makalah

45
PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI BADAN PROMOSI DAN PERIZINAN PENANAMAN MODAL DAERAH ( BP3MD ) PROVINSI SUMATERA SELATAN THE INFLUENCE OF LEADERSHIP STYLE AND COMMUNICATION EFFECTIVITY TO THE EMPLOYEE PERFORMANCE OF BADAN PROMOSI DAN PERIZINAN PENANAMAN MODAL DAERAH ( BP3MD ) PROVINCE OF SOUTH SUMATERA Artikel Publikasi Ilmiah OLEH Frecilia Nanda Melvani 51081001004 [email protected] Dosen Pembimbing : Dr. Hj. Zunaidah, S.E, M.Si Drs. H. Supardi A. Bakrie, M.P.A 0

Upload: timotius-richard-p

Post on 30-Oct-2014

93 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI BADAN

PROMOSI DAN PERIZINAN PENANAMAN MODAL DAERAH ( BP3MD ) PROVINSI SUMATERA SELATAN

THE INFLUENCE OF LEADERSHIP STYLE AND COMMUNICATION EFFECTIVITY TO THE EMPLOYEE PERFORMANCE OF BADAN PROMOSI DAN PERIZINAN

PENANAMAN MODAL DAERAH ( BP3MD ) PROVINCE OF SOUTH SUMATERA

Artikel Publikasi Ilmiah

OLEH

Frecilia Nanda Melvani51081001004

[email protected]

Dosen Pembimbing : Dr. Hj. Zunaidah, S.E, M.SiDrs. H. Supardi A. Bakrie, M.P.A

UNIVERSITAS SRIWIJAYAFAKULTAS EKONOMI

2012

0

Page 2: MAKALAH

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Efektivitas Komunikasi Terhadap Kinerja Pegawai Badan Promosi Dan Perizinan Penanaman Modal Daerah (BP3MD) Provinsi Sumatera Selatan

ABSTRAKSI

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan dan efektivitas komunikasi terhadap kinerja pegawai Badan Promosi dan Perizinan Penanaman Modal Daerah (BP3MD) Provinsi Sumatera Selatan.

Jumlah anggota populasi adalah 60 orang. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan metode sensus atau complete enumeration. Data yang diambil dalam penelitian ini yaitu, menggunakan jenis data kualitatif dan kuantitatif. Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah kuesioner yang dibagikan kepada responden untuk mencari data yang berhubungan dengan penelitian ini. Metode analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut : Analisis Kuantitatif dan Analisis Kualitatif. Analisis Kuantitatif menggunakan metode analisis "Regresi Berganda" untuk mengukur pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat yaitu kinerja pegawai sebagai variabel dependent (Y) dan gaya kepemimpinan dan efektivitas komunikasi sebagai variabel independent (X).

Hipotesis pertama penelitian ini yang menyatakan bahwa Gaya kepemimpinan berpengaruh signifikan dan positif secara parsial terhadap kinerja BP3MD Provinsi Sumatera Selatan dapat diterima. Berdasarkan hasil pengujian empiris variabel gaya kepemimpinan memiliki nilai koefisien sebesar 0.658 dengan nilai t hitung 2.206 serta nilai signifikansi 0.031. Hipotesis kedua penelitian ini yang menyatakan bahwa efektivitas komunikasi tidak berpengaruh signifikan dan positif secara parsial terhadap kinerja BP3MD tidak dapat diterima. Berdasarkan hasil pengujian empiris variabel efektivitas komunikasi memiliki nilai koefisien sebesar 0.048 dengan nilai t hitung 0.286 serta nilai signifikansi 0.776. Sedangkan variabel yang dominan mempengaruhi kinerja BP3MD adalah variabel gaya kepemimpinan dengan nilai signifikansi tertinggi dari nilai koefisien regresi lainnya.

Kata Kunci: Gaya Kepemimpinan, Efektivitas Komunikasi, Kinerja Pegawai

1

Page 3: MAKALAH

The Influence of Leadership Style and Communication Effectivity To The Employee Performance Of Badan Promosi dan Perizinan Penanaman Modal Daerah (BP3MD) Province Of South Sumatera

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine how much the influence of leadership style and communication effectivity to the employee performance of Badan Promosi dan Perizinan Penanaman Modal Daerah (BP3MD) Province Of South Sumatera.

The number of members of the population is 60 people. Therefore, this study uses census or complete enumeration method, or the study did not use samples, so sampling is not required. Data taken in this study is, using qualitative and quantitative data types. Research instrument in this study is a questionnaire which was distributed to the respondents to search the data related to this research. Data analysis methods used are as follows: Analysis of Quantitative and Qualitative Analysis. Quantitative analysis using the method of analysis "Multiple Regression" to measure the effect of independent variables on the dependent variable the performance of an employee as a dependent variable (Y) and the leadership style and communication effectivity as the independent variable (X).

The first hypothesis of this study which states that the style of leadership and a positive significant effect on the performance of partially BP3MD Province of South Sumatra can be accepted. Based on the results of an empirical test of leadership style variable has a value of coefficient of 0.658 with the value t count 2.206 and 0.031 the value of significance. The second hypothesis of this study which states that the communication effectivity is significant and positive effect on the performance of partially BP3MD can not be accepted. Based on the results of empirical testing the communication effectivity variables have a coefficient value of 0048 to the value t count 0286 and 0776 the value of significance. While the dominant variables affecting the performance of BP3MD is the leadership style variables with a significance value (p = 0.031 and b = 0.658), the highest of the other regression coefficients.

Keywords: Leadership Style, Communication Effectivity, Employee Performance

2

Page 4: MAKALAH

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Masalah sumber daya manusia saat ini masih tetap menjadi pusat

perhatian dan tumpuhan bagi suatu organisasi atau perusahaan untuk dapat

bertahan di era globalisasi yang diiringi dengan tingkat persaingan yang

semakin ketat. Sumber daya manusia mempunyai peran utama dalam setiap

kegiatan organisasi atau perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa

manajemen sumber daya manusia merupakan kunci pokok yang harus

diperhatikan dengan segala kebutuhannya. Menurut Werther (2002:5) yang

menyatakan bahwa “kunci memenangkan persaingan global terletak pada

kinerja organisasi termasuk didalamnya peran swasta”. Pertumbuhan dan

perkembangan konsep-konsep manajemen dari masa kemasa selalu

berupaya untuk dapat memaksimalkan keluaran dan mengoptimasikan hasil.

Bahkan pada saat ini perkembangan manajemen semakin canggih dan serba

otomatis serta serba komputerisasi. Guna mengantisipasi hal tersebut,

sumber daya manusia menjadi perhatian utama yang memerlukan

pengelolaan yang serius dan didukung dengan sistem manajemen yang baik

Sumber daya manusia mempengaruhi kinerja dalam organisasi

pemerintahan dimana peran sumber daya manusia yang berkualitas dalam

rangka kinerja pegawai merupakan faktor yang sangat penting. Kinerja

pegawai tidak hanya ditentukan dengan menggunakan sistem teknologi

canggih, tetapi pendekatan pada perilaku dan sikap mental seorang pegawai

adalah sangat menentukan dan sangat mendukung untuk mencapai suatu

prestasi. Begitu juga kinerja pegawai dapat dilihat bagaimana kuantitas dan

kualitas output, efektif, efisien serta menimbulkan kepuasan kerja bagi kerja

pegawai.

3

Page 5: MAKALAH

Badan Promosi dan Perizinan Penanaman Modal Daerah Provinsi

Sumatera Selatan sebagai salah satu instansi pemerintah yang selanjutnya

disingkat BP3MD bertugas membantu Gubernur dalam menyelenggarakan

pemerintahan di bidang promosi dan perizinan penanaman modal daerah.

Suatu organisasi apapun bentuknya, baik pemerintah maupun swasta, akan

membutuhkan pimpinan yang akan membawa organisasi mencapai

tujuannya. Pimpinan suatu organisasi sangat dibutuhkan, dengan demikian

kepemimpinan seorang pemimpin di dalam suatu organisasi harus terwujud,

sebab kepemimpinan adalah kemampuan seseorang (pemimpin atau leader)

untuk mempengaruhi orang yang dipimpinnya atau pengikutnya sehingga

orang tersebut bertingkah laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin

tersebut. Begitu juga dengan komunikasi, dalam organisasi pemerintahan

peran komunikasi sangat penting. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa dengan

komunikasi yang baik, maka suatu organisasi dapat dikatakan berjalan

dengan baik, lancar, dan sukses. Sebaliknya tanpa adanya komunikasi yang

baik maka suatu organisasi akan kacau dan semrawut. Oleh karena itu

manajemen yang efisien sangat tergantung pada komunikasi dan

memfokuskannya melalui interaksi antara atasan dan bawahan. Komunikasi

sangat penting bagi semua organisasi sehingga para pimpinannya harus

memahami dan mampu berkomunikasi dengan baik.

Menurut Ayu dan Agus S. (2008) Kepemimpinan adalah suatu proses

dimana seseorang dapat menjadi pemimpin (leader) melalui aktivitas yang

terus menerus sehingga dapat mempengaruhi yang dipimpinnya dalam

rangka untuk mencapai tujuan organisasi atau perusahaan. Diantara

indikator-indikator penentu kepuasan kerja dan prestasi kerja, gaya

kepemimpinan dipandang sebagai salah satu prediktor penting. Kesuksesan

organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran tergantung pada manajer dan

gaya kepemimpinannya. Gaya Kepemimpinan merupakan suatu model

4

Page 6: MAKALAH

kepemimpinan dimana pemimpin memiliki kemampuan untuk

mempengaruhi suatu kelompok demi pencapaian tujuan.

Faktor kepemimpinan dari atasan dapat memberikan pengayoman

dan bimbingan kepada pegawai dalam menghadapi tugas dan lingkungan

kerja yang baru. Pemimpin yang baik akan mampu menularkan optimisme

dan pengetahuan yang dimilikinya agar pegawai yang menjadi bawahannya

dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik. Dalam melaksanakan

pekerjaan, pegawai tidak lepas dari komunikasi dengan sesama rekan kerja,

dengan atasan dan dengan bawahan. Komunikasi yang baik dapat menjadi

sarana yang tepat dalam meningkatkan kinerja pegawai. Melalui

komunikasi, pegawai dapat meminta petunjuk kepada atasan mengenai

pelaksanaan kerja melalui komunikasi juga pegawai dapat saling bekerja

sama satu sama lain.

Dari survey awal di bidang gaya kepemimpinan pada lingkungan

BP3MD dijumpai masalah sebagai berikut:

1. Pemimpin tidak responsif. Artinya pemimpin tersebut kurang tanggap

terhadap setiap persoalan, kebutuhan, maupun harapan dari bawahnnya.

Selain itu, pemimpin kurang aktif dan proaktif dalam mencari solusi dari

setiap permasalahan ataupun tantangan yang dihadapi.

2. Pemimpin lebih menekankan kepada pelaksanaan tugas daripada

pembinaan dan pengembangan bawahan.

3. Pemimpin tidak memberlakukan punishment secara tegas dan efektif

terhadap bawahan yang melakukan kesalahan dalam melaksanakan

tugas.

Di bidang komunikasi, penulis menjumpai masalah sebagai berikut:

1. Pengarahan dari pimpinan mengenai mekanisme kerja yang masih

kurang efektif sehingga pegawai cenderung melaksanakan pekerjaan

sesuai dengan persepsinya sendiri.

5

Page 7: MAKALAH

2. Pembagian tugas dan pelimpahan wewenang masih belum dapat

dikomunikasikan dengan baik oleh pimpinan kepada bawahan.

Selain itu, ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan tidak mencapai

target, hal ini dikarenakan terlambatnya penetapan APBD dan terlambatnya

pelaksanaan kegiatan pada BP3MD Provinsi Sumatera Selatan.

Bagi pegawai dengan adanya gaya kepemimpinan dan efektivitas

komunikasi yang baik akan mendorong mereka bekerja dengan baik, maka

kinerja mereka cenderung akan baik juga. Dampak dari komunikasi dan

kinerja yang baik serta penuh dengan rasa kepuasan berarti pegawai tersebut

dengan sendirinya akan melaksanakan semua peraturan-peraturan yang ada

pada organisasi tersebut yaitu kesadaran disiplin.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, nampak betapa

pentingnya gaya kepemimpinan dan efektivitas komunikasi dalam

meningkatkan kinerja pegawai. Hal ini membuat penulis merasa tertarik

untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Gaya

Kepemimpinan Dan Efektivitas Komunikasi Terhadap Kinerja

Pegawai Badan Promosi Dan Perizinan Penanaman Modal Daerah

(BP3MD) Provinsi Sumatera Selatan”.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka

dirumuskan beberapa permasalahan yang ditemukan dalam penelitian ini

sebagai berikut :

1. Seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai

Badan Promosi dan Perizinan Penanaman Modal Daerah (BP3MD)

Provinsi Sumatera Selatan.

2. Seberapa besar pengaruh efektivitas komunikasi terhadap kinerja

pegawai Badan Promosi dan Perizinan Penanaman Modal Daerah

(BP3MD) Provinsi Sumatera Selatan.

6

Page 8: MAKALAH

3. Seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan dan efektivitas

komunikasi terhadap kinerja pegawai Badan Promosi dan Perizinan

Penanaman Modal (BP3MD) Daerah Provinsi Sumatera Selatan.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh peneliti adalah :

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan

terhadap kinerja pegawai Badan Promosi dan Perizinan Penanaman

Modal Daerah (BP3MD) Provinsi Sumatera Selatan.

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh efektivitas komunikasi

terhadap kinerja pegawai Badan Promosi dan Perizinan Penanaman

Modal Daerah (BP3MD) Provinsi Sumatera Selatan.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan dan

efektivitas komunikasi terhadap kinerja pegawai Badan Promosi dan

Perizinan Penanaman Modal Daerah (BP3MD) Provinsi Sumatera

Selatan.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang bisa diperoleh antara lain :

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan akan dapat

mengembangkan khasanah keilmuan di bidang manajemen sumber

daya manusia terutama yang menyangkut Gaya Kepemimpinan dan

Efektivitas Komunikasi terhadap Kinerja Pegawai.

2. Secara praktis, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan

bagi pihak Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan khususnya Badan

Promosi dan Perizinan Penanaman Modal (BP3MD) Provinsi Sumatera

Selatan terutama yang menyangkut Gaya Kepemimpinan dan

Efektivitas Komunikasi terhadap Kinerja Pegawai.

7

Page 9: MAKALAH

II. Landasan Teori

Pengertian Kepemimpinan

Secara sederhana “pemimpin” menurut Rasyid (1997:75) bisa

didefinisikan “sebagai seseorang yang terus menerus membuktikan bahwa

seseorang tersebut mampu mempengaruhi sikap dan tingkah laku orang lain,

lebih dari kemampuan mereka (orang lain itu) mempengaruhi dirinya”.

Lebih lanjut “Kepemimpinan” menurut Rasyid (1997:75) adalah “sebuah

konsep yang merangkum berbagai segi interaksi pengaruh antara pemimpin

dengan pengikut dalam mengejar tujuan bersama”.

Teori dan Pendekatan Kepemimpinan

Pada dasarnya untuk mengetahui teori-teori kepemimpinan dapat

dilihat dari berbagai literatur yang menyatakan pemimpin itu dilahirkan,

bukan dibuat. Ada yang mengatakan bahwa pemimpin itu terjadi karena

adanya kelompok-kelompok orang. Teori lain mengemukakan bahwa

pemimpin timbul karena situasi yang memungkinkan ia ada. Teori yang

paling mutakhir melihat kepemimpinan lewat perilaku organisasi.

Orientasi prilaku mencoba mengetengahkan pendekatan yang bersifat

Social Learning pada kepemimpinan. Teori ini menekankan bahwa terdapat

faktor penentu yang timbal balik dalam kepemimpinan ini. Selanjutnya

Thoha (1996:250-264) mengemukakan teori dan pendekatan kepemimpinan

sebagai berikut :

1. Teori Sifat

Dalam teori sifat (Trait Theory), menurut Malayu Hasibuan

(2007:203) analisis ilmiah tentang kepemimpinan dimulai dengan

memusatkan perhatiannya pada pemimpin itu sendiri. Seorang

8

Page 10: MAKALAH

pemimpin menurut teori sifat ditandai dengan dipunyainya tingkat

kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan bawahannya. Namun

demikian tingkat kecerdasan yang jauh lebih tinggi dari bawahannya

juga tidak efektif, sebab para bawahan menjadi tidak dapat memahami

apa yang diinginkan pemimpin atau tidak memahami gagasan dan

kebijakan yang telah digariskan. Oleh karena itu, idealnya seorang

pemimpin sebaiknya memiliki kecerdasan yang tidak terlalu tinggi dari

bawahannya.

2. Teori Kelompok

“Dalam teori kelompok beranggapan bahwa, supaya kelompok

bisa mencapai tujuan-tujuannya, maka harus terdapat suatu pertukaran

yang positif di antara pemimpin dan pengikut-pengikutnya, terutama

dimensi pemberian perhatian kepada para pengikut, dapat dikatakan

pemberian perhatian kepada para pengikut dikatakan memberikan

dukungan yang positif terhadap perspektif teori kelompok ini” (Thoha,

1996:252).

3. Teori Situasional dan Model Kontijensi

Kepemimpinan model Fiedler (Fiedler’s Centigency Model),

menyatakan ada dua hal yang dijadikan sasaran yaitu mengadakan

identifikasi faktor-faktor yang sangat penting di dalam situasi, dan

kedua memperkirakan gaya atau prilaku kepemimpinan yang paling

efektif di dalam situasi tersebut.

4. Teori Jalan Kecil – Tujuan (Path – Goal Theory)

“Dalam pendekatan teori path-goal mempergunakan kerangka teori

motivasi. Hal ini merupakan pengembangan yang sehat karena

kepemimpinan di satu pihak sangat dekat, berhubungan dengan

motivasi kerja dan pihak lain berhubungan dengan kekuasaan”.

(Thoha,1996:252)

5. Pendekatan Social Learning dalam Kepemimpinan

9

Page 11: MAKALAH

Pendekatan Social Learning merupakan suatu teori yang dapat

memberikan suatu model yang menjamin kelangsungan, interaksi

timbal balik antar pemimpin, lingkungan dan perilakunya sendiri.

Pendekatan Social Learning ini antara pemimpin dan bawahan

mempunyai kesempatan untuk bisa memusyawarahkan semua perkara

yang timbul. Keduanya, pimpinan dan bawahan mempunyai hubungan

interaksi yang hidup dan mempunyai kesadaran untuk menemukan

bagaiman caranya menyempurnakan prilaku masing-masing dengan

memberikan penghargaan-penghargaan yang diinginkan.

Gaya Kepemimpinan

Menurut Thoha (1996:265), gaya kepemimpinan banyak

mempengaruhi keberhasilan seorang pemimpin dalam mempengaruhi

prilaku pengikut-pengikutnya. Istilah gaya secara kasar adalah sama dengan

cara yang dipergunakan pemimpin di dalam mepengaruhi para pengikutnya.

Pada saat bagaimanapun jika seorang berusaha untuk mempengaruhi prilaku

orang lain, sebagaimana sudah dipaparkan sebelumnya kegiatan semacam

itu telah melibatkan seseorang kedalam aktivitas kepemimpinan. Jika

kepemimpinan tersebut terjadi dalam suatu organisasi tertentu, dan ia

merasa perlu mengembangkan staf dan membangun iklim motivasi yang

mampu meningkatkan produktivitasnya, maka ia perlu memikirkan gaya

kepemimpinan.

Studi kepemimpinan Universitas Michigan yang dipelopori oleh

Gibson dan Ivancevich (2004:413) mengidentifikasikan dua bentuk perilaku

pemimpin yaitu :

1. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas (The Job Centered).

Dalam gaya kepemimpinan ini, seorang manajer akan mengarahkan dan

mengawasi bawahannya agar sesuai dengan yang diharapkan manajer.

Manajer yang mempunyai gaya kepemimpinan ini lebih mengutamakan

10

Page 12: MAKALAH

keberhasilan dari pekerjaan yang hendak dicapai daripada

perkembangan kemampuan bawahannya.

2. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan (The Employee

Centered). Manajer yang mempunyai gaya kepemimpinan ini berusaha

mendorong dan memotivasi pekerjaannya untuk bekerja dengan baik.

Mereka mengikutsertakan pekerjaannya dalam mengambil suatu

keputusan.

Jenis – jenis Gaya Kepemimpinan

1. Gaya Kepemimpinan Otoriter

Adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan

kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Pada gaya

kepemimpinan otokrasi ini, pemimpin mengendalikan semua aspek

kegiatan. Pemimpin memberitahukan sasaran apa saja yang ingin

dicapai dan cara untuk mencapai sasaran tersebut, baik itu sasaran

utama maupun sasaran minornya. Pemimpin juga berperan sebagai

pengawas terhadap semua aktivitas anggotanya dan pemberi jalan

keluar bila anggota mengalami masalah. Dengan kata lain, anggota

tidak perlu pusing memikirkan apappun. Anggota cukup melaksanakan

apa yang diputuskan pemimpin.Kepemimpinan otokrasi cocok untuk

anggota yang memiliki kompetensi rendah tapi komitmennya tinggi.

2. Gaya Kepemimpinan Demokratis

Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang

memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada

permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang

utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan

banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya.

Pada kepemimpinandemokrasi, anggota memiliki peranan yang lebih

besar. Pada kepemimpinan ini seorang pemimpin hanya menunjukkan

11

Page 13: MAKALAH

sasaran yang ingin dicapai saja, tentang cara untuk mencapai sasaran

tersebut, anggota yang menentukan. Selain itu, anggota juga diberi

keleluasaan untuk menyelesaikan masalah yang

dihadapinya.Kepemimpinan demokrasi cocok untuk anggota yang

memiliki kompetensi tinggi dengan komitmen yang bervariasi

3. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire ( Kendali Bebas )

Pemimpin jenis ini hanya terlibat delam kuantitas yang kecil di mana

para bawahannya yang secara aktif menentukan tujuan dan

penyelesaian masalah yang dihadapi.Gaya kepemimpinan demokratis

kendali bebas merupakan model kepemimpinan yang paling dinamis.

Pada gaya kepemimpinan ini seorang pemimpin hanya menunjukkan

sasaran utama yang ingin dicapai saja. Tiap divisi atau seksi diberi

kepercayaan penuh untuk menentukan sasaran minor, cara untuk

mencapai sasaran, dan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya

sendiri-sendiri. Dengan demikian, pemimpin hanya berperan sebagai

pemantau saja.

Sementara itu, kepemimpinan kendali bebas cocok untuk angggota

yang memiliki kompetensi dan komitmen tinggi. Namun dewasa ini,

banyak para ahli yang menawarkan gaya kepemimpinan yang dapat

meningkatkan produktivitas kerja karyawan, dimulai dari yang paling

klasik yaitu teori sifat sampai kepada teori situasional.

Pengertian Komunikasi

Menurut Handoko (1984 : 272) komunikasi adalah proses

pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang

ke orang lain. Perpindahan pengertian tersebut melibatkan lebih dari sekedar

kata-kata yang digunakan dalam percakapan, tetapi juga ekspresi wajah,

intonasi, titik putus vokal dan sebagainya. Dan perpindahan yang efektif

12

Page 14: MAKALAH

memerlukan tidak hanya transmisi data, tetapi bahwa seseorang

mengirimkan berita dan menerimanya sangat tergantung pada

keterampilan-keterampilan tertentu (membaca, menulis, mendengar,

berbicara, dan lain-lain) untuk membuat sukses pertukaran informasi.

Dengan adanya proses komunikasi yang baik dalam

organisasi/perusahaan maka aka nada proses penyampaian informasi baik

dari atasan kepada bawahan. Tetapi proses komunikasi tidak hanya

menyampaikan informasi atau hanya agar orang lain juga bersedia

menerima dan melakukan perbuatan atau kegiatan yang dikehendaki

sehingga akan terjalin suasana yang harmonis kepada para bawahan

mengetahui secara pasti keinginan atasan, dan apa yang harus dikerjakan

kaitannya dengan usaha kerjasama untuk mencapai tujuan

organisasi/perusahaan yang telah ditetapkan. Seperti yang telah

dikemukakan oleh Robbin (2004 : 146), sebagai berikut: komunikasi

memelihara motivasi dengan memberi penjelasan kepada bawahan apa yang

harus dilakukan untuk meningkatkan kinerja.

Selanjutnya karena penelitian ini hanya membahas masalah hubungan

antara atasan dan bawahan, maka hanya dibatasi pada komunikasi

administrasi. Tentang masalah ini Effendy (1990 : 32) berpendapat:

“Komunikasi vertical dari atas ke bawah (down word communication) dan

komunikasi dari pimpinan kepada bawahannya dan dari bawahan kepada

atasannya secara timbal balik”. Jadi komunikasi vertikal terdiri dari dua arus

yaitu arus ke bawah dan arus ke atas.

1. Komunikasi ke Bawah

Komunikasi ke bawah yaitu suatu penyampaian informasi baik

lisan maupun tulisan, secara langsung maupun tak langsung, berupa

perintah atau penjelasan umum dari atasan kepada bawahannya. Hal

ini senada dengan apa yang disampaikan Robbin (2002 : 148) yang

menjelaskan sebagai berikut: Komunikasi yang berlangsung dari

13

Page 15: MAKALAH

tingkat tertentu dalam satu kelompok atau organisasi ke tingkat yang

lebih rendah.

Menurut Effendy (2001 : 148) pelaksanaan komunikasi ke

bawah, informasi ini dapat berupa:

- Mengadakan rapat

- Memasang pengumuman

- Menerbitkan majalah intern

- Pemberian pujian

2. Komunikasi ke Atas

Komunikasi ke atas yaitu suatu penyampaian informasi yang

mengalir atau berasal dari staf/bawahan kepada pimpinan/atasan.

Komunikasi ini sangat penting bagi pimpinan/atasan untuk

mengetahui bagaimana keadaan perusahaan dari sudut pandang

bawahan. Suatu hal yang bukan mustahil walaupun kinerja

organisasi/perusahaan baik, tetapi kondisi karyawan tidak nyaman.

Hal inilah yang perlu diatasi seorang pemimpin melalui komunikasi

dari bawah ke atas.

3. Komunikasi Lateral/Horizon

Komunikasi lateral terjadi di antara kelompok kerja yang sama

secara horizontal. Komunikasi horizontal sering diperlukan untuk

menghemat waktu dan memudahkan koordinasi.

Weisbord (2003:100) membuat beberapa pernyataan sebagai

pedoman untuk melihat komunikasi/tata hubungan yang mencakup :

Penilaian terhadap kualitas komunikasi dan konflik, Penilaian terhadap

komunikasi antar individu dan unit organisasi, dan Penilaian terhadap

kualitas kerja sama dan saling ketergantungan yang diimplementasikan

ke dalam :

14

Page 16: MAKALAH

1. Seberapa jauh saling ketergantungan, kualitas komunikasi dan arus

konflik yang ada dalam organisasi. Ketergantungan, kualitas

komunikasi dan arus konflik yang dapat ditekan akan memberikan

lingkungan kerja yang kondusif untuk pencapaian target

perusahaan.

2. Komunikasi antar individu dalam organisasi. Komunikasi yang

terjadi antar individu dapat terjadi dalam bentuk komunikasi formal

maupun informal yang dapat memudahkan individu dalam

pelaksanaan pekerjaan dan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

3. Seberapa jauh pegawai dapat bekerja sama, kualitas komunikasi

dan banyak sedikitnya konflik yang timbul. Manajemen SDM dan

pengelolaan konflik akan memudahkan efektivitas kerja karyawan.

Pengertian Kinerja

Secara sederhana disebutkan bahwa istilah kinerja berasal dari kata

job perfomance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi

sungguhnya yang dicapai oleh seseorang), sedangkan yang dimaksud

dengan kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai

oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan

tanggungjawab yang diberikan kepadanya.

Sedangkan menurut Rao (1992:1) mengemukakan bahwa yang

dimaksud kinerja adalah hasil sebuah mekanisme untuk memastikan bahwa

orang-orang pada tiap tingkatan mengerjakan tugas-tugas menurut cara yang

diinginkan oleh atasannya.

Dalam melaksanakan sebuah pekerjaan, seorang pegawai akan

berusaha untuk melaksanakan pekerjaannya tersebut dengan sungguh-

sungguh agar dapat memberikan hasil yang baik sesuai dengan kemampuan,

pengalaman, kesungguhan serta waktu pengerjaan tugas yang dibebankan

kepadanya. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Hasibuan (2001:94)

15

Page 17: MAKALAH

yang menyatakan bahwa kinerja merupakan suatu hasil kerja yang dicapai

oleh seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan

kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan serta

waktu.

Selanjutnya Lester (1994:219) menjelaskan bahwa kinerja pegawai

adalah hasil yang dicapai oleh seseorang dalam melakukan tugasnya dan

perannya dalam organisasi.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai pengertian kinerja

pegawai, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja pegawai adalah hasil kerja

yang dicapai karyawan dalam melakukan tugas maupu peranannya dalam

suatu organisasi.

Faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai

Dalam suatu organisasi, antara karyawan yang satu dengan

karyawan yang lainnya mempunyai kinerja yang berbeda. Menurut Devis

(1964 : 484), perbedaan ini disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor

kemampuan (ability), dan faktor motivasi (motivation), dijelaskan bahwa

kinerja yang dihasilkan antara karyawan tersebut berbeda karena adanya

faktor-faktor individu yang berbeda seperti faktor kemampuan dan faktor

motivasi yang ada pada diri karyawan.

1. Faktor kemampuan, diterangkan bahwa kemampuan (ability)

pegawai/karyawan terdiri dari kemampuan potensi (IQ), dan

kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya, jika karyawan yang

memiliki IQ di atas rata-rata (IQ 110-120) dengan pendidikan yang

memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan

sehari-hari, maka akan mudah mencapai kinerja yang diharapkan.

2. Faktor motivasi, motivasi ini terbentuk dari sikap (attitude) seorang

pegawai dalam menghadapi situasi (situation) kerja. Motivasi

merupakan kondisi yang menggerakan diri karyawan, yang terarah

untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja). Sedang sikap mental

16

Page 18: MAKALAH

merupakan kondisi mental yang mendorong diri pegawai untuk

berusaha mencapai kinerja secara maksimal.

3. Faktor komunikasi, menurut Dwidjowijoto (2004 : 26) komunikasi

adalah perekat dalam organisasi, menjadi penghubung mempererat

rantai-rantai manajemen untuk pergerakkan organisasi dalam

mencapai tujuannya serta meningkatkan kinerja.

Dari perbedaan yang disampaikan diatas dapat disimpulkan bahwa

kinerja seseorang dipengaruhi oleh kondisi fisiknya. Seseorang yang

memiliki kondisi yang baik, mempunyai daya tahan tubuh yang tinggi,

yang pada gilirannya tercermin pada kegairahan bekerja dengan

tingkat kinerja yang tinggi dan sebaliknya. Disamping itu kinerja

individu juga berhubungan dengan kemampuan yang harus dimiliki

oleh individu agar ia berperan dalam lingkungan organisasi.

Pengukuran Kinerja

Adanya beberapa pendapat yang membahas tentang pengukuran

kinerja akan dijadikan dasar untuk menentukan indikator dari variabel

kinerja yang telah dipaparkan di atas. Dua syarat yang harus dipenuhi agar

pengukuran kinerja berjalan efektif yaitu, adanya kriteria kinerja yang dapat

diukur secara objektif dan adanya objektivitas dalam pengukuran.

Apabila seorang pegawai merasa dirugikan dalam penilaian kerja,

dapat menuntut pihak yang menilai sesuai dengan peraturan perundangan

yang berlaku.

Menurut Gomes (2001 : 136), ada tiga kualifikasi penting bagi

pengembangan kriteria kinerja yang dapat diukur secara obyektif yaitu:

1. Relevancy, menunjukkan tingkat kesesuaian antara criteria dengan

tujuan-tujuan kinerja.

2. Reliability, menunjukkan tingkat mana kriteria menghasilkan hasil yang

konsisten.

17

Page 19: MAKALAH

3. Discrimination, mengukur tingkat dimana suatu kriteria kinerja dapat

memperlihatkan perbedaan-perbedaan dalam tingkat kinerja.

Sedangkan dilihat dari titik acuan penilaiannya, terdapat tiga tipe

kriteria pengukuran prestasi yang saling berbeda yakni :

1. Pengukuran kinerja berdasarkan hasil, tipe kriteria prestasi ini

merumuskan pekerjaaan berdasarkan pencapaian tujuan organisasi, atau

pengukuran hasil akhir (end result).

2. Pengukuran kinerja berdasarkan prilaku, tipe kriteria prestasi ini

mengukur sarana pencapaian sasaran, dan bukannya hasil akhir. Jenis

kriteria ini biasanya dikenal dengan BARS (Behaviorally Anchored

Rating Scales), dibuat dari “critical incidents” yang terkait dengan

berbagai dimensi kinerja.

3. Pengukuran kinerja berdasarkan “judgement”. Merupakan tipe kriteria

kinerja yang mengukur prestasi berdasarkan deskripsi prilaku tertentu

(spesific) yaitu jumlah yang dilakukan (quantity of work), luasnya

pengetahuan tentang pekerjaan (job knowledge), kesediaan

(cooperation), kepribadian, kepemimpinan (personel qualities).

Bernadin dan Russel (2000 : 213), mengajukan enam kriteria primer

yang digunakan untuk mengukur kinerja :

1. Quality, merupakan tingkat sejauh mana proses atau hasil pelaksanaan

kegiatan mendekati kesempurnaan atau mendekati tujuan yang

diharapkan.

2. Quantity, merupakan jumlah yang dihasilkan, misalkan jumlah rupiah,

jumlah unit, jumlah siklus, kegiatan yang diselesaikan.

3. Timeliness, adalah tingkat sejauh mana suatu kegiatan diselesaikan pada

waktu yang dikehendaki dengan memperhatikan kordinasi output lain

serta waktu yang tersedia untuk kegiatan lain.

18

Page 20: MAKALAH

4. Cost effectiviness, adalah tingkat sejauh mana penggunaan daya

organisasi (manusia, keuangan, teknologi, material) dimaksimalkan

utnuk mencapai hasil tertinggi atau pengurangan kerugian dari setiap

unit penggunaan sumberdaya.

5. Need for supervisor, merupakan tingkat sejauh mana seorang pejabat

dapat melaksanakan suatu fungsi pekerjaan tanpa memerlukan

pengawasan seorang supervisor untuk mencegah tindakan yang kurang

diinginkan.

6. Interpersonal impact, merupakan tingkat sejauh mana

karyawan/pekerja memelihara harga diri, nama baik dan kerjasama di

antara rekan kerja dan bawahan.

Dari berbagai kriteria di atas, dapat dipahami bahwa dimensi kerja

mencakup semua unsur yang akan dievaluasi dalam pekerjaan masing-

masing pegawai/karyawan dalam suatu organisasi. Dimensi ini mencakup

berbagai kriteria yang sesuai untuk digunakan dalam mengukur hasil yang

telah diselesaikan.

19

Page 21: MAKALAH

III. METODOLOGI PENELITIAN

Ruang Lingkup Penelitian dan Lokasi Penelitian

Untuk lebih mengarah kepada permasalahan yang akan dibahas, maka

penulis membatasi ruang lingkup penelitian ini hanya pada gaya

kepemimpinan, efektivitas komunikasi, dan kinerja pegawai saja. Dalam hal

ini organisasi yang dijadikan objek penelitian adalah Badan Promosi dan

Perizinan Penanaman Modal Daerah Provinsi Sumatera Selatan. Penelitian

ini mengambil lokasi di wilayah kerja Badan Promosi dan Perizinan

Penanaman Modal Daerah (BP3MD) Provinsi Sumatera Selatan dalam

membahas penelitian Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Efektivitas

Komunikasi Terhadap Kinerja Badan Promosi dan Perizinan Penanaman

Modal Daerah (BP3MD) dalam penyelenggaraan Pemerintahan di Provinsi

Sumatera Selatan.

Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian

ini yaitu para pegawai Badan Promosi dan Perizinan Penanaman Modal

Daerah (BP3MD) Provinsi Sumatera Selatan sebagai unit analisis.

Pemilihan daerah peneliti artinya pemilihan wilayah peneliti dilakukan di

Badan Promosi dan Perizinan Penanaman Modal Daerah (BP3MD) Provinsi

Sumatera Selatan.

Jumlah anggota populasi adalah 60 orang. Dalam penelitian ini seluruh

populasi akan diobeservasi, karena populasi penelitian adalah terbatas (finit)

dan cenderung heterogen. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan

20

Page 22: MAKALAH

metode sensus atau complete enumeration, atau penelitian ini tidak

menggunakan sampel sehingga teknik pengambilan sampel tidak

diperlukan. Sensus adalah cara pengumpulan data bila seluruh elemen

populasi diselidiki satu per satu sehingga sensus sering disebut

pencatatan/perhitungan yang lengkap dari seluruh elemen populasi dan

sensus memberikan hasil data dengan nilai sebenarnya (true value /

parameter).

Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas (Independent Variables) yaitu Gaya Kepemimpinan

(X1)

Gaya kepemimpinan adalah norma prilaku yang digunakan oleh

seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi prilaku

orang lain yang ia lihat.

2. Variabel Bebas (Independent Variables) yaitu Efektivitas

Komunikasi (X2)

Efektivitas berarti keefektifan, kemanjuran, berhasil guna. Efektivitas

berarti mampu memanfaatkan dana, daya, sarana, dan sumber daya

manusia yang telah ditentukan atau dialokasikan dengan hasil yang

optimal, bahkan jika mungkin maksimal dalam batas waktu tertentu

yang telah ditetapkan pula.

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian dan penerimaan berita

atau informasi seseorang ke orang lain.

Komunikasi organisasi adalah hubungan yang terjadi dalam organisasi

baik antar individu dalam organisasi, maupun antara unit-unit

organisasi yang berbeda tugas kegiatannya.

Efektivitas komunikasi adalah hubungan yang terjadi pada organisasi,

baik antar individu, unit organisasi maupun organisasi secara

menyeluruh secara berhasil guna.

21

Page 23: MAKALAH

Selanjutnya secara sederhana dimensi efektivitas komunikasi beserta

indikatornya dapat dilihat dibawah ini :

a. Komunikasi antar individu, unit organisasi, orang – orang dan

organisasi secara keseluruhan.

b. Kualitas komunikasi, saling ketergantungan, konflik, dan kerja

sama yang terdapat pada organisasi Badan Promosi dan Perizinan

Penanaman Modal Daerah.

3. Variabel Terikat (Dependent Variables) yaitu Kinerja Badan

Promosi dan Perizinan Penanaman Modal Daerah (Y)

Kinerja adalah hasil kerja yang dicapai seseorang atau sekelompok

orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung

jawab masing-masing, dalam rangka upaya pencapaian tujuan

organisasi bersangkutan secara legal.

Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Data yang diambil dalam penelitian ini yaitu, menggunakan jenis data

kualitatif dan kuantitatif.

a. Data Kualitatif

Data Kualitatif adalah data yang dapat diukur secara tidak

langsung, yang meliputi :

1) Visi dan Misi serta Sejarah Badan Promosi dan Perizinan

Penanaman Modal Daerah Provinsi Sumatera Selatan.

2) Struktur organisasi dan uraian tugas dan tanggung jawab

Badan Promosi dan Perizinan Penanaman Modal Provinsi

Sumatera Selatan.

3) Pelaksanaan rencana kerja dan program menyangkut bidang

tugas berdasarkan mekanisme kerja yang telah ditetapkan.

22

Page 24: MAKALAH

b. Data Kuantitatif

Data Kuantitatif adalah data yang dapat diukur secara langsung

atau lebih tepatnya dapat dihitung, yakni : jumlah pegawai dan

klasifikasi pegawai berdasarkan latar belakang pendidikan.

2. Sumber Data

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian ini adalah subjek

dari mana data dapat diperoleh.

Berdasarkan sumbernya jenis data dapat digolongkan menjadi dua yaitu

data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer adalah suatu data yang diperoleh atau dikumpulkan dari

penelitian itu sendiri. Data tersebut diperoleh dari pihak yang diminta

keterangan (informan) yang berupa jawaban – jawaban atas pertanyaan

yang diajukan oleh peneliti dalam wawancara secara langsung.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dari

dokumen-dokumen. Dalam hal ini data yang dihimpun adalah susunan

struktur organisasi.

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah kuesioner yang

dibagikan kepada responden untuk mencari data yang berhubungan dengan

penelitian ini.

1. Uji Validitas

Dalam suatu instrumen pengukuran mempunyai validitas yang tinggi

apabila instrumen tersebut dapat menjalankan fungsi ukurannya dan

memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya

pengukuran tersebut. Menurut Masrun dalam Sugiyono (2004:143)

pengujian seluruh butir instrument dalam setiap variabel dapat

23

Page 25: MAKALAH

dilakukan dengan mencari daya pembeda skor tiap item dari

kelompok yang memberi jawaban tinggi dan jawaban rendah, dengan

60 responden. Analisi indikator dilakukan dengan cara mengkorelasi

jumlah skor indikator (faktor) dengan skor total. Bila korelasi tiap

faktor tersebut positif dan besarnya 0,3 ke atas maka instrument

tersebut memiliki validitas konstruksi yang baik.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah sejauh mana suatu pengukuran dapat dipercaya,

artinya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap

kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama

aspek dalam diri subjek yang diukur belum berubah (Azwar:1992).

Reliabilitas menyangkut akurasi, konsistensi dan stabilitas alat

ukur/pertanyaan yang digunakan konsisten atau tidak. Uji reliabilitas

dilakukan pada butir butir pertanyaan yang telah memiliki validitas.

Uji reliabilitas ini menggunakan Teknik Alpha Cronbach.

Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Analisis Kuantitatif

Dalam analisis ini penulis menggunakan metode analisis "Regresi

Berganda" untuk mengukur pengaruh dari variabel bebas (independent)

terhadap variabel terikat (dependent) yaitu kinerja pegawai sebagai

variabel dependent (Y) dan gaya kepemimpinan dan efektivitas

komunikasi sebagai variabel independent (X).

Persamaan regresi adalah:

Y = a + b1X1 + b2X2

Keterangan :

Y = Kinerja

a = Konstanta

b1, b2 = Koefisien Regresi variabel

24

Page 26: MAKALAH

X1 = Gaya Kepemimpinan

X2 = Efektivitas Komunikasi

b. Analisis Kualitatif

Yaitu metode analisis yang tidak berbentuk angka dan berfungsi

memberikan gambaran secara umum dan sistematis mengenai objek

masalah penelitian yang berkaitan dengan Gaya Kepemimpinan dan

Efektivitas Komunikasi Terhadap Kinerja Pegawai Badan Promosi dan

Perizinan Penanaman Modal Daerah (BP3MD) Provinsi Sumatera

Selatan. Atau dengan kata lain analisis kualitatif merupakan kelanjutan

dari analisis kuantitatif yang dilakukan.

Uji Hipotesa

a. Uji t

Uji t digunakan untuk mengukur signifikan pengaruh masing-masing

variabel bebas secara parsial terhadap variabel tidak bebas dengan

memperhatikan variabel-variabel tidak bebas lainnya. Caranya dengan

membandingkan antara nilai t hitung dengan t tabel. Jika nilai hitung

tlebih besar dari nilai t tabel dengan signifikan 5%, maka Ho ditolak

dan ha diterima yang berarti variabel bebas secara parsial mempunyai

pengaruh yang sangat signifikan pada variabel tidak bebas.

b. Uji F

Uji F digunakan untuk mengukur signifikan pengaruh dari keseluruhan

variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel tidak bebas.

Tingkat signifikan yang digunakan adalah 5% bila dari hasil

25

Page 27: MAKALAH

pemrosesan nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel, berarti Ho

ditolak dan Ha diterima, ini berarti bahwa keseluruhan variabel bebas

secara signifikan mempengaruhi variabel tidak bebas (Gujarati,

1995:257). Didalam pendugaan secara simultan dipergunakan uji F

yang didalam analisanya mempergunakan tabel Analysis of Variance.

VI. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kajian yang telah diuraikan

sebelumnya, maka dapat disimpulkan menjadi beberapa hal sebagai berikut.

1. Gaya kepemimpinan memiliki nilai koefisien sebesar 0.658 dengan

nilai t hitung 2.206 serta nilai signifikansi 0.031 (p < 0.05)

berdasarkan hasil pengujian empiris. Hipotesis pertama penelitian

ini yang menyatakan bahwa Gaya kepemimpinan berpengaruh

signifikan dan positif secara parsial terhadap kinerja Badan

Promosi dan Perizinan Penanaman Modal Daerah Provinsi

Sumatera Selatan dapat diterima.

1. Efektivitas komunikasi memiliki nilai koefisien sebesar 0.048

dengan nilai t hitung 0.286 serta nilai signifikansi 0.776 (p > 0.05)

berdasarkan hasil pengujian empiris. Hipotesis kedua penelitian ini

yang menyatakan bahwa efektivitas komunikasi tidak berpengaruh

signifikan dan positif secara parsial terhadap kinerja Badan

Promosi dan Perizinan Penanaman Modal Daerah Provinsi

Sumatera Selatan tidak dapat diterima.

2. Analisis regresi Y = 116.856 + 0.685 X1 + 0.048 X2 + e

menunjukkan bahwa dari dua variabel bebas yakni gaya

kepemimpinan dan efektivitas komunikasi berperan signifikan

terhadap kinerja Badan Promosi dan Perizinan Penanaman Modal

Daerah Provinsi Sumatera Selatan dapat diterima. Pengaruh

signifikan dibuktikan dari nilai F rasio sebesar 29.159 dengan nilai

R square sebesar 0,344 (34.4%) sedangkan sisanya 65.6%

26

Page 28: MAKALAH

dipengaruhi oleh variabel lainnya di luar model misalnya motivasi,

budaya organisasi, disiplin kerja, etos kerja, supervisi. Sedangkan

variabel yang dominan mempengaruhi kinerja Badan Promosi dan

Perizinan Penanaman Modal Daerah Provinsi Sumatera Selatan

adalah variabel gaya kepemimpinan dengan nilai signifikansi

(p=0.031 dan b= 0.658) tertinggi dari nilai koefisien regresi

lainnya.

Saran

Dari kesimpulan yang telah diperoleh, maka dapat diberikan saran-

saran sebagai berikut:

1. Penelitian selanjutnya memasukkan jumlah sampel yang lebih besar

dan rentang waktu penelitian yang lebih lama.

2. Pengembangan selanjutnya adalah memasukkan variabel lain sebagai

variabel kontrol atau variabel moderating seperti motivasi, kecerdasan

emosional, Task Specific Knowledge, pengalaman, pendidikan dan

pelatihan, budaya organisasi, kompetensi kerja, kualitas pengawasan,

kecemasan, persepsi atas karakteristik tugas, keterlibatan

kerja/partisipasi, beban kerja, nilai dan minat, kondisi fisik dari

lingkungan kerja, komunikasi interpersonal, komitmen organisasi, dan

lain sebagainya yang diduga berpengaruh terhadap kinerja pegawai.

3. Penelitian selanjutnya mengembangkan indikator-indikator atau

dimensi dalam gaya kepemimpinan dan efektivitas komunikasi

berdasarkan teori lainnya. Misalnya pengklasifikasian dalam gaya

kepemimpinan yang terdiri dari gaya kepemimpinan transaksional, gaya

kepemimpinan transformasional, dan gaya kepemimpinan situasional,

dan lain sebagainya.

4. Penelitian selanjutnya perlu mempertimbangkan gangguan atau

hambatan dalam efektivitas komunikasi.

27

Page 29: MAKALAH

5. Badan Promosi dan Perizinan Penanaman Modal Daerah Provinsi

Sumatera Selatan sebaiknya mengadakan kegiatan-kegiatan yang dapat

meningkatkan efektivitas komunikasi seperti melalui rapat-rapat yang

melibatkan juga pegawai di level bawah, kegiatan-kegiatan informal,

dan penyediaan media komunikasi, dan lain sebagainya.

6. Dalam rangka menemukan pola gaya kepemimpinan yang tepat pada

Badan Promosi dan Perizinan Penanaman Modal Daerah Provinsi

Sumatera Selatan maka diperlukan pengetahuan dan pemahaman lebih

lanjut mengenai bidang psikologi dan atau perilaku organisasi.

28