makahal ikhlas dan...

13
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sudah menjadi kewajiban bagi setiap manusia untuk selalu beribadah kepada Allah swt. semua itu dilakukan semata-mata untuk meraih kebaikan baik di dunia maupun di akhirat. Karena itu, manusia perlu berusaha untuk selalu melakukan amal ibadah atau perbuatan secara baik selama di dunia agar amal tersebut dapat menjadi bekal di akhirat kelak. Namun, apakah semua perbuatan baik yang dilakukan oleh manusia selama di dunia akan diterima oleh Allah swt? inilah hal yang perlu diketahui oleh setiap muslim. amalan kebaikan hanya akan diterima oleh Allah swt bila memenuhi dua peryaratan, yaitu ikhlas dan benar sesuai dengan syari’at. Melakukan amal kebaikan secara benar sesuai dengan syari’at bukanlah hal yang sangat sulit karena umat islam telah memiliki cukup pedoman (Al-Quran dan hadist) untuk melaksanakannya. Akan tetapi, melakukan amalan tersebut dengan ikhlas bukanlah perkara mudah. Sebagian besar muslim mengetahui bahwa amalan kebajikan apapun harus dilakukan dengan ikhlas namun tidak semua muslim benar-benar memahami makna keikhlasan, batasan suatu perbuatan dikatakan ikhlas, dan manfaat ikhlas itu sendiri sehingga mereka sering terjebak pada perbuatan yang dianggap telah dilakukan dengan ikhlas padahal mungkin ada motivasi lain yang mendasari perbuatan tersebut yang tidak disadarinya. 1

Upload: abu-abdillah-dzulkarnaen

Post on 19-Jan-2016

4 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

makahal ini adalah dibut untuk memudahkan orang dalam mencari ilmu dan materi tentang ikhlas dan riya. jddjahsdajbdahjsbdsadhakdsadbasdbabdsajbdasbdasbdajbdakjdbakjbasjkbdadbakjda

TRANSCRIPT

Page 1: makahal ikhlas dan riya.kjijijihihjbjbhbhvhvhgvhcgcgcgfgdjgugufgdfsdgfgiuhiyyffdfsfgsfsgfsdfsghfhfhgghj

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sudah menjadi kewajiban bagi setiap manusia untuk selalu beribadah kepada Allah

swt. semua itu dilakukan semata-mata untuk meraih kebaikan baik di dunia maupun di

akhirat. Karena itu, manusia perlu berusaha untuk selalu melakukan amal ibadah atau

perbuatan secara baik selama di dunia agar amal tersebut dapat menjadi bekal di akhirat

kelak.

Namun, apakah semua perbuatan baik yang dilakukan oleh manusia selama di dunia

akan diterima oleh Allah swt? inilah hal yang perlu diketahui oleh setiap muslim. amalan

kebaikan hanya akan diterima oleh Allah swt bila memenuhi  dua peryaratan, yaitu ikhlas

dan benar sesuai dengan syari’at. Melakukan amal kebaikan secara benar sesuai dengan

syari’at bukanlah hal yang sangat sulit karena umat islam telah memiliki cukup pedoman

(Al-Quran dan hadist) untuk melaksanakannya.

Akan tetapi, melakukan amalan tersebut dengan ikhlas bukanlah perkara mudah.

Sebagian besar muslim mengetahui bahwa amalan kebajikan apapun harus dilakukan

dengan ikhlas namun tidak semua muslim benar-benar memahami makna keikhlasan,

batasan suatu perbuatan dikatakan ikhlas, dan manfaat ikhlas itu sendiri sehingga mereka

sering terjebak pada perbuatan yang  dianggap telah dilakukan dengan ikhlas padahal

mungkin ada motivasi lain yang mendasari perbuatan tersebut yang tidak disadarinya.

Ada seorang salaf di zaman dahulu yang selalu pergi menunaikan ibadah haji setiap

tahun dengan cara berjalan kaki. Ini merupakan kebiasaannya. Pada suatu malam ketika ia

tidur, ibunya meminta tolong agar ia mengambilkan segelas air, namun ia merasa agak

berat untuk bangun mengambilkan air. Kemudian ia kembali, ia teringat pada ibadah haji

yang dilakukannya setiap bulan dengan berjalan kaki. Timbul pertanyaan di dalam

hatinya, mengapa selama ini ia mengamalkan ajaran berat itu dengan mudah. Sementara

hanya untuk mengambilkan air untuk ibunya ia merasa berat.

Ia bermuhasabah dan kemudian menemukan bahwa yang mmebuat ia selalu bersemangat

adalah pandangan dan pujan manusia. Sadarlah ia bahwa selama ini amalan kebaikannnya

tersuapi oleh syirik yang lembut. Belum sepenuhnya ikhlas karena Allah. Demikian

sebuah riwayat yang disebutkan dalam kitab lathaiful ma’arif. Ini menjadi gambaran

bahwa keikhlasan begitu berat diraih. Karena itu, makalah ini akan memaparkan secara

1

Page 2: makahal ikhlas dan riya.kjijijihihjbjbhbhvhvhgvhcgcgcgfgdjgugufgdfsdgfgiuhiyyffdfsfgsfsgfsdfsghfhfhgghj

lebih detail mengenai keikhlasan sehingga setiap muslim akan berusaha meluruskan

niatnya dan kembali pada keikhlasan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Psikologi memandang mengenai Riya’ !

2. Bagaimana Psikologi memandang mengenai Ikhlas !

C. Maksud dan Tujuan

1. Untuk mendalami psikologi dalam perspektif islam di bidang Riya’

2. Untuk mendalami psikologi dalam perspektif islam di bidang Ikhlas

2

Page 3: makahal ikhlas dan riya.kjijijihihjbjbhbhvhvhgvhcgcgcgfgdjgugufgdfsdgfgiuhiyyffdfsfgsfsgfsdfsghfhfhgghj

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Riya’

Secara bahasa, Riya’ adalah memperlihatkan suatu amal kebaikan kepada sesama

manusia, adapun secara istilah yaitu: melakukan ibadah dengan niat dalam hati karena

demi manusia, dunia yang dikehendaki dan tidak berniat beribadah kepada Allah SWT.

Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqolani dalam kitabnya Fathul Baari berkata: “Riya’

ialah menampakkan ibadah dengan tujuan dilihat manusia, lalu mereka memuji pelaku

amalan itu”. Imam Al-Ghazali, riya’ adalah mencari kedudukan pada hati manusia

dengan memperlihatkan kepada mereka hal-hal kebaikan. Sementara Imam Habib

Abdullah Haddad pula berpendapat bahwa riya’ adalah menuntut kedudukan atau

meminta dihormati daripada orang ramai dengan amalan yang ditujukan untuk akhirat.

Yazid ibn khalifah meriwayatkan dari imam al- Shadiq bahwa imam berkata : “riya

dalam segala bentuknya adalah syirik. Sesungguhnya orang yang berbuat sesuatu demi

manusia, balasannya ada pada manusia, dan orang yang berbuat demi Allah , balasannya

ada pada Allah”.

Riya adalah menampakkan atau menonjolkan amal-amal saleh, sifat-sifat terpuji, atau

akidah yang kuat demi memperoleh kekaguman dalam hati orang banyak dan

dikenaldiantara mereka sebagai orang baik, mustaqim (orang yang lurus), jujur,dan

alim,bukannya demi niat yang tulus dan benar.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa riya’ adalah melakukan amal kebaikan

bukan karena niat ibadah kepada Allah, melainkan demi manusia dengan cara

memperlihatkan amal kebaikannya kepada orang lain supaya mendapat pujian atau

penghargaan, dengan harapan agar orang lain memberikan penghormatan padanya.

Sebagaimana ulama mengatakan.

الَّن�اِس� ِد� ْص ل�َق� َب�ِة� ْر الَق� اُع� �ْيَق� ِإ ْي�اُء� الْر� َو�“Riya’ adalah melakukan ibadah karena mengharap arah kepada manusia

supaya mendapat keuntungan darinya (pujian dan penghormatan)”

Oleh itu, Syeikh Ahmad Rifa’i berpesan bahwa riya’ merupakan perbuatan

haram dan satu diantara dosa besar yang harus dijauhi serta di tinggalkan supaya

3

Page 4: makahal ikhlas dan riya.kjijijihihjbjbhbhvhvhgvhcgcgcgfgdjgugufgdfsdgfgiuhiyyffdfsfgsfsgfsdfsghfhfhgghj

1. Ciri-ciri riya’ dan dampaknya

selamat dan amalnya manfaat sampai di negeri akhirat.

“Orang yang riya’ dalam beramal memiliki tiga tanda:

a) Malas beramal jika berada seorang diri.

b) Giat beramal jika berada dalam keramaian manusia.

c) Bertambah amalnya jika dipuji orang dan berkurang amalnya jika dicela orang

lain.”

(Mawa’izh as shahabah, Shalih Ahmad al Syami).

2. Dinamika psikologi riya

a) Tanda pertama adalah malas beramal ketika sendirian jauh dari pandangan

manusia.

Kewajiban agama tak tertunaikan dengan baik, apatah lagi perkara-perkara

yang sunnah. Malas bangun malam untuk shalat tahajjud. Padahal di sepertiga

malam terakhir, Allah swt turun ke langit dunia untuk mengabulkan permohonan

hamba-Nya dan memberi ampunan bagi yang meminta kepada-Nya.

Hari-hari teramat sepi dari tilawah al Qur’an. Shalat Dhuha sering

terlewatkan. Lidah pun kering dari do’a dan zikir. Enggan berinfaq jika tidak

diumumkan kepada khalayak ramai. Puasa sunnah dilakukan, jika ada buka puasa

bersama dan seterusnya.

b) Tanda kedua dari riya’ adalah semangat beramal dan beribadah jika

berada dalam keramaian manusia.

Jika kita mengimami shalat bagi masyarakat, kita membaca surat-surat yang

panjang, ruku dan sujudnya pun dibuat sedemikian khusyu’. Tapi jika shalat di

rumah, hanya sekadar menggugurkan kewajiban. Tiada khusyu’ dan tuma’ninah

di sana.Kita terdepan dalam berinfaq untuk kepentingan masjid, jika daftar para

donator diumumkan kepada jama’ah.

Tapi infaq secara rahasia, sangat berat untuk kita lakukan. Ketika berada di

masjid dan dilihat banyak orang, kita sering tilawah al Qur’an dan membaca kitab

hadits dan yang lainnya.Padahal ketika berada di rumah, kita sibuk menyaksikan

4

Page 5: makahal ikhlas dan riya.kjijijihihjbjbhbhvhvhgvhcgcgcgfgdjgugufgdfsdgfgiuhiyyffdfsfgsfsgfsdfsghfhfhgghj

acara sinetron, grand final Indonesian Idol, Silet, seputar Seleb, dan acara-acara

yang mengumbar aurat.

Ketika berada di kerumunan manusia, kita dikenal santun, menjaga

pandangan, berakhlak terpuji dan yang senada dengan itu. Tapi ketika berada di

depan layar internet, mata tak berkedip melihat foto dan video serta cerita-cerita

yang tidak senonoh dan seterusnya. Wal ‘iyadzu billah.

c) Tanda ketiga dari riya’ adalah bertambah amalnya jika dipuji orang dan

berkurang jika dicela orang lain.

Artinya amalan yang kita ukir, orientasinya adalah meraih pujian,

sanjungan dan iming-iming duniawi. Kita mengharap wajah lain selain wajah-

Nya. Mendamba pujian lain selain pujian-Nya. Mengharap balasan lain selain

balasan-Nya. Ketika harapan kita terwujud, banyak yang membicarakan kebaikan

kita.

Tidak sedikit yang memuji keshalihan pribadi kita. Maka pada saat itu

semangat kita beramal dan beribadah memuncak. Namun ketika tiada orang yang

memuji kita. Tidak ada respek dengan amal shalih kita. Yang kita dapatkan justru

celaan, pandangan sinis dan yang senada dengan itu.Maka pada saat itu, kita

lemas dan lunglai. Semangat beramal dan beribadah melemah dan bahkan mati

sama sekali.Itulah tiga tanda amalan yang terwarnai riya’.

Mudah-mudahan kita bisa berbenah dan menghindarkan diri kita secara

optimal dari ketiga-tiganya. Dan sudah saatnya kita tujukan semua amal baik,

ketaatan dan pendakian puncak ubudiyah kita hanya mengharap pahala dan

keridhaan-Nya semata.Walaupun bisa jadi ada yang tidak senang dengan kita.

Walaupun ada yang membenci kita. Walaupun ada yang mencela dan bahkan

memfitnah kita. Karena itu merupakan sunnah kehidupan dan menjadi asam

garam dalam perjalanan menuju Allah swt

B. Pengertian Ikhlas

Ikhlas secara bahasa bermakna bersih, suci. Secara istilah, ikhlas diartikan

sebagai niat yang murni semata-mata mengharap penerimaan dari Tuhan dalam

melakukan suatu perbuatan, tanpa menyekutukan Tuhan dengan yang lain (Qalami,

2003). Makki (2008) menyebutkan lima aspek penting dalam ikhlas, yaitu (1) ikhlas

dalam arti pemurnian agama; (2) ikhlas dalam arti pemurnian agama dari hawa nafsu dan

5

Page 6: makahal ikhlas dan riya.kjijijihihjbjbhbhvhvhgvhcgcgcgfgdjgugufgdfsdgfgiuhiyyffdfsfgsfsgfsdfsghfhfhgghj

perilaku menyimpang; (3) ikhlas dalam arti pemurnian amal dari bermacam-macam

penyakit dan noda yang tersembunyi; (4) ikhlas dalam arti pemurnian ucapan dari kata-

kata yang tidak berguna, kata-kata buruk, dan kata-kata bualan, serta (5) ikhlas dalam arti

pemurnian budi pekerti dengan mengikuti apa yang dikehendaki oleh Tuhan.

Adapun ikhlas menurut istilah: ada beberapa macam pengertian ikhlas menurut

para tokoh Islam yaitu antara lain:

a) Menurut Harun Yahya “Memurnikan perintah Allah tanpa mempertimbangkan

balasan apapun“

b) Menurut Seikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin “Seseorang bermaksud melalui

ibadahnya tersebut untuk mendekatkan diri (Taqorub) kepada Allah dan mendapatkan

keridhoanya”.

c) Ikhlas adalah “Melupakan pandangan manusia dengan selalu memandang kepada

Allah”, Sebagaimana sabda nabi Muhammad Saw “Engkau beribadah kepada Allah

seakan-akan engkau melihatnya dan jika engkau tidak melihatnya maka sesungguhnya

Ia melihatmu“.

1. Ciri-ciri Ikhlas dan dampaknya fungsi psikologi ikhlas

Ada beberapa ciri – ciri ikhlas (Faried, 1993), yaitu :

a) Seseorang yang ikhlas akan merasa senang jika kebaikan terealisasi di tangan

saudaranya, sebagaimana dia juga merasa senang jika terlaksana oleh tangannya.

Orang yang ikhlas akan menyadari kelemahan dan kekurangannya. Karena itu,

mereka senantiasa membangun amal jama’i. Mereka dalam setiap apa yang

dilakukannya adalah untuk meraih ridha Allah swt.

b) Terjaga dari segala yang diharamkan oleh Allah, baik dalam keadaan bersama

manusia atau jauh dari mereka. Disebutkan dalam hadits, “Aku beritahukan bahwa

ada suatu kaum dari umatku datang di hari kiamat dengan kebaikan seperti gunung

tihamah yang putih, tetapi Allah menjadikannya seperti debu-debu yang

beterbangan. Mereka adalah saudara-saudara kamu, dan kulitnya sama dengan

kamu, melakukan ibadah malam seperti kamu. Tujuan yang hendah dicapai orang

yang ikhlas adalah ridha Allah, bukan ridha manusia. Sehingga mereka senantiasa

memperbaiki diri dan terus beramal, baik dalam kondisi sendiri atau ramai, dilihat

orang atau tidak, mendapat pujian atau celaan. Karena mereka yakin Allah dapat

melihat setiap amal baik dan buruk sekecil apapun.

6

Page 7: makahal ikhlas dan riya.kjijijihihjbjbhbhvhvhgvhcgcgcgfgdjgugufgdfsdgfgiuhiyyffdfsfgsfsgfsdfsghfhfhgghj

c) Senantiasa beramal dan bersungguh-sungguh dalam beramal, baik dalam keadaan

sendiri atau bersama orang banyak, baik ada pujian ataupun celaan. Ali bin Abi

Thalib r.a. berkata, “orang yang riya memiliki beberapa ciri; malas jika sendirian

dan rajin jika di hadapan banyak orang. Semakin bergairah dalam beramal jika

dipuji dan semakin brkurang jika dicela.”

Dampak dari ikhlas sendiri adalah di saat ikhlas telah tertanam dalam jiwa ketika

mengamalkan suatu kebajikan, dan ketaatan ini murni hanya dalam rangka mencari

wajah Allah maka akan diperoleh manfaat yang besar. Allah akan memberi ganjaran

yang ekstra besar kepada orang-orang yang ikhlas meskipun bilangannya sedikit.

Ibnul Mubarak, seorang ulama salaf, memberikan petuah tentang hal ini. Beliau

mengatakan, “Betapa banyak amal kecil (sedikit, sederhana) menjadi besar dengan

sebab niatnya (keikhlasannya). Dan betapa banyak amal yang besar (banyak) menjadi

kecil nilainya dengan sebab niat (karena tidak ikhlas).” Manfaat lainnya, seseorang

tidak akan terlepas dan selamat dari setan, kecuali dengan berlaku ikhlas dalam segala

hal. Iblis sendiri telah mengatakan sebagaimana yang tercantum dalam Al-Quran surat

As-Shaad:82-83  Iblis menjawab: “Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan

mereka semuanya, (82) kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis [1] di antara

mereka. (83) dan surat Al-Hijr:39-40 Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau

telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang

baik [perbuatan ma’siat] di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka

semuanya, (39) kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis [3] di antara mereka”.

(40)

7

Page 8: makahal ikhlas dan riya.kjijijihihjbjbhbhvhvhgvhcgcgcgfgdjgugufgdfsdgfgiuhiyyffdfsfgsfsgfsdfsghfhfhgghj

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Riya’ menampakkan ibadah dengan tujuan dilihat manusia, lalu mereka

memuji pelaku amalan itu. Riya juga menampakkan atau menonjolkan amal-amal

saleh, sifat-sifat terpuji, atau akidah yang kuat demi memperoleh kekaguman dalam

hati orang banyak dan dikenaldiantara mereka sebagai orang baik, mustaqim (orang

yang lurus), jujur,dan alim,bukannya demi niat yang tulus dan benar.

Sedangkan ikhlas dalam arti pemurnian budi pekerti dengan mengikuti apa

yang dikehendaki oleh Tuhan

B. Saran

Belajarlah untuk dunia dan akhirat

8

Page 9: makahal ikhlas dan riya.kjijijihihjbjbhbhvhvhgvhcgcgcgfgdjgugufgdfsdgfgiuhiyyffdfsfgsfsgfsdfsghfhfhgghj

DAFTAR PUSTAKA

Faried, Ahmad. 1993. Menyucikan Jiwa Konsep Ulama Salaf. Surabaya: Risalah Gusti

Hasyim, Husaini A. Majid. 1993. Syarah: Riyadhus Shalihin. Surabaya: PT Bina Ilmu

http://yunadha1881.wordpress.com/2012/07/26/ciri-ciri-riya-2/

http://tanbihun.com/tasawwuf/definisi-riya-dan-penjelasannya/#.UxgO24XQP5k

9