makalah 1.docx

24
MAKALAH ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR PENTINGNYA PENDIDIKAN YANG LAYAK DI INDONESIA UNTUK MENGHADAPI TANTANGAN DI ERA GLOBALISASI Disusun oleh : 1. Alif Uhrijat Cahyo Aji M0311003 2. Avrina Kumalasari M0311015 3. Bagus Taufik M0311016 4. Dewi Aryani M0311019 5. Husna Syaima M0311035 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Upload: rista-a-vitasari

Post on 16-Sep-2015

288 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

MAKALAHILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR

PENTINGNYA PENDIDIKAN YANG LAYAK DI INDONESIA UNTUK MENGHADAPI TANTANGAN DI ERA GLOBALISASI

Disusun oleh :1. Alif Uhrijat Cahyo AjiM03110032. Avrina KumalasariM03110153. Bagus TaufikM03110164. Dewi AryaniM03110195. Husna SyaimaM0311035

JURUSAN KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA2012KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, alhamdulillahirabbilaalamin. Segala Puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Syukur Alhamdulillah selalu terpanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu, insyaallah. Tak lupa, Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi junjungan kita, suri tauladan kita, Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umatnya dari jaman jahiliyah menuju jaman yang islamiyah ini, Rasulullah SAW yang selalu kita nanti-nantikan syafaatnya di hari akhir nanti. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Dalam proses penyelesaian makalah ini, tentu saja tidak lepas dari bantuan pihak-pihak yang telah berjasa dalam memberikan masukan dan support kepada kami. Maka dari itu, penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada :1. Allah SWT, yang telah memudahkan kami dalam proses penyelesaian karya tulis ini;2. Orang tua tercinta, yang selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk buah hatinya;3. Dosen pembimbing, yang tak lelah membimbing kami. 4. Teman-teman seperjuangan, jurusan kimia tahun angkatan 2011.5. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu.Penulis menyadari bahwa dalam penyusunannya, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis memohon masukan dari para pembaca berupa kritik dan saran yang bersifat membangun, demi menunjang kesempurnaan makalah ini dan menjadikan koreksi bagi kami untuk lebih kedepannya.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Surakarta, Mei 2010

Penulis

BAB IPENDAHULUAN

1. Latar BelakangIndonesia adalah negara yang merdeka terhitung sejak 66 tahun yang lalu. Namun ternyata masih banyak anak terlantar, pengamen jalanan, anak putus sekolah, dan gelandangan cilik yang belum merasakan program pendidikan pemerintah dengan baik. Di Indonesia yang kita cintai ini, negara yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 dengan bercita - cita untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dapat kita rasakan dan kita teliti masih jauh dari kata keberhasilan. Padahal, dalam Undang-undang (UUD) 1945 pasal 34 telah dijelaskan bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara dan pasal 31 ayat 1 ditegaskan kembali bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran. Namun pasal tersebut seperti hanya menjadi hiasan pelengkap di UUD. Tidak ada implementasi dari pasal tersebut. Buktinya, Sampai sekarang pun masih banyak anak jalanan yang terlantar dan tidak mendapatkan pendidikan. Berdasarkan data Kementrian Sosial yang terbaru pada 25 Agustus 2011 ada 230.000 anak jalanan baik yang putus sekolah maupun belum mengenyam pendidikan. Mereka menghabiskan waktunya untuk mengamen dan meminta - minta di jalanan. Memprihatinkan dan sungguh miris. Indonesia yang saat ini telah mendewasa dengan perkembangan berbagai ilmu dan teknologi baru. Ditimang - timang dengan peradaban modern dan bergaya ala barat, mengikuti arah gerah globalisasi. Akan tetapi, generasi - generasi penerus bangsanya hidup dalam angan - angan dan buaian mimpi yang terlalu tinggi belum mendapatkan pendidikan yang layak. Anak - anak penerus perjuangan bangsa bagaikan tertidur lelap, mereka masih disibukkan dengan aktivitasnya sebagai pengamen dan peminta - minta. Pemerintah yang menggaung - gaungkan program pendidikan wajib belajar 9 tahun belum mencapai targetnya. Bagaimana kita bisa akan menjadi negara yang maju, jika pendidikan masih dipandang sebelah mata. Kemiskinan menjadi permasalahan utama bagi mereka yang tak mampu mendapatkan pendidikan. Sedangkan pendidikan sendiri yang merupakan tonggak utama sebagai jalan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa masih menemui kebuntuan dalam penerapannya. Berbagai bantuan dari pemerintah telah dikucurkan, tetapi lagi - lagi belum bisa memperbaiki pendidikan di Indonesia. Program keringanan sekolah seperti BOS ( Bantuan Operasional Sekolah ) menjadi sarana penyelewengan bagi para penguasa yang mengutamakan kepentingan pribadinya. Bagaimana anak jalanan dapat merasakan kenyamanan dalam menuntut ilmu, sedangkan bantuan untuk mereka diambil oleh oknum - oknum yang tidak bertanggungjawab. Beban pembayaran yang harusnya tak mereka rasakan, kini malah menjadi penghambat utama untuk bersekolah. Tiga jenjang yang seharusnya mereka lalui mulai dari SD, SMP, hingga SMA kini terhenti pada satu persoalan yang dirasakan sangat signifikan yaitu beratnya biaya sekolah. Perlu adanya kacamata baru untuk memperhatikan mereka labih intim, karena di pundak merekalah beban perjuangan di masa mendatang akan ditempuh.2. Rumusan Masalah1. Apakah pengertian pendidikan yang layak?2. Apakah pentingnya pendidikan yang layak di Indonesia dalam menghadapi tantangan di era globalisasi?3. Apakah dampak-dampak yang terjadi ketika pendidikan yang layak tidak terpenuhi?4. Upaya-upaya apakah yang dilakukan untuk memenuhi pendidikan yang layak?

3. Tujuan1. Mengetahui pengertian pendidikan yang layak.2. Mengetahui pentingnya pendidikan yang layak di Indonesia untuk menghadapi tantangan di era globalisasi.3. Mengetahui dampak-dampak terjadi ketika pendidikan yang layak tidak terpenuhi.4. Mengetahui upaya-upaya yang dilakukan untuk memenuhi pendidikan yang layak.

BAB IIPENTINGNYA PENDIDIKAN YANG LAYAK DI INDONESIA UNTUK MENGHADAPI TANTANGAN DI ERA GLOBALISASI

1. Pengertian pendidikan yang layakYang kita tekankan disini adalah pendidikan pada saat ini. Pendidikan yang layak hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan zaman. Sekarang program wajib belajar 9 tahun sedang dijalankan. Bahkan ada wacana akan dirubah menjadi wajib belajar 12 tahun. Namun, banyak anak-anak Indonesia yang bahkan belum pernah sekali pun mengenyam pendidikan formal. Memang pendidikan, tidak hanya di dapat di sekolah. Namun, seiring berkembangnya negeri dan kebutuhan-kebutuhannya, maka pendidikan formal minimal sekolah menengah dianggap sebagai pendidikan yang layak. Orang yang tidak pernah bersekolah sama sekali dianggap belum mendapatkan pendidikan yang layak. Karena dalam sekolah formal diajarkan ilmu akademis, sosial, budaya, moral, dan agama.Namun, pada hakikatnya pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia bisa mengajar bayi mereka sebelum kelahiran.Bagi sebagian orang, pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada pendidikan formal. Seperti kata Mark Twain, "Saya tidak pernah membiarkan sekolah mengganggu pendidikan saya. Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam, sering kali lebih mendalam dari yang disadari mereka, walaupun pengajaran anggota keluarga berjalan secara tidak resmi. UNESCO merumuskan bahwa pendidikan itu adalah :1.Learning how to think (Belajar bagaimana berpikir)2.Learning how to do (Belajar bagaimana melakukan)3.Learning how to be (Belajar bagaimana menjadi)4.Learning how to learn (Belajar bagaimana belajar)5.Learning how to live together (Belajar bagaimana hidup bersama)Kesemuany biasa disapat di seolah formal. Sekolah formal tetap menjadi acuan utama bagi pendidikan di Indonesia. Dan sekolah nonformal menjadi pelengkap. Karena keduanya saling berkesinambungan dalam memberikan kontribusi softskill dan hardskill pada seseorang. Begitulah seharusnya pendidikan yang layak itu.2. Pentingnya Pendidikan yang Layak di Indonesia untuk Menghadapi Tantangan di Era Globalisasi.Setiap manusia dilahirkan dengan memiliki aspek-aspek jasmani dan rohani yang lengkap serta potensi yang sama, hanya saja semua aspek dan potensi tersebut masih lemah dan belum berkembang. Dalam hal ini pendidikan sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap orang untuk dapat mengembangkan semua aspek-aspek yang telah dianugerahkan Tuhan kepadanya, baik aspek jasmani maupun rohani. Selain itu potensi awal yang sama telah ada pada diri manusia itu sendiri pun juga akan berkembang. Yang awalnya masih lemah dan belum berkembang dengan adanya pendidikan akan dapat melatih dan mengembangkan potensi-potensi tersebut. Karena pada hakikatnya manusia dilahirkan dalam kondisi yang lemah, baik jasmani maupun rohaninya. Maka agar manusia yang lemah itu mampu mencapai kemanusiaannya yang optimal (mampu berdiri sendiri, mampu membudayakan diri sendiri, dan mampu memberlakukan nilai-nilai dalam hidupnya), dan untuk itu ia memerlukan bantuan dan pengarahan, dengan kata lain manusia itu memerlukan pendidikan (Soedomo Hadi, 2003).Selain itu, manusia memerlukan pendidikan untuk mencapai kedewasaan diri agar mereka mampu menjadi manusia yang mandiri tanpa merepotkan dan membebani orang lain. Memang tidak dapat dipungkiri manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, namun yang dimaksud mandiri dalam hal ini adalah manusia mampu berdiri sendiri dalam membudayakan dirinya dalam masyarakat dan memberlakukan nilai-nilai yang ada dalam kehidupan masyarakat tersebut.Di sisi lain, pendidikan juga sangat berperan penting untuk meningkatkan taraf hidup seseorang. Karena dalam kondisi masyarakat saat ini, adalah orang-orang yang berpendidikan akan lebih dipandang dan dihormati oleh masyarakat di sekitrnya. Walaupun mereka berasal dari latar belakang yang kurang dipandang (dalam hal ini yang dimaksud adalah dari golongan yang kurang mampu) namun, jika mereka telah mengenyam pendidikan yang cukup tinggi mereka sekarang pun tidak akan dipandang sebelah mata lagi oleh masyarakat sekitarnya. Pada zaman sekarang , pendidikan sangat berperan penting dalam segala hal. Contohnya saja, dalam mencari pekerjaan pada zaman sekarang pasti yang dilihat pertama kali adalah tingkat pendidikannya. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudah bagi seseorang tersebut untuk mendapatkan lapangan pekerjaan.Di era globalisasi ini, pendidikan perlu diperhatikan dan harus selalu ditingkatkan agar dapat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi tantangan zaman. Sehingga dengan itu dapat mendukung dalam pembangunan nasional. Pembangunan didefinisikan sebagai upaya suatu bangsa untuk meningkatkan mutu dengan memanfaatkan sumber daya yang ada, baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam melalui proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang berkelanjutan (Sudarja 2005 :1). Sedangkan menurut Soerjono Soekamto (1990:454) Pembangunan merupakan suatu proses perubahan di segala bidang kehidupan yang dilakukan secara sengaja berdasarkan suatu rencana tertentu. Pembangunan nasional Indonesia misalnya, merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan berdasarkan rencana tertentu dengan sengaja dan memang dikehendaki, baik oleh pemerintah yang menjadi pelopor pembangunan maupun masyarakat. Jadi dari bahasan tersebut dapat kita tarik kesimpulan bahwa pendidikan juga sangat berperan penting dalam pembangunan nasional di Indonesia khususnya dalam membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Di samping itu, pendidikan yang menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berkompeten dalam mengolah sumber daya alam yang sangat melimpah di Indonesia ini, sehingga diharapkan nantinya dapat menjadikan Indonesia lebih maju dan dapat bersaing dengan Negara-negara maju lain di dunia.Namun demikian fakta yang ada di Indonesia, masih banyak sumber daya alam yang masih belum dieksplor. Pembangunan didefinisikan sebagai upaya suatu bangsa untuk meningkatkan mutu dengan memanfaatkan sumber daya yang ada, baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam melalui proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang berkelanjutan (Sudarja 2005 :1). Sedangkan menurut Soerjono Soekamto (1990:454) pembangunan merupakan suatu proses perubahan di segala bidang kehidupan yang dilakukan secara sengaja berdasarkan suatu rencana tertentu. Pembangunan nasional Indonesia misalnya, merupkan suatu proses perubahan yang dilakukan berdasarkan rencana tertentu dengan sengaja dan memang dikehendaki, baik oleh pemerintah yang menjadi pelopor pembangunan maupun masyarakat dan dikembangkan dengan baik karena kurangnya sumber daya manusia yang berkompeten. Di sisi lain pembangunan nasional yang telah disusun dan direncanakan pun belum bisa berjalan sesuai yang diharapkan. Hal ini salah satunya juga disebabkan oleh kurangnya sumber daya manusia yang berkualitas.Untuk mengatasi masalah tesebut diperlukan pendidikan yang dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualits untuk menghadapi era globalisasi. Pendidikan harus berorientasi mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas ditandai dengan kemantapan iman dan taqwa dan akhlaq yang luhur, penguasaan IPTEK, serta keterampilan sesuai dengan kebutuhan masyarakat madani dalam tata kehidupan kesejagatan. Selain itu pendidikan harus dapat memperluas, meratakan kualitas, dan meningkatkan pelayanan pendidikan dasar bagi masyarakat yang tidak sekolah dan putus sekolah dengan prioritas usia wajib belajar (7-15 tahun). Sehingga mempercepat penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun.

3. Dampak-dampak yang Terjadi Ketika Pendidikan yang Layak Tidak TerpenuhiBerbicara tentang pendidikan kita semua pasti sudah tahu bahwa betapa pentingnya hal tersebut. Pendidikan, kemampuan, pengetahuan merupakan salah satu modal yang kita miliki untuk hidup di zaman yang serba sulit ini.Mengapa dikatakan demikian? Kita tentu sudah bisa menjawabnya. Apa hal pertama yang dilihat bila kita ingin mengajukan surat lamaran perkerjaan? Apa yang kita butuhkan ketika ingin memulai suatu bisnis atau usaha? Tentu saja pendidikan, kemampuan, wawasan dan pengetahuanlah yang kita butuhkan.Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam menjalani hidup, hal ini berarti setiap manusia berhak mendapatkan dan berharap berkembang dengan adanya pendidikan. Namun bagaimana jika pendidikan itu tidak didapatkan secara layak bagi setiap individu? Maka, akan ada banyak dampak negatif dari hal ini. Pendidikan informal merupakan pendidikan yang didapat seseorang dari pengalaman sehari-hari baik sadar maupun tidak sadar. Jika pendidikan ini tidak diberikan secara baik dan layak maka akan menghasilkan seseorang dengan karakter yang kurang baik karena pendidikan ini mengajarkan moral dan etika. Pendidikan nonformal diperoleh seseorang secara teratur dan terarah, pendidikan ini mengajarkan seseorang bagaimana kita hidup bermasyarakat dengan baik yang akan mengasah kemampuan soft skill seseorang. Pendidikan nonformal didapatkan dalam lingkungan bermasyarkat yang juga didapatkan saat sekolah seperti mengikuti kegiatan organisasi. Dampak buruk yang di timbulkan jika pendidikan ini tidak di dapati oleh seorang manusia maka akan menghasilkan manusia yang tidak pandai mengorganisir suatu kondisi, waktu dan dirinya sendiri.Setelah pendidikan informal yang tidak kalah pentingnya adalah pendidikan formal. Yaitu pendidikan yang didapatkan di sekolah dan perguruan tinggi ini mengajarkan manusia mendapatkan ilmu pasti atau yang biasanya disebut ilmu alam seperti matematika, fisika, kimia dan biologi dan juga ilmu sosial seperti sosiologi, ekonomi, antropologi dan ilmu lainnya seperti imu bahasa dan teknologi informasi. Jika seseorang tidak mendapatkan pendidikan formal maka akan menimbulkan manusia yang kurang memiliki wawasan akan lingkungan di sekitarnya yang akan membuat seseorang tersebut akan sulit menghadapi era globalisasi yang sudah menggunakan bahasa asing dan teknologi yang sudah maju. Posisi pendidikan dalam hidup ini sangat penting seperti yang sudah di jelaskan di atas tadi. Bahwa seorang manusia dilahirkan dengan kondisi yang lemah baik jasmani dan rohaninya maka dari itu manusia perlu mempelajari sesuatu dalam hidupnya. Pendidikan ini membuat manusia lebih bisa mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga seorang manusia mampu berdiri sendiri, mampu membudayakan diri sendiri, dan mampu memberlakukan nilai-nilai dalam hidupnya. Namun sekarang kita bayangkan jika pendidikan itu dilepaskan dari kehidupan manusia. Manusia tersebut akan mengalami banyak sekali kekurangan dalam dirinya, manusia tersebut tidak dapat mengembangkan dirinya menjadi manusia yang memiliki potensi yang tinggi sehingga ia tidak mampu berdiri sendiri dan memberlakukan nilai-nilai dalam hidupnya. Hal ini akan berpengaruh pada kehidupannya terutama dalam menghadapi era globalisasi saat ini yang juga berpegaruh pada pembangunan nasional negeri ini. Maka dari itu jika manusia Indonesia tidak dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas maka sumber daya alam yang melimpah ini akan di ambil dengan mudahnya oleh bangsa lain yang akan membuat kita menjadi manusia yang konsumtif dan tidak dapat menghasilkan apa-apa. Inilah dampak yang sangat besar jika pendidikan formal dan nonformal di indonesia tidak dipenuhi.

4. Upaya-upaya yang Dilakukan untuk Memenuhi Pendidikan yang Layak di IndonesiaPada era globalisasi ini, pendidikan merupakan suatu hal yang mendasar dalam kehidupan kita karena pendidikan adalah suatu upaya yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertangung jawab (Agnessekar, 2009). Namun hal yang mendasar tersebut belum bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia secara layak sehingga pemerintah melakukan upaya-upaya untuk memenuhi pendidikan yang layak di Indonesia dalam menghadapi tantangan di era globalisasi, diantaranya penyelenggaraan wajib belajar sembilan tahun, pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS), sekolah gratis dan sebagainya.Program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun yang telah dicanangkan pada tanggal 2 Mei 1994 merupakan perwujudan amanat pembukaan UUD 1945 dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, serta pasal 31 UUD 1945 yang menyatakan (1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran dan (2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Adanya program ini diharapkan dapat terwujud pemerataan pendidikan dasar (SD dan SLIP) yang bermutu serta lebih menjangkau penduduk daerah terpencil. Hal ini sesuai dengan UU No: 2 tahun 1989 tentang stern pendidikan nasional, kemudian lebih dipertegas lagi di dalamUndang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasionalsebagaimana yang tertuang pada pasal 34 sebagai berikut:1. Setiap warga negara yang berusia 6 tahun dapat mengikuti program wajib belajar.2. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya.3. Wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan, pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat.4. Ketentuan mengenai wajib belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Selain itu pendidikan dasar 9 tahun diharapkan bahwa setiap warga negara akan memiliki kemampuan untuk memahami dunianya, mampu menyesuaikan diri bersosiahsasi dengan perubahan masyarakat dan jaman, mampu meningkatkan mutu kehidupan baik secara ekonomi, sosial budaya, politik dan biologis, serta mampu meningkatkan martabatnya sebagai manusia warga negara dari masyarakat yang maju. Dalam duni baru ini setiap orang harus memiliki potensi untuk bekerja di berbagai bidang dimanapun juga ( Muhammad Ilyas Ismail, 2009).Menanggapi Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasionalsebagaimana yang tertuang pada pasal 34 ayat 2 yang berbunyi : Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya. , maka pemerintah juga mengadakan program sekolah gratis. Artinya sekolah tidak memungut biaya atau dengan kata lain pembebasan biaya sekolah kepada siswanya. Hal ini merupakan kabar gembira untuk semua kalangan masyarakat agar dapat memperoleh pendidikan yang layak. Ditambah lagi dengan adanya Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang merupakan program pemerintah untuk penyediaan pendanaan biaya nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar pelaksana program wajib belajar. Namun demikian dana BOS dimungkinkan untuk membiayai beberapa kegiatan lain yang tergolong dalam biaya personalia dan biaya investasi (Anonim, 2010).Dengan adanya program-program pemerintah tersebut, diharapkan masyarakat semua kalangan dalam merasakan pendidikan yang layak di Indonesia sehingga bangsa Indonesia dapat menghadapi segala tantangan di era globalisasi ini.Namun realita yang ada, banyak masyarakat yang mengeluhkan tentang sekolah gratis ini. Menurut mereka, tidak ada sekolah yang gratis, karena pada kenyataannya pihak sekolah masih mengharuskan orang tua para siswa harus membayar pakaian seragam, sejumlah buku, alat-alat keterampilan dari pihak sekolah dan biasanya harga sekolah jauh lebih tinggi dari harga di pasaran. Jelas ini menjadi pertanyaan besar dan menimbulkan masalah yang harus segera dijawab dan harus segera diatasi. Ini lah salah satu faktor yang menghambat masyarakat dalam menikmati pendidikan yang layak. Dalam konteks ini, timbul pertanyaan besar, mengapa orang tua siswa masih harus dibebani dengan membayar biaya investasi sekolah seperti alat-alat keterampilan sekolah, buku pelajaran, dan lainnya. Bukan kah telah ada dana BOS yang bertujuan untuk membiayai biaya investasi sekolah? Seharusnya dari dana BOS yang diterima sekolah wajib menggunakan dana tersebut untuk pembiayaan seluruh kegiatan dalam rangka penerimaan siswa baru, sumbangan pembiayaan pendidikan (SPP), pembelian buku teks pelajaran, biaya ulangan harian dan ujian, serta biaya perawatan operasional sekolah (Anonim, 2009).Untuk itu diperlukan pengawasan yang ekstra dalam mengawasi penggunaan dana BOS tersebut dan dipelukan kebijakan sekolah dalam memanfaatkan dana BOS supaya siswa tidak terbebani dan berhak mendapatkan pendidikan yang layak.Selain itu para orang tua siswa juga harus kritis dan ikut mengawasi penggunaan dana BOS. Penggunaan dana BOS juga harus transparan sehingga tidak ada penyalahgunaan dana BOS. Anggaran Pendidikan dari pemerintah juga harus dinaikan untuk pembangunan pendidikan sehingga pendidikan di indonesia bisa lebih baik lagi. Bukan hanya pembangunan gedung DPR yang membuang biaya sangat besar tapi biaya untuk pendidikan jua harus diperhatikan dan ditambah. Dengan biaya pendidikan yang ditambah dapat digunakan untuk renovasi sekolah-sekolah yang telah rusak dan tidak layak digunakan.Saat ini telah banyak sekolah gratis yang ada untuk anak-anak jalanan dan anak-anak yang tidak mampu. Hal ini sangat baik untuk membangun pendidikan di Indonesia. Diharapkan agar semakin banyak orang yang peduli akan pendidikan Indonesia sehingga semakin banyak pendidikan gratis yang dapat menurunkan tingkat kebodohan di Indonesia.Bukan hanya pendidikan yang gratis tapi kualitas pendidikan juga harus ditingkatkan. Jangan karena biaya pendidikan yang gratis dan murah mengakbiatkan mutu pendidikan diabaikan. Seharusnya dengan menurunnya biaya pendidikan, mutu dan kualitas pendidikan juga harus meningkat.Yang paling utama dari itu semua adalah perlunya kesadaran dari orang tua akan pendidikan sehingga anak didukung untuk mengenyam pendidikan yang tinggi. Dengan orang tua mengetahui pentingnya pendidikan, anak tidak akan dituntut untuk bekerja pada usia kanak-kanak.Jadi, untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia bukan hanya pemerintah saja yang bertanggungjawab tetapi orang tua dan masyarakat juga turut berperan aktif dan bertanggungjawab dalam upaya meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia.

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan1. Pendidikan yang layak merupakan kolaborasi dari tercukupinya pendidikan formal dan nonformal, Tetapi di Indonesia, pendidikan formal tetap sebagai acuan utama sesuai program wajar (wajib belajar). Dan pendidikan non formal sebagai pendamping.2. Pendidikan sangat penting dalam era globalisasi. Pendidikan bisa mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas ditandai dengan kemantapan iman dan taqwa dan akhlaq yang luhur, penguasaan IPTEK, keterampilan sesuai dengan kebutuhan masyarakat madani dalam tata kehidupan kesejagatan, meningkatkan taraf hidup serta mendukung pembangunan nasional.3. Jika pendidikan tidak dipenuhi maka manusia tidak dapat mengembangkan dirinya menjadi manusia yang memiliki potensi yang tinggi, ia tidak mampu berdiri sendiri dan memberlakukan nilai-nilai dalam hidupnya. Tidak akan terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas, yang berkontribusi pada pembangunan nasional.4. Upaya yang dilakukan untuk memenuhi pendidikan yang layak adalah pemerintah mencanangkan wajar (wajib belajar) 9 tahun, menyediakan dana BOS (biaya operasional sekolah), sekolah dengan biaya murah dan gratis. Namun, dalam upaya meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia bukan hanya pemerintah saja yang bertanggungjawab tetapi orang tua dan masyarakat juga turut bertanggungjawab dan berperan aktif.

B. Saran1. Pendidikan yang utama dimulai dari keluarga.2. Mahasiswa juga sebaiknya bisa berkontribusi dalam pendidikan karena mahasiswa juga bagian dari masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Salim, Agus.2007.Indonesia Belajarlah ! Membangun Pendidikan Indonesia.Yogyakarta: Tiara Wacana.Ahira, Anne.2011.Apa Itu Pendidikan. http://www.anneahira.com/apa-itu-pendidikan.htm, 26 Februari 2012.Sekar, Acnes.2009. Permasalahan Pendidikan.http://agnessekar.wordpress.com/2009/04/27/permasalahan-pendidikan/, 26 Februari 2012.Ismail, Muhammad Ilyas.2009.Pendidikan Wajib Belajar 9 Tahun. http://www.gudangmateri.com/2010/06/pendidikan-wajib-belajar-9-tahun.htm, 27 Februari 2012.Anonim.2009.Sekolah Gratis untuk Anak Indonesia.http://pakiban.com/2009/05/sekolah-gratis-untuk-anak-indonesia/feed/, 27 Februari 2012.Anonim.2010.Tentang BOS 2010.http://bos.ditptksd.go.id/, 27 Februari 2012.

Lampiran 1Membangun Kualitas Pendidikan di Tengah Era Global

DALAM era global saat ini, setidaknya ada beberapa tuntutan yang harus segera mendapat perhatian serius oleh dunia pendidikan. Di antaranya adalah pentingnya sumber daya manusia yang berkualitas dan mempunyai dedikasi tinggi, tersedianya jaringan informasi yang mampu mengakses segala kebutuhan terhadap pemenuhan pendidikan. Inilah barangkali suatu mimpi yang harus dibangun dan lakukan oleh pendidikan nasional.Derasnya arus budaya dan informasi dari Barat yang tidak dapat lagi dibendung, merupakan suatu kenyataan logis bahwa dalam era global sekarang ini semuanya menjadi satu entitas (kesatuan). Karena perubahan tersebut selalu diikuti dengan kecanggihan ilmu dan teknologi. Budaya yang masuk ke negara kita telah mempengaruhi gaya hidup(life style)masyarakat yang semakin maju. Fenomena yang terjadi adalah sikap konsumen masyarakat meniru (imitasi) perilaku Barat. Setidaknya budaya tersebut berimplikasi pada pembentukan pola pikir dan tingkah laku masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Dan juga tidak menuntut kemungkinan bisa mengikis kesadaran budaya lokal secara berlahan-lahan.Sebagai upaya untuk menangkal atau mengadaptasikan budaya tersebut maka sangat tergantung pada mutu dan produk pendidikan sebagai proses penyadaran. Namun ada beberapa parameter untuk mengukur kadar sampai seberapa jauh intensitas keseriusan pemerintah dalam mencerdaskan dan menyadarkanmasyarakat dan bangsa ini. Pendidikan kita nampaknya masih banyak mengandung muatan-muatan filosofis dan fiksi. Apalagi bicara tentang membendung budaya luar yang semakin gila itu.Hal ini bisa kita saksikan bahwa sistem pendidikan kita masih banyak terlibat pada bias-bias atau kepentingan-kepentingan politik, belum bisa mandiri (otonom). Karena itu, sesungguhnya banyak pula korban yang telah dihasilkan oleh pendidikan masa lalu, akibat adanya polarisasi politik yang luar bisa hebatntya.Kondisi pendidikan di negara kita, dinilai banyak pengamat 60% lebih gagal total. Meskipun kuantitas lembaga pendidikan menjamur dimana-mana, tetapi hasilnya sangat tidak maksimal dan memperhatinkan. Inilah fenomena dan kondisi pendidikan nasional yang sangat memerlukan penanganan serius oleh para ahli atau pakar pendidikan secara profesional dan sungguh-sunguh. Sehingga krisis yang berimplikasi pada semua bidang kehidupan secara luas juga ditentukan oleh salah satunya dari krisis mutu pendidikan itu.Beberapa dekade terakhir ini, pendidikan kita banyak diwarnai dengan polarisasi politik. Faktor politiklah yang banyak ikut membentuk dan mempengaruhi sistem pendidikan ini, sehingga tidak bisa berjalan secara baik dan maksimal sebagaimana kita harapkan bersama. Kadang-kadang pendidikan dapat dijadikan sebagai mobilisasi untuk melegalkan serta memperkuat kekuasaaan. Akibatnya, citra pendidikan seperti ini menjadi pudar diterpa badai politik oleh kepentingan orang-orang yang bernafas pendek. Budaya politik yang sangat otoriter dan angkuh itu dapat mematikan sistem pendidikan yang seharusnya dapattumbuh dan berkembang secara cepat dan tepat dan seharusnya pula mampu mengejar ketertinggalan dengan mutu pendidikan luar negeri.Kartono Kartini mengajukan sebuah sistem pendidikan demokrasi sebagai pilihan, baik pilihan sistem pendidikan maupun sistem politik. Dasar argumennya adalah kesadaran berbangsa dan bernegara itu sendiri muncul dalam masyarakat Indonesia. Karena keinginan untuk merdeka dan demokrasilah yangbisa menjamin kemerdekaan tersebut, dan dengan demikian, membawa cita-cita modernisasi.Penjabaran dari sistem pendidikan di atas, merupakan tujuan bersama rakyat, melalui negara antara lain kemerdekaan dan mengembangkan kepribadian melalui pendidikan. Sedangkan tujuan pendidikan itu sendiri adalah membebaskan diri dari berbagai belenggu atau tegasnya membentuk individu yang paripurna dan bertanggung jawab.Di samping itu, pendidikan juga bertujuan untuk menumbuhkan kepribadian yang utuh, memperkaya rohani, melatih berfikir, melatih gelisa untuk bertanya dan mencari jawaban sendiri. Tugas pendidikan sebenarnya mengajak untuk sadar diri dan mengerti serta mampu mempraktekkan dalam kehidupan secara riil. Sayangnya, sejauh yang penulis ketahui, bahwa masih banyak para siswa dan tenaga pendidik yang kurang sadar dan memiliki kepekaan tinggi.Seperti yang dikemukakan oleh Paulo Freire (tokoh yang cenderung kiri) mengemukakan dalam thesisnya mengenai pendidikan kaum tertindas. Beliau mengajukan sebuah metodekonsientinasi(penyadaran). Metode ini sangat baik untuk dijadikan landasan sebagai sistem pendidikan di negara kita. Dengan metode ini diharapkan pendidikan akan memperlihatkan pencerahan dan tumbuhnya bagi sistem pendidikan. Sistem pendidikan yang demikian ini, akan merangsang jiwa untuk sadar diri, berkreasi dan berimajinasi.Paul Freire mengecam pendidikan gaya bank, sebuah model pendidikan yang tidak mendorong tumbuhnya iklim kondusif untuk bisa maju dan tidak pula menghormati kemerdekaan manusia. Melalui model pendidikan tersebut, siswa dibiarkan tidak diberi kesempatan untuk berfikir, bertanya dan berdialog atau tukar pikiran. Mereka harus tunduk dan pasrah kepada guru setiap apa yang disampaikan, tidak diberikan umpan balik sama sekali dan bahkan menghukumnya apabila siswa terlalu vokal dan kreatif sehingga membuatguru resah. Siswa diibaratkan oleh Paulo Freire sebagai celengan atau pundi-pundi yang diisi tampa peduli diserap atau tidak.Sistem pendidikan seperti ini dapat dijumpai di sana-sini pada pendidikan yang ada. Secara kuantitas, lembaga sekolah (pendidikan) memang memadahi, tetapi kondisi dan gaya seperti itu mana mungkin akan melahirkan sebuah generasi yang berkualitas dan memiliki daya saing dengan keluaran pendidikan dari luar negeri. Banyak lembaga sekolah, baik swasta maupun negeri yang hanya mampu menampung siswa untuk belajar, tetapi belum siap membina dan mengelolanya secara profesional. Inilah kendala kinerja pendidikan yang masih semrawut.Fenomena di atas, tidak dapat dielakkan lagi dari pandangan kita. Lalu sebenarnya di manakah jalan keluarnya untuk memecahkan persoalan tersebut? Mantan rektor Universitas Indonesia (UI), Mahar Mardjono, mengemukakan bahwa jika membangun kualitas, maka sarana pendidikan, lingkungan pendidikan, dan sumber daya manusia harus dilengkapi sebaik-baiknya. Selain itu, jumlah pelajar harus dibatasi, supaya perhatian guru bisa konsentrasi kepada anak didik.Di samping itu, tenaga pendidik harusqualifieddan memberi waktunya dengan penuh. Dengan memilih ini, berarti kita akan dapat memberikan pendidikan tersebut bagi sebagian besar orang yang juga membutuhkannya. Tenaga pendidik juga bisa diambil dari mana saja asalkan mempunyai kredibilitas yang memadahi serta dapat dijadikan contoh secara psikologis bagi siswa.Demikain pula fasilitas fisik juga mendukung terhadap kondusifitas proses belajar mengajar. Ini harus diperhatikan oleh pendidikan supaya kenyamanan belajar dan interaksi antara guru dan siswa dapat berlajan maksimal. Fasilitas yang perlu dipenuhi itu, seperti laboratorium, perpustakaan, tempat latihan-latihan olah raga, serta sarana pendukung lainnya.Pendidikan yang baik diibaratkan sebuah aquariumyang di dalamnya terdapat ikan pilihan, sirkulaisi udara yang seteril, makanan yang berkualitas, perawat yang profesional dan seterusnya. Begitu juga pendidikan, semua yang berkaitan dengan kelengkapan pendidikan atau proses belajar mengajar harus dilengkapi supaya kegiatan tersebut dapat berjalan dengan sempurna.Oleh Mujtahid, Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang(sumber : http://www.uin-malang.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1956:membangun-kualitas-pendidikan-di-tengah-era-global&catid=35:artikel-dosen&Itemid=210)