk dalam hubungannya dengan Khaliq atau dengan sesama makhluk. Akhlak merupakan hal yang paling penting dalam pembentukan akhlakul karimah seorang manusia. Dan manusia yang paling baik budi pekertinya adalah Rasulullah S.A.W.

3.2. SaranDiharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca maupun penyusun dapat menerapkan akhlak yang baik dan sesuai dengan ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun tidak sesempurna Nabi Muhammad S.A.W, setidaknya kita termasuk kedalam golongan kaumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Syaibany, Omar Mohammad Al-Toumy. Terjemahan: Hasan Langgulung. Falsafah Pendidikan Islam. Jakarta:Bulan Bintang.Amrikhan. Kedudukan Akhlak dalam Islam. http://amrikhan.wordpress.com/2012/07/30/kedudukan-akhlaq-dalam-islam-3/. (15 Oktober 2014)Apriyanto, Gilang. Akhlak terhadap Lingkungan http://yaudaah.blogspot.com/2013/04/akhlak-terhadap-lingkungan.html (15 Oktober 2014)Dawam, Nafi Mubarok. Karakteristik dann Ruang Lingkup Akhlak. http://nafimubarokdawam.blogspot.com/2013/04/karakteristik-dan-ruang-lingkup-akhlak.html (15 Oktober 2014)Djaelani. Akhlak terhadap Sesama Manusia. http://makalahal-islam.blogspot.com/2014/01/akhlak-terhadap-sesama-manusia.html (15 Oktober 2014)Drs. Asmaran As., M.A. 1994. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT. Raja Grafindo PersadaIda, Kamalia. Pengertian Akhlak. http://kamaliaida.wordpress.com/2013/12/16/pengertian-akhlak/ (15 Oktober 2014)Ilyas, Yunahar. 2007. Kuliah Akhlaq. Yogyakarta: LPPI.Ipnu. Maqamat dan Ahwal dalam Tasawuf. http://ipnu-ippnu-joho.blogspot.com/2013/05/makalah-maqamat-dan-ahwal-dalam-tasawuf.html ( 15 Oktober 2014)Kamus Al MuhithMahjuddin. 1991. Kuliah Akhlaq Tasawuf. Jakarta: Kalam Mulia.Muhammad bin Sholih Ustmani, Imam. Akhlaqul Karimah. Muroqiyul UbudiyahNata, Abuddin. 2009. Akhlaq Tasawuf. Jakarta: PT Raja Grafindo PersadaRizki. Akhlak terhadap Diri Sendiri. http://rizkifisthein.wordpress.com/2011/06/23/akhlak-terhadap-diri-sendiri/. (15 Oktober 2014)Robi Muhammad Jauhari, Muhammad. Keistimewaan Akhlak Islam. Soni. Tasawuf. http://soni69.tripod.com/artikel/tasawuf.htm (15 Oktober 2014)Tahdzibul akhlak wa tahdzibul arok.

20