majalah santunan mei 2015

60
ISSN 0216-0790 Batu AntaraKepercayaan Masyarakat, Agama dan Penjelasan Ilmiah Khairul Umami/inmas KERJA IKHLAS MENYENANGKAN

Upload: khairul-umami

Post on 25-Sep-2015

94 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Majalah Santunan. Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh

TRANSCRIPT

  • ISSN 0216-0790

    BatuAntaraKepercayaan Masyarakat,

    Agama dan Penjelasan Ilmiah

    Khairul Umami/inmas

    Kerja IKhlas MenyenangKan

  • 02

  • 03Santunan - I/2015

    06Laporan UtamaBatu: antara Kepercayaan Masyarakat, agama dan Penjelasan Ilmiah

    20MasjidMiniatur Masjid raya Baiturrahman

    30SosokM. Daud Pakeh:Kehendak allah swt

    38Resensiagar Karakter anaklebih Terpola

    44TeknoQiblat Tepat via android

    46SainsIstiwa azham: Waktunya Koreksi arah Kiblat

    DAFTAR ISI

  • 04

    SURAT

    Assalamua'alaikum WR.WB,Sebelumnya saya ingin memperkenalkan

    diri. Nama saya Fatir dari Bireuen. Saya bukan pegawai Depag Aceh. Namun, saya selalu mengikuti perjalanan Majalah Santunan. Saya sering membacanya di rumah adik ipar saya. Namun beberapa bulan ini saya sudah jarang mendapatkannnya. Sewaktu saya tanyakan ke ipar saya, dia menjawab tidak tahu. Pertanyaan saya mengapa beberapa bulan ini Santunan tidak terbit?

    Pembina: Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh. Dewan eksekutif: Kepala Bagian Tata Usaha, Para Kepala Bidang, Pembimas, Kepala Subbag pada Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh. Penanggung jawab/Pemimpin redaksi: Akhyar. redaktur eksekutif: Zulfahmi. redaktur Kreatif: Ahsan Khairuna. redaktur Foto: Khairul Umami. editor/Penyunting: Juniazi, M. Yakub Yahya, Baihaqi, Alfirdaus Putra. Desain: Amwar Citra Hutabarat, Dedi Jufrizal, Hasma Diana. Fotografer: Fuzail, Fuadi, Zarkasyi. sekretariat: Fajriah Bakri, Lia Nurhilaliah, Syahrul, Fieterson Joeliyus Mangunsong. Kontributor: Aparatur Sipil Negara Kementerian Agama Provinsi Aceh. alamat redaksi: Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, Jln. Abu Lam U No. 9, Banda Aceh. http://aceh.kemenag.go.id email: [email protected]

    Ke Mana Majalah Santunan?Waalaikium salam Wr.Wb.Bapak Fatir yang terhormat. Terimakasih

    atas pertanyaan saudara. Kami bangga, masih ada yang peduli dengan Majalah Santunan ini. Menjawab pertanyaan saudara, memang beberapa bulan ini Santunan tidak terbit. Ini karena ada perubahan pada struktur dan cara penerbitan Santunan. Sekilas sudah kami terangkan pada salam redaksi pada edisi ini. Terima Kasih.

    Tertanda, Redaksi

  • 05Santunan - I/2015

    Peralihan tahun, baik Hijriah maupun Masehi bagian dari pergantian waktu. Maka, makna dari pergantian itu adalah sebuah proses perubahan, walau terjadinya baru sekian detik. Seorang dikatakan berubah, menurut

    Syeikh Yusuf Qaradhawi, bila telah bergeser atau bergerak dari posisinya semula (yataharrak an wujudh al awwal). Tanpa pergeseran atau pergerakan maka tak terjadi makna perubahan.

    Merupakan sunnatullah, bila terjadi perubahan atau pergantian tampuk pimpinan pada sebuah lembaga. Misalnya pada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh. Lembaga yang sebelumnya dipimpin Drs. H. Ibnu Sadan, M.Pd beralih kepada Drs. H. M. Daud Pakeh. Kedua putra Aceh bersama pejabat eselon II lainnya dilantik langsung oleh Menteri Agama, Drs. H. Lukman Hakim Saifuddin, M.Si pada tanggal 4 Maret 2015 di Auditorium Rasjidi Jalan Thamren Jakarta.

    Drs. H. Ibnu Sadan, M.Pd yang tidak lagi memimpin Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh dipercayakan menjadi kepala Biro Administrasi Umum Akademik dan Kemahasiswaan (AUAK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Zawiyah Cot Kala Langsa.

    Dalam acara lepas sambut yang dihadiri seluruh Kakankemenag Kab/Kota dan seluruh jajaran Kanwil Kementerian Agama Aceh di aula Kanwil, kedua pimpinan menyatakan bahwa akan terus mengembangkan apa yang telah diraih dan dicapai masing-masing pimpinan bahkan secara spesifik Kakanwil Kemenag Aceh Drs. H. M. Daud Pakeh akan melakukan tiga M, yaitu; Pertama, meneruskan apa yang telah dilakukan Drs. H. Ibnu Sadan, M.Pd. Kedua adalah memperbaiki apa yang belum sesuai baik secara peraturan dan lain sebagainya. Ketiga adalah mengupayakan apa yang belum sempat dilakukan untuk membesarkan Kementerian Agama.

    Perubahan juga terjadi pada kepengurusan majalah Santunan. Mulai dari waktu terbit yang semula setiap bulannya menjadi dua bulan sekali. Timbul pertanyaan, apakah ini media ini mengalami kemunduran? Jawabannya adalah tidak, karena majalah yang akan diterbitkan tahun 2015 dicetak melalui anggaran DIPA. Ini sesuai dengan rekomendasi Rapat Koordinasi Informasi dan Hubungan Masyarakat tahun

    2015 beberapa waktu yang lalu di Jakarta. Dalam rekomendasi tersebut ditekankan agar semua kanwil dapat menerbitkan majalah dinas dengan menggunakan dana APBN.

    Untuk edisi perdana versi APBN ini, Santunan akan membahas dua isu yang sedang berkembang di masyarakat dan Kementerian Agama. Batu dan Lima Nilai Budaya Kerja Kementerian Agama. Mengapa dua isu ini yang diangkat? Alasan Santunan sederhana saja, batu yang sedang menjadi trend saat ini tentunya kurang menarik jika tidak bahas melalui sisi agama. Lalu, untuk lima nilai budaya kerja, ini adalah mimpi kementerian agama untuk menjadi lembaga yang lebih baik. Tentunya harus terus disosialisasikan.

    Ada hal kecil yang menarik dari dua isu ini jika dikaitkan dengan pergantian tampuk pimpinan pada Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh. Ya, saat lepas sambut kakanwil beberapa waktu lalu, Kakanwil baru Daud Pakeh memberikan cindera mata berupa satu cincin dengan ikataan batu akik yang langsung dipakaikan ke jari Ibnu Sadan. Sementara untuk lima nilai budaya kerja, tentunya Daud Pakeh akan melanjutkan program Kementerian Agama RI yang lahir saat Ibnu Sadan masih memegang tampuk pimpinan untuk Kementerian Agama wilayah Aceh ini.

    Berbicara kembali tentang perubahan, Allah SWT berfirman: Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan mengubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum, hingga kaum itu mengubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri (QS Al Anfal :53)

    Untuk lebih siap dalam menghadapi perubahan itu diperlukan lima syarat sebagai pendukung. Pertama, mindset pola pikir dan niat yang kuat untuk maju dan berubah. Kedua Knowledge yaitu ilmu sebagai landasan perubahan. Ketiga Strategic Plan, program unggulan sesuai ilmu dan human capital yang dimiliki. Keempat, act (amal) yaitu tindakan yang dapat mengubah kemungkinan menjadi kenyataan.Dan kelima, sikap pantang menyerah.

    Semoga pergantian kepemimpinan, pergantian kepengurusan majalah Santunan dan pergantian pejabat dan sebagainya, akan membawa kita kepada perubahan yang lebih terutama pada jajaran Kementrian Agama.***

    Perubahan

    DARI REDAKSI

    Akhyar

    Pemimpin redaksi

  • 06

    BatuAntara Kepercayaan Masyarakat,Agama dan Penjelasan Ilmiah

    oleh KhiththatiFoto: Ahmad Ariska

    LAPORAN UTAMA

  • 07Santunan - I/2015

    ZING, ZING, ZING Asap putih keluar dari gesekan antara batu dan mesin, suara itu terdengar lebih sering dengan jumlah suara yang lebih banyak di berbagai tempat di Aceh. Mereka bekerja mengasah batu dengan peralatan seadanya. Semakin banyak yang mengantri maka akan semakin bising tempat tersebut.

    Tren batu melanda seluruh wilayah Indonesia, di media massa sampai sosial media pembicaraan tentang hal ini menjadi bahan pembicaraan setiap harinya. Tidak sampai disitu di beberapa sudut kedai kopi topik ini menjadi pembicaraan utama terlebih dengan dilakukannya pameran di beberapa tempat.

    Di Banda Aceh sebagian anak muda berpendapat bomingnya batu ini hampir sama dengan banyak tren lainnya yang akan muncul dan segera tenggelam seperti halnya fenomena ikan louhan, tanaman anthurium, bunga euphorbia, beberapa tahun lalu sempat menyedot banyak perhatian. Namun tidak halnya dengan pengemar batu setengah mulia ini mereka meyakini bahwa hal ini akan bertahan lama.

    Ketua Gabungan Pecinta Batu Alam (GaPBA) Aceh Nasrul Sufi mengatakan kalau hal ini akan terus ada hingga beberapa tahun yang akan datang dan ini bukan fenomena sesaat seperti dulu. Ia juga memberi contoh bahwa peningkatan penjualan dan orang yang mulai melirik bisnis ini terus bertambah setiap tahunnya.

    Kami mendata jumlah penggemar batu yang terus mengalami peningkatan. Dulu tahun 2011 penggemarnya hanya sekitar 30 orang dan kini 50.000 orang. Harga batu Aceh pun melonjak drastis dibandingkan tahun lalu, ungkap Nasrul Sufi.

    Nasrul Sufi juga menjabarkan jika fenomena batu itu telah banyak membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat, bahkan GaPBA mencatat sekarang ada 15.000 orang yang memulai bisnis ini di seluruh Aceh. Harganya pun melonjak tinggi, contohnya saja Indocrase yang menjadi primadona di antara giok Aceh, setahun yang lalu harga bahan mentah dari petambangnya antara kisaran 400 ribu rupiah, namun kini naik menjadi 100 juta perkilogramnya untuk batu yang kualitas super.

    Di Aceh sendiri tidak hanya kaum laki-laki yang ikut dalam tren batu ini namun juga perempuan walaupun tidak mengetahui banyak informasi tentang hal ini. Kayaknya indah saja, kalau diikat jadi mata kalung seperti bentu liontin, ungkap Nana Muliana sambil tersenyum, Saya punya juga yang diberikan oleh teman namun nggak tau itu apa nama dan warnanya karena belum saya asah, tambahnya lagi.

    Hal yang sama juga dituturkan oleh Dahriani, Mahasiswi UIN Ar-Raniry ini juga menyimpan sebongkahan batu yang ia

  • 08

    LAPORAN UTAMA

    terima dari seorang teman. Sampai saat ini masih ada di rumah, nggak tau apa namanya belum juga dipotong apalagi diasah sekarang ongkosnya mahal sekali 50 ribu sekali potong saja kalau mau boleh saya bawa tapi bayar ongkos potong saja, ujarnya menawarkan. Nanti kita asah yang cantik jangan besar-besar sekali nanti dikira dukun lagi, tambahnya lagi sambil terkekeh kecil.

    Batu Giok atau di Indonesia lebih dikenal sebutannya sebagai batu akik, sebelum menjadi tren di tengah masyarakat selalu dikaitkan dengan hal yang mistis, terlebih bagi mereka yang memakai berbagai batu yang sudah berbentuk cincin di banyak jari mereka yang kemudian dikaitkan dengan ilmu perdukunan yang dikenal dengan sebutan batu aji atau batuan Ajimat. Dipercaya sebagai batu keberuntungan yang membawa banyak kelebihan seperti menolak bala, memikat, penglaris sampai pembawa kesaktian kepada pemakainya. Sehingga tak heran batu ini sering dikaitkan dengan hal-hal supranatural dan orang-orang yang mendalami ilmu tertentu seperti ilmu kebatinan.

    Perihal ini di sebuah naskah kuno tertulis bahwa batu giok digunakan untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit, juga sebagai penolak setan atau roh jahat, sebuah catatan dari filsuf St. Hildegrade yang hidup pada era XII bahkan memberi panduan bagaimana caranya memakai batu Yacinth atau Yakut, di Indonesia disebut Biduri Langit yang diyakini beberapa orang sebagai penolak bala. Dalam catatan tersebut tertulis batu seperti itu digunakan dengan cara diputar-putar di sebuah roti, kemudian membaca sesuatu yang disebut mantra, kemudian roti diberikan kepada pasien untuk dimakan, maka seketika itu juga dia sembuh.

    Menurut Prof Muslim Ibrahim, Penasehat MPU (Majelis Permusyawaratan Ulama) Aceh, bahwa dalam pandangan agama percaya pada pertolongan, penyembuhan dan lainnya yang disebabkan oleh batu itu sudah syirik dan dalam tauhid mereka itu harus disyahadatkan kembali karena sudah mempunyai keyakinan bahwa kebaikan dan rezeki yang ada didatangkan karena memiliki benda tertentu, dalam hal ini adalah batu.

    Seharusnya kita tetap berkeyakinan bahwa segala sesuatu itu datang dari Allah, dengan media tertentu ataupun tidak, misalnya percaya bahwa kesembuhan itu datang dari Allah melalui obat dan anjuran dokter yang kita patuhi, ungkap Prof Muslim Ibrahim. Ada segala tanda kebesaran Allah di setiap CiptaanNya di langit dan di bumi. Nah keberagaman kekayaan yang kita punyai juga merupakan salah satu dari tanda kebesaran itu agar kita terus bersyukur dan meningkatkan nilai-nilai iman dalam hati, tambahnya lagi.

    Hal yang sama juga diungkapkan oleh Faisal Adriansyah, mantan Kepala Distamben dan Ahli Geologi Aceh, Kalau kita mempercayai bahwa kebaikan ataupun keburukan yang kita dapatkan karena pengaruh suatu benda seperti keris, tombak maupun batu cincin maka hal tersebut dalam pandangan Islam menjadi musyrik. Karena orang beriman hanya yakin semua yang terjadi atas kehendak Allah SWT.

    Kalau pertanyaannya apakah batu cincin yang kita pakai dapat mempengaruhi penampilan kita seperti orang menjadi segan, atau kita menjadi berwibawa, rezeki berlimpah, saya tidak bisa menjelaskan secara ilmiah. Namun perlu diketahui bahwa setiap batuan memiliki kandungan mineral yang beragam, baik kadar mineralnya maupun pewarnaan pada mineral. Apakah mineral-mineral ini dapat mempengaruhi tubuh kita?

    Misalnya kalau kita memakai batu tertentu terasa lebih sehat dari biasanya, atau merasa tenang atau merasa emosi lebih stabil. Boleh jadi ion-ion pada batuan mempengaruhi kondisi tubuh kita. Itu musti ada penelitian lebih lanjut dan Allah Maha Mengetahui dibandingkan kita, tambahnya lagi.

    Nasrul Sufi dari GaPBA Juga mengigatkan masyarakat agar jangan mudah terperdaya dengan penjual batu giok yang mengatakan batu tertentu memiliki khasiat yang bersifat mistis pada pemakaiannya. Itu bohong, ujar Nasrul Sufi. Pengoleksi berbagai jenis batu ini juga mengatakan bahwa batu memang memiliki keindahan tersendiri sehingga banyak orang yang memburunya. Batu Giok Aceh memang terkenal dengan keindahanya, tambahnya sambil memperlihatkan batu yang tersemat di cincin miliknya.

    PEMERIAN KETERANGAN

    Batu Giok Nama Pasaran atau nama perdagangan dari batu yang berwarna dasar hijau, yang disusun oleh beberapa kristal halus dari beberapa mineral.

    a. Giok Jadeit

    b. Giok Nefrit

    Nama Ilmiah dari batu giok yang disusun oleh mineral utama JadeitNama Ilmiah dari batu giok yang disusun oleh mineral utama Nefrite

    Sifat Warna Warna Dasar Hijau , variasi warna hijau muda hingga hijau tua, variasi hijau bintik-binti kebiruan, variasi hijau bintik-bintik putih, variasi hijau binti-bintik coklat kotor.

    Sifat pencahayaan Tembus cahaya hingga kurang tembus cahaya

    Sifat Kilap Kilap Kaca hingga Kilap Lilin / Kilap Lemak

    Kekerasan / Daya Gores 6,5 7 Skala Kekerasan Mohs.( Batu Marmer 3-4; Batu Kapur 3 ; Besi Baja 5; Gibsum 2 ; Kaca gelas 6,5-6,7)

    Berat Jenis 2,8 3,4.( Kaca gelas 1,8-2,2 ; Batu Andesit 2,4 )

    Sifat Penyerta lain - Memiliki sifat menarik debu- Memiliki sifat Basa atau melawan asam

    Rumus Kimia /Unsur Kimia

    Mineral Jadeite (NaAlFeSi2O6),Mineral Nefrit ( CaMgFeSi4O11)Mineral Forsterit ( Mg2SiO4),Mineral Fayalite (Fe2SiO4)Mineral Diopsite ( CaMgSi2O6);Malakit (Cu2CO2).

    Variasi Nama-nama Giok Bacan, Giok Beutong, Giok Sungai Dareh, Giok Solar, Giok Biosolar, Giok Blimbing, Giok Gajih dll.

    Sejarah Perkembangan Bangsa Cina sebagai barang pemujaan berkekuatan magis oleh Dinasti Ming .

    Data Fisik Batu Giok

    Sumber : Sugeng Jarot; Distamben Aceh

  • 09Santunan - I/2015

    Giok sebagai Mahar

    Fenomena batu cincin telah memberi pengaruh yang sangat besar pada masyarakat, sampai timbul wacana untuk menjadikan giok sebagai mahar untuk pernikahan.

    MeNURUT BADRUZZAMAN ISMAIL, Ketua Majelis Adat Aceh (MAA) memang belum ada sebuah referensi tertulis tentang penggunaan batu cincin sebagai mahar di Aceh namun itu bukan berarti tidak boleh. Mahar itu tidah harus mahal namun berharga, sedangkan batu cincin dari giok ini selain berharga juga sudah mahal sekarang.

    Hal yang sama juga diungkapkan oleh Prof. Muslim Kalau untuk mahar tidak masalah, kerena mahar itu merupakan sesuatu yang berharga atau dinilai berharga.

    Bagaimana Hukum Memakai perhiasan pada laki-laki?

    Menurut Prof. Muslim Ibrahim memang tidak ada batasan bagi laki-laki dalam memakai batu cincin, kecuali tidak boleh memakai emas dan sutra karena itu sudah jelas ada larangannya, namun nanti kalau menyebabkan kemiripan, itu harus tetap diperhatikan terlebih jika nanti menyangkut riya.

    Memakai banyak perhiasan batu karena ingin dipuji misalnya itu sudah termasuk riya, naik bahu sedikit kalau sudah dipuji misalnya. Walaupun kadar riya di masing masing orang itu berbeda. Namun beda halnya ketika benda itu dipakai untuk keperluan iklan agar barang dagangan tersebut dibeli oleh orang lain, pesan Muslim Ibrahim.

    Rasulullah sendiri dalam sebuah riwayat disebutkan memakai sebuat cincin yang digunakan untuk stempel surat kenegaraan

    yang tersemat di jarinya. Al-Hafidz Ibn Hajjar juga menyebutkan beberapa kemungkinan yang lain, mata cincin beliau berupa batu dari Habasyah. Mata cincinnya dari perak. Disebut dari Habasyah karena cirinya, bisa jadi ciri modelnya atau ciri ukirannya. Menurut Hilmi Aydin (2005) dalam bukunya "The Sacred Trusts", cincin Rasulullah SAW itu kini berada di Istana Topkapi (Topkapi Palace), atau dalam bahasa Turkinya Topkapi Sarayi Istanbul. Cincin tersebut semula berada di Madinah. Ketika Sultan Salim menjadi penguasa Turki Usmani, maka cincin tersebut dipindahkan ke Istanbul. Dan masih dipamerkan di sana sampai sekarang.

    Menurut Muslim Ibrahin segala sesuatu itu memang tidak boleh berlebih-lebihan karena menimbulkan hal-hal yang negatif. Sudah ada hadist Nabi yang menyinggung hal tersebut. Makanya jangan sombong dan riya karena suatu saat nanti itu bisa menjadi ujian bagi kita. Orang miskin diuji dengan kemiskinannya, sedangkan yang kaya diuji dengan kekayaan yang dia miliki, himbaunya.

    Al Quran sendiri telah menggambarkan banyak hal tentang kekayaan yang terkandung di alam semesta. Dalam surat al-Araf ayat 10 disebutkan Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi itu (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur.

    Meluruskan pemahaman kebanyakan orang tentang dinginnya batu giok dapat meredam api dari gunung berapi, Faizal Ardiansyah berpendapat bahwa dinginnya batu giok tidak ada hubungannya dengan penangkal bagi tidak meletusnya gunung api. Apalagi giok memang tidak ditemukan pada wilayah gunung api aktif. Istilah batu giok dingin berkaitan dengan kearifan lokal di masyarakat. Dalam aspek geologi batu giok tidak lebih sebagai kumpulan mineral yang tersusun dari gabungan dua mineral atau lebih. Giok yang kaya mineral Jadeit selanjutnya disebut nama Jade (Jeid). Batu Giok kaya Nefrite disebut Giok Nefrit. Mineral yang menghasilkan batu Giok kelas permata tinggi yaitu kaya mineral Forsterit, permata Giok ini sangat hijau jernih, tembus pandang atau tembus sinar.

    Giok itu nama kearifan lokal, karena batuan itu ada namanya menurut terminologi dan geologi, ungkap Ahli Geologi yang kini menjadi Kepala Lembaga Administrasi (LAN) di Aceh.

    Dulu sebelum menjadi fenomenal seperti sekarang pengetahuan yang paling umum yang di ketahui oleh banyak orang bahwa batu giok ini berasal dari daratan tinggi Tiongkok. Menurut sejarah perkembangannya tempat asal ditemukannya batu giok jade di daerah Tibet, Cina dan Myanmar. Di Cina giok jade disebut dengan YU yang berarti batu mewah. Dalam perjalanan sejarah, seni dan kultur di Cina, batu jade selalu memiliki nilai khusus

    Ahmad Ariska

  • 10

    LAPORAN UTAMA

    yang sangat tinggi. Bahkan secara kasar batu permata ini bisa dibandingkan dengan emas dan berlian.

    Menurut Faisal Adriansyah berbagai batu mulia yang ada di serambi mekah ini adalah batu permata asosiasi batu beku intrusi Granit-Granodiorit aneka permata Garnet, Zirkon, Topaz, Zamrut, Sapir, Krisopras, Krisokola, Kalimaya. Dari Gabro Peridotit didapat aneka permata Giok Nefret, Giok Jadeit, Giok Blackjade. Berasosiasi dengan Batuan Vulkanik akan diperoleh Cempaka Madu, Soleman, Cempaka Lavender, Cempaka Solar Mad, Kecubung Ulung, Kecubung Asihan, Biduri Pandan, Kecubung Teh, dan Kinyang es.

    Daerah dengan prospek memiliki kandungan ini terdapat di Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, Aceh Jaya, Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Jaya, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Subulussalam dan juga daerah lainnya di Aceh. Menurut Penelitian, dari 34 provinsi di Indonesia, hanya Jakarta yang tidak mempunyai batuan ini. Sementara batu mulia sepeti intan, saat ini hanya didapat di Kalimantan.

    Kemunculan batu giok ke permukaan saat ini diakibatkan adanya pengangkatan kulit bumi oleh gempa-gempa besar. Tidak hanya batu giok, mineral berharga lainnya seperti minyak dan gas bumi bisa kita eksplorasi hari ini karena adanya tenaga dasyat yang mengangkatnya ke permukaan berupa gempa besar Bisa jadi gempa besar 26 Desember 2004 yang lalu juga mengangkat mineral-mineral berharga sehingga memungkinkan untuk dapat diekploitasi manusia. Tentu hal ini membutuhkan penelitian lebih lanjut, tutur Faisal Adriansyah.

    Selain itu menurut Dosen Unsyiah ini, secara geologis Indonesia termasuk di dalamnya Aceh adalah wilayah yang memiliki aspek geologi yang kompleks dan rumit. Hal ini dapat dilihat dari seringnya gempa terjadi di wilayah kita, demikian juga sebaran gunung api yang sangat banyak membentuk busur vulkanik. Di Aceh saat ini ada tiga gunung api aktif kelas A yaitu Seulawah Agam, Peut Sagoe dan Burni Telong. Sedangkan gunung api yang sudah tidak aktif namun masih terlihat aktifitasnya seperti sumber air panas dan belerang Kawah Jaboi di Pulau Weh, Sabang dan di Gayo Lesten Leuser. Kalau kita amati sebaran batuan vulkanik hasil letusan gunung api di wilayah Aceh saat ini tersebar di banyak tempat, hal ini membuktikan bahwa dulunya bisa jadi ribuan tahun yang lalu ada gunung-

    gunung api aktif yang cukup banyak di Aceh yang saat ini sudah padam. papar Faisal Adriansyah

    Penjelasan ilmiah tentang terjadinya batuan di alam berawal dari magma yang ada di dalam bumi, ketika magma membeku menjadi batuan, dinamakan batuan beku. Magma adalah cairan silikat pijar yaitu material dari unsur logam dan bukan logam yang kaya unsur silika, suhu lebih 1200 derajat. Magma naik ke permukaan bumi melewati rakahan batuan yang terjadi akibat adanya gerakan dasyat gempa sejak jutaan tahun yang lalu.

    Apabila magma muncul ke permukaan bumi dapat membentuk tubuh gunung api atau lelehan lava. Sedangkan magma yang membeku di sela-sela rekahan bumi (tidak sampai kepermukaan) membentuk batuan beku dalam, istilah geologi dikenal sebagai intrusi. Intrusi batuan ini mempengaruhi batuan di sekitarnya yang dia lewati. Hasil dari interaksi magma dengan batuan sekitarnya menghasilkan mineral-mineral berharga. Apabila menghasilkan mineral bijih maka batuan intrusi tersebut kaya dengan mineral seperti emas, perak, tembaga, besi dsb. Sedangkan apabila menghasilkan mineral non bijih maka yang muncul adalah mineral-mineral batu mulia seperti batu giok yang sangat kita kenal di Aceh saat ini.

    Pembentukan batu Giok berasosiasi dengan batu beku yaitu batu beku basa hingga batu beku sangat basa. Batu beku basa yang dimakudkan adalah batu beku dengan kandungan Silika kurang dari 52 %. Ciri lain berwarna gelap yaitu hijau, hijau kebiruan, coklat. Batu beku ini disusun oleh mineral-mineral yang utama mineral dari Group (Kelompok) Olivine; Kelompok Piroxine, Kelompok Amfibole, Plagioklas basa. Mineral Piroksin Group yaitu yang terpenting adalah mineral Jadeite, Nefrite, Diopsite. Mineral Kelompok olivine yaitu Forterit dan Fayalit.

    Apa yang akan terjadi bila pengambilan batu ini tidak dikontrol dan dilakukan terus menerus?

    Dalam surah Ar Rum ayat 41, Allah telah berfirman Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia.

    Keberadaan batu mulia di alam tidaklah massif dalam bentuk hamparan yang luas. Sesuai dengan proses kejadiannya maka batu mulia terbentuk terbatas hanya mengisi rekahan-rekahan batuan di kulit bumi dan

    pada kedalaman yang cukup dalam dalam perut bumi. Kemunculannya ke permukaan karena adanya pengangkatan oleh tenaga yang dahsyat dalam bentuk gempa bumi. Selanjutnya batuan tersebut terpindah dari tempat asalnya melalui trasportasi sungai, sehingga masyarakat banyak menemukannya di alur-alur sungai. Sedangkan yang terdapat di bukit-bukit maupun dilereng-lereng bisa jadi masih sumber awal batuannya.

    Dari aspek geologi itu terjadinya dari magma sisa dalam bumi di temukan dengan dua keadaan berbentuk glondongan di sungai atau di temukan di dekat hutan, tutur Faisal Adriansyah.

    Pengambilan secara serampangan tanpa memperhatikan aspek lingkungan akan merusak kondisi lingkungan yang ada seperti terdapatnya lobang-lobang besar yang dapat membahayakan bagi manusia dan binatang. Demikian juga penggalian di lereng-lereng bukit dapat menimbulkan longsor.

    Harus dilakukan reklamasi yang bisa menyelamatkan alam karena ekploitasi berlebihan bisa mendatangkan bencana, lobang-lobang itu harus segera ditutup, tambahnya lagi.

    Hal yang senada juga dikatakan oleh Muslim Ibrahim Mengambil secara berlebih-an memang tidak ada larangan signifikan namun ada ayat al-Quran yang mengatakan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Jadi harus ada banyak pertimbangan.

    Ia Juga mengigatkan jangan karena keserakahan manusia, alam menjadi rusak dan kemudian yang akan menanggungnya manusia itu sendiri. Dengan adanya nikmat ini kita harus selalu bersyukur kepada Allah, jangan sampai ada yang rusak dan putus tali silaturrahmi hanya karena hal ini.

    Faisal Adriansyah juga meminta Pemerintah melalui dinas teknis untuk melakukan pembimbingan dalam hal penambangan, demikian juga dalam hal pengolahan dan pemasarannya agar dapat memberi kesejahteraan kepada masyarakat.

    Saat ini yang sangat mengkhawatirkan menurut Faisal Adriansyah, batuan mentah dari bumi Aceh bisa saja berpindah keluar Aceh dan kemudian setelah diolah menjadi batu permata yang bagus dan tidak lagi bernama batu Aceh. Sementara di bumi Aceh sendiri batu aslinya lambat laun akan habis, karena pembentukan batu mulia tidak dapat diperbaharui dalam waktu singkat, ia membutuhkan proses ribuan bahkan jutaan tahun dan proses tektonik yang besar berupa gempa dahsyat.[Khiththati]

    Pengambilan secara serampangan tanpa memperhatikan aspek lingkungan akan merusak kondisi lingkungan yang ada seperti terdapatnya lobang-lobang besar yang dapat membahayakan bagi

    manusia dan binatang. Demikian juga penggalian di lereng-lereng bukit dapat menimbulkan longsor

  • 11Santunan - I/2015

    Zakat atas Batu GiokZAKAT merupakan salah satu ibadah pokok dalam islam, berasal dari kata bahasa arab yang artinya membersihkan, bertumbuh dan berkah. Dalam terminologi hukum (Syara) dapat diartikan sebagai pemberian tertentu dari harta tertentu kepada orang tertentu menurut syarat-syarat yang ditentukan. Hukum zakat adalah wajib aini yang ditetapkan untuk diri pribadi dan tidak mungkin dibebankan kepada kepada orang lain walaupun dalam pelaksanaannya dapat diwakilkan kepada orang lain.

    Salah satu tujuan dan hikmah zakat dimuat dalam firman Allah dalam surat al-Hasyr ayat 7 yang artinya ... Supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang kaya saja di antara kamu...

    Menurut Prof. Muslim Ibrahim, zakat pada batu giok ada dua pendapat ulama, yang pertama mengatakan jika tidak disebutkan namanya dalam ketentuan wajib zakat maka tidak terkena zakat. Namun ada juga ulama yang berpendapat bahwa makna zakat ini nanti bisa diperluas lagi. Nisabnya juga ada ulama yang menqiaskan atau menyamakan dengan nisab barang tambang atau zakat perdagangan bila menjadi barang dagang, ujarnya.

    Semua zakat harus diserahkan ke amil zakat, harus ada pengurus zakat baitul mal atau pengurus zakat desa, tambahnya lagi.

    Zakat barang tambang atau terhadap apa-apa yang dikeluarkan dari dalam perut bumi dalam keadaan belum jadi, sebagian

    ulama menyamakan zakat atas barang tambang ini seperti Harta Rikaz yaitu 1/5 dan ada juga yang menyamakan dengan zakat emas dan perak. Sedangkan yang di maksud dengan zakat harta perniagaan adalah segala sesuatu yang dipersiapkan untuk diperjualbelikan, hal ini seperti yang terdapat dalam surat al- Baqarah ayat 267.

    Sayed Muhammad Husen, Humas Baitul Mal Aceh menjelaskan tentang kewenangan badan ini untuk mengurusi masalah zakat. Baitul Mal bekerja berdasarkan Qanun No-mor 10 Tahun 2007 yang memang di dalam-nya tidak secara spesifik berbicara tentang batu giok dan jenis batu giok. Terkait zakat batu giok memang dapat diambil zakatnya dari sisi laba yang penghasilannya dalam 1 tahun bisa mencapai 94 Gram emas, maka wajib zakat 2,5% karena belum ada standar tentang batu giok. Zakat itu nantinya harus dibayar ke baitul mal baik yang terdapat di desa maupun di kabupaten kota atau propinsi. Namun kalau menyimpan untuk koleksi dan tidak ada niat untuk dijual itu tidak kena zakat.

    Dalam Qanun Aceh Nomor 10 tahun 2007 tentang Baitul Mal disebutkan dalam Bab 4 pasal 18 tentang kewajiban mengeluarkan zakat harta termasuk di dalamnya zakat perdagangan dan juga pertambangan. Qanun tesebut juga menjabarkan berapa jumlah yang harus dikeluarkan sesuai dengan pasal 19 bahwa harta perdagangan yang kena zakat adalah

    yang telah mencapai nisab 94 gram emas pertahunnya wajib berzakat 2,5% setiap tahunnya, begitu juga dengan zakat barang tambang bila hasil produksi atau temuan mencapai nisabnya.

    Dengan Qanun yang ada sudah bisa dikutip zakatnya, kalau usaha itu berbentuk perusahaan maka dia wajib bayar zakat 2,5% dari keuntungan laba bersih dan menurut data yang kami peroleh sudah ada yang membayar zakat atas giok di Aceh tengah, ungkap Sayed Muhammad Husen.

    Sosialisasi masih perlu dilakukan untuk hal ini, karena saat ini masih sangat terbatas pemahaman tentang zakat, dan Baitul Mal di Aceh masih baru belum kuat dalam mengarap sektor usaha dan kita akan menggarapnya mulai tahun ini berdasarkan raker tahun lalu di Langsa dan memang memotivasi para pedagang lebih sulit dari PNS karena terkait (kepercayaan) dan memang Amil zakat sendiri ada yang sudah memiliki trust yang baik, ada yang belum ini masih menjadi PR kita, tambahnya.

    Ketua GaPBA Aceh Nasrul Sufi sangat mendukung jika nantinya batu giok ini akan menjadi barang yang menjadi wajib zakat asalkan regulasi dan aturannya sudah jelas. Kalau bisa kita membuat standarisasi untuk batu giok ini agar lebih mudah ke depannya. Saya lebih suka ini kemudian menjadi bagian dari zakat juga, ungkapnya.

    Namun menurut Faisal Adriansyah, membuat standar harga untuk giok bukanlah hal yang mudah karena di saat tertentu harga bisa menjadi sangat tinggi atau turun di saat yang lain. Menentukan standar giok ini memang susah kalau batu mulia lainnya bisa 9 sampai 10 Karat seperti intan, berlian namun giok ini sendiri hanya mencapai 7 sampai 8 karat.

    Potensi zakat untuk daerah Aceh sebenarnya cukup tinggi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Baitul Mal tahun 2014 potensi zakat di Aceh ada sekitar 1,4 T, namun yang membayar ada sekitar 350 M dan itupun masih berupa zakat mal dari zakat penghasilan belum zakat jenis lainnya.

    Baitul Mal harus bisa memberi pemahaman yang baik tentang zakat. Kepada para Dai juga kita berharap agar menginformasikan sampai kepada masyarakat tentang pentingnya zakat. Aceh sendiri bisa jadi inspirasi bagaimana zakat dapat dikelola oleh negara, dan kita harus memberikan pemahaman lebih tentang islam yang juga berpengaruh pada pemahaman tentang zakat, harap Sayed Muhammad Husen. [Khiththati]

    Ahmad Ariska

  • 12

    LENSA

  • 13Santunan - I/2015

    Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh, Drs. H. M. Daud Pakeh memberikan arahan pada apel perdana, Senin (9/3) di halaman kantor.Khairul Umami/inmas

  • 14

    Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, Drs. H. M. Daud Pakeh, melantik Pejabat Eselon III dan Eselon IV di lingkungan Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, Senin (9/3) di aula kantor. [Khairul Umami/inmas]

    Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, Drs. H. M. Daud Pakeh menyampaikan materi pada FGD Mencegah Berkembangnya Faham Radikalisme dan Aliran Sesat, Selasa (31/3) di aula Machdum Sakti, Mapolda Aceh. [Khairul Umami/inmas]

    Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, Drs. H. M. Daud Pakeh berdialog perwakilan dari Ikatan Guru Raudhatul Athfal (IGRA) se-Aceh, Senin (30/3) saat audiensi di ruang rapat Kakanwil. [Khairul Umami/inmas]

    Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, Drs. H. M. Daud Pakeh, Kabag TU

    dan para Kepala Bidang, menggelar Rapat Pimpinan bersama Pejabat Eselon III se-Aceh,

    Rabu (18/3) di aula kantor. [Khairul Umami/inmas]

    LENSA

  • 15Santunan - I/2015

    Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, Drs. H. M. Daud Pakeh menyematkan cincin kepada mantan Kepala Kanwil, Drs. H. Ibnu Sadan, M.Pd, pada acara lepas sambut Kakanwil, Rabu (18/3) di aula kantor. [Khairul Umami/inmas]

  • 16

    Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, Drs. H. M. Daud Pakeh

    menyampaikan sambutan sebelum menutup acara Science and Art

    Contest for Light up Education to be Unbreakable Memory, (Rabu (1/4) di

    MAN Model Banda Aceh.[Khairul Umami/inmas]

    Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, Drs. H. M. Daud Pakeh

    menyampaikan pengantar saat kunjungan silaturrahmi ke redaksi

    Harian Serambi Indonesia, Kamis (16/4) di kantor PT Aceh Media Grafika,

    Meunasah Manyang, Ingin Jaya.[Khairul Umami/inmas]

    LENSA

  • 17Santunan - I/2015

    Tim dari Bagian Perancangan Undang-Undang Bid. Kesra, Deputi Bidang Perundang-undangan Setjen DPR RI melakukan pertemuan dengan Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, Selasa (7/4) di aula kantor. [Khairul Umami/inmas]

    Pengendali Teknis dari Inspektorat Jenderal Kementerian Agama RI, Nur Endah Triwidyanti menyampaikan hasil temuan audit kinerja Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, Jumat (17/4) di aula kantor. [Khairul Umami/inmas]

    Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, Drs. H. M. Daud

    Pakeh, bersama para Kepala Bidang menyaksikan penandatanganan serah

    terima kas dan berkas aset Asrama Haji Aceh yang telah menjadi UPT.

    [Khairul Umami/inmas]

    Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh menyaksikan pembukaan

    segel naskah soal ujian petugas haji, Kamis (23/4) di aula utama Asrama

    Haji Aceh. [Khairul Umami/inmas]

  • 18

    LENSA

  • 19Santunan - I/2015

    Peserta ujian petugas haji, Kamis (23/4) di aula utama Asrama Haji Aceh. [Khairul Umami/inmas]

  • 20

    MiniaturMasjid Raya Baiturrahman

    Artistik, satu kata yang cukup menggambarkan keindahan Masjid Bujang Salim. Miniatur Masjid Raya Baiturrahman ini berdiri megah di pusat kota Krueng Geukueh, hanya 200 meter ke sebelah utara simpang empat ibukota Kecamatan Dewantara Kabupaten Aceh Utara. Bujang Salim namanya, diambil dari nama Ampon Bujang panggilan terhadap T. Bujang Slamat bin Rhi Mahmud. Adapun pemberian nama Bujang Salim ini untuk

    mengenang jasa beliau sebagai penggagas ide pendirian masjid dan juga sebagai penghargaan karena beliau adalah salah seorang Pahlawan kebanggaan Rakyat Aceh yang masyhur.

    Tahun 1920, Bujang Salim, seorang Ulee Balang Kecamatan Dewantara mem-prakarsai untuk membangun sebuah masjid dengan mengundang Ulama dan tokoh masyarakat dalam Kecamatan Dewantara, beliau bermusyawarah menyampaikan

    Luas Tanah: 95 x 80 m Status Tanah: Wakaf Arsitek Bangunan: H. Israwadi dan H. Kaslan Luas Bangunan: 60 x 30 m Jumlah Qubah: 5 buah Daya Tampung: 3000 jamaah Ketua BKM: Tgk. Jalaluddin H. Ibrahim Imum Syiek: Tgk. Zainuddin Basyah ~ FASILITAS Ruang Ibadah Ruang Iman dan Khatib Sekretariat BKM Ruang Bilal dan Sound System Sekretariat Remaja Masjid Perpustakaan Taman Pemdidikan Anak dan Al Quran Studio Radio Dakwah Suara Bujang Salim Aula Masjid Koperasi Masjid Area Parkir Luas Majalah Dinding Tempat Wudhu yang nyaman.

    oleh Alfirdaus Putra

    Khairul Umami

    Alfirdaus Putra

    MASJID

  • 21Santunan - I/2015

    IMUM SYIEK

    Tgk.KaliHasan(1923-1935) dariGampongKeudeKruengGeukueh.

    Tgk.AliRaban(1935-1945) dariGampongUteunGeulinggang

    Tgk.AyahKali(1945-1957) KUAKecamatanDewantara

    Tgk.PutehAdami(1957-1968) dariGampongPuloRungkom

    Tgk.H.Gadeng(1968-1985) dariGampongUteunGeulinggang

    TgkH.RamliH.Ibrahim(1985-2009) dariGampongUleePulo

    Tgk.ZainuddinBasyah(2009-sekarang) dariGampongPuloRungkom

    idenya ingin mendirikan sebuah Masjid se bagai kebutuhan peribadatan, tempat musya warah dan hal-hal lainnya untuk kegiatan keagamaan dan sosial bagi masyarakat, khususnya umat Islam di Kecamatan Dewantara. Dari hasil musyarawah tersebut dicapai kesepakatan untuk mendirikan Masjid yang mengambil lokasi di pusat kota yaitu di Keude Krueng Geukueh, di atas tanah yang diwakafkan oleh beliau.

    Sebelum dapat melaksanakan niat untuk mendirikan Masjid, Tahun 1921 beliau keburu dibuang ke Pulau Irian Jaya oleh kolonial Belanda, karena beliau adalah salah seorang tokoh Aceh yang sangat keras menentang Kolonial Belanda. Dalam rentang waktu 1923 hingga tahun 1961 Masjid itu dikelola sendiri oleh sang pahlawan. Walaupun dia harus rela dibuang ke berbagai daerah di Nusantara hingga ke Papua. Namun demikian, sang pahlawan tak jera dengan eksekusi yang dilakukan kolonial Belanda. Bukan itu saja, untuk menghilangkan pengaruhnya dari negeri ini, beliau diungsikan hingga ke Australia sampai-sampai memiliki keturunan di negeri Kanguru itu.

    Sepeninggal Ampon Bujang Slamat, masyarakat Dewantara tidak putus asa dan terus berusaha melaksanakan ide beliau agar di Dewantara berdiri sebuah Masjid yang megah. Maka pada Tahun 1922 ide Pendirian Masjid ini diteruskan oleh Ampon Hanafiah selaku Ulee Balang Pengganti T. Bujang Slamat. Dalam pendirian masjid ini beliau juga dibantu oleh beberapa tokoh masyarakat dan penduduk sekitar berupa

    dana, pikiran dan tenaga sehingga rencana mulia tersebut berjalan dengan baik.

    Dari tahun ke tahun sejak didirikan, Pengembangan dan Pembangunan Masjid Jamik Bujang Salim terus ditingkatkan dan diperluas sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang semakin bertambah. Tgk. H. A. Gam dan Drs. H. Marzuki M. Amin pernah berurutan mencetuskan ide untuk memperluas masjid tersebut hingga sekarang menjadi ukuran 95 x 80 m.

    Masjid ini membawahi 8 Masjid dalam Kecamatan Dewantara kini ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati Aceh Utara sebagai salah satu masjid yang

    setara dengan Masjid Agung untuk wilayah barat Kabupaten Aceh Utara dimana pemerintah juga menggunakan Masjid ini untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pemerintahan di wilayah barat, sedangkan untuk wilayah tengah Masjid Agung Baiturrahim Lhoksukon dan wilayah timur Masjid Pase Panton Labu. Ketiga Masjid ini yang difungsikan pemerintah sebagai Masjid Agung atau Masjid Kabupaten dalam Kabupaten Aceh Utara yang merupakan tempat dipusatkannya kegiatan-kegiatan pemeritahan untuk masing-masing wilayah.***

    Alfirdaus Putra

    Alfirdaus Putra

    dok. Remaja Masjid Bujang Salim

  • 22

    PPID adalah singkatan dari Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi. PPID dibentuk untuk melakukan pelayanan informasi public, bertanggung jawab melakukan penyediaan, penyimpanan, pendokumentasian, pelayanan dan pengamanan informasi public sebagaimana amanat dalam PP Nomor nomor 61 tahun 2010 tentang pelaksanaan Undang-undang nomor. 14 tahun 2008 mengenai keterbukaan informasi public.

    Regulasi yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama terkait dengan Pelayanan Informasi Publik dan menjadi dasar pembentukan PPID di unit-unit Kementerian Agama adalah Keputusan Menteri Agama Nomor 200 tahun 2012.

    Dalam KMA nomor 200 tahun 2012 berisi tentang pembentukan PPID Kementerian Agama, bahwa PPID di bentuk di setiap unit kerja Kementerian Agama mulai dari Sekjen, Irjen, Pinmas, seluruh Dirjen di Kementerian Agama, Balitbang, Kanwil , kabupaten/kota dan juga UIN/IAIN/STAIN.

    KMA nomor 200 tahun 2012 secara tegas telah memutuskan bahwa yang menjadi Pejabat PPID di tingkat Pusat adalah Kepala Pusat Informasi dan Humas (Ka. PINMAS) dan Sekjen sebagai atasan langsung pejabat PPID. Di Kanwil kemenag provinsi yang menjadi Pejabat PPID adalah Kasubbag Informasi dan Humas dan sebagai atasan langsungnya adalah Kabag TU. Adapun pejabat PPID di tingkat kabupaten/kota adalah Kasubbag TU dan sebagai atasan langsungnya adalah Kepala Kankemenag Kabupaten/Kota.

    Mengingat pentingnya peran dan tanggung jawab dalam melayani masyarakat dan memberikan informasi public secara terbuka maka menjadi urgent pula untuk segera membentuk PPID di setiap unit kerja sebagaimana termaktub dalam KMA tersebut diatas. Untuk kelancaran kerja PPID dalam pelaksanaan pelayanan masyarakat maka

    setiap pimpinan satker dapat membentuk panitia pengelola dan pelayanan informasi pada satker masing-masing.

    Berjalannya PPID dalam sebuah institusi merupakan salahsatu indicator komitmen nyata atas pelayanan prima kepada public, dengan tersedianya data-data secara transparan yang berhubungan dengan program lembaga/kementerian, melalui proses yang mudah, mekanisme dan limit waktu proses yang jelas, juga tanpa biaya (gratis). Setiap orang ataupun lembaga baik pemerintah ataupun swasta berhak meminta pelayanan data kepada semua unit PPID di Kementerian Agama sebagaimana diatur dalam Undang-undang dan KMA. Namun demikian ada beberapa jenis data yang dikecualikan yang tidak dapat dipublikasikan maka lembaga berhak melakukan penolakan atas permintaan data yang disampaikan kepada PPID tersebut.

    Pada unit kerja Kanwil Kementerian Agama, Kasubbag Inmas selaku pejabat PPID sebagaimana KMA Nomor 200 Tahun 2012 diperkuat lagi de-ngan surat edaran (SE) sekjen Nomor : SJ/B.VIII/2/HM.00/4044/2014 menegaskan bahwa salahsatu tugas fungsi Subbag Inmas yaitu mem-berikan pelayanan data, informasi dan layanan lain sesuai dengan tugas dan fungsinya kepada instansi/lembaga lain dan masyarakat, termasuk dianta-ranya adalah; 1) mengkoordinasikan pelaksanaan pengumpulan, pengolahan dan penyajian data lin-tas bidang/unit kerja lintas provinsi, 2) Mengelola layanan unit pelayanan informasi dan dokumentasi (PPID) unit kantor wilayah.

    Dengan demikian maka PPID dan Subbag Inmas sebagai pelaksana pengelola Informasi dan dokumentasi di Kanwil yang bertanggung jawab kepada Kabag TU dan Kakanwil, memiliki kewajiban menjalankan tugas pengumpulan data, pengolahan dan penyajian data serta informasi lembaga lintas bidang dan lintas unit kabupaten/

    PPIDKementerianAgamaPenyedia Layanan Data dan Informasi Publik

    Lia Nurhilaliah, SHI

    Pengolah Data padasubbag Informasi dan Humas

    Kanwil Kemenag Aceh

    MANAJEMEN

  • 23Santunan - I/2015

    kota sebagai bahan ketersediaan data pada PPID unit Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh. Maka integrasi data dari seluruh bidang, subbag dan juga PPID Unit Kenkemenag Kabupaten/kota menjadi sebuah keharusan guna ketersedian data dan informasi yang akurat di PPID Kanwil Kemenag Provinsi Aceh.

    Kegiatan singkronisasi data dan pembaharuan data triwulan yang telah diagendakan oleh subbag Inmas mulai tahun 2015, merupakan tahapan yang menuntut kerjasama dan komitmen bersama untuk lembaga kementerian agama yang lebih transparan dan baik dalam penyediaan data ataupun pelayanan informasi public. PPID Unit Kanwil adalah muara akhir dari seluruh data dan informasi pada bidang-bidang, subbag dan seluruh Kankemenag Kabupaten/kota yang selajutnya bertugas untuk menyediakan dan melayani kebutuhan data dari masrayakat baik personal ataupun lembaga baik lembaga pemerintah ataupun swasta..

    PPID unit Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota adalah muara akhir seluruh data yang ada pada seksi-seksi di lingkungan Kemenag Kabupaten/kota untuk kemudian diolah, disajikan atau disampaikan kepada public. Hingga tahun 2014 belum semua unit kerja Kementerian Agama di Provinsi Aceh memiliki PPID yang mapan. Sehingga masih perlu dilakukan penguatan kapasitas terkait pengelolaan PPID sehingga dapat berjalan dengan baik pada masa yang akan datang. Bimtek PPID menjadi agenda yang direncanakan akan dilaksanakan oleh Subbag Inmas Kanwil pada tahun ini melibatkan seluruh PPID Unit Kankemenag Kabupaten/kota.

    Kasubbag TU di Kankemenag Kabupaten/kota sebagai pejabat pengelola informasi dan dokumentasi pada unit kerja Kankemenag Kabupaten/kota dapat membentuk tim/panitia pengelola untuk lebih mengoptimalkan kerja PPID, didukung pula dengan ruang dan alat kerja yang memadai. Ditargetkan dalam tahun 2015, PPID Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh data berjalan dengan baik dan seluruh Kemenag Kabupaten/kota sudah memiliki PPID dan dapat dikelola dengan baik.

    PPID Kementerian Agama telah memiliki standar operasional prosedur (SOP) yang diterbitkan oleh PPID Kementerian Agama (pusat) dan dapat dijadikan pedoman oleh seluruh PPID unit kerja Kementerian Agama se-Indonesia. SOP PPID dapat dilihat dan di download di website : ppid.kemenag.go.id. Dalam SOP PPID diantaranya mengatur tentang keberatan atas pemberian informasi public, dimana setiap pemohon dapat mengajukan kepada atasan PPID apabila terdapat pelayanan informasi yang tidak sesuai aturan, misalnya permintaan informasi tidak ditanggapi hingga batas waktu yang ditentukan (dalam SOP)

    bahkan pemohon dapat mengajukan pengaduan sengketa informasi kepada Komisi Informasi dan jika tidak dapat diselesaikan oleh Komisi Informasi, mungkin saja dapat berlanjut hingga ke Pengadilan menurut substansi kasus informasi yang disengketakan.

    Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh sendiri pernah menghadapi pengalaman terkait kasus sengketa informasi perihal Dipa Porseni Kementerian Agama Provinsi Aceh tahun 2013 yang diminta data oleh LSM Gerak Aceh melalui surat pada tanggal 4 November 2014. Akibat tidak segera dijawab hingga batas akhir waktu yang semestinya oleh Kanwil Kemenag Aceh, kemudian LSM Gerak mengajukan surat keberatan kepada Komisi Informasi sehingga akhirnya Kanwil Kemenag mendapat panggilan sidang dari Komisi Informasi Aceh atas sengketa informasi yang terjadi.

    Sidang dilakukan oleh Komisi Informasi Aceh kepa-da LSM Gerak sebagai pemohon dan Kanwil Kemenag sebagai Termohon. Putusan sidang kasus ini berakhir dengan putusan bahwa atas beberapa pertimbangan alasan kesalahpahaman diantara kedua belah pihak maka kedua belah pihak bersedia mengakhiri sengketa informasi publi dengan beberapa kesepakatan yang telah dipenuhi dan kasus ini selesai dengan baik.

    Dalam kasus ini pihak Gerak mengajukan permohonan data pada Kanwil Kemenag Aceh tentang DIPA Porseni tahun 2013, sementara Kanwil Kemenag Aceh dalam DIPA tahun 2013 memang tidak ada dana Porseni. Ini salahsatu point kesalahpahaman informasi yang disengketakan oleh LSM Gerak. Disisi lain memang ada sedikit kelalaian dalam menanggapi surat yang diajukan oleh Gerak kepada Kanwil Kemenag Aceh, kata Akhyar.

    Kasus tersebut akhirnya diselesaikan dengan baik, intinya semua itu menjadi pengalaman sebagai lembaga pemerintah yang juga pelayan masyarakat untuk selalu dapat menanggapi secara cepat dan tepat setiap permohonan informasi publik yang memang boleh dipublikasikan agar hal semacam ini tidak terulang pada institusi kita dimanapun berada. ***

    PPIDKementerianAgama

    Sidang sengketa informasi antara GeRAK Aceh dan Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh, 2 Februari lalu di Komisi Informasi Aceh.Khairul Umami/inmas

  • 24

    Perdebatan Tuhan dalam Syair Hamzah Fansuri

    TAK banyak dari kalangan sarjana sastra di Aceh yang menaruh minat untuk mengkaji karya sastra klasik ulama sufi terkenal Syeihk Hamzah Fansuri (w. 1607). Dalam sejarahnya ia dikenal sebagai tokoh pelopor lahirnya kesusastraan Melayu Indonesia. Para sarjana sastra di Aceh lebih berkutat pada karya-karya sastra modern yang dihasilkan pujangga baru atau sesudahnya. Sehingga banyak karya-karya sastra periode klasik di Aceh, seperti karya-karya Hamzah Fansuri tenggelam dari pemahaman mereka.

    Di tengah luputnya perhatian sarjana sastra di Aceh terhadap karya-karya Hamzah Fansuri, beraapa waktu lalu saya dihadiahkan sebuah buku oleh Dr. Syarifuddin, M.Ag, desen Fakultas Adab IAIN Ar-Raniry, judul bukunya: Wujudiyah Hamzah Fansuri Dalam Perdebatan Para Sarjana; Kajian Hermeneutik Atas Karya-Karya Sastra Hamzah Fansuri. Buku yang diterbitkan oleh Almahira Jakarta, Maret 2011, adalah Tesis dari Dr. Syarifuddin dalam menyelesaikan program S-2 (Pascasarjana) pada IAIN Ar-Raniry Banda Aceh. Buku setebal 200 halaman ini memang menarik untuk dibaca, terutama dalam memahami sejarah perdebatan tuduhan sesat terhadap penganut ajaran Wujudiyah Hamzah Fansuri di Aceh.

    Dalam buku ini setidaknya Dr. Syarifuddin telah menaaruh perhatiannya terhadap karya syair-syair Hamzah Fansuri, yang pernah menjadi polemik basar di Aceh. Karena sebagian ulama Aceh saat itu (akhir abad ke-16 atau awal abad ke-17), terutama Syeihk Nuruddin Ar-Raniry menuduh Syeihk Hamzah Fansuri telah menyebarkan ajaran Islam yang sesat melalui syair-syairnya.

    Di sisi lain yang mebuat buku ini jadi menarik adalah di samping kita dapat memahami karya-karya sastra klasik Hamzah Fansuri, sedikitnya kita juga dapat mengatahui bagaimanya Syeihk Nuruddin Ar-Raniryseorang ulama besar Aceh asal Ranir India yang pernah menjabat Qadhi Malikul Adil di kerajaan Aceh Darussalam pada masa Sultan Iskandar Stani (1636-1641 M)Ar-Raraniry meng-klaim ajaran Wujudiyah yang dikembangkan Hamzah Fansury di Aceh saat itu adalah sebagai ajaran sesat. Sehingga, tidak sediki kitab-kitab Hamzah Fansuri atas fatwa Nuruddin Ar-Raniry ketika itu harus di bakar, dan pengikut Hamzah juga tidak sedikit yang dibunuh atas fatwa Nuruddin Ar-Raniry.

    Hamzah dan TuhanDalam buku ini, sang penulisnya memaparkan,

    akar dari tuduhan sesat yang dilancarkan Nuruddin Ar-Raniry terhadap Hamzah Fansuri, karena Hamzah dianggap sebagai ulama yang telah menyamakan Tuhan dengan alam melalui ajaran Wujudiyah yang dikembangkan. Dalam pemahaman Ar-Raniry Wujudiyah ini adalah zindiq (sesat) dan panteistis. Memang dalam konsep Hamzah Fansuri, Tuhan adalah satu-satunya pemilik wujud yang hakiki yang Dipancarkan kepada alam. Ibarat cahaya mata hari yang menerangi alam secara terus menerus. Jadi, alam dalam konsep Hamzah adalah wujud wahmi (bayangan) yang dipancarkan oleh cahaya. Sedangkan Allah adalah wujud hakiki yang memberikan bayangan kepada alam yang fenomenal. Konsep ini dapat difahami seperti dilukiskan Hamzah dalam syair yang sangat simbolik di bawah ini:

    Cahaya atar-Nya tiadakan padamMemberikan wujud pada sekalian alamMenjadikan mahkluk siang dan malamIla abad al-abad tiada karam Syair di atas menurut penulis buku ini,

    sebenarnya Hamzah ingin memperlihatkan perbedaan esensial antara Tuhan dan alam. Karena dalam konsep Hamzah Fansuri, alam adalah penampakan (tajalli) Tuhan. Seperti ombak yang muncul dari laut yang dalam. Maka pada taraf ini Tuhan dalam pandangan Hamzah Fansuri adalah Musyabbah, serupa dengan mahkluknya pada tingkat tertentu. Atau secara analogis, dalam aspekNya yang imanen, Tuhan tidak terpisah dari menifestasi-manifestasinya. Laksana laut yang tak dapat dipisahkan dari ombaknya. Kansep ini juga dilukiskan Hamzah Fansuri dalam syairnya:

    Tuhan kita itu seperti bahr al-amiqOmbaknya penuh pada sekalian tariqLaut dan ombak keduanya rafiqAkhir ke dalamnya jua ombaknya ghariq

    Di sini dapat difahami bahwa Hamzah mentamsilkan zat Allah seperti bahr al-amiq (seperti laut yang dalam) yang tak terhingga. Tapi ini bukan berarti bahwa Hamzah telah mengindektikkan Tuhan dengan alam seperti yang dituduh Nuruddin Ar-Raniry. Syair di atas harus dianalogikan bahwa Hamzah Fansuri ingin mengatakan Tuhan itu adalah

    BUDAYA

    Memang dalam konsep Hamzah Fansuri, Tuhan adalah satu-satunya pemilik wujud yang hakiki yang dipancarkan kepada alam.

  • 25Santunan - I/2015

    mutlak keesaanNya, tidak terbatas oleh waktu dan tempat. Sebagaimana halnya ketidakterbatasan laut yang dalam dengan ombaknya. Ini mengandung makna bahwa Hamzah Fansuri mengakui bahwa Tuhan dalam esensiNya adalah Yang Tidak Tampak dan transenden (tanzih) secara total. Tidak dapat dilihat, diketahui dan didekati secara absolut.

    Ketidakmampuan Ar-RaniryMaka yang menjadi masalah di sini, atas dasar

    apa Syeihk Nuruddin Ar-Raniry melancarkan kecaman sesat terhadap ajaran Wujudiyah Hamzah Fansuri. Kalau Nuruddin Ar-Raniry beralasan bahwa dalam ajaran Hamzah telah menyamakan Tuhan dengan alam, alasan ini malah semakin menampakkan ketidakmampuan Ar-Raniry dalam menangkap simbul-simbul yang terkandung dibalik makna syair-syair Hamzah Fansuri.

    Seperti dijelaskan Dr. Syaifuddin dalam buku ini, sekiranya Nuruddin Ar-Raniry mampu menangkap dari dalam teks yang tersembunyi di balik syair-syair Hamzah, tentu Ar-Raniry tidak akan mengklaim Hamzah Fansuri telah kufur dan sesat. Tetapi, karena Ar-Raniry tidak mampu menangkap simbul-simbul dan makna ungkapan Hamzah yang metaforik dalam syair-syairnya, maka tak heran kalau Ar-Raniry melancarkan kecaman sesat atau mulhid terhadap ajaran Wujudiyah.

    Nuruddin Ar-Raniry dalam memahami pikiran Hamzah telah terjebak dalam makna lahir yang nampak di balik permukaan teks yang tersembunyi dalam syiar-syair Hamzah Fansuri. Misalnya, Hamzah mengungkapkan: tamsilnya seperti biji pohon, pohonnya di dalam biji itu lengkap serta dalam biji itu. Maka nyatalah bahwa seru semsta alam sekaliannya adalah lengkap berujud dalam Haqq Taala. Maka keluarlah alam daripadaNya, seperti pohon kayu yang ke luar dari bijinya. Ungkapan Hamzah ini diterjemahkan Nuruddin Ar-Raniry bahwa Hamzah Fansuri telah mengajarkan paham bahwa Tuhan itu identik dengan alam.

    Padahal, yang ingin dikatakan Hamzah dalam ungkapan itu, Hamzah melihat Tuhan dari dua aspeknya, yaitu aspek al-batin (yang tidak nampak) dan al-zahir (yang nampak). Dua aspek ini ditamsilkan Hamzah Fansuri seperti pohon kayu yang masih tersembunyi di dalam sebutir biji. Pada taraf ini, Tuhan dalam pandangan Hamzah: Dia-lah Tuhan yang dalam esensiNya adalah yang

    tidak tampak dan transenden (tanzih) secara total. Tapi Ar-Raniry telah menafsirkan lain dari apa yang diungkapkan Hamzah. Malah dengan ungkapan itu, Ar-Raniry mengatakan bahwa Hamzah telah menyamakan Tuhan dengan alam.

    Hasil kajian Dr. Syarifuddin ini, tampaknya makin terkuak ketidakmampuan Syeihk Nuruddin Ar-Raniry dalam menjangkau pikiran-pikiran Hamzah Fansuri. Hal ini bisa jadi karena Ar-Raniry adalah sosok ulama fiqih yang model pemikiran keislamannya banyak dipengaruhi oleh pemikiran Syeihk Ahmad Sirhindi (w. 1624) seorang ulama dari daerah asal Nuruddin Ar-Raniry di Ranir India. Di mana pemikiran Ahmad Sirhindi ini cenderung menolak pola-pola pemikiran keinslaman yang sufistik. Hal ini pula yang kemudian diterapkan Nuruddin Ar-Raniry di Aceh, ketika ia menjabat Qadhi Malikul Adil (Mufti Kejaraan Aceh) pada masa Pemerintahan Suthan Iskandar Shani (1636-1641 M).

    Sedangkan Syeihk Hamzah Fansuri adalah sosok ulama tasauf (ahli sufi) yang pemikirannya lebih banyak dipengaruhi oleh sufi-sufi terbesar dari Persia. Dalam sepanjang sejarah pemikiran Islam, antara ulama fiqh dengan ulama tasauf memang tidak pernah saling ketemu pemikirannya, keduanya selalu berkonflik, terutama dalam memahami persoalan Ketuhanan. Dan kerana konflik itu pula sehingga dalam perjalanan sejarahnya banyak ulama-ulama sufi akhirnya harus mengakhiri hidupnya di tiang eksekusi alias di bunuh.

    Kasus penjatuhan hukuman mati terhadap Al-Hallaj (w.922 M) adalah tragedi dunia sufi yang sangat memilukan. Demikian pula putusan penguasa kerajaan Demak di Jawa yang menghukum pancung Syeihk Siti Jenar karena dianggap sesat dengan mengembangkan ajaran Wahdatul Wujud (pemahaman sufi tingkat tinggi) juga tragedi yang dialami dunia sufi yang amat tragis. Seperti juga halnya yang dialami oleh murid-murid Syeihk Hamzah Fansuri di Aceh, mereka banyak yang dibunuh (dieksekusi) atas fatwa sesat yang dikeluarkan oleh Syeih Nuruddin Ar-Raniry ketika ulama dari Ranir India ini diberi jabatan Qadhi Malikul Adil di Kerajaan Aceh pada masa Sultan Iskandar Shani. Haruskah Nuruddin Ar-Raniry bertanggung jawab atas fatwanya sebagai awal dari terjadinya kekacauan kehidupan beragama di Aceh? Wallahualam.***

    Nab Bahany As

    budayawan,tinggal di Banda Aceh

  • 26

    Kerja Ikhlas Menyenangkan

    Khairul Umami/inmas

    oleh Maldin

    LAPORAN KHUSUS

  • 27Santunan - I/2015

    Jarum jam baru menunjukkan pukul 07.15 WIB. Gerbang Madrasah Aliyah Negeri Model Banda Aceh baru saja dibuka seorang anggota security. Seorang lelaki paruh baya memasuki halaman komplek sekolah tersebut sembari menyapa dan tersenyum kepada sejumlah dewan guru yang terlebih dahulu tiba.

    Dia adalah Drs. H. Mukhlis M.Pd, Kepala sekolah MAN Model Banda Aceh. Meski memiliki posisi tertinggi di sekolah tersebut, pria yang telah menyelesaikan magister pendidikan ini tetap meluangkan waktu untuk membaca surat yasin bersama siswa dan dewan guru setiap jumat pagi di halaman sekolah.

    Melakukan sesuatu yang baik jangan hanya karena ingin dipandang baik, tapi lakukan secara ikhlas dari hati yang dalam, pekerjaan tersebut pasti menyenangkan, ucapnya saat ditemui majalah Santunan pekan lalu.

    Menjalankan tugas di bawah kendali Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh, Mukhlis tidak merasa asing dengan penerapan lima budaya kerja yang diterapkan Kementerian Agama Indonesia. Lima budaya kerja tersebut yaitu, integritas, profesionalitas, inovasi, tanggung jawab dan keteladanan. Ya, kelima nilai budaya tersebut telah diperankan para dewan guru dalam mendidik siswa.

    Memaknai integritas, menurutnya, suatu keadaan yang menunjukkan satu

    kesatuan sehingga memiliki sebuah potensi dan kemampuan untuk memancarakan kewibawaan dari aparatur sipil negara dan memiliki nilai kejujuran. Penerapannya dilakukan dengan mengarahkan semua warga sekolah memiliki nilai kewibaan yang akan memunculkan nilai kejujuran.

    Orang lain kita suruh kerja, kita juga harus bekerja, siswa kita ajarkan untuk berbuat baik, kita harus harus lebih baik dulu, kita melakukan bimbingan kepada guru melalui komunikasi sehari-hari, juga melalui rapat bulanan untuk mengintrospeksi apa yang telah kita lakukan, urainya.

    Bentuk motivasi bagi siswa, para dewan guru kerap memberikan dukungan terhadap kegiatan ekstra kurikuler yang dilakukan. Sementara sebagai inovasi terbaru bagi sekolah, kepala sekolah telah melakukan sebuah terobosan untuk tahun 2015, yaitu menjadikan MAN Model sebagai sekolah yang mengunakan sistem boarding school. Sejumlah siswa pilihan akan diasramakan dengan penguatan sejumlah ilmu pengetahuan baru agar mereka siap menghadapi tantangan dunia ke depan.

    Hari ini siswa kita belum mampu bersaing di universitas luar negeri, padahal dana Aceh untuk itu banyak, faktornya mereka masih terbatas dalam bahasa, tambahnya.

    Penerapan lima nilai budaya kerja di lingkungan sekolah Kementerian Agama hal yang biasa bagi mereka, karena budaya

    tersebut cerminan dari dari keseharian yang telah mereka perankan, bagi mereka kerja bukan karena perintah kerja, melainkan dari hati nurani, dengan demikian lima budaya kerja tersebut akan terbentuk dengan sendirinya.

    Guru Ilmu Fiqh MAN Model Banda Aceh, Ahmad Muhadir, mengamini penerapan lima nilai budaya kerja yang diterapkan bukan suatu kendala bagi guru di sekolah tersebut. Karena menurutnya keseharian yang dilakukan para guru kepada murid tanpa terasa sudah mencakupi lima budaya kerja.

    Jika bekerja sebagai abdi negara yang bertanggungjawab kepada Allah SWT maka budaya kerja tersebut akan tercermin dengan sendirinya kepada siswa, ujar Muhadir.

    Lebih jauh guru Fiqh ini menyebutkan, penerapan lima nilai budaya kerja bukan tidak terkendala. Fasilitas pendukung peneladanan sering menjadi alasan, dirinya mencontohkan, saat shalat bersama siswa, mushalla yang tersedia tidak mencukupi daya tampung, siswa yang ingin kita ajak jamaah bersama guru sekaligus sulit terpenuhi.

    Mau kita contohkan sesuatu terbentur kondisi, ibanya.

    Bagi muhadir, menjalankan tugas sebagai abdi negara dengan penerapan lima nilai budaya kerja tersebut tidak menjadi beban baginya, karena melahirkan generasi yang handal dan beriman hanya perlu keseriusan dan keiklasan.***

    Kertas Putih Kementerian AgamaPENERAPAN lima budaya kerja di jajaran Kementerian Agama khususnya untuk Aceh merupakan awal program baru setelah Lukman Hakim Saifuddin dilantik sebagai Menteri Agama dalam kabinet Joko Widodo - Jusuf Kalla.

    Pascapelantikan ini, Kepala Kanwil Kementerian Agama Wilayah Aceh masih dijabat Drs. H. Ibnu Sadan, M.Pd. Kehadiran lima nilai budaya kerja dalam ruang lingkup Kementerian Agama Aceh saat itu dinilai bukan sebuah tantangan baru, karena budaya tersebut merupakan budaya keseharian di Aceh.

    Ini hanya pengemasan untuk mudah diingat, dalam kehidupan sehari hari jajaran Kanwil Kementerian Agama di Aceh memang sudah mempraktekkannya, jelasnya.

    Drs. H. Ibnu Sadan, M.Pd yang kini menjabat Kepala Biro Administrasi Umum Akademik dan Kemahasiswaan (AUAK) IAIN Zawiyah Cot Kala, Langsa,

    mengatakan, pegawai Kementerian Agama berbeda dengan kementerian lainnya. Kementerian Agama ibarat kertas putih, sedikit tercoret akan terlihat kemana-mana.

    Saya pernah ditelpon warga, ketika ada pegawai jajaran Kementerian Agama tidak ke mesjid, ini bukti kalau kita harus bisa memberi contoh, karena akan selalu dilihat, katanya.

    Penerapan lima nilai budaya kerja bagi jajaran Kementerian Agama bukan hal yang sulit menurutnya, karena jika seorang bekerja dengan jujur sesuai keahlian dan bukan karena rutinitas, serta tanggung jawab terhadap pekerjaannya maka hasil kerjanya akan menjadi contoh bagi yang lain.

    Berkerja jangan hanya rutinitas, pergi pagi pulang sore, harus ada hal baru yang positif, dan harus menghadapi tantangan jangan lari dari tanggung jawab, sebutnya.

    Semasa masih menjabat sebagai Kepala Kanwil, Ibnu tidak mempungkiri ada pegawainya yang sulit mengimplementasikan lima nilai budaya kerja tersebut dalam kesehariannya, yang dinilainya sudah bawaan keturunan.

    Sepeningalannya, dirinya berharap pegawai di jajaran Kementerian Agama Aceh untuk loyal terhadap pimpinan dan ikhlas bekerja. Sudah masuk dalam system, ikutilah system, dan bekerja maksimal bisa membesarkan lembaga dan diri sendiri, terangnya.[maldin]

    Khairul Umami/inmas

  • 28

    KhawatirTergelincir,Baik-baikdi Atas Rel

    Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saifuddin secara resmi telah meluncurkan lima nilai budaya kerja di lingkungan Kementerian Agama, pengenalan program kerja baru tersebut dilakukan di Sumatera Utara pada tanggal 5 Maret 2015.

    Penerapan lima nilai budaya kerja tersebut upaya pencitraan dari anggapan tidak baik yang selama ini menerpa Kementerian Agama, terkait dugaan korupsi,

    penyelewengan dan penyalahgunaan jabatan.

    Lima nilai budaya kerja yang diluncurkan Kementerian Agama tersebut yaitu intergritas, professional, inovasi, tanggungjawab dan keteladanan.

    Bagi Kementerian Agama Wilayah Aceh hal tersebut bukan sebuah tantangan baru karena Aceh yang berada pada label Syariat Islam, penerapan lima nilai budaya kerja tersebut sudah menjadi tuntutan sebagai

    pegawai yang dicap religius.Kepala Kantor Wilayah Kementerian

    Agama Provinsi Aceh, Drs. H. M. Daud Pakeh menyebutkan, sejak diluncurkan beberapa waktu yang lalu, pihaknya terus melakukan sosialisasi kepada jajarannya, meski kelima budaya tersebut dinilainya sebagai nilai agama yang dikembangkan masyarakat muslim di Aceh selama ini.

    Di jajaran kita ini lima budaya tersebut adalah nilai-nilai yang berkembang dalam

    oleh Maldin

    LAPORAN KHUSUS

  • 29Santunan - I/2015

    pimpinan harus menjadi contoh, sebutnya.Kakanwil Aceh menjelaskan, budaya

    integritas ditanamkan bagi seluruh jajaran Kementerian Agama sehingga mampu menjalankan tugasnya penuh kedisiplinan.

    Aspek profesionalitas diperlukan agar pelaksanaan di berbagai fungsi di Kementerian Agama dapat dijalankan dengan baik.

    Inovasi perlu, agar pekerjaan yang dilakukan tidak hanya bertumpu pada jadwal yang telah ada, tapi ada hal baru yang bisa dilahirkan, dan bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan dengan melihat dari hasil kinerja, kata Kakanwil.

    Sedangkan aspek keteladanan dibutuhkan untuk dapat membimbing masyarakat karena unsur Kementerian Agama merupakan wadah yang dinilai tempat orang yang mengerti agama. Saya tidak akan menggunakan yang salah agar bawahan saya tidak salah, ungkapnya.

    Untuk melihat hasil penerapan lima nilai budaya kerja yang telah digemborkan Kementerian Agama, Kepala Kanwil Kemeterian Agama Aceh, akan terus memantau dari apa yang telah dilakukan bawahannya, dengan cara melakukan pemeriksaan catatan kerja yang telah diberikan.

    Jajaran Kementerian Agama Aceh diminta untuk menjalankan tugas sesuai dengan aturan dan perundang-undangan yang telah berlaku, dan tetap berkomitmen memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat, ajaknya.

    Secara tegas Kakanwil ini menekankan untuk tidak ada yang menghambat jalur baik yang sedang dijalankan Kementerian Agama di Aceh.

    Ikuti gerbong yang sedang kami jalankan, jangan turun jika bukan pada stasiun, dan jangan hambat jika tidak mau digilas, urainya.

    Kita berharap intansi yang berada di bawah Kementerian Agama di seluruh Aceh bisa menjalankan lima nilai budaya kerja yang telah diterapkan tersebut. Karena dengan nilai tersebut akan menjadikan Kementerian Agama mampu memberikan yang terbaik kepada masyarakat di Aceh dan akan lebih dicintai nantinya.

    Jika ada yang mulai tergelincir kembali ke rel aturan yang telah ada, tutupnya.***

    kehidupan, sebutnya.Wilayah kerjanya sendiri sudah

    menerapkan nilai tersebut, namun demikian, dua daerah telah ditetapkan sebagai pilot project untuk melihat kemaksimalan penerapan lima nilai budaya kerja. Daerah itu yaitu Kantor Kementerian Agama Kota Banda Aceh sebagai gerbang Aceh dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Aceh Barat pilihan untuk Wilayah tengah aceh.

    Ada instrumen penilaian kinerja dari tim Irjen. Ketepatan waktu pelaksanaan tugas, kedisipilinan, tepat sasaran menggunakan anggaran, sebutnya.

    Penerapan lima nilai budaya kerja di lingkungan Kementerian Agama Aceh meski dinilai mudah, namun tidak dipungkiri jika masih ada karakter yang sudah mengakar yang perlu pembinaan maksimal.

    Melakukan sebuah perubahan bukan semudah membalik telapak tangan, kami

    Melakukan sebuah perubahan bukan semudah membalik

    telapak tangan, kami pimpinan harus menjadi contoh.

    Khairul Umami/inmas

  • 30

    Kehendak Allah SWT

    Drs. H. M. Daud Pakeh

    oleh MaldinFoto: Khairul Umami/inmas

    SOSOK

  • 31Santunan - I/2015

    Sembari menjinjing sebuah buku catatan kecil, dengan tergesa-gesa memasuki ruangan kerjanya, dan sejumlah kertas yang sebelumnya ditinggalkan di atas meja dirapikan kembali.Raut muka kelelahan hampir tidak terlihat dari wajahnya, meski

    hari sudah menjelang sore kala itu. Sebuah kebiasaanya, pria ini tetap tersenyum saat bertemu dengan orang lain. Begitulah keseharian Drs. H. M. Daud Pakeh, Kepala Kantor Kementerian Agama Provinsi Aceh, yang baru menjabat beberapa bulan terakhir.

    Menjabat sebagai Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh bukan sesuatu posisi yang di pernah dimimpikannya, baginya, jabatan tersebut kehendak ALLAH SWT.

    Saya tidak ada target dalam kehidupan saya, Kakanwil bukan perencanaan, terangnya.

    Lahir di Trienggadeng akhir bulan Desember 1960, Drs. H. M. Daud Pakeh dan dibesarkan dari keluarga yang kental agama. Itu terlihat dari jenjang pendidikan dasar hingga menengah, digelutinya di madrasah swasta dan berdiam di pesantren.

    Dilihat dari kesuksesannya sulit rasanya untuk percaya kalau dulu beliau sempat mengalami masa-masa sulit. Menyelesaikan pendidikan Tarbiyah pada tahun 1987 tidak terus diangkat menjadi pegawai negeri sipil, namun harus bergelut sebagai abdi Negara dengan status honorer di Madrasah Aliyah Negeri Blang Paseh Sigli Kabupaten Pidie. Berjalan tahun demi tahun, prestasinya terus gemilang. Menjadi pegawai negeri sipil sebagai guru hingga pernah menjabat sebagai Kepala Sekolah MAN Negeri 2 Mereudu kabupaten Pidie Jaya selama tiga tahun.

    Keuletan sebagai guru dan prestasi kerja yang baik pada tahun 1997, karirnya mulai meranjak naik, jabatan Kepala Seksi Bimbingan Ubudiyah pada Pendidikan Islam Kantor Departemen Agama Nanggroe Aceh Darussalam.

    Setelah itu, Putra kelahiran Trienggadeng ini menduduki beberapa posisi antara lain: Kassubag Kantor Departemen Agama Kota Banda Aceh, Kassubag kanwil Departemen Agama Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepala Kandepag Kota Sabang.

    Dari Sabang saya kembali dipindahkan ke kanwil Aceh di bidang Haji dan Umrah, kemudian kembali dibebantugaskan sebagai kepala kantor kementerian agama wilayah Aceh Jaya, urainya.

    Berwara wiri dari satu jabatan kepada jabatan yang lain dan dari satu kabupaten ke kabupaten yang lain menjadikan Drs Haji Daud Pakeh semakin mapan menguasai wilayah kerjanya.

    Tanggal 2 Maret 2015, sejarah baru baginya ketika Menteri Agama Republik Indoneia memintanya memimpin Kantor Wilayah Kementerian Agama Propinsi Aceh.

    Ada puluhan gerbong dibelakang saya yang harus saya tuntun, dan saya akan berusahan semaksimal mungkin, terutama bidang pendidikan. Kondisi Aceh sekarang, pendidikan benteng pembinaan umat, tegasnya.

    Selain itu, menurutnya tonggak perjuangan bangsa menurutnya dimulai dari dari dayah, penguatan pendidikan dayah dan pendidikan sekolah formal akan kembali diperkuatkan untuk membangun Aceh ke arah yang lebih baik.***

  • 32

    Institusi Pengkaderan Pemuda Menjadi Ulama

    Ruhul Fata

    Seulimun, nama sebuah kota kecamatan di wilayah Aceh Besar yang terletak di pinggir jalan nasional Banda Aceh Medan. Di kawasan inilah berdiri Dayah Salafi dengan arsitektur dan tata ruang megah. Terkesan didesain dengan konsep modern yang menyuguhkan pemandangan indah dan rapi dalam kawasan komplek dayah. Ruhul Fata, salah satu dayah salafiyah terbesar di Aceh yang terletak di gampong Seulimum kecamatan Seulimum Aceh Besar, berjarak lebih kurang 42 km dari Banda Aceh, ibu kota provinsi Aceh.

    Ruhul Fata didirikan oleh AlMukarram Syaikhuna Tgk. H. Abdul Wahhab bin Abbas bin Sayed Al-Hadhrami (Abu Seulimeum) pada tahun 1946 M/1367 H. Beliau mendalami ilmu Agama Islam pada Al-Mukarram Syaikhuna Tgk. H. Ibrahim (Tgk. di Bireuen) atau Ayahanda Prof. Abdul Majid Ibrahim. Selanjutnya beliau belajar di dayah MUDI MESRA Samalanga pada tahun 1936 saat MUDI MESRA dipimpin oleh Tgk. H. Hanafiah Samalanga (Teungku Abi).

    Sepuluh tahun di sana, beliau menyelesaikan berbagai kitab yang diajarkan di Dayah, termasuk juga memperoleh Ijazah thariqat, yaitu thariqat syatariah.

    Oleh gurunya, Abu Seulimum dilantik menjadi mursyid thariqat syathariyyah, shamadiyyah dan khulutiyyah. Abu Seulimeum adalah salah seorang ulama besar yang kharismatik dan disegani, beliau bagaikan pelita dalam bagi masyarakat untuk menyelesaikan setiap persoalan yang timbul di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Beliau juga dikenal sebagai ulama yang kritis terhadap pemerintah yang kurang memperhatikan kaidah dan hukum Islam dalam menjalankan roda pemerintahan.

    Dayah Ruhul Fata dibangun di atas tanah wakaf yang memiliki luas 10.686 m2, yang pada awal pendiriannya, dayah ini hanya memiliki beberapa balai pengajian. Pada saat itu santrinya hanyalah masyarakat di sekitar dayah, dengan jumlah santri 50 orang di bantu oleh 5 (lima) orang tenaga pengajar. Seiring perjalanan waktu, dayah ini semakin berkembang berkembang dan santrinya semakin bertambah banyak yang berasal dari luar kecamatan Seulimuem.

    Ruhul Fata adalah nama yang diberikan oleh Teungku Haji Hanafiah kepada dayah yang dipimpin oleh Abu Seulimuem, ini erat kaitannya dengan dengan sikap Abu Seulimeum yang sangat tegas dalam

    oleh Zarkasyi Yusuf

    VISIMendidik para thalabah (santri) menjadi kader ulama yang memiliki ilmu Agama Islam yang kuat, berpegang teguh dengan Kitabullah dan sunnah Rasul memiliki kepribadian tangguh, berakhlak mulia, terampil, mandiri serta mampu mengaplikasikan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari untuk menujuk kebahagiaan haqiqi.

    MISI1. Membina dan menyebarkan Itiqad

    Ahlussunnah Wal jamaah.2. Mengembangkan ajaran Islam di

    kalangan masyarakat atas jalur ulama salaf dan khalaf.

    3. Menerapkan syariat berlandaskan Al-Qur-an, Hadits, Ijma dan Qiyas.

    4. Memberantas segala bentuk kejahilan, khurafat dan bidah dhalalah (sesat).

    5. Menyelenggarakan sistem pendidikan dan pengajaran dengan metode pembelajaran yang aktif sehingga menghasilkan lulusan yang berkualitas dibidang ilmu Syariah dan Aqidah.

    6. Mendidik para santri untuk memiliki kepribadian yang tangguh, berakhlak mulia, terampil dan mandiri.

    DAYAH

    dok. Ist

  • 33Santunan - I/2015

    mempertahankan prinsip kebenaran. Ruhul Fata memiliki arti jiwa dan semangat pemuda yang pantang menyerah terhadap berbagai macam bentuk kebathilan dan kejahatan, sebagaimana jiwa dan semangat pemuda Ashabul Kahfi dalam mempertahankan keyakinan mereka.

    Seiring dengan perkembangannya, Ruhul Fata mendapatkan beragam hambat-an, terutama gejolak politik dan gangguan keamanan dalam negeri, seperti pemberon-takan DI/TII di Aceh pada tahun 1953, PKI pada tahun 1965 dan konflik di Aceh, yang berdampak terhadap terganggunya proses pengajian. Dengan pertolongan Allah dan kegigihan serta sifat istiqamah beliau dalam berjuang mempertahankan kebenaran serta keikhlasan dalam menyebarkan ilmu Agama, serta didukung oleh konsistensi dan kebera-nian Beliau dalam melawan segala bentuk kedhaliman, khurafat dan bidah dhalalah (sesat). Akhirnya dayah Ruhul Fata tetap menjalankan kegiatan pengajian, bahkan telah berkembang menjadi salah satu dayah terbesar di Aceh yang memiliki peranan penting terhadap kemaslahatan ummat.

    Abu Seulimuem berpulang ke rahmatul-lah pada tahun 1996, kepemim pinan dayah dilanjutkan oleh putra Beliau Teungku Haji Mukhtar Luthfi atau yang lebih dikenal den-gan sebutan Abon Seulimeum. Abon Seuli-mum adalah alumni Dayah MUDI MESRA Samalanga, beliau meudagang di Samalanga selama 10 tahun sejak tahun 1974 hingga ta-hun 1984. Sebelum berangkat ke Samalanga, Abon juga menjadi santri Ruhul Fata terhi-tung mulai tahun tahun 1970 sampai den-gan tahun 1974. Untuk jenjang pendidikan formal, beliau hanya menamatkan sekolah Dasar (SD) di Seulimuem (1964 1970).

    Di bawah kepemimpinan Abon

    Seulimuem, Ruhul Fata terus berkembang pesat dengan melakukan berbagai macam pembenahan dengan menerapkan kedisi-plinan yang lebih ketat, penambahan jam belajar, perbaikan kurikulum dayah dan penambahan materi pelajaran, serta memperketat aturan proses belajar dan mengajar. Kemajuan lain adalah di bidang pembangunan terutama pembangunan sarana penunjang yang baru untuk menggantikan bangunan lama yang berkonstruksi kayu yang tidak layak untuk dipergunakan lagi, seperti pembangunan mesjid, ruang belajar, balai pimpinan, penambahan asrama santri dan memperbaiki

    tata ruang yang lebih baik dari sebelumnya. Sampai saat ini Ruhul Fata dihuni oleh 1.450 orang santri laki-laki yang berasal dari Aceh dan luar Aceh, bahkan dari negeri jiran Malaysia dengan jumlah tenaga pengajar sebanyak 150 (seratus lima puluh).

    Dayah Ruhul Fata telah melahirkan banyak alumni yang telah jadi pemuka masyarakat di berbagai daerah di Aceh dan luar Aceh, sampai saat ini jumlah terdapat 33 dayah cabang yang tersebar di Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Banda Aceh, Aceh Utara, Lhokseumawe, Aceh Timur dan Aceh Jaya. Wadah alumni pun kini telah terbentuk yang diberi nama dengan Rabithah Alumni Dayah Ruhul Fata (RADAR), agar silaturrahmi antar alumni dapat selalu terjaga dan untuk lebih memudahkan dalam memecahkan persoalan yang timbul dalam masyarakat, Forum ini juga bertujuan untuk mendukung dan membantu pemerintah di bidang aqidah islamiyah bila terjadi persoalan-persoalan di tengah masyarakat.

    Setiap hari kamis mulai pukul 10.00 selesai para alumni ini berkumpul untuk mengikuti pengajian tingkat tinggi (dayah manyang) yang diasuh langsung oleh Abon Seulimuem. Tidak hanya itu, pertemuan rutin di Balee kulu juga menjadi sarana diskusi dalam mencari solusi permasalah di tengah masyarakat modern sekarang ini. Ruhul Fata benar-benar tumbuh sebagai institusi pendidikan yang mampu memacu semangat pemuda menjadi pembela Agama, mampu tampil terdepan dalam menegakkan kebenaran dan mempertahankan syiar Islam. Semoga Ruhul Fata tetap berjaya sesuai dengan harapan dan cita-cita Abu Seulimum sebagai pendirinya.***

    dok. Ist

    dok. Ist

  • 34

    Penyusunan SOPdi Lingkungan Kementerian Agama

    Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah serangkaian instruksi kerja tertulis atau perangkat lunak pengatur yang dibakukan (didokumentasikan) mengenai proses penyelenggaraan administrasi. Memuat tentang bagaimana dan kapan sesuatu harus dilakukan, di mana dan oleh siapa. SOP merinci tahapan suatu proses kerja atau prosedur kerja tertentu. Hal ini dimaksudkan agar prosedur kerja bersifat tetap, rutin, dan tidak berubah-ubah.

    Dasar hukum untuk penyusunan SOP di lingkungan Kementerian Agama secara khusus diatur dalam Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 164 Tahun 2010 yang berlandaskan kepada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara, Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor Per/21/M.PAN/11/2008 tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) Administrasi Pemerintahan, Peraturan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 2010 tentang Perubahan Penyebutan Departemen Agama menjadi Kementerian Agama, dan Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama.

    SOP dimaksudkan untuk dapat digunakan oleh seluruh satuan organisasi/kerja di lingkungan Kementerian Agama dalam rangka standarisasi prosedur-prosedur penting dalam menyelenggarakan pelayanan. Karenanya KMA Nomor 164/2010 mendorong setiap unit kerja di lingkungan Kementerian Agama untuk menyusun SOP baik dalam menyelenggarakan tugas dan fungsi maupun dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

    Tujuannya supaya adanya standardisasi

    masing-masing pihak mempunyai tanggung jawab yang sama.

    SOP harus terkait dengan kegiatan administrasi umum lainnya baik secara langsung ataupun tidak langsung yang dapat menjamin terselesaikannya suatu tugas pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, tepat sasaran, menjamin kemudahan dan kelancaran secara procedural serta dapat menjamin kepentingan semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan tugas. SOP juga dapat menciptakan transparansi dalam pelaksanaan tugas.

    SOP harus ditulis secara jelas, sederhana dan tidak berbelit-belit sehingga mudah dimengerti dan diterapkan untuk satu kegiatan tertentu. SOP harus dapat menjadi pedoman yang terukur baik mengenai norma waktu, hasil kerja yang tepat dan akurat, maupun rincian biaya pelayanan dan tatacara pembayaran bila diperlukan adanya biaya pelayanan. SOP juga harus dapat memberikan kejelasan kapan dan siapa yang harus melaksanakan kegiatan, berapa lama waktu yang dibutuhkan dan sampai dimana tanggung jawab masing-masing pejabat/pegawai.

    SOP harus mudah dirumuskan dan selalu bisa menyesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan kebijakan yang berlaku, selain dapat menggambarkan alur kegiatan yang mudah ditelusuri jika terjadi hambatan.

    Di lingkungan Kementerian Agama, Menteri Agama menetapkan SOP untuk Unit Eselon I Kantor Pusat Kementerian Agama. Sedangkan untuk SOP Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi, Perguruan Tinggi Agama Negeri, Balai, dan Lajnah ditetapkan oleh Sekretaris Jenderal atas nama Menteri Agama.***

    cara yang harus dilakukan dalam menyele-saikan pekerjaan untuk mengurangi kesalah-an atau kelalaian dan menjamin proses yang telah ditetapkan dan dijadwalkan dapat ber-langsung sebagaimana mestinya. SOP dapat menjamin tersedianya data untuk penyem-purnaan proses serta meningkatkan akunt-abilitas dengan rnelaporkan dan mendoku-mentasikan hasil dalam pelaksanaan tugas.

    Memberikan cara konkrit untuk perbaikan kinerja dan menghindari terjadinya variasi proses pelaksanaan kegiatan dan tumpang tindih merupakan fungsi lain dari SOP dan juga dapat membantu pegawai menjadi lebih mandiri dan dengan mudah dapat mengidentifikasi terjadinya kesalahan prosedural serta memudahkan penelusuran terjadinya penyimpangan ataupun untuk langkah-langkah perbaikan ke depan.

    Setiap satuan organisasi/kerja di lingkungan Kementerian Agama, baik kantor pusat maupun instansi vertikal serta UPT harus menyusun SOP yang berpedoman pada Keputusan Menteri Agama. SOP disusun secara dinamis dan dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan teknis masing-masing unit organisasi eselon I di lingkungan Kementerian Agama.

    Penyusunan SOP sekurang-kurangnya memuat; Uraian Prosedur, Syarat-syarat dan Gambar Format SOP. SOP disusun berdasarkan tata cara dan bentuk yang telah dibakukan sehingga dapat menjadi acuan yang sama (baku) dalam melakukan suatu tugas yang harus dapat dipertanggungjawabkan baik dari sisi isi, bentuk, prosedur, standar yang ditetapkan maupun dari sisi keabsahannya. Selain itu adanya keseimbangan hak dan kewajiban antara aparatur dan masyarakat sehingga

    oleh Boy Abdaz [disarikan dari berbagai sumber]

    HUKUM

    SOP harus dapat menjadi pedoman yang terukur baik

    mengenai norma waktu, hasil kerja yang tepat dan

    akurat, maupun rincian biaya pelayanan dan tatacara

    pembayaran bila diperlukan adanya biaya pelayanan

  • 35Santunan - I/2015

    Minta CeraiAssalamualaikum Wr. Wb.Bapak Pengasuh Konsultasi Keluarga BP4 Yth,

    Saya salah seorang guru/PNS pada salah satu Madrasah di Aceh Selatan. Saya menikah dengan seorang laki-laki berstatus duda dan juga seorang PNS. Namun demikian saya tidak mengetahui persisi status suami saya yang sebenarnya. Kami sudah tujuh tahun menikah dan sudah dikaruniai 2 orang anak putri dan putra. Saya berdomisili di Aceh Selatan, sementara suami di Bireun dan pulang satu bulan sekali. Itu sudah kami jalani dari awal pernikahan. Saya sangat mencintainya dan percaya penuh padanya.

    Setelah 3 tahun pernikahan dan sudah dikaruniai seorang buah hati, saya baru mengetahui bahwa suami saya ternyata masih mempunyai istri dan 4 orang anak. Suami tidak setia lahir batinnya dengan saya. Suami suka berganti-ganti pacar. Semenjak itulah hati saya mulai tidak tenang dipenuhi rasa cemburu dan saya sudah dibohongi dengan status suami saya. Saya masih bertahan walaupun hati saya sakit dengan kebohongan itu.

    Pada awal pernikahan saya sudah meminta kepada suami agar mengurus pindah tugas saya ke Bireuen, suami menyetujui tapi tidak mau mengurus kepindahan saya dan saya diminta mengurusnya sendiri. Saya sudah mencoba sampai sekarang peluang itu masih gagal. sekarang suami jarang dalam masa enam bulan pulang sekali dan komunikasi sudah jarang dilakukan. Jika saya telpon sering tidak diangkat dengan berbagai alasan.

    Dari awal pernikahan, suami tidak memberi nafkah untuk kebutuhan sehari-hari. Saya tetap bertahan demi si buah hati kami. Anak-anak sering menanyakan kenapa ayahnya tidak pulang. Hati saya bertambah hancur mengingat perbuatan suami saya yang sudah tidak peduli. Saya mengatakan kepada suami agar kita berpisah saja karena saya sudah tidak sanggup lagi menjalani hidup sendiri dengan anak-anak tanpa ada suami di samping. Suami tidak menyetujui permintaan saya dan suami tidak berbuat apapun dengan masalah ini.

    Apakah sikap saya salah meminta untuk berpisah dan apa sebaiknya yang harus saya lakulkan dengan pernikahan saya. Saya tidak mau dimadu tapi di sisi lain saya tetap mencintainya. Terima kasih banyak atas jawabannya

    05 Pebruari 2015Laras (Bukan Nama Asli)

    Waalaikumussalam Wr.Wb.Ibu Laras yang baik, hidup ini diibaratkan seperti laut,

    sekali airnya meluap, di waktu lain airnya surut. Bahkan bisa berombak karena ditiup angin. Tamsil ini memberi makna bahwa hidup ini sewaktu-waktu tenang, damai, namun di waktu lain menjadi goyah, diliputi berbagai problema, bisa karena anak, isteri, suami, dan bisa juga terjadi karena pihak ketiga (orangtua dan mertua), seperti

    yang saudari alami saat ini. Untuk itu melalui rubrik ini pengasuh menyampaikan beberapa hal baik untuk saudari (sebagai isteri) maupun untuk suami:

    Pertama, lupakan kesalahan masa lalu, karena tak mungkin lagi kembali seperti saat sebelum menikah, sekarang yang perlu dibuat rencana adalah (a) fokuskan dengan tugas sebagai guru, (b) pikirkan dengan baik pendidikan buat anak-anak, yang masih membutuhkan kasih sayang orangtuanya, (c) disiplin dalam beribadah terutama shalat sertakan doa kepada Ilahi Rabbi, kiranya selalu dalam lindungan-Nya. Karena bila yang terpikirkan problema rumah tangga terus menerus, maka berakibat bisa menimbulkan stress, depresi dan beragam penyakit lainnya.

    Kedua, Sudah menjadi sifat perempuan memang tak mau dimadu, namun tak begitu mudah juga meminta cerai. Karena bila seorang isteri meminta cerai tanpa alasan syari, ia tak akan dekat dengan bau surga. Islam membuka pintu cerai bila suami zalim mengabaikan kewajibannya, baik nafkah lahir maupun batin, dan istripun tak bisa sabar karenanya, atau sebab-sebab lain yang dapat mengancam keselamatan diri dan nyawa, atau bila terus mempertahankan rumah tangga, tak akan memndapatkan kebahagiaan.

    Namun disarankan selama masih ada cara-cara untuk ishlah, lakukan dengan baik, bisa melalui komunikasi, dialog dan musyawarah, apalagi pengakuan saudari, sebagai isteri yang baik masih sangat mencintainya.

    Ketiga, Seorang suami, atas dirinya terbebani kewajiban nafkah. Nafkah untuk isteri dan anak-anaknya. Sesuai ketentuan Undang-undang baik UU Nomor 1/1974, dan KHI, seorang suami yang memiliki dua isteri harus berlaku adil. Adil dalam nafkah, maskan dan adil dalam giliran waktu.

    Seorang suami PNS bila ingin berpoligami terlebih dahulu harus ada izin isteri pertama dan mendapatkan legalitas hukum dari PA/Mahkamah Syariyyah, yang menyatakan bahwa yang bersangkutan mampu berlaku adil. Selanjutnya kepada suami disarankan, agar membuktikan dirinya sebagai seorang suami yang adil, artinya berikanlah nafkah sesuai kemampuan dan pulanglah sesuai janji dan kesepakatan bersama dengan isteri.

    Ingat! doa orang terzalimi tidak akan ditolak Allah SWT. Bila isteri yang terzalimi, dipastikan suami tak akan memperoleh berkah dan kebahagiaan hidup bersama isteri lainnya.

    Terakhir untuk anda berdua, disarankan agar berpikirlah secara matang dan penuh kedewasaan sebelum mengambil kesimpulan, karena bila keliru dalam mengambil kesimpulan akan menimbulkan penyesalan yang tak ada gunanya. Ingat anak-anak yang masih kecil, dan sangat membutuhkan kasih sayang dari kedua orang tua.

    Demikian, semoga bermanfaat!***

    Dr. H. Abd. Gani Isa, SH, M.AgKetua BP4 Provinsi Aceh

    KONSULTASI KELUARGA

    Bagi pembaca atau masyarakat yang ingin berkonsultasi tentang keluarga, dapat juga mengirim surat ke alamat Redaksi Majalah Santunan Kanwil Kementerian Agama Aceh, Jl. Abu Lam U No. 9 Banda Aceh, atau mengirim email ke [email protected]. Terima kasih.

  • 36

    Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mualaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Q.S. al-Tawbah [9]: 60).

    Memerhatikan ayat di atas, dapat dipahami bahwa fakir dan miskin adalah dua kelompok yang berhak menerima zakat. Menurut Ibn Manzhur, secara etimologis kata al-faqir merupakan lawan kata al-ghani (kaya) sehingga memiliki kesamaan makna dengan kata al-miskin. Lalu ia mengutip pendapat yang membedakan dan yang menyamakan kata al-faqir dari kata al-miskin (Lisan al-Arab, jld. VII, hlm. 138). Al-Syafii dan Hanbali mengatakan fakir adalah orang yang tidak memiliki harta dan pekerjaan yang mencukupi kebutuhan sehari-hari sehingga lebih buruk dari miskin. Dalam hal ini, Wahbah al-Zuhayli kelihatan cenderung pada pendapat ini, sebab dalam ayat 60 surat al-Tawbah kata fakir lebih dahulu disebut dari kata miskin (Al-Zuhayli. 2005: 279).

    Berbeda dari al-Syafii dan Hanbali, mazhab Hanafi dan Maliki justru melihat miskin lah yang lebih buruk dari fakir. Penulis menemukan, Ibn Asyur al-Maliki yang telah merekonstruksi teori maqashid malah cenderung mengikuti pendapat ini dalam tafsirnya al-Tahrir wa al-Tanwir tanpa penjelasan memadai (Ibn Asyur