majalah sasaraina

52
Dinas Kesehatan Mentawai sudah terjun ke lapangan dan mencari ”Si Gizi Buruk” di setiap rumah warga. Ternyata, kasus gizi buruk masih tinggi. Tim medis selalu membesuk dan membujuk setiap orang tua yang anaknya teridentifikasi gizi buruk untuk dibawa ke setiap puskesmas guna mendapatkan perawatan.

Upload: koni-mentawai

Post on 24-Jul-2016

242 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Edisi Juli 2015

TRANSCRIPT

Page 1: Majalah Sasaraina

Dinas Kesehatan Mentawaisudah terjun ke lapangan

dan mencari ”Si Gizi Buruk”di setiap rumah warga.

Ternyata, kasus gizi burukmasih tinggi. Tim medis selalu

membesuk dan membujuksetiap orang tua yang

anaknya teridentifikasi giziburuk untuk dibawa ke setiap

puskesmas gunamendapatkan perawatan.

Page 2: Majalah Sasaraina

Pelindung:Bupati Kepulauan Mentawai,

Yudas Sabaggalet,Wakil Bupati Kepulauan Mentawai,

Rijel Samaloisa

Penasehat: Sekretaris Daerah: Ifdil Gusti, Asisten I, Martinus D, Dewan Redaksi: Martinus D, Maifrizal, Dul Sumarno,Pemimpin Redaksi: Joni Anwar, Divisi Redaksi: Nurtiana Sanenek, Jasni Efita, Kartani, Ismar Santi, Ayubkhan Sakokoi,Koordinator Liputan: Rahadio Suroso, Redaktur: Iswanto. JA, Reporter: Eri Suprianto, Heri Pamalis, Moerdani.

ALAMAT REDAKSI: Sekretariat Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai, Jalan Raya Tuapeijat Km 5, Sipora Utara. Email:[email protected]

YUDAS: JANGANSUKA CARI MUKA

BIROKRASIHALAMAN 24

ASDP JANJI TETAPKANJADWAL KAPAL

LAPORAN KHUSUSHALAMAN 12

JANDA DISAYANG,NYAWA MELAYANG

HUKUMHALAMAN 26

ANGKA KEMATIANIBU DAN ANAK TINGGI

LAPORAN UTAMAHALAMAN 6

DAFTAR ISI

Teras Berita : .................... 02Redaksi : .................... 03Laporan Utama : .................... 04Laporan Khusus : .................... 12Agenda : .................... 16Iklan : .................... 21Birokrasi : .................... 22Hukum : .................... 26Investasi : .................... 30Kesehatan : .................... 32Energi : .................... 36Pendidikan : .................... 38Budaya : .................... 42Sumbar : .................... 44Nasional : .................... 46Editorial : .................... 48Opini : .................... 49Olahraga : .................... 50Opini : .................... 49Iklan : .................... 51Iptek : .................... 52

SASARAINA Edisi: 07/Juli-201502

TERAS BERITA

Page 3: Majalah Sasaraina

SASARAINAEdisi: 07/Juli-2015 03

REDAKSI

Mencari Pasien dari RumahPROGRAM kesehatan dan pendidikanselalu menjadi salah satu kampanye politikbagi semua kandidat yang akan maju menjadigubernur, bupati, dan walikota. Biasanya,dalam sebuah pidato politik saat kampanye,calon kepala daerah itu menyatakan secaraterbuka, bahwa akan melakukan program ke-sehatan dan pendidikan gratis, jika nantinyaterpilih. Sebab, kita akui, masalah kesehatandan pendidikan merupakan aset kehidupanyang mendasar untuk menunjang masadepan yang labih baik.

Meski Mentawai tidak pernah menjanji-kan kesehatan gratis, namun terealisasi ba-nyak warga yang berobat gratis denganmenggunakan Program Jaminan KesehatanDaerah (Jamkesda) yang anggarannya d-itanggung oleh APBD Provinsi Sumbar danAPBD Kabupaten Kepulauan Mentawai. Halini tentunya pantas kita apresiasi terhadappemerintah yang memang fokus serta ko-mitmen dalam mensejahterakan masyarakat.

Selain itu, soal pendidikan, saat ini jugasudah ratusan anak Mentawai yang mene-rima beasiswa dari Pemerintah Daerah. Ten-tunya, tidak ada lagi alasan atau halanganbagi anak Mentawai untuk meneruskan pen-didikan sampai ke jenjang perguruan tinggi.Membina generasi melalui pendidikan, meru-pakan salah satu langkah yang jitu dalammenuju masa depan yang lebih cerah danbersaing. Maka, bisa dievaluasi dan dilihat

lima tahun Mendatang terhadap perubahanMentawai. Alasannya, ratusan sarjana daribeasiswa itu akan pulang dan membangunkampung halamannya. namun perlu dicatat,jika lima tahun Mentawai tidak ada peru-bahan ketika para sarjana beasiswa itu sudahpulang, maka hal ini perlu dievaluasi terha-dap program beasiswa itu sendiri.

Kembali pada masalah kesehatan, saatini Pemerintah Kabupaten Kepulauan Men-tawai sedang gencar meningkatkan pelaya-nan. Meski Kepulauan Mentawai saling ter-pisah, bukan berarti menjadi halangan dalammeningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.Dinas Kesehatan pun ambil langkah strate-gis. Merekrut ratusan bidan dan diikat da-lam sebuah kontrak kerja untuk disebar keseluruh pelosok dusun yang ada di BumiSikerei. Tentunya, ratusan bidan dan pera-wat yang menyebar itu akan memberikanpelayanan kepada masyarakat, sampai kedaerah terpencil dan terisolir.

Indikasinya, Pemerintah Kabupaten Ke-pulauan Mentawai, melalaui Dinas Keseha-tan akan melayani sampai rumah masyarakat.hal ini bisa kita lihat, bahwa ketika para timmedis itu turun ke lapangan, ternyata banyakditemukan berbagai bentuk kasus keseha-tan. Terbukti, angka kematian ibu dan anakdalam proses melahirkan masih tinggi. Selainitu, kasus gizi buruk juga tinggi.

Kedua kasus itu ditemukan, ketika tim

medis dari Dinas Kesehatan melakukan kun-jungan dari pintu ke pintu rumah warga un-tuk melakukan pemantauan dan pelayanansecara dekat. Sebuah gebrakan yang patutdiapresiasi dalam meningkatkan kualitas pe-layanan kesehatan. Sebab dengan cara se-perti itu, maka sudah pasti terlihat, bahwapemerintah itu ada dan lebih dekat kepadamasyarakat.

Meski Mentawai baru memiliki satu unitrumah sakit, namun setidaknya, dengan ada-nya gerakan turun ke lapangan tersebut, ma-sayarakat dapat tertolong dengan cepat, daripada hanya menunggu di puskesmas, pustu,atau polindes. Sifat menunggu inilah yangselama ini memberi kesan, bahwa pemerintahitu jauh, bahkan lebih sentimen lagi, peme-rintah tidak hadir.

Proses pelayanan dengan menjemputatau mencari pasien sampai ke dalam rumah,merupakan salah satu langkah nyata Peme-rintah Kepulauan Mentawai dalam mewu-judkan masyarakat sehat dan sejahtera. Se-bagian akses jalan yang masih sulit dijang-kau, namun perjuangan para tim medis patutdiapresiasi. Sebab jika dianalisa, tim medislebih mengutamakan naluri kemanusiaan daripada hanya sekadar mendapatkan pekerjaanatau mencari uang belaka. Tentunya, gerakanturun ke lapangan mencari pasien ini perludicontoh oleh daerah lain di Sumbar yangsudah maju dan berkembang. (*)

Salam Redaksi

Page 4: Majalah Sasaraina

KASUSGIZIBURUKTINGGI

KASUS gizi buruk masih menjadi masalahdi Kabupaten Kepulauan Mentawai. Bah-kan, angka gizi buruk dinilai masih relatiftinggi, sehingga Dinas Kesehatan Kabupa-ten Kepulauan Mentawai bekerja lebihekstra dalam memberantas gizi buruk yangselalu disandang balita di Bumi Sikerei.

Kepala Dinas Kesehatan KabupatenKepulauan Mentawai Lahmuddin Siregarmenjelaskan, kasus gizi buruk di Mentawai

jika dinilai dari kaca mata Provinsi SumateraBarat masih tinggi di banding daerah lain-nya. Masalah gizi buruk di Mentawai padadasarnya sudah lama terjadi. Meski demi-kian, bukan berarti pihak Dinas Kesehatantidak melakukan aksi atau memberikan pe-layanan dalam penanganan gizi buruk yangmasih terjadi di Bumi Sikerei.

”Gizi buruk di Mentawai memang masihtinggi. Dan sampai saat ini juga masih ter-jadi dan ditemukan oleh pihak kami. Sejauhini, jajaran Dinas Kesehatan Mentawai su-dah melakukan upaya penyuluhan danpencegahannya. Kita sudah berbuat, danpasti akan ada hasil dari kinerja ekstra DinasKesehatan dalam menangani kasus gizi bu-ruk di Mentawai," optimisnya.

Menurut Lahmuddin Siregar, faktor uta-ma gizi buruk yang terjadi di Mentawai aki-bat pola asuh yang dinilainya salah. Ma-syarakat Mentawai yang berada di pelo-sok desa dan dusun, umumnya bertani danmenghabiskan waktunya di ladang. Kemu-

dian anaknya yang rata-rata masih balitaitu di tinggal di rumahnya, dan diasuh olehkakaknya. Pengasuhnya sendiri juga masihanak-anak, sehingga hanya mampu menja-ga dan mengajak bermain adiknya.

”Sebagian orang tuanya kan mengha-biskan waktunya di ladang. Jadi anaknyayang kecil itu diasuh sama adiknya, yangumurnya juga masih anak-anak. Kalau adik-nya umur tiga tahun, dan diasuh kakaknyayang berusia enam tahun, tentu hanyasekadar mengajak bermain saja. Faktor iniyang sering terjadi dan berakibat padaterjadinya gizi buruk,” jelasnya.

Ketika seorang anak berusia enam ta-hun mengasuh adiknya yang berusia tigatahun, maka sangat memungkinkan makan-nya pun tidak diperhatikan. Selain itu, ke-bersihannya juga dipastikan tidak terjaga.Dari sisi ini, jika terjadi sampai enam bulanlamanya, sudah pasti akan berdampak giziburuk bagi balita di Mentawai.

”Memang kalau usia kakaknya enam

”Kita sendiri tahu masihtingginya gizi buruk di Mentawaikarena memang langsungjemput bola ke masyarakat.Dan itu berhasil menemukanbeberapa anak yangkondisinya sudah kurus”

Page 5: Majalah Sasaraina

UTAMA

SASARAINAEdisi: 07/Juli-2015 05

tahun, sudah bisa memberi atau mengambilmakan adiknya. Terus, kakaknya yangenam tahun itu sudah bisa menjaga keber-sihan adiknya. Bisa dipastikan saja, kakak-nya sendiri tidak mampu merawat dirinyasendiri. Sebab usia kakaknya masih enamtahun, tahu apa usia anak enam tahun un-tuk menjaga adiknya,” tegas Lahmuddin.

Sejauh ini, Dinas Kesehatan, sudahbergerak sampai ke pelosok desa dan du-sun untuk mencari setiap anak yang ber-potensi menyandang status gizi buruk.Bahkan, melalui gerakan langsung turunke lapangan ini, tim medis dari Dinas Kese-hatan menemukan sejumlah anak yangberpotensi sampai menyandang status giziburuk. ”Kita sendiri tahu masih tingginyagizi buruk di Mentawai karena memanglangsung jemput bola ke masyarakat. Danitu berhasil menemukan beberapa anakyang kondisinya sudah kurus,” katanya.

Sebagai bentuk aksi penyelamatan,lanjut Lahmuddin, ketika pihaknya mene-

mukan anak yang berstatus gizi buruk, lang-sung dibawa ke Puskesmas untuk menda-patkan perawatan. Tentunya, pihak DinasKesehatan memberikan arahan dan pe-ngertian kepada setiap orang tua yanganaknya akan dirawat guna memulihkankesehatannya.

”Begitu kita menemukan, langsung kitamemberikan pengertian kepada orangtuanya. Bahwa anaknya akan dibawa pihakpuskesmas untuk dirawat dan pulihkan ke-sehatannya. Kalau main ambil saja, tentukita bisa dibilang mencuri anak orang. Se-mua harus ada izin orang tuanya, dan se-jauh ini orang tuanya sadar dan rela anak-nya dibawa untuk ditingkatkan keseha-tannya,” tegasnya.

Rata-rata, kata, Lahmuddin, cukup duabulan, sudah ada perubahan yang signifi-kan kepada anak yang menyandang sta-tus gizi buruk selama di rawat di Puskes-mas. Sebab selama dua bulan itu pihak pus-kesmas terus memberikan asupan gizi yang

cukup, sehingga perkembangan kesehatananak tampak lebih cepat. ”Bahkan kadanganak tiga minggu sudah nampak jelasperubahan. Badannya mulai berdaging danbersih. Diajak bermain pun nampak bergai-rah dan membahagiakan,” ujarnya.

Lahmuddin mengharapkan, kepada se-mua masyarakat yang melihat anak-anakberpotensi gizi buruk agar cepat membe-ritahukan kepada pihak puskesmas dantenaga kesehatan terdekat. Melalui infor-masi masyarakat Mentawai itu, pihak DinasKesehatan bisa bertindak lebih cepat un-tuk memberikan pelayanan dalam penanga-nan anak yang menyandang gizi buruk.

”Jelasnya, faktor utama gizi buruk bagianak Mentawai akibat pola asuh yang salahdari orang tuanya. Bukan karena tidak bisamakan enak. Jangan ditanya, justru wargaMentawai kalau hanya makan dengan laukkepiting, ikan krapu, kakap, bahkan lopster,sangat mudah untuk mendapatkannya,”ujarnya. (isw)

Page 6: Majalah Sasaraina

SASARAINA Edisi: 07/Juli-201506

40 BALITA KURANGGIZI, 4 GIZI BURUK

ANAK penderita gizi buruk di wilayah kerjaPuskesmas Betaet yang mencakup sembilandusun di Desa Simalegi dan 13 Dusun di Desa

Simatalu, Kecamatan Siberut Barat, Kabupaten Kepu-lauan Mentawai, tergolong tinggi. Data yang dihimpundari Puskesmas melalui kader-kader Posyandu yangberada di seluruh wilayah kerja Puskesmas Betaet,terdapat 40 balita mengalami kurang gizi dan 4 gizi buruk.

Salah seorang staf Puskesmas Betaet, WinnerDumora Damanik (22), kepada Sasaraina di ruangkerjanya mengatakan, bahwa dalam tahun ini, jumlahbayi penderita gizi buruk belum mengalami penurunan.

”Beberapa tahun terakhir ini, hingga memasukipertengahan 2015, belum ada perubahan jumlah anakpenderita gizi buruk,” ungkap Winner.

Namun, lanjut Winner, petugas kesehatan baik yangberada di Puskesmas Betaet maupun di polindes-polindes, terus melakukan upaya penanganan sertapemberian bantuan makanan pelengkap, seperti MPASI, bubur, dan susu bubuk.

Selain itu kegiatan posyandu juga tetap aktif sesuaiagenda kerja yang sudah ditetapkan. Petugas kese-hatan bekerja sama dengan kader-kader posyandu disetiap dusun tetap rutin melakukan penimbangan bayidan balita setiap akhir bulan.

Menurut Winner, penyebab adanya bayi gizi burukdi wilayah kerja tersebut, disebabkan oleh banyak fak-tor yang dilatarbelakangi dengan kondisi ekonomimasyarakat dan keluarga secara khusus yang tidakmemadai.

Salah seorang perawat di Pustu Simalegi TengahBarat Maidonna Pasaribu (34), menjelaskan, akses jalanantar desa maupun dusun yang belum ada, juga menjadi

kendala serius bagi keluarga pasien untuk melakukantindakan. Misalnya, membawa anak mereka kePuskesmas Betaet untuk mendapatkan penangananlebih lanjut oleh medis. ”Ada satu keluarga yang kamisarankan membawa anaknya ke Puskesmas Betaetuntuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Namunmereka menolak,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Puskesmas Betaet, ElbetZamris, mengatakan, bahwa dari sekian kasus bayi giziburuk yang terdapat di beberapa dusun, seperti DusunTengah, Dusun Muntei, dan Dusun Limu, penyebabyang lebih menonjol ditemukan adalah karena kelalaianorang tua.

”Kami sering turun lapangan untuk meninjaukondisi dan perkembangan anak-anak yang sedangbermasalah gizi. Namun terkadang ada bayi yang tidakkami temukan di tempat karena dibawa orang tuanyake ladang,” kata Elbet.

Kelalaian orang tua yang dimaksud Elbet tersebut,kurang menjaga aktifitas balita maupun bayi. Selain ituorang tua juga sering lepas kontrol waktu makan danminum, termasuk seleksi dan pengolahan makananyang diberikan kepada bayi.

Menurut Elbet, memberi makan dan minum bayi sajatidak cukup. Sudah jelas kekuatan pencernaan dankebutuhan gizi bayi dan balita tidak sama dengan or-ang dewasa. Terkadang orang tua tidak mengontrolmakanan maupun minuman yang diberikan terhadapbayi maupun balita.

”Keladi dan pisang juga merupakan makanan yangmengandung gizi setara dengan makanan lainnyaseperti nasi. Tetapi jika makanan itu langsung diberikankepada anak tanpa dihaluskan atau ditumbuk, jelaslahtidak akan bermanfaat apa-apa bagi si anak. Malahanakan berdampak buruk pada pencernaannya,” ucapElbet.

Terkait kasus gizi buruk tersebut, Elbet optimis,bahwa beberapa tahun ke depan jumlah bayi gizi burukdi wilayah kerjanya akan mengalami penurunan.”Beberapa bulan yang lalu, tim gizi dari Kabupatensudah turun langsung ke lapangan untuk meninjaukondisi bayi gizi buruk. Bulan depan saya akan lan-jutkan peninjauan untuk memastikan perkembangannya,” tegas Elbet.

Sementara itu, salah satu keluarga bayi gizi burukdi Dusun Tengah Barat, saat wartawan Sasaraina ber-kunjung bersama dengan beberapa bidan yang ber-tugas di Pustu setempat, mengaku bahwa adanya bayigizi buruk dalam keluarganya disebabkan oleh kelalaianorang tua.

”Cucu saya memang kurang mendapat perhatiandari ibunya. Apa lagi bapaknya jarang berada di rumahkarena harus rutin berladang demi kebutuhan keluar-ga,” ucap Dya, yang merawat cucunya, Rikam, selamahampir setahun. (mrd)

”Kami sering turunlapangan untuk meninjaukondisi dan perkembangananak-anak yang sedangbermasalah gizi. Namunterkadang ada bayi yangtidak kami temukan ditempat karena dibawaorang tuanya ke ladang”

Page 7: Majalah Sasaraina

UTAMA

Page 8: Majalah Sasaraina

KEMATIANIBU DAN ANAKTINGGI

Page 9: Majalah Sasaraina

UTAMA

SASARAINAEdisi: 07/Juli-2015 09

Kalau sudah tidakpernah memeriksakan

kandungannya,bagaimana kita bisamengetahui potensimasalah yang akan

dihadapi pasien ketikaakan melahirkan. Lebih

miris lagi, merekaterlambat ditolong untuk

mendapatkanpenanganan medis.

Padahal untuk saat ini,kita (dinas kesehatan)

sudah menyebar bidandan perawat sampai ke

pelosok desa dan dusun

ANGKA kematian ibu dan anak dalamproses melahirkan di KabupatenKepulauan Mentawai masih ter-

golong tinggi. Namun Pemerintah Kabu-paten Kepulauan Mentawai terus mela-kukan berbagai upaya untuk meburangitingginya angka kematian ibu dan anakdalam melahirkan.

Kepala Dinas Kesehatan KabupatenKepulauan Mentawai, Lahmuddin Siregarmenjelaskan, tingginya angka kematian ibudan anak saat melahirkan diakibatkan be-berapa faktor. Sebagaimana catatan dariDinas Kesehatan Kabupaten KepulauanMentawai, yang menjadi permasahalanmasih tingginya angka kematian ibu dananak saat melahirkan di antaranya, masihbanyaknya terjadinya perkawinan dini(usia muda) di Bumi Sikerei.

"Pertama memang masih banyak per-nikahan dini yang terjadi di Bumi Sikerei.Usia pernikahan di bawah umur dalamtinjauan kesehatan memang memiliki risikoyang tinggi saat melahirkan. Di sampingkesiapan mental yang belum mapan, jugakantong rahim yang masih terlalu mudauntuk hamil," katanya.

Kedua, lanjut Lahmuddin, usia seorangibu juga sudah tua. Di samping itu, masihbanyak kaum ibu di Mentawai yang tidakmemeriksakan kandungannya. Akibatnyatidak pernah memeriksakan kehamilan, ma-

ka tidak bisa terdeteksi potensimasalah dalam kandungan ketika

akan menghadapi prosespersalinan.

"Kalau sudah tidakpernah memeriksakankandungannya, bagai-mana kita bisa me-ngetahui potensi masa-lah yang akan dihadapipasien ketika akanmelahirkan. Lebih mirislagi, mereka terlambat di-tolong untuk mendapat-kan penanganan medis.

Padahal untuk saat ini, kita(dinas kesehatan) sudah me-

nyebar bidan dan perawat sam-pai ke pelosok desa dan dusun,"

jelasnya.Meski pihak Dinas Kesehatan

sudah menyebar tim medisnya sampaike pelosok desa, namun tingkat kesa-

daran warga masih minim untuk melahirkandi putus, polindes, puskesmas. Padahal,untuk tim medis 24 jam siap melayanimasyarakat. Faktor masih enggannya bagikaum ibu di Mentawai untuk melahirkandengan bantuan tim medis, karena masihpercaya untuk melahirkan melalui dukunberanak. Selain itu, sebagian kaum ibu diMentawai masih menyembunyikan keber-adaannya hamil. Sebab masih ada seba-gian warga masih tabu mengaku hamil,meskipun hamil dengan suaminya sendiri.

"Memang sebagian warga masihpercaya melahirkan dengan dukun. Selainitu, masih tabu mengaku hamil bagi seba-gian kaum ibu di Mentawai. Padahal me-reka hamil dengan suaminya sendiri. Nah,inilah yang menjadi rentetan faktor masihtingginya angka kematian ibu dan anaksaat proses melahirkan di Mentawai.

Untuk menggenjot angka kematian ibudan anak dalam proses melahirkan darirentetan masalah tersebut, pihak DinasKesehatan Mentawai sudah melakukankerja sama dengan dukun, serta melakukanpenyuluhan dan sosialisasi (kampanye)terhadap seluruh masyarakat Mentawai.Semua ini dilakukan untuk meningkatkan

kesadaran bagi masyarakat Mentawai,khususnya bagi kaum ibu yang hamil agarmau memeriksakan kehamilan di tempatpustu, polindes, dan puskesmas terdekat.

"Di Dusun Pei-Pei, Kecamatan SiberutBarat Daya, kita sudah bekerja samadengan semua dukun beranak. Ketikawarga akan melahirkan melalui dukunberanak, maka dukun beranak itu sendirilangsung menyerahkan kepada bidan ter-dekat. Nah, dalam hal ini, dukun juga ikutserta mendampingi proses persalinan. Ar-tinya, dukun tersebut juga menjadi salahsatu bagian kader kesehatan. Bahkan, kitajuga memberikan imbalan bagi dukun ber-anak yang bersedia menyerahkan pasien-nya kepada para bidan desa," tegasnya.

Disebutkannya, sampai saat ini, semuabidan desa sudah menjalin kerja sama de-ngan semua dukun beranak yang ada diMentawai. Dalam hal ini, bukan berarti du-kun beranak tidak memiliki kapasitas da-lam membantu proses persalinan, dikha-watirkan pasien melahirkan tersebut meng-alami masalah. Sebab dari awal mengan-dung sampai proses persalinan tidak per-nah diperisa oleh tim medis.

"Kalau dari awal hamil sampai akanmelahirkan tidak pernah memeriksakandiri, bagaiman bisa terdeteksi adanya po-tensi masalah. Dikhawatirkan, warga ter-sebut melahirkan melalui dukun dengankondisi bayi di dalam rahim sungsang (kepala bayi ke atas atau samping). Dalamhal ini tentunya kan sangat membutuhkanpertolongan medis secara operasi. Nah disinilah sering terjadi terlambat mendapat-kan pertolongan," jelasnya.

Jika dari awal warga yang hamil meme-riksakan pada tim medis, tentunya bisadiketahui ada atau tidak potensi masalahdalam persalinan nantinya. Jika terdeteksi,maka masih ada waktu dan proses untukmerujuk pasien dibawa ke rumah sakit un-tuk dioperasi. Namun jika tidak terdeteksiakibat tidak pernah memeriksanakankehamilan, maka risiko yang dihadapi akantinggi, khususnya kematian ibu dan anak.

"Jujur saja dan tegas saya katakan, bi-dan kita sudah menyebar sampai ke pelo-sok dusun. Bahkan, jika ada rumah wargayang kosong, kita jadikan tempat pela-yanan medis. Jadi untuk saat ini memangbelum memikirkan untuk membangun tem-pat pelayanan kesehatan yang represen-tatif, tapi kerja keras dan memanfaatkansemua tempat yang ada," tegasnya.

Lahmuddin menegaskan, untuk memi-nimalisir angka kematian ibu dan anak,kuncinya harus memerikasakan kehamilan-nya minimal empat kali. Melalui pemerik-saan tersebut, tentu ada analisa untuk per-siapan melahirkan. "Saya himbau agar war-ga meningkatkan kesadaran dalam meme-rikan kehamilannya. Sebab ini untuk men-cegah terjadinya kasus meninggalkan ibudan anak saat melahirkan," harapnya. (isw)

LAHMUDDIN SIREGAR

Page 10: Majalah Sasaraina

MENTAWAITAMBAHRUMAH SAKITBANYAKNYA persoalan kesehatan yangdialami Pemerintah kabupaten KepulauanMentawai menjadi pemikiran semua pihak.Kondisi Mentawai yang berpulau-pulau ten-tunya tidak bisa disamakan dengan daerahlain. Salah satunya, pelayanan medis tingkatlanjut yang membutuhkan sentuhan rumahsakit. Sebab untuk saat ini, Mentawai hanyamemiliki satu rumah sakit yang berada di Tua-peijat, sebagai bukota Kabupaten. Sedangkanyang harus dilayani adalah masyarakat antarpulau dengan jarak tempuh dua sampai tigajam, itu pun dalam kondisi cuaca laut normaltanpa badai.

Untuk meningkatkan pelayanan keseha-tan terhadap masyarakat, akhirnya Mentawaimendapat bantuan Rumah Sakit Pratama dariKementerian Kesehatan. Rumah Sakit Pra-tama tersebut akan dibangun di Mentawai gu-na mendukung pelayanan yang maksimal.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Ke-pulauan Mentawai, Lahmuddin Siregar men-jelaskan, alasan dasar Pemerintah KabupatenKepulauan Mentawai mendapatkan bantuanRumah Sakit Pratama dari Kementerian Kese-hatan karena melihat kondisi dan masalahkesehatan yang ada di Bumi Sikerei itu sendiri.Kondisi Mentawai yang berpulau-pulautersebut dinilai memang tidak ideal denganmemiliki satu rumah sakit.

“Untuk di tingkat kecamatan, selain SiporaUtara, itu kan pelayanan melalui puskesmas.Namun sejauh ini puskesmas kan tidak bisamelakukan tindakan operasi. Maka perlu di-butuhkan Rumah Sakit Pratama,” jelasnya.

Menurut Lahmuddin, Rumah Sakit Pra-tama tersebut bisa melakukan tindakan ope-rasi. Sebab Rumah Sakit Pratama nantinyaakan ada dokter sebanyak empat orang. De-ngan adanya tim dokter tersebut, tentunyaakan bertambah kemampuan dalam mening-katkan pelayanan, khususnya tindakanoperasi.

“Kalau selama ini di kecamatan pihakpuskesmas tidak bisa melakukan operasi. Jadiharus di rujuk di Rumah Sakit Umum Daerah(RSUD) Tuapeijat atau di Kota Padang. Hadir-nya Rumah Sakit Pratama inim tentunya akanlebih meningkatkan pelayanan kesehatan,khususnya tindakan operasi,” katanya.

Lahmuddin menjelaskan, Rumah SakitPratama tersebut typenya di bawah RSUD,namun di atas puskesmas. Jadi sudah masukType D, dan bisa melakukan tindakan operasi.Sebab fasilitas Rumah Sakit Pratama tersebutsudah ada fasilitas alat penunjang operasi.

Dalam perencanaannya, Mentawai men-dapatkan dua unit pembangunan Rumah SakitPratama. Dari dua unit Rumah Sakit Pratamatersebut, akan dibangun di Siberut Selatandan Sikakap. Alasannya, agar semua pulaubesar yang ada di Mentawai memilikirumah sakit dengan tindakan medislanjutan (operasi). Begitu juga de-ngan di Sikakap, masyarakat PagaiSelatan dan Pagai Utara lebih de-kat dalam mendapatkan pelaya-nan rumah sakit, khususnya pasienyang membutuhkan operasi.

“Selama ini semua warga Mentawai untukmendapatkan layanan medis tingkat lanjut ha-rus datang ke Tuapeijat dengan rentang per-jalanan antar pulau bisa berjam-jam. Jadi war-ga Siberut, Pagai Selatan, dan Pagai Utara cu-kup di pulaunya masing-masing. Apalagi se-bagian besar saat ini akses jalan darat sudahmulai terbuka. Jadi perjalanan mendapatkanlayanan kesehatan pun semakin dekat,”katanya.

Ditegaskan Lahmuddin, dua unit pemba-ngunan Rumah Sakit Pratama itu anggarannyabersumber dari APBN. Sebab pembangunandua unit Rumah Sakit Pratama itu memangmutlak bantuan Kementerian Kesehatan. “Se-mua anggarannya dari APBN. Jadi kita hanyamenyiapkan tanahnya saja,” tegasnya. (isw)

Page 11: Majalah Sasaraina

SASARAINAEdisi: 07/Juli-2015 11

UTAMA

Page 12: Majalah Sasaraina

RUMAH TUNGGUMENANTI SI KECIL

Page 13: Majalah Sasaraina

SASARAINAEdisi: 07/Juli-2015 13

UTAMA

LETAK geografis Bumi Si-kerei yang berpulau-pulau

menyita pikiran dan energiuntuk mencari solusi da-lam mewujudkan pela-yanan yang prima bagimasyarakatnya. Salah

satunya, layanan ke-sehatan yang kiniterus dioptimalkan

Pemerintah KabupatenKepulauan Mentawai

agar lebih dekat dengan ma-syarakatnya.

Kepala Dinas KabupatenKepulauan Mentawai, Lah-muddin Siregar, menyatakan,

hingga saat ini, pihaknya sudahmenyebar selutuh tenaga medis,

baik bidan maupun perawat sampaikepelosok desa terpencil. Tujuannya su-

dah jelas, memberikan pelayanan yang le-bih dekat dengan masyarakat.

”Dengan semakin dekatnya pelayanankesehatan kepada masyarakat, merupakanperwujudan bahwa pemerintah itu hadirdan ada dalam setiap waktu untuk membe-rikan pelayanan terhadap masyarakatnya,”jelasnya kepada Sasaraina.

Meski pelayanan kesehatan sudahsampai ke pelosok desa dan dusun, namundalam kasus melahirkan, masyarakat ma-sih lebih memilih untuk melahirkan ke KotaPadang. Ada khawatiran dari masyarakat,bahwa melahirkan di Bumi Sikerei masihdalam pertimbangan karena keselamatandalam persalinan. Akibatnya, tidak sedikitmasyarakat Mentawai ketika hamil delapanbulan sudah tinggal di Kota Padang untuk

menunggu kedatangan sang bayi.Menurut Lahmuddin, soal melahirkan

ke Kota Padang itu sudah menjadi pilihanmasing-masing masyarakat. Namun harusdigaris bawahi, bahwa dengan melahirkandi Kota Padang, bukan berarti layanan ke-sehatan di Mentawai tidak terjamin atautidak mampu menyelamatkan persalinanbagi seorang ibu dan anaknya.

”Kalau melahirkan di Kota Padang, itulebih dari sikap individu dan pilihan ma-sing-masing. Mau melahirkan di Singapurajuga nggak masalah kan, sebab itu pilihanmasing-masing orang. Tapi pilihan itu ja-ngan dijadikan landasan bahwa melahirkandi Mentawai tidak terjamin,” tegasnya.

Menurut Lahmuddin, masih terjadinyakasus meninggalnya ibu dan anak saat pro-ses persalinan bukan berarti tidak men-dapatkan pertolongan atau fasilitas kese-hatan di Mentawai yang tidak maksimalserta diragukan. Melainkan ada beberapafaktor lain penyebabnya.

”Begini ceritanya. Kasus itu terjadikarena seorang ibu tidak pernah memerik-sakan kandungannya. Jadi ketika mau mela-hirkan, maka membutuhkan penangananmedis sepeti operasi. nah ini kan kasus diluar persiapan dan prediksi. Mujur kalau ma-syarakat Tuapeijat yang dekat dengan Ru-mah Sakit Umum Daerah. Kalau terjadinyadi Sikakap dan yang ada hanya puskesmas,bagaimana bisa di operasi. Tentu harus dibawa ke RSUD Tuapeijat dengan perjalananwaktu hampir tiga jam. Lama perjalanan initentunya juga membawa risiko bagi ibu yangkondisinya membutuhkan pertolongandengan waktu relatif singkat,” tegasnya.

Seharusnya, tegas Lahmuddin, bagimasyarakat yang sudah hamil agar rajin me-meriksakan kandungannya ke puskesmas,polindes, dan pustu yang ada. Dengan ru-tinitas pemeriksaan kehamilan itu, maka pi-hak tim medis bisa melakukan analisa danpersiapan khusus ketika ada keganjilan da-

lam kehamilan. Ketika diketahui adanya ke-ganjilan, maka sebelum melahirkan, pihakdinas kesehatan melakukan tindakan lan-jut, seperti merujuk ke RSUD Tuapeijat.

”Kalau sudah terdeteksi bayinya de-ngan kondisi sungsang (kepala di atas ataumiring ke samping) atau kerentanan lain-nya, maka kita juga melakukan tindakanyang lebih serius. Misalnya, sebelum mela-hirkan langsung di bawa ke RSUD Tuapei-jat Mentawai. Jadi ketika memang harusdioperasi, penanganannya pun cepat,”ujarnya.

Untuk meningkatkan layanan keseha-tan yang maksimal dan prima bagi kaumibu yang akan melahirkan, Dinas Keseha-tan kini sudah merencanakan untuk mem-bangun Rumah Tunggu. Konsep RumahTunggu tersebut, bagi ibu yang akan me-lahirkan dan tinggal di pelosok desa, makaakan diinapkan di Rumah Tunggu tersebut.

”Misalnya, ketika dianalisa dua minggulagi akan melahirkan, maka sang ibu tadidiinapkan di Rumah Tunggu. Tentunya se-lama tinggal di Rumah Tunggu itu selaludi dampingi tim medis. Sebab semua RumahTunggu memang ada tim medisnya untukselalu mengkontrol calon pasien mela-hirkan,” katanya.

Targetnya, Rumah Tunggu itu akan di-bangun di Matobe, Sipora Utara dan Sika-kap. Namun ke depannya, semua kecama-tan akan dibangun Rumah Tunggu demimeminimalisir lonjakan angka kematian ibudan anak saat proses persalinan.

”Tahun 2015 ini akan dibangun dua Ru-mah Tunggu, yaitu di Matobe dan Sika-kap. Targetnya tahun 2016, semua keca-matan yang ada di Mentawai akan diba-ngun Rumah Tunggu. Tujuannya akan me-maksimalkan pelayanan kesehatan, khu-susnya bagi ibu yang akan melahirkan. Kitaharus hadir dan dekat dengan masyarakatdalam setiap pelayanan kesehatan, itu mi-sinya,” optimisnya. (isw)

Spesial MenjagaIbu Melahirkan

Page 14: Majalah Sasaraina

FOTO : Iswanto. JA

ASDP Janji TetapkanJADWAL KAPAL MUDIK

Puncak penumpang arus mudik diliburlebaran tahun ini di Kabupaten KepulauanMentawai, ternyata lebih cepat dari yangdipekirakan. Jika dibandingkan dengan apayang diprediksikan oleh banyak masyara-kat yakni terjadi pada 13 Juli 2015. Hal ituterlihat dari membludaknya penumpangkapal KMP Ambu-Ambu milik PT. ASDPyang akan berangkat menuju Padang daripelabuhan Tuapejat yang begitu padat.

Hal tersebut ditengarahi karena minim-nya informasi jadwal keberangkatan kapalyang diperoleh setiap calon pemudik dariPT. ASDP dan Pemerintah Mentawai. Bah-kan sebagian pemudik mengaku, takuttidak adanya kapal yang datang ke Men-tawai lagi menjelang lebaran.

Salah seorang calon penumpangDelfino (45) mengatakan, informasi menge-nai kedatangan dan keberangkatan kapalke Padang masih belum jelas. ”Informasidan keakuratan jadwal kapal masih banyakyang simpangsiur. Makanya, saya memilihlebih dulu berangkat ke Padang, agar ter-hindar dari ketertinggalan kapal,” jujurnya.

Pantauan Sasaraina di atas kapalAmbu-Ambu, Sabtu (11/7) siang, selain pe-numpang membludak, juga terlihat kenda-raan roda dua dan roda empat yang mema-dati hingga ke pintu randor masuk kapalyang membuat penumpang terhambat naik.

Penumpang lainnya, Deri (27), mengakutidak bisa membawa kendaraannya karenakondisi pintu pagar kendaraan yang telahtertutup lebih cepat dari biasanya. Dia me-ngaku, terpaksa meninggalkan kendaraan-nya karena kondisi kapal yang penuh dantidak bisa lewat sedikitpun ke atas kapal.

Bahkan, pada siang harinya, sekitar pu-kul 13.00 Wib, pihak ASDP juga telah mem-

berlakukan penutupan pagar kapal, agarkendaraan tidak lagi bisa masuk ke ataskapal karena penumpang telah membludak.

Menurut informasi yang disampaikanKepala Bidang Komunikasi dan InformasiDishub Kepulauan Mentawai, sempat ter-jadi adu mulut antara calon penumpangyang membawa kendaraan dengan aparatkeamanan. Namun setelah diberi penger-tian, akhirnya calon penumpang kapal pundapat memakluminya dan meninggalkankendaraannya di Pelabuhan Tuapeijat.

Selain kondisi calon pemudik dan ken-daraan yang membludak, banyak penum-pang yang tidak mendapatkan matras atautempat tidur di atas kapal. Rina, (40), salahseorang calon penumpang yang akan be-rangkat hari itu, mengaku tidak lagi men-dapatkan matras karena sudah habis terjualdan terpaksa beralaskan koran.

”Padahal kita sudah pesan jauh-jauhhari sebelum keberangkatan. Tapi kata ABKorang kapal, matras sudah habis dipesanoleh penumpang yang lain,” ungkapnya.

Kepala Bidang Perhubungan Darat danLaut Kepulauan Mentawai, Lindung L To-bing mengatakan, seharusnya penumpangtidak perlu takut dengan tidak adanya kapalyang akan membawa mereka untuk berle-baran di Kota Padang. Sebab kapal SabukNusantara akan datang ke Tuapeijat.

Dia memastikan, akan ada Kapal Perin-tis atau Sabuk Nusantara yang berangkatdari Tuapejat menuju Padang, pada Selasa14 Juli 2015. Tobing pun berjanji, akan lebihmengintensifkan informasi tersebut kepa-da calon penumpang atau pemudik, yangakan berangkat pada Selasa nanti.

”Hari ini juga kita akan sosialisasikandan sampaikan kembali kepada masyarakat

dengan Radio Sasaraina serta menempel-kan jadwal keberangkatan kapal, baik ditempat umum maupun di pelabuhan kapal,”katanya.

Sementara itu, belum ada informasi ter-kait kapasitas matras yang sudah habis ter-jual menjelang satu minggu keberangkatankapal dari pihak ASDP.

Menanggapi hal itu, Wakil KetuaDPRD Kepulauan Mentawai, Kortaniusmengatakan, seharusnya Pemkab Menta-wai jauh-jauh hari telah memberikan infor-masi yang akurat kepada masyarakat. Diajuga mengaku telah mendorong Pemkabuntuk memberikan subsidi kepada peru-sahan BUMN, seperti kapal milik PT. ASDPdan Sabuk Nusantara agar bisa melayanimasyarakat.

Hal ini, kata Kortanius, disebabkan ke-tersediaan kapal yang masih sangat minimdi Kepulauan Mentawai. Dia menilai, Pem-kab belum memperhatikan kepentinganmasyarakat banyak. Minimal, kata Korta,Pemkab memberikan subsidi silang kepadakapal-kapal milik BUMN, seperti kapal milikASDP dan Sabuk Nusantara. ”Kita jugasudah mendorong Pemkab untuk membe-rikan subsidi kepada kapal milik BUMN.Bukan kepada kapal-kapal swasta. Artinya,ini kembali lagi kepada kebijakan Pemkabsendiri, karena ini sangat dibutuhkan olehmasyarakat di kepulauan Mentawai,”ungkap Korta.

Agar persoalan transportasi laut bisateratasi, maka Pemerintah Mentawai harusbenar benar memperhatikan transfortasilaut ini, karena persoalan kapal sangat me-nentukan bagi rakyat Mentawai, baik eko-nominya maupun layanan transportasi-nya. (her)

Page 15: Majalah Sasaraina

SASARAINAEdisi: 07/Juli-2015 15

KHUSUS

Page 16: Majalah Sasaraina

HUT BHAYANGKARA KE 69

KAPOLRESAPRESIASIAnggotadi PedalamanKAPOLRES Kabupaten Kepulauan Mentawai, AKBP.

Reko Indro Sasongko membacakan Amanat PresidenRepublik Indonesia pada upacara peringatan ke 69 Hari

Bhayangkara 2015, yang dilaksanakan di halaman MapolresMentawai, Rabu (1/7).

Atas nama negara, pemerintah dan juga pribadi, ia menyam-paikan ucapan selamat hari Bhayangkara ke 69 kapada segenapanggota dan keluarga besar Kepolisian Negara Republik Indone-sia (Polri). ”Semoga hari Bhayangkara ke 69 ini akan semakinmendorong semangat dan komitmen untuk terus meningkatkankinerja guna memberikan pengabdian terbaik kepada masyarakat,bangsa dan negara,” ujarnya.

Peringatan ke 69 hari Bhayangkara tahun 2015 kali ini, lanjutKapolres, dalam suasana umat Islam sedang menjalankan ibadahpuasa Ramadhan. ”Untuk itu, saya mengucapkan selamat menu-naikan ibadah puasa bagi anggota Polri dan saudara–saudarayang menjalankan ibadah di bulan Ramadhan ini,” ucapnya.

Secara khusus, ia juga mengucapakan terima kasih dan peng-hargaan yang setinggi tingginya kapada anggota Polri yang pe-nuh kesunguhan bertugas di daerah pedalaman, di wilayah per-batasan, di wilayah terpencil di pulau-pulau terdepan, serta yangsedang mengemban misi internasional di luar negri.

”Saudara-saudara telah dan sedang melaksanakan tugas yangmulia, terhormat dan membanggakan bagi bangsa dan negaraserta dunia internasional,” katanya memberi apresiasi.

Sepanjang sejarah pengabdiannya kepada masyarakat, bangsadan negara, Polri telah banyak berperan memberikan sumbangsihyang sangat besar dalam upaya pemeliharaan keamanan dan ke-tertiban masyarakat penegak hukum serta perlindungan, peng-ayoman dan pelayanan kepada masyarakat.

Beragam pengalaman itu tentunya menjadikan Polri lebih te-rampil dan matang dalam mengemban tugas untuk mewujudkan

Page 17: Majalah Sasaraina

SASARAINAEdisi: 07/Juli-2015 17

AGENDA

dan memelihara situasi yang kondusip bagikelancaran pembangunan nasional untukmeningkatkan kesejahteraan rakyat.

”Ke depan, Polri masih dihadapkan padatantangan tugas yang semakin berat dankompleks. Persoalan sosial yang semakindinamis sebagai dampak globalisasi, tindakkejahatan yang semakin beragam dan me-manfaatkan teknologi informasi dengan di-mensi yang semakin luas, serta situasi ke-amanan dalam negri masih diwarnai dengankejahatan konvensional, kejahatan transna-sional, kejahatan terhadap kekayaan negara.Sementara itu, tuntutan dan harapan masya-rakat terhadap Polri juga semakin mening-kat,” ungkapnya.

Untuk menghadapi tantangan tugas ter-sebut, lanjut Kapolres, diperlukan adanyakesanggupan dan kesungguhan Polri dalammeningkatkan kinerjanya baik dalam pemeli-haraan kamtibmas, penegakkan hukum mau-pun dalam memberikan perlindungan, peng-ayoman dan pelayanan kepada masyarakat.

Di bidang pemeriharaan kamtibmas, di-laksanakan dengan mengkedepankan tinda-kan penangkalan dan pencegahan.hal ini me-rupakan bagian terbesar dari pelaksanaantugas Polri yang ditujukan untuk memeliharastabilitas kamtipmas guna menjamin rasaaman masyarakat.

Di bidang penegak hukum, lakukan pem-berantaskan terhadap segala bentuk kejaha-tan secara tegas dan professional untukmenjamin kepastian hukum dan rasa keadilanmasyarakat.

Menghadapi dunia kejahatan yang terusberkembang, Polri harus mampu mengguna-kan taktik dan teknik dengan didukung tek-nologi yang tepat. Karenanya, anggota polridituntut untuk selalu meningkatkan kemam-

puannya sejalan dengan perkembangan ilmupengetahuan dan teknologi yang diguna-kan untuk kejahatan.

“Dalam penegakan hukum, harus meme-nuhi rasa keadilan masyarakat. Kita masihmendengar penegak hukum harus memenuhirasa keadilan masyarakat, terutama terhadapkelompok marjinal dan rentan, saya juga min-ta diberantas praktek mafia hukum di kepoli-sian yang lebih dikenal “makelar kasus,”tegasnya.

Hal lain yang penting dalam pemberan-tasan kejahatan, imbhu Reko, juga diperlu-kan koordinasi dan kerjasama secara sinergidengan aparat penegak hukum lainnya danpemangku kepentingan lainnya, termasukdukungan masyarakat.

Dibidang perlindungan pengayomandan pelayanan kepada masyarakat, lakukandengan mudah, tidak berbelit belit, responsifdan dengan empati. Berikan perlindunganyang memadai kepada kelompok rentan,penyandang cacat, gelandangan dan kelom-pok minoritas agama, etnis, aliran, gender,dan kelompok sosial lainnya, termasuk kepa-da anak anak dan perempuan.

Pelayanan yang masih panjang birokra-sinya, hendaknya diteliti dan dipangkas un-tuk memberikan kemudahan. Menfaatkanonline dalam pelayanan untuk menghindariadanya pungutan tambahan dan menghapuspercaloan.

”Saya melihat, sejauh ini seluruh jajaranPolri telah berusaha keras untuk terus mem-benahi diri melalui reformasi birokrasi di se-gala bidang. Walaupun demikian, upaya ter-sebut masih perlu ditingkatkan agar dapatdirasakan dampak positifnya oleh masya-rakat. Masih banyak masukan berupa kom-plain dari masyarakat kerkait pelayanan Polri

maupun dalam penegak hukum,” sebutnya,dalam pembacaan amanat Kapolri.

Komplain dari masyarakat, baik melaluimedia maupun disampaikan secara langsungmerupakan masukan yang berarti bagi Polriuntuk mengukur sejauh mana penerimaanmasyarakat atas pelaksanaan tugas Polri dansebagai wujud kepedulian masyarakatterhadap Polri.

Hal itu juga dapat menggambarkan se-jauh mana realisasi dan kepercayaan masya-rakat terhadap Polri. Oleh karena itu, denganmasukan tersebut harus dilakukan perbaikandan koreksi terhadap apa yang dikeluhkanmasyarakat. Sejalan dengan program Revo-lusi Mental yang dicanangkan oleh peme-rintah dalam tahun 2015 ini, Polri telah mene-tapkan 11 program prioritas.

”Saya berharap program tersebut harusbenar-benar dilaksanakan, jangan hanyaformalitas semata. Harus ada hasil nyata yangdirasakan sebagai suatu perubahan yangpositif dan konstruksif. Mari kita lanjutkantugas pengabdian ini. Lakukan yang terbaikuntuk bangsa dan negara menuju Indonesiayang berdaulat, mandiri dan berkepribadian,”pungkasnya. (her)

Presiden RI, Joko Widodo sebagai inspektur upacara pada peringatan HUT Bhayangkara ke 69, saat memeriksa barisan. (Foto : Istimewa)

Page 18: Majalah Sasaraina

AGENDA

SAIL KOMODO

SEMBILAN NEGARABERTEMU DI MENTAWAI

Page 19: Majalah Sasaraina

SASARAINAEdisi: 07/Juli-2015 19

PARA perwakilan dari sembilan negara akanmenghadiri kegiatan Multilateral KomodoExercise (MKE) 2015/2016 pada 6-10 Juli2015 di Mentawai, yang datang denganpesawat, dan mendarat di bandara Rokot.

Komandan Pangkalan TNI AngkatanLaut (Danlanal) Mentawai, Mayor Elias Ba-ratiku mengatakan, rombongan sembilannegara itu akan datang menggunakan pesa-wat berkapasitas 20 orang menuju BandaraRokot, sekitar pukul 08.00.

Baratiku menyebutkan, kegiatan MKEmempunyai dimensi kepentingan nasionalsekaligus regional dan internasional dalammeningkatkan hubungan antar-negara

ASEAN dan non-ASEAN dan Dunia.Kegiatan ini juga bertujuan meningkat-

kan stabilitas keamanan maritim kawasan,meningkatkan kemampuan (capacity build-ing) tim penanggulangan bencana Indone-sia, terutama TNI Angkatan Laut, dalam kon-teks operasi secara multilateral. “Pada prin-sipnya, kami sudah menyiapkan strategi un-tuk menyukseskan kegiatan tersebut,”katanya.

Dia memaparkan, ini kegiatan pentingTNI AL dalam menjaga keutuhan NKRI.Oleh karena itu diperlukan dukungan selu-ruh lapisan dan pemangku kepentinganuntuk mensukseskannya. Apalagi, Kepu-lauan Mentawai merupakan salah satu kawa-san strategis dalam membangun daerahpertahanan. Kegiatan MKE tersebut, akandihadiri Asisten Operasi Gugus Tempur LautWilayah Barat (Guspurlabar) dan jajaran

petinggi angkatan laut lainnya.Selain rapat bersama, dalam MKE ini,

juga dilakukan peninjauan persiapan pem-bangunan dermaga Lantamal di wilayahSipora, Desa Sakicik Kecamatan Sipora Sela-tan. Ini bentuk perhatian khusus TNI ALdalam menjaga daerah terluar dan terdepandi Mentawai.

“Usai meninjau pulau terluar, rombo-ngan bermalam di Pulau Muara Siberut dansosialisasi, sekaligus buka bersama dengantokoh masyarakat dan lainnya di sana,”ujarnya.

Kemudian, pada Kamis (9/7) siang, rom-bongan bertolak kembali ke Sipora menujuBandara Rokot untuk kembali ke Padang.Di samping itu, dilakukan pengecekkansejumlah dermaga dan kegiatan pengobatangratis penyakit endemik yang dihadapi ma-syarakat setempat. (her)

Persiapanpelepasan SailKomodo 2013.

FOTO : Istimewa

Page 20: Majalah Sasaraina

SASARAINA Edisi: 07/Juli-201520

AGENDA

Satpol PP dan DamkarIKUTI PELATIHAN SAMAPTA

SEBANYAK 70 anggota Satuan PolisiPamong Praja (Satpol PP) danPemadam Kebakaran (Damkar) Kabu-

paten Kepulauan Mentawai, mengikuti pro-sesi pelatihan ke Samaptaan sekaligus adap-tasi lingkungan dan pengenalan alam, diKodim 0319.

Kegiatan tersebut dibuka oleh BupatiMentawai, Yudas Sabaggalet, yang bertin-dak sebagai inspektor upacara dan KaptenInf. Yakubus Aloho, sebagai komandanpasukan. Sebelum dilakukan penyematantanda peserta ke 70 orang anggota SatpolPP—Damkar tersebut, terlebih dahulumengikuti latihan pelatihan baris berbaris(PBB) dengan tujuan untuk membentukkekuatan mental dan fisik, mengingat tugas

Satpol PP dan Damkar sangat berat sebagaipenegak peraturan daerah (Perda).

Dalam kesempatan itu, Yudas Sabagga-let meminta semua peserta Samapta untukbersunguh-sunguh melaksanakan pela-tihan dengan benar dan mengikuti perintahdari pelatih.

Menurut Kasatpol PP Mentawai, Herik-son di dampingi Kepala Kesbanglimas Ha-lomoan Pardede, pelatihan PPB dilaksana-kan selama tujuh hari dengan pelatih dariKodim 0319, di bawah komando Letkol Arh.Fithrizal.

Dikatakan Herikson, PBB wajib diikutioleh seluruh anggota Satpol PP dan Damkar.Hal ini membuktikan bahwa mendapatkanbaret itu tidak mudah. Kemudian kegiatan

ini juga bertujuan untuk beradabtasi de-ngan lingkungan dan pengenalan alam.

“Disamping untuk ketahanan mentaldan fisik, latihan ini juga bertujuan mening-katkan SDM anggota Satpol PP – DamkarMentawai, supaya lebih profesional dalamrangka menjaga keamanan, ketertiban dalammenjalankan peraturan daerah,” ujarnya.

Pelatihan mental dan fisik ini, akan terusdilaksanakan secara berkelanjutan dan ber-harap kedepannya bisa menambah bentuklatihan terhadap Satpol PP-Damkar, sepertilatihan rohani agar anggota Satpol PP -Damkar tidak hanya memiliki karakter men-tal dan fisik saja, tetapi juga memiliki sikapyang santun dan bersahabat agar tidakarogan dalam menegakkan perda. (ers)

Bupati KepulauanMentawai, YudasSabaggalet memeriksakesiapan peserta dalamkegiatan PelatihanSamapta. (FOTO: EriSupriyanto)

Page 21: Majalah Sasaraina
Page 22: Majalah Sasaraina

20 BULAN BPD BELUM PERNAH SIDANG

ADD BELUMDIEVALUASIBADAN Permusyawaratan Desa (BPD) Simalegi,Kecamatan Siberut Barat Kabupaten KepualauanMentawai gagal dalam menjalankan perannyasebagai fungsi pengawasan terhadap roda pe-merintahan dan pembangunan di Desa Simalegi.

Kondisi pengelolaan keuangan Desa Simalegiyang tidak maksimal sejak tahun 2012 hingga2015, tidak pernah menjadi bahan pemikiran danevaluasi lembaga BPD yang seharusnya berpe-ran penting dan bertanggung jawab dalam peng-awasan pelaksanaan pembangunan maupun pe-ngelolaan anggaran di tingkat Desa.

Ironisnya, justru sudah 20 bulan terhitungsejak awal 2014, BPD Simalegi tidak pernah meng-gelar sidang anggaran. Penggunaan APBDesatahun anggaran 2014 oleh pelaksana ADD di Desabahkan tidak pernah di pertanyakankan, termasukSPJ tahap ke 2 tahun 2014. BPD tidak pernahmenanyakan secara resmi apakah sempat diajukanatau tidak.

Salah seorang perwakilan BPD, Adventusmengakui, bahwa lembaga BPD Simalegi sudahtidak lagi melaksanakan perannya dalam fungsipengawasan terhadap roda pemerintahan danpembangunan di Desa.

”Sudah sering mengusulkan kepada KetuaBPD Simalegi, Josuar untuk segera mengadakanrapat, namun belum direspons,” katanya.

Anggota BPD Perwakilan Betaet SelatanBruno Tasiritubui, juga mengungkapkan bahwadirinya sempat terkejut mendengar bahwa ADDtahun anggaran 2015 sudah cair Mei lalu.

“Saya sempat terkejut dan tidak percaya ke-tika mendapat kabar bahwa ADD tahun 2015 su-dah cair Mei lalu. Namun ternyata kabar itu be-nar. Saya jadi heran sepertinya kami sebagai BPDsudah tidak berfungsi, sehingga tanpa perenca-naan dan tanpa sidang anggaran, ADD bisa sajadengan mudah dicairkan,” jelas Bruno.

Seorang anggota BPD Perwakilan Betaet Uta-ra, Ragam Taelagat, membenarkan, bahwa sudah20 bulan BPD tidak pernah mengadakan sidangmaupun evaluasi anggaran ADD. ”Memang be-nar, kami sudah satu tahun lebih delapan bulantidak pernah mengadakan sidang maupun eva-luasi anggaran ADD. Kami bahkan tidak tahu apa-kah SPJ tahap ke dua tahun 2014 sempat diaju-kan atau tidak. Lebih parah lagi di tahun 2015 ini.Tanpa rapat, tanpa sidang, tanpa perencanaan,tanpa koordinasi dengan pihak Desa, tiba-tibasaja kami dapat kabar bahwa ADD tahun 2015sudah cair 40 persen Mei lalu,” beber Ragam.

salah satu anggota BPD perwakilan DusunSute’uleu, Rahmad Hidayat, dan beberapa ang-gota lainnya mengakui, walaupun sudah lamatidak melakukan sidang maupun evaluasi angga-ran, namun di tahun 2015 ini, anggota BPD telahmenerima tunjangan uang sidang sebesar Rp300ribu perorang dari 40 persen dana ADD yangsudah cair.

”Kami dari BPD Simalegi sudah lama tidakKetua BPD Simalegi

Josuar Taelagat

Page 23: Majalah Sasaraina

BIROKRASI

melakukan sidang maupun evaluasi angga-ran Desa. Namun pada Mei 2015, sudah me-nerima tunjangan uang sidang sebanyakRp300 ribu perorang. Kami sengaja terimakarena sudah terlalu banyak anggaran kamiyang tidak diberikan, termasuk operasionalBPD tahun 2013, kami tidak juga terima,” kataRahmad Hidayat.

Ketua BPD Simalegi, Josuar Taelagat me-ngaku sudah lama tidak melakukan sidanganggaran. Hal ini disebabkan karena kondisiyang sulit mengumpulkan anggota BPD un-tuk melakukan sidang. ”Saya sempat hubu-

ngi kawan-kawan BPD agar mengadakanpertemuan untuk membahas sesuatu halyang penting,” ujar Josuar.

Padahal, lanjut Josuar, tidak mungkin iasendiri bisa menghadapi warga desa untukmempertanyakan maupun menolak hal-halyang tidak sesuai. Makanya terpaksa ikutsaja apa yang mereka putuskan,” tuturnya.

Melihat kondisi BPD Simalegi yang ber-jumlah 11 orang tersebut, masyarakat mulaimelontarkan kritikan negatif. Bahkan masya-rakat mulai berasumsi, bahwa keberadaanBPD di lingkup desa hanyalah sebatas for-malitas dan bertujuan mencari keuntunganbelaka.

Selain itu, BPD Simalegi juga mulai dipan-dang lebih buruk ketika ditemukan buktidokumen penjualan paket P2D oleh ketua

BPD Josuar Taelagat kepada Zulfahmi salahsatu warga Betaet Utara. Menurut keterangandari Kepala Dusun Saboilogkat Korsani, do-kumen dimaksud berupa surat perjanjian ber-materai yang dibubuhi stempel lembaga BPDSimalegi. Isi perjanjiannya adalah mengenaipemberian paket OMS kepada Zulfahmi se-bagai imbalan atas pinjaman uang tunai se-besar Rp2 juta oleh Josuar, pada 16 April2014 dan 5 Maret 2015, hanya untuk kepen-tingan pribadi dan bukan kepentingan lem-baga BPD.

”Saya kecewa dengan tindakan BPD Si-

malegi yang memanfaatkan lembaga untukkepentingan pribadi. Saya punya bukti doku-men penjualan paket OMS oleh Ketua BPDkepada Zulfahmi yang dibubuhi stempelBPD Simalegi di atas materai 6000,” ujarKorsani.

Lemahnya pengawasan BPD Simalegidalam pelaksanaan pembangunan di Desamemang sudah dirasakan oleh masyarakatSimalegi secara menyeluruh. Dalam angga-ran APB Desa tahun 2014, tidak sedikit ang-garan yang melenceng dari sasaran. Hal ituterbukti dengan tidak selesainya beberapatitik pembangunan fisik, seperti pembangu-nan jembatan di Dusun Tengah Barat de-ngan jumlah biaya Rp 24 juta, pembangunanjembatan Tairete di Dusun Muara denganjumlah Rp9 juta, dan perehapan loteng

sekolah TK YBTI di Dusun Tengah Timurdengan jumlah Rp12,84 juta.

Kepala Dusun Tengah Barat, Germa, me-ngatakan, pembangunan jembatan di DusunTengah Barat yang sudah dianggarkandalam APB Desa tahun 2014 dengan jumlahanggaran Rp24 juta, baru dikerjakan tahun2015, dan akan selesai pertengahan Agus-tus dengan anggaran Rp6,8 juta.

Seorang anggota BPD Perwakilan DusunTengah Timur, Tuirik, mengatakan, pereha-pan loteng sekolah TK YBTI di Dusun Te-ngah Timur yang sudah dianggarkan dalamAPB Desa tahun 2014 dengan jumlahRp12,84 juta, juga baru diselelsaikan tahunini dengan biaya Rp3,270 juta.

Kepala Urusan Pembangunan Desa Si-malegi, Vincensius India, mengakui, pemba-ngunan jembatan di Dusun Tengah Baratdan perehapan loteng sekolah TK YBTI diDusun Tengah Timur memang baru selesaidikerjakan.

”Pembangunan jembatan di DusunTengah Barat dan perehapan loteng sekolahTK YBTI di Dusun Tengah Timur, baru se-lesai dikerjakan beberapa pekan lalu. Seka-rang tidak ada lagi persoalan di lapangankarena semua biaya kegiatan sudah diberes-kan,” ujar Vincensius India.

Namun penyelesaian pembangunan ter-sebut justru telah menimbulkan sorotan darikalangan masyarakat. Bagaimana mungkinpembangunan yang sudah dianggarkan da-lam APB Desa tahun 2014 dan anggarannyatelah dikucurkan pada saat itu, namun ka-rena pembangunannya tidak terlaksana laludianggarkan lagi biaya penyelesaiannyapada APB Desa tahun anggaran 2015.

Masyarakat menjadi bingung ketika adapernyataan dari Ketua BPD Simalegi JosuarTaelagat, bahwa pembangunan jembatan diDusun Tengah Barat yang terkendala ditahun 2014 harus diselesaikan dari APB Desatahun 2015, berdasarkan instruksi dariInspektorat.

Masyarakat khawatir ketika ada anggarandari APB Desa tahun 2015 yang digunakanuntuk menebus kegagalan pembangunanfisik yang terbengkalai di tahun sebelumnya,maka pos-pos anggaran dan pembangunandi tahun 2015 ini juga akan terganggu, danakhirnya masyarakat yang rugi.

Sudah begitu kondisinya, hutang Desadi mana-mana juga tidak akan kunjung lunas.Diketahui bahwa saat ini mesin tempel milikDesa masih ditahan oleh salah satu peda-gang di Betaet bernama Jaret, karena perso-alan hutang Desa yang belum lunas sejak2013 lalu.

Ini jelas merupakan masalah serius yangnantinya dapat berakibat fatal dan berimbasbagi masyarakat. Jika hal ini tidak segera dipulihkan maka kerugian besar akan dialamioleh masyarakat Simalegi secara umum.Bagaimana roda pembangunan di desa bisaberjalan maksimal kalau desa hanya terusmelakukan gali dan tutup lobang. Hutanglama dibayar, hutang baru muncul lagi. (mrd)

SASARAINAEdisi: 07/Juli-2015 23

Warga Betaet bersamamembangun jalan kecamatanSiberut Barat.(FOTO: Moerdani)

Page 24: Majalah Sasaraina

SASARAINA Edisi: 07/Juli-201524

BIROKRASI

LANTARAN merasa gerah melihat budaya “carimuka” di kalangan pegawai dan pejabatnya, BupatiKabupaten Kepulauan Mentawai, Yudas Sabaggalet,menyindir para pejabat dan pegawainya. Hal itudisampaikan Yudas, saat memberikan sambutan dalamperesmian SMPN Sipora Selatan.

Dihadapan jajaran dalam kabinetnya itu, Yudasmeminta agar para pegawai dan pejabatnya untuktidak sibuk mencari dan membicarakan kesalahan pe-gawai atau pejabat lain, sementara mereka sendiri me-miliki kinerja yang buruk, dan tugasnya selalu ter-bengkalai dan bahkan kerap tidak selesai.

Selain itu, Yudas juga meminta semua aparaturpemerintahan yang ada di Kabupaten KepulauanMentawai, untuk meningkatkan kinerja dan profesio-nalitasnya dalam meningkatkan pelayanan publik,tanpa terkecuali.

”Saya mengimbau kepada semua PNS agar tidakm e n j a d i pegawai yang suka “cari muka”d e n g a n mencari kesalahan pegawai lain,l a l u melaporkannya kepada atasan;

atau menjadi pegawai yang sukamengurusi pekerjaan pegawai

lain. Sementara pekerjaannyasendiri tidak beres,” kritiknya.Lebih jauh, Yudas juga mendesak

agar semua PNS di lingkungan PemdaKabupaten Kepulauan Mentawai,

dapat bekerja dengan baik, disiplin,berdedikasi tinggi, serta setia

kepada pemerintah, negara,Pancasila, dan UUD 1945.

”Tunjukkan sikap dan budipekerti yang baik, pintar dalam me-

laksanakan tugas, serta mentaati (atu-ran tentang) jam kerja dan seragamkerja yang berlaku,” tegas Yudas.

Selain itu, ia juga mengajak se-mua aparatur pemerintah untukselalu menjunjung tinggi budaya

dalam bekerja, seperti budaya salingmenghormati dan saling menghargai, juga

saling menyayangi sesama pegawai.”Marilah bekerja dengan ikhlas, jangan

menjadi PNS yang suka meminta jabatan. Jadi-lah PNS yang profesional di mana pun ditugas-

kan, karena tugas utama PNS adalah memberikanpelayanan yang baik kepada masyarakat,” pungkasYudas Sabaggalet. (her)

YUDAS:JANGAN SUKA”CARI MUKA”

Page 25: Majalah Sasaraina

Bangun Kebersamaan,MULTI PIHAK DIHADIRKANPEMERINTAH Kabupaten Kepulauan

Mentawai mengadakan pertemuansilaturahmi dengan para tokoh ma-

syarakat, agama, dan unsur Muspida, sertabeberapa SKPD dan sejumlah PNS dariberbagai instansi.

Bupati Kepulauan Mentawai Yudas Sa-baggalet menyatakan, acara pertemuan sila-turami Pemda Mentawai dengan para tokohmasyarakat, agama, budaya sudah pernahdilakukan tahun 2013. Bahkan, pada saatitu diundang perwakilan dari ProvinsiSumatera Barat.

Menurut Yudas, membangun suatu dae-rah tidak hanya pada bidang pembangu-nan fisik. Selain itu, tentunya perlu memba-ngun persatuan dan persaudaraan di te-ngah-tengah masyarakat yang tinggal didaerah ini.

”Dari mulai nenek moyang suku Men-tawai telah terbangun persaudaraan denganorang-orang pendatang yang ada di daerahini,” ujarnya.

Saat ini, lanjut Yudas, penduduk Men-tawai terdiri dari berbagai suku dan agama.Tapi saya minta keberagaman itu harus kitajadikan modal utama dalam pembangunandi berbagai bidang yang ada di daerah ini.

”Perbedaan-perbedaan yang ada didaerah ini apakah itu beda agama, suku, hen-daknya perbedaan itu kita jadikan perekatpersatuan atau kebersamaan. Kita semuaharus sepakat bahwa berbeda pendapatsah-sah saja, tetapi jangan dijadikan sebuahpermasalahan atau perselisihan. Marilah kitasaling begandengan tangan untuk memba-ngun negeri yang kita cintai ini,” imbaunya.

Dalam kesempatan itu, Yudas meng-ingatkan warga untuk saling bersatu, kom-pak menjauhi perselisihan dalam kehidupandi Mentawai ini di dalam kebersamaan.

Kesempatan sama disampaikan Pdt.Melki Tatubeket, sebagai masyarakat Men-tawai, apapun agamanya, baik Kristen, Is-lam, Katolik, Budha, dan Hindu, serta apa-pun sukunya, apakah Mentawai, Batak, Mi-nang, Jawa, Ambon dan lain-lain, hendak-nya bergandengan tangan tanpa mem-beda-bedakan suku dan agama.

”Bila ada permasalahan atau perselisi-han di tengah-tengah kita, masyarakat se-baiknya diselesaikan melalui diskusi ataumusyawarah,” harapnya.

Diharapkan, tambahnya, kepada semuatokoh agama, budaya, masyarakat untuk te-rus seiya sekata menjauhi perselisihan diBumi Sikerei. Kerukunan sesama wargaperlu dan penting diciptakan. Sebab didalam kebersamaan ada kekuatan untukmembangun negeri yaitu Mentawai.

Hal sama disampaikan Pr. Bernard Lie,selama ini memang tidak ada kejadian-

kejadian atau keributan, semua masih aman-aman saja. ”Tetapi perlu saya katakan, sayamenilai sampai saat ini belum terjalin keber-samaan yang sesungguhnya dan saya ber-harap dengan adanya pertemuan silaturah-mi akan tercipta kebersamaan,” ungkapnya.

Kepada Pemda Mentawai, ia berharapuntuk dapat memfasilitasinya yaitu dengancara mengadakan pertemuan dengan tokohmasyarakat, agama, ekonomi, budaya yangada di Mentawai.

Pdt. R Sapalakai juga menjelaskanbahwa suku Mentawai dalam hal kebersa-maan sudah terbentuk dari nenek moyang.Dari dulu suku Mentawai terkenal ramahdengan orang pendatang. Dicontohkan-nya, ada cerita yang tidak dimiliki oleh sukulain seperti sifat orang Mentawai, misalnyaketika salah seorang warga Mentawai yangpergi berburu ke hutan dan mandapat rusa.Rusa yang dia dapatkan itu tidak boleh ha-nya dimakan oleh keluarganya, tetapi harusdibagi-bagikan kepada warga yang lain.

”Kalau Bupati mempunyai kekayaanatau harta, itu juga tidak hanya Bupati dankeluarga yang menikmati. Itulah sebabnyasampai hari ini tidak ada orang mentawaimenjadi pelaku ekonomi/pedagang. Sifatkami suku Mentawai sosialnya sangattinggi,” jelasnya

Diharapkan harus diciptakan kebersa-maan pada bermasyarakat Mentawai danmenghilangkan perselisihan serta pertikai-an. Maka tetap merapatkan barisan dansaling bergandengan tangan.

Menurut Pdt. R Purba, jauh sebelumMentawai ini menjadi Daerah KabupatenOtonom, warga Mentawai sudah melaksa-nakan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.Ini terbukti bahwa sampai hari ini suku Men-tawai terkenal dengan keramahannya de-ngan orang pendatang yang datang ke dae-

rah ini yang terdiri dari berbagai suku.Sebab di Mentawai banyak ditemukan satukeluarga, anaknya memeluk agama yangberbeda dengan orang tuanya. Dan hal initidak menjadi persoalan di dalam keluargatersebut.

”Saya berharap kepada kita para tokohagama, tokoh masyarakat dan kepada se-mua warga Mentawai untuk saling meno-pang di dalam satu kebersamaan memba-ngun negeri yang kita cintai ini. Janganlahkita mau di pecah belah, tetapi mari kitasemua bergandengan tangan dalam mengisipembangunan di Mentawai,” harapnya.

Sementara, Dandim 0319 Letkol ArhFitrizal mengimbau, kepada tokoh agama,masyarakat, pemuda, alim ulama, untuk terusmenciptakan kebersamaan dan kerukunan.

”Mari kita jauhkan perselisihan, sehing-ga pembangunan di daerah ini terus terjadi.Tentunya yang kita inginkan adalah tercip-tanya kemakmuran dan kesejahteraan didaerah ini,” ujarnya.

Kesempatan sama disampaikan Kapol-res Mentawai AKBP Reko Indro Sasongko,meskipun budaya Mentawai dari dulu su-dah bagus, namun bila kita kaitkan dengankejadian secara nasional, kita sebagai wargaMentawai perlu waspada dan harus ada da-lam bentuk satu format, yaitu harus bergan-dengan tangan menjauhi perselisihan se-sama warga. Diharapkan, bila warga men-dapat informasi ada yang hendak mempro-vokasi atau dalam bentuk SMS yang pro-vokatif, silahkan melaporkan kepadapihaknya.

”Ada beberapa bentuk cara melaporkanisu-isu yang meresahkan tadi yaitu, misal-nya lewat Polsek, lewat Polres atau lang-sung mnghubungi ponsel saya,” ujarnya,seraya kapolres menyebut nomorponselnya. (her)

SASARAINAEdisi: 07/Juli-2015 27

BIROKRASI

Page 26: Majalah Sasaraina

JandaDISAYANG,NyawaMELAYANGPria Bisu NekadHabisi Saingannya

AKIBAT terbakar api cemburu, seorangpria bisu berinitial NT (35), warga DusunBubuakat, Desa Matobe KecamatanPagai Utara, Kabupaten KepulauanMentawai, tega membunuh MarsiusSalamanang (52), yang masih kerabatnyasendiri.

Jasad Marsius baru ditemukan war-ga, Senin, (20/7), pukul 02.00 wib, disekitar pantai Bubuakat, dengan bebe-rapa luka sobekan senjata tajam. Semen-tara itu, pelaku NT sudah diamankan diMapolsek Sikakap. Hal itu dibenarkanKapolres Mentawai, AKBP Reko IndroSasongko, (31/7), siang, di MapolresKepulauan Mentawai.

Mendapat informasi tersebut, Rekolangsung memerintahkan anggotanyamembawa jasad korban ke PuskesmasSikakap untuk dilakukan otopsi.

”Memang benar, dari hasil otopsi diPuskesmas Sikakap, ditemukan ada be-

berapa luka bekas senjata tajam di tubuhkorban. Dari hasil otopsi tersebut, jugadiketahui bahwa korban dibunuh dua harisebelum jasadnya ditemukan, atausekitar tanggal 18 Juli,” jelas Reko.

Menurut Reko, motif pembunuhan ituberawal dari upaya perebutan hati se-orang janda yang sama-sama disukaioleh NT dan Marius, yang juga seorangduda. Puncaknya, Marsius juga be-rencana akan melamar janda tersebut.

”Karena tidak terima dengan kondisitersebut, di sanalah timbul niat NT untukmembunuh Marius. Saat digelandang keMapolsek, tidak ada perlawan daripelaku,” kata Reko.

Meskipun pelaku sudah mengakuiperbuatannya, kata Reko, pihaknya jugamasih terus mengembangkan kasus ter-sebut. Terkait ada tidaknya indikasi lainatau upaya hasutan dari seseorang yangsakit hati terhadap korban.

Pada saat kejadian pembunuhan, ka-ta Reko, sempat terjadi perlawanan olehkorban terhadap pelaku. Karena juga di-temukan beberapa luka lebam dibagiankening pelaku. Kejadian tersebut, kataReko, juga bertepatan dengan tengge-lamnya kapal Quest One di perairan Si-

kakap. Kabupaten Kepulauan Mentawai.”Ada beberapa luka lebam pada

bagian kening pelaku. Berkemungkinan,korban sempat melawan dan menangkisserangan dari pelaku,” ungkap Reko.

Di sisi lain, Reko juga mengakui, pi-haknya kesulitan dalam mengintograsipelaku yang mengalami tunawicara.Selain meminta bantuan keluarga pelakuuntuk berkominakasi, pihaknya pun,mendatangkan tim ahli dari Padang untukmengintrogasi pelaku.

Di duga, kata Reko, pelaku melancar-kan aksinya saat korban pulang me-mancing. Selain itu, sebelum melancar-kan aksinya, pelaku sudah berencanadengan menyiapkan senjata berupaparang sebelum membunuh korban.

Reko juga mengatakan ancaman hu-kuman terhadap pembunuhan tersebut,minimal 20 tahun penjara. Sebab, pelakusudah mengaku sudah menyiapkanparang dari rumah untuk bercencanamembunuh korban.

”Ini bisa saja hukumannya mencapai20 tahun penjara. Karena ada indikasipembunuhan berencana. Pasal 380 dan340 KUHP tentang pembunuhan bercen-cana,” pungkas Reko. (her)

SASARAINA Edisi: 07/Juli-201526

Page 27: Majalah Sasaraina

HUKUM

Page 28: Majalah Sasaraina

WARGA BETAETTERTEMBAKSENAPAN BERACUN

SASARAINA Edisi: 07/Juli-201528

Page 29: Majalah Sasaraina

HUKUM

SEORANG warga Betaet Utara DesaSimalegi Kecamatan Siberut Barat,Desrizal Tapodhadhai (27), terpaksa

dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah Ka-bupaten Kepulauan Mentawai setelah ter-kena peluruh beracun. Desrizal mengalamiluka tembak serius dibagian betis kanannya.Peluruh yang mengandung zat omai (racunpembunuh monyet) itu tak bisa dikeluarkandari tubuh pasien karena keterbatasanperalatan medis di Puskesmas Bataet.

Menurut keterangan dari Desrial (27)saudara kembar dari korban, kejadian ber-awal ketika Desrial berdua dengan saudarakembarnya itu tengah berburu monyet ditengah hutan, sekitar 7 kilometer ke arah hu-tan Selatan dari Dusun Betaet.

Dari pagi hari mereka terus masuk ke da-lam hutan untuk mencari kawanan monyet.Sampai suatu ketika mereka kelelahan danmemutuskan untuk beristirahat sejenak. Se-mentara senapan angin yang mereka bawasebagai senjata itu diletakkan begitu saja diatas tanah, persis di samping Desrizalduduk.

Desrial mengaku, memang tidak satu-pun di antara mereka berdua yang terpikiruntuk mengeluarkan isi peluruh beracun daridalam senapan angin tersebut. Padahal se-

napan angin tersebut sudah dipompa dansiap untuk ditembakkan.

Tidak lama kemudian mereka hendakmelanjutkan perjalanan, dan ironisnya ketikaDesrizal hendak mengangkat ujung sena-pan itu, tiba-tiba saja pompa senapan ituterbuka dengan sendirinya. Karena henta-kannya, pelatuk senapan yang mungkin ter-ganjal ranting itu tertekan dan menembak-kan isi peluruh beracun tepat di betis se-belah kanannya.

Sadar bahwa peluruh itu mengandungracun yang mampu membunuh seekor mo-nyet dalam waktu 15 menit, Desrial langsungbergegas memapah Desrizal untuk pulangsecepat mungkin sebelum zat racun itumenyebar keseluruh tubuh.

Sampai di rumah, Desrizal sempat dilari-kan ke Puskesmas setempat untuk menda-patkan pertolongan medis. Namun karenaketerbatasan peralatan medis, akhirnya Ke-pala Puskesmas Betaet, Elbet Zamris denganpersetujuan pihak keluarga, memutuskanuntuk melakukan tindakan rujukan ke Rumahsakit Umum Daerah (RSUD) KabupaternKepulauan Mentawai hari itu juga.

Desrizal dirujuk dalam kondisi lemah ka-rena racun omai yang terdapat dalam tubuh-nya semakin lama semakin menyebar kese-

luruh tubuhnya.Kejadian ini hendaknya menjadi pembe-

lajaran bagi siapa saja yang menggunakansenjata jenis senapan angin. Terutama ketikamenggunakan peluruh yang sengaja diolahdengan racun omai yang sangat mematikan.

Pada saat berburu di hutan, jika peluruhharus di isi terlebih dahulu sebelum mene-mukan sasaran, sebaiknya senapan tersebuttidak boleh di pompa dulu. Kejadian yangmenimpa Desrial ini memang merupakan ke-celakaan. Tetapi justru sebab itulah perlukehati-hatian dalam kondisi apa saja.

Semua orang mestinya sadar bahwasejak nenek moyang sampai saat ini belumada satu pun obat penawar racun omai yangdi temukan. Satu-satunya pertolonganpertama yang pernah dilakukan dalam bebe-rapa kasus yang sama, adalah menempel-kan satu per satu udang segar dari air tawar,di bagian tubuh yang tertembak. Biasanyaudang-udang segar yang ditempelkan ituakan matang dalam waktu singkat.

Hanya saja meskipun cara itu dipercayamampu menghisap zat racun omai dari dalamtubuh, namun belum ada satu peristiwa punyang mampu membuktikan bahwa tanpapertolongan medis, pasien dapat sembuhdari serangan zat racun omai tersebut. (mrd)

Page 30: Majalah Sasaraina

INVESTASI

POLANDIAALERGIBISNIS KAYU

Kepala Divisi Promosi Perdagangan dan Investasi Kedutaaan Besar Polandia, Romuald Morawskibersama keluarga dan di dampingi Kapolres Mentawai, serta Jajaran Humas Pemkab Mentawai saat

mengunjungi beberapa dusun Komunitas Ada Mentawai. (Foto : TIM SASARAINA)

Page 31: Majalah Sasaraina

SASARAINAEdisi: 07/Juli-2015 31

KONSELOR Pertama, Kepala DivisiPromosi Perdagangan dan InvestasiKedutaaan Besar Polandia di Jakarta,Romuald Morawski menyatakan sangattertarik dengan potensi investasi yangaada di Kabupaten Kepulauan Menta-wai, Sumatera Barat. ”Ini langkah positifdan suatu hal yang sangat penting bagikemajuan perekonomian masyarakatMentawai,” kata Romuald Morawski pa-da pertemuan khusus dengan BupatiMentawai dan kepala SKPD di Tuapejat,belum lama ini.

Ia menilai kegigihan Bupati Kepu-lauan Mentawai, Yudas Sabaggaletyang sangat aktif dalam meningkatkanperdagangan maupun investasi asingke Mentawai akan berhasil. "Ingin sayakatakan Bupati Mentawai telah mela-kukan pekerjaannya dengan baik, danbuktinya saya sudah bisa datang kesini,” katanya.

Dia menyebutkan tujuan kunjunganke Mentawai untuk mendorong kerjasama antara Polandia dan KepulauanMentawai, khususnya di bidang kelau-tan dan perikanan, galangan kapal, in-frastruktur jalan dan pelabuhan. Kemu-dian bandara, pertambangan, perlistri-kan, energi terbarukan, pengelolaan airdan limbah, mesin pertanian dan pem-rosesan serta pengemasan makanan,peralatan kesehatan, serta potensi kebu-dayaan dan pariwisata.

”Bupati Mentawai telah melakukankunjungan ke Jakarta, dan lawatan sayaini juga merupakan balasan atas kunju-ngan Bupati Oktober lalu, kita dapat ber-temu langsung Bapak Yudas dan jugaperwakilan dari BPMD, Kadin, IWAPI,serta dinas-dinas terkait," kata Ramuald.

Selain itu, ia juga berkunjung ke Du-sun Buttui, Desa Madobag, dan DesaMatotonan, Siberut Selatan, serta DesaPeipei, Siberut Darat Daya, bertemu de-ngan pemerintah lokal dan mencermatipotensi pariwisata serta kehidupanmasyarakat di sana.

Selain itu, dilakukan pula kunjungankerja ke TPU Bantar Gebang, pertemuandengan Kementerian Pekerjaan UmumRI serta PD PAL Jaya. Republik Polandiasebagai salah satu negara maju di EropaTengah, kata Romuald mulai berminatuntuk meningkatkan perdagangan mau-pun investasi ke daerah-daerah di Indo-nesia yang dinilai memiliki potensi be-sar dalam pengembangan investasi baikdi bidang pariwisata, kelautan dan per-ikanan, seperti yang ada di Mentawai.Mentawai memiliki wisata yang bagus,saya janjikan untuk bantu pengemba-ngan pariwisata ini, saya akan berusahaajak para turis Polandia yang biasamengunjungi Bali untuk berkunjung keMentawai,” ujar Romuald.

Sementara Bupati Mentawai, YudasSabaggalet dalam presentasinya mema-parkan, Kepulauan Mentawai memiliki

potensi besar di bidang pariwisata, de-ngan alam yang menyajikan 57 titik surf-ing, 27 titik snorkling, 32 titik diving, pa-norama pantai, wisata budaya dan wi-sata alam. Sementara di bidang kelautandan perikanan, Mentawai memiliki luasperairan Keramba Jaring Apung (KJA)13.889 hektare, dan tutupan mangrove(kepiting bakau) seluas 24.619,43 hek-tare, yang dihuni oleh 25 jenis kepitingbakau. Dengan adanya kerjasama de-ngan pihak asing seperti Polandia yangberminat terhadap proyek MasterplanPercepatan dan Perluasan Pembangu-nan Ekonomi Indonesia (MP3EI) danprogram poros maritim di Indonesia, ten-tu akan berdampak terhadap percepatanpembangunan di Mentawai. "Dengankunjungan Konsulat ini, kami berharapbisa melahirkan MoU dengan investorPolandia di berbagai bidang, sehinggapotensi-potensi yang dimiliki Mentawaibisa dikelola dengan baik," harap Yudas.

Dikatakan Yudas, Mentawai mem-butuhkan investor yang benar-benarmengerti pariwisata dan perikanan. Na-mun dia menolak investor yang bergelutdi bidang kehutanan. Karena dikhawa-tirkan bisnis kayu bisa merusak ekosis-tem dan mengancam keberadaan keane-karagaman hayati, khususnya empat je-nis primata lokal yang saat ini tengahdilindungi sebagai salah satu paru-parudunia, Taman Nasional Siberut. "Kalauinvestor pebisnis kayu yang didatang-kan ke sini, niscaya Mentawai akanhabis,” ujarnya.

Ramuald Morawski yang datangbersama istri dan cucunya, sama sekalitidak tertarik terhadap bidang kehuta-nan. Dia menawarkan kerja sama ekologblue and green technologi. ”Kami me-nawarkan beberapa teknologi penghi-jauan, meliputi saluran pembuangan,pengolahan limbah, pengelolaan sam-pah, pengelolaan air, desalinasi air lautmenjadi air minum, stasiun filter ber-pindah, energi surya, energi angin danenergi geothermal,” papar Morawski.

Terkait harapan Yudas, dia menga-takan akan mencarikan beberapa inves-tor di negaranya yang benar-benar ber-minat, sehingga terjalin kerja sama antarkedua belah pihak. ”Bulan depan sayapulang ke Polandia dengan membawadata-data potensi alam Mentawai. Ke-mudian akan saya presentasikan kepadainvestor di negara saya. Nanti pasti akanbanyak yang tertarik berinvestasi disini,” terang kakek yang masih enerjikdi usianya yang telah 73 tahun itu.

Morawski meluangkan waktunyaselama sepekan di Mentawai untuk men-gikuti berbagai kegiatan masyarakatlokal di Desa Madobag dan MatotonanKecamatan Siberut Selatan, sertamelihat beberapa aktivitas harian komu-nitas suku dan adat Mentawai di DusunButtui. (*/rhd)

Page 32: Majalah Sasaraina

RUJUKANPASIEN BPJSDIPERMUDAH

UNTUK mendapatkan layananrujukan bagi pasien penggunaBPJS, kini mulai mendapatkan

berbagai kemudahan bagi warga Kabu-paten Kepualauan Mentawai. Hal ini kare-na melihat kondisi Mentawai yang ber-pulau-pulau menjadi perhatian seriusbagi BPJS.

Kepala Dinas Kesehatan KabupatenKepulauan Mentawai, Lahmuddin Sire-gar menegaskan, untuk warga di PulauSiberut, Sikakap, Pagai Selatan dan PagaiUtara, sudah mendapatkan rujukan lang-sung ke Kota Padang. Hal ini mengingatperjalanan antara beberapa pulau tersebut

dengan Tuapeijat dibandingkan denganKota Padang hampir sama. Untuk itu, pa-sien rujukan dari pulau Sikakap sekitarnyadanb Siberut diperbolehkan langsung keKota Padang, tanpa harus RSUD Tua-peijat, Kecamatan Sipora Utara.

"Bayangkan saja, kalau naik spead-boat dari Pulau Sikakap dan sekitarnyaserta Pulau Siberut menuju Tuapeijat, ituperjalanannya beda tipis jika mereka dirujuk ke Kota Padang. Maka lebih baiklangsung di rujuk ke Kota Padang daripada ke RSUD Tuapeijat. Alasannya su-dah jelas, beberapa rumah sakit yang adadi Padang kan fasilitasnya jauh lebih leng-

kap dibanding RSUD Tuapeijat, Menta-wai," jelasnya.

Menurut Lahmuddin, bagi wargaPulau Siberut, Sikakap, Pagai Selatan, danPagai Utara, itu diperbolehkan oleh pihakBPJS untuk langsung dirujuk ke KotaPadang. Sebab dikhawatirkan, kalau dirujuk ke RSUD Mentawai, dan ternyatajuga harus dibawa ke Kota Padang, makaakan sangat lama bagi pasien menempuhperjanalan demi mendapatkan pelayananyang maksimal.

”Contohnya saja, dari Puskesmas Si-kakap pasien dirujuk ke RSUD Tuapeijat.Tiba-tiba RSUD Tuapeijat juga tidak

Page 33: Majalah Sasaraina

KESEHATAN

SASARAINAEdisi: 07/Juli-2015 33

RuanganKhususPerokokDisiapkanPADA jam kerja disaat tidak sibuk,Bupati Mentawai, Yudas Sabaggaletsering jalan-jalan menelusuri lorongdan ruangan kantor Bupati. Ia seringmelihat beberapa puntung rokok yangdibuang begitu saja, serta abu rokokyang berserakan di lantai.

Untuk menghindari hal tersebut,Bupati berkesempatan meninjau lokasibangunan tempat merokok, yangdirencanakan berlokasi di sampingKantor Bupati, berjarak lebih kurang40 meter.

Bupati yang di dampingi KepalaDinas Kesehatan, Lamuddin danKepala SKPD lainnya mengatakan,sebelum SK larangan merokok dikantor dan sekolah juga di tempatumum diterbitkan, terlebih dulumenyiapkan bangunan khusus bebasrokok bagi PNS atau tamu kantor yangperokok.

”Sehingga aktifitas PNS yangsedang bekerja di ruangan, tidakterganggu lagi akibat adanya kepulanasap rokok. Jika SK dimaksud telahdijalankan, dengan pasti akan kitaterapkan,” tegas Bupati.

Sementara itu, kondisi pembangu-nan ruangan area merokok tersebut,telah dimulai pemasangan profil,penggalian pondasi bangunan. Begitucepatnya waktu dari penetapan lokasiyang ditinjau, pertanda keseriusanBupati untuk menjalankan SKtersebut.

Dikatakan Bupati, bangunan inijuga akan dilengkapi AC yang dapatdipergunakan bagi PNS dan tamuuntuk istirahat. (her)

sanggup, atau fasilitasnya tidak mendu-kung. Dalam hal ini, berarti kan pasienharus dibawa ke Kota Padang. Bayang-kan saja perjalanannya, dari Sikakap me-nuju Tuapeijat, terus ke Kota Padang.Kasihan kan pasiennya, lama di jalan, te-rus terkesan kan memang pelayanan kitananti tidak maksimal. Makanya ada tin-dakan dan keringanan dari BPJS, untukketiga pulau tersebut boleh langsung di-rujuk ke Kota Padang. Di samping hematwaktu, sekaligus cepat mendapatkanpertolongan,” jelasnya.

Meski demikian, Lahmuddin mengha-rapkan, bagi pasien BPJS mandiri, agar

disiplin dalam membayar iurannya. Se-hingga semua proses layanan BPJS punbisa mendapatkan layanan sepenuhnya.Untuk saat ini, informasi dari berbagaimedia sudah banyak kasus ditemukan ke-tika seorang tidak mendapatkan layananBPJS karena kartunya mati, tidak diurus,sampai tidak membayar iuran bulanan.

”Saya imbau peserta BPJS mandirimenjalankan kewajibannya, sehinggapemerintah melalui BPJS akan membe-rikan pelayanannya juga. Jadi memangsifat BPJS ini kegotongroyongan dan itusangat bagus jika semua pihak komitmenmenerapkannya,” harapnya. (isw)

(FOTO : ISTIMEWA)

Page 34: Majalah Sasaraina
Page 35: Majalah Sasaraina

KESEHATAN

SASARAINAEdisi: 07/Juli-2015 35

MITOSKEGUGURAN

KEGUGURAN adalah mimpi burukbagi setiap ibu hamil, apalagi jikajanin yang dikandung sudah dinanti

sejak lama. Berbagai penyebab pun inginditemukan. Bahkan, tak sedikit ibu hamil yangkemudian menyalahkan diri sendiri, merasa takmencari cukup informasi tentang kehamilan,merasa tak bisa menjaga kondisi kehamilannyahingga menyalahkan makanan yang dikon-sumsinya.

Seperti dikutip dari tribunnews.com, beri-kut ini tiga mitos paling umum tentang kegu-guran menurut Heather Rupe, DO, dokter spe-sialis kandungan di Franklin dan WilliamsonMedical Center, serta penulis buku The Preg-nancy Companion: A Faith-Filled Guide forYour Journey to Motherhood.

Kesalahan ibuLebih dari 70 persen keguguran disebabkan

oleh adanya kromosom yang abnormal. Iniberarti, sperma dan telur tidak bersatu dengantepat saat proses pembuahan dan menyebab-kan kehamilan tidak berhasil sejak awal.

Keguguran tidak disebabkan karena Andamelakukan beberapa pekerjaan rumah, ber-cinta, makan makanan tak sehat, lupa minumvitamin, olahraga, atau stres. Keguguran takterjadi semudah itu. Keguguran tidak bisadicegah dengan memanggil dokter segeraataupun minum obat.

”Sering kali, wanita mencari penyebab ke-hilangannya, dan dalam pencariannya biasa-nya akan memiliki analisa yang berlebihan padasesuatu yang telah mereka lakukan, yang manaumumnya ini akan berujung pada rasa bersalahyang tidak beralasan,” jelas Rupe.

Akan Terjadi LagiSecara keseluruhan, tingkat terjadinya

keguguran untuk wanita sehat di bawah usia35 tahun sekitar 15 persen. Mengalami kegu-guran sebelum usia kandungan 12 minggu, ti-dak akan meningkatkan risiko keguguran padakehamilan berikutnya.

Mengalami keguguran dua kali berturut-turut atau total tiga kali keguguran, kemungki-nan ada alasan medis yang melatarbelaka-nginya. Karena itu, berbagai tes akan disaran-kan oleh dokter untuk dilakukan. Namun, meskipernah mengalami beberapa kali keguguran,tak akan memengaruhi kondisi bayi pada ke-

hamilan berikutnya. Bayi akan lahir dalam kon-disi sehat, meski ibunya pernah mengalamikeguguran di kehamilan sebelumnya.

Pendarahan Berarti KeguguranKetika ibu hamil menemukan warna merah

muda di pakaian dalam atau tisu toilet, tentu iaakan langsung memikirkan kemungkinan ter-buruk. "Saya mendapatkan setidaknya sekalitelepon dalam semalam, dari pasien yang mene-mukan bercak darah di awal kehamilannya danterdengar sangat cemas di telepon," ujar Rupe.

Bercak darah memang bukanlah tandayang baik, tapi juga bukan berarti keguguran.Pendarahan, khususnya dalam jumlah kecil dantidak berkaitan dengan rasa sakit, biasanyakemungkinan berasal dari serviks atau jaringanvagina, bukan dari rahim.

Sebanyak 12 persen ibu hamil yang meng-alami pendarahan pada semester awal keha-milan akan melahirkan bayi yang sehat. JikaAnda mengalami pendarahan, segera tindak-lanjuti dengan berkonsultasi pada dokter, tapihindari untuk langsung berpikiran buruk dankehilangan harapan.

Sekitar 15 persen kehamilan berakhir de-ngan kehilangan, keguguran tentu menjadimomen yang sangat menyedihkan. Angka inijauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan”kehamilan kimia”, di mana ibu hamil akankehilangan bayinya dalam minggu pertamasetelah tak mendapatkan menstruasi.

”Saya selalu menyarankan setiap pasienuntuk menunggu beberapa hari, bahkan ming-gu setelah mereka tak mendapatkan menstruasiuntuk melakukan tes kehamilan di rumah.Dengan tes kehamilan yang sangat sensitif,kita juga mendiagnosa bahwa kehilangankehamilan menyebabkan sakit hati yangmenyedihkan,” ungkap Rupe.

”Saya tidak menunjukkan cara memperkecilkemungkinan keguguran, tapi untuk men-jelaskan bahwa Anda tak sendirian mengha-dapi kehilangan. Mengalami keguguran, tidakberati Anda akan mengalami hal yang sama dikemudian hari. Jika Anda keguguran, konsul-tasi pada dokter untuk mendapatkan kehami-lan yang sehat di waktu mendatang ketika An-da siap hamil lagi. Dan jangan pernah kehila-ngan harapan beradasarkan mitos ataupuninformasi yang tidak benar,” kata Rupe. (*/isw)

Page 36: Majalah Sasaraina

SASARAINA Edisi: 07/Juli-201536

EMPAT MESIN BARU

PEMADAMANListrik Berakhir

Page 37: Majalah Sasaraina

ENERGI

MANAJER PT. PLN (Persero)Rayon Mentawai, Joni Sitorusmengatakan bahwa kondisi listrik

di wilayah Mentawai akan berjalan normalkembali, setelah pihaknya menerimabantuan empat unit mesin dari Pusat, yangdi program oleh Presiden Joko Widodo,melalui program PLTD daerah kategori 3 T.

Menurutnya, empat unit mesin tersebutdibagi di tiga wilayah, yakni dua unit diTuapejiat, satu unit di Malepet dan satu unit

lagi di Sikakap. ”Dengan selesainya pema-sangan mesin tersebut, Tidak akan ada lagipemadaman bergilir seperti yang dialamipelanggan selama kurang lebih hampir satubulan terakhir ini,” katanya.

Diungkapkannya, semua mesin sudahdipasang dari pihak rekanan, dan kini sudahsiap dioperasikan. ”Jadi, secara otomatispengoperasian listrik untuk Pulau Sipora,Siberut dan Sikakap, diperkirakan sudahkembali normal,” kata Joni Sitorus.

Selain itu, ia juga mengatakan bahwa pi-haknya akan terus berupaya melakukanpembenahan jaringan dan lain sebagainya.”Kami terus berusaha memberikan pelaya-nan yang terbaik bagi para pelanggan PLN.Kita berkeinginan pengoperasian listrik seka-rang bisa terus normal,” harapnya.

Ke depan, lanjut dia, listrik di Mentawaiakan lebih baik, karena PLN Rayon Kabu-paten Mentawai mendapatkan bantuanmesin dari Pemerintah Pusat melaluiKementerian ESDM, untuk programpenambahan jaringan bagi pulau terdepan.

Sementara itu, General Manager PLNWilayah Sumatera Barat,Supriadi mengata-kan sangat bersyukur atas bantuan pusatmelalui Kementrian ESDM itu. Karena diPropinsi Sumatera Barat hanya Mentawaiyang mendapatkan bantuan tersebut. ”Dari47 pulau terluar, hanya Mentawai yang men-dapatkan bantuan dari pusat,” terangnya.

Ia menambahkan, dengan kapasitaslistrik yang cukup besar itu diharapkan akanmampu mengatasi persoalan listrik diMentawai. ”Dengan kapasitas yang cukupbesar, malah berlebih itu, maka tidak adalagikekurangan listrik di Mentawai,” terangnya.

Menanggapi hal itu, Bupati KabupatenKepulauan Mentawai, Yudas Sabaggaletmengatakan sangat sejalan dengan visi danmisi Kabupaten Kepulauan Mentawai, yakniMentawai terang yang sudah lama dicanangkan.

Dalam kesempatan itu, Yudas Sabag-galet juga mengatakan, akan datang biomassa ke Kabupaten Kepulauan Mentawai,yang telah disepakati dengan Amerika Seri-kat untuk program di desa desa terpencil, diSeluruh Mentawai. ”Sementara ini, untukempat kecamatan induk yang ada di Menta-wai, selalu terkendala dengan listrik. Namunsekarang sudah bisa kita atasi bersamaPLN,” pungkasnya. (her)

Bupati Kepulauan Mentawai, Yudas Sabaggalet saat berdialog dengan unsur pimpinan PLN dalam penerimaanbantuan empat unit mesin baru. (Foto : TIM SASARAINA)

Page 38: Majalah Sasaraina

16 KELOMPOKIKUTI TUTORIAL

dan alat-alat tulis.”Saat ini kami dalam persiapan pelaksa-

naan tutorial, dan sekaligus mendistribusi-kan logisti ke semua dusun berupa bajukaos dan alat-alat tulis. Setelah itu tinggalmelaksanakan tutorial dengan jadwal yangsudah kami tetapkan. Khusus Dusun Betaet,tutorial sudah mulai berjalan,” jelas Limin.

Tahun 2015 ini, PKBM Karonanta telahmerangkul 16 kelompok warga belajar. Ma-sing-masing kelompok memiliki 10 orangpeserta didik dari kalangan masyarakat danunsur semua umur. Masing-masing kelom-pok warga belajar memiliki nama sendiri danmemiliki satu orang tenaga tutor yang dipilihdari kalangan guru-guru senior dan pernahmengikuti pelatihan guru.

Di Dusun Betaet Selatan dan Betaet Uta-ra terdapat dua kelompok warga belajar,yaitu, ”Puro Sakak-kak” dengan tenaga tu-tor, Suleman. Dan kedua, warga belajar ”Ga-baet” dengan tenaga tutor, Rahel. Di DusunSaboilogkat, satu kelompok warga belajar,yaitu “Laggai Sibau” dengan tenaga tutor,Maradona. Di Dusun Tengah Timur danTengah Barat dua kelompok warga belajar,

SEDIKITNYA 160 orang warga belajar dibawah naungan lembaga Pusat KegiatanBelajar Masyarakat (PKBM) dan satuanpendidikan non formal di Kecamatan SiberutBarat, bakal mengikuti tutorial di beberapaDusun. Di antaranya, lima Dusun di Desa

Simalegi dan 10 Dusun di Desa Simatalu.Ketua Pusat PKBM, Limin S.pd, kepada

Sasaraina mengatakan, saat ini pihaknyatengah dalam persiapan pelaksanaan tuto-rial sambil melangsungkan pendistribusianlogistik ke semua Dusun, berupa baju kaos,

Peserta kelompok tutorial yang didominasikaum perempuan itu belajar membaca danmenulis. (Foto : Moerdani)

Page 39: Majalah Sasaraina

SASARAINAEdisi: 07/Juli-2015 39

PENDIDIKAN

yaitu ”Pusurakat” dengan tenaga tutor, V.Triyani Mulyaningsih. Dan kedua, wargabelajar “Bagat Rairai S” dengan tenaga tu-tor, Gelsa Anto.

Di Dusun Saikoat satu kelompok wargabelajar, yaitu “Gurung Koat” dengan tenagatutor, Lidia Nurmi Saroro. Di Dusun Limusatu kelompok warga belajar, yaitu ”Sima-toiten” dengan tenaga tutor, Pincen. DiDusun Bojo satu kelompok warga belajar,yaitu ”Sitarah Akik” dengan tenaga tutor,Silvester Sabetuk. Di Dusun Simalibbegsatu kelompok, yaitu ”Manai Ojuk” dengantenaga tutor, Beltinus.

Di Dusun Muntei satu kelompok wargabelajar, yaitu ”Batu Dinding” dengan tena-ga tutor, Menny. Di Dusun Masaba satukelompok warga belajar, yaitu “Manduk”dengan tenaga tutor, Pilemon. Di DusunLimau satu kelompok warga belajar, yaitu”Leleu Baja” dengan tenaga tutor, Nilawati.Di Dusun Paipajet satu kelompok wargabelajar, yaitu ”Siobat Rusa” dengan tenagatutor M.Goretty Sailo.

Di Dusun Lalatek satu kelompok wargabelajar, yaitu ”Laggai Sainak” dengan tenaga

tutor, Liawati. Dan di Dusun Suruan duakelompok warga belajar, yaitu “Tobbilak”dengan tenaga tutor, Indawati. Dan kedua”Maeba Laggai” dengan tenaga tutor, LidiaSaleleusik.

160 calon peserta didik tersebut akanmengikuti tutorial hingga Desember men-datang. Seperti dikatakan Limin, setelahsemua peserta kelak sudah bisa baca tulis,mereka akan lanjut dalam program KelompokUsaha Mandiri (KUM). Di mana merekasemua akan dibekali dalam pengembanganusaha-usaha kecil dan menengah secaramandiri. Hal itu akan dilaksanakan secaraberkesinambungan.

”Sesuai dengan visi dan misi PKBM Ka-ronanta, dalam program satuan pendidikannon formal ini, kita akan membuka beberapakegiatan, tidak hanya untuk pengembangansumber daya manusia dalam bentuk wa-wasan saja. Tetapi PKBM juga mempunyaiprogram pengembangan usaha-usaha kecildan menengah, tentunya semua itu diawalidengan ilmu pendidikan minimal bisamembaca dan menulis,” papar Limin.

Kecamatan Siberut Barat mempunyai

penduduk dengan jumlah 8.476 jiwa, dandiperkirakan 40 persen dari jumlah pen-duduk tersebut berstatus buta huruf. Tar-get PKBM Karonanta, beberapa tahun kedepan status tersebut akan diberantas de-ngan terus dibukanya kegiatan kelompokbelajar ditiap-tiap dusun secara bertahap.

PKBM Karonanta yang baru berdiri padaMaret lalu dengan akte notaris 107 tanggal24 Maret 2015, optimis akan berjalan denganbaik. Namun PKBM Karonanta juga sangatmembutuhkan dukungan dari berbagai pi-hak. Sebab suksesnya pencapaian programPKBM Karonanta juga bergantung padadukungan dan peran serta dari berbagaikalangan.

”Kita sudah mendapat dukungan penuhdari Dinas Pendidikan Kabupaten Kepu-lauan Mentawai terkait pelaksanaan pro-gram ini. Namun itu saja belum cukup. Duku-ngan dan kerja sama dari pihak lain terutamamasyarakat justru lebih di butuhkan. Sebabyang mau kita bina adalah manusia. Jikamanusia yang akan dibina itu tidak maubekerja sama, mustahil kesuksesan dapatdiraih,” harap Limin. (mrd)

Page 40: Majalah Sasaraina

DI tengah hiru-pikuk PemerintahKabupaten Mentawai menggenjotpembangunan di bidang Sumber

Daya Manusia (SDM), justru gayung ber-sambut dari Pemerintah Pusat. Bukan hanyamelakukan pemerataan pembangunan SMPdan SMA di seluruh Kecamatan yang adadi Bumi Sikerei, rencana berdirinya kampusnegeri komunitas pun sudah dibicarakan.Sejauh ini, Mentawai memang sangat mem-butuhkan sebuah perguruan tinggi untukmasa depan intelektual generasi Bumi Sike-rei. Kondisi ekonomi masyarakat Mentawaiyang masih lemah sangat mendukung untukmendongkrak anak-anak Mentawai me-lanjutkan pendidikan sampai tingkat per-guruan tinggi.

Menyikapi hal itu, Bupati KepulauanMentawai, Yudas Sabaggalet mengharap-

kan pihak Kementerian Pendidikan dan Ke-budayaan untuk segera mungkin memba-ngun dan meresmikan Akademi KomunitasNegeri Mentawai. Hal ini sesuai denganhasil pembicaraan dan rencana tindaklanjuthasil kunjungan Tim Visitasi KementerianRiset Teknologi Pendidikan Tinggi Pusatyang di Ketuai Sudarsono beserta rombo-ngan di Bumi Sikerei.

Dijelaskan Yudas, pendirian AkademiKomunitas Negeri (AKN) dimaksudkan un-tuk menyiapkan sumber daya manusia(SDM) Kabupaten Kepulauan Mentawaimenjadi lebih terampil guna memenuhi ke-butuhan lokal. Dasar rencana itulah, Peme-rintah Daerah Mentawai mengundang timVisitasi Kementerian Pendidikan Pusat keMentawai.

”Tim visitasi Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan gencar mengajak berbagaipihak untuk ikut mendirikan AKN,” ujarYudas.

Dalam acara tersebut, Ketua DPRD Ka-bupaten Kepulauan Mentawai, Yosep Sa-rogdok sangat mendukung Akademi Komo-nitas Negeri Mentawai berdiri di Bumi Si-kerei, agar semua persoalan SDM di Men-tawai bisa teratasi. ”Sebnagai bentuk komit-men dan rencana tindak lanjut, Pemda Men-tawai melakukan MoU dengan KementerianPendidikan dan Kebudayaan,” jelasnya..

Kesempatan sama disampaikan KepalaDinas Pendidikan Kabupaten KepulauanMentawai, Sermon Sakerebau, bahwa Aka-demi Komonitas keberadaannya sangatdibutuhkan masyarakat di Kabupaten Men-tawai. Selain itu sangat membantu jika keber-adaannya ada di tengah-tengah warga yang

Page 41: Majalah Sasaraina

SASARAINAEdisi: 07/Juli-2015 41

PENDIDIKAN

merasakan kesulitan untuk menyekolahkananak ke luar pulau.

Ketua tim visitasi Kementrian Pendidi-kan, Sudarsono, pihaknya bekerja sama de-ngan Pemerintah Mentawai dalam memba-ngun AKN tersebut sebagai bentuk kepe-dulian terhadap Mentawai dalam mening-katkan kualitas SDM Bangsa.

”Berbicara pendidikan bukan hanyaMentawai, tetapi untuk bangsa. Indonesiabutuh generasi yang berkualitas. Maka dariMentawai kita akan bangun generasi bangsayang berkualitas ini. Di samping itu, denganmemformalkan pusat latihan menjadi AKN,maka para peserta didik dapat diwisudadengan memperoleh diploma yang diakuiresmi oleh negara,” optimis Sudarsono.

Menurut Sudarsono, program studi diAK tersebut dapat disesuaikan dengan ke-butuhan lokal. Dengan begitu, mahasiswadapat menguasai pengetahuan, keteram-

pilan, dan sikap siap masuk atau bahkanmenciptakan lapangan kerja lokal. Kegiatanbelajar mengajar di AK terjadi melalui inte-raksi antara mahasiswa dengan dosen, ins-truktur, dan sumber belajar pada lingkunganbelajar. ”Prosedur pendiriannya diatur dalamPeraturan Menteri Pendidikan dan Kebuda-yaan Republik Indonesia Nomor 48 Tahun2013 tentang Pendirian, Perubahan, dan Pen-cabutan Izin Akademi Komunitas,” tuturnya.

Meski mudah, Sudarsono mengingat-kan, kualifikasi pendidikan dosen minimalS-2 harus dipenuhi. Sebab, AK masuk padaklasifikasi pendidikan tinggi. Pakar dalamdua bidang yang tidak memiliki ijazah for-mal tetap dapat mengajar di AK, namundiklasifikasikan sebagai instruktur.

Sebagai tambahan, seorang ahli dapatmeraih pengakuan formal dengan kualifikasisetara S-2 atau bahkan S-3, sehingga dapatmenjadi dosen dengan hak dan kewajibanpenuh. Hal ini tercantum dalam KerangkaKualifikasi Nasional Indonesia (KKNI).

Sesuai fungsinya, AK dapat memberikan

pendidikan keahlian diberbagai bidang. Con-tohnya, bisa jadi ada AK untuk calon pe-nyuluhan pertanian, pariwisata, ahli lasperbengkelan, ekonomi dan sebagainya.”Lapangan kerja di sektor-sektor seperti ituamat luas tersedia. Walaupun cakupan itufleksibel, namun Kemdikbud, dalam hal iniDitjen Dikti memberikan panduan dalam halpenyusunan kurikulum dan pelaksanaanproses belajar mengajarnya agar mutu lulu-sannya dapat terjamin dengan baik,”imbuhnya.

Disisi lain, Tim visitasi Pendidikan meli-hat langsung gedung untuk Akademi Ko-munitas di KM 10 Tuapeijat, untuk prosesbelajar mengajar bagi para mahasiswa yangakan bergabung nanti.

”Akademi Komonitas Kabupaten Kepu-lauan Mentawai ini, sangat didambakan olehMasyarakat luas di Mentawai. karena bisamempersingkat jarak dan biaya untuk be-lajar pada beberapa disiplin ilmu yang masihkurang di Mentawai ini dan diharapkansekali keberadaannya. (her)

Page 42: Majalah Sasaraina

SASARAINA Edisi: 07/Juli-201542

BUDAYA

Asal Usul Orang MentawaiSEGERA DITELITI

Page 43: Majalah Sasaraina

PEMERINTAH Kabupaten Kepulauan Mentawai, berupayamembentuk berdirinya Lembaga Kerapatan Adat Mentawai(LKAM) sebagai penjaga dan pelestari adat dan budayaMentawai, yang mulai memudar dari aslinya.

Bupati Yudas Sabaggalet, beberapa waktu lalu menye-butkan, pendirian Lembaga Kerapatan Adat Mentawai ataudewan adat tersebut akan terwujud bila ranji atau silsilahketurunan di Mentawai, sudah diterapkan dan ditemukanasal muasalnya.

”Masalah silsislah keturunan atau ranji orang Mentawaiini, perlu kita luruskan dan dudukkan bersama. Beberapawaktu yang lalu kita telah mulai melakukan penelusuranmencari asal usul suku Mentawai itu sebenarnya terdiri dariberapa suku dan mana orang Mentawai itu,” ungkap Yudas.

Di Sumbar, secara khusus memang mempunyai adatistiadat dan budaya tersendiri yang berbeda dengan Mi-nangkabau. Untuk itu, Mentawai khusus memiliki tatanankearifan lokal yang dapat dijadikan pijakan, meskinpun nan-tinya orang Mentawai berkembang secara modern. Tetapimereka tetap dikendalikan secara adat dan tradisi Mentawai,seperti orang Minang, Batak, Jawa, dan berbagai sukulainnya. ”Saya memberi contoh seperti daerah Tanahdatar,setiap orang yang diberi gelar datuak, entah orang tersebutdari daerah Pariaman, Pesisir Selatan atau daerah Jawa danmalah dari Malaysia dan berasal tanah (Luhak). Terpikir,saya orang Mentawai dari mana ini,” ujar Yudas.

Menyikapi hal itu, Pemkab Mentawai melalui Dinas Ke-budayaan, Pariwisata Pemuda dan Olahraga yang dipimpinDesti Siminora, sudah menggelar seminar dan penyusunanbuku ranji Mentawai.

Di samping itu, juga melibatkan dua peneliti, yakni Bam-bang Rudito dan Alm. Adi Rosa, untuk melakun identifikasilapangan dan berdiskusi bersama masyarakat adat, terutamaSiberut Utara, untuk mencari keterangan dan bukti data ber-bagai prasasti atau keterangan sejarah ranji Mentawai. (her)

Masyarakat Adat Mentawaimulai beraktivitas untuk berburu. (Foto: Istimewa)

Masyarakat Adat Mentawaimemulai ritual untuk pengobatan.(Foto: Istimewa)

Page 44: Majalah Sasaraina

BAHASA ASING PEMANDU WISATA

PERLUDITINGKATKAN

WISATAWAN yang datang ke SumateraBarat mulai beragam, sehingga kemampuanSumber Daya Manusia (SDM) pemanduwisata juga harus ditingkatkan, terutamadalam penguasaan beragam bahasa, tidakhanya terbatas pada bahasa Inggris.

”Wisatawan yang datang ke Sumbartidak hanya dari negara yang menggunakanbahasa Inggris, tetapi juga bahasa Prancisdan Mandarin, sehingga dibutuhkanpemandu wisata yang menguasai duabahasa itu,” kata Ketua ASITA (AsosiasiPengusaha Tour dan Travel) Sumbar, IanHanafiah, di Padang, seperti dilansir dariantarasumbar.com.

Menurutnya, pemandu wisata yang adadi Sumbar saat ini sebagian besar hanyamenguasai bahasa Inggris, sedangkanuntuk bahasa lain masih sangat terbatas.

”Untuk wisatawan yang menggunakanbahasa Inggris, pemandu wisata kita diSumbar sudah memadai, tetapi untukpengguna bahasa lain, masih sangatkurang,” katanya.

Dia berharap, pemerintah dapat ikutmembantu dalam peningkatan SDM

pemandu wisata ini karena perannya dalampengembangan wisata di daerah sangatbesar.

”Kita tentu tidak bisa memberikanpelayanan maksimal pada wisatawan jikaterkendala bahasa,” katanya.

Apalagi, menurutnya, jika rencanaPemprov Sumbar untuk mengusahakan

penerbangan langsung dari Singapura-Padang terealisasi, jumlah wisatawan tentuakan semakin banyak dan beragam.

”Persoalan SDM ini segera harusdiselesaikan,” katanya.

Gubernur Sumbar, Irwan Prayitnomengatakan, pihaknya melalui DinasPariwisata dan Ekonomi Kreatif akanmenindaklanjuti persoalan itu.

”Dinas terkait tentu bisa memberikanpelatihan kepada pemandu wisata di daerahini agar bisa memberikan pelayanan primakepada wisatawan,” katanya.

Menurutnya, pelayanan adalah salahsatu faktor pendukung pengembanganwisata selain destinasi, karena itu patutuntuk menjadi prioritas. (*/isw)

SASARAINA Edisi: 07/Juli-201544

SUMBAR

Page 45: Majalah Sasaraina

SUMBAR

SASARAINAEdisi: 07/Juli-2015 45

DEWAN Pertimbangan AsosiasiPetani Kelapa Sawit Seluruh Indonesia (Apkasindo) Sumatera Barat

(Sumbar), Azmal Zubir mengatakan ada limakelemahan yang dimiliki oleh kelapa sawitkebun rakyat.

”Lima kelemahan itu adalah kondisigeografis, transportasi, pengepul, bibit yangtidak bagus dan pemupukan,” katanya diPadang, seperti dikutip antarasumbar.com.

Ia menjelaskan di beberapa daerah,petani ada yang menanam kelapa sawit dilereng perbukitan, sehingga petani harusmemanennya sebelum matang. ”Kalau

petani menunggu buah sawit matang, makamereka cuma dapat tandannya saja karenabuahnya sudah terpisah,” jelasnya.

Kelemahan lainnya adalah transportasidari kebun ke perusahaan. Idealnya setelah24 jam panen sawit langsung diolah, tapi dibeberapa daerah lebih dari 24 jam, karenajalan yang rusak dan mengakibatkan waktutempuh menjadi lama dan rendemen sawitmenjadi rendah. Selain itu oknum pengepuljuga menjadi penyebab rendahnya rende-men kelapa sawit rakyat.

”Ada beberapa oknum pengepul yangcurang untuk menambah berat sawit sebe-lum dijual dengan menyiram dengan air, se-

hingga berakibat rendemen sawit rendah,”katanya.

Hal lain adalah bibit yang tidak bagus,petani sawit rakyat lebih dominan menggu-nakan bibit yang tidak bagus karena har-ganya lebih murah. Kemudian pemupukan,di samping bibit yang tidak bagus, petanirakyat juga tidak memperhatikan pola pe-mupukan, sehingga semakin memperendahrendemen sawit. Untuk memperbaiki kualitassawit rakyat itu, harus ada sinergi semuapihak baik pemerintah daerah kabupaten dankota, pemerintah provinsi, Apkasindo, danGabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indo-nesia (Gapki). (*/isw)

Sawit Kebun RakyatMiliki Lima Kelemahan

Sawit Kebun RakyatMiliki Lima Kelemahan

Seorang petanisedang memuat

buah tandansawit. (FOTO:

Istimewa)

Page 46: Majalah Sasaraina

SASARAINA Edisi: 07/Juli-201546

NASIONAL

RASKINGANTIRASTRA

PEMERINTAH kabinet kerja akan mengganti nama berasuntuk rakyat miskin menjadi beras untuk sejahtera. Haltersebut merupakan usulan dari Menteri Sosial Khofifah IndarParawansa. ”Kata Bu Khofifah namanya menjadi beras untuksejahtera,” ujar Menteri Koordinator bidang PerekonomianDarmin Nasution di kantornya, seperti dikutiptribunnews.com.

Rencananya beras untuk sejahtera akan ditambah distri-businya. Biasanya raskin diberikan selama 12 kali setahun,dengan adanya perubahan nama menjadi beras untuk sejah-tera distribusinya jadi 14 kali satu tahun. ”Ya bulanannyasama seperti bulan yang lain. Cuma tambahannya ada duabulan dalam setahun ini tambahannya,” ungkap Darmin.

Darmin memaparkan penambahan distribusi beras untuksejahtera akan dilaksanakan setiap musim paceklik. Denganbegitu masyarakat kelas ekonomi ke bawah tidak akan me-rasakan harga beras mahal saat terjadi gagal panen. ”Satukali September, satu kali November atau desember. Pada saatpuncak pacekliknya datang,” kata Darmin.

Seperti diberitakan sebelumnya, Khofifah Indar Parawan-sa mengubah nama beras bantuan bagi masyarakat miskinatau beras miskin (Raskin) menjadi beras sejahtera atau Rastra.

Pemikiran untuk mengubah nama beras yang disubsidioleh pemerintah ini muncul ketika Menteri Sosial mengunjungiGudang Bulog Divre Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT) dankemudian diumumkan ketika melakukan peninjauan pem-bagian dana Program Keluarga Harapan (PKH) di KantorPos Alor. ”Hari ini saya ingin sampaikan pergantian namadari Raskin menjadi Rastra, beras sejahtera,” kata MenteriSosial.

Menurut Khofifah, penggantian nama ini untuk meng-ubah pemikiran yang sebelumnya beras ini untuk menbantumasyarakat miskin, agar kini beras yang disubsidi pemerintahuntuk mengubah kehidupan masyarakat menjadi lebihsejahtera. Raskin atau sekarang disebut Rastra adalah berasyang disubsidi pemeritah untuk masyarakat berekonomilemah. Beras ini dijual pada harga yang relatif murah danmendapat subsidi sebesar Rp 5.000 per kilogram. (*/isw)

Dibagikan 14 Kali dalam Setahun

Seorang buruh sedangmengangkat beras raskin darigudan untuk didistribusikan ke

seluruh Indonesia. Foto :Istimewa.

Page 47: Majalah Sasaraina

UU PILKADADIGUGATTolak Negara Biayai Kampanye

UNDANG-Undang (UU) No 8 Tahun 2015tentang Pilkada yang terkait dengan Pasal65 Ayat (2), kembali digugat. Penggugatnyaadalah dua warga negara Indonesia yakniNu’man Fauzi dan Achiyanur Firmansyah.

Seperti dikutip dari tempo.co, kuasa hu-kum penggugat, Andi Muhammad Asrun diJakarta, mengatakan, pihaknya sudah men-daftarkan gugatan ke Mahkamah Konstitusi(MK) terkait Pasal 65 Ayat (2) tentang kam-panye yang dibiayai oleh negara. Berkas gu-gatan diterima oleh I Made Gede, petugaspengadministrasi registrasi perkara di Mah-kamah Konstitusi (MK).

Andi Asrun mengatakan, ada beberapaalasan mengapa pihaknya menggugat UUPilkada tersebut, khususnya soal biaya kam-panye yang dibiayai negara melalui APBD.Pertama, UU Pilkada ini bersifat diskriminatif,di mana ada perbedaan perlakuan bagi calonyang memiliki latar belakang sebagai

petahana dan nonpetahana.“Calon petahanaakan diuntungkan dan diunggulkan denganUU ini dan merugikan calon lain yakni parapendatang baru,” katanya.

Kedua, UU ini melegitimasi terjadinyapemborosan uang negara. Menurut Andi As-run, kesiapan anggaran menjadi masalah se-rius bagi penyelanggaraan Pilkada 2015. Ter-dapat banyak daerah yang belum mengang-garkan biaya pilkada dalam APBD 2015. Olehkarena adanya kekurangan anggaran, makadana penyelenggaraan pilkada terpaksadiambil dari pos lain.

”Anggaran yang diambilkan dari pos laintersebut apabila mengurangi anggaran daripos strategis dan skala prioritas, tentunyadapat mengakibatkan terganggunya pemba-ngunan di daerah dan merugikan masyara-kat. Hal ini dibuktikan dengan adanya 10 jenistemuan BPK tentang ketidaksesuaian peng-gunaan anggaran Pilkada,” katanya.

Ketiga, UU ini memanjakan pasangancalon pilkada karena semua biaya kampanyeditanggung negara.

Sebelumnya, pelaksanaan kampanye di-danai masing-masing pasangan calon, ka-rena kampanye adalah sarana menyampaikanvisi, misi, program pasangan calon, simbol,atau tanda gambar yang bertujuan untuk me-ngajak orang memilih pasangan calon ter-tentu. ”Lantas mengapa kegiatan meyakin-kan pemilih untuk mendukung yang seha-rusnya dilakukan oleh pasangan calon dantim kampanye tersebut harus difasilitasiKPU/KIP dengan dana APBD?” tanya AndiAsrun.

Dikatakan, hal demikian seharusnya tidakdibebankan pada APBD, karena terkait de-ngan kepentingan pribadi masing-masing pa-sangan calon. Seharusnya yang menggu-nakan dana APBD hanya publikasi tentangpelaksanan pilkada yang bersifat umum, mi-salnya sosialisasi pelaksanaan pilkada sertaajakan pada masyarakat untuk turut aktifmenggunakan hak politik dalam pilkada.

Atas dasar dalil di atas, kata Andi Asrun,pihaknya meminta Mahkamah Konstitusiuntuk menyatakan Pasal 65 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun2015 tentang Perubahan Atas Undang-Un-dang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Peneta-pan Peraturan Pemerintah Pengganti Un-dang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentangPemilihan Gubernur, Bupati dan WalikotaMenjadi Undang-Undang bertentangan de-ngan Undang-Undang Dasar Negara Repub-lik Indonesia Tahun 1945. ”Kami memintaMahkamah Konstitusi untuk segera men-cabut pasal tersebut dan memohon persida-ngan dipercepat,” katanya. (*/isw)

NASIONAL

SASARAINAEdisi: 07/Juli-2015 47

Advokat Andi Asrun kemeja biru, saat diwawancarai awak media ketika menggugat UU Pilkada. (Foto : Tempo)

Page 48: Majalah Sasaraina

PAKLEK

SASARAINA Edisi: 07/Juli-201548

EDITORIAL c a t a t a n

Gizi Melimpah

TERKEJUT betul kita membaca mendengar masih tingginya angkagizi buruk di Kabupaten Mentawai. Apalagi, yang menyandangstatus gizi buruk itu umumnya anak-anak. Siapa pun kita yangpernah berkunjung ke Mentawai, pasti tidak yakin, kalau giziburuk ada di Mentawai. Asumsi semua orang yang pernah

datang ke Bumi Sikerei meyakinkan, bahwa hamparan laut biru itumenyimpan, bahkan mampu memberikan kepastian gizi yang lebih bagi wargaMentawai. Ikan dengan gizi yang bermutu tinggi masih bisa dinikmati wargaMentawai dengan harga yang relatif murah. Bahkan, jika mau gratis, cukupnongkrong di pinggiran dermaga untuk memancing, sudah mendapatkanikan yang memiliki gizi berkualitas.

Ikan krapu yang masih mengelilingi di semua dermaga yang ada diMentawai, masih menjamin kualitas gizi masyarakatnya. Belum lagi udanglopster yang setiap harinya bermainm di terpian karang pantai, juga masihrelatif mudah untuk didapatkan. Sampai hari ini, warga Mentawai sendiriuntuk menangkap lopster masih tradisional. Cuku dengan membawa senterbawah laut, kemudian menyelam dan muncul lagi sudah membawa udanglopster. Tentu, kita sudah sama tahu, berapa kadar gizi pada udang lopsteritu sendiri. Harga udang lopster yang harganya selangit itu sudahmembuktikan, bahwa gizinya sangat berkualitas.

Selanjutnya, kepiting bakau jug amasih mudah ditemui. Ratusan mil pantaiMentawai itu umumnya ditumbuhi hutan bakau (mangrove). Di balik hutanbakau itu, juga sangat menjamin menyimpang cadangan gizi bagimasyarakatnya. Setiap air laut surut, warga Mentawai pun blusukan ke hutanbakau untuk mencari kepiting. Untuk menangkapnya juga dilakukan secaratradisional. Cukup dengan kedua tangan, kepiting bisa didatangkap. Gizinya,jangan ditanya. Lihat saja berapa harga kepiting bakau perkilonya sesuaidengan jenis ukurannya.

Pertanyaannya, mengapa ada gizi buruk di Mentawai. Ini tentu sangatkontras bila di dengar oleh orang tepi yang jauh di sana. Sebab hidup dipulau dengan dikelelingi sumber gizi bermutu, justru dirudung masalah giziburuk. Lebih mudah dipahami, gizi buruk sama halnya kurang gizi. Tentukasus ini menimbulkan banyak persepsi atau tafsiran dan analisa yangberbeda. Biasanya, kasus seperti ini yang menjadi kambing hitamnhya adalahpemerintah. Sebab umumnya, kasus gizi buruk yang terjadi di Indonesiaakibat kemiskinan. Sudah jelas, jika gizi buruk diakibatkan karena kemiskinan,indikasi pun jelas kurang makan enak. Sementara, di Mentawai, warganyasendiri sangat mudah atau gampang untuk mencari makan enak yang penuhdengan gizi berkualitas.

Terbukti, kasus gizi buruk yang terjadi di Mentawai justru bukan karenakemiskinan, meskipun kemiskinan di Mentawai masih tinggi. Namun giziburuk itu terjadi akibat pola asuh orang yang dianggap oleh pengamat sosialdan medis salah. Perlu diketahui, memang sebagian besar kehidupan sosialbudaya orang Mentawai adalah berladang. Pagi dan sore, aktivitasmasyarakat dihabiskan di ladang. Sebagian besar, ada juga masyarakat yangmembawa anaknya ke ladang. Mungkin ini juga ada kepedulian orang tuaterhadap anaknya agar bisa memantau dan mengasuhnya lebih dekat. Namunsebagian, justru ada orang tua yang meninggalkan anaknya selama setengahhari itu beraktivitas di ladang.

Ini salah satu penyebab mengapa gizi buruk masih terjadi di Mentawai.Anak balita yang di tinggal orang tuanya di ladang sampai setengah hari itu,cukup membuktikan, bahwa kondisinya pasti tidak terawat. Khususnya,soal asupan gizi makannya. Namun bukan berarti anak tersebut diterlantarkanorang tuanya. Meski demikian, kasus gizi buruk tersebut tidak bolehdianggap sepele.

Untuk memperbaikinya, tentu harus memberikan pemahaman kepadasemua warga Mentawai untuk lebih meningkatkan kualitas mengasuh anak,tanpa harus melarang pergi ke ladang bagi kaum ibu rumah tangga. Langkahawal ini meski harus dilakukan, agar meningkatkan kesadaran bagimasyarakat, khusunya ibu rumah tangga. Bahwa meninggalkan anaknyayang berusia tiga tahun di rumah yang hanya diasuh oleh kakaknya yangberusia enam tahun, tidak memberikan jaminan pola asuh yang benar.

Maka semua kita, memiliki tanggung jawab yang besar untuk memberikankesadaran bagi semua masyarakat Mentawai. Sebab kesehatan merupakanaset hidup yang tak ternilai harganya. Maka sudah saatnya, gebrakanMentawai sehat ini tidak hanya dilakukan dari pemerintah saja, melainkansemua elemen masyarakat dan lembaga. (*)

Matras BiruMENGUNJUNGI Pulau Nias sepintas tidak ada bedanyadengan menuju Kepulauan Mentawai. Jarak tempuhnyasama-sama satu malam, dan paginya pun sampai tujuan.Ayunan gelombang laut juga sama indahnya antaraMentawai dan Nias. Namun hanya ada beda kesan antaramengunjungi Mentawai dan Nias.

Begitu masuk pintu dermaga Sibolga, kondisi jalantertata rapi. Bahasa orang di sekitar Dermaga Sibolga itupun sangat santun. Para petugasASDP tegas dan keras, tidak pan-dang bulu dalam memberikan pela-yanan. Saat itu, Paklek membawamobil dengan rekan kantor. Sampaidi Dermaga Sibolga, ternyata satumobil kelas family itu ditanggungempat orang tiketnya. Artinya, hanyamobilnya yang membayar, sedang-kan orangnya bebas.

Begitu sampai di kapal milikASDP itu, suasanya juga indah.Semua mobil tersusun rapi. Padahal,di dalam lambung kapal itu, terdapat mobil jenis familiydan fuso. Roda mobil, sepeda motor, semuanya terkunciaman. Di dalam lambung kapal, napas tetap segar dankepala ringan. Sebab tidak terlihat belanjaan milik wargaberjubelan menyempiti jalan masuk ke lantai dua.

Naik di lantai dua, semua penumpang duduk dikursidengan rapi. Sementara di ranjang, juga terlihat penum-pang sedang leyeh-leyeh beralaskan tikar atau koran.Semua itu bawaan masing-masing, tanpa disediakan ataudijual oleh pihak kapal atau agen. Meski demikian, Paklekpun ingin beristirahat dengan tenang tapi berbaur de-ngan masyarakat. Paklek pun bertanya kepada seorangABK, menanyakan matras biru. Jawabannya pun mence-ngangkan, sekaligus menyinggung, bahwa kapal ASDPpenyeberangan Sibolga-Nias tidak menyediakan matrasbiru. ”Kalau mau pakai kasur bawa sendiri Lay. Ini kapal,bukan hotel. Jadi tidak disediakan matras atau kasurspringbad,” tegasnya dengan dialek kata khas Batak.

Ingin mencari kesan lainnya, Paklek pun menuju lantaitiga. Ternyata, lantai tiga kapal yang biasanya banyakkamar, jalurnya ditutup. Paklek pun melihat ada sebuahperingatan. ”Dilarang naik selain petugas ABK”. Akhir-nya Paklek pun tidak bisa mencari kesan lainnya di lantaitiga milik ABK itu. Tapi, setidaknya, dengan adanya lara-ngan penumpang masuk di kawasan kamar ABK itu, jugamenjadi kesan tersendiri. Paklek mengira, semua kapalASDP yang ada di perairan laut Indonesia itu pelayanan-nya sama, ternyata ada perbedaan.

Duduk bergaul dengan masyarakat Nias sambil menik-mati kopi buatan kantin ABK, Paklek merasa lebih nya-man. Anak-anak terlihat bisa berlarian di dalam kapal lantaidua. Tidak ada satu pun kepala orang yang Paklek lang-kahi ketika berjalan keluar masuk WC, atau naik turunlantai dua dan satu. Suasana di dalam kapal lantai dua itubagaikan berada disebuah bioskop. Semua penumpangduduk rapi menonton chanel televisi berbayar itu. Kadangmereka bersorak, tertawa, bahkan terlihat mukanyabersedih. Begitulah suasana film yang mereka tonton.

Kesan lainnya, Paklek juga tidak menemukan seke-lompok buruh bongkar muatan di dalam kapal. yang adahanya becak yang kadang keluar masuk membawa bebe-rapa koper atau tas milik penumpang. Sebab semua be-lanjaan toko milik warga Nias berada di dalam gerobakmobil. Satupun tidak ada yang diserakkan ke dasar lantailambung kapal.

Ingin rasanya kesan dari Sibolga dan Nias itu Paklekbawa pulang ke Mentawai. Nyaman dan menikmati ayunanombak Pantai Barat. Sebab Paklek selalu mendengar, setiaporang yang pulang dari Mentawai membawa kesan yangburuk, khususnya pelayanan kapal. ”Kapalnya padattidak”? Setidaknya itulah pertanyaan yang selalu Paklekdengar kepada setiap orang yang akan berangkat ataumeninggalkan Mentawai. (*)

Page 49: Majalah Sasaraina

SASARAINAEdisi: 07/Juli-2015 49

OPINI

Diskriminasi Makanan

MENJELANG sore,saya pun kirimpesan pendekdengan istri,menyampaikan ,bahwa gaji sudahmasuk ke rekening.

Lalu istri saya pun membalasnya, denganmengingatkan, jangan lupa beli beras. Sebabberas di rumah tinggal hitungan dua harilagi habis.

Sepanjang jalan pulang kantor menujurumah dengan mengenderai motor metik,kepala saya pun selalu menoleh sampingkanan dan kiri melihat tempat penjualan be-ras. Begitu terbaca adanya plang penjualanberas, saya pun langsung berhenti untukmelihat sejumlah ragam jenis beras yangdijual.

Disambut hangat dengan pedagang danmempersilahkan masuk sambil bertanya. Beliberas apa mas. ”Ada bareh solok, barehanak daro, bareh pulen, bareh cap pandadan silahkan pilih,” katanya tanpa mempro-mosikan merk beras di toko itu.

Lalu saya bingung. Namun tetap mere-mas-remas berbagai jenis beras sambil me-nanyakan harga dan rasanya. Akhirnya,saya memilih di luar promosi merk berasyang ditawarkan si pedagang. Dengan sing-kat, bundelan karung beras itu pun sayabawa pulang untuk hadiah anak dan istrisetelah menerima gaji bulanan. Harapan, istripun menyambut senyum manis ketika berasyang saya bawakan sebagai bentuk jerihpayah suami menafkahi keluarga.

Keadaannya berbalik. Beras di karungtadi langsung diambil istri dan dimakannyamentah-mentah. Cukup profesional, ter-nyada lida istri saya sudah bisa merasakanmana beras berkualitas dan tidaknya, meski-pun belum ditanak atau dimasak.

”Ini beras miskin mas, kok dibeli. Daripada belik raskin, mending minta sama PakRW saja, gratis lagi. Beras miskin mana enakdimakan,” sentil istri.

Saya pun berpikir panjang. Bukan soalberas miskinnya, tapi merasa malu salahmembeli beras yang berkualitas, agar anaksaya pun tumbuh dan berkembang denganotak yang berkualitas. Ya, setidaknya, untukmenciptakan generasi yang berkualitas ha-rus didukung dengan asupan manakananyang berkualitas juga, di samping pendidi-kan yang berkualitas juga sangat mem-pengaruhi.

Ketika membuka beberapa halaman me-dia online, saya mendapatkan informasi,bahwa beras miskin (raskin) sekarang diha-pus. Sebagai gantinya, beras sejahtera(rastra), meskipun rasa dan bentuk merk lo-gonya masih yang lama. Dari sini, saya mu-

lai memainkan analisa, bahwa tanpa disa-dari, kita sudah mendiskriminasikan ma-kanan orang kaya dan miskin secara nasio-nal. Kita sudah bisa melihat kualitas ekonomiseseorang dengan melihat type atau jenisberas yang dimakannya.

Sangat bijak menurut saya pemikiran or-ang-orang yang bekerja dijajaran Kemen-terian Sosial saat ini. Meski programnyamasih copy paste pemerintahan yang lama,setidaknya mampu mengubah cara pandangatau pikir masyarakat luas Indonesia. Cita-cita bangsa untuk mewujudkan rakyatsejahtera juga harus dibarengi dengan pro-gram kesejahteraan itu.

Coba kalau kita analisa, dengan memberinama beras miskin, secara otomatis, berartisejauh ini kemiskinan tidak bisa dihapus.Indikasinya, sudah jelas, yang menerima be-ras miskin itu adalah memang orang miskin,meskipun kadang penerimanya tidak me-nyandang status miskin. Lalu pertanya-annya, kapan mereka hidup sejahtera ataumeninggalkan kemiskinannya?

Dengan memberikan nama beras sejah-

tera, setidaknya sudah menjawab, bahwakita saat ini sudah menikmati kesejahteraandari pemerintah melalui berbagai program-nya. Salah satunya, program beras sejahtera.Sangat tidak logis, kalau pemerintah sendirisudah mengklaip atau memberi cap, bawahberas miskin itu dibagi untuk orang miskin,meskipun memang itu kebenarannya. Atau,pemerintah sendiri sudah mendiskrimina-sikan secara nasional adanya perbedaan be-ras antara orang kaya dan miskin.

Meski antara raskin dan rastra tidak adaperbedaan, baik dari segi harga, rasa, danmerk logonya, namun perubahan bahasa itumampu mengangkat derajat masyarakat itusendiri. Secara otomatis, harkat dan mar-tabat bangsa itu sendiri juga terangkat keti-ka tidak ada lagi kemiskinan. Cita-cita muliabangsa adalah, akan menghapus kata mis-kin dalam berbagai sektor atau perspektiflainnya. Kata miskin, merupakan musuhbebuyutan bagi semua bangsa. Maka bang-sa manapun, tidak ingin disebut sebagaibangsa miskin. Provinsi atau kabupaten dankota manapun, tidak ingin disebut daerahmiskin. Sebab kata miskin tersebut merupa-kan pertaruhan harga diri, harkat danmartabat sebuah bangsa atau daerah. (*)

Oleh: ISWANTO. JA

Page 50: Majalah Sasaraina

OLAHRAGA

Atlet Peraih MedaliTERIMA BONUS

SASARAINA Edisi: 07/Juli-201550

MEMPERTAHANKAN keberhasilan sebagaijuara lebih sulit dari pada meraih dan mere-butnya. Untuk itu, seluruh atlit, pelatih, pe-ngurus KONI dan Cabang Olahraga serta selu-ruh pemangku kepentingan terkait harus terusmenumbuh kembangkan tekad dan semangatdalam diri untuk selalu tampil menjadi danmemberikan prestasi terbaik untuk masyarakatdan daerah Kabupaten Kepulauan Mentawaiini.

Harapan itu dikemukakan Bupati YudasSabaggalet, pada acara penyerahan bonuskepada para atlit peraih medali pada PekanOlahraga Provinsi (Porprov) XIII SumeteraBarat yang diselenggarakan di KabupatenDhamasraya, 2014 lalu.

Penyerahan bonus secara simbolis dariKONI Kabupaten Mentawai tersebut dilaku-kan di ruang rapat Aula Kantor Bupati Men-tawai. Di dampingi Kapolres, pada kesempa-tan itu juga bupati menyerahkan penghargaanuntuk atlet berprestasi, baik di tingkatPorprov.

Dalam kesempatan itu, Yudas Sabaggaletmengatakan, pembinaan yang baik yang telahdilakukan selama ini sehingga dapat merebutjuara di Porprov XIII Sumatera Barat, sehinggaharus dipertahankan dan terus ditingkatkan.Sedangkan yang belum sebagaimana diha-rapkan, segera dioptimalkan.

”Sehingga pada Porprov XIV di KotaPadang pada 2017 hasilnya menjadi lebih opti-mal. Jangan terlena dengan keberhasilan diPorprov XIII karena waktu dua tahun menje-lang pelaksanaan Porprov XIV bukanlah wak-tu yang lama,” pinta Yudas, mengingatkan.

Di kesempatan itu, baik atas nama pribadimaupun Pemerintah Kabupaten Mentawai,Yudas mengucapkan terima kasih kepadaseluruh kontingen dan berbagai pihak terkaitlainnya yang telah berkontribusi sehingga

k a b u p a t e nberjuluk Ne-geri Sikereiini keluarsebagaij u a r aHushup a d aP o r -p r o vXIII.

Se-m e n -t a r akepadap a r aa t l e tyang me-nerima bo-nus dari KONIMentawai itu,Yudas berharap halitu dapat dijadikan mo-tivasi untuk terus membe-rikan yang prestasi yang lebih baiklagi di masa yang akan datang.

Ketua KONI Kabupaten KepulauanMentawai, Farnando menjelaskan, total bo-nus yang diberikan untuk atlit peraih medaliPorprov XIII dan penghargaan untuk atletdaerah yang berprestasi di tingkat ProvinsiSumatera Barat, berkisar sekitar Rp. 60 Juta.

Untuk atlet peraih medali emas PorprovXIII, katanya, masing-masing Rp 15 juta.Sedangkan untuk medali perak, sebesar Rp10 juta Perak Rp 5 juta. Untuk pelatih terbaikRp5 juta. ”Alhamdulillah, dibandingkan bo-nus yang diberikan daerah lain, bonus untukatlet Mentawai yang meraih medali pada Por-prov XIII di Dhamasraya, sedikit lebih besar,”kata Bupati Yudas Sabaggalet. (her)

Bupati KepulauanMentawai, YudasSabaggaletmenyerahkan bonuskepada atletMentawai yangberhasil meraihmedali emas, perak,dan perunggu padaporprov 2014.

Page 51: Majalah Sasaraina
Page 52: Majalah Sasaraina

IPTEK

SASARAINA Edisi: 07/Juli-201552

Klaim Penemuan Pesawat Antariksa

DIBUAT7.000TAHUNSILAM

P A S A N G A Nsuami istri asal In-dia mengungkapkanklaim penemuan ar-keologis mengejutkan ba-nyak pihak. Seperti dikutipdari tribunnews.com, merekamengklaim, menemukan artefakberupa pesawat yang mampumelakukan perjalanan antar planet yangtelah dibuat ribuan tahun silam.

Dilansir ewao.com, suami istri itu mem-publikasikan penemuan tersebut dalamKonferensi Ilmuwan India (ISC), yang ber-langsung di Universitas Mumbai pada bulanJanuari 2015. Sang suami yang juga mantanpilot bernama Anand Bodas dan istrinyaAmeya Jadhav mengklaim, India telah me-nemukan pesawat sejak 7.000 tahun lalu.

“Bukan pesawat sederhana dan tidakcuma bisa terbang, namun pesawat ini bah-kan bisa berhenti melayang di udara kemu-dian sanggup bergerak ke berbagai arah mau-pun melakukan perjalanan ke planet lain”,kata Bodas, yang merupakan bagian daripenulis karya ilmiah berjudul Teknologi Pe-nerbangan Kuno India.

Lebih lanjut ia menjelaskan, struktur da-sar pesawat tersebut memiliki panjang sekitar

60 kaki, namun panjangnya juga bisa men-capai 200 kaki. ”Ini termasuk pesawat jum-bo. Pesawat kuno ini memiliki 40 mesin ke-cil,” demikian deskripsi Bodas yang dikutip-nya dari manuskrip kuno bernama The Vai-manika Sastra yang ditulis Maharishi Bha-radwaj dalam bahasa Sansekerta.

Ia mengatakan, pesawat kuno ini jugamemiliki sistem radar yang ia sebut ‘roopar-kanrahasya’ yang mampu menampilkan in-

formasi aktual pesawat. Namun begitu, teoriini kemudian memancing kontroversi. Salahsatunya diungkapkan oleh media terkenalMumbai Mirror.

Menurut mereka, teori yang dikemukakanoleh Bodas, tidak konsisten dengan metodepenelitian keilmuan, juga tidak konsistenterkait metode yang bisa dibuktikan bahkantemuannya diragukan. (*/isw)