makalah agama 02
DESCRIPTION
agama islamTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah SWT.
Dengan segala pemberian-Nya manusia dapat mengecap segala kenikmatan yang
bisa dirasakan oleh dirinya. Tapi dengan anugerah tersebut kadangkala manusia
lupa akan dzat Allah SWT yang telah memberikannya. Untuk hal tersebut
manusia harus mendapatkan suatu bimbingan sehingga di dalam kehidupannya
dapat berbuat sesuai dengan bimbingan Allah SWT. Hidup yang dibimbing
syariah akan melahirkan kesadaran untuk berprilaku yang sesuai dengan tuntutan
dan tuntunan Allah dan Rasulnya yang tergambar dalam hukum Allah yang
Normatif dan Deskriptif (Quraniyah dan Kauniyah).
Sebagian dari syariat terdapat aturan tentang ibadah, baik ibadah khusus
maupun ibadah umum. Sumber syariat adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah,
sedangkan hal-hal yang belum diatur secara pasti di dalam kedua sumber tersebut
digunakan ra’yu (Ijtihad). Syariat dapat dilaksanakan apabila pada diri seseorang
telah tertanam Aqidah atau keimanan.
1.2 Rumusan MasalahRumusan masalah dari makalah ini yaitu :
1. Bagaimana definisi dari syariat islam ?
2. Bagaimana tujuan syariat islam?
3. Bagaimana bentuk penerapan syariat islam di dunia?
1.3 TujuanTujuan dari makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui syariat islam beserta tujuan dan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Untuk mengetahui penyebab tidak adanya penerapan hukum islam di
dunia.
2
1.4 Manfaat
Manfaat dari makalah ini yaitu :
1. Menambah pengetahuan mengenai syariat islam dan jenis-jenisnya.
2. Menambah kedekatan diri kepada Allah SWT. dengan menerapkan syariat
islam
3. Menjadi manusia yang lebih baik lagi dengan syariat islam sebagai
pedoman dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Syariat
Syariat Islam secara etimologi berarti "jalan-jalan yang bisa di tempuh
air", maksudnya adalah jalan yang di lalui manusia untuk menuju Allah. Syariat
Islamiyyah adalah hukum atau peraturan Islam yang mengatur seluruh sendi
kehidupan umat Islam. Selain berisi hukum, aturan dan panduan peri kehidupan,
syariat Islam juga berisi kunci penyelesaian seluruh masalah kehidupan manusia
baik di dunia maupun di akhirat.
Dalam Al-Quran As-Syura Ayat 21 dijelaskan :
Artinya :
“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang
mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diijinkan Allah ? sekiranya tak ada
ketetapan yang menentukan (dari Allah tentukanlah mereka dibinasakan. Dan
sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan memperoleh azab yang pedih.”
(Q.S. Asy-Syura Ayat : 21).
Ketentuan-ketentuan sebagaimana dirumuskan dalam syariah, wajib
dipatuhi. Orang Islam yakin bahwa ketentuan Allah SWT yang terdapat dalam
syariah itu adalah ketentuanm Allah SWT yang bersifat universal, oleh karena itu
merupakan hukum bagi setiap komponen dalam satu sistem. Hal ini berarti bahwa
setiap ketentuan yang ditinggalkannya atau dilanggar bukan saja akan merusak
4
lingkungannya tetapi juga akan menghilangkan fungsi parameter dalam
komponen atau fungsi komponen dalam sisten.
Sebagai contoh, seseorang menyalahi janji, berdusta, zina, mencuri,
korupsi, dan lain-lain. Dalam syariah Islam ada istilah rukshoh (keringanan)
apabila seseorang tidak dapat melaksanakan kewajibannya secara normal, maka ia
boleh melaksanakannya dengan cara lain sesuai dengan kekuatan, kemungkinan,
dan kondisi, seperti sholat sambil duduk.
2.2 Tujuan Syariat Islam1. Memelihara atau melindungi agama dan sekaligus memberikan hak kepada
setiap orang untuk memilih antara beriman atau tidak, karena, “Tidak ada
paksaan dalam memeluk agama Islam” (QS. Al Baqaarah, 2:256). Manusia
diberi kebebasan mutlak untuk memilih, “…Maka barangsiapa yang ingin
(beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia
kafir” (QS. Al Kahfi, 18:29).
2. Melindungi jiwa; syariat Islam sangat melindungi keselamatan jiwa seseorang
dengan menetapkan sanksi hukum yang sangat berat, contohnya hukum
“qishash”.
3. Perlindungan terhadap keturunan; Islam sangat melindungi keturunan di
antaranya dengan menetapkan hukum “Dera” seratus kali bagi pezina ghoiru
muhshon (perjaka atau gadis) dan rajam (lempar batu) bagi pezina muhshon
(suami/istri, duda/jand) (Al Hadits).
4. Melindungi akal; dalam sebuah hadits Rasulullah Saw menyatakan, “Agama
adalah akal, siapa yang tiada berakal (menggunakan akal), maka tiadalah
agama baginya”. Oleh karenanya, seseorang harus bisa dengan benar
mempergunakan akalnya.
5. Melindungi harta; yakni dengan membuat aturan yang jelas untuk bisa
menjadi hak setiap orang agar terlindungi hartanya di antaranya dengan
menetapkan hukum potong tangan bagi pencuri.
6. Melindungi kehormatan seseorang; termasuk melindungi nama baik seseorang
dan lain sebagainya, sehingga setiap orang berhak dilindungi kehormatannya
di mata orang lain dari upaya pihak-pihak lain melemparkan fitnah, misalnya.
5
7. Melindungi rasa aman seseorang; dalam kehidupan bermasyarakat, seseorang
harus aman dari rasa lapar dan takut. Sehingga seorang pemimpin dalam Islam
harus bisa menciptakan lingkungan yang kondusif agar masyarakat yang di
bawah kepemimpinannya itu “tidak mengalami kelaparan dan ketakutan”.
Allah SWT berfirman: “Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk
menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan” (QS. Al
Quraisy, 106:4).
8. Melindungi kehidupan bermasyarakat dan bernegara; Islam menetapkan
hukuman yang keras bagi mereka yang mencoba melakukan “kudeta”
terhadap pemerintahan yang sah yang dipilih oleh ummat Islam “dengan cara
yang Islami”.
2.3 Prinsip Syariat Islam
1. Tidak mempersulit (‘Adam al-Haraj)
Dalam menetapkan syariat Islam, al-Quran senantiasa memperhitungkan
kemampuan manusia dalam melaksanaknnya. Itu diwujudkan dengan mamberikan
kemudahan dan kelonggaran (tasamuh wa rukhsah) kepada mansusia, agar
menerima ketetapan hukum dengan kesanggupan yang dimiliknya. Prinsip ini
secara tegas disebutkan dalam a-Quran,
Artinya :
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia
mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan
kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan
kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana
Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah
6
Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri
maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami,
maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir". (QS. Al-Baqarah: 286)
2. Mengurangi Beban (Taqlil al-Taklif)
Prinsip kedua ini merupakan langkah prenventif (penanggulangan) terhadap
mukallaf dari pengurangan atau penambahan dalam kewajiban agama. Al-Quran
tidak memberikan hukum kepada mukallaf agar ia menambahi atau
menguranginya, meskipun hal itu mungkin dianggap wajar menurut kacamata
sosial. Hal ini guna memperingan dan menjaga nilai-nilai kemaslahatan manusia
pada umumnya, agar tercipta suatu pelaksanaan hukum tanpa ddasari parasaan
terbebani yang berujung pada kesulitan. Umat manusia tidak diperintahkan untuk
mencari-cari sesuatu yang justru akan memperberat diri sendiri.
Allah swt. Berfirman,
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menanyakan (kepada
Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepada kalian, niscaya akan menyusahkan
kalian....” (QS. Al-Maidah: 101)
2.4 Sumber Hukum IslamAl-Quran
Al-Qur'an sebagai kitab suci umat Islam adalah firman Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada seluruh
umat manusia hingga akhir zaman. Selain sebagai sumber ajaran Islam, Al Qur'an
disebut juga sebagai sumber pertama atau asas pertama syara'.
Al Qur'an merupakan kitab suci terakhir yang turun dari serangkaian kitab
suci lainnya yang pernah diturunkan ke dunia. Dalam upaya memahami isi Al
7
Qur'an dari waktu ke waktu telah berkembang tafsiran tentang isi-isi Al Qur'an
namun tidak ada yang saling bertentangan.
Hadits
Hadits terbagi dalam beberapa derajat keasliannya, diantaranya adalah:
a. Shaheh
b. Hasan
c. Dhaif (lemah)
d. Maudu' (palsu)
Hadits yang dijadikan acuan hukum hanya hadits dengan derajat shaheh dan
hasan, kemudian hadits dhaif menurut kesepakatan ulama salaf (generasi
terdahulu) selama digunakan untuk memacu gairah beramal (fadhilah amal) masih
diperbolehkan untuk digunakan oleh ummat Islam. Adapun hadist dengan derajat
maudu dan derajat hadist yang di bawahnya wajib ditinggalkan.
Ijtihad
Ijtihad adalah sebuah usaha para ulama, untuk menetapkan sesuatu
putusan hukum Islam, berdasarkan al Qur'an dan al Hadist. Ijtihad dilakukan
setelah Nabi Muhammad wafat sehingga tidak bisa langsung menanyakan pada
dia tentang sesuatu hukum maupun perihal peribadatan. Namun, ada pula hal-hal
ibadah tidak bisa di ijtihadkan. Beberapa macam ijtihad, antara lain :
a. Ijma', kesepakatan para ulama
b. Qiyas, diumpamakan dengan suatu hal yang mirip dan sudah jelas
hukumnya
c. Maslahah Mursalah, untuk kemaslahatan umat
d. 'Urf, kebiasaan
2.5 Bentuk Penerapan Syariat IslamBentuk penerapan syariat islam mencakup tiga bidang pokok: Pertama fikih
ibadah ketentuan tentang pelaksanaan ibadah, yang setiap Muslim mesti
menerima agar bisa menjalankan ibadah dengan baik; kedua, fikih ibadah–
8
ketentuan tentang hubungan sosial, seperti nikah, talak, cerai, rujuk, waris dan
sebagainya, yang juga mesti diadopsi setiap Muslim agar dapat menjadi Muslim
lebih baik; dan ketiga fikih jinayah–ketentuan tentang pidana, termasuk
khususnya yang sangat kontroversial mengenai hudud, potong tangan bagi pencuri
dan rajam bagi penzina.
Dalam bidang politik, yang memegang kekuasaan tertinggi ialah kedaulatan.
Selanjutnya, kedaulatanlah yang mempunyai hak untuk mengeluarkan aturan-
aturan hukum. Oleh karena itu, kedaulatan mempunyai kekuatan yang mengikat
dan memaksa warga negara untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Sama
halnya seperti Islam, yang menjadikan syariat Islam sebagai satu – satunya
kedaulatan. Kedaulatan dalam agama Islam dipegang oleh Allah SWT, sebagai
satu-satunya pemilik kewenangan untuk membuat hukum dan syariat.
Dimana, seluruh hukum dan syariat tersebut harus diikuti dan ditaati oleh
seluruh pemeluk agama Islam. Sebagai pemegang kedaulatan, Allah SWT
mengetahui apa yang baik dan apa yang buruk bagi umatnya. Oleh karena itu,
dalam kehidupan berpolitik, para pemegang kedaulatan sebagai pemimpin, harus
senantiasa memperhatikan kepentingan warga negaranya dan tidak menggunakan
kekuasaannya untuk berbuat sewenang – wenang. Dalam memimpin warga
negaranya, para pemegang kedaulatan juga harus tunduk kepada hukum dan
syariat yang ada.
Dalam bidang ekonomi, syariat Islam memegang peranan penting, seperti
mengatur pembagian modal, mengatur pajak, mengatur sumber-sumber
pendapatan negara, mengatur zakat, dan lain sebagainya. Syariat Islam sangat
berpengaruh terhadap kehidupan ekonomi umatnya, seperti mulai banyak
bermunculan bank-bank yang berlandaskan syariah Islam. Bahkan, bank-bank
yang berlandaskan syariat Islam tersebut juga menganut syariat Islam yang
melarang hukum riba.
Jadi, pada dasarnya syariat Islam mempunyai peranan yang sangat penting
dalam berbagai macam aspek kehidupan umatnya. Syariat Islam telah dibuat
dengan sebaik-baiknya, sehingga tidak mungkin menyusahkan atau menghambat
umatnya untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Dengan menerapkan syariat Islam
9
ke dalam seluruh aspek kehidupan sehari – hari, maka hidup kita pun akan
menjadi lebih teratur dan terarah.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 KesimpulanBerdasarkan paparan diatas dan pembahasan diatas dapat ditarik
kesimpulan Syariah adalah ketentuan-ketentuan agama yang merupakan pegangan
bagi manusia di dalam hidupnya untuk meningkatkan kualitas hidupnya dalam
rangka mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Syariah Islam adalah tata cara
pengaturan tentang perilaku hidup manusia untuk mencapai keridhoan Allah SWT
yang dirumuskan dalam Al-Qur’an.
Sumber hukum islam ada tiga, yaitu Al-Quran, Hadits, dan Ijtihad. Namun
dalam penerapannya di zaman sekarang, Al-Quran dan Hadits adalah sumber
hukum islam yang utama dijadikan pedoman bagi masyrakat. Sumber hukum
islam juga dilandasi dengan prinsip hukum islam/syariat islam yaitu tidak
mempersulit (‘Adam al-Haraj) dan mengurangi beban (Taqlil al-Taklif).
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari
kesempurnaan, masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan, baik dalam
bahasanya, materi dan penyusunannya. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik, saran dan masukan yang dapat membangun penulisan
makalah ini.