majalah mekar 1st ed. 2015

52
MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015 01 cover depan ME M M ME ME ME M ME M ME M ME E ME ME M ME EKA K KA KA A K K KA KA A KA K K KA A A K KA KA K R R R | | ED D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D D DISI I 01 01 01 01 1 0 01 1 01 0 01 01 01 0 0 | | | | | TA TA TA T T T TA T TA TA TA TA T TA TA A T HU H HU U U UN N N N N N N N N N N N N N XX XX XX XX X X X X X XX X X XX X V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V | | | | | | | | | | AP A AP AP P A A A R RI R R L L L L L L L L L L L L L - JU J JU U J J J J J J J J J J N NI I 2 2 2 2 2 2 2 2 201 01 01 01 0 01 01 0 01 01 0 0 01 01 01 01 1 01 0 0 5 5 5 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 c co ov ve er r r d d de e ep p p p p p p p p p p p p p p p p p p p p a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a a an

Upload: komsos-ag-et-al

Post on 24-Sep-2015

377 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

Majalah MEKAR (Media Komunikasi Keuskupan Bogor) Edisi 01 Tahun XXV April-Juni 2015Pada tahun 2015 ini, Majalah MEKAR genap memasuki usia ke-25. Dalam usia keseperempat abad ini, MEKAR yang dimotori oleh Komsos Keuskupan, telah mengalami berbagai peristiwa jatuh-bangun mempertahankan eksistensinya sebagai Majalah Keuskupan Bogor. Memang tidak mudah menghadirkan ‘hidangan’ cetak yang bisa dinikmati oleh seluruh umat paroki di Keuskupan Bogor.Bekerja sama dengan Komisi Keluarga Keuskupan Bogor, kini MEKAR ingin berusaha hadir kembali dengan wajah yang berbeda dari penerbitan sebelumnya. Tentu saja perwajahannya yang lebih menarik dan berisi. Semoga kehadirannya mampu menghilangkan dahaga umat akan informasi dan wawasan iman dan ajaran gereja serta dinamika kehidupan menggereja di Keuskupan Bogor. Penerbitan majalah MEKAR kali ini menjadi penting untuk kemajuan Gereja kita. Dengan ulasan yang ringan, mudah dipahami, dan informatif; umat bisa menikmatinya lewat penerbitan MEKAR ini. Pada penerbitan perdana di tahun 2015 ini, MEKAR memuat liputan acara Orang Muda Katolik (OMK), yakni acara Bogor Youth Day (BYD), memaparkan tema tahun keluarga 2015, “Keluarga yang berdoa dan berbakti” sebagai salah satu fokus kebijakan pastoral Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM., bagaimana mencintai dan mempertahankan cinta, dan aneka informasi segar dan aktual seputar kegiatan parokial di Keuskupan Bogor.Semoga kehadiran MEKAR dengan wajah baru ini, menumbuhkan minat dan partisipasi kita dalam kehidupan menggereja di keuskupan kita tercinta ini.

TRANSCRIPT

  • MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015 01

    cover depan

    MEMMMEMEMEMMEMMEMMEEMEMEMMEEKAKKAKAAKKKAKAAKAKKKAAAKKAKAKAR RR || EDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDISII 010101011001101001010100 ||||| TATATATTTTATTATATATATTATAAT HUHHUUUUNNNNNNNNNNNNNN XXXXXXXXXXXXXXXXXXXX V VVVVVVVVVVVVVVVVVVVVV |||||||||| APAAPAPPAAA RRIRR LLL LLLLLLLLLL - JUJJUUJJJJJJJJJJ NNII 222222222010101010010100101000101010110100 5555 00000000000000000000001111111

    ccoovveerrr dddeeepppppppppppppppppppppppaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan

  • MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 201502

    iklan cover depan dalam

  • MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015 03

    DAPURREDAKSI

    Pada tahun 2015 ini, Majalah MEKAR genap memasuki usia ke-25. Dalam usia keseperempat abad ini, MEKAR yang dimotori oleh Komsos Keuskupan, telah mengalami berbagai peristiwa jatuh-bangun mempertahankan eksistensinya sebagai Majalah Keuskupan Bogor. Memang tidak mudah menghadirkan hidangan cetak yang bisa dinikmati oleh seluruh umat paroki di Keuskupan Bogor.

    Bekerja sama dengan Komisi Keluarga Keuskupan Bogor, kini MEKAR ingin berusaha hadir kembali dengan wajah yang berbeda dari penerbitan sebelumnya. Tentu saja perwajahannya yang lebih menarik dan berisi. Semoga kehadirannya mampu menghilangkan dahaga umat akan informasi dan wawasan iman dan ajaran gereja serta dinamika kehidupan menggereja di Keuskupan Bogor.

    Penerbitan majalah MEKAR kali ini menjadi penting untuk kemajuan Gereja kita. Dengan ulasan yang ringan, mudah dipahami, dan informatif; umat bisa menikmatinya lewat penerbitan MEKAR ini.

    Pada penerbitan perdana di tahun 2015 ini, MEKAR memuat liputan acara Orang Muda Katolik (OMK), yakni acara Bogor Youth Day (BYD), memaparkan tema tahun keluarga 2015, Keluarga yang berdoa dan berbakti sebagai salah satu fokus kebijakan pastoral Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM., bagaimana mencintai dan mempertahankan cinta, dan aneka informasi segar dan aktual seputar kegiatan parokial di Keuskupan Bogor.

    Semoga kehadiran MEKAR dengan wajah baru ini, menumbuhkan minat dan partisipasi kita dalam kehidupan menggereja di keuskupan kita tercinta ini.

    nRedaksi

    MekarDengan Wajah Baru

    MEKARIA

    Pelindung:Uskup Bogor,

    Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM

    Dewan Penasihat:Staff Kuria Keuskupan Bogor

    Redaktur Ahli:RD. Ch. Tri Harsono RD. Yohanes Driyanto

    RD. Alfons Sutarno

    Sidang Redaksi:RD. Alfonsus Sutarno RD. Yustinus Joned S

    RD. Lucius Joko K RD. David LerebulanRD.Agustinus Suyatno St. K. KristyonoDarius Lekalawo Ambrosius S. Mally

    Ign. Happy Delima

    Pemimpin Umum/ Pemimpin Redaksi:RD. Yustinus Joned S

    Redaktur Bahasa:

    RD. Alfonsus Sutarno

    Redaktur Pelaksana:Stanislaus Kostka Kristyono

    Redaktur Artistik:Darius Lekalawo

    Ilustrator:RD. Nikasius Jatmiko

    Pemimpin Perusahaan:Ambrosius S. Mally

    Administrasi: Ign. Happy Delima

    Sirkulasi dan Distribusi: RD. Yustinus Joned S Komsos Keuskupan Bogor Sekretariat Paroki Keuskupan Bogor

    Iklan & Promosi:RD. Alfons Sutarno (0812 111 0457) Anastasia

    Sanny K. (0812 10273 949) Ambrosius Satu Mally (021 7076 4215) Ign. Happy Delima (0812

    10 818 009)

    Alamat Redaksi:Gedung Pusat Pastoral Keuskupan BogorJl. Kapten Muslihat No. 22 BOGOR 16122 Tel.: (0251) 831 3997 Fax.: (0251) 835 9102

    E-mail: [email protected]

    Rek. BCA KCP Depok Asri No. Acc: 7650612285 a/n: Ignatius Happy Delima

    Penerbit dan Percetakan: PT. Grafi ka Mardi Yuana

    Jl. Siliwangi No. 50 BOGOR 16131(Isi diluar tanggungjawab percetakan)

    UNTUK KALANGAN SENDIRI

    MAJALAH MEKAR menerima tulisan, artikel, reportase, foto dan karikatur dari umat. Syarat: tidak mengandung SARA dan bermanfaat bagi umat (menambah pengetahuan, keterampilan, memecahkan masalah, menggugah emosi, menghibur, menyentuh kepekaan etis dan estestis, dll). Redaksi tunggu kiriman Anda via e-mail: [email protected]

  • MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 201504

    DAFTAR ISI

    Dapur Redaksi Sajian UtamaOrang Muda Katolik Sumber Inspirasi ..................06

    Sajian KhususTekad Berkarya Disertai Doa ....................................09

    Umat BerbicaraSemua Berawal dari Keluarga .................................12

    Tantangan Real Hidup Berkeluarga ........................14

    KonsultasiGereja Katolik Melarang Bayi Tabung ...................16

    Suara GembalaKeluarga Beribadah dan Berbakti DenganSuka-Cita ........................................................................ 19

    Kabar DekanatUlang Tahun Paroki Santo Herkulanus Depok ...21

    RenunganDoa Bersama, Ekaristi dan Keluarga Katolik .......26

    Bina ImanKewajiban Orangtua Membaptis Bayi ...................29

    Sungguhkah Gereja Katolik Berpuasa? .................30

    Tokoh KitaMgr. Antonio Guido Filipazzi:

    Promise Is Promise .....................................................32

    Kiprah Komisi dan SeksiPentingnya Relasi Suami-Istri ..................................34

    SeksualitasMenguak Misteri Cinta ...............................................38

    JejakBangga Terhadap Pilihan Hidup ..............................41

    Kemah AllahKhidmat Dalam Kesederhanaan ..............................42

    Isu Nusantara & MancanegaraDosen Menjadi Terang dan Garam Kampus ...... 47Paus Umumkan 20 Kardinal Baru ........................ 49Siap Menghadapi Perubahan Cakrawala ........... 50

  • MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015 05

    SURATPEMBACA

  • MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 201506

    SAJIANUTAMA

    mengajak Orang Muda Katolik (OMK) Keuskupan Bogor untuk dak berdiam diri saja. Hai OMK Bogor, buk kanlah bahwa dari Anda mengalirlah ide-ide segar dan ak vitas-ak vitas nyata yang berguna untuk membangun keuskupan kita. Dengan demikian sebutan OMK sumber

    Anda adalah OMK, agen-agen pembaruan, sumbangkan talenta-talenta dan semangat kemudaanmu untuk membarui wajah Gereja kita... Penuhilah jalan-jalan kehidupan di lembah-lembah, perbukitan, perkotaan, persawahan tataran Sunda dengan tekadmu

    untuk membantu Gereja dan masyarakat kita, seru Mgr.Paskalis dalam sambutannya di akhir Perayaan Ekaris pembukaan Bogor Youth Day (BYD) di Gua Kanada Rangkasbitung, pertengahan Februari lalu.

    Selanjutnya Uskup

    Orang Muda Katolik Sumber Inspirasi

  • MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015 07

    SAJIANUTAMA

    inspirasi benar adanya, tambah Uskup.

    Sekitar 1000 orang muda tekun mendengarkan seruan Uskup Keuskupan Bogor ini. Mereka berasal dari sebagian besar paroki di Keuskupan Bogor. Kaos merah yang mereka kenakan bisa diar kan sebagai tekad membara mereka untuk selalu menginginkan pembaruan dalam kehidupan. Ecclesia semper reformanda est, Gereja selalu memperbaharui dirinya, jelas Mgr. Paskalis.

    BYD 2015 sebagai realisasi program kerja Komisi Kepemudaan Keuskupan Bogor ini mengusung tema: OMK Sumber Inspirasi (bdk. Lukas 2.51-52). Melalui BYD seluruh OMK se-Keuskupan Bogor dapat berkumpul, saling bertukar pengalaman iman, serta mengalami pertumbuhan spiritualitas bersama sebagai sumber suka-cita dan inspirasi bagi keluarga dan sesama.

    Kegiatan BYD ini diselenggarakan pada tanggal 13-15 Februari 2015 di Paroki Rangkasbitung dan Serang, Dekanat Barat Keuskupan Bogor. Selama ga hari dua malam itu para peserta melakukan live in di rumah-rumah umat setempat, mengiku workshop, pentas seni, dan doa bersama.

    Pengalaman SamuelGerimis di pagi hari

    pertama, Jumat 13 Februari 2015 dak mengurangi semangat pani a melakukan persiapan akhir. Kompleks ziarah Gua Maria Kanada Rangkasbitung disulap menjadi tempat pertemuan akbar itu.

    Kegiatan diawali dengan penyambutan Duta Besar Va kan

    untuk Indonesia, Mgr. Antonio Guido Filipazzi di pastoran Rangkasbitung. Di pastoran ini Nun us memberka patung Yesus dan Bunda Maria dan beris rahat sejenak.

    Pukul 13.30, seluruh rombongan menuju ke lokasi Gua Maria Kanada tempat acara pembukaan BYD dilangsungkan. Di sini rombongan disambut sorak suka-cita dari seluruh OMK yang berdiri sepanjang jalan menuju gua. Drum band anak-anak SD Mardi Yuana Rangkasbitung pun mengiringi kedatangan seluruh rombongan.

    Sekitar pukul 14.20 Perayaan Ekaris dimulai. Dalam homilinya, Mgr. Guido Filipazzi menyampaikan pengalaman Samuel dalam bacaan sebagai pengalaman luar biasa yang bisa dijadikan inspirasi bagi anak-anak muda. Saat-saat ini seharusnya menjadi kesempatan untuk memeriksa bagaimana hubungan kita dengan Tuhan, agar hidup kris ani kita seha dan mendalam, kata Nun us. Ia mengharapkan apa yang didapat dari kegiatan ini dak menjadi sia-sia. OMK kembali ke keluarga dan paroki masing-masing sebagai orang beriman.

    Pada akhir Ekaris , RD. Habel Jadera mengharapkan OMK bisa memberi pengaruh yang posi f dalam mewartakan suka-cita Kristus, serta menjadi inspirasi bagi terciptanya suka-cita di dalam keluarga, Gereja, dan masyarakat.

    Selanjutnya Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM memberikan apresiasi besar bagi kegiatan ini. Uskup juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada para pastor yang merupakan rekan Uskup dalam menggerakkan

    OMK di masing-masing paroki. Selesai Ekaris , acara

    dilanjutkan dengan ramah-tamah bersama para tamu undangan dari Pemerintah Daerah, perwakilan tokoh agama dan masyarakat setempat. Dalam acara ini dilaksanakan pelepasan burung merpa serta penanaman pohon di areal Akademi Perawat, Rangkasbitung. Kemudian seluruh OMK menuju lokasi live in, di mana mereka akan nggal bersama keluarga-keluarga di wilayah Paroki Serang dan Rangkasbitung.

    Tiga MateriPada pagi hari kedua,

    seluruh peserta dibagi dalam ga kelompok. Mereka berpencar mengiku workshop yang dibagi dalam ga materi. Materi pertama berbicara soal Wirausaha, Bagaimana Memulai dan Mempertahankan?. Materi ini dibicarakan di aula Gua Maria Kanada. Ibu Johana Fransiska Suliestyowa (anggota Komisi PSE Keuskupan Bogor) memberikan mo vasi kepada para peserta menghadapi ketakutan-ketakutan yang menghambat dalam berwiraswasta.

    Materi kedua terkait dengan Mo vasi Dalam Pelayanan Gereja. Acara ini digelar di aula Gereja Kristus Raja, Serang. Bapak Mahendra K. Datu mengajak OMK untuk senan asa mempersembahkan karya terbaik bagi pembangunan Gereja masa kini dan masa depan.

    Materi ke ga membahas Narkoba dan Seluk-Beluknya. Romo La Edi Teodorus, MSC menyampaikan materi ini di

  • MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 201508

    SAJIANUTAMA

    bagi Keuskupan Bogor. Ia berharap agar OMK selalu bisa menjadikan Gereja Katolik sebagai Gereja yang selalu muda, yang berani, inspira f, dan dak takut mewartakan kabar gembira bagi semua orang. Ia juga menyampaikan beberapa kegiatan mendatang seper : Indonesian Youth Day di Manado dan World Youth Day di Polandia tahun 2016, dan Asean Youth Day di Yogyakarta pada Agustus 2017.

    RD. Habel menyampaikan bahwa BYD akan menjadi kegiatan ru n dua tahunan di Kuskupan Bogor. Untuk tahun 2017, BYD disepaka akan diadakan di Dekanat Tengah. Kemudian, Mgr Paskalis menutup acara sambutan dengan pesan: Setelah acara ini, pulanglah ke rumahmu dan ceritakanlah apa yang sudah kalian dapatkan dalam acara ini. Bawalah suka-citamu saat berkumpul dengan keluargamu di sini dan jadilah sumber inspirasi bagi orangtuamu. Setelah Perayaan Ekaris , kegiatan BYD ditutup dengan makan siang bersama.nRD. Yustinus Joned Saputra

    gedung serbaguna ex-Mardi Yuana, Cilegon.

    Makan siang dilaksanakan di stadion indoor Kopasus, Serang. Selesai makan siang, seluruh peserta menikma pentas seni. Semua peserta mempertontonkan kebolehan masing-masing.

    Pada pertengahan acara, diadakan talkshow bersama Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM, RD. Ch. Tri Harsono (Vikaris Jenderal Keuskupan Bogor), dan RD. Yohanes Driyanto (Vikaris Judisial Keuskupan Bogor). Mereka mengungkapkan dukungan dan arahan kepada OMK serta menjawab berbagai pertanyaan peserta.

    Ibadat malam (doa taize) dilaksanakan setelah makan malam. Para frater Seminari Tinggi Santo Petrus dan Paulus Keuskupan Bogor memimpin ibadat sebagai penutup keseluruhan acara hari kedua.

    Kurang PanjangPada hari Minggu, 15

    Februari 2015, kegiatan BYD memasuki hari terakhir. Wajah-

    wajah muda yang berkumpul di GOR Kopasus, Serang-Banten terlihat lelah. Akan tetapi, berbagai komentar peserta menyiratkan satu suara: dak ingin acara ini cepat selesai. Mereka merasa waktu pelaksanaan masih kurang panjang. Mereka dak ingin kebersamaan ini harus diselesaikan hari itu.

    Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM memimpin Perayaan Ekaris penutupan BYD. Bliau didampingi RD. St. M Sumardiyo AP (Pastor Paroki Serang), RD. Andreas Bramantyo (Pastor Paroki Rangkasbitung), RD. Habel Jadera (Ketua Komisi Kepemudaan Keuskupan Bogor), RD. Haryanto (Sekretaris Ekseku f Komkep KWI), serta sembilan imam yang hadir.

    Dalam kata pembukaan RD. Sumardiyo membakar semangat peserta dengan yel-yel Bersuka-citalah...! OMK, sumber inspirasi. Sementara RD. Haryanto dalam sambutannya menyampaikan: Saya percaya bahwa OMK Keuskupan Bogor ini akan menjadi bonus is mewa

  • MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015 09

    SAJIANKHUSUS

    Awal 1990, Mgr. Igna us Harsono (alm) menunjuk RD. Agus nus Suyatno untuk mengelola Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) Keuskupan Bogor. Salah satu kegiatannya adalah menerbitkan Bule n MEKAR. Penulis dak tahu, apakah sebelum 1990 Keuskupan Bogor sudah punya media semacam bule n, majalah, atau media lain?

    Yang pas , pada awal 1990, Romo Yatno mengajak penulis dan kawan-kawan untuk membuat sebuah media, yang bisa digunakan sebagai media komunikasi antar paroki se-Keuskupan Bogor. Media tersebut harus murah, pengerjaannya cepat, serta dapat menjangkau umat.

    Tekad Berkarya Disertai Doa

    (Pengantar: pada tahun 2015 ini, Majalah MEKAR berulang tahun ke-25. Untuk mengingat kembali awal terbitnya, redaksi menghubungi Bpk. RAJ. Susilo yang bersama RD. Agustinus Suyatno alias Romo Yatno membidani lahirnya majalah MEKAR dan mengelolanya selama 10 tahun. Pengalaman itu diungkapkan dalam tulisan berikut. Redaksi).

    MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015 09

    k

    n

    Rm. Yatno menyebut media sebagai bule n dengan ukuran setengah folio. Tetapi beberapa waktu kemudian, ukurannya berubah menjadi A4.

    Selanjutnya, bule n ini berubah menjadi majalah. Ukurannya pun berubah-ubah, namun namanya tetap MEKAR (Media Komunikasi Antar PaRoki). Nama MEKAR ini dicetuskan oleh Rm. Yatno.

    MEKAR ini terbit dengan dak teratur. Awalnya MEKAR terbit sebulan sekali pada pertengahan bulan. Kemudian terbit ga bulan sekali. Sampai usia ke-25 tahun bisa dikatakan MEKAR selalu terbit.

    Untuk penerbitan pertama dan penerbitan selanjutnya, Romo Yatno membekali pengasuh MEKAR hanya dengan ide, saran, dan sebuah Tekad Berkarya Disertai Doa. Bekal lain (alat, prasarana, tempat kerja redaksi, biaya) yang diperlukan,

    pengasuh harus mencarinya sendiri. Tekad Berkarya Disertai Doa ini menjadi pedoman pengasuh untuk nekad mengasuh MEKAR sampai kira-kira 10 tahun.

    Alamat MekarPada saat awal, MEKAR

    terbit secara sederhana. Penanggungjawabnya ialah Romo Yatno (ke ka itu ia masih bertugas di Paroki St. Paulus

  • MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 201510

    SAJIANKHUSUS

    MEMEMEKAKAKKKAKKARR RRR ||||||| EDEDEDEDDDDDDEDEDDEDISISSSISSIII 01101 |||| TTTTTATAAATTTAT HHHHUHHHHHUN NN XXXXXXXVV V ||||| AAPAPAPPPAPAPAPPPAPPAPAPRIRIRILL LL - JJUJUUUUUUUUUNININNNININI 22222222001010100101001555555551111111110000000000000

    dan lain-lain. Penyebarannya dengan kiriman langsung (diantar) atau melalui pos.

    Kemudahan

    Selama 10 tahun mengasuh MEKAR, ternyata banyak kemudahan yang diperoleh. Meski semua serba sederhana dan seadanya, Tuhan selalu membimbing dan memberka pengasuh sehingga MEKAR dapat selalu terbit tepat waktu. Pengelola yakin bahwa MEKAR adalah alat pelayanan bagi umat di paroki-paroki di Keuskupan Bogor.

    Setelah 10 tahun, Romo Yatno mendapat tugas baru. Pengelola Komsos diserahkan ke romo yang lain, termasuk tugas mengelola MEKAR. Penulis pun harus bertugas di tempat yang lain. Oleh karena itu, tugas mengasuh MEKAR pun diserahkan ke pengasuh yang baru.

    Pengalaman mengelola MEKAR meyakinkan penulis bahwa Tuhan selalu memperkaya

    iman kita dan senan asa membimbingnya. Berkat

    Tuhan itu menjadi nyata, asalkan kita menunaikan

    tugas dengan ikhlas dan suka-cita.

    nRAJ. Susilo. Foto: dari berbagai sumber.

    Depok), pengasuh lainnya ialah: Herman Rumpoko, Ign. Kristopo, RAJ. Susilo, Darsat, Darsum, dan Kasino. Mereka semuanya adalah anggota Dewan Pastoral Paroki Santo Paulus, Depok. Dalam penyusunan lay-out, khususnya sampul majalah, redaksi dibantu oleh Florent, karyawan majalah HIDUP.

    Mengingat semua pengasuh MEKAR berdomisili di Depok, maka semua tugas penerbitan MEKAR lebih banyak diselesaikan oleh umat paroki St. Paulus, Jl. Mela 4 Depok. Padahal alamat resmi MEKAR adalah Jl. Kapten Muslihat No. 22 Bogor.

    Agar semua tugas dapat dilaksanakan dengan baik, maka redaksi MEKAR sepakat mencantumkan kedua alamat tersebut.

    Sebagai media komunikasi antar paroki se-Keuskupan Bogor, isi MEKAR pun menyangkut semua hal terkait paroki-paroki di Keuskupan Bogor. Isi tersebut melipu

    perkenalan paroki baru/ lama, stasi baru/

    lama, nama lengkap pengurus Dewan

    Pastoral Paroki, kehidupan Santo-Santa,

    pengumuman pen ng dari keuskupan, surat gembala

    Uskup,

    surat edaran KWI, refl eksi Kitab Suci, dan liputan berbagai kegiatan.

    Banyak suka-duka selama bergelut mengasuh MEKAR. Pencarian berita/tulisan ke paroki cukup sulit. Banyak kegiatan paroki yang dak terekam secara sistema s dan akurat. Bahkan ada juga paroki yang memandang MEKAR dak berguna.

    Pada sisi lain, MEKAR ternyata dak hanya dibaca oleh umat Keuskupan Bogor, melainkan juga oleh orang luar, salah satunya adalah petugas Sospol dari Kantor Walikota Depok. Mereka pernah menanyakan tulisan tentang pemindahan 21 pusara para imam Fransiskan (OFM) dari berbagai tempat di pulau Jawa menuju Depok (Kalimulya). Mereka menanyakan hal itu itu karena mereka membaca MEKAR.

    Makin hari tulisan di MEKAR makin banyak dan bervariasi. Inilah salah satu faktor yang menyebabkan MEKAR bisa terbit tepat waktu. Umat pun bisa mendapatkan MEKAR melalui pastoran, sekolah Katolik, dan lain-lain. Bahkan MEKAR juga disebarkan ke Seminari Stella Maris, susteran, bruderan, pan asuhan, KWI

  • MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015 11

    UMATBERBICARA

    Selalu Menjadi Dirinya Sendiri

    Selama sembilan tahun menikah, Pongki dan Sophie (bukan nama sebenarnya-Red,) memaknai cinta secara berbeda-beda. Cinta ke ka pertama kali bertemu, pas nafsunya lebih besar, cintanya lebih sedikit. Lama kelamaan, nafsu berkurang, kasih lah yang harus diperbesar. cerita Pongki.

    Karena itu, sangat pen ng bagi Pongki untuk membangun kasih antara suami istri. Pongki dan Sophie: punya cinta yang fl eksibel. Fleksibel karena saat dua orang bersatu, di situlah muncul perbedaan-perbedaan di antara mereka. Mereka harus fl eksibel menyikapi perbedaan itu.

    Kita bangun ap hari. Tiap hari kita menjalin hubungan dengan memahami bahwa pasangan kita ini berbeda dengan kita. Jangan

    paksakan harus sesuai dengan kita. Inilah yang saya maksud dengan fl eksibel. Se ap hari saya mempelajari siapa Sophie sebenarnya, kata Pongki.

    Yang terpen ng, jelas Pongki, adalah menjadi orang apa adanya. Kalau saya marah, ya saya akan marah sesuai porsinya. Jangan ditahan-tahan. Jika dak punya uang, katakan dengan terus terang pada pasangan, tambah Pongki.

    Ingatlah selalu bahwa pasangan hidup kita akan selalu bersama kita sampai maut memisahkan. Bagi Pongki dengan menjadi diri sendiri adalah ndakan yang tepat. Ini bisa kita pelajari se ap hari.

    Sebenarnya mempelajari perilaku pasangan kita se ap hari juga sekaligus memperkenalkan diri kita yang sesungguhnya.

    nPongki dan Sophie

    Dalam beberapa tahun terakhir ini, saya sebagai salah satu anak Tuhan selalu ak f di se ap pelayanan gereja. Dengan talenta yang Tuhan berikan kepada saya, banyak yang telah saya lakukan untuk perkembangan gereja Katolik. Ak vitas saya ini membawa saya berada dalam kepengurusan Dewan Pastoral Paroki (DPP).

    Namun beberapa bulan terakhir ini, miris rasanya melihat teman sepelayanan yang beranggapan bahwa pelayanan sebagai pengurus Dewan Pastoral Paroki lebih pen ng dari yang lain. Misalnya lebih pen ng dibanding menjadi pemimpin koor (dirigen), koster, pemazmur, petugas tata ter b, petugas parkir, dan lain sebagainya.

    Gaya pelayanannya pun persis seper yang dilakukan seorang majikan dengan pembantunya. Pastor paroki dan Dewan Paroki merupakan kedudukan yang dianggap sangat pen ng. Mereka lah penentu kebijakan, pengambil keputusan, orang-orang pilihan. Untuk mencapai kedudukan tersebut, mereka harus memiliki keterampilan dan menjalani persiapan-persiapan khusus sebelumnya.

    Berbeda dengan pelayanan ala koster, tukang parkir, petugas kebersihan, petugas tata ter b. Tugas-tugas ini bisa dilakukan oleh siapa saja tanpa harus memiliki ketrampilan atau menjalani persiapan khusus. Dalam melaksanakan pelayanan, kedudukan mereka lebih rendah dari pada pengurus DPP. Akibat perbedaan ini muncul gambaran, paling dak dalam benak saya, ... maaf ternyata ada sekte-sekte dalam gereja. Benarkah demikian? Semoga dak. Salam Kasih.nDerry Siga Nuga, S.Fil - Kota Depok

    Dewan Paroki Lebih Penting?

    MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015 11

    Foto:

    hipw

    ee.co

    m

  • MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 201512

    UMATBERBICARA

    Melihat situasi Negara kita beberapa dekade

    ini, korupsi menjadi salah satu ciri khas

    bangsa dan berita yang tak pernah berhenti

    dikupas. Dia melanda semua kalangan.

    Semakin lama, bentuk, macam, dan jumlah

    korupsi semakin banyak, bahkan seakan-

    akan sudah menjadi fenomena alamiah dan

    manusiawi.

    Se ap hari banyak orang mencemooh para koruptor dan membicarakan mereka di media masa atau di se ap kesempatan. Tidak jarang kelompok masyarakat tertentu melakukan unjuk rasa menuntut pemerintah melakukan ndakan terhadap orang-

    Semua Berawal dari Keluargaorang tertentu yang menurut mereka telah melakukan korupsi.

    Namun kenyataan menunjukkan banyak orang tetap melakukan korupsi dengan bentuk dan jumlah yang berbeda dan berkembang. Korupsi uang, waktu, kesempatan, dan bahkan korupsi milik orang lain yang lemah tanpa memandang agama, ras, suku, ngkat ekonomi, dan profesi. Pertanyaannya: Siapa yang masih bisa dikatakan jujur dan adil sekarang ini?

    Benih Kecurangan Tanpa disadari, sebenanya

    sering kali kita sendiri menabur benih kecurangan sejak anak-anak kita berada di bawah pengasuhan kita. Langsung atau dak langsung, dalam kehidupan rumah tangga kita telah memperkenalkan dan bahkan mempraktekkan korupsi dengan banyak cara.

    Kita sering membuat

    manipulasi di rumah, melalui kata-kata yang dak jujur, bersikap dak adil pada anggota keluarga, atau menggunakan fasilitas rumah tangga dengan sembarangan. Anak-anak bisa menyaksikan bagaimana orangtuanya dak masuk kerja dan membuat surat dokter palsu. Bahkan ada yang terbiasa berbohong dengan menyampaikan pesan palsu Mama atau papa dak ada di rumah....

    Hal itu menunjukkan bahwa benih-benih korupsi, kolusi, atau nepo sme (KKN) sudah ditaburkan di lingkungan rumah. Pelajaran pertama berlangsung sangat halus dan mungkin dak sejelas pencurian. Akan tetapi, anggota keluarga terbiasa menggunakan cara-cara dak jujur untuk menyelesaikan persoalan dalam hidup mereka. Tindakan korupsi bisa dimulai dari keputusan untuk

    MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 201512

  • MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015 13

    UMATBERBICARA

    membolos, memakai uang sekolah untuk bermain games, saling bekerjasama untuk memanipulasi harga barang yang dibeli dengan menyebutkan nominal yang dak benar, menggunakan uang kembalian untuk keperluan yang dak semes nya dan lain sebagainya.

    Padahal sebagai orang Katolik seringkali kita harus mengambil risiko menjadi lain di antara banyak orang yang merasa biasa dengan ndakan korupsi dan pembohongan. Kita harus mempunyai idealisme dan cita-cita yang nggi untuk menjunjung kebenaran dan

    dak merugikan banyak orang yang lemah. Inilah iman katolik. Melalui la han yang prak s dalam hidup keluarga sehari-hari, kita bisa membiasakan anggota keluarga untuk bersikap jujur dan dak mencari keuntungan sendiri.

    Surat pertama St. Petrus menyebutkan: Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri. (I Ptr 5:2). Pengabdian dan kerelaan membantu sesama adalah keutamaan yang dijunjung nggi oleh pengikut Kristus. Kita pun perlu terus memperjuangkan nilai ini sebagai bentuk kesaksian yang asli.

    Sungguh indah menyaksikan seorang anak mengembalikan barang yang ditemukannya di kelas. Juga sangat menyenangkan melihat se ap anak sekolah berusaha keras untuk berlaku jujur dalam menyelesaikan soal-soal ujiannya, dak suka membolos dan sederet perbuatan jujur

    lainnya. Pencatatan yang teli dan terbuka untuk se ap transaksi keuangan, bahkan untuk keperluan kecil di rumah, bisa menjadi cara efek f untuk membiasakan budaya an korupsi dan an ke dakadilan.

    Sebagai keluarga Katolik, marilah kita sempurnakan hidup kita, bukan hanya dengan mengevaluasi orang lain yang melakukan korupsi, kolusi, dan nepo sme, melainkan dengan memulai membiasakan budaya an korupsi dan an ke dakadilan dari dunia kecil keluarga kita. Kita budayakan suatu cara hidup yang lebih adil, tangguh, mencintai proses, dan tentu saja mengimani bahwa Allah melihat segala sesuatu yang kita lakukan se ap saat. Dia pas membantu kita mewujudkan dunia kita yang lebih baik. nAlexander Erwin MSF/Kristyono. Ilustrasi: danubagusprabowo

  • MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 201514

    UMATBERBICARA

    Menjalani hidup berkeluarga ibarat

    berjalan sambil membakar jembatan

    pulang. Tidak ada lagi jalan untuk kembali atau

    pun berpaling.

    Se ap tantangan hidup harus dihadapi bersama, baik itu senang maupun susah. Hal ini sesuai dengan janji yang diucapkan saat saling menerimakan Sakramen Perkawinan: Saya, ........, menyatakan dengan tulus ikhlas bahwa ............. yang hadir di sini, mulai sekarang menjadi istri saya. Saya berjanji se a kepadanya dalam untung dan malang dan saya mau mencintai dan menghorma dia seumur hidup.

    Mungkin ada yang berpikir bahwa mengucapkan janji pernikahan adalah hal yang mudah, toh ada buku panduannya. Namun saat kerikil mulai menghalangi perjalanan kita, mampukah kita mempertahankan janji yang diucapkan di depan altar? Dalam hal ini, pengalaman hidup menunjukkan bahwa bukan hanya cinta yang dibutuhkan tetapi juga komitmen bersama sebagai pegangan.

    Contoh konkret, de kde k persalinan merupakan saat di mana kita dibawa Tuhan menuju persimpangan jalan. Semua hal

    TantanganReal Hidup Berkeluarga

    Foto:

    pand

    u.kato

    lik.or

    .id

    yang dapat mengubah kehidupan kita secara dras s sangat mungkin terjadi pada saat itu.

    Saat itu, kita pergi ke rumah sakit berdua dengan istri atau mungkin juga ditemani beberapa anggota keluarga yang lain. Namun saat pulang, kita dak pernah tahu apakah kita pulang dengan status baru sebagai ayah atau bukan. Tidak sedikit pria yang pulang dari rumah sakit dengan status duda.

    Situasi seper itu saya rasakan saat kelahiran anak pertama saya. Saat itu istri saya bertaruh nyawa untuk melahirkan anak saya.

    Saat itu saya teringat akan janji perkawinan yang pernah saya ikrarkan. Ingatan itu membuat semua permasalahan dan cobaan hidup yang pernah terjadi menjadi dak berar lagi. Hanya satu permohonan saya kepada Tuhan agar bersedia menyelamatkan istri dan anak saya.

    Keluarga adalah harta dan anugerah yang paling berharga. Berbahagialah suami-istri yang dapat memegang teguh janji se anya saat menikah di depan altar hingga Tuhan memanggil menuju pada perkawinan Anak Domba.

    nSeseorang di Parung

    Keluarga adalah harta dan anugerah yang paling berharga

  • MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015 15

    UMATBERBICARA

    Kata-kata meluncur melalui mulut kita menuju dua arah: membangun atau menghancurkan. Kata-kata diproduksi dari ha dan pikiran. Ha kita menyimpan dengan baik semua endapan dari pengalaman keseharian, perjumpaan dengan orang, tontonan kebaikan, dan perilaku orang yang memproduksi dan menawarkan kebaikan dalam hidup kita. Semua itu kita simpan di sudut ha kita yang terbaik.

    Ha yang sakit dan terluka seringkali terjadi karena kita dak bebas dari endapan pengalaman menyakitkan dalam hidup. Penyebabnya bisa perkataan dan perbuatan kasar yang menyaki ha kita. Apabila itu terjadi maka ha kita rapuh dan sangat peka atas se ap perkataan buruk dari sesama kita.

    Tugas kita adalah membersihkannya, memulihkan-nya dan menyegarkannya, agar ha kita selalu menyimpan, mengolah, dan memproduksi kebaikan yang bisa dirasakan manfaatnya bagi sesama kita. Pikiran kita adalah memori yang berisi segala macam kebaikan dan keburukan. Pikiran mengirim semua pesan yang belum terolah dalam ha .

    Terkadang kita bisa merasakan perkataan kita sendiri atau sesama kita. Ada yang sempat tersaring dengan baik oleh ha , akan tetapi dak sedikit yang dilepaskan tanpa diendapkan terlebih dahulu.

    Oleh karena itu, mari kita selalu berupaya agar ha kita sungguh difungsikan untuk menyimpan kebaikan, dan mengolah ke dakbaikan menjadi kebaikan. Tak lupa kita perlu selalu memohon agar Tuhan yang nggal di dalam ha kita; memurnikan dan mengenyahkan se ap keinginan untuk melukai hidup sesama.

    Mari kita menjaga pikiran kita agar memiliki memori yang baik untuk menyimpan segala pengalaman yang baik. Memori yang dak membesarkan pengalaman dan perkataan buruk yang kita peroleh dari perjumpaan kita dengan sesama. Jagalah pikiran dan ha kita agar mampu membanggakan Tuhan dan menyenangkan hidup se ap orang yang kita jumpai.nR.A. Suryanto OFM

    Menjaga PerkataanFo

    to: La

    ely W

    idjaja

    ti

  • MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 201516

    RUANGKONSULTASIOleh:

    RD. Alfonsus Sutarno, Lic. Th., Pr

    Kini metode bayi tabung dipandang sebagai solusi atas ke adaan anak dalam keluarga. Benarkah Gereja Katolik melarang hal ini. Jika ya, apakah pandangan Gereja Katolik soal bayi tabung ini?

    (Ulasan atas pertanyaan di atas dan pertanyaan lain ini pernah di muat dalam Majalah Keluarga Kana, Malang. Mengingat pen ngnya hal ini, kami muat kembali di Mekar).

    1Bagaimana pemahaman Gereja tentang bayi tabung?

    Bayi tabung dipahami sebagai teknik pembuahan ekstra korporal. Sebuah metode yang mempertemukan sel telur dan sel sperma di luar tubuh seorang wanita. Pembuahan ini dilakukan dalam sebuah piring petri atau tabung di laboratorium dengan cara menaburkan (inseminasi) sel benih pria (spermatozoa) pada sel telur (oosit) wanita. Hasil pembuahan ini akan dibiarkan 3-4 hari.

    Kemudian hasil pembuahan yang sudah terbentuk akan ditanamkan kembali ke dalam rahim (uterus) wanita. Proses penanaman embrio ini disebut tandur-alih embrio (TAE) atau embryo transfer (ET). Usai melakukan tandur alih embrio ke dalam rahim wanita, diharapkan bisa terjadi kehamilan pada wanita yang bersangkutan dan

    Gereja Katolik Melarang Bayi Tabung

    akhirnya ia melahirkan anak. Pemakaian is lah bayi

    tabung (test-tube baby) sebenarnya kurang tepat. Dikatakan kurang tepat karena proses perkembangan embrio dak selamanya berlangsung di dalam tabung (piring petri). Proses ini pun hanya berlangsung antara 3-4 hari saja. Selebihnya, perkembangan embrio terjadi dalam rahim wanita.

    Is lah yang lebih tepat adalah fer lisasi ekstra korporal atau pembuahan di luar tubuh (extracorporal fer liza on). Akan tetapi, karena fer lisasi dilakukan di dalam tabung, maka disebut juga pembuahan dalam tabung atau fer lisasi in vitro (in vitro fer liza on).

    2Gereja mendukung atau menolak program bayi tabung?

    Kemunculan bayi bukan tanpa polemik. Kehadirannya telah memunculkan pro dan kontra. Para pendukung datang dari pasangan suami-istri infer l yang berharap memiliki momongan, para

    lesbian, pasangan sejenis, dan para janda. Gereja Katolik dak menerima begitu saja keberadaan bayi tabung. Sikap kri s Gereja akan bayi tabung itu dilatarbelakangi alasan kemanusiaan, penghargaan atas nilai dan martabat manusia.

    Bayi tabung telah menuntun Gereja untuk bersikap kontra karena beberapa soal substansial yang muncul dan dak terjawab. Persoalan substansial yang muncul itu misalnya, apakah sebenarnya yang menjadi hakikat hidup manusia? Kapankah awal kehidupan manusia dimulai? Bagaimana hakikat keluarga bisa dimenger ? Bagaimana teknologi bayi tabung bisa menjelaskan soal kriteria pasien bayi tabung, asal-muasal sel telur dan sel sperma, nasib embrio cacat dan embrio sisa yang dibekukan, keberadaan ibu penggan (surrogate mother) dan hakikat lembaga keluarga?

    3Salah satu tahapan metode bayi tabung ialah pemilihan kualitas

    Ilustrasi: ibudanbalita.com

  • MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 201517

    RUANGKONSULTASI

    embrio. Bagaimanakah argumentasi Gereja soal embrio (sisa) dan penggunaan teknologi medis dalam pembuahan?

    Gereja memandang embrio sebagai makhluk insani. Harkat dan martabatnya atas hidup harus dihargai. Akan tetapi, dalam bayi tabung, siapakah yang bertanggung jawab terhadap embrio sisa?

    Secara medis, normalnya, embrio sisa harus disimpan (dibekukan), dak boleh dimusnahkan, dan hanya boleh dimanfaatkan oleh pasangan yang bersangkutan. Pertanyaannya adalah, bagaimana dengan nasib embrio sisa apabila dalam periode tertentu pemilik embrio sisa itu meninggal dunia? Bolehkah embrio sisa itu dimusnahkan atau diberikan kepada pasangan suami-istri lain yang membutuhkan?

    Selain itu, bagaimana dengan sejumlah embrio yang dihancurkan atau dibuang karena kelihatan abnormal atau dimanfaatkan demi kepen ngan riset? Bagaimana dengan banyak orang yang menentang pemusnahan embrio sisa karena hal itu mirip dengan masalah aborsi dan dianggap sebagai pembunuhan bakal calon manusia? Demi pe individu tertentu, apakah dibenarkan pengrusakan janin-janin muda tersebut? Bagaimana pula dengan janin-janin yang dibekukan dan dak ditanamkan kembali, yang dak punya peluang untuk kehidupan masa depan?

    Pertanyaan-pertanyaan mendasar yang dak terjawab itulah yang makin mengukuhkan pandangan Gereja untuk berkata dak pada bayi tabung.

    4Bagaimana penilaian moral Katolik terhadap inseminasi artifisial?

    Kemajuan tekniologi memungkinkan prokreasi tanpa hubungan seksual. Namun, apa yang dapat terjadi secara teknis seper inseminasi buatan, dak dengan sendirinya dapat dibenarkan secara moral. Penalaran akal-budi dan refl eksi mendalam mengenai nilai-nilai mendasar kehidupan dan prokreasi adalah syarat mutlak.

    Dewasa ini inseminasi ar fi sial menuntut pembuahan dan penghancuran embrio insani. Budi daya embrio menuntut hiperovulasi pada perempuan: sejumlah sel telur diambil dan dibuahi. Akan tetapi, dak semua akan ditanam dalam rahim wanita. Ada embrio yang dikurbankan karena alasan eugenis (mengambil embrio terbaik saja), ekonomis, dan psikologis. Penghancuran dengan sengaja makhluk manusia semacam itu atau pemakaiannya untuk berbagai tujuan, dengan merugikan keutuhannya dan kehidupannya sangat bertentangan dengan ajaran kris ani.

    5Dokumen Gereja apa saja yang berbicara tentang moral bayi tabung? Apakah isi ringkas dokumen tersebut, kapan dan

    siapa pencetusnya?Dokumen gereja terkait

    moral bayi tabung adalah: Donum Vitae (1987), Instruksi Kongregasi untuk Ajaran Iman, tentang hormat terhadap hidup manusia tahap dini dan perlindungan martabat prokreasi. Jawaban atas beberapa soal aktual dewasa ini.

    Evangelium Vitae, Injil Kehidupan (25 Maret 1995). Ensiklik Paus Yohanes Paulus II tentang nilai-nilai hidup manusia yang dak bisa diganggu gugat.

    Verita s Splendor, Cahaya Kebenaran. Ensiklik Paus Yohanes Paulus II tentang pertanyaan-pertanyaan fundamental ajaran moral Gereja.

    Piagam Bagi Pelayan Kesehatan (1995). Piagam pani a kepausan untuk reksa pastoral kesehatan, tentang masalah-masalah bioe ka, e ka kesehatan, dan pendampingan orang sakit.

    Martabat Prokreasi Insani dan Teknologi Produk f. Aspek-aspek antropologis dan e s, dari Akademi Kepausan untuk hidup (2004).

    6Argumentasi Gereja soal moral bayi tabung tentu tidak lepas dari peran para tokoh/teolog Gereja. Siapakah tokoh/teolog Gereja terkenal yang argumentasinya menjadi dasar pertimbangan moral Gereja menyikapi

  • MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 201518

    RUANGKONSULTASI

    fenomena bayi tabung?Dengan melihat beberapa

    dokumen Gereja di atas, Paus Yohanes Paulus II adalah Paus yang sangat gigih membela kehidupan. Berikutnya Kardinal Joseph Ratzinger (kini Paus Benedictus XVI) yang menjadi orang kedua setelah Paus Yohanes Paulus II. Selanjutnya adalah para Uskup dan teolog yang tergabung dalam kongregasi profaganda iman (Congrega o pro Doctrina Fidei) atau akademi kepausan untuk hidup (Pon fi cal Academy for Life).

    7Apakah dampak program bayi tabung bagi kehidupan keluarga, terutama dampak psikologis bagi ibu dan bayi?

    Bayi tabung bersifat terbuka untuk umum, teknologinya membuka peluang bagi para janda, para wanita yang dak pernah menikah, kelompok lesbian atau pasangan sejenis untuk memiliki anak.

    Apabila para wanita tanpa suami bisa mengandung dan memiliki anak, bagaimana dengan nasib anak-anak tanpa bapak ini? Siapakah yang menjadi bapak dari anak-anak ini? Apabila di kemudian hari para wanita tak bersuami ini melakukan FIV untuk kedua atau ke ga kalinya, bagaimana relasi kekeluargaan di antara anak-anak hasil bayi tabung ini? Bagaimana pula nasib lembaga keluarga? Semuanya menjadi kacau, berantakan.

    Dalam kaitannya dengan ibu, dalam bayi tabung dikenal ibu penggan (surrogate

    mother), yakni wanita yang merelakan rahimnya ditanami embrio hasil pembuahan dari sperma seorang pria yang bukan suaminya dengan sel telur yang dak berasal darinya. Ia akan mengandung dan melahirkan bayi. Namun setelah melahirkan ia dak akan memiliki dan memeliharanya, sebaliknya akan menyerahkan bayi yang dilahirkannya dan hak-hak keorangtuaannya kepada pasangan suami-istri yang memintanya sebagai ibu penggan .

    Adanya ibu penggan ini berdampak nega f pada ibu penggan itu sendiri, pada suami-istri dan anak yang dilahirkan, dan pada masyarakat. Ada yang menilai bahwa ibu penggan seharusnya merasa rugi. Ada ke daklayakan meminta seorang ibu penggan untuk menjalani risiko fi sik kehamilan untuk menguntungkan orang lain. Secara psikologis ibu penggan juga telah dirugikan dengan menyerahkan anak gene knya, bahkan ada beberapa ibu penggan yang mengalami masa kedukaan setelah memberikan anaknya.

    Apabila ibu penggan merupakan sahabat atau kerabat dekat, keterlibatan yang berkelanjutan dari ibu penggan bisa menciptakan ketegangan perkawinan. Keterlibatan ibu penggan bisa melemahkan ikatan perkawinan dan merusak integritas keluarga. Apabila ibu penggan ternyata dibayar untuk pelayanan mereka, maka reproduksi manusia menjadi bersifat komersil, dan mungkin anak-anak akan dilihat sebagai barang konsumen.

    8Metode bayi tabung seolah-olah menjadi pemecah soal infertilitas yang dialami keluarga, termasuk keluarga-keluarga kristiani. Apa pertimbangan moral yang ingin Pater sampaikan pada keluarga-keluarga kristiani agar mereka dapat menyikapinya secara tepat?

    Keluarga kris ani hendaknya menyadari bahwa keberadaan anak-anak itu mulia dan bermartabat. Namun demikian, anak-anak bukanlah segala-galanya dalam keluarga. Ke adaan anak-anak dalam rumah tangga bukanlah prahara bagi keluarga dan dak berar bahwa cinta suami-istri dak berbuah. Oleh karena itu, apabila Tuhan belum atau dak meni pkan anak-anak kepada keluarga kris ani, sebaiknya suami istri dak mengambil cara-cara yang dak bernilai kris ani sebagaimana nampak dalam teknik bayi tabung.

    Dalam ke adaan momongan, pupuklah keutuhan, kese aan, dan cinta sebagai suami-istri. Selain itu, karena perkawinan merupakan kehendak Tuhan, terbukalah juga pada rencana Tuhan dalam keluarga. Jangan-jangan dengan

    dak terlahirnya anak-anak dari rahim sendiri, Tuhan memanggil Anda supaya makin mengasihi anak-anak Allah yang terlantar, yang membutuhkan cinta seorang bapak dan ibu. Semoga

  • MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015 19

    SUARAGEMBALA

    Paus Fransiskus berseru dalam Evangelii gaudium: Bahaya besar dalam dunia sekarang ini, yang dilipu oleh konsumerisme, adalah kesedihan dan kecemasan yang lahir dari ha yang puas diri namun tamak, pengejaran akan kesenangan sembrono dan ha nurani yang tumpul (EG 2). Bahaya ini menggerogo segala lini kehidupan manusia masa kini.

    Hidup bersama dalam suatu keluarga pun seringkali digoda oleh suasana kesedihan dan kecemasan. Dampak nega f lain pun muncul: kehidupan ba n kita terbelenggu dalam kepen ngan dan kepeduliannya sendiri, tak ada lagi ruang bagi sesama. Suara Allah

    dak lagi didengar, suka-cita kasih-Nya dak lagi dirasakan, dan keinginan untuk berbuat baik pun menghilang. Realita perceraian, hidup bersama seatap yang tak harmonis berkepanjangan tanpa berusaha mencari jalan keluar yang rendah ha , menghidupi perkawinan dengan pola feodalis s merupakan serangkaian fakta yang mes nya menuntut kita untuk berbenah diri.

    Ditengah suasana muram dan mempriha nkan ini, kita harus berani menyatakan bahwa ada keluarga-keluarga yang sangat baik dan benar-benar berusaha hidup sesuai dengan iman Gereja. Keluarga-keluarga ini mempersonifi kasikan seruan posi f Paus Fransiskus: Suka-cita Injil memenuhi ha

    dan hidup semua orang yang menjumpai Yesus. Mereka yang menerima tawaran penyelamatan-Nya dibebaskan dari dosa, penderitaan, kehampaan ba n dan kesepian.

    Keluarga-keluarga ini memberikan kesaksian tentang keindahan dan kegembiraan iman yang diamalkan dalam lingkungan keluarga. Mereka mendasarkan diri pada nilai-nilai luhur perkawinan: kesucian, kese aan, kesatuan, kecintaan dan pengorbanan. Suami- istri selalu berupaya saling menyempurnakan diri (Familiaris Consor o 19).

    Konteks sosial kemasyarakatan-keagamaan seper digambarkan di atas merupakan tantangan pastoral bagi Gereja Katolik. Gereja Universal telah mengadakan sinode luar biasa para Uskup yang membicarakan tentang hidup berkeluarga dengan tema:Tantangan Pastoral Keluarga dan Evangelisasi (5-19 Oktober 2014). Paus Fransiskus juga meneruskan agenda yang perlu dituntaskan pembicaraannya dalam sinode biasa tentang Keluarga, yang

    akan diadakan pada bulan Oktober 2015 ini.

    Gereja Katolik Indonesia turut mengambil langkah is mewa untuk menghargai, mendampingi para saudara-saudari seiman yang telah memilih panggilan hidup sebagai suami-istri Katolik. Konferensi Waligereja Indonesia telah menetapkan bahwa Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia akan diadakan dari tanggal 2 November hingga 6 November 2015. Tema utama ialah merefl eksikan panggilan hidup berkeluarga.

    Pertemuan-pertemuan pastoral ini mengajak kita untuk menguatkan ins tusi yang suci ini. Gereja Katolik berkeyakinan bahwa perkawinan Katolik diadakan oleh Allah. Allah sendirilah pencipta perkawinan (Gaudium et Spes 48 par 1; FC 13 par 6). Keluarga yang adalah Gereja domes k ini perlu diperkuat dan didampingi.

    Keluarga Beribadah dan Berbakti Dengan Suka-Cita

    Inilah fokus pastoral Keuskupan Bogor 2015.

    Uskup Bogor: Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM

    Keluarga Beribadah dan Berbakti dengan Sukacita

    Foto:

    Istim

    ewa

  • MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 201520

    SUARAGEMBALA

    Saya mengajak seluruh umat Keuskupan Bogor untuk mengisi tahun pastoral 2015 ini dengan memusatkan energi rohani dan jasmani kita mengembangkan Keluarga beribadah dan berbak dengan suka-cita.

    Ibadah dilakukan kepada Allah. Ibadah kepada Allah mengungkapkan pengakuan akan Allah yang menjadi pemilik dan penguasa keluarga. Dalam ibadah manusia menyampaikan kurban dan persembahan kepada Allah, menyampaikan pengakuan akan kekuasaan Allah, menegaskan kesediaan untuk hidup sebagai umat dan hamba-Nya, serta memohon berkat-Nya.

    Mengiku Yosua dalam kitab Yos 24:15, se ap keluarga di Keuskupan Bogor mes menegaskan:Aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan. Menanggapi kasih se a dan penyertaan Tuhan dalam sejarah hidup orang Israel, Yosua berkata: Takutlah akan Tuhan dan beribadahlah kepada-Nya, dengan tulus ikhlas dan se a.

    Penegasan Yosua ini mengingatkan kita akan bahaya lain yang dapat terjadi: orang beribadah kepada berhala-berhala lain masa kini. Berhala-berhala itu siap membelokkan sebuah keluarga dari jalan Tuhan dan akhirnya mendatangkan kehancuran atasnya.

    Misalnya berhala materi. Terobsesi oleh materi, baik suami maupun istri bisa jadi terpacu untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Masing-masing bekerja siang-malam dan dengan segala cara mengumpulkan mamon. Menurut mereka ketersediaan

    mamon menjamin kebahagiaan keluarga.

    Berhala bisa juga berupa kesenangan-kesenangan pribadi. Banyak pasangan muda merasa terkejut ke ka mendapa bahwa pernikahan ternyata sedikit banyak memaksa mereka mengorbankan kesenangan-kesenangan pribadi, seper pergi keluyuran bersama rekan-rekan sehobi ataupun begadang sampai dini hari. Rasa terkekang sering berujung pada pemberontakan yang tentunya membuat pasangannya merasa di nggalkan. Jadi ego-ego pribadi juga merupakan bentuk berhala lainnya. Idealnya pernikahan menyatukan dua jiwa menjadi satu. Dalam kenyataan, penyatuan itu dak selalu berjalan dengan mulus.

    Keluarga Yosua bertekad untuk beribadah hanya kepada Tuhan. Tekad ini pas terasa begitu luar biasa. Bisa dikatakan tekad ini dimaknai sebagai ucapan syukur karena Tuhanlah yang mempersatukan mereka. Dia Ingin menanggapi kebaikan itu dengan menjanjikan iman dan ketaatan kepada Tuhan.

    Secara mendasar ibadah berhubungan dengan Allah. Allah mendeka mereka dalam suasana cinta kasih dengan janji mengikat manusia dalam persekutuan dengan Dia. Manusia pun mendeka Allah dengan sikap hormat, bak dan percaya akan kasih Allah. Dalam perjumpaan dengan Allah itulah, se ap keluarga akan menemukan suka-cita seja .

    Warna Pastoral Keuskupan Bogor

    Fokus pastoral Keuskupan Bogor sebagaimana uraian

    di atas mendorong Komisi Keluarga melakukan berbagai ak vitas yang meneguhkan keluarga-keluarga. Berbagai jalan baru dalam berpastoral perlu ditumbuhkan. Saya berharap para pastor di se ap paroki bekerja sama dengan Komisi Keluarga merancang dan mewujudkan jalan-jalan baru untuk mendampingi keluarga-keluarga. Keluarga-keluarga yang sedang mengalami kesulitan perlu mendapat perha an. Kerjasama dalam berpastoral keluarga dengan komisi lain, seper Komisi Kateke k, Komisi Liturgi, Komisi Kerasulan Kitab Suci; merupakan sebuah keniscayaan.

    Kelompok-kelompok kategorial yang mempunyai kepriha nan terhadap kehidupan keluarga diberdayakan dan disinergikan dalam ak vitasnya. Mereka adalah kelompok Marriage Encounter, PRISKAT (Pria Seja Katolik), Wanita Bijak/Wanita Terberka , PCC dan sebagainya. Selain itu kegiatan retret keluarga perlu dipersiapkan oleh Komisi Keluarga.

    Semua kegiatan ini mes membuat keluarga-keluarga Katolik semakin mengenal dan mencintai Yesus dan teladan serta ajaran-Nya. Dalam ar itulah, Kegiatan Kursus Evangelisasi Pribadi (KEP) dan Kursus Pendalaman Kitab Suci (KPKS) perlu didukung secara luas.

    Dengan demikian keluarga-keluarga akan mengalami suka-cita Injil. Mereka menjumpai Yesus, yang mereka sembah dan hormat bak (bdk. Evangelii gaudium 1).n

  • MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015 21

    KHABARDEKENAT

    Ulang Tahun ParokiSanto Herkulanus DepokMinggu, 1 Februari 2015, Paroki St. Herculanus Depok merayakan ulang tahun ke-13. Pani a menetapkan Satu Paroki Kita Satu Persaudaraan menjadi tema ulang tahun kali ini. Ibarat manusia, usia ini masih tergolong remaja. Masih banyak impian, cita-cita dan keinginan dalam masa pertumbuhannya.

    Sejak awal pembentukan, paroki yang dulu merupakan stasi dari Paroki St. Paulus, Depok ini banyak melakukan pembenahan. Pastor paroki bersama Dewan Pastoral Paroki/Dewan Keuangan Paroki dan umat bekerja keras. Semua pihak ikut berusaha, sehingga wajah

    stasi sedikit demi sedikit berubah menjadi sebuah paroki yang utuh.

    Meskipun demikian umat merasakan masih banyak kekurangannya, khususnya terkait fi sik gereja. Sarana dan prasarana penunjang gereja secara fi sik belum memadai. Hal ini cukup mengganggu kegiatan umat yang membutuhkan ruangan atau aula.

    Beberapa tahun terakhir, kegiatan Paroki St. Herkulanus memiliki warna tersendiri dalam mengubah wajah gereja. RD Yus nus Dwi Karyanto selaku pastor paroki selalu mengajak umat untuk ikut berpar sipasi dalam pembangunan aula,

    sarana dan prasarana gereja. Hal ini dikemukakannya pada beberapa kesempatan ke ka turun langsung bersama m PPPG dalam penggalangan dana di beberapa gereja di wilayah Keuskupan Bogor dan Keuskupan Agung Jakarta.

    Uskup Keuskupan Bogor, Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM pun menyampaikan hal yang sama. Dalam homilinya ia meminta semua umat untuk ikut berpar sipasi dalam memajukan paroki. Jangan bertanya apa urusan saya dalam pembangunan gereja secara fi sik, katanya.

    Selanjutnya Uskup mengatakan Kalau Paroki

    MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015 21

    KHABARDEKENAT

  • MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 201522

    KHABARDEKENAT

    Herkulanus ini berslogan paroki yang mandiri dan berdaya pikat, umat harus terlibat langsung. Kegiatan apa pun yang berkaitan dengan iman umat tentu membutuhkan sarana gereja yang memadai. Terkait hal tersebut Uskup berkeinginan segera mengundang Pastor paroki dan m PPPG untuk membicarakan hal hal yang berkaitan dengan pembangunan aula, sarana dan prasarana gereja.

    Dengan pertemuan ini diharapkan segala persoalan yang dihadapi dapat menemukan jalan keluar yang sebaik-baiknya. Dengan demikian pembangunan aula dan sarana prasarana gereja dapat diselesaikan segera.

    Berbagai LombaAda beberapa kegiatan

    yang diselenggarakan pani a ulang tahun paroki Herkulanus. Berbagai lomba diadakan, baik yang bersifat liturgis maupun non liturgis. Lomba bersifat liturgis terdiri dari lomba lektor, lomba bermazmur bagi pemula, penilaian atas performa terhadap mereka yang sudah tergabung dalam kelompok Lektor dan Pemazmur. Tujuan lomba ini adalah menggali bakat yang ada agar semakin banyak umat terlibat dalam kehidupan menggereja.

    Sedangkan lomba yang bersifat non liturgis adalah: gerak jalan santai, senam, gapleh dan catur. Lomba ini merupakan lomba per kelompok antar lingkungan dan kelompok kategorial yang ada.

    Puncak acara adalah ramah-tamah yang juga

    dihadiri Bapak Uskup. Acara yang diselenggarakan setelah Misa Suci Minggu, 1 Februari, dimeriahkan dengan tarian dan nyanyian. Mereka terdiri dari kelompok TK, SD, SMP St. Theresia, kelompok umat mewakili wilayah parokial, kelompok kategorial dan lain-lain.

    Ada persembahan khusus berupa tarian yang berasal dari daerah asal Bapak Uskup yaitu tarian Jai. Uskup didaulat untuk ikut menari bersama. Ramah-tamah juga dimeriahkan dengan pemberian hadiah dan piala untuk pertandingan dan perlombaan yang diadakan. Walaupun hujan mengguyur cukup deras sejak pagi, umat tetap terpaku di kursinya masing-masing hingga acara selesai.nNicolaus Neo. Foto: Edo

    MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 201522

    KHABARDEKENAT

  • MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015 23

    KHABARDEKENAT

    Apa yang Romo harapkan dari umat paroki? tanya Mgr.

    Paskalis Bruno Syukur, OFM.

    Seluruh umat diharapkan ikut ambil bagian dalam membangun Gereja paroki ini, bisa dengan doa, dengan ikut berkegiatan, atau ikut menyumbangkan sebagian dari miliknya bagi pembangunan fi sik gereja, jawab RD. Y. Dwi Karyanto selaku Pastor Paroki St. Herkulanus.

    Selanjutnya Bapak Uskup menjelaskan apabila umat sudah memahami harapan romo paroki ini, maka umat dak akan berteriak Apa urusanmu dengan kami, hai romo paroki?. Sudah jelas, romo paroki datang untuk membangun Gereja bersama umat, baik Gereja secara rohani maupun secara jasmani.

    Itulah sekelumit percakapan yang terjadi dalam misa memperinga ulang tahun ke-13 paroki St.Herkulanus Depok, Minggu, 1 Februari 2015.

    Paroki Semakin MandiriTampak kebersamaan Uskup Keuskupan Bogor, pastor paroki dan umat.

    Usia 13 tahun bagi manusia adalah usia remaja/muda, yang penuh dengan cita-cita, impian dan keinginan. Umat memiliki idealisme yang nggi untuk membangun Gereja yang communio, mandiri, berdaya tahan dan berdaya pikat.

    Communio ar nya membentuk persekutuan umat yang dilandasi semangat kerukunan, persaudaraan seja yang saling menghargai, serta memelihara hubungan kesatuan dengan Allah melalui Yesus Kristus dalam Roh Kudus.

    Mandiri ar nya mampu memenuhi tenaga dan biaya dalam melayani umat dan masyarakat sekitar, memiliki sarana dan prasarana yang memadai, mengelola proses kaderisasi yang bersinambungan. Berdaya tahan ar nya mempunyai iman yang mendalam dan dewasa, iman yang merasuk dalam ha dan budi, mendarah daging dalam diri pribadi serta nampak dalam

    sikap, perilaku sehari-hari. Berdaya pikat ar nya mampu memberi kesaksian akan kasih Kristus, baik di dalam maupun di luar Gereja.

    Kini langkah paroki terlihat semakin mandiri. Kemampuan ekonomi umat dak seberapa, namun ada cita-cita membangun sarana fi sik pastoran dan aula. Umat pun menggalang dana namun tetap membuka diri untuk menyumbang pula apabila ada paroki lain yang membutuhkan. Solidaritas antar paroki inilah yang mendukung semangat kemandirian.

    Acara kebersamaan yang dirajut pani a dengan topik Satu Paroki Kita, Satu Persaudaraan, juga menunjukkan langkah kemandirian. Segenap lapisan umat turut memeriahkan acara tersebut.

    Seribu piring disediakan pani a untuk dinikma bersama. Hujan deras yang menyiram Depok sejak pagi justru menambah semarak kebersamaan. Selamat ulang tahun Paroki Herkulanus.nThomas Suhardjono

    Mgr Paskalis Bruno Syukur, OFM (kiri) dan RD. Y. Dwi Karyanto (Kanan) dalam Misa Ulang Tahun Paroki St. Herkulanus-Depok, Minggu, (1/2/2015)

    Foto:

    Edo

  • MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 201524

    KHABARDEKENAT

    Tahun 2015 adalah tahun terakhir saya memimpin Kota Depok. Saya bersyukur dan berterima kasih kepada FKUB bersama mitranya yang selama ini bekerja keras dalam menjujung nggi nilai toleransi antar umat beragama di Kota Depok. Demikian ucap Wali kota Depok, Dr. Ir. H. Nur Mahmudi Ismail, M.Sc dalam pertemuannya dengan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) di Simpang Raya, Jl. Margonda Raya-Depok, Minggu (21/12/2014) silam. Hadir dalam acara ini Habib Muhsin Ahmad Al- Athas, Lc, Ketua Kesbangpol Kota Depok, Syafrizal, SH, jajaran Kepolisian dan TNI, pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan tokoh-tokoh agama Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan Kong Hu Cu.

    Mantan Menteri Kehutanan itu berpesan, sebagai kota niaga, jasa dan religius; kota Depok berada dalam 10 besar Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah terbaik. Selain itu Kota Depok bisa dijadikan contoh bagi daerah lain dalam menciptakan hidup toleransi antar umat beragama, walau diakui intoleransi yang terjadi di Jawa Barat adalah ter nggi se-

    Intoleransi Terjadi Karena Kurangnya Dialog

    Indonesia.Tugas kita adalah

    menciptakan harmoni dan kerukunan antar umat beragama yang ada dan terus berprestasi di masa-masa yang akan datang, harapnya.

    Syafrizal, SH, Kepala Kesbangpol, Kota Depok menuturkan kerukunan hidup beragama di Depok semakin hari semakin baik. Kita harus bersyukur untuk itu. Ke depan kita bisa melakukan revitalisasi kehidupan beragama untuk meningkatkan suasana kondusif agar bisa dijadikan contoh bagi daerah-daerah lain di Indonesia, ujarnya.

    Namun di sisi lain Mangaranap Sinaga, S.E, M.H menyesalkan ndakan kekerasan yang mengatasnamakan agama selama ini. Dan sasarannya selalu gereja. Sinaga berpendapat gereja terkesan menjadi pemicu atau biang munculnya permasalahan. Hal ini disebabkan faktor kurangnya komunikasi dan ke daktahuan masyarakat.

    Di masa mendatang diharapkan FKUB membuat program yang jelas untuk terus memperha kan gereja dan terus memberikan pemahaman tentang kerukunan umat

    beragama, ujarnya

    Pentingnya DialogHabib Muhsin bin Ahmad

    Al-A as, Lc mengatakan kerukunan antar umat beragama sebenarnya menjadi salah satu pilar atau dasar dari sebuah negara. Oleh sebab itu, perlu terus dilakukan dialog dan komunikasi antar umat beragama, komunikasi antar tokoh-tokoh agama. Langkah ini perlu diambil dan dipelihara agar tercipta masyarakat kota Depok yang aman dan kondusif, terutama dalam kaitan dengan kerukunan hidup beragama.

    Komunikasi itu pen ng. Kalau dak pernah ada komunikasi maka yang muncul adalah sikap saling curiga. FKUB adalah lembaga yang dibentuk seluruh umat beragama untuk menjadi penengah, menjadi sarana terjalinnya komunikasi. Mudah-mudahan ke depan proses komunkasi semakin meningkat, ujar pria kelahiran Grabag, Magelang, 1963 yang juga Ketua FKUB Kota Depok.

    Harapan yang sama juga diungkapkan RP. Anton Sahat Manurung, OFM. Romo Anton mengaku Walau baru sembilan bulan bergabung dalam FKUB, saya sangat merasakan dan mendapat pengalaman indah karena sering bertemu dan duduk bersama dengan ulama lain. Mari kita terus bergandeng tangan, ujarnya.

    nDarius Lekawo (Humas BASOLIA Kota-Depok)

    Foto: Darius Lekalawo

  • MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015 25

    KHABARDEKENAT

    Ada peris wa akbar di gereja Santo Paulus Depok awal Februari lalu. Kelompok lansia Dekanat Utara Keuskupan Bogor memperinga pesta nama Simeon-Hana di Gereja St. Paulus Depok. Mereka menggelar Misa Syukur dengan selebran utama Mgr. Paskalis B. Syukur, OFM.

    Para lansia hadir sejak pagi hari, meski misa baru akan dimulai pukul sembilan pagi. Bapak Uskup sendiri hadir lebih awal dari para lansia. Inilah semangat menggereja yang perlu dicontoh, sehingga kita dapat mempersiapkan jiwa dan pikiran untuk menghadap Tuhan dalam misa.

    Semua romo paroki se-Dekanat Utara hadir mendampingi Uskup. Hadir pula Romo Petrus Canisius Aman, OFM yang akrab dipanggil Romo Peter Aman. Dia secara khusus diundang pani a untuk ikut bersama-sama merayakan misa pada hari itu. Ternyata, hari itu juga merupakan hari ulang tahun tahbisan imamat Bapak Uskup dan Romo Peter Aman, tepatnya

    24 tahun yang lalu. Dalam khotbahnya Bapa

    Uskup mengingatkan kita semua bahwa Bapa Simeon dan Ibu Hana adalah sosok yang dengan tulus ha mempersembahkan dirinya kepada Allah. Kita bisa mengiku nya dengan mempersembahkan diri kita masing-masing kepada Allah. Dicontohkan oleh Bapak Uskup, penerimaan Sakramen Bap s dan Sakramen Krisma merupakan wujud nyata persembahan diri.

    Persembahan diri pribadi kita yang paling is mewa kepada Allah merupakan hal paling pen ng dalam hidup kita dihadapan Allah. Sebagai lansia kita masih bisa mempersembahkan diri kita kepada Allah, masih bisa menjalankan tugas perutusan dari Allah, baik dengan cara berdoa dan menjadi saksi Allah akan kepercayaan kita kepada Allah seper Hana, kata Uskup. Dengan demikian tema perayaan Keluarga Dalam Terang Iman dengan sub tema Lansia

    Menjadi Teladan Keluarga Dalam Hidup Menggereja dak hanya menjadi slogan saja.

    Lebih lanjut Bapak Uskup mengingatkan, Santo Petrus menyebut kema an sebagai saudarinya. Kita juga bisa mengikut St .Petrus dengan menempatkan kema an sebagai saudari kita. Kita dak perlu takut lagi menghadapi kema an.Yang pen ng kita siap, banyak berdoa dan berani menjadi saksi Kristus.

    Ingat di rumah Bapa-Ku, Aku telah menyediakan banyak tempat bagimu, kata Yesus. Jadi percayalah bahwa di kehidupan setelah ma , kita mempunyai tempat khusus yang telah disediakan oleh Tuhan Yesus sendiri, ujar Uskup.

    Meski sudah lansia mereka tetap semangat mendengarkan khotbah segar Bapak Uskup. Mereka khusuk mengiku misa tersebut sampai selesai. Semoga sikap mereka betul-betul menjadi teladan keluarga dalam hidup menggereja.nGaniek Ambros

    Teladan Keluarga Dalam Hidup Menggereja

  • MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 201526

    RENUNGAN

    Tidak bisa disangkal bahwa ada kaitan yang sangat erat antara doa bersama, sakramen-sakramen dan Ekaris . Hubungan yang sangat erat itu dapat membantu para anggota keluarga-keluarga Katolik untuk membuat hidup mereka sesuatu yang utuh dan integral. Mereka terus-menerus mengalami bahwa Tuhan Yesus bersama mereka, menghubungkan mereka satu sama lain dan terutama mencintai mereka dalam doa bersama, dalam sakramen-sakramen dan khususnya dalam Ekaris .

    Ibadat GerejaIbadat Gereja sebenarnya

    terdiri atas dua unsur besar. Di satu pihak ada sakramen-sakramen dan Ekaris , di lain pihak ada doa atau sembahyang resmi Gereja dan upacara-upacara lainnya.

    Bagian terbesar dari doa atau sembahyang resmi Gereja biasa disebut Ibadat Harian. Ibadat Harian adalah doa atau sembahyang yang dilakukan mereka yang ditugaskan kewibawaan Gereja atas nama seluruh Tubuh Mis k Kristus. Mereka adalah para rohaniwan dan kelompok-kelompok religius, seper para rahib dan rubiah (lih. SC 95). Mereka yang menerima tugas itu berdoa dak hanya di dalam Gereja saja, melainkan juga atas nama seluruh Gereja yang diwakilinya. Mereka itu adalah semacam utusan persekutuan gerejawi.

    Doa Bersama, Ekaristi dan Keluarga Katolik

    Namun orang-orang Katolik bisa juga berdoa atau bersembahyang bersama atas nama dirinya masing-masing, di dalam keluarga serta atas nama keluarganya dan atau kelompoknya. Berdoa atau bersembahyang bersama seper itu dapat dan nyatanya diadakan mereka di mana saja dan kapan saja.

    Katekismus Gereja Katolik mengatakan bahwa sakramen-sakramen adalah tanda-tanda (kata-kata dan ndakan) yang dapat ditangkap dengan pancaindera, yang terjangkau untuk kodrat manusia. Berkat karya Kristus dan kuasa Roh Kudus sakramen-sakramen tersebut menghasilkan rahmat yang ditandakannya (KGK 774).

    Jadi bisa dikatakan Kristuslah yang menetapkan sakramen-sakramen Perjanjian Baru. Sakramen-sakramen itu ada tujuh: Pembap san, Penguatan, Ekaris , Pengakuan, Urapan orang sakit, Tahbisan dan Perkawinan. Ketujuh sakramen itu mencakup semua tahap dan saat yang pen ng dalam kehidupan seorang Kristen. Sakramen-sakramen itu memberikan kelahiran dan pertumbuhan, penyembuhan dan perutusan kepada iman orang Kristen. Jadi ada semacam keserupaan antara tahap kehidupan kodra dan kehidupan adikodra (KGK, 1210 ).

    Namun demikian Ekaris adalah sumber dan puncak

    seluruh hidup kris ani. Sakramen-sakramen lainnya, begitu pula semua pelayanan gerejawi serta karya kerasulan, berhubungan erat dengan Ekaris dan terarah kepadanya. Dalam Ekaris suci tercakuplah seluruh kekayaan rohani Gereja, yakni Kristus sendiri, Paskah kita (KGK 1324).

    Kehadiran Yesus Dengan pelbagai cara Yesus

    Kristus hadir di dalam Gereja-Nya, di dalam sabda-Nya, di dalam doa Gereja-Nya, di mana dua atau ga orang berkumpul dalam nama-Ku (Mat 18: 20), dalam orang miskin, orang sakit, orang tahanan, dalam sakramen-sakramen yang Ia ciptakan, dalam kurban misa dan dalam pribadi orang yang melaksanakan pelayanan insani. Tetapi Ia hadir terutama dalam kedua rupa Ekaris (KGK 1373). Ar nya, dalam sakramen Ekaris yang mahakudus tercakuplah secara real dan substansial tubuh dan darah bersama dengan jiwa dan keallahan Tuhan kita Yesus Kristus. Dengan demikian seluruh Kristus (KGK 1374).

    Dalam sakramen ini Kristus hadir oleh perubahan ro dan anggur menjadi tubuh dan darah-Nya. Kehadiran tersebut dimulai saat konsekrasi dan berlangsung selama rupa Ekaris ada. Di dalam se ap rupa dan di dalam se ap bagiannya tercakup seluruh Kristus, sehingga pemecahan ro dak membagi Kristus (KGK 1375. 1377). Singkatnya, dalam

    Oleh:P. Alex Lanur, OFM

  • MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015 27

    RENUNGAN

    Ekaris , pribadi Kristus sendiri hadir untuk menguduskan manusia dan memuliakan Allah dengan mengurbankan diri-Nya.

    Namun, Dia dak hanya hadir saja dalam sakramen Ekaris itu. Dia bahkan menyampaikan undangan yang sangat mendesak supaya kita menyambut-Nya dalam sakramen tersebut. Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu dak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu dak mempunyai hidup di dalam dirimu (Yoh 6: 53) (KGK 1384). Dengan menerima Komuni, orang dipersatukan seerat-eratnya dengan diri-Nya. Persatuan orang yang menerima-Nya dengan Dia juga diperdalam dan orang yang bersangkutan dipisahkan dari dosa (KGK 1391- 1395).

    Kristus juga hadir dalam sakramen-sakramen yang lain. Sakramen-sakramen itu adalah kekuatan-kekuatan yang datang dari Tubuh Kristus. Tubuh Kristus tetap hidup dan menghidupkan. Sakramen-sakramen yang dirayakan dengan pantas dalam iman memberikan rahmat. Sakramen-sakramen itu berdaya guna, karena Kristus sendiri bekerja di dalamnya. Dia sendiri yang ber ndak dalam sakramen-sakramen-Nya, untuk membagi-bagikan rahmat (bdk. KGK 1116. 1127). Dengan demikian bisa dikatakan bahwa yang hadir dalam sakramen-sakramen adalah daya, tenaga, kekuatan ilahi yang menyelamatkan. Inilah yang memuliakan Allah dan menyelamatkan manusia.

    Dalam doa atau sembahyang resmi Yesus Kristus juga hadir, tetapi dengan cara yang lain. Dia hadir secara rohani dengan perantaraan Roh Kudus. Dalam doa atau sembahyang resmi itu tenaga,

    daya, kekuatan insani Kristus dihadirkan oleh Roh Kudus untuk memuliakan Allah. Kehadiran Kristus seper itu kiranya juga terjadi dan terwujud dalam doa atau sembahyang bersama yang dilakukan di mana saja dan kapan saja, dalam keluarga besar mau pun dalam keluarga kecil.

    Doa Bersama, Sakramen dan Ekaristi

    Masing-masing orang Katolik yang berdoa atau bersembahyang bersama itu dituntun untuk menerima sakramen-sakramen. Ar nya, mereka yang menerima sakramen-sakramen itu disatukan dengan daya, tenaga, kekuatan ilahi Yesus Kristus. Selanjutnya mereka diantar masuk ke dalam persatuan yang seerat-eratnya dan sangat mendalam dalam Komuni suci. Persatuan seper itu kiranya akan membuahkan perubahan yang dak kecil dalam seluruh hidup orang Katolik. Seluruh diri dan hidup mereka sama sekali berubah, karena diubah oleh Dia yang Tubuh dan Darah-Nya terus-menerus mereka terima dalam Komuni suci (bdk. Mat 17: 2).

    Keluarga-Keluarga Katolik

    Tuhan Yesus sendiri telah menegaskan bahwa para pengikut-Nya harus selalu berdoa dengan dak jemu-jemu (Luk 18: 1). St. Paulus juga menekankan hal yang sama (bdk. Kol 4: 2; 1 Tes 5: 17-18). Dinyatakan juga bahwa mereka semua (kesebelas rasul, beberapa perempuan dan Maria, Ibu Yesus dan saudara-saudara Yesus) bertekun dengan seha dalam doa bersama-sama (Kis 1: 14; Kis 2: 42). Itulah sebabnya mengapa se ap keluarga Katolik sangat diharapkan

    menjadi sebuah komunitas para pendoa.

    Bila demikian, maka seluruh keluarga menampakkan kenyataan: Di mana dua atau ga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka (Mat 18: 20). Rumah keluarga Katolik menjadi rumah tempat para anggota keluarga seha berkumpul untuk berdoa. Rumah tersebut juga menjadi tempat Tuhan Yesus ada di tengah-tengah mereka untuk melaksanakan karya penyelamatan-Nya sekaligus memuliakan Bapa-Nya, sekaligus menjadi tempat kediaman Tuhan itu sendiri.

    Kesadaran serta keyakinan akan Tuhan Yesus yang hadir seper itu membawa mereka kepada pengalaman akan Tuhan Yesus yang hadir dalam daya, tenaga, kekuatan ilahi-Nya yang menyelamatkan. Paling dak, kesadaran akan kedosaannya membawa mereka kepada sakramen yang memulihkan kembali hubungan mereka dengan Tuhannya. Dari pertemuan dengan Tuhan Yesus dalam Ekaris , mereka juga diantar masuk ke dalam sakramen-sakramen yang lain, khususnya dalam sakramen pengakuan, sakramen pertobatan, sakramen pendamaian.

    Jadi hidup mereka merupakan suatu dinamika yang terus-menerus menggelinding menuju persatuan dengan-Nya dalam doa atau sembahyang bersama. Dinamika itu membuat hidup mereka menjadi sesuatu yang utuh dan integral.

    Kenyataan ini membuat mereka menjadi orang-orang dan atau keluarga-keluarga yang jujur dan tulus, tenang dan hidup apa adanya.

    n

  • MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 201528

    BINA IMAN

    Kebetulan, saya dan seorang teman sering bergaul dengan anak - anak jalanan yang

    biasa mangkal di sebuah simpang empat. Di dae-rah itu ada sekitar dela-pan anak yang mencari nafkah dengan menga-

    men. Usia mereka antara 6 - 12 tahun.

    Seorang diantaranya bernama Roni, Usianya 11 tahun. Yang menarik, Roni sangat jarang berkumpul dan bergurau dengan teman-temannya. Setelah mendatangi mobil, menyanyikan sebuah lagu dan menerima uang, dia langsung menepi ke tempat yang terpisah dengan anak-anak lainnya. Teman-temannya pun jarang mengajak Roni bermain atau sekedar ngobrol. Roni seolah terasing diantara kelompok anak jalanan itu.

    Sebenarnya dia termasuk enak untuk diajak ngomong. Meskipun sedikit pendiam, dia bisa mengimbangi obrolan. Beberapa kali saya dan dia terlibat gurauan hingga tertawa terbahak-bahak. Karena penasaran, saya berusaha mencari jawaban mengapa anak-anak yang lain terkesan mengasingkan Roni.

    Jawaban saya peroleh dari salah satu anak yang kerap disapa Sinchan. Dia masih duduk di bangku kelas 3 sebuah madrasah. Dia itu orang kristen

    Aku Bersyukur Jadi Katolikmas. Guru bilang kami dak boleh dekat-dekat sama orang kristen, katanya.

    Saya tertegun mendengar jawaban polos Sinchan. Hanya gara-gara Roni berlabel kristen, dia menjadi terasing. Nasib Roni itu bisa saja terjadi pada diri saya, jika anak-anak jalanan itu juga mengetahui iden tas saya sebagai seorang pengikut Yesus. Saya hanya sedikit lebih beruntung dari Roni. Anak-anak itu belum tahu siapa saya. Tapi, bagaimana kalau mereka tahu bahwa ternyata saya juga orang kristen?

    Di tengah kegalauan saya, terselip rasa heran sekaligus jengkel pada guru yang telah merusak pemikiran anak-anak itu. Tidak bisakah seorang guru justru memberikan pesan menyejukkan bagi anak-anak. Hakikatnya semua manusia itu sama, sama-sama ciptaan dan citra Allah. Tidak mampukah guru itu membentuk kepribadian muridnya agar mencintai perbedaan dan menganggap perbedaan adalah sebuah keniscayaan? Tidak

    Foto

    ilustr

    asi: k

    atolis

    itas.o

    rg

    MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 201528

    bisakah guru itu memupus benih-benih kebencian dan permusuhan antar manusia yang seringkali tumbuh akibat kepicikan berpikir dan fana sme sempit?

    Saya teringat sabda Yesus di atas salib, Ya Bapa,ampunilah mereka, karena mereka dak tahu apa yang mereka perbuat. Sabda itu mampu meredam kejengkelan dan kemarahan saya. Bahkan kemudian saya bisa bersyukur, karena guru saya dak mengajarkan hal itu. Dia justru mengajarkan cinta kasih, dak hanya kepada kawan, tetapi juga pada lawan.

    Dengan setengah berbisik, saya pun bertanya pada Sinchan: Apa Roni pernah nakal sama kamu ? Dia menggeleng. Jadi Roni itu juga teman kamu. Kamu boleh bergaul dengan dia, lanjut saya. Sinchan tersenyum, saya pun tersenyum dalam waktu bersamaan. Sebuah senyum syukur, karena saya diberi karunia menjadi Katolik, menjadi orang yang terbuka pada perbedaan dan menghargai kemanusiaan di atas apa pun.nVreee/ekaristi.org

  • MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015 29

    BINA IMAN

    Foto ilustrasi: hipwee

    Pertanyaan mengenai bap s bayi atau anak kerap kali muncul. Pertanyaan-pertanyaan itu, misalnya: haruskah Gereja membap s bayi? Apakah alasan atau landasannya? Apakah bap s bayi dak mengurangi hak anak? Bagaimana dengan tanggung-jawab orangtua?

    Pertama-tama kita bisa mengatakan bahwa pembap san bayi/ anak itu terkait dengan gagasan mengenai dosa asal. Gereja Katolik membap s bayi karena anak-anak dilahirkan dengan kodrat manusia yang jatuh dan dinodai dosa asal (bdk KGK 1250).

    Mereka membutuhkan kelahiran kembali dalam pembap san. Tujuannya supaya mereka dibebaskan dari kekuasaan kegelapan dan dimasukkan ke dalam kerajaan kebebasan anak-anak Allah (bdk. Kol 1:12-14), di mana semua manusia dipanggil. Dalam pembap san anak-anak, Allah menganugerahkan rahmat keselamatan kepada mereka.

    Sejak abad kedua Gereja memiliki tradisi membap s anak-anak. Barangkali sudah pada awal kegiatan khotbah para Rasul, ke ka seluruh anggota rumah menerima pembap san (bdk. Kis 16:15.33; 18:8; 1Kor 1:16). Dengan tradisi bap s bayi/ anak ini Gereja bermaksud menyelamatkan mereka.

    Kedua, soal tanggung jawab orangtua. Gereja menghendaki agar orangtua menger bahwa

    Kewajiban Orangtua Membaptis Bayi

    kebiasaan memba s bayi/ anak itu selaras dengan tugasnya, yakni memajukan kehidupan yang Tuhan percayakan kepada mereka (KGK 1251; bdk. LG 11; 41; GES 48; KHK kanon 868).

    Pembap san bayi/anak adalah wujud khusus dan konkret dari tanggung jawab orangtua sebagai pendidik anak-anak dalam iman kris ani. Melalui pembap san bayi/anak, orang tua melakukan dua hal, yakni: menyerahkan anak-anak kepada Allah, Sang Pencipta agar lahir kembali dalam kesucian dan diangkat sebagai anak-anak Allah; dan mengenakan pada anak-anak pakaian iman sehingga anak-anak bisa terlindung dari kekuasaan jahat dan bisa bertumbuh-kembang dalam iman kris ani.

    Mengingat martabat tersebut, Gereja melalui KHK kanon 867 - 1, 2 mewajibkan para orang tua agar: mengusahakan supaya bayi-bayi dibap s dalam minggu-minggu pertama sesudah kelahiran anaknya, bahkan juga sebelum itu; menghadap pastor paroki untuk memintakan sakramen bagi anaknya; mempersiapkan

    dengan semes nya segala hal-hal yang berkaitan dengan Sakramen Pembap san; dan bahkan apabila bayi berada dalam bahaya maut, hendaknya dibap s tanpa menunda-nunda.

    Apakah syaratnya agar bayi/ anak-anak bisa dibap s? KHK kanon 868 - 1 dan 2 menjelaskan syarat-syarat agar bayi dibap s secara licit, haruslah: orangtuanya, sekurang-kurangnya satu dari mereka atau yang secara legi m menggan kan orang tuanya, menyetujuinya; ada harapan cukup beralasan bahwa anak itu akan dididik dalam agama Katolik. Apabila harapan itu dak ada, bap s hendaknya ditunda menurut ketentuan hukum par kular, dengan memperingatkan orang tuanya mengenai alasan itu.

    Dari sisi umur, siapakah yang dikategorikan anak-anak atau bisa dibap s bayi/anak? Kanon 97 2 (bdk. KHK kanon 852 1 dan 2) menjelaskan bahwa yang disebut anak-anak adalah: mereka yang belum genap tujuh tahun, belum dapat bertanggung jawab atas ndakannya sendiri.

    nRD. A. Sutarno

  • MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 201530

    BINA IMAN

    Sungguhkah Gereja Katolik Berpuasa?

    Masa puasa memang sudah berlalu. Namun tahukah kita akan ar berpuasa? Banyak orang, termasuk orang Katolik yang beranggapan puasa Gereja Katolik itu ringan, mudah dilakukan. Bahkan ada yang beranggapan puasa Gereja Katolik, dak berkualitas (kalau dibandingkan dengan puasa orang Islam dan Yahudi), dak jelas. Juga dak dilakukan oleh umat Katolik atau pengikut Kristus sendiri (bdk. Mat 9:14; Mrk 2:18; Luk 5:33).

    Dalam Kitab Suci Yesus sendiri mengajarkan apa ar puasa. Coba kita lihat/baca satu per satu. Pertama puasa sama bobotnya dengan salah satu ibadat suci (Mat 6:1-6; Luk 11:2-4; Kis 13:2-3). Berikutnya puasa merupakan la han priha n dan menderita. Puasa fi sik adalah ngkat awal dari puasa yang sesungguhnya (2 Kor 11:27).

    Mengenai puasa fi sik, secara khusus Yesus mengatakan puasa fi sik merupakan salah satu cara untuk berla h, mengatur, dan menahan hawa nafsu (2 Kor 6:5). Bagi orang yang paling hina, hendaklah puasa fi sik menghasilkan buk cinta, cinta kepada sesama iden k dengan cinta kepada Allah (Mat 25:35-40). Puasa merupakan salah satu sarana, jalan, cara, la han untuk tujuan yang mulia. Puasa bukan tujuan akhir (Luk 2:37; 18:12).

    Selanjutnya puasa dilakukan pada waktu khusus dan dengan penuh kesadaran/kerelaan sendiri, misalnya di masa

    Prapaskah (Mat 9:14-16; Mrk 2:18-19; Luk 5:33-34). Puasa hendaknya jangan munafi k. Orang yang berpuasa harus mencuci muka, meminyaki rambutnya, dan dak perlu puasanya diketahui orang lain.

    Selain itu mereka dak perlu memaksa orang lain untuk ikut berpuasa atau menghargai kita yang sedang berpuasa (Mat 6:16-18). Berpuasa berar mengoyakkan ba n, bukan pakaian. Hal ini berar bahwa puasa rohani itu jauh lebih berat daripada puasa/ pertobatan fi sik (Yoel 2:12-13). Akhirnya puasa hendaknya dilakukan dengan kerendahan ha disertai pertobatan (Mrk 1:14; Mat 4:17).

    Yesus pun memberi teladan dengan menjalani puasa itu

    sendiri. Ini bisa dilihat dalam Kisah dari Mat 4:1-11; Luk 4:1-13; Mrk 1:12-13. Kisah ini menunjukkan pencobaan atau kepriha nan Yesus ke ka berpuasa di padang gurun. Kristus memenangkan ga cobaan dari iblis secara sempurna.

    Pertama secara fi sik Yesus mengalami rasa lapar dan haus selama 40 hari (bukan 30 hari). Dalam kondisi seper ini Dia diperintahkan mengubah batu menjadi ro . Peris wa ini bisa diar kan sebagai makan kenyang sekali dalam sehari dan dak berlebihan (mewah). Kita pun melakukan penyisihan uang untuk diarahkan bagi kesejahteraan sesama yang membutuhkannya, dikenal

    RD. Christophorus Tri Harsono

    Foto:

    Dar

    ius Le

    kalaw

    o

  • MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015 31

    BINA IMAN

    dengan APP, AAP, atau aksi lainnya. Jadi uang yang disisihkan bukan untuk bermewah-mewah saat buka puasa atau persiapan pesta ke ka Paskah (bdk. Mat 4:3).

    Kedua Yesus juga melakukan puasa rohani untuk kecintaan, kepemilikan, kenikmatan, dan penguasaan dunia materi dengan harta dan uang (kekayaan), kedudukan, pangkat, status. Seringkali, sadar atau dak, manusia mencari dan menimbun semua ini tanpa restu Allah. Dengan kata lain manusia mencari label halal dengan cara-cara yang haram, serba instan, dan mudah, serta dengan jalan pintas (bdk. Mat 4:6-7).

    Akhirnya, yang ke ga, Yesus melakukan puasa ba n rohani, yaitu puasa kebutuhan akan pujian, popularitas, pengakuan, nama baik, kehebatan-kehebatan, kehormatan martabat, harga diri, ambisius akan pres se pribadi, dengan menggunakan kekuatan tahayul, iblis, supranatural yang berasal bukan dari Allah sendiri.

    Ar nya kiat menggadaikan keselamatan dan kasih Allah dengan dukungan dunia atau kefanaan. Padahal segala sesuatu akan sangat berharga kalau hanya Allah yang mengetahui karena Dia itu mahabaik,

    mahatahu, dan mahakuasa (Mat 4:9-11).

    Itulah ar sebenarnya dari puasa Gereja Katolik. Kekhasan dan keunggulan puasa Gereja Katolik adalah adanya kegiatan pantang. Kegiatan yang sebenarnya sukar untuk dilakukan ini melengkapi puasa guna mendapatkan rahmat spesial dari Allah sendiri. Ini berar orang yang berpuasa harus menyangkal diri, memanggul salib, dan melawan dunia.

    Secara konkret, dalam pantang, kita harus memerangi kebiasaan mendewakan perut, mencari kenikmatan libido, memerangi kebiasaan jahat, buruk, dan dosa. Juga memerangi kesombongan atau nggi ha , keminderan, ketakutan, kekurangan iman, merasa diri paling benar dan suci, serta egoisme manusia. Semuanya sangat membutuhkan puasa untuk penyembuhan, pengampunan, mohon belas kasih dan rahmat Allah.

    Gambaran di atas menunjukkan puasa menurut Gereja Katolik sungguh-sungguh dalam, agung, berat, dan berkualitas. Puasa Gereja Katolik itu menekankan koyakan ha , bukan kain atau pakaian. Ar nya koyakan ba n, bukan fi sik. Selain

    itu puasa bukanlah tujuan dan bukan akhir dari semua. Puasa fi sik merupakan awal, sarana, jalan, atau cara.

    Dalam puasa ada unsur rendah ha . Di sini kita mengakui bahwa kita adalah orang berdosa, perlu melakukan pertobatan dan pengakuan dosa. Oleh karena itu, puasa yang dilakukan dak perlu diketahui orang lain dan dak perlu memaksa orang lain untuk menghorma . Justru kita yang harus menghorma mereka. Dengan demikian perilaku seseorang bisa lebih baik karena adanya penyesalan.

    Jadi berpuasa erat kaitannya dengan kerelaan dan kesadaran, bukan soal aturan dan waktu- waktu tertentu. Bukan pula soal sah atau dak, batal atau dak, ada pahala atau dak. Hasil terpen ng adalah keinginan atau kemauan untuk berbagi dan melayani. Kita melakukan puasa dengan tujuan keselamatan manusia, bukan untuk kemuliaan Allah.

    Rekan-rekan yang menganut keyakinan lain seper Mi ah, Anshori, Hafi d, Masmuni Mahatma, Gus Dur, Nurcholis Majid, Bambang Pranggono, Djalalludin Rahmat menilai APP dan AAP lebih baik dan tepat sasaran dibandingkan zakat.

    n

  • MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 201532

    TOKOHKITA

    Mgr. Antonio Guido Filipazzi:

    Promise Is Promiseberawal tahun 1992, ke ka ditunjuk menjadi sekretaris kedutaan besar Va kan di Sri Lanka. Tugas ini berlanjut ke Austria serta Jerman. Antara 2002 dan 2003, ia mengajar Hukum Kanonik di seminari Redemptoris Mater di Berlin.

    Selain mendapat gelar kehormatan Chaplain of His Holiness dari Paus Yohanes Paulus

    II, Mgr. Filipazzi juga menerima gelar Honorary Prelate of His Holiness dan tahbisan sebagai Uskup Agung Tituler Sutri dari Paus Benediktus XVI. Dengan kefasihannya dalam berbagai bahasa, Mgr. Filipazzi dberi tugas sebagai Nun aturrat untuk Kuria Romawi dalam bidang Hubungan dengan Luar Negeri.

    Tugas tersebut dijalaninya hingga tahun 2011, saat ia ditunjuk menggan kan Mgr. Leopold Girelli sebagai Nun us Apostolik untuk Indonesia. Tepatnya tanggal 23 Maret 2011.

    Penunjukan ini

    MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 201532

    Hukum Kanonik di seminari Redemptoris Mater di Berlin.

    Selain mendapat gelarkehormatan Chaplain of His Holiness dari Paus YohanesPaulusssss

    hingga tahun 2011, saat ia ditunjuk menggan kan Mgr. Leopold Girelli sebagai Nun usApostolik untuk Indonesia. Tepatnya tanggal 23 Maret 2011.

    Penunjukan ini

    MMEEKKAKAAAKKARR RMMEEKKAKAAAKKARRR || EEDEDDDEDIISSSSSSIIIII 000010101101000000000100 EEDEDDDEDIISSSSIIIII 0001010110100000000100 |||||||||||||||||||||| TTTATTAAAATAAATTATAATAAAAAATAAHUHHUHUHHUHUUHUHUHUHUHUHHUUUHUHUUUUUHHHHUUUUHHUUUHHHUUUN N N NN XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX V VVVVVVVVVV TTTATTATATTATAAAAATA UHHUHUHHUHUUHHUHUHUHUHHUUUHUHUUUUHHHUUUUUUHHUNNNNNN XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX VVVVVVVVV |||||||||||||| AAPAPAPAPAPAPAAAPAAPPAPPPPRRRRRRRIIIRRRRIIRRIRIRRRRRIIRIRRRRRRIRIRRRRRRIRIRIRRIRIRRRIIIRRRRRRIIIRIIRRRIIRRRRRIILLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL ---- JJUJUJJJUJUJUJUJUNNINININI 2222222222222222222222222000000010100000001000000000001000100010000011100000000000001555APAPAPAPAPAPAPAAPRRRRRRIIIRRRRIIRIRIRRRRIIIRRRRRIRIRRRRRIRIRIRIRIRRRIIIRRRRRIIIIIRRIIRRRRIILLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL ---- JJUUJJJUUJUJUJUNNINIINI 2222222222222222222220000001000000000000000001000100100001100000000 5553232

    Terlihat ada kesibukan yang dak biasa di pastoran gereja Santa Maria Tak Bernoda Rangkasbitung pada pagi Jumat, 13 Februari 2015. Uskup Bogor, Mgr. Paskalis beserta para Romo, frater, suster, dan umat bersiap-siap untuk menyambut kedatangan tamu is mewa sekaligus selebran utama Misa Pembukaan Bogor Youth Day (BYD) 2015 di Gua Maria Kanada, Rangkasbitung.

    Menjelang tengah hari, dengan pengawalan polisi dan pani a, sang tamu is mewa pun ba di pastoran. Perawakannya nggi besar. Senyum khasnya selalu menghiasi muka dengan sorot mata yang ramah. Walaupun hujan rin k-rin k, Mgr. Antonio Guido Filipazzi, wakil Tahta Suci Va kan untuk Indonesia, itu turun dari mobil dan menyapa para hadirin.

    Nunsius Termuda

    Setelah menamatkan studinya di bidang teologi dan fi losofi Katolik, Mgr. Filipazzi yang lahir di Milan, Italia ditahbiskan menjadi imam di Keuskupan Ven miglia di San Remo. Selain melayani umat Katedral Santa Maria Assunta, ia juga seorang profesor Hukum Kanonik dari Seminari Keuskupan Pius XI Bordighera.

    Karya diplomasinya

    MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 201532

  • MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015 33

    TOKOHKITA

    menjadikannya Nunsius termuda di jajaran diploma k Va kan.

    Selama berkarya di Indonesia, Mgr. Filipazzi telah banyak melakukan kunjungan ke berbagai daerah di Indonesia, termasuk Keuskupan Bogor. Pada 2014, ia turut hadir dalam dua momen penerimaan Tahbisan, yakni pentahbisan Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM sebagai Uskup Bogor di Sentul dan pentahbisan 12 Imam-Diakon di Cibinong.

    Momen Pemenuhan Janji

    Acara Bogor Youth Day (BYD) 2015 menjadi semakin isimewa dengan kehadiran Mgr. Filipazzi. Bahkan ia berkenan menjadi selebran utama dalam Misa Pembukaan BYD

    2015. Terlebih lagi, ini adalah pertama kalinya Mgr. Filipazzi menghadiri kegiatan Youth Day yang diadakan di Indonesia. Oleh karena itu, tak heran jika para pastor, OMK, dan umat sangat antusias menyambut kedatangan wakil Bapa Suci di Rangkasbitung.

    Kehadiran Mgr. Filipazzi di BYD 2015 merupakan pemenuhan janjinya kepada OMK Keuskupan Bogor. Beberapa waktu lalu OMK Keuskupan Bogor yang diwakili m Komisi Kepemudaan (Komkep) melakukan audiensi dengannya. Mereka mengungkapkan berbagai kegiatan OMK, termasuk persiapan BYD 2015.

    Saat itulah RD. Habel Jadera selaku Ketua Komkep

    Bogor memohon dukungan dan mengundang Mgr. Filipazzi menghadiri acara ini. Spontan Mgr Filipazzi berjanji untuk hadir apabila mendapat izin dari sang empunya rumah, yakni Mgr. Paskalis selaku Uskup Bogor.

    Kesudian Mgr. Filipazzi untuk menghadiri momen bersejarah bagi OMK Keuskupan Bogor ini pun disambut baik oleh Mgr. Paskalis. Beliau segera mengundang Mgr Filipazzi secara resmi.

    Setelah melakukan berbagai koordinasi dan persiapan, Mgr. Filipazzi pun memenuhi janjinya berjumpa dan berbagi sukacita bersama para kaum muda se-Keuskupan Bogor.

    nKomKep Keuskupan Bogor

    mememedididid jjjj

    Indbabeter20moyakBruUspeCib

    MJa

    (BBBYisiimFillimedaa

  • MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 201534

    KIPRAHKOMISI & SEKSI

    Komisi Kateke k Keuskupan Bogor menjadi tuan rumah kegiatan Temu Karya Komisi Kateke k Regio Jawa. Sebanyak 42 peserta, terdiri dari pastor, frater, dan bruder dari Keuskupan di Jawa dan mahasiswa Teologi UNIKA Atma Jaya.

    Peserta berkumpul di Hotel Prima Resort, Megamendung pada tanggal 36 Februari lalu. Mereka menggumuli tema Katekese Berjenjang & Berkesinambungan (KBB), sebagai upaya para anggota Komisi Kateke k melawan gejolak iman yang semakin krisis dan sta s.

    Temu Karya dibuka dengan perayaan Ekaris dipimpin Uskup Keuskupan Bogor, Mgr Paskalis Bruno Syukur, OFM sebagai Selebran utama.

    Ber ndak sebagai pendamping, para Pastor Ketua Komisi Kateke k, yaitu: RD.

    Katekese Berjenjang dan Berkesinambungan

    Andreas Bramantyo (Keuskupan Bogor), RD. F.X. Sugiyana (Keuskupan Agung Semarang), RD. V. Dwi Sumarno (Keuskupan Bandung), RD. Parjono (Keuskupan Purwokerto), RD. Aloysius Rusdiana Lau (Keuskupan Malang), RD. Yoseph Indra Kusuma (Keuskupan Surabaya), dan RP. Leo Sugiyono (Sekretaris Ekseku f KWI).

    Bapa Uskup menyampaikan, Katekese itu perlu dikembangkan. Kita memelukan SDM yang mumpuni. Hal tersebut disepaka oleh RD Y. Dwi Karyanto, selaku Ketua Komisi Kateke k Regio Jawa. Kegiatan ini kemudian dilanjutkan dengan ramah-tamah, makan malam, dan foto bersama.

    Selesai ramah-tamah, Bapa Uskup membahas: Spiritualitas Katekese di Zaman Global. Ia menyadarkan kembali makna katekese dan memberikan

    semangat kepada para penggiat katekese agar ajaran Kristus mengakar di dalam hidup umat. Pada sesi yang dipandu RD. Yoseph ini peserta dihiasi dengan banyak pertanyaan dan berdiskusi.

    Pada hari kedua, kegiatan dibuka dengan Ekaris , dipimpin oleh RD. Parjono. Sesi selanjutnya, RD. Dwi memandu jalannya sharing dan laporan kegiatan katekese di masing-masing Keuskupan.

    RD. Rudy Hartono (Ketua Komisi Kateke k KAJ) menyampaikan usulan agar semua Komisi Kateke k dapat menjalani KBB. Hal ini pen ng karena masih banyaknya pastor paroki yang belum menyadari pen ngnya Katekese.

    Sesi berikutnya peserta mendengarkan uraian Ibu Lucia Royanto, M.Psi (dosen Psikologi Perkembangan UNIKA Atma Jaya dan Universitas Indonesia, ak vis

    Dok.

    Meka

    r

  • MEKAR | EDISI 01 | TAHUN XXV | APRIL - JUNI 2015 35

    KIPRAHKOMISI &am