makalah 2 termo fix

28
TERMODINAMIKA MAKALAH PEMICU 2 Hukum Pertama Termodinamika Chandra Dewi Rosalina 1306405710 Elsa Ramayeni 1406643072 Muhammad Radinal S. 1406643103 R. Muhammad Fathi 1306649290 Sergie Purnama 1306392903 Kelompok 8 Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia Depok, 2015

Upload: chandra-dewi-rosalina

Post on 16-Nov-2015

97 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

makalah termo

TRANSCRIPT

  • TERMODINAMIKA

    MAKALAH PEMICU 2

    Hukum Pertama Termodinamika

    Chandra Dewi Rosalina 1306405710

    Elsa Ramayeni 1406643072

    Muhammad Radinal S. 1406643103

    R. Muhammad Fathi 1306649290

    Sergie Purnama 1306392903

    Kelompok 8

    Departemen Teknik Kimia

    Fakultas Teknik Universitas Indonesia

    Depok, 2015

  • HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA

    Sesuai dengan sebutannya, hukum pertama termodinamika adalah hukum dasar

    yang menjadi pilar utama ilmu termodinamika, bersama sama dengan hukum

    kedua termodinamika. Hukum pertama termodinamika adalah mengenai konversi

    massa dan energy. Massa dan energi tidak dapat dimusnahkan atau diciptakan

    tetapi hanya dapat berubah bentuk ( kecuali pada reaksi nuklir yang mana massa

    setara energi). Beberapa contoh bentuk energi adalah energi kinetic, energi

    potensial, energy dalam, energy ikatan kimia, energy mekanik, energy permukaan,

    dan energy gelombang elektromagnetik. Kecakapan/ pengetahuan yang menjadi

    prasyarat dalam mempelajari Hukum 1 termodinamika adalah Diagram

    PVT/PV/PT dan aturan fasa Gibss. Setelah mempelajari materi ini, peserta kuliah

    diharapkan mampu mengklasifikasikan masalah neraca energy sebagai sistem

    terbuka/tertutup dan sebagai proses tunak ( steady state)/ tak tunak

    (transient/unsteady) diikuti dengan analisis sistem, dapat menuliskan persamaan

    hukum pertama termodinamika pada sistem atau volum control tertentu,

    menyederhanakannya berdasarkan batasan sistem, menentukan sifat fluida

    menggunakan table kukus (steam table) dan atau grafik, dan melakukan

    perhitungan neraca massa dan neraca energy baik untuk proses tunak maupun tak

    tunak

    1. Soal Pertama

    a. Jelaskan bagaimana kita bisa memperkirakan kapasitas panas gas

    monoatomik dan poliatomil yang ideal sebagai fungsi suhu (Ar, H2O dan

    CO2) berdasakan prinsip ekuipartisi ?

    Jawaban :

    Prinsip ekuipartisi adalah sebuah rumusan umum yang merelasikan

    temperature suatu sistem dengan energi rata ratanya. Dalam keadaan

    kestimbangan termal, energi akan terdistribusikan secara merata ke semua

    bentuk energi yang berbeda. Prinsip ekuipartisi energi diturunkan secara

    teoritis oleh Clerk Maxwell, menggunakan mekanika statistik.Prinsip

    ekuipartisi memprediksikan bahwa energi total rata-rata suatu gas ideal

    berpartikel sejumlah N adalah (3/2) NkBT.

  • Molekul gas monoatomik

    Molekul gas monoatomik hanya melakukan gerak translasi

    saja. Karena hanya melakukan gerak translasi saja, maka molekul

    gas monoatomik mempunyai 3 derajat kebebasan.Energi kinetik

    rata-rata untuk setiap molekul gas monoatomik adalah :3 ( kT) =

    3/2 kT = 3/2 nRT.Kapasitas kalor molekul gas monoatomik :C =

    3/2 R = 3/2 (8,315 J/mol.K) = 12,47 J/Kg.K

    Molekul gas diatomik

    Selain melakukan gerak translasi, molekul gas diatomik

    juga melakukan gerak rotasi dan vibrasi. Jumlah derajat kebebasan

    untuk gerak translasi = 3.olekul gas diatomik mempunyai 2 jenis

    energi, yakni energi kinetik dan energi potensial elastis. Dengan

    demikian, jumlah derajat kebebasan untuk gerak vibrasi = 2.

    Energi rata-rata untuk setiap molekul gas diatomik adalah :3( kT)

    + 2( kT) + 2( kT) = 7/2 kT = 7/2 nRT. Kapasitas kalor molekul

    gas diatomik : C = 7/2 R = 7/2 (8,315 J/mol.K) = 29,1 J/Kg.K

    Tabel dibawah menunjukkan hasil eksperimen gas

    monoatomik, diatomik dan poliatomik. Dapat dilihat bahwa nilai

    Cv untuk gas monoatomik memiliki nilai yang sama antara hasil

    perhitungan dan eksperimen. Sedangkan untuk diatomik dan

    poliatomik memiliki nilai yang jauh berbeda dengan antara

    perhitungan dan eksperimen

    Tabel 1 Hasil Eksperimen Gas Monoatomik, Diatomik, dan

    Poliatomik

  • b. Plot nilai teoritis dan bandingkan dengan nilai yang anda peroleh dengan

    menggunakan persamaan kapasitas panas gas ideal dan parameter

    parameter yang diberikan dalam buku Smith and Van Ness atau Moran

    and Saphiro.

    Jawaban :

    Nilai teoritis :

    Persamaan kapasitas panas gas ideal :

    Gambar 1. Grafik Nilai Teoritis

  • Pelajari diagram yang diberikan diatas ini :

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    0 1000 2000 3000

    CO2

    Gambar 2. Grafik Nilai Yang Diperoleh

  • c. Mengapa ada diskontinuitas dalam plot kapasitas panas air

    Jawaban :

    Diskontinuitas dalam plot kapasitas panas air dikarenakan adanya

    perubahan fase dari kondisi air, air pada kondisi cair memiliki kapasitas

    panas paling tinggi dibanding pada fase gas maupun solid.

    d. Hitung panas yang dibutuhkan untuk meningkatkan suhu 1 mol gas

    metana dari 300 K sampai 800 K dengan menggunakan data yang

    ditampilkan

    Jawaban :

    Q = H

    Dari persamaan diatas diperoleh bahwa :

    Cp pada suhu 300 K = 8 cal mol-1

    K-1

    Cp pada suhu 800 K = 14 cal mol-1

    K-1

    Cpavg= (14 + 8)/2 = 11 Cal mol-1

    K-1

    Sehingga :

    Q = m Cpavg (T2 T1)

    = 1 mol x 11 Cal mol-1

    K-1

    x (800-300)K

    = 5500 Cal

    e. Anda pikir masuk akal mengasumsi kapasitas panas yang konstan untuk

    seluruh rentang suhu ?

    Jawaban :

    Masuk akal apabila yang ditinjau adalah kapasitas panas gas monoatomik

    (seperti gas Helium). Apabila selain dari gas monoatomik, tidak masuk

    akal apabila mengasumsi kapasitas panas yang konstan pada seluruh

    rentang suhu.

    2. Berikanlah contoh proses isobarik, isokhorik, isothermal, adiabatic, tunak

    (steady state ) dan tidak tunak ( unsteady state ) dengan menggunakan

    contoh dari kehidupan sehari hari. Termasuk peristiwa konduksi,

    konveksi, dan radiasi

    Jawaban :

  • Hukum I Termodinamika berbunyi:

    Energi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan tetapi dapat

    dikonversi dari suatu bentu ke bentuk yang lain

    Hukum pertama adalah prinsip kekekalan energi yang memasukan

    kalor sebagai model perpindahan energi. Sesuai dengan hukum ini, energi

    yang diberikan oleh kalor mesti sama dengan kerja eksternal yang

    dilakukan ditambah dengan perolehan energi dalam karena kenaikan

    temperatur.

    Jika kalor diberikan kepada sistem, volume dan suhu sistem akan

    bertambah (sistem akan terlihat mengembang dan bertambah panas).

    Sebaliknya, jika kalor diambil dari sistem, volume dan suhu sistem akan

    berkurang (sistem tampak mengerut dan terasa lebih dingin). Prinsip ini

    merupakan hukum alam yang penting dan salah satu bentuk dari hukum

    kekekalan energi.

    Sistem yang mengalami perubahan volume akan melakukan usaha

    dan sistem yang mengalami perubahan suhu akan mengalami perubahan

    energi dalam. Jadi, kalor yang diberikan kepada sistem akan menyebabkan

    sistem melakukan usaha dan mengalami perubahan energi dalam. Prinsip

    ini dikenal sebagai hukum kekekalan energi dalam termodinamika atau

    disebut Hukum I Termodinamika. Untuk suatu proses dengan keadaan

    akhir (2) dan keadaan awal (1)

    U = U2 U1

    Secara matematis, Hukum I Termodinamika dituliskan sebagai

    Q = W + U

    Dimana Q adalah kalor, W adalah usaha, dan U adalah perubahan

    energi dalam. Tapi rumus itu berlaku jika sistem menyerap kalor Q dari

    lingkungannya dan melakukan kerja W pada lingkungannya.

  • Gambar 3. Sistem pada Termodinamika

    Hukum 1 Termodinamika dalam Proses Termodinamika

    1. Proses Isobarik

    Jika gas melakukan proses termodinamika dengan menjaga

    tekanan tetap konstan, gas dikatakan melakukan proses isobarik. Karena

    gas berada dalam tekanan konstan, gas melakukan usaha (W = pV). Kalor

    di sini dapat dinyatakan sebagai kalor gas pada tekanan konstan Qp.

    Berdasarkan hukum I termodinamika, pada proses isobarik berlaku

    Dari sini usaha gas dapat dinyatakan sebagai

    W = P dV = nR dT

    Gambar 4. Grafik Proses Isobarik

  • Penerapan proses isobarik :

    Proses isobarik dapat dijumpai pada kasus pemanasan air dalam ketel

    mesin uap sampai ke titik didihnya dan di uapkan sampai air menjadi uap

    yang disebut superheated dimana semua proses berlangsung pada tekanan

    yang konstan. Sistem tersebut adalah H2O di dalam sebuah wadah yang

    berbentuk selinder. Sebuah pengisap kedap udara yang tak mempunyai

    gesekan dibebani dengan pasir untuk menghasilkan tekanan yang

    didinginkan pada H2O dan untuk mempertahankan tekanan tersebut secara

    otomatis. Kalor dapat dipindahkan dari lingkungan ke sistem dengan

    menggunakan sebuah pembakar bunsen. Jika proses tersebut terus

    berlangsung cukup lama, maka air mendidih dan sebagian air tersebut

    diubah menjadi uap. Sistem tersebut bereskpansi secara kuasi statik tetapi

    tekanan yang dikerahkan sistem pada pengisap otomatis akan konstan.

    2. Proses Isotermal

    Suatu sistem dapat mengalami proses termodinamika dimana terjadi

    perubahan-perubahan di dalam sistem tersebut. Jika proses yang terjadi

    berlangsung dalam suhu konstan, proses ini dinamakan proses isotermik.

    Karena berlangsung dalam suhu konstan, tidak terjadi perubahan energi

    dalam (U = 0) dan berdasarkan hukum I termodinamika kalor yang

    diberikan sama dengan usaha yang dilakukan sistem (Q = W).

    Dari persamaan umum gas :

    PV = nRT

    Karena suhu konstan, maka usaha yang dilakukan oleh gas adalah :

    dW = P.dV

    dW = ..

    dV

    W= nRT

  • Proses isotermik dapat digambarkan dalam grafik p V di bawah ini.

    Usaha yang dilakukan sistem dan kalor dapat dinyatakan sebagai

    Dimana V2 dan V1 adalah volume akhir dan awal gas.

    Gambar 5. Grafik Proses Isotermal

    Proses Isotermal juga ada yang irreversible, rumusnya adalah :

    Jika irreversible, maka tekanan ekspansinya konstan, sehingga :

  • Penerapan proses isothermal :

    Gambar 6. Sistem Kerja AC

    Proses isotermal dapat diterapkan pada sistem kerja AC . Dimana

    kompresor yang ada pada sistem pendingin dipergunakan untuk

    memapatkan fluida kerja ( refrigerant). Proses kerjanya adalah penguapan

    dan pengembunan. Untuk mendapatkan penguapan diperlukan gas (udara)

    yang mencapai temperatur tertentu (panas). Setelah udara tersebut panas

    diubah agar kehilangan panas, sehingga terjadi penguapan lalu terjadi

    pengembunan sehingga udara membentuk titik titik embun dan akhirnya

    mencari, maka timbulah suhu di dalam temperatur rendah (dingin).

    Proses kerja mesin pendingin secara umum adalah sebagai berikut

    Kompressor melepaskan refrigerant berbentuk gas bertemperatur

    tinggi dan bertekanan tinggi karena hasil kompresi pada kompressor saat

    langkah pengeluaran (Discharge stroke). Refrigerant ini mengalir ke

    kondensor. Di kondensor, uap refrigeran bertekanan dan bersuhu tinggi

    diembunkan, Panas dilepas ke lingkungan, dan terjadi perubahan fase

  • refrigeran dari uap ke cair. Dari kondensor dihasilkan refrigeran cair

    bertekanan tinggi dan bersuhu rendah. Tekanan tinggi refrigeran cair

    diturunkan dengan menggunakan katup cekik (katup ekspansi) dan

    dihasilkan refrigeran cair bertekanan dan bersuhu rendah dengan bentuk

    spray (kabut) yang selanjutnya dialirkan ke evaporator. Di evaporator,

    refrigeran cair mengambil panas dari lingkungan yang akan didinginkan

    dan menguap sehingga terjadi uap refrigeran bertekanan rendah

    Dimana compressor yang ada pada sistem pendingin dipergunakan

    untuk memapatkan fluida kerja (refrigerant). Refrigerant yang masuk ke

    dalam kompresor dialirkan ke kondensor dan dimapatkan. Besarnya kalor

    yang dilepaskan oleh kondensor merupakan jumlahan kalor compressor

    yang diperlukan dan kalor yang diambil evaporator dari substansi yang

    akan diinginkan. Sehingga pada sistem kerja AC suhu dijaga konstan

    3. Proses Isokhorik

    Jika gas melakukan proses termodinamika dalam volume yang konstan,

    gas dikatakan melakukan proses isokhorik. Karena gas berada dalam

    volume konstan (V = 0), gas tidak melakukan usaha (W = 0) dan kalor

    yang diberikan sama dengan perubahan energi dalamnya. Kalor di sini

    dapat dinyatakan sebagai kalor gas pada volume konstan QV.

    QV = U

    W = P dV = P.0 = 0

    Gambar 7. Grafik Proses Isokhorik

  • Penerapan Proses Isokhorik

    Terjadi pada sebuah kipas dan baterai dalam sebuah wadah

    tertutup. Kipas bisa berputar menggunakan energi yang disumbangkan

    baterai. Untuk kasus ini, kipas, baterai dan udara yang berada di dalam

    wadah dianggap sebagai sistem. Ketika kipas berputar, kipas melakukan

    kerja terhadap udara yang ada dalam wadah. Pada saat yang sama, energi

    kinetik kipas berubah menjadi energi dalam udara. Energi listrik pada

    baterai tentu saja berkurang karena sudah berubah bentuk menjadi energi

    dalam udara.

    4. Proses Adiabatik

    Proses adiabatik adalah proses termodinamika dimana kerja yang

    dilakukan oleh gas adalah murni berasal dari perubahan energi internalnya.

    Tidak ada energi yang masuk maupun yang keluar (Q) selama proses itu

    berjalan. (Hukum Termodinamika I menyatakan : Perubahan energi

    internal gas (dU) adalah banyaknya energi kalor yang disuplai (Q)

    dikurangi kerja yang dilakukan oleh gas (P.dV).

    Kondisi proses adiabatik adalah :

    dU = Q - P.dV = - P dV

    P V

    = K (konstan)

    Gambar 8. Grafik Proses Adiabatik

  • Penerapan Proses adiabatik

    Salah satu contoh penerapan proses adiabatic yaitu termos. Pada

    alat rumah tangga tersebut terdapat aplikasi hukum I termodinamika

    dengan sistem terisolasi. Dimana tabung bagian dalam termos yang

    digunakan sebagai wadah air, terisolasi dari lingkungan luar karena adanya

    ruang hampa udara di antara tabung bagian dalam dan luar. Maka dari itu,

    pada termos tidak terjadi perpindahan kalor maupun benda dari sistem

    menuju lingkungan maupun sebaliknya.

    Gambar 9. Penerapan Isobarik Pada Termos

    Proses Tunak (Steady State) dan Tak Tunak (Unsteady State)

    a. Proses Tunak (Steady State)

    Keadaan tunak (steady state) adalah keadaan di mana suatu sistem berada

    dalam kesetimbangan atau tidak berubah lagi seiring waktu, atau tunak,

    atau mantap.

    Contoh sistem yang tunak (steady state) adalah potensial listrik pada

    daerah yang bebas muatan (daerah tanpa muatan listrik), sistem dengan

    temperatur yang tidak berubah seiring waktu pada daerah yang bebas

  • sumber panas, potensial kecepatan pada aliran takmampumapat yang

    bebas pusaran dan bebas sumber kecepatan.

    b. Proses Tak Tunak (Unsteady State)

    Proses tak tunak dikatakan tak tunak jika kecepatan setiap partikel

    di suatu titik selalu sama. Partikel fluida mengalir melewati titik A dengan

    kecepatan tertentu, lalu partikel fluida tersebut mengalir dengan kecepatan

    tertentu di titik B. Ketika partikel fluida lainnya yang nyusul dari belakang

    melewati titik A, kecepatan alirannya sama dengan partikel fluida yang

    bergerak mendahului mereka. Hal ini terjadi apabila laju aliran fluida

    rendah alias partikel fluida tidak kebut-kebutan. Contohnya adalah air

    yang mengalir dengan tenang, sedangkan aliran tak tunak berlawanan

    dengan aliran tunak. Jadi kecepatan partikel fluida di suatu titik yang sama

    selalu berubah. Kecepatan partikel fluida yang duluan berbeda dengan

    kecepatan partikel fluida yang belakangan

    Peristiwa Konduksi, Konveksi, dan Radiasi

    Panas dapat dipindahkan dengan 3 macam cara, yaitu

    a. Secara konduksi (Hantaran)

    b. Secara konveksi (Aliran)

    c. Secara Radiasi (Pancaran)

    1. Konduksi

    Pada peristiwa konduksi, atom-atom zat yang memindahkan panas

    tidak berpindah tempat tetapi hanya bergetar saja sehingga menumbuk

    atom-atom disebelahnya, (Misalkan terdapat pada zat padat) Banyaknya

    panas per satuan waktu yang dihantarkan oleh sebuah batang yang

    panjangnya L, luas penampang A dan perbedaan suhu antara ujung-

    ujungnya T, adalah :

  • Keterangan :

    Q/t = laju perpindahan kalor(J/s)

    k = konduktivitas termal bahan (W/m2 K)

    A = luas penampang bahan (m2)

    T = perbedaan suhu ujung-ujung logam (K)

    L = panjang atau tebal batang (m)

    k adalah koefisien konduksi panas dari bahan dan besarnya tergantung

    dari macam bahan.

    Bila k makin besar, benda adalah konduktor panas yang baik. Bila k

    makin kecil, benda adalah isolator panas.

    Penerapan Konduksi dalam kehidupan sehari hari

    Dalam kehidupan sehari hari, peristiwa konduksi dapat diamati

    misalnya pada setrika listrik . Untuk merapikan dan mensterilkan pakaian,

    kita memerlukan sesuatu yang panas namun tidak merusak. Karena itulah

    kita perlu konduktor untuk menstransfer panas dari sumber panas tertentu

    ke pakaian kita. Kita memerlukan sebuah setrika. Setrika akan

    menstransfer panas dari sumber panas (panas dari konversi energi istrik)

    ke pakaian. Panas di bagian logam pada setrika bertahan cukup lama

    sehingga memungkinkan kita menggunakannya untuk merapikan pakaian.

  • 2. Konveksi

    Pada peristiwa ini partikel-partikel zat yang memindahkan panas ikut

    bergerak. Kalor yang merambat per satuan waktu adalah :

    Keterangan:

    Q/t = laju perpindahan kalor (J/s atau W)

    h = koefisien konveksi (W/m2 K)

    A = luas penampang (m2)

    T = kenaikan suhu (K)

    Penerapan Konveksi :

    Radiator Mobil

    Pada sistem pendingin mesin (radiator) air dipaksa mengalir melalui pipa-

    pipa dengan bantuan pompa air (water pump).panas mesin yang tidak

    dikehendaki dibawa oleh sirkulasi air tersebut menuju radiator. Di dalam

    radiator, air didinginkan dengan bantuan udara. Air yang telah mendingin

    ini kemudian di pimpa untuk mengulang kembali proses transfer panas

    dari mesin mebil ke radiator. Ingat bahwa proses konveksi melibatkan

    fluida (dalam kasus ini di wakili oleh air) sebagai penghantar panas. Air

    yang digunakan dalam radiator lama-lama akan berkurang akibat

    penguapan dan akhirnya akan habus. Oleh karena itu, radiator perlu diisi

    air kembali untuk memastikan lancarnya proses pendinginan mesin selama

    mobil berjalan.

    3. Radiasi

    Radiasi adalah perpindahan panas melalui radiasi energi gelombang

    elektromagnetik. Energi panas tersebut dipancarkan dengan kecepatan

  • yang sama dengan gelombang-gelombang elektromagnetik lain di ruang

    hampa (3 x 108 m/det)

    Banyaknya panas yang dipancarkan per satuan waktu menurut Stefan

    Boltzman adalah :

    Keterangan :

    W =Intensitas radiasi yang dipancarkan per satuan luas, dinyatakan

    dalam (J/m2.det atau watt/m2

    E = Emisivitas (Daya pancaran) permukaan

    = Konstanta umum = 5,672 x 10 8

    T = Suhu mutlak benda

    Penerapan Radiasi Pada Kehidupan Sehari Hari

    Radiasi panas dari bola lampu

    Ketika kita mendekatkan tangan kita pada bola lampu yang sedang

    menyala. Rasa panas lampu akan memengaruhi tangan kita sehingga

    tangan kita terasa panas. Hal ini menunjukkan bahwa rasa panas dari

    lampu dipindahkan secara radiasi atau pancaran.

    W = e . . T 4

  • 3. Anda bekerja pada sebuah perusahaan yang mendesain, alat-alat musik.

    Grup anda ditugaskan mendesain pasta yang lebih unggul. Anda tertarik

    pada sebuah alloy kuat dan ringan yang baru saja diproduksi. Namun,

    dapatkah itu menjadi bahan panci pasta yang baik? Jika ternyata

    diperlukan lebih dari 10 menit untuk mendidihkan air di dalam panic

    pasta, mungkin panic tersebut tidak akan laku. Jadi, bos anda meminta

    anda untuk menghitung berapa lama waktu yang diperlukan air pada suhu

    ruang (23oC) untuk mencapai suhu didih (100

    oC) di dalam panic yang

    terbuat dari alloy yang baru. Rekan-rekan anda mengatakan bahwa panic

    pasta biasanya mampu menampung 2 liter (2 kg) air. Mereka

    memperkirakan bahwa panci pasta biasanya mampu 550 gram dan

    kapasitas panas spesifik 860 J/(kgoC), serta kalor penguapan 2,3 x 106

    J/kg. Buku manual menyatakan bahwa burner kompor anda memindahkan

    panas 1000 Joule per detik. Anda memperkirakan hanya 20% panas ini

    yang hilang teradiasi.

    Jawaban :

    Diketahui :

    Suhu awal (T1) = 23 oC

    Suhu didih (T2) = 100 oC

    Massa air = 2 kg

    Cair = 4200 J/kg oC

    Luap = 2.3 x 106 J/Kg

    Q/t = 1000 J/s

    Massa panic = 550 gr = 0,55 kg

    Cpanci= 860 J/kg oC

    Panas 20 % teradiasi = 80 % terpakai

    Kondisi 1 (Pada air)

  • Q = m Cair T = 2 4200 (100 23) =

    Kondisi 2 (Pada Panci alloy)

    Q = m Cpanci T = 0,55 860 (100 23) =

    Waktu yang dibutuhkan alloy untuk mendidihkan air:

    Q

    t=

    Qtotalt

    1000 J s 80

    100=

    (646800 + 36421)J

    t

    t = . = ,

    Dari hasil perhitungan diatas, didapatkan bahwa waktu yang dibutuhkan

    oleh panci alloy tersebut untuk mendidihkan air adalah 14,23 menit.

    Artinya, panci alloy tersebut tidak memenuhi criteria yang diinginkan oleh

    perusahaan, yaitu 10 menit.

    4. Perangkat piston silinder pada awalnya mengandung uap pada 1 MPa,

    450oC dan 2,5 m

    3. Uap dibiarkan dingin pada tekanan konstan sampai

    pertama kali mulai terkondensasi.

    Tampilkan proses lintasan tersebut pada diagram PV dan PT

    Jawaban :

    Diagram PT Diagram PV

    1 2

  • a. Massa Uap

    Dari table F.2 Superheated Steam (buku van Ness), didapatkan nilai

    Vspe steam pada tekanan 1MPa adalah 330,30 cm3/g. Maka massa steam

    adalah:

    m =V

    Vspe=

    2,5 106 cm3

    330,30 cm3 g= 7568,87 g = ,

    b. Suhu Akhir

    Suhu akhir dari steam merupakan suhu saat steam tersebut berubah fasa

    menjadi cair (keadaan jenuh/saturated), atau dengan kata lain, Takhir =

    Tsat.

    Dari steam tabel A-3 (buku Moran), didapatkan Tsat steam untuk

    tekanan 1 MPa sebesar 179,9 oC.

    c. Jumlah Transfer Panas

    Dari saturated steam table pada buku Moran, diketahu data entalpi

    (H) untuk saturated vapor pada tekanan 1 MPa adalah:

    Hsat vap= 2778,1 kJ/kg

    Dari tabel superheated steam pada buku van Ness, didapatkan Hsup

    steam pada suhu 420oC dan tekanan 1MPa adalah 3370,8 kJ/kg.

    v1 = 2,5 m3

    saat keadaan P = 1MPa dan T = 450oC

    v2 didapatkan dengan mengalikan volume spesifik vapor (0,19435

    m3/kg) dengan massa steam. Hal ini dikarenakan pada soal

    disebutkan bahwa gas baru akan mulai terkondensasi, atau dengan

    kata lain fasanya masih berada pada keadaan vapor.

    v2 = vspe m = 0,19435m3

    kg 7,566kg = ,

    Setelah semua data yg dibutuhkan telah didapat, maka nilai Q

    dapat dihitung:

    Q = H + W

    Q = m(H2 H1) + P dV = m(H2 H1) + P(v2 v1)

    Q = 7,566 kg (2778,1 3370,8) kJ kg + 103kPA (1,47045 2,5)m3

    = ,

  • 5. Air dalam keadaan mencair mengalir secara isothermal pada 20oC melalui

    saluran yang memiliki satu masukan dan satu keluaran. Diameter masukan

    saluran dan diameter keluaran saluran adalah 0,02 m dan 0,04 m. Masukan

    memiliki kecepatan 40 m/s dan tekanan 1 bar. Tentukan jumlah massa

    aliran dalam kg/s dan kecepatan dalam m/s di pintu keluaran

    Jawaban :

    Diketahui :

    T = 20oC V1 = 40 m/s

    P = 1 bar D2 = 0,04 m

    D1 = 0,02 m

    Ditanya :

    a. m ?

    b. V2 = ?

    Persamaan laju alir massa dalam bentuk volume spesifik yaitu

    m =

    Dimana v = volume spesifik

    Dari steam table saturated water didapatkan bahwa volume spesifik pada

    saat 20oC adalah 0,0010018 m

    3/kg

    m =

    =

    4 ( 0,02)2 40

    0,0010018 = 12, 537 kg/s

    Laju alir massa masuk = Laju alir massa keluar sehingga laju alir yang

    sudah kita dapat bisa digunakan untuk mencari kecepatan pada pintu

    keluaran

    V2 =

    2 =

    12,537 0,0010018

    4 (0,04)2

    = 10 m/s

    6. Sistem AC dibuat dengan udara mengalir di atas tabung yang membawa

    refrigerant 134a. Udara masuk dengan laju alir volumetrik 50m3/menit

  • pada 328C,1 Bar dan keluar di 22C, 0.95 bar. Refrigerant memasuki

    tabung pada 5 bar dengan kualitas 20% dan keluar pada 5 bar, 20 C.

    Dengan mengabaikan perpindahan panas pada permukaan luar dari AC,

    dan mengabaikan efek energi kinetik dan potensial. Tentukanlah (a) laju

    aliran massa refrigerant dalam kg/min (b) laju perpindahan panas, di

    kJ/menit, antara udara dan refrigerant !

    Jawaban :

    Asumsi : Kondisi steady state

    Tidak ada perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan dan

    W=0

    Perubahan energi kinetik dan pootensial dapat diabaikan

    Diketahui : V1= 50m3/menit

    T1= 328C

    P1= 1 Bar

    T2= 22C

    P2= 0.95 Bar

    P4= 5 Bar

    X4= 0.2

    T3= 20C

    P3= 5 Bar

    Dari tabel dry air

    Kondisi udara masuk:

    h1= 436 kJ/Kg

    1= 0.579 kg/m3

    Kondisi udara keluar

    h2= 295 kJ/Kg

    2= 1.12 kg/m3

  • Dari tabel refrigerant 134a

    Kondisi refrigerant masuk:

    h4= 111 kJ/Kg

    4= 113 kg/m3

    Kondisi refrigerant keluar:

    h3= 263 kJ/Kg

    3= 23.7 kg/m3

    a)

    Neraca Massa :

    0 = + ( )

    = 0 ( ) = 0 ( )

    0 = 1(1 +1

    2

    2+ 1) 2(2 +

    22

    2+ 2) + 3(3 +

    32

    2+ 3) 4(4

    +4

    2

    2+ 4)

    1 = 2 3 = 4 ;

    0 = 1(1 2) + 3(3 4)

    1 = 1 = 0.579kg

    m3 50

    m3

    menit= 28.95

    3 = 1(1 2)

    (4 3)=

    28.95

    (436kJKg 295

    kJKg)

    (111kJKg 263

    kJKg)

    = .

  • b)

    Neraca Massa :

    0 = + 1 (1 +1

    2

    2+ 1) 2 (2 +

    22

    2+ 2)

    = 1(1 2)

    = 28.95

    (436

    kJ

    Kg 295

    kJ

    Kg) = .

    7. Sebuah tangki pejal 3 ft3 pada awalnya mengandung uap air jenuh pada

    suhu 300F. Tangki dihubungkan dengan katup ke jalur suplai pasokan

    uap pada 200 psia 400F. Kemudian katup dibuka, dan uap diperkenankan

    masuk tangki. Perpindahan panas berlangsung dengan lingkungan

    sehingga suhu dalam tangki tetap konstan pada 300F setiap saat.

    Selanjutnya katup ditutup saat teramati setengah dari volume tangki

    ditempati oleh air cair. Tentukanlah (a) tekanan akhir di dalam tangki (b)

    jumlah uap yang telah masuk tangki (c) jumlah panas.

    Jawaban :

    Diketahui :

    Kondisi awal : Kondisi Akhir :

    T = 300F Suhu tetap 300F

    Saturated steam X=0,5

  • V= 3 ft3

    Analisis :

    Kondisi awal saturated steam, x=1

    Proses dalam tempratur konstan, data steam table awal = akhir

    Tangki pejal, berarti adiabatic, tidak ada perubahan Q

    Ek dan Ep sangat kecil, diabaikan, Ek dan Ep = 0

    Tidak ada kerja yang terjadi, W=0

    Kondisi akhir, x = 0,5

    Neraca Energi :

    Q = m2u2 - m1u1 + hi (m2-m1)

    Kondisi awal :

    Dari steam table, Apendix Moran, a-3e, dengan kondisi 300F, saturated

    steam

    vg =6,472 ft3/lb

    vf = 0,01745 ft3/lb

    hg = 1180,2 BTU/lb

    hf = 269,7 BTU/lb

    ug = 1100 BTU/lb

    uf = 269,5 BTU/lb

  • Maka massa steam awal di dalam tangki adalah

    Vtangki

    =

    33

    6,472 3

    = 0,463

    U=u2-u1

    U1= ug = 1100 BTU/lb

    U2 = uf+x(ug-uf) = 269,5+ 0,5 (1100-269,5) = 684,75 BTU/lb

    h=h2-h1

    h1 = hg = 1180,2 BTU/lb

    h2 = hf+x(hg-hf) = 269,7+ 0,5 (1180,2 - 269,7) = 724,95 BTU/lb

    Massa akhir :

    V=Vf+x(Vg-Vf)

    = 0,01745 + 0,5 (6,472-0,01745)

    = 3,244725 ft3/lb

    Massa akhir saat setengah volume tangki berfasa liquid = Vtangki

    =

    3

    3,244725= 0,924

    a. Menentukan tekanan pada kondisi VL=1/2 V

    h2 = u2 +P2V2, maka P2 =22

    2 =

    724,95684,75

    3,244= 12,39

    b. Jumlah uap yang masuk tangki

    Massa uap masuk = massa akhir - massa saat VL=1/2 V

    = 0,924 0,463 = 0,461

    c. Jumlah panas

    Q = m2u2 - m1u1 + hi (m2-m1)

    =( 0,924 . 684,75 BTU/lb) (0,463 . 1100 BTU/lb) + (724,95

    BTU/lb . (0,461 ))

    = 457 BTU

    Jumlah panas yang ditransfer dari source steam ke dalam tangki berisi

    saturated steam hingga mencapai Volume liquid setengah dari volume

    tangki adalah sebesar 457 BTU

  • DAFTAR PUSTAKA

    ASME Steam Tables Compact Edition, Properties of Saturated and

    Superheated Steam in U.S. Customary and SI Units from the International

    Standard for Indsutrial Use.

    Atkins, P.W. (1989) Kimia Fisika, Edisi ke - 4 Jilid 1. Jakarta : Erlangga

    [terjemahan].

    Borgnakke, C. dan Sonntag, R.E. (2009) Fundamentals of

    Thermodynamics, 7th Edition. NJ : John Wiley & Sons, Inc.

    Cengel, Y.A., Boles, M.A. 2002. Thermodynamics an Engineering

    Approach. Fourth Ed. Mc. Graw-Hill

    Maron, H. Samuel and Jerome B. Lando. 1974. Fundamentals of Physical

    Chemistry. New York : Macmillan Publishing.

    Moran, J. Michael, Shapiro N. Howard. 2006. Fundamentals of

    Engineering Thermodynamics. London : John Wiley & Sons, Inc.

    Smith, J.M. ; H.C. Van Ness and MM. Abbot. 2005. Introduction to

    Chemical Engineering Thermodynamics 7th edition. New York :

    McGraw-Hill

    Wark, Knneth. 1983. Thermodynamics. United States : McGraw- Hill, Inc.